Anda di halaman 1dari 51

TUGAS MAKALAH

PENYAKIT PERNAFASAN

EMPISEMIA
KRISNI HARIYATI
1705015

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


SYEDZA SAINTIKA
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia di bumi ini agar dapat bertahan hidup maka diantaranyaharus
bernapas, tidak hanya manusia, tetapi semua makhluk hidup lainya juga memiliki
ciri yng sama yaitu memerlukan pernapasan selain dari pada makan, berkembang
biak, tumbu dan lain sebagainya. Bernapas merupakan suatu kebutuhan yang sangat
penting dalam menjalani rentetan- rentetan kehidupan atau aktivitas yang kita
jalani.

Mempelajari sistem pernapasan sangatlah penting karena ilmu dari sistem


pernapasan adalah ilmu yang mepelajari fungsi organ dan tubuh mahkluk
hidup. Yang erat kaitannya denngan kelansungan hidup manusia.Semua sistem dalam
tubuh haruslah seimbang, sama halnya dengan sistem pernapasan dimana manusia
setiap detiknya harus menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dalam
hidupnya. Dengan memelajari sistem pernapasan kita dapat mengetahui apa- apa saja
organ- organ yang terlibat dalam sistem pernapasan, mekanisme pernapasan,
jenis- jenis pernapasan bahkan kelainan- kelainan dan penyakit yang sering terjadi
pada sistem pernapasan.

B. Tujuan

Adapun beberapa tujuan dan manfaat yang diperoleh dalam


mempelajari sistem pernapasan :

1. Memahami pengertian sistem pernapasan pada manusia


2. Mengetahui organ-organ yang ada dalam sistem pernapasan manusia
beserta fungsi-fungsinya Memahami dan mengerti mekanisme sistem pernafas
3. Memahami fungsi sistem pernapasan dan mengerti kelainan serta penyakit pada
sistem pernapasan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Penyakit Emfisema


1. Pengertian Emfisema
Emfisema merupakan keadaan dimana alveoli menjadi kaku mengembang dan
terus menerus terisi udara walaupun ekspirasi. Emfisema merupakan morfologik
didefisiensikan sebagai abnormal ruang- ruang paru distal dari bronkiolus terminal
dengan destruksi dindingnya. Emfisema adalah penyakit obstruksi kronik akibat
kurangnya elastisitas paru dan luas permukaan alveoli.
Terdapat 2 jenis emfisema yang diklasifikasikan berdasarkan perubahan yang terjadi
dalam paru yaitu :
a. Emfisema Panlobulor ( Panacinar )
Emfisema panlobulor melibatkan seluruh lobules respiratorius.Bentuk
morfologik yang lebih jarang, alveolus mengalami pembesaran serta kerusakan
secara merata mengenai bagian ainus yang sentral maupun yang perifer. Bersamaan
dengan penyakit yang semakin parah, semua komponen asinus sedikit demi
sedikit menghilang sehingga akhirnya hanya tertinggal beberapa jaringan
yang biasanya berupa pembuluh- pembuluh darah.
b. Emfisema Sentrilobulor
Emfisema sentrilobulor hanya menyerang bagian bronkiolus respiratorius dan
duktus alveolaris. Dinding- dinding mulai berlubang, membesar, bergabung dan
akhirnya cenderung menjadi satu ruang sewaktu dinding- dinding mengalami
integritas. Mula- mula duktus alveolaris dan sakus alveolaris yang lebih distal dapat
dipertahankan. Sering menyeranng bagian atas paru dan penyebarannya tidak merata
keseluruhan paru.
2. Etiologi
Beberapa hal yang dapat menyebabkan emfisema paru yaitu:
a. Rokok
Rokok secara patologis dapat menyebabkan gangguan pergerakan silia
pada jalan nafas, menghambat fungsi makrofag alveolar, menyebabkan
hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mucus bronkus. merokok merupakan
penyebab utama emfisema. Akan tetapi pada sedikit pasien (dalam presentasi
kecil) terdapat predisposisi familiar terhadap emfisema yang yang berkaitan dengan
abnormalitas protein plasma, defisiensi antitripsin-alpha yang merupakan suatu enzim
inhibitor. Tanpa enzim inhibitor ini, enzim tertentu akan menghancurkan
jaringan paru. Individu yang secara ganetik sensitive terhadap faktor-faktor
lingkungan (merokok, polusi udara, agen-agen infeksius, dan alergen) pada waktunya
akan mengalami gejala-gejala obstruktif kronik.
b. Polusi
Polutan industri dan udara juga dapat menyebabkan emfisema. Insiden
dan angka kematian emfisema bisa dikatakan selalu lebih tinggi di daerah yang
padat industrialisasi, polusi udara seperti halnya asap tembakau, dapat menyebabkan
gangguan pada silia menghambat fungsi makrofag alveolar.
c. Infeksi
Infeksi saluran nafas akan menyebabkan kerusakan paru lebih berat. Penyakit
infeksi saluran nafas seperti pneumonia, bronkiolitis akut dan asma bronkiale, dapat
mengarah pada obstruksi jalan nafas, yang pada akhirnya dapat menyebabkan
terjadinya emfisema.
d. Genetik
Defisiensi Alfa-1 antitripsin. Cara yang tepat bagaimana defisiensi
antitripsin dapat menimbulkan emfisema masih belum jelas.
e. Obstruk Saluran Napas
Emfisema terjadi karena tertutupnya lumen bronkus atau bronkiolus,
sehingga terjadi mekanisme ventil. Udara dapat masuk ke dalam alveolus pada waktu
inspirasi akan tetapi tidak dapat keluar pada waktu ekspirasi. Etiologinya ialah benda
asing di dalam lumen dengan reaksi lokal, tumor intrabronkial di mediastinum,
kongenital. Pada jenis yang terakhir, obstruksi dapat disebabkan oleh defek
tulang rawan bronkus.
3. Patofisiologi
Emfisema paru merupakan suatu pengembangan paru disertai perobekan
alveolus-alveolus yang tidak dapat pulih, dapat bersifat menyeluruh atau
terlokalisasi, mengenai sebagian atau seluruh paru. Pengisian udara berlebihan
dengan obstruksi terjadi akibat dari obstruks sebagian yang mengenai suatu bronkus
atau bronkiolus dimana pengeluaran udara dari dalam alveolus menjadi lebih sukar
dari pada pemasukannya. Dalam keadaan demikian terjadi penimbunan udara yang
bertambah di sebelah distal dari alveolus. Pada Emfisema obstruksi kongenital
bagian paru yang paling sering terkena adalah belahan paru kiri atas. Hal ini
diperkirakan oleh mekanisme katup penghentian. Pada paru-paru sebelah kiri
terdapat tulang rawan yang terdapat di dalam bronkus-bronkus yang cacat
sehingga mempunyai kemampuan penyesuaian diri yang berlebihan selain itu dapat
juga disebabkan stenosis bronkial serta penekanan dari luar akibat
pembuluh darah yang menyimpang. Mekanisme katup penghentian: Pengisian
udara berlebihan dengan obstruksi terjadi akibat dari obstruksi sebagian
yang mengenai suatu bronkus atau bronkiolus dimana pengeluaran udara dari dalam
alveolus menjadi lebih penimbunan udara di alveolus menjadi bertambah sukar dari
pemasukannya di sebelah distal dari paru.
Pada emfisema paru penyempitan saluran nafas terutama disebabkan
elastisitas paru yang berkurang. Pada paru-paru normal terjadi keseimbangan antara
tekanan yang menarik jaringan paru ke laur yaitu disebabkan tekanan intrapleural
dan otot-otot dinding dada dengan tekanan yang menarik jaringan paru ke dalam
yaitu elastisitas paru. Bila terpapar iritasi yang mengandung radikal hidroksida (OH-).
Sebagian besar partikel bebas ini akan sampai di alveolus waktu
menghisap rokok. Partikel ini merupakan oksidan yang dapat merusak paru.
Parenkim paru yang rusak oleh oksidan terjadi karena rusaknya dinding alveolus dan
timbulnya modifikasi fungsi dari anti elastase pada saluran napas. Sehingga timbul
kerusakan jaringan interstitial alveolus. Partikel asap rokok dan polusi udara
mengenap pada lapisan mukus yang melapisi mukosa bronkus. Sehingga
menghambat aktivitas silia. Pergerakan cairan yang melapisi mukosa berkurang.
Sehingga iritasi pada sel epitel mukosa meningkat. Hal ini akan lebih merangsang
kelenjar mukosa. Keadaan ini ditambah dengan gangguan aktivitas silia. Bila
oksidasi dan iritasi di saluran nafas terus berlangsung maka terjadi erosi pital serta
pembentukanjaringan parut. Selain itu terjadi pula metaplasia squamosa dan
pembentukan lapisan squamosa. Hal ini menimbulkan stenosis dan obstruksi
saluran napas yang bersifat irreversibel sehingga terjadi pelebaran alveolus yang
permanen disertai kerusakan dindingalveoli.
4. Manifestasi Klinik
a. Batuk
b. Sputum putih, jika ada infeksi menjadi purulen atau mukopurulen
c. Sesak sampai menggunakan otot-otot pernafasan tambahan
d. Nafas terengah-engah disertai dengan suara seperti peluit
e. Dada berbentuk seperti tong, otot leher tampak menonjol,membungkuk
f. Bibir tampak kebiruan
g. Berat badan menurun akibat nafsu makan menurun
h. Batuk menahun
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Rontgen dada : hiperinflasi, pendataran diafragma, pelebaran interkosta
dan jantung normal
b. Fungsi pulmonari (terutama spirometri) : peningkatan TLC dan RV,penurunan
VC dan FEV
f. Komplikasi
a. Sering mengalami infeksi pada saluran pernafasan
b. Daya tahan tubuh kurang sempurn
c. Tingkat kerusakan paru semakin parah
d. Proses peradangan yang kronis pada saluran nafas
e. Atelaktasis
f. Pneumothoraks
g. Meningkatkan resiko gagal nafas pada pasien
g. Penatalaksanaan
Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki kualitas hidup,
untuk memperlambat kemajuan proses penyakit, dan untuk mengatasi
obstruksi jalan nafas untuk menghilangkan hipoksia.
a. Bronkodilator
Digunakan untuk mendilatasi jaln nafas karena preparat ini melawan baik
edema mukosa maupun spasme muskular dan membantu baik dalam mengurangi
obstruksi jalan nafas maupun dalam memperbaiki pertukaran gas.medikasi
inimencakup agonis betha-adrenergik (metaproterenol, isoproterenol dan metilxantin
(teofilin, aminofilin), yang menghasilkan dilatasi bronkial melaui mekanisme
yang berbeda. Bronkodilator mungkin diresepkan per oral, subkutan, intravena, per
rektal atau inhalasi. Medikasi inhalasi dapat diberikan melalui aerosol bertekanan,
nebuliser balon-genggam, nebuliser dorongan-pompa, inhaler dosis terukur, atau
IPPB.
b. Terapi Aerosol
Aerosolisasi (proses membagi partikel menjadi serbuk yang sangat halus)
dari bronkodilator salin dan mukolitik sering kali digunakan untuk membantu
dalam bronkodilatasi. Ukuran partikel dalam kabut aerosol harus cukup kecil untuk
memungkinkan medikasi dideposisikan dalam-dalam di dalam percabangan
trakeobronkial. Aerosol yang dinebuliser menhilangkan bronkospasme, menurunkan
edema mukosa, dan mengencerkan sekresi bronkial. Hal ini memudahkan proses
pembersihan bronkiolus, membantu mengendalikan proses inflamasi, dan
memperbaiki fungsi ventilasi.
c. Pengobatan Infeksi
Pasien dengan emfisema sangat rentan terhadap infeksi paru dan harus diobati
pada saat awal timbulnya tanda-tanda infeksi. S.Pneumonia, H. Influenzae, dan
Branhamella catarrhalis adalah organisme yang paling umum pada infeksi
tersebut. Terapi antimikroba dengan tetrasiklin, ampisilin,
amoksisilinatautrimetroprim-sulfametoxazol (bactrim) biasanya diresepkan.
Regimen antimikroba digunakan pada tanda pertama infeksi pernafasan,
seperti dibuktikan dengan sputum purulen, batuk meningkat, dan demam.
d. Kortikosteroid
Kortikosteroid menjadi kontroversial dalam pengobatan emfisema.
Kortikosteroid digunakan setelah tindakan lain untuk melebarkan bronkiolus
dan membuang sekresi. Prednison biasa diresepkan. Dosis disesuaikan untuk
menjaga pasien pada dosis yang terendah mungkin. Efek samping termasuk gangguan
gastrointestinal dan peningkatan nafsu makan. Jangka panjang, mungkin mengalami
ulkus peptikum, osteoporosis, supresi adrenal, miopati steroid, dan pembentukan
katarak.
e. Oksigenasi
Terapi oksigen dapat meningkatkan kelangsungan hidup pada pasien dengan
emfisema berat. Hipoksemia berat diatasi dengan konsentrasi oksigen rendah
untuk meningkatkan PaO2 hingga antara 65 – 85 mmHg. Pada emfisema berat
oksigen diberikan sedikitnya 16 jam per hari, dengan 24 jam per hari lebih baik.
h. Pencegahan
Penatalaksanaan utama pada pasien dengan emfisema adalah untuk
meningkatkan kualitas hidup, memperlambat perkembangan proses penyakit, dan
mengobati obstruksi saluran napas yang berguna untuk mengatasi hipoksia.
Pendekatan terapi mencakup:
a. Pemberian terapi untuk meningkatkan ventilasi dan menurunkan kerja napas
b. Mencegah dan mengobati infeksi
c. Teknik terapi fisik untuk memperbaiki dan meningkatkan ventilasiparu-paru
d. Memelihara kondisi lingkungan yang memungkinkan untuk
memfasilitasi pernapasan
e. Dukungan psikologis
f. Pendidikan kesehatan pasien dan rehabilitasi
9. Prognosis
Prognosis jangka pendek maupun jangka panjang bergantung pada umur
dan gejala klinis waktu berobat. Penderita yang berumur kurang dari 50 tahun
dengan:
a. Sesak ringan, 5 tahun kemudian akan terlihat ada perbaikan.
b. Sesak sedang, 5 tahun kemudian 42 % penderita akan sesak lebih
c. berat dan meninggal.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Emfisema adalah Penyakit Paru Obstruksi Kronik. Emfisema
merupakan akibat kurangnya elastisitas paru dan kerusakan pada alveoli, dimana
alveoli menjadi mengembang dan kaku walaupun setelah ekspirasi. Emfisema dapat
menyerang pria dan wanita. Emfisema disebabkan oleh : polusi udara, merokok,
genetik dan infeksi saluran pernapasan. Tanda- tanda penyakit emfisema pada
awalnya tidak mudah untuk diketahuai tetapi setelah 30- 40 tahun gejala semakin
berat. Gejala yang terlihat yaitu : Batuk, berat badan menurun, tekanan darah
meningkat, kelemahan, napas terengah- engah, dan lain- lain. Penatalaksanaan
medis emfisema dengan pemberian obat, terapi oksigen, latihan fisik,
rehabilitasi, fisioterapi, dan penatalaksanaan umum. Masalah keperawatan yang
timbul pada emfisema adalah ketidak efektifan jalan napas,gangguan pertukaran gas,
gangguan pemenuhan nutrisi, resiko infeksi, dan ketidaktahuan/ pemenuhan
informasi.
TUGAS MAKALAH
PENYAKIT PERNAFASAN

TUBERCULOSIS
KRISNI HARIYATI
1705015

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


SYEDZA SAINTIKA
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteriMikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat
kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di
seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah
kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit
(morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta
orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal
jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan
bahwa Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian,
sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO
Global Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC
baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per
100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa
140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di
Indonesia terus meningkat.
Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua
menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap
empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Kenyataan mengenai
penyakit TBC di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada
sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC .
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apa penyakit TBC itu?
2. Bagaimana Etiologi penyakit TBC?
3.  Bagaimana cara Penularan TBC?
4. Apa gejala-gejala seseorang menderita TBC?
5.  Bagaimana cara penanggulangan/pencegahan TBC?
6.  Bagaimana cara pengobatan kepada penderita TBC?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui penyakit TBC
2. Untuk mengetahui Etiologi penyakit TB
3. Untuk mengetahui cara Penularan TBC
4. Untuk mengetahui gejala-gejala TBC
5. Untuk mengetahui cara penanggulangan/pencegahan TBC
6. Untuk mengetahui cara pengobatan kepada pendderita TBC
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat
kuatsehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih
sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Insidensi TBC
dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia.
Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan,baik
dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas),
maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta
orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah
penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan
bahwa Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian,
sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO
Global Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC
baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per
100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa
140.000 penduduk tiap tahun.
Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat.
Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua
menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap
empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Kenyataan mengenai
penyakit TBC di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada
sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC.
Definisi TBC menurut beberapa tokoh, TBC paru merupakan penyakit infeksi
yang menyerang parenkin paru-paru dan disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis (Somantri,2009). Sementara itu, Junaidi (2010) menyebutkan
tuberkulosis (TB) sebagai suatu infeksi akibat Mycobacterium tuberculosis yang
dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru dengan gejala yang sangat
bervariasi. Irman Somantri,Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gangguan pasa
sistem Pernapasan (Jakarta: Salemba Medika, 2009). Iskandar Junaidi, Penyakit Paru
dan Saluran Napas (Jakarta: Buana Ilmu Populer,2010).

1. PENYAKIT TBC
Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit granulomatosa kronis menular yang
disebabkan oleh MT. Penyakit ini biasanya mengenai paru, tetapi dapat menyerang
semua organ atau jaringan tubuh, misalnya pada lymph node, pleura dan area
osteoartikular. Biasanya pada bagian tengah granuloma tuberkel mengalami nekrosis
perkijuan (Depkes RI, 2002).
 Tuberculosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TBC
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2007).
Tuberkulosis yang menyerang organ selain paru (kelenjar limfe, kulit, otak,
tulang, usus, ginjal) disebut tuberkulosis ekstra paru. Mycobacterium
tuberculosis berbentuk batang, berukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6
mikron, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh
karena itu disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman tuberkulosis cepat mati
dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat
yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat dormant atau tertidur
lama dalam beberapa tahun.
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki,
perempuan,miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia
bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian
terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara
ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di
enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC
di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan
Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka
insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk),
dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.

2. PENYEBAB PENYAKIT TBC


Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam
sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali
ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk
mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC
pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP). Bakteri
Mikobakterium tuberkulosa.
KUMAN TBC
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman TBC
(Mycobacterium tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat
khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula
sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan
lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama
beberapa tahun
Mycobacterium tuberculosis

3. TERJADINYA TBC
Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC.
Percikan dahak yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem
pertahanan mukosilierbronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan
menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan
cara membelah diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran
limfe akan membawa kuman TBC ke kelenjar limfe disekitar hilus paru dan ini
disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai
pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu.
Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin
dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari
banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh
(imunitasseluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat
menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun demikian ada beberapa kuman
akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya
tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa
bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC.
Tuberkulosis Pasca Primer
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun
sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi
HIV atau status gizi buruk. Cirikhas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan
paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.
4. CARA PENULARAN TBC
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan
pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri
ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembangbiak
menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan
dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening.
Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh
seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan
lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-
paru. Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan
segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui
serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui
pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru.
Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan
parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk
dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan
fotorontgen. Gejala batuk TBC menular melalui udara dari satu orang ke orang
lainnya. Bakteri penyebab TBC ini menyebar ke udara saat penderita TBC batuk,
bersin atau pun berbicara. Lalu, orang yang menghirup bakteri tersebut pun dapat
terinfeksi bakteri penyebab TBC tersebut. Hal tersebutlah yang menjadi satu-satunya
cara penyebaran dan penularan dari bakteri TBC, sedangkan banyak orang mengira
berbagai hal lainnya juga dapat menjadi penyebab tertularnya penyakit TBC, padahal
berbagai hal tersebut sebenarnya tidak berpengaruh dalam hal penularan gejala batuk
TBC.
Hal apa saja yang sering dianggap sebagai cara penularan dari TBC, namun
padahal tidak? Ini dia:
˗ Berjabat tangan dengan penderita TBC.
˗ Berbagi makanan atau minuman dengan orang yang menderita TBC.
˗ Berciuman.
˗ Menyentuh bagian toilet atau wastafel.
˗ Memakai sikat gigi bersama.

5. FAKTOR ORANG TERKENA TBC DAYA TAHAN TUBUH YANG


KURANG
Kemampuan untuk melawan infeksi adalah kemampuan pertahanan tubuh
untuk mengatasi organisme yang menyerang. Kemampuan tersebut tergantung pada
usia yang terinfeksi. Namun kekebalan tubuh tidak mampu bekerja baik pada setiap
usia. Sistem kekebalan tubuh lemah pada saat kelahiran dan perlahan-lahan menjadi
semakin baik menjelang usia 10 tahun. Hingga usia pubertas seorang anak kurang
mampu mencegah penyebaran melalui darah, sekalipun lambat laun kemampuan
tersebut akan meningkat sejalan dengan usia.
Tinggal berdekatan dengan orang yang terinfeksi aktif Pekerjaan kesehatan
yang merawat Pasien TB. Pasien-pasien dengan dahak yang positif pada hapusan
langsung (TB tampak di bawah mikroskop) jauh lebih menular, karena mereka
memproduksi lebih banyak TB dibandingkan dengan mereka yang hanya positif
positif pada pembiakan. Makin dekat seseorang berada dengan pasien, makin banyak
dosis TB yang mungkin akan dihirupnya.

Gizi Buruk 
Terdapat bukti sangat jelas bahwa kelaparan atau gizi buruk mengurangi daya
tahan terhadap penyakit ini. Faktor ini sangat penting pada masyarakat miskin, baik
pada orang dewasa maupun pada anak. Kompleks kemiskinan seluruhnya ini lebih
memudahkan TB berkembang menjadi penyakit. Namun anak dengan status gizi yang
baik tampaknya mampu mencegah penyebaran penyakit tersebut di dalam paru itu
sendiri.

Orang Berusia Lanjut atau Bayi Pengidap Infeksi HIV/AIDS


Pengaruh infeksi HIV/AIDS mengakibatkan kerusakan luas system daya
tahan tubuh, sehingga jika terjadi infeksi seperti tuberculosis maka yang bersangkutan
akan menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang
terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah penderita TBC akan meningkat, dengan
demikian penularan TBC di masyarakat akan meningkat pula.

B. GEJALA TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus
yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu
khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
Ciri ciri penyakit tbc, gejala awal orang yang terkena infeksi penyakit TBC bisa
dikenali dari tanda-tanda kondisi pada fisik penderitanya, yaitu salah satunya
penderita akan mengalami demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung lama,
deman tsb biasanya dialami pada malam hari disertai dengan keluarnya keringat.
Kadang-kadang derita demam disertai dengan influenza yang bersifat timbul
sementara kemudian hilang lagi. Berikut ini adalah gejala ciri penyakit TBC paru-
paru yang bisa kita kenali sejak dini :
1. Ketika penderita batuk atau berdahak biasanya disertai keluarnya darah.
2. Penderita mengalami sesak napas dan nyeri pada bagian dada.
3. Penderita mengalami deman (meriang panas dingin) lebih dari sebulan
4. Penderita berkeringan pada waktu malam hari tanpa penyebab yang jelas.
5. Badan penderita lemah dan lesu
6. Penderita mengalami penurunan berat badan dikarenakan hilangnya nafsu
makan
7. Urin penderita berubah warna menjadi kemerahan atau keruh. Ciri gejala ini
muncul pada kondisi selanjutnya
1. GEJALA SISTEMIK/UTAMA
a. Demam tidak  terlalu  tinggi  yang  berlangsung  lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam.
b.  Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
c. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
d. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah).
e.   Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

2. GEJALA KHUSUS
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara
"mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya, pada
muara  ini  akan keluar  cairan nanah.
d. Pada anak – anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi,
adanya penurunan kesadaran dan kejang - kejang.
C.     DIAGNOSIS TBC
Tindakan yang harus segera diambil untuk menangani TBC diantaranya:
a. Anamnesa yaitu melakukan pemeriksaan TBC terhadap seluruh anggota
keluarga yang terkena TBC maupun yang berisiko.
b. Melakukan cek-up fisik secara menyeluruh.
c. Segera mengambil  sampel darah, sputum (dahak), serta cairan dari otak untuk
melakukan tes lab.
d. Langkah berikutnya yaitu melakukan pemeriksaan patologis dan anatomis.
e. Melakukan foto dada atau sering disebut dengan ronsen.
f.  Melakukan uji tuberculin dari cairan tubuh.
1.        DIAGNOSIS PADA DEWASA
Diagnosis Tuberkulosis Pada Orang Dewasa. Diagnosis TB paru pada orang
dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara
mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga
SPS BTA hasilnya positif. Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan
pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan spesimen SPS
diulang. Kalau hasil rontgen mendukung TB, maka penderita diidagnosis sebagai
penderita TB BTA positif. Kalau hasil rontgen tidak mendukung TB, maka
pemeriksaan lain, misalnya biakan.
Apabila fasilitas memungkinkan, maka dapat dilakukan pemeriksaan
lain, misalnya biakan. Bila tiga spesimen dahak negatif, diberikan antibiotik spektrum
luas (misalnya kotrimoksasol atau Amoksisilin) selama 1 - 2 minggu. Bila tidak ada
perubahan, namun gejala klinis tetap mencurigakan TB, ulangi pemeriksaan dahak
SPS : Kalau hasil SPS positif, didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif. Kalau
hasil SPS tetap negatif, lakukan pemeriksaan foto rontgen dada, untukmendukung
diagnosis TB.
a.       Bila hasil rontgen mendukung TB, diagnosis sebagai penderita TB  BTA
negatif rontgen positif.
b.      Bila hasil rontgen tidak mendukung TB, penderita tersebut bukan TB.UPK yang
tidak memiliki fasilitas rontgen, penderita dapat dirujuk untuk difotorontgen
dada.

2.        DIAGNOSIS MELALUI TEST KULIT
Test kulit TBC dilakukan dilengan. Dalam waktu dua atau tigahari,pada lengan
anda apakah ada reaksi. Bila reaksinya “positif”, ini berartianda mungkin sudah
terinfeksi TBC. Kadang kala, bila seseorangsudah terinfeksi kuman HIV dan TBC,
bisa saja terjadi reaksi“negatif”dalam tes kulit TBC. Hal ini disebabkan sistim
kekebalan tubuhandatidak berfungsi benar. Petugas Kesehatan akan
menyampaikanpada seseorang tersebut tentang risiko terinfeksi TBC ataupenyakit
TBC.dan mungkin perlu tes medis atau perawatan.

D.    TBC PADA ANAK 


Penyakit TB ini mudah sekali menyerang pada anak-anak kecil yangbelum
diimunisasi dengan vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin), karena kurangnya gizi
dan karena lingkungan yang kurang sehat. Tidak cukup untuk sekedar memahami
cara bagaimana anak-anak terinfeksi tuberkulosis atau bagaimana penyakit
tersebut dapat menyebar. Kemungkinan adanya tuberkulosis pada anak yang
kurusatau bila ditemukan:
a.       Berat badan tidak naik atau turun selama lebih dari 14 minggu (adanya grafik
kenaikan berat badan akan sangat berguna).
b.      Kehilangan gairah dan mungkin juga berat badan selama 2 sampai 3 bulan.
c.       Salah satu dari (1) atau (2) yang dijelaskan di atas disertai dengan menggigil
atau batuk yang sesekali dapat menyerupai batuk rejan.
d.      Demam atau meriang selama lebih dari satu minggu tanpa penyebab yang jelas.
e.       Salah satu diantara (1), (2), (3) serta tanda adanya cairan –
pekak, pada salah satu sisi dada.
f.       Perut membuncit, terutama bila teraba benjolan dan yang
tetap bertahan setelah pemberian obat cacing.
g.      Diare kronis dengan buang air besar tinja keputihan yang tidak sembuh setelah
diberi obat cacing atau obat untuk giardiasis (dengan metronidazole).
h.      Jalan timpang, punggung kaku sukar membungkuk.
i.       Tulang belakang membungkuk, tidak atau kaku saat berjalan.
j.       Pembengkakan lutut atau pergelangan kaki, tangan, siku atau bahkan iga atau
tulang atau sendi yang manapun yang tidak disebabkan cedera.
k.      Pembengkakan kelenjar getah bening yang keras atau lembut, tidak nyeri,
terkadang dengan beberapa kelenjar getah bening kecil didekatnya dan
terkadang melekat tak teratur

E.     RIWAYAT TBC


Tiap tahun selalu terdapat peningkatan jumlah penderita TBC yang tinggi
dibandingkan tahun sebelumnya. TBC membunuh lebih banyak kaum muda dan wanita
dibandingkan penyakit menular lainnya. Terdapat sekitar 2 sampai 3 juta orang
meninggal akibat TBC setiap tahun. Sesungguhnya setiap kematian akibat TBC
itu bisa dihindari. Setiap detik, ada 1 orang yang meninggal akibat tertular TBC.
Setiap 4 detik, ada yang sakit akibat tertular TBC. Setiap tahun. 1 % dari seluruh
populasi di seluruh dunia terjangkit oleh penyakit TBC. Sepertiga dari jumlah
penduduk di dunia ini sudah tertular oleh kuman TBC (walaupun) belum terjangkit
oleh penyakitnya.
Penderita TBC yang tidak berobat dapat menularkan penyakit kepada sekitar
10/15 orang dalam jangka waktu 1 tahun. Seperti halnya flu, kuman TBC menyebar
di udara pada saat seseorang yang menderita TBC batuk dan bersin, meludah
atau berbicara. Kuman TBC biasanya menyerang paru-paru.

F.   PENCEGAHAN TBC
Adapan tujuan dari pencegahan TBC, yaitu;
1.      Menyembuhkan penderita.
2.      Mencegah kematian.
3.      Mencegah kekambuhan.
4.      Menurunkan tingkat penularan.
Saat batuk seharusnya menutupi mulutnya, dan apabila batuk lebih dari
minggu,merasa sakit di dada dan kesukaran bernafas segera dibawa kepuskesmas atau
ke rumah sakit.
a.       Saat batuk memalingkan muka agar tidak mengenai orang lain.
b.      Membuang ludah di tempat yang tertutup, dan apabila ludahnya bercampur
darah segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.
c.       Mencuci peralatan makan dan minum sampai bersih setelah digunakan oleh
penderita.
d.      Bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus diimunisasi dengan vaksin
BCG. Karena vaksin tersebut akan memberikan perlindungan yang amat bagus.
e.       Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat
dengan penderita TB paru BTA positif.
f.       Mars chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-kelompok
populasi tertentu, misalnya karyawan rumah sakit atau puskemas atau balai
pengobatan, penghuni rumag tahanan dan siswi-siswi pesantren.
g.      Vaksinasi BCG, reaksi positif terjadi jika setelah mendapat vaksinasi BCG
langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari
setelah penyuntikan.
h.      Kemoprokfilasis, yaitu dengan menggunakan INH 5 mg/kg BB selama 6-12
bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang
masih sedikit.
i.        Komunikas, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosis kepada
masyarakat di tingkat puskesmas maupun rumah sakit oleh petugas pemerintah
atau petugas LSM.
Tips Terbaik Mencegah Penularan TBC
Ingat bahwa di Indonesia, penyakit TBC masih merupakan penyakit epidemiologi,
sehingga jumlah penderita TBC masih sangat banyak dan berpotensi untuk terus
menularkan bakteri TBC. Agar kita dapat tehindar dari penyakit TBC, maka kita
dapat melakukan hal-hal berikut:
1.      Imunisasi BCG; imunisasi BCG biasanya didapat ketika bayi. Jika Anda
memiliki bayi, maka berikanlah imunisasi dasar lengkap agar si bayi juga
mendapatkan imunisasi BCG.
2.      Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera mendapatkan
pengobatan sampai tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan
menjadi sumber penularan bakteri TBC.
3.      Bagi penderita tidak meludah sembarangan. Pada dasarnya penularan bakteri
TBC berasal dari dahak penderita TBC. Walaupun dahak dari penderita TBC
sudah mengering, tetap berpotensi menyebarkan bakteri TBC melalui udara.
4.      Tidak melakukan kontak udara dengan penderita. Bagi Anda yang masih sehat,
sebaiknya membatasi interaksi dengan orang yang menderita TBC atau Anda
dapat menggunakan alat pelindung diri (masker) ketika Anda harus kontak
dengan mereka.
5.      Minum obat pencegah dan hidup secara sehat.
6.      Rumah harus memiliki ventilasi udara yang baik, sehingga sinar matahari pagi
dapat masuk ke dalam rumah.
7.      Menutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak
meludah/mengeluarkan dahak di sembarangan tempat dan menyediakan tempat
ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang dianjurkan dokter dan untuk
mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran
8.      Tips berikutnya adalah dengan melakukan sinar ultraviolet untuk membasmi
bakteri. Sinar ini bertujuan untuk membasmi bakteri penyebab penyakit TBC
tersebut.
9.      Tips terakhir untuk mencegah penyakit TBC adalah dengan pemberian obat
isoniazid. Obat ini sangat efektif memberikan dampak terhadap pencegahan
TBC. Walaupun hasil uji lab menunjukkan hasil tes tuberkulin positif, akan
tetapi hasil photo ronsen Anda tidak akan menunjukkan adanya penyakit
TBC.ah mengetahui cara mencegah penuaran TBC, segeralah Anda mengambil
tindakan yang bijak agar tetap sehat dan terhindar dari TBC.

G.    PEMBERANTASAN TBC
1.        TUJUAN PEMBERANTASAN
Pemberantasan penyakit TBC didasarkan untuk memutusmata rantai virulenci
penularan penyakit TBC supaya tidak terjadi prevalenci penyakit TB yang lebih
besar.

2.        PEMBERANTASAN PENYAKIT TBC
a.       Pengobatan pada penderita hingga sembuh
b.      Perlakuan pada rumah penderita untuk lebih memperhatikan factor kesehatan
lingkungan dengan menambah ventilator sebagai pengganti udara, genteng kaca
supaya sinar matahari dapat masuk, dan faktor higiene lingkungan yang lain
yang lebih baik.
c.       Sterilisasi Rumah pasca Penderita.

H.    PENGOBATAN TBC
1.      JENIS OBAT
a.       Isoniasid
b.      Rifampicin
c.       Pirasinamid
d.      Streptomicin
Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu obat
primer dan sekunder. Obat primer untuk TBC adalah isoniazid
(INH), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, dan Pirazinamid. Sebagian besar
penderita TBC sembuh dengan obat-obat ini. Selain itu ada juga obat sekunder untuk
TBC yaitu Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan
Kanamisin. Penggunaan obat-obat primer dan sekunder tergantung dari tingkat
keparahan TBC yang diderita.
Biasanya penderita TBC dapat sembuh total selama kurang lebih enam bulan
dengan mengonsumsi obat-obatan primer setiap hari. Butuh biaya besar untuk
mengonsumsi obat-obatan ini setiap hari selama enam bulan ? betul. Namun
pemerintah Indonesia sudah menyediakan obat-obatan ini di tiap-tiap Puskesmas
dalam kemasan yang eksklusif dan gratis.
Penggunaan obat untuk penderita TBC lebih baik diberi/ disarankan oleh
dokter, karena pengobatan TBC tidak seperti pengobatan penyakit yang lain. TBC
membutuhkan perhatian dan pengawasan khusus, karena jika tidah patuh dalam
pengobatan akan menyebabkan resistensi dan kegagalan dalam pengobatan.
Berikut ini adalah prinsip pengobatan yang perlu diterapkan terhadap penderita TBC:
1. Obat TBC diberikan beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat
selama 6-8 bulan, agar semua kuman (termasuk kuman persisten) dapat
terbunuh.
2. Apabila paduan obat yang digunakan tidak adekuat (jenis, dosis dan jangka
waktu pengobatan), kuman TBC akan berkembang menjadi kuman kebal obat
(resisten).
3.  Perlu dilakukan dengan pengawasan langsung oleh seorang Pengawas Menelan
Obat (PMO).
4.  Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Pada tahun 1997 WHO telah membuat klasifikasi regimen pengobatan pada
berbagkeadaan penyakit TBC (Suswati,  2007).
Penderita yang menghentikan pengobatannya <2 minggu pengobatan OAT
dapat dilanjutkan sesuai jadwal.  Jika penderita menghentikan pengobatannya ≥ 2
minggu :
a.       Berobat ≥ 4 bulan, BTA negatif dan klinis, radiologis negatif OAT STOP
b.      Berobat ≥ 4 bulan, BTA positif : pengobatan dimulai dari awal dengan paduan
obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama.
c.       Berobat < 4 bulan, BTA positif : pengobatan dimulai dari awal dengan paduan
obat yang sama.
d.      Berobat < 4 bulan, berhenti berobat > 1 bulan, BTA negatif, akan tetapi klinis
dan radiologis positif : pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang
sama.
e.       Berobat < 4 bulan, BTA negatif, berhenti berobat 2 – 4 minggu pengobatan
dilanjutkan kembali sesuai jadwal (Suswati,  2007).
Penderita TBC dapat dikatakan hidupnya bergantung pada obat, jika proses
pengobatan berhasil, maka kemungkinan dalam memperpanjang masa hidup juga
berhasil. Secara garis besar, kesuksesan dalam pengobatan TBC adalah Ketepatan
jenis obat, Ketepatan dosis dan Ketepatan waktu pengobatan (baik waktu minum
dalam satu hari maupun lama jangka waktu meminum obat).Penanggulangan
Tuberkulosis (TB) di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman penjajahan Belanda
namun terbatas pada kelompok tertentu. Setelah perang kemerdekaan, TB
ditanggulangi melalui Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru (BP-4). Sejak tahun 1969
penanggulangan dilakukan secara nasional melalui Puskesmas. Obat anti tuberkulosis
(OAT) yang digunakan adalah paduan standar INH, PAS dan Streptomisin selama
satu sampai dua tahun.
Para Amino Acid (PAS) kemudian diganti dengan Pirazinamid. Sejak 1977
mulai digunakan paduan OAT jangka pendek yang terdiri dari INH, Rifampisin dan
Etambutol selama 6 bulan (Suswati,  2007).Berbagai variasi regimen telah
diperkenalkan selama ini. Pada dasarnya semuanya mengandung dua fase, yaitu fase
awal intensif dan fase lanjutan. Fase awal intensif biasanya diberikan sedikitnya 3
atau 4 obat, sedangkan fase lanjutan dapat diberikan 2 obat saja baik setiap hari
maupun intermitten.
Selain obat rekomendasi dari dokter, ada juga obat tradisional yang bisa
digunakan yang sudah sejak dahulu digunakan yaitu :
1.      Sambiloto (Andrographis paniculata) : Daun kering digiling ditambah madu
secukupnya
kemudian dibuat pil dengan diameter 0,5 cm. Satu hari dua kali minum, setiap kali
minum 15 - 30 pil.
2.      Tembelekan : Lantana camara : bunga kering 6 - 10 gram ditambah tiga gelas
air lalu direbus hingga setengahnya. Gunakan untuk tiga kali minum setiap
harinya.

PRINSIP OBAT
Obat TB iberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan,supaya semua kuman dapat dibunuh.
Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan dalam dosis tunggal,sebaiknya
pada saat perut kosong. Apabila paduan obat yangdigunakan tidak adekuat, kuman
TB akan berkembangmenjadi kuman kebal. Pengobatan TB diberikan dalan 2 Tahap
yaitu:
a. Tahap intensif 
Pada tahap intensif penderita mendapat obat (minumobat) setiap hari selama 2 -
3 bulan.
b.      Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat (minumobat) tiga kali seminggu
selama 4 – 5 bulan.

2.      EFEK SAMPING OBAT
Beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat mengkonsumsi obatTB bervariasi
mulai dari ringan hingga berat. Efek samping ringan dapat berupa berubahnya warna urine menjadi
kemerahan yang diakibatkan oleh rifampisin. Efek samping lainnya dapat berupa nyeri
sendi, tidak ada nafsu makan, mual, kesemutan dan rasa terbakar di hati, gatal dan
kemerahan dikulit gangguan keseimbangan hingga kekuningan (ikterus). Jika pasien
merasakan hal-hal tersebut, pasien harus segera berkonsultasi dengan dokter untuk
memperoleh penanganan lebih lanjut, fase lanjutan. Dalam beberapa kasus pengobatan bisa
berlangsung hingga delapan bulan.

I.       KASUS TBC
Untuk menegakkan diagnosa TBC Paru adalah dengan memeriksa dahak
seseorang yang di duga mengidap TBC. Pemeriksan dahak di lakukan secara SPS
(Sewaktu saat kontak pertama, Pagi hari ke 2 dan Sewaktu juga saat hari
ke2) dibawah pemeriksaan mikroskopis. Hasil pemeriksaan mikroskopis ini sangat
dijaga kualitas dengan melakukan cros cek/ uji silang lagi juga menjaga hasil
pemeriksaan sedian dahak BTA.
Metode Penemuan Kasus TBC paru
Dengan cara passive promotive case finding artinya penjaringan tersangka
penderita yang dating berkunjung ke unit pelayanan kesehatan dengan meningkatkan
penyuluhan TBC kepada masyarakat. Bila ditemukan penderita tuberculosis paru
dengan sputum dahat BTA +,maka semua orang yang kontak serumah dengan
penderita harus diperiksa. Apabila ada gejala-gejala suspek (Kecurigaan) TBC maka
harus diperiksa dahaknya.
Pengobatan Penderita TBC adalah dengan kombinasi beberapa jenis obat dalam
jumlah cukup dan dosis yang tepat selama 6 – 8 bulan. Pengobatan penderita TBC
terdiri atas 3 fase, yaitu:
1.      Fase Intensif yaiut Obat diminum setiap hari selama 2 bulan
2.      Fase Lanjutan yaitu Obat diminum seminggu 3 kali.
3.      Paduan OAT (OBat Anti Tuberkulosa) FDC.
Saat ini di Provinsi Kalimantan Selatan sudah menggunakan OAT FDC. Kemasan
Obat FDC (Fixed Dose Combination) 1 tablet obat mengandung 150 mg Rifamfisin,
75 mg INH, 400 mg Pyrazinamid dan 275 mg Ethambutol, (Dikutip dari : Buku Saku
Petugas Program TBC. Depkes RI Diagram diagnosa TB
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Faktor yang mempengaruhi terjadinya kasu TBC pada NYS adalah lingkungan
yang lembab, kurangnya ventilasi dan sinar matahari, Kemudian perilaku adalah tidak
ada tempat khusus untuk dahak dan kalau batuk tidak menutup mulut. Penyakit
campak disebabkan oleh virus morbilli. Tanda khasnya berupa Koplik spot di selaput
lendir pipi, dan rash kulit yang muncul pada hari ke 14 setelah terpapar virus campak.
Imunisasi campak efektif untuk memberi kekebalan terhadap penyakit campak
sampai seumur hidup.
Penyakit campak yang disebabkan oleh virus yang ganas ini dapat dicegah jika
seseorang mendapatkan imunisasi campak. Jumlah pemberian imunisasi campak
diberikan sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan,
pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun
di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai
12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus
diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella). Imunisasi campak terdiri dari dosis 0,5
ml yang disuntikkan secara Subkutan, lebih baik pada lengan atas. Pada setiap
penyuntikan harus menggunakan jarum dan syringe yang steril.
DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, Eko dan Dewi Anggraeni. 2002. Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Jakarta:


Penerbit. Buku Kedokteran EGC.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Pedoman Nasional


Penanggulangan Tuberkulosis. Cetakan ke 8. Jakarta. 2002. p 1-37. 

David Arnot, dkk (2009). Pustaka kesehatan Populer Pengobatan Praktis:


perawatan Alternatif dan tradisional, volume 7. Jakarta: PT Bhuana Ilmu
Populer. hlm. 180

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Pedoman Nasional


Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1994. Pengawasan Kualitas Kesehatan


Lingkungan dan Pemukiman, Dirjen P2M & PLP. Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Protokol Surveilans HIV diantara


pasien TB di Indonesia. Jakarta : Depkes RI, UGM, Asia Link, KNCV.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pedoman Nasional


Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2:cetakan II, Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2001. Pedoman Nasional


Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta. 

Fatimah Siti. 2008. Faktor Kesehatan Lingkungan Rumah Yang Berhubungan


Dengan Patimuan, Gandrungmangu, Bantarsari) Tahun 2008 (Tesis). Program
Pascasarjana. FKM Undip Semarang.

Goesasi Rachmat, 2011. Rehabilitasi Medik Pada Penyakit Tb di Bandung. Jakarta: 


Rineka Cipta.
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bronkitis  adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis)
bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus
tersebut disebabkan oleh perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen
elastis dan otot polos bronkus. Bronkus yang terkena biasanya bronkus kecil (medium
side), sedangakan bronkus besar jarang terjadi. Bronkitis dan emfisiema paru sering
terdapat bersamaan pada seorang pasien dalam keadaan lanjut, penyakit ini sering
menyebabkan obstruksi saluran nafas yang menetap yang dinamakn kronik obstruksi
pulmonary disease.

Penyebab  utama adalah merokok  yang berat dan berjangka panjang, yang
mengititasi tabung bronkial dan menyebabkan mereka menghasilkan lendir yang
berlebihan.penyakit ini  di temukan di klinik dan di derita oleh  laki-laki dan dapat di
derita mulai dari anak bahkan dapat merupakan kelainan kongenital .

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang menyebabkan timbulnya penyakit Bronchitis ?
2.      Gejala apa saja yang dapat ditemukan pada orang yang terkena penyakit
Bronkhitis ?
3.      Apakah penyakit Bronkitis bisa dicegah ?
4.      Bagaimana cara mengobati penyakit Bronkitis ?

C.    Tujuan
1.      Tujuan secara umum
Mengerti tentang bronkitis dan memahami apa yang harus di lakukan untuk
menangani bronkitis
2.      Tujuan khusus :
a.   Untuk mengetahui Bronkitis Akut
b.     Mengetahui penyebab dari Bronkitis
c.     Mengetahui patofisiologi Bronkitis Akut
d.   Mengetahui gejala orang yang terkena penyakit Bronkitis
e.   Mengetahui cara pengobatan penyakit Bronkitis  

D.    Manfaat
       Manfaat pembuatan makalah yang ingin dicapai penulis pada kondisi Bronkitis
adalah sebagai berikut :
1 ) Ilmu Pengetahuan
Sebagai khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan yang
memberikan gambaran mengenai bronkitis akut.
2 ) Institusi pendidikan
Dapat dimanfaatkan untuk institusi pendidikan sebagai sarana pendidikan untuk
mempersiapkan peserta didik dilingkungan pendidikan kesehatan
3 )  Bagi penulis
Memperdalam dan memperluas wawasan mengenai hal  kurang lebih hal-hal yang berhubungan
dengan bronkitis akut.
4 )  Bagi pembaca
Menyebarluaskan informasi kepada pembaca maupun masyarakat tentang Bronkitis
BAB II
PEMBAHASAN

A.      ANATOMI FISIOLOGI

Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung


oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2
sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan adalah
untuk mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk
mengadakan pembakaran, mengeluarkan CO2 hasil dari metabolism.

a.       Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang dipisahkan
oleh sekat septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk menyaring udara, debu
dan kotoran. Selain itu terdapat juga konka nasalis inferior, konka nasalis posterior
dan konka nasalis media yang berfungsi untuk mengahangatkan udara.
b.      Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan.
Terdapat di bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah
depan ruas tulang leher. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di
beberapa tempat terdapat folikel getah bening.
c.       Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk suara.
Terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke
dalam trakea di bawahnya. Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan
bagian epiglottis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis.
d.      Trakea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin yang terdiri dari
tulang rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk
mempertahankan jalan napas agar tetap terbuka. Sebelah dalam diliputi oleh selaput
lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, yang berfungsi untuk
mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan.
e.       Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra
thorakalis IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis
sel yang sama. Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri,
terdiri dari 6 – 8 cincin dan mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 – 12
cincin dan mempunyai 2 cabang. Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan
bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat gelembung paru yang disebut alveolli.
f.       Paru-paru
 Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-
gelembung. Di sinilah tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah
dan CO2 dikeluarkan dari darah.

B.       BRONKITIS
a.       Defenisi
Bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamsi pada
pembuluh bronkus,trakea dan bronchial.inflamsi menyebabkan bengkak pada
permukaannya, mempersempit ruang pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan
inflamsi.

Bronchitis juga ditandai dengan adanya dilatasi (pelebaran) pada bronkus


local yang bersifat patologis.dilatasi bronkus disebabkan oleh perubahan dalam
dinding bronkus berupa destruksi elemen –elemen elastic dan otot-otot polos bronkus
. pada umumnya bronkus berukuran kecil yang diserang. Hal ini dapat menghalangi
aliran udara ke paru-paru dan dapt merusaknya.
Secara klinis para ahli mengartikan  bronchitis sebagai suatu penyakit atau
gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala utama dan dominan . ini berati
bahwa bronchitis bukan merupakan penyakit berdiri sendiri melainkan dari berbagai
penyakit lain juga.
Definisi bronchitis menurut beberpa sumber adalah hipersekresi mukus dan
batuk produktif kronis berulang ulang  minimal selam3 bulan pertahun atau paling
sedikit 2 tahun berturut turut pada pasien yang diketahui tidak terdapatpenyebab lain.

b.   Klasifikasi
1. Bronkitis Akut
Bronkitis akut pada bayi dan anak biasanya juga bersama dengan trakeitis,
merupakan penyakit saluran napas akut (ISNA) yang sering dijumpai. (berakhir
dalam masa 3 hari hingga 3 minggu).
2. Bronkitis Kronik dan atau Batuk Berulang.
Bronkitis Kronik dan atau berulang adalah kedaan klinis yang disebabkan
oleh berbagai sebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya
selama 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan
dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik dan non respiratorik lainnya (KONIKA,
1981). Dengan memakai batasan ini maka secara jelas terlihat bahwa Bronkitis
Kronik termasuk dalam kelompok BKB tersebut. Dalam keadaan kurangnya data
penyelidikan mengenai Bronkitis Kronik pada anak maka untuk menegakkan
diagnosa Bronkitis Kronik baru dapat ditegakkan setelah menyingkirkan semua
penyebab lainnya dari BKB. (boleh berakhir sehingga 3 bulan dan menyerang semula
untuk selama 2 tahun atau lebih).

C.       TANDA DAN GEJALA


gejala bronchitis akut dan kronis yang perlu Anda ketahui:
1. Batuk
2. Adanya lendir, baik yang tidak berwarna, putih atau berwarna kuning kehijauan
3. Napas pendek, yang memburuk bahkan saat mengerahkan sedikit tenaga
4. Napas sesak
5. Lelah
6. Demam ringan dan menggigil
7. Rasa tidak nyaman pada dada
Jika anda mengalami bronchitis akut, anda mungkin memiliki batuk yang
tetap ada dalam beberapa minggu setelah bronchitis sembuh. Bagaimanapun gejala
bronchitis dapat membingungkan. Anda  tidak dapat  memiliki lendir ketika anda
mengalami bronchitis, dan anak-anak sering menelan lendir tersebut sehingga orang
tua mungkin tidak dapat mengetahuinya. Ada dapat mengalami bronchitis kronis
tanpa mengalami bronchitis akut terlebih dahulu. Serta banyak perokok yang harus
membersihkan lendir pada tenggorokannya pada pagi hari ketika bangun dari tidur,
yang jika hal ini berlanjut lebih dari tiga bulan maka mungkin ia mengalami
bronchitis kronis.
Jika anda mengalami bronchitis kronis, peradangan dalam jangka waktu lama
menyebabkan pipa  bronchila terluka dan memproduksi terlalu banyak lendir. Lama
kelamaan dinding pipa bronchial akan menebal dan jalan napas anda dapat terluka.
Tanda dan gejala bronchitis kronis juga dapat berupa:
1. Batuk yang memburuk pada pagi hari dan pada cuaca lembab
2. Sering mengalami infeksi pernapasan (seperti pilek dan flu) dengan batuk berdahak
yang memburuk
Jika anda mengalami bronchitis kronis, anda dapat memiliki periode dimana
tanda dan gejala akan memburuk. Pada saat itu anda dapat memiliki bronchitis akut
yang berlapis baik karena bakteri maupun virus sebagai tambahan pada bronchitis
kronis anda.

Secara klinis, Bronkitis kronis terbagi menjadi 3 jenis, yakni:

1. Bronkitis kronis ringan ( simple chronic bronchitis), ditandai dengan batuk


berdahak dan keluhan lain yang ringan.
2. Bronkitis kronis mukopurulen ( chronic mucupurulent bronchitis), ditandai dengan
batuk berdahak kental, purulen (berwarna kekuningan).
3. Bronkitis kronis dengan penyempitan saluran napas ( chronic bronchitis with
obstruction ), ditandai dengan batuk berdahak yang disertai dengan sesak napas berat
dan suara mengi.
Untuk membedakan ketiganya didasarkan pada riwayat penyakit dan
pemeriksaan klinis oleh dokter disertai pemeriksaan penunjang (jika diperlukan),
yakni radiologi (rontgen), faal paru, EKG, analisa gas darah.

 Manifestasi Klinis
1. Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)
2. Sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
3. Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)
4. Bengek
5. Lelah
6. Pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
7. Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
8. Pipi tampak kemerahan
9. Sakit kepala
10. Gangguan penglihatan
11. Sedikit demam.
12. Dada merasa tidak nyaman.
 Komplikasi
a. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik.
b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi
kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia
c. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.
d. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis

 Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan radiologisTubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis
yang paralel, keluar dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan
bronchus yang menebal.Corak paru bertambah
2.      Pemeriksaan fungsi paru
3.      Analisa gas darah antaralain :
a.       Pa O2 : rendah (normal 25 – 100 mmHg)
b.      Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).
c.       Saturasi hemoglobin menurun.
d.      Eritropoesis bertambah.

 Diagnosa
Diagnosis bronkitis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala, terutama dari
adanya lendir. Pada pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop akan terdengar
bunyi ronki atau bunyi pernafasan yang abnormal.
1.      Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2.      Ketidakefektifan pola nafas
3.      Gangguan pertukaran gas
4.      Intoleran aktivitas
5.      Gangguan rasa nyaman
6.      Nyeri
7.      Gangguan keseimbangan cairan
8.      Gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
9.      Gangguan pola tidur
C. ETIOLOGI

  Bronchitis akut.

Virus pilek sering menyebabkan bronchitis akut. Tetapi anda juga dapat
mengalami bronchitis noninfeksi karena terkena asap rokok dan polutan lain seperti
debu. Bronchitis dapat juga terjadi ketika asam perut sering naik ke dalam esophagus,
kondisi ini dikenal dengan nama gastroesophageal reflux disease (GERD). Dan
pekerja yang terkena debu atau asap tertentu dapat mengalami bronchitis. Bronchitis
akut umumnya hilang ketika tidak lagi terkena iritan.

  Bronchitis kronis

Terkadang peradangan dan penebalan dinding pipa bronchial menjadi permanen.


Kondisi yang diketahui sebagai bronchitis kronis. Anda umumnya
mempertimbangkan bahwa anda mengalami bronchitis kronis jika anda batuk setiap
hari yang hilang setelah tiga bulan dalam setahun dalam dua tahun berturut. Tidak
seperti bronchitis akut, bronchitis kronis terus berlanjut dan merupakan penyakit yang
serius. Merokok adalah penyebab yang paling besar, tetapi polusi udara dan debu atau
gas beracun pada lingkungan atau tempat kerja juga dapat berkontribusi pada
penyakit ini.

Penyebab Penyakit Bronkitis juga biasanya disebabkan oleh gaya hidup yang


kurang sehat. Sehingga imun tubuh tidak terlalu bagus dan ketika
virus penyebab penyakit bronkitis masuk, imun tubuh tidak bisa menghadangnya.

 Penyebab Penyakit Bronkitis infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan


organisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia).
Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru-
paru dan saluran pernafasan menahun. Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari:
1. Sinusitis kronis
2. Bronkiektasis
3. Alergi
4. Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak.
 Penyebab penyakit Bronkitis iriatif adalah :
1. Terkena berbagai jenis debu
2. Asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin, hidrogen sulfida,
dan bromin
3. Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida
4. Tembakau dan rokok lainnya.
 Faktor risiko terkena Bronchitis
Faktor yang meningkatkan risiko terkena bronchitis antara lain:
1. Merokok. Rokok memang sumber dari berbagai macam penyakit. Karena itu,
berhentilah merokok karena sangat merugikan kesehatan.
2. Daya tahan tubuh yang lemah, dapat karena baru sembuh dari sakit atau kondisi
lain yang membuat daya tahan tubuh menjadi lemah
3. Kondisi dimana asam perut naik ke esophagus (gastroesophageal reflux disease)
4. Terkena iritan, seperti polusi, asap atau debu
Ada3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok, infeksi
dan polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan status
sosial.
1.       Rokok
Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok
adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara
merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis
rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia
skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.
2.       Infeksi
Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus
yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling
banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie
3.       Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila
ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia dapat juga menyebabkan
bronchitis adalah zat – zat pereduksi seperti O2, zat – zat pengoksida seperti N2O,
hidrokarbon, aldehid, ozon.
4.       Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak,
kecuali pada penderita defisiensi alfa – 1 – antitripsin yang merupakan suatu problem,
dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir
enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan,
termasuk jaringan paru.
5.      Faktor sosial ekonomi
          Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi
rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.
D.     PATOFISIOLOGI
Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa
bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan
ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai
peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil –
kecil sedemikian rupa sampai bronchioles tersebut rusak dan dindingnya melebar.

            Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa
terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia dan
pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme
pertahanannya sendiri melemah. Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel –
sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami
kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.
           Perubahan – perubahan pada sel – sel penghasil mukus dan sel – sel silia ini
mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus
dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas

E.  CARA PENGOBATAN PENYAKIT BRONCHITIS

     Penatalaksanaan Pengobatan :

1.      Tindakan suportif

2.      Pendidikan bagi pasien dan keluarganya tentang :


a.       Menghindari merokok
b.      Menghindari iritan lainnya yang dapat terhirup.
c.       Mengontrol suhu dan kelembaban lingkungan.
d.      Nutrisi yang baik.
e.       Hidrasi yang adekuat.

3.      Terapi khusus (pengobatan) :


a.       Bronchodilator
b.      Antimikroba
c.       Kortikosteroid
d.      Terapi pernafasan
e.       Terapi aerosol
f.       Terapi oksigen
g.      Penyesuaian fisik
h.      Latihan relaksasi
Penatalaksanaan Bronkitis kronis juga dapat dilakukan secara
berkesinambungan untuk mencegah timbulnya penyulit, meliputi:
1. Edukasi, yakni memberikan pemahaman kepada penderita untuk mengenali gejala
dan faktor-faktor pencetus kekambuhan Bronkitis kronis.
2. Sedapat mungkin menghindari paparan faktor-faktor pencetus.
3. Rehabilitasi medik untuk mengoptimalkan fungsi pernapasan dan mencegah
kekambuhan, diantaranya dengan olah raga sesyuai usia dan kemampuan, istirahat
dalam jumlah yang cukup, makan makanan bergizi.
4. Oksigenasi (terapi oksigen)
5. Obat-obat bronkodilator dan mukolitik agar dahak mudah dikeluarkan.
6. Antibiotika. Digunakan manakala penderita Bronkitis kronis mengalami
eksaserbasi oleh infeksi kuman ( H. influenzae, S. pneumoniae, M. catarrhalis).
Pemilihan jenis antibiotika (pilihan pertama, kedua dan seterusnya) dilakukan oleh
dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.
Para penderita Bronkitis kronis seyogyanya periksa dan berkonsultasi ke dokter
manakala mengalami keluhan-keluhan batuk berdahak dan lama, sesak napas, agar
segera mendapatkan pengobatan yang tepat.

  PENGOBATAN PENYAKIT BRONKITIS


a. Tindakan Perawatan
Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan
mengeluarakan lender
1. Berjemur dipagi hari.
2. Sering mengubah posisi.
3. Banyak minum.
4. Inhalasi
5. Nebulizer
   Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang perlu
diberikan minum susu atau makanan lain
b. Tindakan Medis.
1. Jangan beri obat antihistamin berlebih.
2. Beri antibiotic bila ada kecurigaan infeksi bacterial. Antibiotik diberikan kepada
penderita yang gejalanya menunjukkan bahwa penyebabnya adalah infeksi
bakteri (dahaknya berwarna kuning atau hijau dan demamnya tetap tinggi) dan
penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru.
3. Dapat diberi efedrin 0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari
4. Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedative
5.  Untuk penderita dewasa bisa diberikan aspirin atau asetaminofen. Untuk anak-
anak, sebaiknya hanya diberikan asetaminofen.
6. Kepada penderita dewasa diberikan trimetoprimsulfametoksazol, tetracyclin, atau
ampisilin. Erythromycin diberikan walaupun dicurigai penyebabnya adalah
mycoplasma   penumoniae.
7. Kepada penderita anak-anak diberikan amoxicillin. Jika penyebabnya virus, tidak
diberikan antibiotik. Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya
sangat berat maka dilakukan pemeriksaan biakan dari dahak untuk membantu
menentukan apakah perlu dilakukan penggantian antibiotik.

  PENCEGAHAN PENYAKIT BRONKITIS

Jika Anda telah sering mengalami serangan bronkitis atau berulang,


penyebabnya mungkin sesuatu di lingkungan Anda. Lokasi yang dingin, lembab -
khususnya dikombinasikan dengan polusi udara atau asap rokok - dapat membuat
Anda lebih rentan terhadap bronkitis akut.  Ketika masalah menjadi berat, Anda
mungkin perlu untuk mempertimbangkan perubahan di mana dan bagaimana Anda
hidup dan bekerja.
Tindakan yang dapat membantu menurunkan risiko bronchitis dan melindungi
paru-paru anda secara umum adalah:
1. Hindari merokok dan menjadi perokok pasif. Asap tembakau meningkatkan risiko
bronkitis kronis dan emphysema.
2. Cobalah untuk menghindari orang-orang yang telah pilek atau flu. Semakin sedikit
Anda terkena virus yang menyebabkan bronkitis, semakin rendah risiko Anda
mendapatkannya. Hindari kerumunan orang selama musim flu.
3 Hindari keluar malam karena saat malam kondisi udara dingin dan sangat lembab
sehingga membuat bronkus mengalami vasokontriksi dan peningkatan produksi
secret.
4. Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Misalnya
telur, susu, daging dan sebagainya.
5. Dapatkan vaksin flu tahunan. Banyak kasus bronkitis akut hasil dari influenza,
virus. Mendapatkan vaksin flu tahunan dapat membantu melindungi Anda dari flu,
yang pada gilirannya, dapat mengurangi risiko bronkitis.
6. Tanyakan kepada dokter tentang pneumonia shot. Jika usia Anda lebih dari 60
tahun atau Anda memiliki faktor risiko seperti diabetes, penyakit jantung dan paru-
paru, perlu dipertimbangkan melakukan shot bronkitis. Selain itu, dikenal sebagai
vaksin Prevnar dapat membantu melindungi anak-anak terhadap pneumonia. Kami
menganjurkan untuk semua anak di bawah usia 2 tahun dan untuk anaku usia 2
hingga 5 tahun yang berada pada risiko tertentu penyakit pneumokokus, seperti
mereka yang memiliki kekurangan sistem kekebalan tubuh, asma, penyakit jantung
atau anemia sel sabit. Efek samping dari vaksin pneumokokus biasanya kecil dan
ringan termasuk rasa nyeri atau bengkak di tempat suntikan. Jika Anda memiliki
radang paru-paru atau lebih lima tahun yang lalu menjalankan shot, dokter anda dapat
merekomendasikan bahwa Anda mendapatkan satu lagi.
7. Cuci tangan atau menggunakan sanitizer tangan secara teratur. Untuk mengurangi
risiko terkena infeksi virus, sering mencuci tangan anda dan membiasakan
menggunakan sanitizer tangan. Dan jangan menggosok hidung atau mata Anda.
8. Ketika praktek, memakai masker. Jika Anda harus menghabiskan banyak waktu di
sekitar orang lain yang batuk dan bersin, ide yang baik untuk memakai masker yang
menutupi mulut dan hidung untuk mengurangi risiko infeksi.

  HERBAL TRADISIONAL ANTI-BRONCHITIS


Beberapa tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk menyembuhkan
bronkhitis ternyata bisa dijumpai dengan mudah karena cenderung mudah ditanam
dan dipelihara. Berbagai tumbuhan tersebut memiliki efek anti-peradangan (anti-
inflamasi), antibiotik, anti-bakterial, meredakan batuk, dan lainnya. Beberapa jenis
tumbuhan obat yang bisa digunakan untuk pengobatan bronkhitis antara lain:
1. Sambiloto
Sambiloto memiliki efek farmakologis seperti anti-radang, menurunkan panas,
menghilangkan sakit (analgetik), menghilangkan bengkak, dan penawar racun (anti-
toksik).
2. Pegagan
Efek farmakologis dari pegagan yakni anti-infeksi, anti-bakterial, penurunan
panas, penenang, peluruh kemih, membesihkan darah, dan lainnya.
3. Bawang putih
Bawang Putih memiliki efek farmakologis seperti efek hangat, sebagai
antibiotik, antioksidan, melancarkan peredaran darah, menstimulasi sistem imu, dan
lainnya.
1. Sirih
Sirih memiliki efek farmakologis seperti menimbulkan rasa hangat, pedas,
berkhasiat menghentikan batuk, mengurangi peradangan, menghilangkan gatal, dan
lain-lain.
2. Kulit Jeruk mandarin
Efek farmakologis dari kulit jeruk mandarin seperti pedas dan hangat. Khasiat
dari kulit Jeruk Mandarin ialah anti-asma, peluruh dahak, anti-peradangan, dan
lainnya.
3. Jahe
Efek farmakologis Jahe ialah antibiotik, peluruh dahak, anti-radang,
melancarkan sirkulasi darah, dan lainnya.
4. Daun Saga
Efek farmakologis Daun Saga ialah penyejuk pada kulit dan selaput lendir
serta anti-batuk.
BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamsi pada
pembuluh bronkus,trakea dan bronchial. inflamsi menyebabkan bengkak pada
permukaannya, mempersempit ruang pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan
inflamsi. Secara klinis para ahli mengartikan  bronchitis sebagai suatu penyakit atau
gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala utama dan dominan . ini berati
bahwa bronchitis bukan merupakan penyakit berdiri sendiri melainkan dari berbagai
penyakit lain juga. Penyakit bronkhitis memang “derajat” bahayanya masih lebih
rendah dibandingkan penyakit-penyakit berbahaya lain seperti jantung, kanker, dan
lainnya. Namun, jika tidak segera ditangani, bukan mustahil akan membahayakan.
Bronkhitis memang termasuk penyakit ringan tetapi, jika diderita oleh penderita
penyakit lain yang bersifat tahunanseperti jantung maupun paru-paru sifatnya akan
membahayakan. Makanya, kalau Anda terindikasi bronkhitis harus segera diobati.

B.     SARAN
      Agar terhindar dari Penyakit Bronkitis sebaiknya membiasakan diri kita untuk
melaksanakan pola hidup sehat. Sehingga selain lebih sehat, berbagai penyakit pun
tidak akan menghampiri.
Kemudian disarankan untuk hindari merokok atau asap rokok, hindari mereka yang
sedang sakit pilek atau flu serta gunakan masker untuk mengurangi risiko infeksi.

Anda mungkin juga menyukai