KEFARMASIAN
CRHONIC OBSTRUKTIF PULMONARY DISEASE
(COPD) PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS
(PPOK)
GLOBAL
INDONESIA
• Survei Kesehatan Rumah Epidemiologi PPOK di seluruh dunia tidak diketahui
secara pasti, namun diperkirakan berkisar antara 7-
Tangga (SKRT) DEPKES RI, 19%.
PPOK dan asma penyebab Global
Kota Cape Town di Afrika Selatan, angka prevalensi
kematian ke-6. tertinggi, yaitu 22.2% pada pria dan 16.7%, wanita.
• Peringkat 1 menyumbang
Kota Hannover di Jerman, angka prevalensi terendah,
angka kesakitan pada yaitu 8,6% pada pria dan 3.7%, wanita.
penyakit tidak menular
3 juta orang meninggal akibat PPOK tahun 2015
Hipersekresi Mukus
Hipersekresi mucus mengakibatkan batuk kronis yang produktif.
LANJUTAN…
Eksaserbasi
Eksaserbasi dapat disebabkan oleh infeksi atau faktor-faktor lain seperti polusi
udara, kelelahan atau timbulnya komplikasi dan sepertiga dari eksersebasi akut
penyebabnya tidak dapat diidentifikasi.
PATOGENESIS & PATOFISIOLOGI PPOK
PATOFISIOLOGI
2. Pemeriksaan Laboratorium
3. Pemeriksaan Penunjang
DIAGNOSIS
Anamnesis
bloater melebar
bantu nafas
Pursed-lips breathing (mulut d. Auskultasi
setengan katup mencucu) • Suara nafas vesikuler normal, atau
Pelebaran tulang iga lemah
Barrel Chest (diameter antero, • Terdapat ronki pada waktu bernapas
posterior dan transversal biasa atau pada ekspirasi paksa
sebanding) ekspirasi memanjang bunyi jantung
terdengar jauh.
DIAGNOSIS
Diagnosis
Banding
Gagal jantung
kongestif
ASMA
Bronkiolitis Konstriktif
Panbronkiolitis Difusa
Bronkiektasis
Tuberkulosis
DIAGNOSIS BANDING
Pemeriksaan
Laboratorium
Darah Lengkap
WBC dalam batas normal atas dan penurunan jumlah sel
darah,hemoglobin, dan hematokrit yang sangat sedikit
Chest X-Ray
Hasil pemerikasaan radiologis dapat ditemukan kelainan paru
berupa gambaran hiperinflasi atau hiperlusen, diafragma
mendatar, peningkatan corakan bronkvaskuler, jantung
pendulum dan ruang retroternal lebar.
Spirometry
Pada pasien dengan PPOK biasanya menunjukkan penurunan
nilai FEV1 dan KVP. Tingkat abnormalitas dari nilai
spirometry dapat menunjukkan derajat keparahan dari
PPOK.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Fungsi Paru
Dengan spirometri pada PPOK diutamakan untuk menentukan nilai forced
expiratory volume in 1 second (FEV1) dan the forced vital capacity (FVC).
Pada PPOK ditemukan penurunan nilai FEV1 dengan penurunan rasio FEV1/FVC.
Dapat juga dilakukan uji bronkodilator. Jika Nilai rasio FEV1/FVC post
pemberian bronkodilator <0.70, ini menunjukkan adanya keterbatasan aliran
udara yang persisten.
FAAL Paru, Spirometri menilai :
KVP = Kapasitas Vital Paksa
VEP 1 = Volume Ekspirasi Paksa detik pertama
APE =Arus Puncak Ekspresi
KLASIFIKASI PPOK
Whoa!
This could be the part of the presentation where you can
introduce yourself, write your email…
Terapi farmakologi untuk COPD kronik :
Simpatomimetik, antikolinergik, kombinasi
antikolinergik dan simpatomimetik, metilxantin,
kortikosteroid, phosphodiesterase inhibitors
Phosphodiesterase Inhibitors
Roflumilast adalah fosfodiesterase 4 (PDE4) yang diindikasikan untuk mengurangi resiko
eksaserbasi pada pasien dengan PPOK yang berhubungan dengan bronkitis kronis dan
riwayat eksaserbasi.
Dosisnya 500 mcg per oral sekali sehari, dengan atau tanpa makanan.
Roflumilast dimetabolisme oleh CYP3A4 dan 1A2; administrasi bersama dengan Induksi
kuat CYP P450 tidak direkomendasikan karena berpotensi untuk meningkatknan konsentrasi
plasma.
Berhati-hatilah saat memberikan roflumilast dengan inhibitor CYP450 yang kuat karena
tingginya potensi efek samping.
Roflumilast digunakan pada pasien dengan PPOK berat atau sangat parah yang beresiko
tinggi dan tidak dapat dikendalikan oleh inhalasi bronkodilator.
Roflumilast tidak disarankan untuk digunakan dengan teofilin karena memiliki mekanisme
yang sama
TERAPI COPD YANG MEMBURUK
TERAPI FARMAKOLOGI
Bronkodilator
Dosis dan frekuensi Kortikosteroid
bronkodilator ditingkatkan Hasil pengujian klinis menyarankan pasien
Agonis B2 aksi pendek lebih dengan COPD yang memburuk secara akut
disukai karena onset aksi yang untuk menerima kortikosteroid oral atau
cepat iv dalam jangka pendek.
Bukti klinis yang mendukung Karena variabilitas yang besar dalam
penggunaan teofilin saat keadaan rentang dosis yang digunakan dalam
memburuk hampir tidak ada. dan pengujian, dosis optimum dan durasi
oleh industri penggunaan teofilin terapi tidak diketahui.
sebaiknya dihindari. Terlihat bahwa terapi jangka pendek (9
Teofilin dapat hingga 14 hari) sama efektifnya dengan
mempertimbangkan untuk pasien terapi jangka panjang dan risiko efek
yang tidak merespon kepada samping yang lebih rendah.
terapi lain.
TERAPI COPD YANG MEMBURUK
TERAPI FARMAKOLOGI
Terapi Antimikroba
Antibiotik paling menguntungkan dan sebaiknya dimulai jika dua gejala gejala
berikut tampak: peningkatan dispnea, peningkatan volume sputum, dan peningkatan
kandungan nanah sputum.
Pada keadaan memburuk tanpa komplikasi, terapi yang menolak adalah makrolida
(azitromisin, klaritromisin), sefalosporin generasi kedua atau ketiga, atau
doksisilin.
Trimetoprim-sulfametoksazol yang sebaiknya tidak digunakan karena meningkatkan
resistensi pneumokokus.
Amoksisilin dan sefalosporin generasi pertama tidak direkomendasikan karena
kerentanan dari B-laktamase.
Eritromisin tidak melawan karena insufisiensi aktivitas melawan H. influenzae.
RHINITIS ALERGI
DEFINISI RA
• Persisten/menetap
Gejala lebih dari 4
hari/minggu atau lebih dari
4 minggu
KLASIFIKASI RINITIS ALERGI
ANTIHISTAMIN
DEKONGESTAN
KORTIKOSTEROID
1992 : urutan ke 4
1995 : 13/1000
Prevalensi 5-10% /
Asma di RS
300 juta
Moewardi 2012-
Kematian :
2013
250.000/ tahun
Terkontrol : 30%
8,8 % ke UGD
Terkontrol
0,7 % dirawat
sebagian : 47,31 %
Tidak terkontrol :
22,58%
ASMA
KLASIFIKASI ASMA
ASMA INTIRNSI
ASMA EKSTRINSIK (NON ALERGIK)
(ALERGIK) Bereaksi terhadap pencetus yang
tdk spesifik /tdk diketahui.
Disebbkan oleh faktor-faktor Seperti udara dingin atau bisa juga
pencetus spesifik, seperti debu, disebabkan oleh adanya infeksi
serbuk, bunga, bulu binatang, saluran pernafasan dan emosi.
obat-obatan (antibiotik dan Serangan asma ini berjalan berat
aspirin) dan spora jamur. dan sering sejalan berjalannya
Asma ekstrinsik sering waktudan dpt berkembang menjadi
dihubungkan dengan adanya suatu bronkhitis kronik dan emfisema.
predisposisi genetik terhadap Beberapa pasien akan mengalami
alergi. asma gabungan.
ASMA
KLASIFIKASI ASMA
ASMA GABUNGAN
Serbuk sari
Faktor keturunan,
Tungau
Memiliki alergi jenis lain,
Spora jamur atau kapang Suhu dingin
misalnya asma atau
Debu Lingkungan yang lembab
dermatitis atopik.
Kulit dan bulu hewan Parfum atau deodorant
Sering terpapar asap
Serbuk gergaji Asap dan polusi udara
rokok.
Lateks
PATOGENESIS ASMA
Serangan asma terjadi karen adanya
gangguan pada aliran udara akibat peneympitan
pada saluran napas atau bronkiolus. Penyempitan
tersebut sebagai akibat adanya arterioskelerosis
atau penebalan dinding bronkiolus, disertai
dengan peningkataneksresi mukus atau lumen
kental yang mengisi bronkiolus, akibat udara yang
masuk akan tertahan di paru-paru sehingga pada
saat ekspirasi udara dari paru-paru sulit
dikeluarkan, sehingga otot polos akan
berkontraksi dan terjadi peningkatantekanan saat
bernapas. Karena tekanan pada saluran napas
tinggi khususnya pada saatekspirasi, maka dinding
bronkiolus tertarik kedalam (mengkerut)
sehingga diameter bronkiolus semakin kecil atau
sempit
Mekanisme Terjadinya Asma
Terapi Asma
1. Antialergika 2. Bronchodilator
Adalah zat zat yang berkerja Mekanisme kerja obat ini adalah
menstabilkan mastcells , hinnga tidak merangsang sistem adrenergic
pecah dan melepaskan histamine sehingga memberikan efek
Obat ini sangat berguna untuk bronkodilatasi.
mencegah serangan asma dan rhinitis Digunakan sebagai obat utama
alergis (hay fever). dalam bentuk aerosol. Termasuk
Termasuk kelompok ini adalah kedalamnya adalah :
kromoglikat. adrenergika,antikolinergika, dan
derivat xantin.
3. Antikolinergik
Ex : Ipratropium,tiotropiumdan
deftropin
Di dalam sel sel otot polos terdapat
keseimbangan antara sistem
adrenergic dan sistem kolinergis. Bila
karena sesuatu sebab reseptor beta-2 4. Kortikosteroid
dari sistem adrenergic akan berkuasa
dengan akibat bronchokonsttriksi. Ex : prednison, metilprednisolon,
Antikolinergika memblock reseptor hidrokortison, dexametason
muskarin dari saraf saraf kolinergik di blockade enzim fosfolipase A2, sehingga
otot polos bronchi, hingga aktivitas pembentukan mediator peradangan
saraf adrenergic menjadi dominan prostaglandin dan leukotrien dari asam
dengan efek bronchodilatasi. arachidonat tidak terjadi.
Kortikosteroid menghambat mekanisme
kegiatan allergen yang melalui IgE dapat
menyebabkan degranulasi mastcells,
juga meningkatkan kepekaan reseptor
beta 2 hingga efek beta mimetika
diperkuat.
5. Derivate Xantin
Ex : Teofilin, Aminofilin
Xantin juga merangsang saraf pusat dan pernafasan,
mendilatasi pembuluh pulmolar dan koronaria, dan
menyebabkan diuresis karena efeknya terhadap
respirasi dan pembuluh pulmolar
Daya bronchorelaksasinya diperkirakan berdasarkan
blockade reseptor adenosine. Selain itu, teofilin
seperti kromoglikat mencegah meningkatnya
hiperreaktivitas dan berdasarkan ini bekerja
profilaktis.
6. Pendekatan Baru Terapi Asma
b. Antihistaminika
Ex : Ketotipen, oksatomida
1. INHALER
untuk mengatar obat kedalam tubh melalui paru
paru.pada umum nya inhaler merupakan
sistim yang bergantung pada kekuatan dari
liquid gas yang berkompresi untuk
menularkan isi dari kontainer.
Aerosol terdiri dari 2 komponen yaitu :
• Produk terkonsentrat yang terdiri dari zat aktif
obat atau campuran dari zat aktif dan bahan
penting lainnya seperti pelarut
antioksidan,dan surfaktan.
• Propellant (penndorong obat)
Selain itu dapat digunakan alat sebagai berikut :
1. Masker wajah
Untuk anak dibawah usia empat tahun.
Saat anak mengalami kesulitan bernapas
masker wajah yang disambungkan pada
spacer atau tabung semprot sebelum
2. Inhaler dengan dosis terukur
anak mulai menghirup obat asma.
Inhaler dengan ukuran segenggaman
tangan digunakan untuk
menyemprotkan obat kedalam
mulut.
Alat ini dapat digunakn pada anak usia
sekolah.
Selain itu dapat digunakan alat sebagai berikut :
3. Nebulizer
Untuk menyemprotkan obat dalam 4. Inhaler dengan bubuk
dosis tinggi ke paru-paru.
kering
Sering digunakan untuk anak-anak dan
Bubuk yang dihirup ini lebih umum
dapat mengubah obat menjadi
digunakan untuk anak anak di atas
partikel kecil yang dihirup melalui
usia empat tahun karena
masker wajah.
memerlukan teknik pernapasan
Pada balita, alat ini digunakan dengan
dalam.
dosis yang lebih ringan.
BATUK PILEK
DEFINISI
DEKONGESTAN
ANTIHISTAMIN
ANTITUSIF
Adalah obat batuk yang digunakan untuk batuk tidak berdahak atau
batuk kering.
Obat tersebut bekerja dan menaikkan ambang rangsang batuk. Ketika
batuk tidak produktif dapat ditekan dengan antitusif yang bekerja
dengan menekan sistem saraf pusat.
Beberapa antitusif dapat diperoleh tanpa resep dokter diantaranya,
difenhidramin HCl dan dextrometorpan yang efektif untuk pilek. Dosis
yang diberikan pada anak usia 2 – 12 tahun, 2,5 – 5 ml, 3 – 4 kali sehari.
TERAPI FARMAKOLOGI
VITAMIN