Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR ASUHAN

KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN PADA

PASIEN DENGAN ASMA

OLEH :

FANNY MAULIDA RAHMAH (0432950920010)

JURUSAN KEPERAWATAN S-1


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH
TAHUN 2020/2021
A. PENGERTIAN
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang mengalami
radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor risiko tertentu,
jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus,
sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012)
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan
ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia,
tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang
dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011)
Asma adalah penyakit implamasi koronik saluran nafas dimana banyak sel berperan
terutama sel mast, esonofil, limposit T magropag, neuropil dan sel epitel. (Slamet Hariadi,
dkk 2010). Asma merupakan sebuah penyakit kronik saluran napas yang terdapat di seluruh
dunia dengan kekerapan bervariasi yang berhubungan dengan dengan peningkatan
kepekaan saluran napas sehingga memicu episode mengi berulang (wheezing), sesak
napas (breathlessness), dada rasa tertekan (chest tightness), dispnea, dan batuk
(cough) terutama pada malam atau dini hari. (PDPI, 2006; GINA, 2006). Menurut
National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI, 2007), pada individu yang rentan,
gejala asma berhubungan dengan inflamasi yang akan menyebabkan obstruksi dan
hiperesponsivitas dari saluran pernapasan yang bervariasi derajatnya.
Jadi, Asma merupakan suatu penyakit pada pernafasan khususnya pada jalan nafasnya
yang melibatkan berbagai sel inflamasi sehingga mengobstruksi jalan nafas, dan bersifat
reversible yang berespon pada stimuli tertentu.
Klasifikasi

(Brunner & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, hal 611).

a) Asma alergik, disebabkan oleh allergen / allergen – allergen yang dikenal missal
( serbuk sari, binatang, makanan, dan jamur) kebanyakan allergen terdapat di udara dan
musiman. Pasien dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat medis masa lalu
eczema atau rhinitis alergik. Pemajanan terhadap allergen mencetuskan serangan asma.
Anak – anak dengan asma alergik sering mengatasi kondisi sampai masa remaja.
b) Asma idiopatik/ non alergik, tidak berhubungan dengan allergen spesifik. Factor –
factor, seperti common cold,, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan
lingkungan dapat mencetuskan serangan. Beberapa agens farmakologi, seperti aspirin
dan agens anti inflamasi nonsteroid lain, pewarna rambut, antagonis bête adrenergic,
dan agens sulfit ( pengawet makanan) juga mungkin menjadi factor. Serangan asma
idiopatik/ nonalergik menjadio lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu
dan dapat berkembang menjadi bronchitis kronis dan emfisema.
c) Asma gabungan, adalah bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik maupun bentuk idiopatik/ nonalergik

Penyebab

a. Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi)

- Reaksi antigen-antibodi
- Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)

b. Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi)

- Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal


- Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur
- Iritan : kimia
- Polusi udara : CO, asap rokok, parfum
- Emosional : takut, cemas dan tegang
- Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.
B. TANDA DAN GEJALA

1. Stadium dini

- Faktor hipersekresi yang lebih menonjol


a. Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
b. Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
c. Whezing belum ada
d. Belum ada kelainan bentuk thorak
e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
f. BGA belum patologis

- Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan


a. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
b. Whezing
c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
d. Penurunan tekanan parsial O2

2. Stadium lanjut/kronik
a. Batuk, ronchi
b. Sesak nafas berat dan dada seolah –olah tertekan
c. Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
d. Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
e. Thorak seperti barel chest
f. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
g. Sianosis
h. BGA Pa O2 kurang dari 80%
i. Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri
j. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik
k. (Halim Danukusumo, 2000, hal 218-229)
Tanda Dan Gejala Umum :

a. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan/tanpa stetoskop

b. Batuk produktif, sering pada malam hari

c. Nafas atau dada seperti tertekan, ekspirasi memanjang


C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan :
a. Kristal –kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil.
b. Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-sel cabang-
cabang bronkus
c. Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
d. Terdapatnya neutrofil eosinofil
2. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan leukosit
dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma
a. Gas analisa darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat peninggian PaCO2
maupun penurunan pH menunjukkan prognosis yang buruk
b. Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi
c. Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
d. Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu seranggan,
dan menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.
e. Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergennya dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopik.
3. Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada  serangan asma,
gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa rradiolusen yang bertambah, dan
pelebaran rongga interkostal serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat
komplikasi, kelainan yang terjadi adalah:
a. Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah
b. Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran yang bertambah.
c. Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat pada paru.
4. Pemeriksaan faal paru
a. Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan penurunan tekanan
sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%, seluruh pasien menunjukkan penurunan
tekanan sistolik.
b. Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi pada seluruh asma,
FRC selalu menurun, sedangan penurunan TRC sering terjadi pada asma yang berat.
5. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi atas tiga bagian
dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru, yakni :
a. Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan dan rotasi
searah jarum jam
b. Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB
c. Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan VES atau
terjadinya relatif ST depresi.

D. PENATALAKSANAAN MEDIS

Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non farmakologik dan
pengobatan farmakologik.

1. Penobatan non farmakologik


a. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit
asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, serta
menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim kesehatan.
b. Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada
lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus,
termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
c. Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat
dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.
2. Pengobatan farmakologik
a. Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak antara
semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah
metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
b. Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila
golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang dewasa
diberikan 125-200 mg empatkali sehari.
c. Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus
diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol ( beclometason dipropinate )
dengan disis 800  empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama
mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi
dengan ketat.
d. Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak . Dosisnya
berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
e. Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari. Keuntunganya
dapat diberikan secara oral.
f. Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat
bronkodilator.
3. Pengobatan selama serangan status asthmatikus    
a. Infus RL : D5  = 3 : 1 tiap 24 jam
b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit dilanjutka
drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam.
d. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e. Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f. Antibiotik spektrum luas.
E. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Primer Asma
a. Airway
- Peningkatan sekresi pernafasan
- Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing
b.  Breathing
- Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
- Menggunakan otot aksesoris pernafasan
- Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis
c.  Circulation
- Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi
- Sakit kepala
- Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah
- Papiledema
- Urin output meurun
d. Dissability
Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan neurologi
dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.

2. Pengkajian Sekunder Asma
a. Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk mengumpulkan
berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi pengobatan. Gejala
asma sangat bervariasi baik antar individu maupun pada diri individu itu sendiri
(pada saat berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak yang
hebat yang disertai gangguan kesadaran. Keluhan dan gejala tergantung berat
ringannya pada waktu serangan. Pada serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa
adanya komplikasi, keluhan dan gejala tak ada yang khas. Keluhan yang paling
umum ialah : Napas berbunyi, Sesak, Batuk, yang timbul secara tiba-tiba dan dapat
hilang segera dengan spontan atau dengan pengobatan, meskipun ada yang
berlangsung terus untuk waktu yang lama.
b. Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis asma
dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui
penyakit yang mungkin menyertai asma, meliputi pemeriksaan :
1) Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara
bicara, tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan
otot-otot pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir dan posisi istirahat
klien.
2) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,
kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya
bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut,
kelembaban dan kusam.
3) Thorak
a) Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya peningkatan
diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan irama
pernafasan serta frekwensi peranfasan.
b) Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
c) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma
menjadi datar dan rendah.
d) Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4
detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing.
4) Sistem pernafasan
a) Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan seterusnya
menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi kental. Warna
dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama
kalau terjadi infeksi sekunder.
b) Frekuensi pernapasan meningkat
c) Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
d) Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang
disertai ronchi kering dan wheezing.
e) Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi
bahkan mungkin lebih.
f) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
1. Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter
anteroposterior rongga dada yang pada perkusi terdengar hipersonor.
2. Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot
bantu napas (antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi
suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta pernapasan cuping hidung.
g) Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan
dangkal dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent
chest), sianosis.
5) Sistem kardiovaskuler
a) Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat
b) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
1.
2. Takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
3. Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan tekanan darah
sistolik lebih dari 10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak lebih
daripada 5 mmHg, pada asma yang berat bisa sampai 10 mmHg atau
lebih.
c) Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan irama
jantung.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa yang mungkin muncul dalam kasus asma adalah :


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan benda asing dalam jalan nafas
ditandai dengan sputum yang berlebihan.
2. Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan mengeluh lelah.
3. Nyeri akut
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan mengeluh
nyeri.
4. Pola nafas tidak efektif
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas yang ditandai dengan
penggunaan otot bantu pernapasan.
5. Gangguan pertukaran gas
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan ventilasi-perfusi
6. Defisit nutrisi
Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan menelan makanan
G. INTERVENSI
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil
No Intervensi (SIKI)
Keperawatan (SLKI)
1 Bersihan jalan nafas SLKI : bersihan jalan jalan SIKI: Bersihan jalan
tidak efektif nafas tidak efektif nafas tidak efektif
berhubungan dengan Luaran Utama Intervensi Utama
benda asing dalam jalan Label : Bersihan jalan Label: Manajemen jalan
nafas ditandai dengan nafas nafas
sputum yang setelah dilakukan intervensi Observasi:
berlebihan. selama ..x..24jam, 1) Monitor pola nafas
diharapkan bersihan jalan (frekuensi,
nafas meningkat dengan kedalaman, usaha
kriteria hasil: nafas)
- batuk efektif meningkat 2) Monitor bunyi nafas
- produksi sputum menurun tambahan (mis.
- mengi, wheezing menurun Gurgling, mengi
- meconium meurun wheezing, ronkhi
- Dispneaa meurun kering)
- ortopnea menurun 3) Monitor sputum
- sulit bicara menurun (jumlah warna aroma)
Terapeutik:
1) Pertahankan
kepatenan jalan nafas
dengan head tilt chin
lift (jawthrust jika
curiga trauma
servical)
2) Posisikan
semifowler/fowlee
3) Berikan minum
hangat
4) Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
5) Lakukan penghisapan
lender kurang dari 15
detik
6) Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
7) Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep mcgill
8) Berikan oksigen bila
perlu
Edukasi:
1) njurkan asupan
2000ml perhari, jika
tidak kontraindikasi
2) Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
2. Intoleransi aktivitas (SLKI) : Intoleransi SIKI: Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan aktivitas Intervensi Utama
kelemahan ditandai Luaran Utama Label: Terapi aktivitas
dengan mengeluh lelah. Label : toleransi aktivitas Observasi:
setelah dilakukan intervensi 1) Observasi
selama ..x..24jam, identifikasi deficit
diharapkan toleransi tingkat aktivitas
aktivitas meningkat 2) Indentifikasi
meningkat dengan kriteria aktivitas dalam
hasil: aktivitas tertentu
- Frekuensi nadi 3) Identifikasi sumber
meningkat daya untuk aktivitas
- Saturasi oksigen yang diinginkan
meningkat Terapeutik
- Kemudahan dalam 1) Fasilitasi memilih
melakukan aktivitas aktivitas dan
sehari-hari tetapkan tujuan
meningkat aktivitas yang
- Keluhan lelah konsisten sesuai
menurun kemampuan fisik,
- Dyspnea saat psikologis, dan
melakukan aktivitas social
menurun 2) Kordinasikan
- Dyspnea setelah pemilihan aktivitas
aktivitas menurun sesuai usia
- Perasaan lemah 3) Fasilitasi pasien
menurun dan keluarga dalam
- Warna kulit menyesuaikan
membaik lingkungan untuk
- Tekanan darah mengakomodasi
membaik aktivitas yang
- Frekuensi napas dipilih
membaik 4) Fasilitai aktivitas
fisik rutin (mis.
Ambulasi,
mobilisasi, dan
perawatan diri
5) Fasilitasi aktivitas
motoric untuk
merelaksasi otot
6) Libatkan keluarga
dalam aktivitas jika
perlu
7) Jadwalkan aktivitas
dalam rutinitas
sehari-hari
Edukasi:
1) Jelaskan metode
aktivitas fisik
sehari-hari jika
perlu
2) Ajarkan cara
melakukan
aktivitas yang
dipilih
Kolaborasi:
1) Kolaborasi dengan
terapis ukupasi
dalam
mrencanakan dan
memonitor
program aktivitas
Rujuk pada pusat atau
program aktivitas
komunitas, jika perlu
3. Nyeri akut berhubungan (SLKI) : Nyeri Akut SIKI: Nyeri Akut
dengan agen pencedera Luaran Utama Intervensi Utama
fisiologis ditandai Label : Tingkat Nyeri Label: Manajemen Nyeri
dengan mengeluh nyeri. setelah dilakukan intervensi Observasi:
selama ..x..24jam, 1. Identifikasi lokasi,
diharapkan pola napas karakteristik, durasi,

membaik dengan kriteria frekuensi, kualitas,


intensitas nyeri.
hasil:
2. Identifikasi skala nyeri
- Keluhan nyeri
3. Identifikasi respon nyeri
menurun
non verbal
- Meringis menurun
4. Identifikasi factor yang
- Sikap protektif
memperberat dan
menurun
memperingan nyeri
- Kesulitan tidur
5. Identifikasi pengetahuan
menurun
dan keyakinan tentang
- Frekuensi nadi
nyeri
membaik
6. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
7. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah diberikan
9. Monitor efek saming
penggunaan analgetik
Terapeutik :
1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresure, terapi music,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat atau
dingin, terapi bermain)
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

4. Pola nafas tidak efektif (SLKI) : Pola nafas tidak SIKI: Polanafas tidak
berhubungan dengan efektif efektif
hambatan upaya napas Luaran Utama Intervensi Utama
yang ditandai dengan Label : Pola napas Label: Manajemen jalan
penggunaan otot bantu setelah dilakukan intervensi nafas
pernapasan. selama ..x..24 jam, Observasi:
diharapkan pola napas 1) Monitor pola nafas
membaik dengan kriteria (frekuensi,
hasil: kedalaman, usaha
- Ventilasi semenit nafas)
meningakat 2) Monitor bunyi nafas
- Kapasitas vital tambahan (mis.
meningkat Gurgling, mengi
- Dispnea menurun wheezing, ronkhi
- Penggunakan otot kering)
bantu nafas menurun 3) Monitor sputum
- Pemanjangan fase (jumlah warna aroma)
ekspirasi menurun Terapeutik:
- Pernapasan cuping 1) Pertahankan
hidung menurun kepatenan jalan nafas
dengan head tilt chin
lift ( jawthrust jika
curiga trauma
servical)
2) Posisikan
semifowler/fowlee
3) Berikan minum
hangat
4) Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
5) Lakukan penghisapan
lender kurang dari 15
detik
6) Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
7) Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep mcgill
8) Berikan oksigen bila
perlu
Edukasi:
1) njurkan asupan
2000ml perhari, jika
tidak kontraindikasi
2) Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

5. Gangguan pertukaran (SLKI) : Gangguan SIKI: Gangguan


gas berhubungan pertukaran gas pertukaran gas
dengan ketidak Luaran Utama Intervensi Utama
seimbangan ventilasi- Label : pertukaran gas Label: pemantauan
perfusi setelah dilakukan intervensi respirasi
selama ..x..24 jam, Observasi:
diharapkan pertukaran gas 1) Monitor frekuensi
meningkat dengan kriteria irama kedalaman
hasil: dan upaya nafas
- Dyspnea menurun 2) Monitor pola nafas
- Bunyi nafas (seperti bradipnea,
tambahan menurun takipnea,
- Nafas cuping hidung hiperventilasi,
menurun kussmaul, cheyne-
- Tingkat kesadaran stokes, biot, ataksik.
meningkat 3) Monitor
- Gelisah menurun kemampuan batuk
- Pola nafas membaik efektif
4) Monitor adanya
produksi sputum
5) Monitor adanya
sumbatan jalan
napas
6) Monitor saturasi
oksigen
7) Monitor nilai AGD
8) Auskultasi bunyi
napas
Terapeutik:
1) Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
2) Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi:
1) Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
2) Informasikan hasil
pemantauan jika
perlu
6. Defisit nutrisi (SLKI) : deficit nutrisi SIKI: Deficit nutrisi
berhubungan dengan Luaran Utama Intervensi Utama
ketidak mampuan Label : status nutrisi Label: Manajemen nutrisi
menelan makanan setelah dilakukan intervensi Observasi:
selama ..x..24 jam, 1) Identifikasi status
diharapkan status nutrisi nutrisi
membaik dengan kriteria 2) Identifikasi alergi
hasil: dan intoleransi
- porsi makanan yang makanan
dihabiskan 3) Identifikasi
meningkat makanan yang
- Kekuatan otot disukai
menelan meningkat 4) Monitor asupan
- Kekuatan otot makanan
pengunyah 5) Identifikasi
meningkat kebutuhan kalori
- Verbalisasi dan jenis nutrient
keinginan untuk 6) Monitor berat badan
meningkatkan 7) Monitor hasil
nutrisi meningkat pemeriksaan
- Frekuensi makan laboratorium
membaik Terapeutik:
- Nafsu makan 1) Lakukan oral
membaik hygiene sebelum
makan jika perlu
2) Vasilitasi
menentukan
pedoman diet
(misalnya piramida
makanan)
3) Berikan makanan
tinggi serat
mencegah
konstipasi
4) Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
5) Berikan suplemen
makanan jika perlu
Edukasi:
1) Anjurkan posisi
duduk jika mampu
2) Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi:
1) Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan (mis
peredam nyeri,
antiemetic jika
perlu)
2) Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan jika
perlu

H. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dilakukan sesuai dengan intervensi dan diagnosa dari pasien tersebut.

I. EVALUASI
Evaluasi dibagi menjadi dua evaluasi formatif dan evaluasi sumatif, dimana evaluasi
formatif digunakan dibagaian implementasi dan tidak menyeluruh sedangkan evaluasi
sumatif diginakan dibagian evaluasi dan bersifat menyeluruh dalam mengevaluasi pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaf Hood, dkk. 2010. Dasar-dasar ilmu penyakit paru. Airlangga university perss.

Basyir. 2005. Perilaku Merokok Pada Remaja. Jakarta: Rineka Cipta.


Depkes R.I. 2009. Pedoman pengendalian penyakit asma.

Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Penerbit Buku


Kedokteran EGC. Jakarta.

Gershwin, M Eric dkk. 2006. Bronchial Asthma, A guide for practical understanding and
treatmet . Edisi V

GINA (Global Initiative for Asthma). 2006. Pocket Guide for Asthma Management
and Prevension In Children . www. Ginaasthma.org.

Hadibroto, Iwan & Syamsir Alam. 2006. Asma. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama

Notoatmojo,Soekidjo. 2012 . ”Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.


Nugroho, Taufan dkk. 2016. Teori Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Nuha
Medika

Nur Arif Amin H dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC NOC. Yogyakarta: Mediaction

SDKI 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik
2016. Tim Pokja SDKI DPP PPNI.

SLKI 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan 2018. Tim Pokja SLKI DPP PPNI.

SIKI 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan
2018. Tim Pokja SIKI DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai