Anda di halaman 1dari 33

Laporan Kasus

Pneumonia

dr. Tabitha A.E. Silalahi


Definisi
 Pneumonia adalah peradangan yang mengenai
parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis
yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan
alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan
paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
Etiologi
 Cara terjadinya penularan berkaitan dengan jenis
kuman misalnya :
› Droplet infeksi : Streptococcus pneumoniae.
› Melalui selang infus : Staphylococcus aureus.
› Infeksi pada pemakaian ventilator : P.
Aeruginosa dan Enterobacter.
Epidemiologi
 Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan prevalensi
nasional ISPA: 25,5% (16 provinsi di atas angka
nasional), angka kesakitan (morbiditas) pneumonia pada
Bayi: 2.2 %, Balita: 3%, angka kematian (mortalitas)
pada bayi 23,8%, dan Balita 15,5%.
Klasifikasi

› Pneumonia komuniti (community-acquired


pneumonia) : endemik, muda atau orang tua.
› Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia
/ nosocomial pneumonia): didahului perawatan di RS
› Pneumonia aspirasi : alkoholik, usia tua.
› Pneumonia pada gangguan imun : pada pasien
transplantasi, onkologi, AIDS.
Faktor Risiko:
 Pasca infeksi virus
 Kebiasaan merokok
 DM
 Keadaan immunodefisiensi
 Kelainan atau kelemahan struktur organ dada
 Penurunan kesadaran
Patogenesis
 Proses patogenesis pneumoni terkait dengan tiga
faktor :
› Keadaan imunitas
› Mikroorganisme yang menyerang pasien
› Lingkungan
Diagnosa
 Gejala Klinis :
› Sesak nafas
› Demam, Suhu tubuh dapat melebihi 40 0C.
› Batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai
darah.
› Nyeri dada .

 Pemeriksaan fisik :
› Inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernafas.
› pada palpasi fremitus dapat mengeras.
› pada perkusi pekak.
› pada auskultasi terdengar suara nafas.bronkovaskuler sampai
bronkial yang mungkin disertai ronki basah.
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Radiologis
› terdapat gambaran infiltrar atau konsolidasi

 Pemeriksaan Laboratorium
› Leukositosis

 Pemeriksaan Bakteriologis
› Kultur kuman
Gambaran RO Thoraks Pneumonia
Penatalaksanaan
 Non Farmakologi:
Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak,
khususnya anjuran untuk batuk dan napas dalam.
Kriteria CURB-65
Kriteria Rawat ICU :
 Ditemukan 1 diantara 2 kriteria mayor:
 Memerlukan ventilasi mekanik
 Syok septik dan memerlukan obat vasopressor
 Atau ditemukan 3 kriteria minor :
 Laju napas >30 x/i
 PaO2/FiO2 rasio < 250
 Infiltrat multilobus
 Konfusi
 Blood Urea Nitrogen (BUN) >20 mg/dl
 Leukopenia (leukosit <4000/mm3)
 Trombositopenia
 Hipotermi
 Hipotensi, memerlukan terapi cairan agresif
Faktor modifikasi : penyakit jantung hati, atau ginjal yang kronis, diabetes melitus,
alkoholik. Keganasan, asplenia, imunokompromise, menggunakan antibiotik
dalam 3 bulan terakhir, adanya risiko streptococcus pneumonia resiten obat.
Diagnosa Banding :

 Tb paru
 Efusi Pleura
Status Pasien
 Nama : Ny. DR
 Jenis kelamin : Perempuan
 Umur : 49 tahun
 Berat badan : 48 kg
 Alamat : Dolok Silau, Sumut
 Agama : Kristen Protestan
 MRS : 22 Juni 2022
 Tanggal Pemeriksaan : 22 Juni 2022
Anamnesa

 Keluhan Utama : Sesak nafas

 Deskripsi :
Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas 4 hari ini.
Sesak memberat saat beraktivitas. Sesak tidak berkurang
dengan perubahan posisi ataupun tidur dengan bantal tinggi.
Pasien juga mengeluhkan demam tinggi 5 hari yang lalu,
demam naik turun (demam turun bila dikasi tablet penurun
demam dari dokter), sebelum demam pasien juga mengeluh
batuk kering tanpa dahak seminggu yang lalu. Batuk berdarah
(-), Penurunan berat badan dalam 1 bulan ini (-), keringat
malam (-).

 RPT :-


Pemeriksaan Fisik
 Status present :
keadaan umum
KU : Tampak sakit sedang
sensorium : Compos mentis
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 82 x/i Reguler , t/v kuat
pernafasan : 24 x/i abdominalthorakal
Temp : 38ºC
Spo2 : 93%

 Gizi :
berat badan : 55kg
tinggi badan : 155cm

Status gizi : Normoweight.


Kepala
 Mata : konjunctiva anemis (-),
sklera ikterik (-), pupil D/S isokor.
 Telinga : kedua membran timpani
intake,serumen(-).
 Mulut : mukosa bibir tidak sianosis
lidah tidak kotor tidak
hiperemis, uvula di tengah.
 Leher : Tidak ada pembesaran KGB.
Thorax
Anterior Posterior

Inpeksi Simetris fusiformis. Simetris fusiformis.

Palpasi SF kiri = SF kanan SF kiri = SF kanan

Perkusi sonor di lapangan bawah paru sonor di lapangan bawah paru


sinistra. sinistra.

Auskultasi SP : vesikuler di seluruh SP : vesikuler di seluruh lapang


lapang paru dextra; vesikuler paru dextra; vesikuler di
di lapangan atas dan lapangan lapangan atas dan lapangan
tengah paru sinistra. tengah paru sinistra.
ST : ronki basah di lapang ST : ronki basah di lapang paru
paru kanan. kanan.
Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.
 Palpasi : Ictus cordis tidak teraba.
 Perkusi : Batas Jantung Relatif.
› Atas : ICR III Sinistra.
› Kanan : Linea Sternalis Dextra.
› Kiri : 1 cm medial Linea Midclavicula
Sinistra ICR VI.
 Auskultasi :
› BJ l dan BJ II normal.
› ST: desah (-), gallop (-).
› M1>M2, A2>A1, P2>P1, A2>P2
Abdomen
 Inspeksi : Simetris, Distensi (-), pernafasan
abdomen (+)
 Palpasi : Soepel, Hepar/Lien/Renal:
organomegali (-), nyeri tekan (-).
 Perkusi : Tympani di seluruh lapang
abdomen.
 Auskultasi : Peristaltik (-), kesan:
normal.
 EKSTREMITAS
› Superior : Edema (-) / (-), clubbing finger (-).
› Inferior : Edema (-) / (-), clubbing finger (-).
 

 NEUROLOGI
› Refleks Fisiologis (+) Normal,
› Refleks Patologis (-).
 
 BICARA : Normal.
Pemeriksaan Penunjang
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 22 Juni 2022

 GDS : 89 mg/dl
 Ureum : 22 mg/dl
 Kreatinin : 0,5 mg/dl
 As. Urat : 3,7 mg/dl
Gambaran Radiologis
Tanggal 22 Juni 2022
Diagnosa
Diagnosa banding :
 Pneumonia
 TB paru
 PPOK

Diagnosa kerja : Pneumonia

Therapi
 O2 3-4 lpm
 Ivfd RL 20 gtt/i
 Inj Levofloxacin 1 fls/hr
 Inj cefotaxim 1 gr/12j
 Inj lansoprazole 1 fls/hr
 Acetylsistein 3x1
 Salbutamol 3x1
Follow Up
Diskusi
Faktor predisposisi antara lain : tidak dijumpai Pada kasus ini, penderita seorang perempuan
dengan usia 49 tahun.

Manifestasi klinis dari pneumoni adalah : Pada pasien didapati :


• Demam tinggi 38 ⁰C, bersifat naik
 Demam, suhu tubuh dapat melebihi 40 C.
0
turun sejak 4 hari yang lalu.
 Sesak nafas. • Sesak nafas.
• Batuk tidak disertai dahak
 Nyeri dada. •Pada pemeriksaan fisik regio thorax :
 Tanda konsolidasi paru (perkusi paru yang redup, ronki basah palpasi SF kiri = SF kanan, perkusi
sonor diseluruh lapangan paru,
didaerah basale). auskultasi ronki basah dibagian basal
 Batuk dan sputum produktif. paru dekstra.

 Leukositosis.
Pemeriksaan Radiologis FOTO THORAX
• Pola radiologis dapat berupa air bronkhogram. Thorax : Tampak infiltrat di paru kanan. Kesimpulan :
• Distibusi infiltrat pada segmen apikal lobus Pneumonia.
bawah atau inferior lobus.

Penatalaksanaan : Pada pasien ini diberikan terapi :


 Antibiotik • O2 3-4 lpm
 Terapi oksigen
• Ivfd RL 20 gtt/i
• Inj Levoflox 1 fls/hr
 Humidifikasi dengan nebulizer
• Inj cefotaxim 1 gr/12j
 Fisioterapi dada • Inj lansoprazole 1 fls/hr
 Pengaturan cairan • Acetylsistein 3x1
 Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu • Salbutamol 3x1
diberikan.
 Obat inotropik
 Ventilasi mekanis.
 Drainase empiema bila ada.
 Pemberian antibiotik sebenarnya harus berdasarkan dari hasil kultur. Akan
tetapi pada pneumonia diberikan terapi empiris. Pemberian terapi
cefotaxim pada pasien ini dikarenakan karena pada pneumonia komunitas
disebabkan kebanyakan oleh bakteri Streptokokus pneumoniae. Cefotaxim
merupakan sefalosporin generasi III yang memiliki aktivitas broad
spectrum yang dapat membunuh bakteri gram positif dan gram negatif
termasuk Streptokokus pneumoniae. Penisilin atau ampisilin merupakan
obat pilihan untuk pasien suspek pneumonia, akan tetapi di Indonesia
tingkat resistensi terhadap penisilin semakin meningkat.

 Pasien dirujuk ke Medan dikarenakan kondisi pasien yang tidak membaik


dan diperlukannya pemeriksaan lebih lanjut seperti pemeriksaan kultur,
untuk mengetahui bakteri penyebab sehingga mendapatkan terapi yang
lebih spesifik. Juga diperlukannya fasilitas yang lebih lengkap seperti
ventilator jika keadaan pasien semakin memburuk.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai