Anda di halaman 1dari 3

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan COPD (Cronic

Obstruktif Pulmonal Disease)/


PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis)

1. Pengertian
Apa pengertian dari gangguan system Pernafasan PPOK? PPOK adalah Suatu
kondisi dimana aliran udara pada paru tersumbat secara terus menerus. Proses
penyakit ini seringkali kombinasi dari 2 atau 3 kondisi berikut ini (bronkhitis kronis,
emfisema, asthma) dengan suatu penyebab primer dan yang lain adalah komplikasi dari
penyakit primer. (Enggram, B. 1996)
Dari pengertian diatas Anda dapat menjelaskan penyebab Penyakit Paru
Obstruktif
Kronis, gambaran penyebab PPOK Anda dapat pelajari, seperti gambar dibawah ini :

2. Penyebab
a. bronkhitis kronis. Adalah infeksi pada bronchus

Pada gambar diatas Anda dapat membedakan bagaimana bentuk bronchus pada
orang yang terkena bronchitis kronis, dengan bronchus pada orang normal

3. Pathofisiologis Bronkhitis Kronis


Merupakan inflamasi pada bronkhus yang menyebabkan peningkatan produksi
mukus dan batuk kronik. Juga terdapat penurunan ratio FEV1/FVC kurang dari 75 %.
Gangguan ini disebabkan oleh paparan iritan khususnya asap rokok. Klien
akan
mengalami :
a. peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar submukosa pada bronkhus (besar),
sehingga meningkatkan produksi mukus.
b. pengentalan mukus
c. gangguan fungsi ciliary, sehingga menurunkan pembersihan mukus.

Sehingga terjadi gangguan pertahanan mucociliary paru dan mudah terkena infeksi
sekunder. Jika terjadi infeksi sekunder produksi mukus akan bertambah banyak, dan kental
yang akan mengakibatkan obstruksi udara khususnya saat ekspirasi. Hal ini akan
mengakibatkan udara terperangkap pada paru-paru. Obstruksi ini juga menurunkan
ventilasi alveoler dan terjadi hipoksia serta asidosis. Klien mengalami penurunan
oksigenasi jaringan; ratio V/Q (ventilasi – perfusi) abnormal yang berhubungan dengan
penurunan PaO2. Gangguan ventilasi alveoli juga mengakibatkan peningkatan PaCO2.
Sebagai kompensasi dari hioksemia tubuh akan banyak memproduksi eritrosit
(polisetemia).
b. P enyebab kedua adalah Empisema yaitu suatu perubahan anatomis parenkhim
paru-paru yg ditandai dengan pembesaran alveolus dan duktus alveolaris serta destruksi
dinding alveoler
Pathofiologi empisema
Gangguan ini akibat dari kerusakan dinding alveoli, sehingga terjadi over distension
ruang udara yang permanen. Obstruksi aliran udara lebih merupakan akibat dari perubahan
ini dari pada produksi mukus yang berlebihan seperti pada bronkhitis kronis.
Terdapat dua tipe dari emfisema :
1) Centri lobuler emphysema / centriacinar emphysema
a. Terjadi kerusakan pada bronkhiolus respiratorius
b. Dinding berlubang, membesar, akhirnya cenderung menjadi satu ruang
c. Sering menyerang bagian atas paru-paru
d. Dikaitkan dengan bronkhitis kronis dan perokok
2) Panlobuler emphysema / Panacinar emphysema
a) Alveolus distal dari bronkhiolus terminalis mengalami pembesaran
serta kerusakan secara merata.
b) Tersebar merata diseluruh bagian paru terutama bagian basal
c) Merupakan emfisema primer
d) Familial akibat defisiensi enzim alpha antitripsin (AAT),
e) Dikaitkan dengan usia tua karena elastisitas paru mengalami penurunan.

c. Penyebab PPOK lainya adalah Asthma yaitu suatu penyakit pada sistem
pernafasan yang menliputi peradangan dari jalan nafas dan gejala-gejala
bronchospasme yang bersifat reversibel (Crockett)

Pathofisiologi asma
Asma akibat alergi bergantung kepada respon IgE yang dikendalikan oleh limfosit T
dan B. Asma diaktifkan oleh interaksi antara antigen dengan molekul IgE yang berikatan
dengan sel mast. Sebagian besar alergen yang menimbulkan asma bersifat airbone. Alergen
tersebut harus tersedia dalam jumlah banyak dalam periode waktu tertentu agar mampu
menimbulkan gejala asma. Namun, pada lain kasus terdapat pasien yang sangat responsif,
sehingga sejumlah kecil alergen masuk ke dalam tubuh sudah dapat mengakibatkan
eksaserbasi penyakit yang jelas.
Obat yang sering berhubungan dengan induksi fase akut asma adalah aspirin, bahan
pewarna seperti tartazin, antagonis beta-adrenergik dan bahan sulfat. Sindrom khusus pada
sistem pernafasan yang sensitif terhadap aspirin terjadi pada orang dewasa, namun dapat pula
dilihat dari masa kanak-kanak. Masalah ini biasanya berawal dari rhinitis vasomotor
perennial lalu menjadi rhinosinusitis hiperplastik dengan polip nasal akhirnya diikuti oleh
munculnya asma progresif. Pasien yang sensitif terhadap aspirin dapat dikurangi gejalanya
dengan pemberian obat setiap hari. Setelah pasien yang sensitif terhadap aspirin dapat
dikurangi gejalanya dengan pemberian obat setiap hari. Setelah menjalani bentuk terapi ini,
toleransi silang akan terbentuk terhadap agen anti inflamasi nonsteroid. Mekanisme
terjadinya bronkuspasme oleh aspirin ataupun obat lainnya belum diketahui, tetapi mungkin
berkaitan dengan pembentukan leukotrien yang diinduksi secara khusus oleh aspirin.
Antagonis delta-agrenergik merupakan hal yang biasanya menyebabkan obstruksi
jalan nafas pada pasien asma, demikian juga dengan pasien lain dengan peningkatan
reaktifitas jalan nafas. Oleh karena itu, antagonis beta-agrenergik harus dihindarkan oleh
pasien tersebut. Senyawa sulfat yang secara luas digunakan sebagai agen sanitasi dan
pengawet dalam industri makanan dan farmasi juga dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas
akut pada pasien yang sensitif. Senyawa sulfat tersebut adalah kalium metabisulfit, kalium
dan natrium bisulfit, natrium sulfit dan sulfat klorida. Pada umumnya tubuh akan terpapar
setelah menelan makanan atau cairan yang mengandung senyawa tersebut seperti salad, buah
segar, kentang, kerang dan anggur.
Faktor penyebab yang telah disebutkan di atas ditambah dengan sebab internal pasien
akan mengakibatkan reaksi antigen dan antibodi. Reaksi tersebut mengakibatkan
dikeluarkannya substansi pereda alergi yang merupakan mekanisme tubuh dalam menghadapi
serangan, yaitu dikeluarkannya histamin, bradikinin, dan anafilatoksin. Sekresi zat-zat
tersebut menimbulkan gejala seperti berkontraksinya otot polos, peningkatan permeabilitas
kapiler dan peningkatan sekresi mukus.
4. Managemen Medis
Tujuan utama : meningkatkan oksigenasi dan menurunkan retensi
oksigen. Hal ini dicapai dengan :
a. membebaskan obstruksi jalan napas yang reversibel (asthma)
b. memfasilitasi pengeluaran sekresi bronchial
c. mencegah dan mengobati infeksi saluran pernapasan
d. meningkatkan toleransi latihan
e. control adanya komplikasi
f. mencegah alergen / iritasi jalan napas
g. membebaskan adanya ansietas dan mengobati depresi yang sering menyertai
obstruksi jalan napas kronis.

5. Pharmacologic Management
Jenis obat yang biasa digunakan adalah :
a. bronkodilator
b. antihistamin
c. steroids
d. antibiotic
e. ekspektorans
Oksigen digunakan 3 L/m dengan cannula nasal.

6. Higiene Paru (Pulmonary Hygiene)


Higiene paru bertujuan membersihkan sekret dari paru-paru dan kemudian
meningkatkan kerja silia dan menurunkan resiko infeksi.
Dilaksanakan dengan : nebulizer, fisioterapi dada, postural drainase.
a. Exercise
b. Mencegah iritans
c. Diet

Anda mungkin juga menyukai