Anda di halaman 1dari 59

PRESENTASI KASUS

HUMAERAH

(1102014122)
ASMA BRONKIALE

PEMBIMBING:
DR. H.EDY KURNIAWAN, SP.P
IDENTITAS PASIEN
 Nama : Tn S
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Usia : 53 Tahun
 Alamat : Jamblang
 Pekerjaan : Pedagang
 Pendidikan : SMP
 Agama : Islam
 Status perkawinan : Menikah
 Tanggal masuk : 4 Desember 2018
 Tanggal pemeriksaan : 5 Desember 2018
ANAMNESIS

Keluhan Utama Keluhan Tambahan

Sesak napas Batuk berdahak, demam, nafsu


makan menurun
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (AUTOANAMNESIS)

Pasien datang ke IGD RSUD Arjawinangun diantar oleh keluarga dengan keluhan sesak nafas. Sesak
nafas dirasakan sejak kurang lebih 2 bulan dan memberat sejak 2 hari belakangan ini. Sesak dirasakan
pasien ketika setelah beraktivitas. Untuk mengurangi keluhan sesak, pasien tidur dengan 3 bantal.
Selain keluhan sesak, pasien juga mengeluhkan batuk berdahak sejak 5 hari sebelum masuk rumah
sakit, dahak berwarna putih, ketika batuk pasien lebih merasa sesak. Batuk berdarah disangkal pasien.
Pasien juga mengeluh demam naik turun sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Kemudian pasien
mengeluh nafsu makan menurun, mual dan muntah disangkal oleh pasien.
Pasien memiliki riwayat alergi udara dingin dan debu. Keluhan seperti ini bukan yang pertama kali.
Pasien mengalami keluhan sesak nafas dengan frekuensi 1 kali dalam 1 bulan. Pasien minum obat teratur
untuk keluhan tersebut. Pasien juga memiliki riwayat darah tinggi namun tidak terkontrol. Terdapat
riwayat merokok pada usia 20 tahun dengan jumlah 6 batang sehari.
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien memiliki riwayat hipertensi, riwayat Di keluarga pasien tidak ada yang
minum obat asma, Riwayat penyakit mengalami keluhan seperti yang pasien
tuberculosis disangkal. Riwayat penyakit
rasakan.
jantung dan stroke disangkal

Riwayat Kebiasaan
Pasien adalah seorang pedagang yang memiliki
aktivitas yang tidak tentu, pasien memiliki
kebiasaan merokok. Kebiasaan minum alcohol
disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK

Status Pasien
 Keadaan umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Compos mentis
 GCS : E4 M6 V5
 Tanda vital :
 Tekanan darah : 140/80 mmHg
 Nadi : 72 x/menit
 Pernafasan : 20x/menit
 Suhu : 37.0˚C
 Saturasi O2 : 94%
 Kepala : Normocephal
 Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik-/-, ptosis-/- Pupil bulat, Isokor, reflex
cahaya langsung +/+ , reflex cahaya tidak langsung + /+
 Mulut : Bibir lembab, faring tidak hiperemis
 Leher : JVP 5 - 2 cmH2O , trachea medial , pembesaran KGB (-)
 Thoraks

Jantung
 Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
 Palpasi : Iktus kordis teraba Ictus di ICS V lateral midclavikula sinistra
 Perkusi :
Batas jantung kanan : Linea parasternalis dekstra ICS 5
Batas jantung kiri : Linea Midclavicularis sinistra ICS 6
Batas Pinggang jantung : ICS 3 linea midclavikula sinistra,
 Auskultasi : Bunyi jantung I>II, irregular (-), bising (-)
Paru :
 Inspeksi : Bentuk dada simetris, gerakan dada simetris kiri dan kanan, Retraksi (-), peningkatan m.
Sternocledomastoideus
 Palpasi : Pembesaran KGB (-), Fremitus taktil dan Fremitus vocal simetris.
 Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru, peranjakan paru (+)
 Auskultasi : vesiculer (+)/(+), ronki (-)/(-), wheezing (+/+)
Abdomen
Inspeksi : Datar, simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
 Ekstremitas : akral hangat, kulit lembat, edema (-), sianosis (-) ,
 Motorik :5 5
5 5
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
(4/12/2018)
LAB RESULT UNIT NORMAL HITUNG JENIS

DARAH LENGKAP Eosinofil 0.0 % 2-4


Hemoglobin 16.6 g/dl 11,7-15.5
Basofil 0.8 % 0-1
Hematokrit 47.5 % 35,0-47,0
Limfosit 8.6 (L) % 25,0-40.0
Leukosit 14.0 (H) 10^3/Ul 3,6-11
Monosit 5.8 % 2.0-8.0
Eritrosit 5.50 mm3 3,8-5,2
Trombosit 442 (H) 10^3/ 150-440 Neutrofil 84.8 (H) % 26,0-76,0
segmen
INDEKS ERITROSIT
MCV 86.3 Fl 80-100
Luc 0 % 3-6
MCH 30.2 Pg 26-34
KIMIA KLINIK
MCHC 35.0 g/dl 32-36
Glukosa 115 mg/dl 70-110
RDW 10.4 % 11.5-14.5
Sewaktu
MPV 6.3 (L) fL 7,0-11,0
Rontgen(4/12/2018)

 Cor : Besar dan bentuk normal


 Pulmo: Tak tampak infiltrat pada kedua lapang paru

Corakan bronkovaskular normal


 Diafragma kanan dan kiri normal
 Sinus costofrenicus kanan dan kiri tajam
 Tulang-tulang intak

Kesan : Normal
Diagnosis Kerja Asma Bronkiale

Penyakit Paru
Diagnosis
Obstruktif
Banding
Kronik
Tatalaksana Prognosis

 RL 20 tpm  Quo ad Vitam : ad bonam


 Nebu Meptin fulmicort / 8 jam  Quo ad Functionam: ad bonam
 Ceftriakson 2x1  Quo ad Sanationam : ad bonam
 Ranitidine 2x1
 Ambroxol 3x1
6/12/2018

O A
S TD: 140/90 mmHg
P: 68 x/menit
R: 20 x/menit
Spo2: 94 % Asma Bronkiale
Sesak (-), batuk berdahak
Thoraks
namun sulit keluar, sudah
Inspeksi :
bisa tidur
CA -/-, Pergerakan dinding dada simetris
Palpasi :
Fremitus taktil dan fremitus vocal simetris
kanan dan kiri
P (Terapi Lanjut)
Perkusi : Ringer Lactat 20 tpm
Sonor pada seluruh lapang paru Nebu meptin fulmicort /8
Auskultasi : jam
Suara vesicular thoraks kanan dan kiri, Rh Ceftriakson 2x1
-/-, Wh +/+ Ranitidin 2x1
Ambroxol 3x1
ADD TEXT

D
35%
C BAB 1
B
YOUR CONTENT A PENDAHULUAN

WRITE SOME
TEXT HERE
ADD TEXT
PENDAHULUAN

Asma adalah Penyakit ini masih Di Indonesia, asma


penyakit inflamasi menjadi masalah merupakan sepuluh
kronik saluran napas kesehatan besar penyebab
yang ditandai masyarakat di kesakitan dan
dengan adanya hampir semua kematian. Hal
mengi, batuk dan negara di dunia, di tersebut tergambar
rasa sesak di dada derita oleh anak- dari data studi survei
yang berulang dan anak sampai dewasa. kesehatan rumah
timbul terutama pada tangga (SKRT)
malam atau diberbagai propinsi
menjelang pagi di Indonesia
akibat penyumbatan
saluran pernapasan
ADD TEXT

D
35%
C BAB II
B
YOUR CONTENT A TINJAUAN PUSTAKA

WRITE SOME
TEXT HERE
ADD TEXT
 Asma merupakan penyakit respiratorik kronis yang ditandai dengan
gejala mengi (wheezing), sesak napas (dyspnea), dada terasa berat,
dan atau batuk disertai dengan keterbatasan ekspirasi pada tes
spirometri. Asthma dapat dicetuskan oleh berbagai faktor diantaranya
aktivitas, paparan alergen atau iritan, perubahan cuaca, atau infeksi
ASMA ? virus pada saluran napas. (GINA,2018)

 Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang


melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan
peningkatan hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala
episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan
batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari. (PDPI,2003)
EPIDEMIOLOGI

Berdasarkan data dari WHO (2002) dan GINA (2011), diseluruh dunia diperkirakan terdapat 300
juta orang menderita asma dan tahun 2025 diperkirakan jumlah pasien asma mencapai 400 juta.
Jumlah ini dapat saja lebih besar mengingat asma merupakan penyakit yang underdiagnosed.

Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar
dari data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia.
FAKTOR RISIKO

Faktor Pejamu
ASMA
Faktor
Lingkungan
INDIKATOR ASMA TIDAK TERKONTROL

Asma malam, terbangun malam hari karena gejala-


gejala asma
Kunjungan ke gawat darurat, ke dokter karena
serangan akut
Kebutuhan obat pelega meningkat (bukan akibat
infeksi pernapasan, atau exercise-induced asthma)
KLASIFIKASI
PATOFISIOLOGIS DAN PATOGENESIS
PATOFISIOLOGI

Kontraksi otot Peningkatan


Sel-sel inflamasi
polos usaha bernafas

Mekanisme adaptasi:
kecenderungan untuk bernafas dengan
hiperventilasi untuk mendapatkan
volume yang lebih besar, yang
kemudian dapat menimbulkan gejala
sesak napas, mengi, dan hiperinflasi
toraks
PATOGENESIS
Inflamasi Akut

• Kontraksi otot
Degrenulasi sel mast oleh IgE Preformed mediator polos bronkus
Reaksi Tipe Cepat
yang terikat dengan alergen (histamine, protease, • Sekresi mukus
leukotrienn, PGE) • Vasodilatasi.

aktivasi eosinofil, sel T


Reaksi Tipe
CD4+, neutrofil dan
Lambat
makrofag.
Inflamasi Kronik LimfositT

Epitel

REMODELLING
Eosinofil

Sel Mast

Makrofag
AIRWAY REMODELLING

Penyembuhan Jenis sel yang


dan perbaikan sama
Inflamas Kerusakan
i Kronik Jaringan Jaringan
Pergantian sel
Penyambung
yang mati/rusak
dengan skar

Perubahan
Struktur
REMODELLING

• Hipertrofi dan hiperplasia otot polos jalan napas


• Hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus
• Penebalan membran reticular basal
• Pembuluh darah meningkat
• Matriks ekstraselular fungsinya meningkat
• Perubahan struktur parenkim
• Peningkatan fibrogenic growth factor menjadikan
fibrosis
Penyempitan Saluran Napas

Hiperreaktivitas Saluran Napas


PENYEMPITAN SALURAN NAPAS

Kontraksi otot polos saluran napas

FAKTOR-FAKTOR Edema pada saluran napas

Penebalan dinding saluran napas

Hipersekresi mukus
Mekanisme yang bertanggungjawab
terhadap reaktivitas yang berlebihan atau
HIPERAKTIVITAS hiperreaktivitas ini belum diketahui
dengan pasti tetapi mungkin berhubungan
SALURAN NAPAS dengan perubahan otot polos saluran
napas
DIAGNOSIS

Riwayat Gejala
Anamnesis
Riwayat penyakit / gejala:
 Bersifat episodik, seringkali reversible dengan atau tanpa pengobatan
 Gejala berupa batuk, sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak
 Gejala timbul/memburuk terutama malam/dini hari
 Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu
 Respons terhadap pemberian bronkodilator
Riwayat Penyakit
 Riwayat keluarga (atopi)
 Riwayat alergi/atopi
 Penyakit lain yang memberatkan
 Perkembangan penyakit dan pengobatan
Inspeksi Palpasi
 Pasien terlihat gelisah  Biasanya tidak ditemukan kelainan
 Sesak (napas cuping hidung, napas  Pada serangan berat dapat terjadi
cepat, retraksi sela iga, retraksi pulsus paradoksus
epigastrium, retraksi suprasternal)
 Sianosis
Pemeriksaan Fisik

Perkusi Auskultasi
 Biasanya tidak ditemukan kelaianan  Ekspirasi memanjang
 Wheezing/mengi
Pemeriksaan Jasmani Faal paru Spirometri
• Mengi pada auskultasi • Pengukuran faal paru • Obstruksi jalan napas
• sianosis digunakan untuk diketahui dari nilai rasio
• gelisah menilai : VEP1/KVP<75% atau
• sukar biacara • Obstruksi jalan napas VEP1<80% nilai
• takikardi • Reversibiliti kelainan prediksi.
• hiperniflasi faal paru
• Variabiliti faal paru,
• penggunan otot bantu
napas sebagai peniliaian tidak
langsung hiperesponsif
jalan napas
DIAGNOSIS BANDING

DEWASA ANAK

Penyakit paru Obstruktif Kronik Benda asing di saluran napas


Bronkitis Kronik
Laringotrakeomalasia
Gagal Jantung Kongestif
Pembesaran Kelenjar Limfe
Batuk Kronik akibat lain-lain
Tumor
Disfungsi Larings

Obstruksi mekanis (Misal tumor)


Stenosis Trakea

Emboli paru Bronkiolitis


TATALAKSANA
Edukasi

Menilai dan monitor berat asma secara berkala

Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus


Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka
panjang
Menetapkan pengobatan pada serangan akut

Kontrol secara teratur

Pola hidup sehat


EDUKASI

Bentuk pemberian edukasi :


 Komunikasi/nasehat saat berobat.
 Ceramah

Edukasi yang baik akan menurunkan morbiditi dan  Latihan/ training


mortaliti, menjaga penderita agar tetap masuk sekolah/  Supervisi
kerja dan mengurangi biaya pengobatan karena
 Diskusi
berkurangnya serangan akut terutama bila
membutuhkan kunjungan ke unit gawat darurat/  Tukar menukar informasi (sharing of information
perawatan rumah sakit. group)
 Film/video presentasi
 Leaflet, brosur, buku bacaan
MENILAI DAN MONITOR BERAT ASMA SECARA BERKALA

PENILAIAN Penilaian klinis berkala antara 1 - 6 bulan dan monitoring asma oleh
penderita sendiri

Umumnya tindak lanjut (follow-up) pertama dilakukan < 1 bulan ( 1-2


minggu) setelah kunjungan awal

Pada setiap kunjungan layak ditanyakan kepada penderita; apakah


keadaan asmanya membaik atau memburuk dibandingkan kunjungan
terakhir.

Kemudian dilakukan penilaian pada keadaan terakhir atau 2 minggu


terakhir sebelum berkunjung dengan berbagai pertanyaan.
Setiap penderita sebaiknya diajarkan bagaimana mengenal gejala dan
tanda perburukan asma serta bagaimana mengatasinya termasuk
menggunakan medikasi sesuai anjuran dokter.

Gejala dan tanda asma dinilai dan dipantau setiap kunjungan ke


PEMANTAUAN
dokter melalui berbagai pertanyaan dan pemeriksaan fisis

Pemeriksaan Faal paru (Spirometri dan Pemantauan Arus Puncak


Ekspirasi)
IDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN FAKTOR PENCETUS
MERENCANAKAN DAN MEMBERIKAN PENGOBATAN JANGKA
PANJANG

Medikasi
3 Faktor yang perlu
Tahapan
dipertimbangkan Pengobatan

Penanganan asma
mandiri
Pengontrol

Medikasi
Pelega
Kortikosteroid Inhalasi

Kortikosterid sistemik

Nedokromil sodium

Metilsantin
Pengontrol Antagonis beta-2 kerja lama inhalasi

Antagonis beta-2 kerja lama oral

Leukotrien modifiers

Antihistamin generasi ke-2


Agonis beta 2 kerja singkat

Kortikosteroid sistemik
Pelega / Antikolinergik
Reliever
Aminofilin

Adrenalin
Tahapan
Penanganan
Asma
PENATALAKSANAAN
SERANGAN ASMA DI
RUMAH SAKIT
PENATALAKSANAAN
SERANGAN ASMA DI
RUMAH
RENCANA PENGOBATAN SERANGAN
ASMA BERDASARKAN BERAT
SERANGAN DAN TEMPAT
PENGOBATAN
KONTROL TERATUR

Dokter sebaiknya menganjurkan penderita untuk kontrol tidak hanya bila terjadi serangan akut, tetapi kontrol teratur
terjadual, interval berkisar 1- 6 bulan bergantung kepada keadaan asma. Hal tersebut untuk meyakinkan bahwa asma
tetap terkontrol dengan mengupayakan penurunan terapi seminimal mungkin.
POLA HIDUP SEHAT

Meningkatkan kebugaran fisis

Berhenti atau tidak pernah merokok

Lingkungan Kerja

Obat Asma
PILIHAN OBAT UNTUK LANGKAH PENATALAKSANAAN
ASTHMA GINA 2018
Langkah Pilihan Pilihan Controller Lainnya Pilihan
Controller   Reliever
Utama  
 
Langkah I   Pertimbangkan ICS dosis Short
rendah acting beta
Langkah II ICS dosis Leucotriene receptor agonist
rendah antagonist (LTRA) (SABA) * Tidak untuk anak <12 tahun
  jika perlu ** Untuk anak 6-11 tahun,
Teofilin dosis rendah*  
langkah 3 yang direkomendasikan
Langkah III ICS/LABA ICS dosis sedang/tinggi SABA atau adalah ICS dosis sedang
  dosis rendah** ICS dosis rendah + LTRA ICS/formot
atau teofilin erol jika *** Tiotropium menggunakan
Langkah IV ICS/LABA Tiotropium perlu inhaler adalah terapi tambahan
  dosis ICS dosis sedang/tinggi +
sedang/tinggi LTRA atau teofilin
untuk pasien >12 tahun dengan
Langkah V Tiotropium*** + Kortikosteroid oral riwayat eksaserbasi.
atau anti IL-5
 
FOLLOW UP SETELAH EKSASERBASI ASTHMA

 Pemahaman pasien mengenai penyebab eksaserbasi


 Adanya faktor risiko yang dapat dimodifikasi,
misalnya rokok
 Kepatuhan terhadap pengobatan
 Penggunaan SABA hanya jika perlu, bukan secara
rutin
 Kemampuan menggunakan inhaler dengan benar
Asthma PPOK Asthma-PPOK
Usia saat onset Biasanya saat masa kanak, namun bisa timbul Usia >40 tahun Biasanya >40 tahun, namun
di usia berapapun bisa memiliki gejala di masa
kanak
Pola gejala Dapat bervariasi seiring waktu, biasanya Kronik, biasanya gejala Sesak saat beraktivitas dapat
pernapasan membatasi aktivitas. Dipengaruhi olahraga, berkelanjutan, dengan derajat persisten, tetapi derajat gejala
emosi, alergen, debu gejala berubah-ubah dapat bervariasi

Fungsi paru Keterbatasan saluran napas saat ini atau FEV1 dapat membaik setelah Keterbatasan saluran napas
riwayat penatalaksanaan tidak sepenuhnya reversibel,
  namun derajatnya bervariasi
Fungsi paru antar Dapat normal antar gejala Keterbatasan saluran napas Keterbatasan saluran napas
gejala menetap menetap
Riwayat penyakit Riwayat alergi atau riwayat keluarga Riwayat paparan terhadap gas Biasanya riwayat terdiagnosis
dahulu atau keluarga seperti rokok asthma, alergi, riwayat
keluarga, dan atau paparan
terhadap gas seperti rokok

Rontgen dada Biasanya normal Hiperinflasi paru Mirip PPOK


PENCEGAHAN

Primer

Sekunder

Tersier
DAFTAR PUSTAKA

 Pedoman Diagnosis dan Pentalaksanaan Asma di Indonesia, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003
 Pedoman Pengendalian Penyakit Asma Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2008
 Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2014
 Global Strategy for Asthma Management and Prevention, 2018.

Anda mungkin juga menyukai