Skenario 2
Batuk lama dan kambuh – kambuhan
Pria usia 55 tahun datang ke poliklinik rawat jalan puskesmas karena batuk. Batuk
sejak 2 bulan yang lalu dan disertai sesak nafas. Batuk memberat sejak 2 minggu yang lalu
dan disertai sesak nafas apabila pasien beraktivitas. Batuk disertai dahak berwarna kuning
kehijauan dan beberapa kali ada bercak darah warna merah segar. Berat badan makin
hari makin menurun dan nafsu makan menurun sekali. Beberapa hari ini penderita
mengeluhkan mual dan muntah. Badan terasa sumer dan berkeringat bila malam hari.
Sebelumnya penderita tidak pernah sakit seperti ini. Penderita sehari hari bekerja sebagai
tukang parkir dan tinggal didaerah bantaran sungai bersama istri dan kelima anaknya.
Kepala puskesmas membahas program TB Puskesmas bersama staff.
Pemeriksaan fisik TD 120/80 mmHg, nadi 100x/mnt, RR 32x/mnt, suhu 37,9 C, GCS
456. bentuk dada normal. Perkusi kedua hemithorax sonor, stemfremitus kedua hemithorax
normal, suara nafas vesikuler di perifer dan ronchi di apex paru kanan. Jantung : Iktus
cordis tidak tampak, perkusi batas kanan jantung pada sternal line dextra dan batas kiri
jantung pada MCL sinistra ICS 5. Suara jantung 1 dan 2 normal, tidak ada splitting, dan
tidak ada murmur. Abdomen : hepar, lien tidak teraba. Shifting dullness dan undulasi
negatif. Bising usus normal. Ekstremitas superior dan inferior dalam batas normal
Keyword
Pria usia 55 tahun
Batuk sejak 2 bulan disertai sesak nafas terutama saat beraktivitas
Bb turun
Terdengar ronchi di apex paru kanan
Batuk memberat sejak 2 minggu
Batuk dahak warna kuning kehijauan dengan bercak darah merah segar
Badan sumer dan keringat saat malam hari
Bekerja sebagai tukang parkir
Shifting dullness dan undulasi –
Tinggal di daerah bantaran sungai
Klarifikasi Istilah
1. Suara nafas vesikuler adalah suara yang dapat didengar pada bagian
vesikuler yaitu bagian dada samping dan dada dekat perut (ramadhan
mz, 2012)
- Suara inspirasi lebih keras dibandingkan dengan ekspirasi serta lebih
panjang dan nadanya lebih tinggi dari suara ekspirasi (ramadhan mz,
2012)
- Suara normal yang dihasilkan oleh saluran nafas yang besar dan laring
(thomas dan moghan, 2015)
- Merupakan suara pernafasan normal yang terdengar hampir di semua
permukaan paru, dimana inspirasi lebih panjang dari kespirasi dan
suaranya tergantung dari BMI pasien ( kemalasari, 2011)
2. Shifting dullness adalah pemeriksaan fisik untuk mendeteksi adanya
cairan bebas patologis (ascites) (goldberg, 2010)
- Pemeriksaan yang mendeskripsikan suara pekak yang berpindah
pada saat perkusi akibat adanya cairan bebas di rongga abdomen
(hardison, 2011)
3. Murmur adalah bising jantung atau kelainan pada jantung yang
dapat didengar melalui stetoskop yang dihasilkan oleh jantung ketika
aliran darah tidak lancar dan terjadi turbulensi (elfriadi, 2011)
- Suatu gejala kelainan katub jantung dengan pola pola tertentu yang
sesuai dengan pola kelainan jantung yang diderita pasien. Suara
murmur bisa didengar dengan stetoskop (young, 2011)
- Suara yang terdengar diantara detak jantung bisa normal maupun
abnormal. Biasanya pada murmur abnormal tergantung kelainan
jantung yang menyebabkan dan bisa diserati batuk kronis, terengah
engah dan pusing (mueller, 2016)
4. Splitting merupakan bunyi pecah jantung biasanya pada suara 2 dan
saat inspirasi, atau bisa juga pada suara satu jantung dikarenakan
penutupan katub mitral dan trikuspid tidak bersamaan (
purwaningtyas, 2017)
- Dapat bersifat fisiologis, pada saata pasien menarik nafas dalam
1. Td 120/80mmHg : normal
2. Nadi 100x/mnt : tanda awal takikardi
3. Rr 32x/mnt : meningkat. Normal 12-24x/mnt
4. Peningkatan suhu 37,9 C. Normal 36.5 – 37.2
5. Gcs 456 : normal
6. Bentuk dada normal : tidak ada pembersaran organ / tumor
7. Hemithorax sonor : normal
8. Suara nafas vesikuler di perifer paru : normal
9. Ronchi di apex paru kanan : ada tanda obstruksi di apex paru
10. Pemeriksaan jantung : normal baik dari batas jantung maupun auskultasinya.
11. Pmx abdomen : tidak ada hepatomegali / splenomegali yang kemungkinan akan
mendesak rongga dada. Tidak ada ascites
3. Mengapa badan pasien sumer dan berkeringat saat malam
hari?
Pemeriksaan Fisik :
•GCS : 456
•TD : 120/80 mmHg
•Nadi : 100x/menit
•RR : 32x/menit
•Suhu : 37,9 C
•Bentuk dada : normal
•Perkusi hemithorax : sonor
•Stemfrenitus hemithorax : normal
•Suara nafas : vesikuler di perifer dan ronchi di apex paru
kanan
•Jantung : ictus cordis tidak tampak, perkusi batas kanan
sternal line dextra, batas kiri MCL sinistra ICS V, suara
jantung I dan II normal, tidak ada murmur
•Abdomen : hepar, lien tidak terab a
•Shifting dullness dan undulasi : negatif
DD : Pemeriksaan Penunjang :
•TB •Sputum
•Tumor Paru •Fotothorax
Diagnosis
•COPD •DL
•Pneumoni
TB COPD
Tumor Paru
JARINGAN PARU
UV HANCUR SEMUA
UDARA BEBAS
KELEMBAPAN ALVEOLUS
VENTILASI BURUK
BERKOLONI BEREPLIKASI HANCUR SEBAGIAN
IMUNOLOGI
MENGINDUKSI NON SPESIFIK
RESPON IMUN
LOBUS PARU
BAWAH/TENGAH
TERLIBAT KELENJERB
PARAHILUS PRIMER
SALURAN APEX PARU TERLIBAT -sudah terjadi sakit primer : tidak ada
NAPAS KELENJER PARA keluhan tapi tuberculin (-)
REGIONAL TRAKEAL -kompleks primer terbentuk
-95% akan sembuh
-5% sakit TB
Kuman yang
Imunitas turun, Infeksi endogen TB dewasa
dormant
karena penyakit
(tidur)
batuk cavitas
Invasi ke parenkim
Bagian tengah
nekrosis, lembek, Tuberkel ( sel datia-
membentuk Granulosa Langerhans dan 3-10 minggu
jaringan keju histiosit
SEKUNDER
KLASIFIKASI
A. PATOLOGIS : primer dan sekunder
B. LESI RADIOLOGIS : TB minimal, moderately advanced tuberculoced,
far advanced TB
C. LOKASI ANATOMIS : Tb paru dan TB ekstra paru
D. RIWAYAT PENGOBATAN : kasus baru, kasus dengan riwayat
pengobatan sebelumnya
anamnesis
Gejala lokal (respiratorik) : batuk lebih dari 2 minggu, hemoptysis,
sesak napas, nyeri dada.
Gelaja asimtomatik : demam, malaise, keringat malam, anoreksia, bb
turun
Pemeriksaan fisik
Suara napas bronkial
Suara napas melemah
Ronki basah
Pembesaran KGB sekitar leher dan ketiak pada pasien limfadenitis TB
Pada pasien pleuritis TB karena ada cairan, hasil perkusi menjadi
pekak dan auskultasi melemah, hingga tidak terdengar pada tempat
yang ada cairan
Pemeriksaan bakteriologi
Diambil dari specimen : dahak, cairan pleura, cairan serebrospinal dll
dilakukan 3 kali (SPS)
Hasil :
a. BTA (+) : 3X positif atau 2X positif dan 1X negative
b. BTA (-) : 3X negative
c. Jika hasil 1X (+) dan 2X (-) diulang pemeriksaan BTA 3X lagi dan
bila : 1x (+) dan 2X (-) BTA (+), 3X negative BTA (-)
Diagnosis
TB BARU
Pmx Bakteriologis : mikroskopis, biakan, tes cepat
Pmx fisik + Pmx penunjang (foto thorax) bakteriologis (-)
Batuk
Produksi sputum berlebih
Dispneu
Progresif
Berhenti merokok
Perbaikan Nutrisi
Terapi Farmakologi
SUMBER
Terapi
1. Edukasi
2. Obat obatan
a. Bronkodilator : antikolinergik, agonis beta 2, kombinasi antikolinergik dan agonis beta
2, gol. Xantin
b. Antiinflamasi digunakan pada eksaserbasi akut
c. Antibiotik hanya diberikan kalo ada infeksi
d. Mukolitik
3. Terapi oksigen
4. Ventilator
5. Nutrisi
6. Rehabilitasi
7. Terapi pembedahan transplantasi paru, bulektomi
Klasifikasi PPOK
Ringan
Stabil Sedang
Berat
PPOK
Ringan
Eksaserbasi Sedang
Berat
Tatalaksana menurut klasifikasi
Stabil PPOK
Kriteria PPOK Stabil
Tidak dalam kondisi gagal nafas
Dahak jernih tidak berwarna
Aktivitas terbatas tidak disertai sesak
Tidak menggunakan brobkodilator tambahan memakai bronkodilator sesuai renacana
awal
Tatalaksana PPOK stabil
Gunakan obat obatan yang sesuai dengan kondisi pasien
Terapi o2
Rehabilitasi
Evaluasi dan monitoring
Eksaserbasi PPOK
Gejala eksaserbasi
Sesak bertambah
Produksi sputum meningkat
Perubahan warna sputum
Tipe eksaserbasi akut
Ringan punya 1 gejala eksaserbasi
Sedang punya 2 gejala eksaserbasi
Berat punya 3 gejala eksaserbasi
Tatalaksana eksaserbasi ringan bisa dilakukan dirumah dan eksaserbasi sedang berat dilakukan
di RS
Eksaserbasi ringan
Tambah dosis bronkodilator atau rubah bentuk bronkodilator menjadi bentuk nebuliser
Menggunakan o2 saat aktivitas dan selama tidur
Tambahkan mukolitik
Tambahkan ekspektoran
Eksaserbasi berat
Indikasi berat ada infeksi saluran nafas berat, gagal napas, gagal jantung kanan
Obat – obatan diberikan secara IV dan nebuliser (antibiotik, bronkodilator, kortikosteroid)
Terapi oksigen adekuat
Nutrisi adekuat mencegah starving karena hipoksemia
Ventilasi mekanik digunakan apabila terapi oksigen tidak mencapai target
DD
Asma
SOPT (Sindroma Obstruksi Pascatuberculososis)
Adalah penyakit obstruksi saluran napas yang ditemukan pada
penderita pascatuberculosis dengan lesi paru yang minimal
Pneumotoraks
Gagal jantung kronik
Penyakit paru dengan obstruksi saluran napas lain misal :
bronkiektasis, destroyed lung
Perbedaan asma, PPOK, SOPT
PENCEGAHAN
1. Mencegah terjadinya PPOK
- Hindari asap rokok
- Hindari polusi udara
- Hindari infeksi saluran napas berulang
2. Mencegah perburukan PPOK
- Berhenti merokok
- Gunakan obat-obatan adekuat
- Mencegah eksaserbasi berulang
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah :
1. Gagal napas
- Gagal napas kronik
- Gagal napas akut pada gagal napas kronik 2. Infeksi berulang
3. Kor pulmonal
TUMOR PARU
Pengertian
Tumor adalah
benjolan abnormal
dalam tubuh
(keganasan/infeksi)
Hamartroma
Jinak Papiloma
Adenoma
Tumor paru
SCC
NSCLC (non
small cell lung
cancer)
Ganas Adenokarsinoma
SCLC (Small cell
lung cancer)
Faktor resiko
Pola Genetik
makan
Patofisiologi
SCLC
- Dominasi sel kecil terisi mukus (oat cell carcinoma)
NSCLC
- SCC (proses keratinisasi dan pembentukan bridge intraseluler)
HistoPA HistoPA
(Bronkoskopi) (transtorakal
biopsi)
Pengobatan
Terapi Radioterapi
bedah
Kemoterapi
TEXT BOOK
LO 2
PROGRAM PENGENDALIAN TB PUSKESMAS
Tujuan dan Target
Tujuan menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB dalam
rangka pencapaian tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
Target
Diharapkan pada tahun 2020 Indonesia bisa mencapai target
penurunan insidensi sebesar 20% dan angka mortalitas sebesar 25%
dari angka insidensi tahun 2015
DOTS
Pemberantasan penyakit TB dilaksanakan dengan sistem DOTS
(Directly Observer Treatmen Short Course)
Pada awalnya DOTS hanya dilaksanakan di Puskesmas tapis sekarang
sudah dilaksanakan secara nasional di seluruh fasilitas pelayanan
kesehatan.
Mengapa perlu DOTS?
Fakta menunjukkan bahwa TB masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat
Indonesia, antara lain:
1. Indonesia merupakan negara dengan pasien TB terbanyak ke-4 di dunia setelah India,
Cina, dan Afrika Selatan. Diperkirakan jumlah pasien TB di Indonesia sekitar 5,7% dari
total jumlah pasien TB dunia, dengan setiap tahun ada 450.000 kasus baru dan 65.000
kematian. Penemuan kasus TB apusan dahak basil tahan asam (BTA) positif sejumlah 19.797
pada tahun 2011.
2. Pada tahun 2009, prevalens HIV pada kelompok TB di Indonesia adalah sekitar 2,8%.
3. Prevalens TB resisten OAT ganda (multidrug resistance = MDR) di antara kasus TB baru adalah
sebesar 2%, dan di antara kasus pengobatan ulang adalah sebesar 12%, sesuai laporan WHO
tahun 2012
4. Pada tahun 1995, hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan bahwa
penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskular
dan penyakit saluran napas pada semua kelompok usia, dan nomor satu dari golongan penyakit
infeksi.
5. Hasil survei TB di Indonesia pada tahun 2004 menunjukkan bahwa prevalens TB dengan
apusan dahak BTA positif secara nasional adalah 110 per 100.000 penduduk.
Kegiatan
a. Tata laksana pasien TB: Penemuan tersangka (suspek) TB,
Diagnosis, Pengobatan
b. Manajemen Program:
- Perencanaan
• TB 1. Kartu pengobatan TB
• TB 2. Kartu identitas penderita
• TB 3. Register TB Kabupaten
• TB 4. Register Laboratorium TB
• TB5.Formulir permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaandahak
• TB 6. Daftar tersangka penderita (suspek) yang diperiksadahak SPS
• TB 7. Laporan Triwulan Penemuan Penderita Baru dan Kambuh
• TB 8. Laporan Triwulan Hasil Pengobatan Penderita TB Paru yang terdaftar 12 – 15
bulan lalu
• TB 9. Formulir rujukan/pindah penderita
• TB 10. Formulir hasil akhir pengobatan dari penderita TB pindahan
• TB11.Laporan Triwulan Hasil Pemeriksaan Dahak Akhir Tahap Intensif untuk penderita
terdaftar 3 - 6 bulan lalu
• TB 12. Formulir Pengiriman Sediaan Untuk Cross Check
• TB 13. Laporan Penerimaan dan Pemakaian OAT di Kabupaten
JURNAL
LO 1
TB, PPOK, Tumor Paru
Definisi Pencegahan
TB
Jurnal
Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosa). Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya
Etiologi
MYCOBACTERIUM TUBERCULOSA
- Berbentuk batang agak sedikit melengkung
- Spora (-)
- Kapsul (-)
- Lebar 0,3 – 0,6 µm dan panjang 1 – 4 µm
- Dinding terdiri dari asam mikolat (60%), lilin kompleks
(complex-waxes), trehalosa dimikolat yang disebut “cord
factor”, dan mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam
virulensi, polisakarida (arabinogalaktan dan arabinomanan)
tahan asam
- Antigen dapat diidentifikasi dengan menggunakan antibodi
monoklonal
- Genom 4,4 Mb (mega base) dengan kandungan guanin (G)
dan sitosin (C) terbanyak
Epidemiologi
WHO 8,8 juta kasus baru tuberkulosis 3,9 juta adalah kasus
BTA (Basil Tahan Asam) positif
Jumlah terbesar kasus TB Asia Tenggara 33 % 182 kasus
per 100.000 penduduk
2 juta kematian per tahun
Jumlah terbesar kematian Asia Tenggara 625.000 39 orang
per 100.000 penduduk
Patofisiologi
Gejala Klinis
Diagnosis
Tatalaksana
Pengobatan TB pada Keadaan Khusus
TB MILIER
• Rawat inap
• Paduan obat: 2 RHZE/ 4 RH
• Pada keadaan khusus (sakit berat), tergantung keadaan klinik, radiologik dan evaluasi
pengobatan , maka pengobatan lanjutan dapat diperpanjang sampai dengan 7 bulan 2RHZE/
7 RH
• Pemberian kortikosteroid tidak rutin, hanya diberikan pada keadaan
- Tanda / gejala meningitis
- Sesak napas
- Tanda / gejala toksik
- Demam tinggi
• Kortikosteroid: prednison 30-40 mg/hari, dosis diturunkan 5-10 mg setiap 5-7 hari, lama
pemberian 4 - 6 minggu.
PLEURITIS EKSUDATIVA TB (EFUSI PLEURA TB) Paduan obat:
2RHZE/4RH.
• Evakuasi cairan, dikeluarkan seoptimal mungkin, sesuai keadaan
penderita dan berikan kortikosteroid
• Dosis steroid : prednison 30-40 mg/hari, diturunkan 5-10 mg setiap 5-
7 hari, pemberian selama 3-4 minggu.
TB DI LUAR PARU
Paduan obat 2 RHZE/ 1 0 RH. Prinsip pengobatan sama dengan TB paru
menurut ATS, misalnya pengobatan untuk TB tulang, TB sendi dan TB kelenjar,
meningitis pada bayi dan anak lama pengobatan 12 bulan. Pada diluar paru
lebih sering dilakukan tindakan bedah. Tindakan bedah dilakukan untuk :
• Mendapatkan bahan / spesimen untuk pemeriksaan (diagnosis)
• Pengobatan :* perikarditis konstriktiva * kompresi medula spinalis pada
penyakit Pott's Pemberian kortikosteroid diperuntukkan pada perikarditis TB
untuk mencegah konstriksi jantung, dan pada meningits TB untuk menurunkan
gejala sisa neurologik.
TB PARU DENGAN DIABETES MELITUS (DM)
• Paduan obat: 2 RHZ(E-S)/ 4 RH dengan regulasi baik/ gula darah terkontrol
• Bila gula darah tidak terkontrol, fase lanjutan 7 bulan : 2 RHZ(E-S)/ 7 RH
• DM harus dikontrol
• Hati-hati dengan penggunaan etambutol, karena efek samping etambutol ke
mata; sedangkan penderita DM sering mengalami komplikasi kelainan pada mata
• Perlu diperhatikan penggunaan rifampisin akan mengurangi efektiviti obat oral
anti diabetes (sulfonil urea), sehingga dosisnya perlu ditingkatkan
• Perlu kontrol / pengawasan sesudah pengobatan selesai, untuk mengontrol /
mendeteksi dini bila terjadi kekambuhan
TB PARU DENGAN HIV / AIDS
• Paduan obat yang diberikan yaitu: 2 RHZE/RH diberikan sampai 6-9
bulan
• Jangan berikan Thiacetazon karena dapat menimbulkan toksik yang
hebat pada kulit
• Obat suntik kalau dapat dihindari kecuali jika sterilisasinya terjamin
• Jangan lakukan desensitisasi OAT pada penderita HIV / AIDS (mis
INH, rifampisin) karena mengakibatkan toksik yang serius pada hati
• INH diberikan terus menerus seumur hidup.
TB PARU PADA KEHAMILAN DAN MENYUSUI
• Tidak ada indikasi pengguguran pada penderita TB dengan kehamilan • OAT
tetap dapat diberikan kecuali streptomisin karena efek samping streptomisin pada
gangguan pendengaran janin (Eropa)
• Pada penderita TB dengan menyusui, OAT & ASI tetap dapat diberikan, walaupun
beberapa OAT dapat masuk ke dalam ASI, akan tetapi konsentrasinya kecil dan
tidak menyebabkan toksik pada bayi
• Wanita menyusui yang mendapat pengobatan OAT dan bayinya juga mendapat
pengobatan OAT dianjurkan tidak menyusui bayinya, agar bayi tidak mendapat
dosis berlebihan
• Pada wanita usia produktif yang mendapat pengobatan TB dengan rifampisin
dianjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi hormonal, karena dapat terjadi
interaksi obat yang menyebabkan efektiviti obat kontrasepsi hormonal berkurang.
TB Paru dan Gagal Ginjal
• Jangan menggunakan OAT streptomisin, kanamisin dan capreomycin
• Rujuk ke ahli Paru
TB Paru dengan Kelainan Hati
• Bila ada kecurigaan gangguan fungsi hati, dianjurkan pemeriksaan faal hati
sebelum pengobatan
• Pada kelainan hati, pirazinamid tidak boleh digunakan
• Paduan Obat yang dianjurkan / rekomendasi WHO: 2 SHRE/6 RH atau 2
SHE/10 HE
• Pada penderita hepatitis akut dan atau klinik ikterik , sebaiknya OAT
ditunda sampai hepatitis akutnya mengalami penyembuhan. Pada keadaan
sangat diperlukan dapat diberikan S dan E maksimal 3 bulan sampai
hepatitisnya menyembuh dan dilanjutkan dengan 6 RH
• Sebaiknya rujuk ke ahli Paru
Hepatitis Imbas Obat
• Dikenal sebagai kelainan hati akibat penggunaan obatobat
hepatotoksik (drug induced hepatitis)
• Penatalaksanaan - Bila klinik (+) (Ikterik [+], gejala / mual, muntah
[+]) → OAT Stop - Bila klinis (-), Laboratorium terdapat kelainan:
Bilirubin > 2 → OAT Stop SGOT, SGPT > 5 kali : OAT stop SGOT, SGPT
> 3 kali, gejala (+) : OAT stop SGOT, SGPT > 3 kali, gejala (-) →
teruskan pengobatan, dengan pengawasan
Komplikasi
- Batuk darah
- Pneumotoraks
- Gagal napas
- Gagal jantung
- Efusi pleura
Rujukan
Pencegahan Primer
Pencegahan Primer meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus
yang dapat ditujukan pada host, agent dan lingkungan. Contohnya:
– Pencegahan pada faktor penyebab tuberculosis (agent) bertujuan
mengurangi penyebab atau menurunkan pengaruh agent tuberculosis
yaitu Mycobacterium tuberculosa serendah mungkin dengan melakukan
isolasi pada penderita tuberkulosa selam menjalani proses pengobatan
– Mengatasi faktor lingkungan yang berpengaruh pada penularan
tuberkulosa seperti meningkatkan kualitas pemukiman dengan
menyediakan ventilasi pada rumah dan mengusahakan agar sinar
matahari dapat masuk ke dalam rumah
– Meningkatkan daya tahan seperti meningkatkan status gizi individu,
pemberian imunisasi BCG terutama bagi anak
– Meningkatkan pengetahuan individu pejamu (host) tentang
tuberkulosa definisi, penyebab, cara untuk mencegah penyakit
tuberculosis paru seperti imunisasi BCG, dan pengobatan tuberculosis
paru
Pencegahan Sekunder
Pencegahan Sekunder meliputi diagnosa dini dan pencegahan yang
cepat untuk mencegah meluasnya penyakit, untuk mencegah proses
penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya komplikasi. Sasaran
pencegahan ni ditujukan pada mereka yang menderita atau dianggap
menderita (suspect) atau yang terancam akan menderita tuberkulosa
(masa tunas). Contohnya:
– Pemberian obat anti tuberculosis (OAT) pada penderita tuberkulosa
paru sesuai dengan kategori pengobatan
– Penemuan kasus tuberkulosa paru sedini mungkin dengan melakukan
diagnosa pemeriksaan sputum (dahak) untuk mendeteksi BTA pada
orang dewasa
– Diagnosa dengan tes tuberculin
– Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya
– Melakukan foto thorax
– Libatkan keluarga terdekat sebagai pengawas minum obat anti
tuberkulosa
Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dengan tujuan mencegah jangan sampai
mengalami cacat atau kelainan permanent, mencegah bertambah
parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian. Dapat juga
dilakukan rehabilitasi untuk mencegah efek fisik, psikologis dan
sosialnya.
– Lakukan rujukan dalam diagnosis, pengobatan secara sistematis
dan berjenjang.
– Berikan penanganan bagi penderita yang mangkir terhadap
pengobatan
– Kadang kadang perlu dilakukan pembedahan dengan mengangkat
sebagian paru-paru untuk membuang nanah
COPD
Azkia Fachrina Hanifa
Jurnal
Definisi
GOLD, 2017
Faktor Resiko
1. Rokok
2. Indoor air pollutan and outdoor indoor pollutan
3. Occupational exposure
4. Genetik
5. Usia dan gender
6. Sosial-ekonomi
7. Pertumbuhan dan perkembangan paru
8. Asma
9. Bronkitis kronik
10. Infeksi
Mechanisms Underlying Airflow Limitation in COPD
AIRFLOW LIMITATION
GOLD 2015
What happened with smoking ?
Penelitian telah menunjukkan bahwa merokok dalam jangka panjang
dapat menyebabkan aneka efek, a.l.:
Mengganggu pergerakan rambut getar epitel saluran nafas
(respiratory epithelial cilliary)
Menghambat fungsi alveolar macrophages
EXPOSURE TO RISK
SYMPTOMS FACTORS
shortness of breath
tobacco
chronic cough occupation
sputum indoor/outdoor pollution
è
SPIROMETRY: Required to establish
diagnosis
© 2015 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
Anamnesis
GOLD 2017
Px. Fisik
• Inspeksi
- Pursed - lips breathing
- Barrel chest
- Penggunaan otot bantu napas
- Hipertropi otot bantu napas
- Pelebaran sela iga
- Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis i leher dan
edema tungkai
- Penampilan pink puffer atau blue bloater
GOLD 2015
Reiylly et al, 2014
• Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
• Perkusi
Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma
rendah, hepar terdorong ke bawah
• Auskultasi
- suara napas vesikuler normal, atau melemah
- terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada
ekspirasi paksa
- ekspirasi memanjang
- bunyi jantung terdengar jauh
GOLD 2015
Px. Penunjang
1. Faal paru
Spirometri (VEP1, VEP1prediksi, KVP, VEP1/KVP
2. Darah rutin
Hb, Ht, leukosit
GOLD 2015
Radiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain
Pada emfisema terlihat gambaran :
- Hiperinflasi
- Hiperlusen
- Ruang retrosternal melebar
- Diafragma mendatar
- Jantung menggantung (jantung pendulum / tear drop / eye drop
appearance)
Pada bronkitis kronik :
- Normal
- Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21 % kasus
GOLD 2015
Derajat Keparahan PPOK
GOLD 2017
Terapi
PPOK merupakan penyakit kronik progresif dan nonreversible, sehingga penatalksanaannya dibagi
menjadi pada waktu stabil dan pada waktu eksaserbasi akut
Obat-obatan
Zullies, 2017
Zullies, 2017
Zullies, 2017
Penatalaksanaan PPOK Waktu Stabil
Zullies, 2017
Zullies, 2017
Pencegahan
Influenza vaccine
Pneumoccal vaccine
GOLD 2017
Prognosis
Zullies, 2017
Diagnosis Banding
GOLD 2017
TUMOR PARU
Definisi
Tumor : adalah bentukan massa abnormal dari suatu jaringan. Tumor
bisa jinak, ganas ataupun hanya sebuah tanda dari inflamasi saja
Tumor paru bisa di sentral atau diperifer
Pada paru ada beberapa tumor yang dikenal yakni :
Ganas : SCLC dan NSCLC
Jinak : Hamartoma, papiloma, adenoma
SCLC : neuroendrokin carcinoma yang memiliki sifat agresif,
pertumbuhan cepat, serta menyebar dengan cepat diawal munculnya.
Disebut juga oat cell carcinoma
NSCLC : merupakan carcinoma yang memiliki sub tipe lain
didalamnya.
Hamartoma : pertumbuhan jaringan normal yang berlebih sehingga
membentuk tumor
Adenoma bronkial : tumor jinak di bronkus yang berasal dari jaringan
kelenjar
Papilloma : merupakan tumor yang diakibatkan infeksi dari HPV
Etiologi
Merokok
Penambangan uranium
Polusi udara
Infeksi mikroorganisme
genetik
Epidemiologi
Penyebab kematian utama pada laki-laki dan nomor 3 pada
perempuan
Perbandingan 3:1
Sering mengenai umur diatas 40 tahun
Diperkirakan meningkat
Untuk di Indonesia, insiden kangker paru menempati peringkat nomor
4
Patofisiologi
Diagnosis
Foto thoraks
Periksa sputum
Pemeriksaan histopatologi
Pemeriksaan serologi
Gejala klinis
Batuk , bisa disertai dahak atau darah
Nyeri dada
Sesak nafas
Adanya ronchi
Panas
Bb turun
Tatalaksana
Perujukan ke pusat pelayanan yang lebih tinggi
Operasi bedah
Kemoterapi
Terapi radiasi
Prognosis
Bagus
Tidak bagus
Komplikasi
NSCLC dan SCLC : metastasis
Adenoma bronkial : atelektasis, pneumonia, akibat postoperasi
Papiloma : obstruksi , transformasi
Hamartoma : postoperasi
Pencegahan
Primer
Promosi kesehatan
Perlindungan terhadap bahan yang karsinogenik
Sekunder
Diagnosis dini
Perujukan yang tepat
Tersier
Rehabilitasi
JURNAL
LO 2
PROGRAM PENGENDALIAN TB PUSKESMAS
450 ribu
8,6 juta 13% pasien
kasus pada penderita TBMDR, 170
tahun 2012 HIV + ribu
meninggal
Sebab Meningkatnya Beban Masalah TB
Kemiskinan
Disparitas ekonomi
Beban determinan sosial
Kegagalan program TB
Perubahan demografik
Besarnya masalah kesehatan yang
memengaruhi TB
Dampak HIV
MDR
Upaya Pengendalian TB (Strategi DOTS)
Monitoring
Tantangan Internal Pengendalian TB
Faskes
Ketenagaan
OAT
Manajemen pemerintah mengenai OAT
kurang
Pembiayaan
Promotif Preventif
Kuratif Rehabilitatif
Bagaimana cara mengatasi tb?
Pelayanan kesehatan harus ditingkatan
Penderita harus minum OAT secara teratur
Koordinasi dengan sektor lain
Step pengobatan harus disusun dengan baik
pemeriksaan dan pengobatan harus di RS/ puskesmas terdekat (tdk
boleh diobatin sendiri)
Memperkuat tim pelatih TB di provinsi
Ventilasi harus dirancang dengan benar (jendela dan pintu lebih
banyak terbuat dari bahan kaca)
Kegiatan Pencegahan dan Penanggulangan TB
1. Penemuan dan Diagnosis Penderita
2. Penentuan Klasifikasi dan tipe Tuberculosis
3. Pemeriksaan Dahak secara microscopis langsung
4. Pengobatan dan pengawas pengobatan
5. Cross cek sediaan dahak
6. Penyuluhan TB
7. Pencatatan dan Pelaporan
8. Supervisi
9. Monitoring dan Evaluasi
10. Perencanaan
11. Pengelolaan Logistik
12. Pelatihan
13. Penelitian
Temuan dan diagnosis
Tdk ada
Foto Thoraks dan perbaikan Ada perbaikan
Pertimbangan Dokter
Pemeriksaan Dahak
Mikroskopis
Hasil BTA Hasil BTA
+++ ---
++-