Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS “ASMA”


DI RSU ANUTAPURA PALU

DISUSUN OLEH :

JALALUDDIN SHAKTI, S.Kep.


NIM. 2019032044

POGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA
PALU
2020

PROFESI NERS ANG.VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU 5


LAPORAN PENDAHULUAN
“ASMA”

2.1 KONSEP TEORITIS


2.1.1 Definisi
Asma adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran nafas sangat
mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan
manifestasi berupa serangan asma (Ngastiyah, 2013).
Asma adalah penyakit yang menyebabkan otot-otot di sekitar saluran
bronchial (saluran udara) dalam paru-paru mengkerut, sekaligus lapisan
saluran bronchial mengalami peradangan dan bengkak (Espeland, 2014).
Asma adalah suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi hipersensitif
mukosa bronkus terhadap bahan alergen (Riyadi, 2015).

2.1.2 ANATOMI FISIOLOGI


1. Anatomi saluran nafas

Gambar 1.1

PROFESI NERS ANG.VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU 6


a. Organ-organ pernafasan
1) Hidung
Merupakan saluran udara pertama yang mempunyai 2 lubang,
dipisahkan oleh sekat hidung. Di dalamnya terdapat bulu-bulu
yang berfungsi untuk menyaring dan menghangatkan udara
(Hidayat, 2012).
2) Tekak (faring)
Merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,
terdapat di dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan
mulut sebelah depan ruas tulang leher. Terdapat epiglotis yang
berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan.
3) Laring (pangkal tenggorok)
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan
suara terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra
servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya.
4) Trakea (batang tenggorok)
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin
yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti
kuku kuda (huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh sel bersilia
yang berfungsi untuk mengeluarkan benda-benda asing yang
masuk bersama-sama dengan udara pernafasan. Percabangan
trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina.
5) Bronkus (cabang tenggorokan)
Merupakan lanjutan dari trakea yang terdiri dari 2 buah pada
ketinggian vertebra torakalis IV dan V.
6) Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung hawa (alveoli). Alveoli ini terdiri dari
sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya
 90 meter persegi, pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara.
Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara yang
mengandung oksigendan menghembuskan udara yang banyak

PROFESI NERS ANG.VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU 7


mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Adapun
guna dari pernafasan yaitu mengambil O2 yang dibawa oleh darah ke
seluruh tubuh untuk pembakaran, mengeluarkan CO2 sebagai sisa dari
pembakaran yang dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang,
menghangatkan dan melembabkan udara. Pada dasarnya sistem
pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara yang
menghangatkan udara luar agar bersentuhan dengan membran kapiler
alveoli. Terdapat beberapa mekanisme yang berperan memasukkan udara
ke dalam paru-paru sehingga pertukaran gas dapat berlangsung. Fungsi
mekanis pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru disebut
sebagai ventilasi atau bernapas. Kemudian adanya pemindahan O2 dan
CO2 yang melintasi membran alveolus-kapiler yang disebut dengan difusi
sedangkan pemindahan oksigen dan karbondioksida antara kapiler-
kapiler dan sel-sel tubuh yang disebut dengan perfusi atau pernapasan
internal.
b. Proses pernafasan :
Proses bernafas terdiri dari menarik dan mengeluarkan nafas. Satu
kali bernafas adalah satu kali inspirasi dan satu kali ekspirasi. Bernafas
diatur oleh otot-otot pernafasan yang terletak pada sumsum penyambung
(medulla oblongata). Inspirasi terjadi bila muskulus diafragma telah
dapat rangsangan dari nervus prenikus lalu mengkerut datar. Ekspirasi
terjadi pada saat otot-otot mengendor dan rongga dada mengecil. Proses
pernafasan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga
pleura dan paru-paru.
Proses fisiologis pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari udara
ke dalam jaringan-jaringan dan karbondioksida dikeluarkan ke udara
ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama adalah
ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan ke luar paru-
paru. Stadium kedua adalah transportasi yang terdiri dari beberapa aspek
yaitu difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi
eksterna) dan antara darah sistemik dengan sel-sel jaringan, distribusi
darah dalam sirkulasi pulmonar dan penyesuaiannya dengan distribusi

PROFESI NERS ANG.VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU 8


udara dalam alveolus-alveolus dan reaksi kimia, fisik dari oksigen dan
karbondioksida dengan darah. Stadium akhir yaitu respirasi sel dimana
metabolit dioksida untuk mendapatkan energi dan karbon dioksida yang
terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel akan dikeluarkan oleh
paru-paru (Price, 2011).

2.1.3 Etiologi
1. Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi)
a. Reaksi antigen-antibodi
b. Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)
2. Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi)
c. Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal
d. Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur
e. Iritan : kimia
f. Polusi udara : CO, asap rokok, parfum
g. Emosional : takut, cemas dan tegang
h. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.
(Suriadi, 2013)

2.1.4 Patofisiologi
Adanya debu, asap rokok, bulu binatang, hawa dingin terpapar pada
penderita. Benda-benda yang terpapar tersebut dikenali sebagai antigen oleh
system di tubuh penderita yang kemudian memicu dikeluarkan antibody yang
berperan sebagai respon reaksi hipersensitif seperti neutrofil, basofil, dan
immunoglobulin E (Ig E). Masuknya antigen pada tubuh yang memicu reaksi
antigen akan menimbulkan reaksi antigen-antibodi. Ikatan antigen dan
antibody akan meransang peningkatan pengeluaran mediator kimia seperti
histamin neutrophil chemotactic slow acting epinefrin, norepinefrin dan
prostaglandin.
Peningkatan mediator-mediator kimia terebut akan meransang
peningkatan permiabilitas kapiler pembengkakan pada mukosa saluran
pernafasan (terutama bronkus). Pembengkakan yang hampir merata pada

PROFESI NERS ANG.VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU 9


semua bagian bronkus akan menyebabkan penyempitan bronkus
(bronkokontriksi) dan sesak nafas. Penyempitan bronkus akan menurunkan
jumlah oksigen luar yang masuk saat inspirasi sehingga menurunkan okigen
yang darah. Kondisi ini akan berakibat pada penurunan oksigen jaringan
sehingga penderita terlihat pucat dan lemah.
Pembengkakan mukosa bronkus juga akan meningkatkan sekresi
mucus dan meningkatkan pergerakan silia pada mukosa. Penderita jadi sering
batuk dengan produksi mukus yang cukup banyak.

PROFESI NERS ANG.VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU 10


2.1.5 Pathway
Etiologi

Faktor infeksi :
 Virus (respiratory Faktor non infeksi :
syntitial virus) dan  Alergi
virus parainfluenza  Iritan
 Bakteri (pertusis  Cuaca
dan streptococcus)  Kegiatan jasmani
 Jamur (aspergillus)  Psikis
 Parasit (ascaris)

Reaksi hiperaktivitas bronkus

Antibody muncul (IgE)

Sel mast mengalami degranulasi

Mengeluarkan mediator (histamin dan bradikinin

Peningkatan Kontraksi otot polos


Edema mukosa
produksi mukus bronkus

Mempermudah proliferasi 8
Batuk, pilek,
Terjadi sumbatan dan daya konsolidasi mengi / wheezing.
sesak
Gangguan ventilasi
Ketidakefektifan
Bersihan Jalan
Napas
Hipoventilasi Hiperventilasi

Konsentrasi O2, dalam Konsentrasi CO2, dalam


alveolus menurun alveolus meningkat

Gangguan difusi

PROFESI NERS ANG.VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU 11


Oksigenasi ke jaringan tidak memadai

Gangguan perfusi

Hipoksemia dan
hipoksia Kelelahan, Dada terasa tertekan
lemah / sesak, nyeri dada,
 Sianosis nadi meningkat
Suplai O2
 Takipnea
menurun Suplai O2 tidak
 Gelisah Ketidakefektifan
Pola Napas adekuat
 Nafas cuping ATP
hidung menurun Menimbulkan
 Retraksi otot
asam laktat
dada Inoleransi
Aktivitas Iritasi
Gangguan Pertukaran Gas
Nyeri
 Keluarga
bertanya tentang Kurang Pengetahuan
penyakit anaknya Keluarga
 Keluarga cemas
dan gelisah

Ansietas Keluarga

PROFESI NERS ANG.VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU 12


2.1.6 Manifestasi Klinis
1. Stadium dini
a. Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
1) Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
2) Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya
hilang timbul
3) Whezing belum ada
4) Belum ada kelainan bentuk thorak
5) Ada peningkatan eosinofil darah dan IgE
6) BGA belum patologis
b. Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan
1) Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
2) Whezing
3) Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
4) Penurunan tekanan parsial O2
2. Stadium lanjut / kronik
a. Batuk, ronchi
b. Sesak nafas berat dan dada seolah –olah tertekan
c. Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
d. Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
e. Thorak seperti barel chest
f. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
g. Sianosis
h. BGA Pa O2 kurang dari 80%
i. Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan
kiri
j. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik
(Halim Danukusumo, 2012)

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Radiologi
a. Foto thoraks

PROFESI NERS ANG.VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU 13


Pada foto thorak akan tampak corakan paru yang meningkat,
hiperinflasi terdapat pada serangan akut dan pada asma kronik,
atelektasis juga ditemukan pada anak-anak  6 tahun.
b. Foto sinus paranasalis
Diperlukan jika asma sulit terkontrol untuk melihat adanya sinusitis.
2. Pemeriksaan darah
Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret hidung, bila
tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma .
3. Uji faal paru
Dilakukan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai hasil provokasi
bronkus, menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit.
Alat yang digunakan untuk uji faal paru adalah peak flow meter, caranya
anak disuruh meniup flow meter beberapa kali (sebelumnya menarik
nafas dalam melalui mulut kemudian menghebuskan dengan kuat).
4. Uji kulit alergi dan imunologi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara goresan atau tusuk. Alergen yang
digunakan adalah alergen yang banyak didapat di daerahnya.

2.1.8 Penatalaksanaan Medis


1. Oksigen 4 - 6 liter / menit
2. Pemeriksaan analisa gas darah mungkin memperlihatkan penurunan
konsentrasi oksigen.
3. Anti inflamasi (Kortikosteroid) diberikan untuk menghambat inflamasi
jalan nafas.
4. Antibiotik diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi
5. Pemberian obat ekspektoran untuk pengenceran dahak yang kental
6. Bronkodilator untuk menurunkan spasme bronkus / melebarkan bronkus
7. Pemeriksaan foto torak
8. Pantau tanda-tanda vital secara teratur agar bila terjadi kegagalan
pernafasan dapat segera tertolong.

PROFESI NERS ANG.VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU 14


2.1.9 Komplikasi
1. Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian
menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau
aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita
harus dirawat dengan terapi yang intensif.
2. Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat
pernafasan yang sangat dangkal.
3. Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen
4. Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang
menyebabkan kolapsnya paru.
5. Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan
(obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di paru menggelembung
secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas.

PROFESI NERS ANG.VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU 15


KONSEP ASKEP TEORITIS
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian riwayat keperawatan berdasarkan pola kesehatan fungsional
menurut Gordon :
1. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
a. Riwayat penyakit yang pernah dialami seperti sesak napas yang
mengganggu aktivitas.
b. Riwayat keperawatan diri serta pemeliharaan lingkungan yang dapat
menjadi penyebab asma seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang,
dan cuaca
c. Riwayat kesehatan keluarga ada yang menderita penyakit asma
2. Pola metabolik nutrisi
Dapat muncul mual dan anoreksia sebagai dampak penurunan oksigen
jaringan gastrointestinal. Anak biasanya mengeluh badannya lemah
karena penurunan asupan nutrisi, terjadi penurun BB.
3. Pola eliminasi
Anak dengan asma jarang terjadi gangguan eliminasi baik buang besar
dan kecil
4. Pola tidur dan istirahat
Data yang sering muncul adalah anak mengalami kesulitan tidur karena
sesak napas. Penampilan anak terlihat lemah, sering menguap,mata
merah, anak juga sering menangis pada malam hari karena
ketidaknyamanan tersebut
5. Pola aktivitas dan latihan
Anak tampak menurun aktivitas dan latihannya sebagai dampak
kelemahan fisik. Anak tampak lebih banyak minta digendong orang tua
atau bedrest/ seta orang tua membatasi aktivitas anak, berlari atau
bermain
6. Pola kognitif-persepsi
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah disampaikan
biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigen pada otak.

PROFESI NERS ANG.VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU 16


Pada saat dirawat anak tampak bingung kalau ditanya tentang hal-hal
baru disampaikan
7. Pola  persepsi diri-konsep diri
Tampak gambaran orang tua terhadap anak diam kurang bersahabat,tidak
suka bermain ketakutan terhadap orang lain meningkat.
8. Pola peran-hubungan
Anak malas kalau diajak bicara baik dengan teman sebaya maupun lebih
besar, anak lebih banyak diam dan selalu bersama dengan orang terdekat.
9. Pola seksual-reproduksi
Pola kondisi sakit anak kecil masih sulit terkaji. Pada anak yang sudah
mengalami puberitas mungkin terjadi gangguan menstruasi pada wanita
tetapi berifat sementara dan biasanya penundaan.
10. Pola toleransi stress-koping
Aktivitas yang sering tampak, saat menghadapi stress anak sering
menangis, kalau sudah remaja saat sakit yang dominan adalah mudah
tersinggung dan suka marah.
11. Pola nilai-keyakinan
Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan untuk
mendapat sumber kesembuhan Allah SWT

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas berhubungan dengan tachipnea,
peningkatan produksi mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
kapiler – alveolar
3. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan penyempitan bronkus.
4. Ansietas berhubungan dengan kesulitan bernafas dan rasa takut sufokasi.
5. Kurang  pengetahuan Keluarga berhubungan dengan faktor-faktor
pencetus asma.
6. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara
suplei oksigen dengan kebutuhan

PROFESI NERS ANG.VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU 17


2.2.3 Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria
Intervensi  (NIC)
Dx Keperawatan Hasil  (NOC)
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan NIC :
Bersihan jalan keperawatan selama 3 x 24 1. Airway Management
nafas. jam, pasien mampu : 2. Buka jalan nafas,
1.   Respiratory status : guanakan teknik chin
Ventilation lift atau jaw thrust bila
2. Respiratory status : perlu
Airway patency 3. Posisikan pasien untuk
3. Aspiration Control, memaksimalkan
Dengan kriteria hasil : ventilasi
1. Mendemonstrasikan 4. Identifikasi pasien
batuk efektif dan suara perlunya pemasangan
nafas yang bersih, alat jalan nafas buatan
tidak ada sianosis dan 5. Pasang mayo bila perlu
dyspneu (mampu 6. Lakukan fisioterapi
mengeluarkan sputum, dada jika perlu
mampu bernafas 7. Keluarkan sekret
dengan mudah, tidak dengan batuk atau
ada pursed lips) suction
2. Menunjukkan jalan 8. Auskultasi suara nafas,
nafas yang paten (klien catat adanya suara
tidak merasa tercekik, tambahan
irama nafas, frekuensi 9. Lakukan suction pada
pernafasan dalam mayo
rentang normal, tidak 10. Berikan bronkodilator
ada suara nafas bila perlu
abnormal) 11. Berikan pelembab
3. Mampu udara Kassa basah NaCl
mengidentifikasikan Lembab
dan mencegah factor 12. Atur intake untuk
yang dapat cairan
menghambat jalan mengoptimalkan
nafas keseimbangan.
13. Monitor respirasi dan
status O2
2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan NIC :
pertukaran gas keperawatan selama 3 x 24 Airway Management
jam, pasien mampu :
1. Respiratory Status : Gas 1. Buka jalan nafas,
exchange gunakan teknik chin

PROFESI NERS ANG.VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU 18


2. Respiratory Status : lift atau jaw thrust bila
ventilation perlu
3. Vital Sign Status 2. Posisikan pasien untuk
Dengan kriteria hasil : memaksimalkan
1. Mendemonstrasikan ventilasi
peningkatan ventilasi 3. Identifikasi pasien
dan oksigenasi yang perlunya pemasangan
adekuat alat jalan nafas buatan
2. Memelihara kebersihan 4. Pasang mayo bila
paru paru dan bebas perlu
dari tanda tanda 5. Lakukan fisioterapi
distress pernafasan dada jika perlu
3. Mendemonstrasikan 6. Keluarkan sekret
batuk efektif dan suara dengan batuk atau
nafas yang bersih, suction
tidak ada sianosis dan 7. Auskultasi suara nafas,
dyspneu (mampu catat adanya suara
mengeluarkan sputum, tambahan
mampu bernafas 8. Lakukan suction pada
dengan mudah, tidak mayo
ada pursed lips) 9. Berika bronkodilator
4. Tanda tanda vital bial perlu
dalam rentang normal 10. Barikan pelembab
udara
11. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan
status O2

Respiratory Monitoring

1. Monitor rata – rata,


kedalaman, irama dan
usaha respirasi
2. Catat pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan

PROFESI NERS ANG.VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU 19


intercostal
3. Monitor suara nafas,
seperti dengkur
4. Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi, cheyne
stokes, biot
5. Catat lokasi trakea
6. Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan
paradoksis)
7. Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
8. Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan
napas utama
9. Auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
3 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan NIC :
Pola Nafas keperawatan selama 3 x 24 Airway Management
jam, pasien mampu :
1. Respiratory status : 1. Buka jalan nafas,
Ventilation guanakan teknik chin
2. Respiratory status : lift atau jaw thrust bila
Airway patency perlu
3. Vital sign Status 2. Posisikan pasien untuk
Dengan Kriteria Hasil memaksimalkan
4. Mendemonstrasikan ventilasi
batuk efektif dan suara 3. Identifikasi pasien
nafas yang bersih, tidak perlunya pemasangan
ada sianosis dan alat jalan nafas buatan
dyspneu (mampu 4. Pasang mayo bila perlu
mengeluarkan sputum, 5. Lakukan fisioterapi
mampu bernafas dengan dada jika perlu
mudah, tidak ada pursed 6. Keluarkan sekret
lips) dengan batuk atau

PROFESI NERS ANG.VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU 20


5. Menunjukkan jalan suction
nafas yang paten (klien 7. Auskultasi suara nafas,
tidak merasa tercekik, catat adanya suara
irama nafas, frekuensi tambahan
pernafasan dalam 8. Lakukan suction pada
rentang normal, tidak mayo
ada suara nafas 9. Berikan bronkodilator
abnormal) bila perlu
6. Tanda Tanda vital 10. Berikan pelembab
dalam rentang normal udara Kassa basah
(tekanan darah, nadi, NaCl Lembab
pernafasan) 11. Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan
status O2

Terapi Oksigen
1. Bersihkan mulut,
hidung dan secret
trakea
2. Pertahankan jalan nafas
yang paten
3. Atur peralatan
oksigenasi
4. Monitor aliran oksigen
5. Pertahankan posisi
pasien
6. Observasi adanya tanda
tanda hipoventilasi
7. Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring


1. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri

PROFESI NERS ANG.VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU 21


4. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari
nadi
7. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola
pernapasan abnormal
10. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
11. Monitor sianosis
perifer
12. Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
13. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
4 Ansietas orang tua Setelah dilakukan tindakan NIC :
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 Anxiety Reduction
dengan kesulitan jam, pasien mampu : (penurunan kecemasan)
bernafas dan rasa 1. Anxiety control 1. Gunakan pendekatan
takut sufokasi 2. Coping yang menenangkan
3.  Impulse control 2. Nyatakan dengan jelas
Dengan Kriteria Hasil : harapan terhadap pelaku
1. Klien mampu pasien
mengidentifikasi dan 3. Jelaskan semua
mengungkapkan gejala prosedur dan apa yang
cemas dirasakan selama
2. Mengidentifikasi, prosedur
mengungkapkan dan 4. Pahami prespektif
menunjukkan tehnik pasien terhadap situasi
untuk mengontol stres
cemas 5. Temani pasien untuk
3.   Vital sign dalam batas memberikan keamanan

PROFESI NERS ANG.VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU 22


normal dan mengurangi takut
4.  Postur tubuh, ekspresi 6. Berikan informasi
wajah, bahasa tubuh dan faktual mengenai
tingkat aktivitas
diagnosis, tindakan
menunjukkan berkurangnya
kecemasan prognosis
7. Dorong keluarga untuk
menemani anak
8. Lakukan back / neck
rub
9. Dengarkan dengan
penuh perhatian
10. Identifikasi tingkat
kecemasan
11. Bantu pasien mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
12. Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
13. Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi

5 Kurang pengetahu Setelah dilakukan tindakan NIC :


an Keluarga keperawatan selama 3 x 24 Teaching : disease Process
berhubungan jam, pasien mampu : 1. Berikan penilaian
dengan faktor- 1. Kowlwdge : disease tentang tingkat
faktor pencetus process pengetahuan pasien
asma 2. Kowledge : health tentang proses penyakit
Behavior yang spesifik
Dengan Kriteria Hasil : 2. Jelaskan patofisiologi
1. Pasien dan keluarga dari penyakit dan
menyatakan pemahaman bagaimana hal ini
tentang penyakit, berhubungan dengan
kondisi, prognosis dan anatomi dan fisiologi,
program pengobatan dengan cara yang tepat.
2. Pasien dan keluarga 3. Gambarkan tanda dan
mampu melaksanakan gejala yang biasa
prosedur yang muncul pada penyakit,
dijelaskan secara benar dengan cara yang tepat

PROFESI NERS ANG.VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU 23


3. Pasien dan keluarga 4. Gambarkan proses
mampu menjelaskan penyakit, dengan cara
kembali apa yang yang tepat
dijelaskan perawat/tim 5. Identifikasi
kesehatan lainnya kemungkinan
penyebab, dengan cara
yang tepat
6. Sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi, dengan cara
yang tepat
7. Hindari harapan yang
kosong
8. Sediakan bagi keluarga
atau pasien informasi
tentang kemajuan
pasien dengan cara
yang tepat
9. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa
yang akan datang dan
atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
12. Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan
cara yang tepat

6 Intoleransi NOC : NIC :


Aktivitas 1. Self Care : ADLs 1. Observasi adanya
2. Toleransi aktivitas pembatasan klien

PROFESI NERS ANG.VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU 24


3. Konservasi energi dalam melakukan
aktivitas
Setelah dilakukan 2. Kaji adanya faktor
tindakan keperawatan yang menyebabkan
selama …. Pasien kelelahan
bertoleransi terhadap 3. Monitor nutrisi dan
aktivitas dengan sumber energi yang
Kriteria Hasil : adekuat
1. Berpartisipasi dalam 4. Monitor pasien akan
aktivitas fisik tanpa adanya kelelahan fisik
disertai peningkatan dan emosi secara
tekanan darah, nadi berlebihan
dan RR 5. Monitor respon
2. Mampu melakukan kardivaskuler terhadap
aktivitas sehari hari aktivitas (takikardi,
(ADLs) secara mandiri disritmia, sesak nafas,
3. Keseimbangan diaporesis, pucat,
aktivitas dan istirahat perubahan
hemodinamik)
6. Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
pasien
7. Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi
Medik dalam
merencanakan progran
terapi yang tepat.
8. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
9. Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten
yang sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
10.Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan

PROFESI NERS ANG.VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU 25


11.Bantu untuk
mendpatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
12.Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
13.Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu luang
14.Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
15.Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
16.Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
17.Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan
spiritual

PROFESI NERS ANG.VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU 26


DAFTAR PUSTAKA

AAAAI, 2014. Asthma. Milwaukee: American Academy of Allergy, Asthma &


Immunology. Available from: http://www.aaaai.org/conditions-and-
treatments/conditions-a-to-z-search/Atopy.aspx.
Amin. Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA & NIC – NOC. Edisi
Revisi.. Jogjakarta : MediAction
Espeland, N. (2014). Petunjuk Lengkap Mengatasi Alergi dan Asma pada Anak.
Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar-Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
NANDA Internasional. Diagnosa Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2018 -2020.
Edisi 11. Jakarta : EGC
Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.Diakses: 19 Oktober 2014, dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf.
Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2015. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi pertama.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
World Health Organization, 2016. Definisi Sehat WHO: WHO; 1947 [cited 2016 20
February]. Available from: www.who.int.

PROFESI NERS ANG.VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU 27

Anda mungkin juga menyukai