Anda di halaman 1dari 6

PPOK - Emfisema

Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran napas, karena kantung
udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas.

GEJALA

Pada awal gejalanya serupa dengan bronkhitis Kronis


Napas terengah-engah disertai dengan suara seperti peluit
Dada berbentuk seperti tong, otot leher tampak menonjol, penderita sampai membungkuk
Bibir tampak kebiruan
Berat badan menurun akibat nafsu makan menurun
Batuk menahun.

PENYEBAB

Bronkhitis Kronis yang berkaitan dengan merokok


Mengisap asap rokok/debu
Pengaruh usia.

KOMPLIKASI

Sering mengalami infeksi ulang pada saluran pernapasan


Daya tahan tubuh kurang sempurna
Proses peradangan yang kronis di saluran napas
Tingkat kerusakan paru makin parah.

YANG DAPAT ANDA LAKUKAN

Konsultasi ke dokter
Minum obat untuk mengatasi kesulitan bernapas (resep dokter)
Bila anda merokok, berhenti merokok untuk seterusnya
Menurunkan berat badan.

TINDAKAN DOKTER

Memastikan diagnosa dan menyingkirkan kemungkinan penyebab lain dari kesulitan di atas
Mengatasi infeksi saluran napas
Membuat resep bronkhodilator(pelebaran saluran pernapasan)
Menganjurkan opname
Mengatasi komplikasi
Menganjurkan pemakaian tabung oksigen

PENCEGAHAN

Berhenti merokok
Patuhi perturan keamanan di tempat kerja seperti memakai masker.
1. Definisi
Penyakit non radang berupa dyspnea, obstruksi progresif saluran napas, irreversible, gangguan pertukaran gas.

2. Epidemiologi
Prevalensi 26% di RS Persahabatan Jakarta

3. Etiologi
Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya emfisema paru yaitu rokok, polusi, infeksi, faktor genetik,
obstruksi jalan napas.
a. Rokok
Rokok menggagun pergerakan silia, mengahambat makrofag alveolar, hipertrofi dan hiperplasia kelenjar
mukus bronkus.
Secara patologis rokok dapat menyebabkan gangguan pergerakkan silia pada jalan napas, menghambat
fungsi makrofag alveolar, menyebabkan hipertrofi dan hiperplasi kelenjar mucus bronkus.Gangguan pada silia,
fungsi makrofag alveolar mempermudah terjadinya perdangan pada bronkus dan bronkiolus, serta infeksi pada
paru-paru. Peradangan bronkus dan bronkiolus akan mengakibatkan obstruksi jalan napas, dinding bronkiolus
melemah dan alveoli pecah.
Disamping itu, merokok akan merangsang leukosit polimorfonuklear melepaskan enzim protease
(proteolitik), dan menginaktifasi antiprotease (Alfa-1 anti tripsin), sehingga terjadi ketidakseimbangan antara
aktifitas keduanya .
b. Polusi
Polutan industri dan udara juga dapat menyebabkan terjadinya emfisema.Insidensi dan angka kematian
emfisema dapat lebih tinggi di daerah yang padat industrialisasi. Polusi udara seperti halnya asap tembakau
juga menyebabkan gangguan pada silia, menghambat fungsi makrofag alveolar.
c. Infeksi
Infeksi saluran napas akan menyebabkan kerusakan paru lebih berat. Penyakit infeksi saluran napas
seperti pneumonia, bronkiolitis akut, asma bronkiale, dapat mengarah pada obstruksi jalan napas, yang pada
akhirnya dapat menyebabkan terjadinya emfisema.
d. Faktor genetic
e. Defisiensi Alfa-1 anti tripsin
Cara yang tepat bagaimana defisiensi antitripsin dapat menimbulkan emfisema masih belum jelas.
f. Obstruksi jalan napas
Emfisema terjadi karena tertutupnya lumen bronkus atau bronkiolus, sehingga terjadi mekanisme ventil.
Udara dapat masuk ke dalam alveolus pada waktu inspirasi akan tetapi tidak dapat keluar pada waktu ekspirasi.
Etiologinya ialah benda asing di dalam lumen dengan reaksi lokal, tumor intrabronkial di mediastinum,
kongenital.Pada jenis yang terakhir, obstruksi dapat disebabkan oleh defek tulang rawan bronkus.

4. Manifestasi klinis
a. Penampilan umum
1. Kurus, warna kulit pucat, dan flattened hemidiafragma.
2. Tidak ada tanda CHF kanan dengan edema dependen pada stadium akhir.
3. Berat badan menurun akibat nafsu makan menurun
b. Usia 65-75 tahun
c. Pemeriksaan fisik dan laboratorium
Pada klien dengan emfisema paru akan ditemukan tanda dan gejala seperti berikut ini.
1. Nafas pendek persisten denganpeningkatan dipsnea.
2. Infeksi system respirasi.
3. Pada auskultasi terdapat penurunan suara nafas meskipun dengan nafas dalam.
4. Wheezing ekspirasi tidak ditemukan dengan jelas.
5. Produksi sputum dan batuk jarang.
6. Hematocrit <60%.
d. Pemeriksaan jantung
Tidak terjadi pembesaran jantung.Kor pulmonal timbul pada stadium akhir.
e. Riwayat merokok
Biasanya didapatkan, tetapi tidak selalu ada riwayat merokok.

5. Patofisiologi

Merokok, infeksi dll kerusakan pada dinding alveolar (1) overdistensi irreversible meningkatkan dead
space peningkatan kerja napas ; (2) destruksi kapiler paru gangguan difusi. sesak, dan keluhan lain
kompensasi.
Adanya inflamasi, pembengkakan bronchi, produksi lendir yang berlebihan, kehilangan recoil elastisitas jalan
nafas, dan kolaps bronkhiolus, serta penurunan redistribusi udara ke alveoli menimbulkan gejala sesak pada
klien dengan emfisema.

7. Klasifikasi
a. Emfisema Centriolobular
Merupakan tipe yang sering muncul, menyebabkan kerusakan bronkiolus, biasanya pada region
paru atas. Inflamasi berkembang pada bronkiolus tetapi biasanya kantongalveolar tetap bersisa.
b. Emfisema Panlobular (Panacinar)
Merusak ruang udara pada seluruh asinus dan biasanya termasuk pada paru bagian
bawah.Bentuk ini bersama disebut centriacinar emfisema, sangat sering timbul pada seorang
perokok.
c. Emfisema paraseptal
Merusak alveoli pada lobus bagian bawah yang menyebabkan isolasi dariblebs sepanjang perifer
paru. Paraseptal emfisema dipercaya sebagai sebab dari pneumotorak spontan.Panacinar timbul pada
orang tua dan klien dengan defisiensi enzhim alpha-antitripsin. Pada keadaan lanjut, terjadi
peningkatan dipsnea dan infeksi pulmonarserta sering kali timbul korpumonal (CHF bagia kanan)

8. Pathogenesis
a. Hilangnya elastisitas paru
Protease (enzim paru) mengubah alveoli dan saluran napas kecil dengan cara
merusakkan serabut elastin, sebagai akibatnya adalah kantong alveolar kehilangan elastisitasnya
dan jalan napas kecil menjadi kolaps atau menyempit. Beberapa alveoli rusak dan yang lainnya
mungkin dapat menjadi membesar.
b. Hiperinflasi paru
Pembesaran alveoli mencegah paru-paru kembali kepada posisi istirahat normal selama
ekspirasi.
c. Terbentuknya bullae
Dinding alveolar membengkak dan sebagai kompensasinya membentuk suatu bullae
(ruang tempat udara) yang dapat dilihat pada pemeriksaan sinar-X.
d. Kolaps jalan nafas kecil dan udara terperangkap
Ketika klien berusaha untuk ekshalasi secara kuat, tekanan positif intratorak akan menyebabkan
kolapsnya jalan nafas (alveoli).

9. Pemeriksaan penunjang
a. Faal Paru
1) Spinometri (VEP, KVP).
a) Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP 1 < 80 % KV menurun, KRF dan VR meningkat.
b) VEP, merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya dan perjalanan penyakit.
2) Uji bronkodilator
a) Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan 15-20 menit kemudian dilihat perubahan
nilai VEP 1
b. Darah Rutin
Hb, Ht, Leukosit.
c. Gambaran Radiologis
- Diafragma letak rendah dan datar.
- Ruang retrosternal melebar.
- Gambaran vaskuler berkurang.
- Jantung tampak sempit memanjang.
- Pembuluh darah perifer mengecil.
d. Pemeriksaan Analisis Gas Darah
Terdapat hipoksemia dan hipokalemia akibat kerusakan kapiler alveoli.
e. Pemeriksaan EKG
Untuk mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai hipertensi pulmonal dan hipertrofi ventrikel kanan.
f. Pemeriksaan Enzimatik
Kadar alfa-1-antitripsin rendah.

10. Penatalaksanaan medis


Penatalaksanaan emfisema secara umum meliputi :
a. Penatalaksanaan umum.
b. Pemberian obat-obatan.
c. Terapi oksigen.
d. Latihan fisik.
e. Rehabilitasi.
f. Fisioterapi.
Prinsip
(1) Suportif; Hipoksemia terapi Oksigen
(2) Simptomatik; Pasien sesak bronkodilator, batuk mukolitik, ekspektoran.
(3) Causatif
a. Penatalaksanaan umum
1. Pendidikan terhadap keluarga dan penderita
Mereka harus mengetahui faktor-faktor yang dapat mencetuskan eksaserbasi serta faktor yang
bisa memperburuk penyakit.Ini perlu peranan aktif penderita untuk usaha pencegahan.
2. Menghindari rokok dan zat inhalasi
Rokok merupakan faktor utama yang dapat memperburuk perjalanan penyakit.Penderita harus
berhenti merokok.Di samping itu zat-zat inhalasi yang bersifat iritasi harus dihindari.Karena zat itu
menimbulkan ekserbasi / memperburuk perjalanan penyakit).
3. Menghindari infeksi saluran nafas
Infeksi saluran nafas sedapat mungkin dihindari oleh karena dapat menimbulkan suatu
eksaserbasi akut penyakit.

b. Pemberian obat-obatan.
1. Bronkodilator
a. Derivat Xantin
Sejak dulu obat golongan teofilin sering digunakan pada emfisema paru. Obat ini menghambat enzim
fosfodiesterase sehingga cAMP yang bekerja sebagai bronkodilator dapat dipertahankan pada kadar yang tinggi
ex : teofilin, aminofilin.
b. Gol Agonis 2
Obat ini menimbulkan bronkodilatasi.Reseptor beta berhubungan erat dengan adenil siklase yaitu
substansi penting yang menghasilkan siklik AMP yang menyebabkan bronkodilatasi.Pemberian dalam bentuk
aerosol lebih efektif. Obat yang tergolong beta-2 agonis adalah : terbutalin, metaproterenol dan albuterol.
c. Antikolinergik
Obat ini bekerja dengan menghambat reseptor kolinergik sehingga menekan enzim guanilsiklase.
Kemudian pembentukan cAMP sehingga bronkospasme menjadi terhambat ex : Ipratropium bromida diberikan
dalam bentuk inhalasi.
d. Kortikosteroid
Manfaat kortikosteroid pada pengobatan obstruksi jalan napas pada emfisema masih
diperdebatkan.Pada sejumlah penderita mungkin memberi perbaikan.Pengobatan dihentikan bila tidak ada
respon. Obat yang termasuk di dalamnya adalah : dexametason, prednison dan prednisolon.
2. Ekspectoran dan Mucolitik
Usaha untuk mengeluarkan dan mengurangi mukus merupakan yang utama dan penting pada
pengelolaan emfisema paru.Ekspectoran dan mucolitik yang biasa dipakai adalah bromheksin dan karboksi
metil sistein diberikan pada keadaan eksaserbasi. Asetil sistein selain bersifat mukolitik juga mempunyai efek
anti oksidans yang melindungi saluran aspas dari kerusakan yang disebabkan oleh oksidans.
3. Antibiotik
Infeksi sangat berperan pada perjalanan penyakit paru obstruksi terutama pada keadaan eksaserbasi.
Bila infeksi berlanjut maka perjalanan penyakit akan semakin memburuk. Penanganan infeksi yang cepat dan
tepat sangat perlu dalam penatalaksanaan penyakit.Pemberian antibiotik dapat mengurangi lama dan beratnya
eksaserbasi.Antibiotik yang bermanfaat adalah golongan Penisilin, eritromisin dan kotrimoksazol biasanya
diberikan selama 7-10 hari.Apabila antibiotik tidak memberikan perbaikan maka perlu dilakukan pemeriksaan
mikroorganisme.
c. Terapi oksigen
Pada penderita dengan hipoksemia yaitu PaO2 < 55 mmHg.Pemberian oksigen konsentrasi rendah 1-3
liter/menit secara terus menerus memberikan perbaikan psikis, koordinasi otot, toleransi beban kerja.
d. Latihan fisik
Hal ini dianjurkan sebagai suatu cara untuk meningkatkan kapasitas latihan pada pasien yang sesak
nafas berat. Sedikit perbaikan dapat ditunjukan tetapi pengobatan jenis ini membutuhkan staf dan waktu yang
hanya cocok untuk sebagian kecil pasien.Latihan pernapasan sendiri tidak menunjukkan manfaat.
Latihan fisik yang biasa dilakukan :
Secara perlahan memutar kepala ke kanan dan ke kiri Memutar badan ke kiri dan ke kanan diteruskan
membungkuk ke depan lalu ke belakang
Memutar bahu ke depan dan ke belakang
Mengayun tangan ke depan dan ke belakang dan membungkuk
Gerakan tangan melingkar dan gerakan menekuk tangan
Latihan dilakukan 15-30 menit selama 4-7 hari per minggu
Dapat juga dilakukan olah raga ringan naik turun tangga
Walking joging ringan.
e. Rehabilitasi
Rehabilitasi psikis berguna untuk menenangkan penderita yang cemas dan mempunyai rasa tertekan akibat
penyakitnya.Sedangkan rehabilitasi pekerjaan dilakukan untuk memotivasi penderita melakukan pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuan fisiknya.Misalnya bila istirahat lebih baik duduk daripada berdiri atau dalam
melakukan pekerjaan harus lambat tapi teratur.
f. Fisioterapi
Tujuan dari fisioterapi adalah :
- Membantu mengeluarkan sputum dan meningkatkan efisiensi batuk.
- Mengatasi gangguan pernapasan pasien.
- Memperbaiki gangguan pengembangan thoraks.
- Meningkatkan kekuatan otot-otot pernapasan.
- Mengurangi spasme otot leher.
Penerapan fisioterapi :
1. Postural Drainase :
Salah satu tehnik membersihkan jalan napas akibat akumulasi sekresi dengan cara penderita diatur dalam
berbagai posisi untuk mengeluarkan sputum dengan bantuan gaya gravitasi. Tujuannya untuk mengeluarkan
sputum yang terkumpul dalam lobus paru, mengatasi gangguan pernapasan dan meningkatkan efisiensi
mekanisme batuk.
2. Breathing Exercises :
Dimulai dengan menarik napas melalui hidung dengan mulut tertutup kemudian menghembuskan napas
melalui bibir dengan mulut mencucu.Posisi yang dapat digunakan adalah tidur terlentang dengan kedua lutut
menekuk atau kaki ditinggikan, duduk di kursi atau di tempat tidur dan berdiri.
Tujuannya untuk memperbaiki ventilasi alveoli, menurunkan pekerjaan pernapasan, meningkatkan efisiensi
batuk, mengatur kecepatan pernapasan, mendapatkan relaksasi otot-otot dada dan bahu dalam sikap normal dan
memelihara pergerakan dada.
3. Latihan Batuk :
Merupakan cara yang paling efektif untuk membersihkan laring, trakea, bronkioli dari sekret dan benda asing.
4. Latihan Relaksasi :
Secara individual penderita sering tampak cemas, takut karena sesat napas dan kemungkinan mati lemas.Dalam
keadaan tersebut, maka latihan relaksasi merupakan usaha yang paling penting dan sekaligus sebagai langkah
pertolongan.Metode yang biasa digunakan adalah Yacobson.
Contohnya :Penderita di tempatkan dalam ruangan yang hangat, segar dan bersih, kemudian penderita
ditidurkan terlentang dengan kepala diberi bantal, lutut ditekuk dengan memberi bantal sebagai penyangga.

11. Prognosis
Prognosis jangka pendek maupun jangka panjang bergantung pada umur dan gejala klinis waktu berobat.
Penderita yang berumur kurang dari 50 tahun dengan :
- Sesak ringan, 5 tahun kemudian akan terlihat ada perbaikan.
- Sesak sedang, 5 tahun kemudian 42 % penderita akan sesak lebih berat dan meninggal.

Anda mungkin juga menyukai