Dr. Heltty.,S.Kep.,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.MB
DEFINISI
• Penyakit paru kronik, ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran nafas yang progresif.
• Penyakit kronis yang ditandai dengan batuk produktif, dispneu & obstruktif saluran nafas
• penyakit atau g a n g g u a n paru y a n g memberikan kelainan ventilasi berupa ostruksi saluran
pernapasan y a n g bersifat progresif dan tidak sepenuhnya reversible.
• Obstruksi ini berkaitan d e n g a n respon inflamasi abnormal paru terhadap partikel asing atau
g a s y a n g berbahaya
• Pada PPOK, bronkitis kronik dan emfisema sering ditemukan bersama, meskipun keduanya
memiliki proses y a n g berbeda.
• menurut PDPI 2010, bronkitis kronik dan emfisema tidak dimasukkan definisi PPOK, karena
bronkitis kronik merupakan diagnosis klinis, s e d a n g k a n emfisema merupakan diagnosis
patologi.
EMFISEMA
EPIDEMIOLOGI
KLASIFIKASI PPOK
• PPOK Ringan 3. PPOK Berat
Gejala klinis: Gejala klinis:
- Dengan atau tanpa batuk - Sesak napas derajat sesak 3 dan 4 dengan gagal napas
- Dengan atau tanpa produksi sputum. kronik.
- Sesak napas derajat sesak 0 sampai derajat sesak 1 - Eksaserbasi lebih sering terjadi
Spirometri: - Disertai komplikasi kor pulmonale atau gagal jantung
- VEP1 • 80% prediksi (normal spirometri) atau kanan.
- VEP1 / KVP < 70% Spirometri:
• PPOK Sedang - VEP1 / KVP < 70%,
Gejala klinis: - VEP1 30% dengan gagal napas kronik
- Dengan atau tanpa batuk Gagal napas kronik pada PPOK ditunjukkan dengan
- Dengan atau tanpa produksi sputum. hasil pemeriksaan analisa
- Sesak napas : derajat sesak 2 (sesak timbul pada saat aktivitas). gas darah, dengan kriteria:
Spirometri: - Hipoksemia dengan normokapnia atau
- VEP1 / KVP < 70% atau - Hipoksemia dengan hiperkapnia
- 50% < VEP1 < 80% prediksi.
ETIOLOGI
FAKTOR RISIKO
HIDDEN SLIDE
• Akibat kebiasaan merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran
napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran nafas besar, sel mukosa membesar
(hyperthropy) dan kelenjar mukus bertambah banyak (hyperplasia) sehingga terjadi
penyempitan saluran napas. Pada jaringan paru-paru terjadi peningkatan jumlah sel
radang dan kerusakan alveoli. Akibat perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan
jaringan paru-paru pada perokok akan timbul permasalahan fungsi paru
MANIFESTASI
KLINIS
PATOFISIOLOGI
ANAMNESIS
- Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan
6. - Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis di leher dan edema tungkai
PALPASI
PERKUSI
• hipersonor
• batas jantung mengecil,
• letak diafragma rendah,
• hepar terdorong kebawah
AUSKULTASI
• - terdapat ronki / mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa
• - ekspirasi memanjang
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak rutin
Rutin • Faal paru
KOMPLIKASI
• 1. Gagal napas
• a. Gagal napas kronik
• b. Gagal napas akut
• 2. Infeksi berulang
• 3. Kor pulmonal
• 4. Pneumotoraks
TUGAS
• Tn.A dirawat di ruangan rawat inap paru masuk melalui IGD dengan alasan masuk sesak nafas dan batuk berdahak yang
meningkat sejak 10 hari sebelum masuk. Pasien mengatakan sesak bertambah seiring dengan adanya aktifitas ringan.kondisi
pasien tampak lemah dengan keluhan sesak nafas, batuk yang disertai dahak yang sulit untuk di keluarkan berwarna
kekuningan. Tn A tampak menggunakan otot bantupernafasan dan sesak bertambah dengan adanya aktifitas ringan dan pasien
mengatakan lebih nyaman dengaan posisi semi fowler.Pasien merupakan seorang perokok berat selama kurang lebih 67 tahun.
Biasanya pasienmenghabiskan sebanyak 1-2 bungkus rokok perhari. Pasien mengatakan sudah berhentimerokok sejak 2 bulan
yang lalu. Pasien tidak memiliki riwayat pengobatan sebelumnya dan tidak ada riwayat alergi makanan atau obat.Keadaan
umum pasien lemah , tingkat kesadaran compos mentis cooperative. TB 160 cm, BB 46 kg. tanda-tanda vital pasien TD :
120/80 mmHg, andi 102x/i, suhu 36,7 C dan RR 24x/i. ada pemeriksaan fisik di dapatkan pada kepala lesi (-) dan rambut tidak
mudah patah. Pada mata di temukan mata bersih, simetris, pupil isokor ø/ø (2mm/2mm), konjungtiva anemis (+). Pada hidung,
pernafasan cuping hidung (-), hidung bersih, NGT terpasang dan terpasang NRM 10L/i. Pada mulut di temukan mulut bersih,
sianosis (-). Pada leher pembesaran venajugularis (-) dan pembesaran kelenjer getah bening (-). Pada paru terlihat paru
simetris, penggunaan otot bantu pernafasan (+). Pemeriksaan premitus dada kanan = dada kiri (melemah). Pada perkusi dada
kanan dan kiri terdengar sonor dan pada auskultasi terdengar ekspirasi lebih panjang dari pada inspirasi (bronkial), terdengar
suara ronkhi. Pemeriksaan jantung didapatkan iktus kordis tidak terlihat, iktus teraba 2 jari RIC 5, pada perkusi pekak pada
batas-batas jantung, irama jantung reguler. Pemeriksaan abdomen perut simetris, hepartidak teraba, timpani, bising usus
normal, edema pada ekstremitas atas dan bawah (+) akral teraba dingin, CRT > 2dtk serta pada genitalia pasien terpasang
kateter urin. Berdasarkan hasil laboratorium kimia darah pasien didapatkan gula darah sewaktu 112 mg/dl, ureum darah 22
mg/dl, kreatinin darah 0,5 mg/dl, Hb 9,5 g/dl, leukosit 6.600/mm3, trombosit403.000/mm3, hematokrit 29 %, kalsium 8,4
mg/dl , Natrium 121 Mmol/L, Kalium 4,1 mol/L ,Total Protein 5,5 g/dl , albumin 2,7 g/dl , globulin 2,8 g/dl, bilirubin total 0,5
mg/dl , SGOT 51 u/l, SGPT 29 u/l, hasil analisa gas darah yaitu pH 7,47, PCO2 25 mmHg, PO2 117 mmHg,HCO3- 18,2
TERIMA KASIH