Anda di halaman 1dari 42

PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION (PMR) DENGAN

MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENURUNAN


TINGKAT STRES PADA PENDERITA HIPERTENSI
DI PUSKESMAS LUMBI-LUMBIA

PROPOSAL

NOPDIN KAMAI
201601123

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION (PMR) DENGAN


MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENURUNAN
TINGKAT STRES PADA PENDERITA HIPERTENSI
DI PUSKESMAS LUMBI-LUMBIA

PROPOSAL

NOPDIN KAMAI
201601123

Proposal ini telah Disetujui


untuk Diseminarkan

Tanggal 29 April 2020


Pembimbing I Pembimbing II

Hasnidar, S.Kep., Ns., M.Kep Afrina Januarista, S.Kep., Ns., M.Sc


NIK 20110901016 NIK 20130901030

Mengetahui,

Ketua Prodi Ners


STIKes Widya Nusantara Palu

Hasnidar, S.Kep., Ns., M.Kep

NIK 20110901016
DAFTAR TABEL

Tabe 1. Klasifikasi tekanan darah menurut WHO-ISH


l 1
Tabe 1. Klasifikasi hipertensi menurut AHA & JNC VIII
l 2
Tabe 1. Klasifikasi hipertensi menurut Kemenkes RI
l 3
DAFTAR LAMPIRAN

1. Bagan alur Penelitian


2. Lembar persetujuan menjadi responden (Informed Consent)
3. Kuesioner
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi telah menyebabkan berubahnya gaya hidup
dan sosial ekonomi di masyarakat baik itu di Negara berkembang ataupun
di Negara maju. Perubahan ini banyak mengakibatkan transisi
epidemiologi yang menjadi penyebab utama dari peningkatan angka
kesakitan bahkan kematian yang merupakan akibat dari penyakit menular
dan penyakit yang disebabkan oleh parasit yang menjadi penyakit tidak
menular dan kronis. Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit tidak
menular yang mampu mempengaruhi angka kejadian kesakitan dan
kematian. Satu diantara penyakit kardiovaskular yang banyak diderita
adalah Hipertensi. 1
Diperkirakan Hampir 1 milyar orang yang ada diseluruh dunia
menderita hipertensi. Bahkan di seluruh dunia, menganggap bahwa
hipertensi adalah penyebab utama kematian dini. Pada tahun 2020
diperkirakan bahwa yang akan menderita penyakit tekanan darah tinggi
adalah orang dewasa dengan jumlah kurang lebih 1,56 miliyar orang.
Tekanan darah tinggi atau Hipertensi dapat mengakibatkan kematian
sekitar 8 miliyar orang yang ada di dunia setiap tahunnya dan dikawasan
Asia Timur-Selatan hampir 1,5 juta orang setiap tahunnya. Dan
diperkirakan di Asia Timur-Selatan sekitar sepertiga dari orang dewasa
mengalami penyakit hipertensi.2
Di Indonesia penyakit hipertensi terus meningkat dari tahun ke
tahun, hal ini dibuktikan Berdasarkan hasil Survei Indikator Kesehatan
Nasional (SIRKESNAS) tahun 2016 prevalensi hipertensi di Indonesia
sebesar 32,4 %.3 sedangkan Prevalensi hipertensi pada tahun 2018
berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk umur ≥18 tahun terjadi
peningkatan yaitu sebesar 34,11 %.4
Kejadian penyakit hipertensi di Sulawesi Tengah terus mengalami
peningkatan dari tahun 2015 sampai tahun 2018, pada tahun 2015
presentase kejadian hipertensi adalah 3,61 %,5 tahun 2016 menjadi 5,03
%,6 tahun 2017 meningkat menjadi 27,8 %,7 dan Pada tahun 2018
persentase penduduk yang mendapat pelayanan kesehatan Hipertensi
untuk provinsi Sulawesi tengah usia ≥ 15 tahun adalah 47,4 %. Persentase
Hipertensi tertinggi pada tahun 2018 adalah kabupaten Banggai
Kepulauan. Kabupaten Banggai Kepulauan juga mengalami peningkatan
prevalensi kejadian hipertensi. Pada tahun 2016 presentase kejadian
hipertensi sebesar 0,09 %, tahun 2017 dari 3.347 yang mendapatkan
pelayanan hipertensi sebesar 2.711 atau 78,9 %, dan pada pada tahun
2018 berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah, jumlah
penduduk banggai yang menderita Hipertensi usia ≥ 15 sebanyak 1.749
jiwa dan yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebesar 1.749 jiwa
dengan capaian 100 %.8
Berdasarkan Data dari dinas kesehatan Banggai Kepulauan dalam
Badan Pusat statistik terdapat 10 penyakit yang tinggi angka kejadiannya
di Kabupaten Banggai Kepulauan tahun 2015 yaitu hipertensi, gastritis,
diare, nasoparingitis akut, diabetes, malaria, ispa, asma, bronkitis, TBC.
Hipertensi menjadi penyakit nomor satu terbanyak di Kabupaten Banggai
Kepulauan dengan jumlah 1.874 kasus. 9
Beberapa faktor yang dapat mengakibatkan kejadian penyakit
hipertensi dapat dikategorikan menjadi dua faktor yaitu faktor yang tidak
bisa dikontrol dan faktor yang bisa di kontrol. Yang dimaksud dengan
faktor yang tidak bisa dikontrol adalah genetik, jenis kelamin dan umur.
sedangkan yang dimaksud dengan faktor yang bisa dikontrol adalah stress,
nutrisi dan obesitas.10 Tingginya Hipertensi di Kabupaten Banggai
Kepulauan berkaitan erat dengan pola hidup (life style) masyarakat yang
cenderung kurang melakukan aktifitas fisik, mengonsumsi garam berlebih,
diet rendah serat, obesitas, mengonsumsi alkohol, dyslipidemia dan stress.4
Keadaan stress yang berat dapat menjadi penyebab kejadian
penyakit hipertensi, baik itu dewasa muda maupun usia pertengahan dan
lansia. Pengertian hipertensi menurut American Heart Association (AHA)
adalah suatu kondisi akibat terjadinya peningkatan tekanan darah dalam
waktu yang cukup lama dengan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan
tekanan diastolic ≥ 90 mmHg. Hipertensi merupakan keadaan ketika
tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg menurut Joint National Committee
(JNC) VII, tekanan darah pada orang dewasa (berusia lebih 18 tahun).
Hipertensi atau yang sering disebut sebagai “The silent disease” karena
penderita sering tidak mengetahui gejalanya atau gangguan yang sering
tidak disadari. Hipertensi juga merupakan penyebab penyakit degenerative
karena biasanya semakin bertambahnya umur tekanan darah perlahan akan
meningkat.11
Hal ini menunjukan bahwa stress berpengaruh terhadap hipertensi.
Penelitian yang dilakukan oleh Rusnoto, Hengki Hermawan (2017)
dengan judul “ Hubungan Stres Kerja dengan Kejadian Hipertensi
Pada Pekerja Pabrik Di Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwungu” didapatkan
hasil bahwa Stres kerja memiliki hubungan dengan kejadian Hipertensi
pada pekerja buruh pabrik di wilayah kerja Puskesmas Kaliwungu Kudus
2017 dengan hasil uji statistic kendall’s tau diperoleh hasil nilai ρ value
0,000 kurang dari nilai α 0,05, artinya Ha diterima.12 Penelitian sejalan
yang dilakukan oleh Reni Windarti (2018) dengan judul “ Hubungan
Antara Tingkat Stres Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di
Posyandu Bodronoyo Kelurahan Ngegong Kecamatan Manguharjo Kota
Madiun” didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara tingkat stress
dengan kejadian Hipertensi pada lansia di Posyandu Bodronoyo Kelurahan
Ngegong Kecamatan Manguharjo Kota Madiun 2018 dengan hasil uji
statistik Spearman Rank di dapatkan nilai ρ value 0,000 kurang dari nilai
α 0,05.13
Berbagai upaya dilakukan agar tekanan darah tetap stabil atau
normal. Upaya tersebut dapat dibedakan menjadi dua bagian terapi yaitu
terapi farmakologis atau dengan kata lain terapi yang memanfaatkan
berbagai jenis obat dan terapi non farmakologis yang merupakan terapi
tanpa menggunakan obat, salah satunya adalah relaksasi otot progresif.7
hasil penelitian yang dilakukan oleh Gaudensius Reginalis Leu (2016)
dengan judul “Pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap penurunan
Hipertensi pada lansia di Kelurahan Tlogomas Malang” didapatkan hasil
bahwa relaksasi otot progresif terbukti dapat menurunkan tekanan darah
pada lansia di Kelurahan Tlogomas Malang.14
Teknik relaksasi merupakan suatu metode yang mudah untuk
dilakukan agar mengurangi kondisi stress. Latihan relaksasi ini bertujuan
untuk mendapatkan sebuah respon yang mampu mengatasi respon stress.
Apabila relaksasi berhasil, maka hipotalamus berusaha menyesuaikan dan
menurunkan aktivitas system saraf simpatik dan parasimpatis sehingga
menimbulkan perasaan santai dan tenang.14 Progressive Muscle
Relaxation (PMR) adalah teknik yang mudah dilakukan oleh setiap orang
yang terdiri dari dua jenis gerakan yaitu memberikan tegangan pada otot-
otot tertentu kemudian merelaksasikan kembali otot-otot tersebut sehingga
dapat menghasilkan rasa relaks pada tubuh.14
Berdasarkan hasil data yang diperoleh di Puskesmas Lumbi-
lumbia, Kecamatan Buko Selatan, pada tanggal 23 Maret 2020 tentang
jumlah penderita hipertensi dari bulan Januari 2019 sampai dengan
Desember 2019 adalah berjumlah 440 orang. Berdasarkan hasil
wawancara dengan dua orang penderita hipertensi tersebut, mereka
mengatakan pola hidup mereka sudah baik, jarang konsumsi garam
berlebih, tidak merokok, hanya saja terlalu banyak memikirkan tentang
kehidupan perekonomian keluarga, dan juga kurangnya sikap kepedulian
antara anggota keluarga.
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang masih sering
diabaikan. Banyak Penderita hipertensi tidak menyadari bahwa dirinya
telah mengalami hipertensi. Sehingga ketika mereka mengalami gejala
hipertensi sebagian dari mereka hanya membiarkan saja, dan ada juga
yang membeli obat. Wilayah cakupan Puskesmas Lumbi-lumbia terdiri
dari 12 desa, oleh karena itu untuk memastikan kesehatan masyarakat,
petugas kesehatan melakukan pemeriksaan kesehatan secara langsung
mengunjungi masyarakat dirumahnya. Penderita mengetahui kalau dirinya
menderita hipertensi ketika petugas kesehatan dari Puskesmas datang
dirumah dan memeriksa kondisi kesehatan mereka.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah pengaruh Progresive Muscle
Relaxation (PMR) dengan menggunakan media audio visual terhadap
penurunan tingkat stress pada penderita hipertensi dipuskesmas Lumbi-
lumbia ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk menunjukkan Pengaruh Progressive Muscle Relaxation (PMR)
dengan menggunakan media audio visual terhadap penurunan Tingkat
stress pada penderita hipertensi di Puskesmas Lumbi-lumbia
2. Tujuan khusus
a. Untuk membuktikan bagaimana tingkat stress sebelum dilakukan
Progressive Muscle Relaxation (PMR) pada penderita hipertensi di
Puskesmas Lumbi-lumbia
b. Untuk membuktikan bagaimana tingkat stress sesudah dilakukan
Progressive Muscle Relaxation (PMR) pada penderita hipertensi di
Puskesmas Lumbi-lumbia
c. Untuk membuktikan perbedaan Tingkat stress pada penderita
hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan Progressive Muscle
Relaxation (PMR) terhadap penurunan Tingkat stress pada
penderita hipertensi di Puskesmas Lumbi-lumbia
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi pendidikan STIKes Widya Nusantara
Manfaat pendidikan keperawatan khususnya Ilmu Keperawatan
STIKes Widya Nusantara dapat menambah bahan dalam bidang ilmu
keperawatan khususnya yang berhubungan dengan informasi tentang
Progressive Muscle Relaxation (PMR) dengan menggunakan media
audio visual terhadap penurunan tingkat stress pada penderita
hipertensi di Puskesmas lumbi-lumbia.
2. Bagi Masyarakat
Sebagai tambahan informasi serta tambahan pengetahuan untuk
penelitian analisis Progressive Muscle Relaxation (PMR) dengan
menggunakan media audio visual terhadap penurunan tingkat stress
pada penderita hipertensi di Puskesmas Lumbi-lumbia
3. Manfaat bagi Instansi
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai informasi kesehatan
bagi Puskesmas Lumbi-lumbia terkait dengan pengaruh Progressive
Muscle Relaxation (PMR) dengan menggunakan media audio visual
terhadap penurunan Tingkat Stres pada penderita Hipertensi di
Puskesmas Lumbi-lumbia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Tinjauan umum tentang Progresive Muscle Relaxation (PMR)
a. Pengertian Progresive Muscle Relaxation (PMR)
Progressive Muscle Relaxation (PMR) merupakan metode
non farmakologis yaitu teknik relaksasi otot progresif. Terapi ini
dikembangkan pertama kali di tahun 1908 oleh Edmund Jacobson.
Terapi ini merupakan jenis relaksasi yang ditujukan pada otot-otot
bagian tubuh yang bertujuan untuk memberikan rasa relaks,
bahkan dapat membantu dalam mengatasi stress yang di alami.
Gerakan dalam relaksasi ini dilakukan dengan dua teknik yaitu
memberikan tegangan pada kelompok otot kemudian melemaskan
tegangan tersebut atau merelaksasikan kembali pada kondisi
semula. Dengan dilakukannya terapi ini dapat membantu kerja dari
sistem saraf pusat dan saraf otonom bahkan aktivitas parasimpatis
akan meningkat.15
Progressive Muscle Relaxation (PMR) merupakan jenis
terapi yang dapat memberikan kondisi relaks yang dilakukan
menggunakan dua jenis gerakan utama yaitu gerakan memberikan
ketegangan terlebih dahulu pada otot dan menghilangkan tegangan
tersebut dengan cara lemaskan kembali otot tersebut agar
menghasilkan rasa relaks pada tubuh. Ketika PMR ini dilakukan
pasien diharapkan mampu memperhatikan perasaan yang dialami
yaitu perasaan ketika otot dalam kondisi tegang dibandingkan
dengan ketika otot di lemaskan. Dari beberapa pengertian tersebut
dapat simpulkan bahwa dikatakan bahwa Progressive Muscle
Relaxation merupakan salah satu jenis relaksasi yang bermanfaat
membantu pasien agar mendapatkan keadaan relaks secara fisik.7

b. Manfaat Progressive Muscle Relaxation (PMR)


Manfaat Progressive Muscle Relaxation (PMR) tidak jauh
berbeda dengan manfaat relaksasi lain pada umumnya. Menurut
Carlson dalam Ramdhani & Putra, (2008) setelah mempelajari
sistem saraf pusat dan sistem saraf otonom pada sistem kerja saraf
manusia, maka diciptakanlah teknik relaksasi. Sistem saraf yang
berfungsi mengatur setiap gerakan yang dikehendaki tubuh
contohnya gerakan leher, gerakan tangan, jari-jari dan kaki
merupakan fungsi dari sistem saraf pusat. Sedangkan sistem saraf
yang berfungsi mengatur gerakan tubuh secara otomatis (self
governing) seperti gerakan otot-otot halus (akomodasi lensa mata
dan pengontrol pupil serta gairah seksual), aktivitas kelenjar dalam
tubuh dan proses kardiovaskular merupakan fungsi dari sistem
saraf otonom.
Menurut Carlson dalam Ramdhani & Putra (2008). Sistem
saraf otonom dapat dibagi menjadi dua sistem yaitu sistem saraf
simpatis dan sistem saraf parasimpatis yang kerjanya saling
berlawanan. Ketika tubuh membutuhkan energi maka sistem saraf
simpatis yang lebih banyak aktif. Misalnya perasaan cemas, takut
terkejut, saat seseorang berada dalam keadaan seperti ini, darah
akan di alirkan ke otot-otot skeletal melalui rangsangan sistem
saraf dan mangakibatkan terjadinya peningkatan gula darah dan
detak jantung. Sedangkan yang berfungsi dalam aktifitas
penenangan tubuh adalah sistem saraf parasimpatis, yang termasuk
dalam aktifitas sistem saraf ini seperti terjadinya penurunan denyut
jantung serta menaikan aliran darah pada sistem gastrointestinal.
Teknik pengelolaan diri yang menekankan pada cara kerja sistem
saraf baik itu saraf simpatis maupun saraf parasimpatis salah
satunya adalah teknik relaksasi.

c. Prosedur pelaksanaan Progressive Muscle Relaxation (PMR)


Lilik Supriati et al. (2016) mengatakan bahwa relaksasi otot
progresif dilaksanakan selama 4 sesi dengan 14 langkah. 14
langkah yang dilaksanakan selama 4 sesi dapat mempermudah
peserta untuk mengetahui langkah langkah setiap gerakan.
Sesi satu dalam melakukan relaksasi otot progresif ini
merupakan relaksasi yang di tujukan pada kelompok otot pada
dahi, mata, rahang, mulut dan leher yang mana gerakan ini
dilaksanakan masing-masing dua kali.
1) langkah pertama dalam teknik ini adalah bertujuan untuk
memberikan rasa rileks pada otot dahi. Langkah ini dilakukan
dengan cara mengerutkan alis dan dahi sekencang-kencangnya
sampai terasa tegangan. Setelah terjadi tegangan maka yang
dilakukan selanjutnya adalah memberikan rasa rileks pada
daerah dahi dengan cara melemaskan kembali kerutan pada
kondisi semula selama 10 detik dan ulangi gerakan tersebut.
2) langkah kedua adalah bertujuan untuk merelaksasikan otot-otot
pada mata. Cara melakukan gerakan ini adalah dengan cara
memejamkan mata sekuat-kuatnya sampai otot-otot mata
dirasakan menegang. Setelah terasa tegangan pada otot mata
maka langkah selanjutnya adalah merelaksasikan mata kembali
pada keadaan semula selama 10 detik dan ulangi gerakan
tersebut.
3) langkah ketiga dilakukan dengan cara rapatkan gigi sekuat-
kuatnya kemudian mengatup mulut agar terjadi tegangan pada
otot-otot rahang. Setelah terjadi tegangan maka perahan-lahan
kembalikan posisi tersebut dalam kondisi rileks selama 10 detik
dan ulangi langkah tersebut.
4) langkah keempat dilaksanakan dengan cara moncongkan bibir
ke depan sekuat-kuatnya sampai terjadi tegangan pada bagian
bibir. Setelah terjadi tegangan maka posisikan bibir kembali
dalam waktu 10 detik dan ulangi kembali langkah tersebut.
5) langkah kelima dilakukan dengan cara memberikan penekanan
pada kepala ke arah belakang sampai terjadi tegangan pada otot
belakang leher. Setelah terjadi tegangan maka perlahan-lahan
lemaskan leher sampai 10 detik dan ulangi kembali langkah
tersebut.
6) Langkah ke enam dilakukan dengan cara menekuk dagu
kedepan sampai bersentuhan dengan dada sehingga terjadi
tegangan pada otot depan leher. Setelah terjadi tegangan maka
posisi dagu dikembalikan pada posisi semula sampai 10 detik
dan ulangi langkah tersebut.
Sesi dua dalam melaksanakan relaksasi otot progresif ini
merupakan langkah yang ditujukan pada kelompok otot bagian
tangan, lengan, dan bahu. Masing-masing langkah dilakukan dua
kali.
7) langkah ketujuh dilakukan agar otot-otot tangan menjadi rileks
caranya adalah dengan menggenggam kedua tangan dan
sekuat-kuatnya buat menjadi kepalan sehingga otot-otot tangan
menjadi tegang. Setelah terjadi tegangan maka lemaskan
kembali kepalan tersebut sampai 10 detik dan ulangi langkah
tersebut sebanyak.
8) langkah ke delapan merupakan gerakan yang dilakukan dengan
cara jari-jari menghadap langit, kedua pergelangan tangan
ditekuk kebelakang sampai terjadi tegangan pada otot tangan
dan lengan bawah. Setelah terjadi tegangan maka posisikan
tangan pada posisi semula sampai 10 detik dan ulangi langkah
tersebut.
9) langkah ke sembilan dari terapi ini dilakukan dengan cara
kedua tangan digenggam sampai menjadi kepalan dan kepalan
tersebut diarahkan sampai kepundak sampai terjadi tegangan
pada otot-otot lengan. Setelah terjadi tegangan maka relakskan
kembali sampai 10 detik dan ulangi langkah tersebut.
10) Langkah kesepuluh dilakukan dengan tujuan agar dapat
merelaksasikan otot bahu. Langkah ini dilaksanakan dengan
cara mengangkat kedua bahu ke arah telinga setinggi-tingginya.
Setelah terjadi tegangan maka kembalikan pada posisi awal
untuk mendapatkan rasa relaks sampai 10 detik dan ulangi
langkah tersebut.
Sesi tiga dalam melaksanakan relaksasi ini adalah untuk
memberikan rasa relaks pada punggung, dada, perut, tungkai dan
kaki dimana langkah dalam relaksasi ini dilakukan sebanyak dua
kali dari masing-masing langkah.
11) Langkah ke sebelas merupakan gerakan yang dilakukan agar
menghasilkan rasa relaks pada otot punggung. Langkah ini
dilaksanakan dengan cara busungkan dada dan jauhkan dari
sandaran kursi. pertahankan selama 10 detik dan setelah terjadi
tegangan lemaskan perlahan-lahan. Ulangi sekali lagi langkah
tersebut.
12) Langkah ke dua belas merupakan langkah yang bertujuan untuk
memberikan kondisi rileks pada otot-otot dada. Gerakan ini
dilakukan dengan cara menarik nafas dalam sedalam-dalamnya
kemudian tahan beberapa saat sampai terjadi tegangan pada
bagian dada dan daerah perut. Hembuskan nafas perlahan-lahan
melalui bibir. Ulangi teknik ini.
13) langkah ke tiga belas merupakan gerakan yang berfungsi untuk
merelaksasikan otot-otot pada perut. Langkah ini dilakukan
dengan cara menarik perut sekuat-kuatnya ke arah dalam
sampai otot-otot dibagian perut merasakan tegangan. Setelah
terjadi tegangan maka relaksasikan perlahan-lahan sampai 10
detik dan ulangi langkah tersebut.
14) langkah ke empat belas merupakan langkah yang memiliki
tujuan agar otot-otot kaki merasakan rileks. Langkah ini
dilaksanakan dengan cara kedua telapak kaki diluruskan hingga
terasa tegangan pada paha. Setelah terasa tegangan maka
rilekskan kembali kedua kaki pada posisi semula sampai 10
detik dan ulangi langkah tersebut. Setelah gerakan ini maka
dilanjutkan dengan gerakan selanjutnya yaitu kedua telapak
kaki sekuat-kuatnya ditarik kedalam hingga terasa tegangan
pada betis kemudian rilekskan kembali pada posisi semula
sampai 10 detik dan ulangi langkah tersebut.
Sesi empat dari terapi ini adalah sesi terakhir yang mana akan
di evaluasi kemampuan peserta dalam mempraktekan latihan
relaksasi progresif mulai dari gerakan pertama sampai gerakan ke
empat belas yaitu gerakan mulai dari dahi, mata, rahang, mulut,
leher, tangan, telapak tangan, lengan, bahu, punggung, dada, perut,
tungkai dan kaki.16
2. Tinjauan Umum Tentang Media Audio Visual
a. Definisi Media Audio Visual
Di dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata media adalah
alat sarana komunikasi seperti Koran, majalah, radio, televisi,
filem, poster, dan spanduk.17 Kata media berasal dari bahasa latin
medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara”, atau
“pengantar”. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara (wasaail)
atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.18
Media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar adalah
media audio visual.
b. Macam-macam media audio visual
Media audio visual dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Media audio visual tidak bergerak
Media audio visual jenis ini dapat didefinisikan sebagai
media yang dalam penyampaian pesan menggunakan unsur
suara dan gambar, namun tampilan gambar yang disajikan
tidak dapat bergerak, atau hanya sedikit yang dapat bergerak.
Jenis media ini antara lain media sound slide (slide bersuara)
dan film strip bersuara.19
2) Media audio visual gerak
Media audio visual jenis ini merupakan media yang dalam
penyampaiannya dapat menggunakan suara seperti film dan
video.
a) Film
Sebuah gambar atau objek yang dapat meluncur secara
cepat dan di tampilkan dapat memberikan kesan hidup
merupakan sebutan dari sebuah film. Film dapat
memberikan kesan yang impresif bagi penontonnya.16
b) Video
Suatu objek yang dapat disaksikan bergerak seiring dengan
suara yang ada secara alamiah itulah yang dinamakan
dengan video. Penyajiannya dapat berupa informasi,
menjelaskan, memaparkan proses, menampilkan situasi
yang rumit serta dapat berpengaruh terhadap sikap.20
c. Kelebihan dan kekurangan media audio visual
1. Kelebihan media audio visual adalah :
a) Sasaran dapat memperoleh pesan yang sama meskipun latar
belakang kecerdasannya berbeda.
b) Baik dalam menjelaskan sebuah peristiwa.
c) Sejarah masa lampau dapat disajikan atau ditampilkan
d) Teori dan praktek bersifat umum ke khusus dapat disajikan
dan sebaliknya.
e) Seorang ahli atau tokoh dapat ditampilkan
f) Tehnik-tehnik seperti warna, gerak lambat, animasi dan
lain-lain dapat digunakan.
g) Dapat mengatasi keterbatasan indera (penglihatan) dan
lebih realistis
h) Dapat memotivasi atau merangsang kegiatan.16
2. Kekurangan media audio visual adalah :
a. Daya jangkauannya terbatas
b. Biaya produksinya mahal.
c. Tidak adanya peluang terjadinya feedback karena sifat
komunikasi terarah.
d. Penggunaannya perlu ruangan gelap.16

3. Tinjauan Umum Tentang Stress


a. Definisi Stres
Stress merupakan suatu keadaan yang terjadi pada individu
yang mana situasi tersebut mengakibatkan rasa tidak nyaman
sehingga menyebabkan gangguan fisik dan psikologis individu.21
Perubahan dan tuntutan kehidupan yang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan bahkan dari diri individu itu sendiri dapat
mengakibatkan gangguan pada tubuh dan pikiran dari hal tersebut
dapat menimbulkan kondisi stress.22 Peneliti menyimpulkan bahwa
stress adalah respon psikologis dan fisiologis yang berasal dari
tubuh akibat pengaruh emosional baik yang berasal dari
lingkungan ataupun penampilan dalam kehidupan seseorang.23
Stress akan mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan darah
akibat aktivitas sistem saraf simpatis yang menyebabkan tekanan
darah naik secara intermiten (tidak menentu).24 Stres menghasilkan
berbagai respon diantaranya respon fisiologis, kognitif, emosi, dan
tingkah laku. Saat stres, hormon yang akan mempengaruhi tekanan
darah melalui kontraksi arteri (vasokontriksi) dan peningkatan
denyut jantung, hormon tersebut adalah hormon adrenalin.9

b. Gejala-gejala stress
Gejala stress dapat dibagi menjadi gejala fisik dan gejala psikis :
1) Gejala stress secara fisik dapat berupa jantung berdebar, nafas
memburuh/terengah-engah dan cepat, suara menjadi
serak,nyeri kepala, otot tegang, peningkatan keringat, mudah
lelah, rasa panas dan gerah, lembab pada daerah tangan,
mukosa mulut kering, gemetar pada lutut.
2) Gejala stress secara psikis merupakan gejala stress yang
dirasakan seperti cemas, salah paham, mudah marah, cepat
panik, agresif, gelisah, labil, sering merasa jengkel, sering
bingung, kelebihan cermat, dan depresi.25
Beberapa gejala stress menurut Manurung (2016) antara lain :
1) Gejala biologis
Ketika seseorang mengalami stress maka akan timbul beberapa
gejala diantaranya sakit kepala, mengalami masalah tidur,
menurunnya nafsu makan, gangguan kulit, gangguan
pencernaan serta peningkatan produksi keringat diseluruh
tubuh.
2) Gejala kognisi
Orang yang mengalami stress akan mengalami masalah dalam
mengingat, cenderung mudah lupa terhadap suatu kejadian,
menurunnya konsentrasi dan perhatian, tidak focus dalam
bekerja.
3) Gejala emosi
Keadaan stress dapat membuat individu mudah marah, cemas
yang berlebihan, merasa sedih bahkan sampai depresi 17

c. Sumber-sumber stress
Sumber stress bergantung pada perkembangan setiap
individu, tetapi keadaan stress dapat berlangsung terjadi selama
hidup. Berikut ini sumber-sumber stress antara lain :
1) Diri individu
Sumber stress dari individu ini hal yang berkaitan dengan
adanya konflik dikarenakan dapat menghasilkan dua
kecendurungan yaitu approach conflict (muncul saat individu
diperhadapkan dengan satu pilihan dari dua situasi yang tidak
di inginkan).
2) Keluarga
Sumber stress dari keluarga ini berkaitan dengan setiap
perilaku, kepribadian, kebutuhan setiap anggota keluarga yang
akan memberikan dampak pada hubungan dengan anggota
keluarga lain yang dapat menyebabkan stress. Perceraian,
penyakit yang di derita, bahkan kehadiran anggota keluarga
baru merupakan faktor keluarga yang cenderung dapat
menyebabkan stress.
3) Komunitas dan masyarakat
Berinteraksi antar sesama diluar keluarga dapat menimbulkan
kecenderungan akan timbulnya stress. seperti, adanya
persaingan di antara anak sekolah, pengalaman pekerjaan, dan
lingkungan tempat tinggal.17

d. Penyebab stress
Di dalam kehidupan manusia faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya respon stress itulah yang disebut dengan
Stressor. Stressor bersumber dari berbagai komponen di antaranya
adalah kondisi fisik, psikologis ataupun sosial. Kondisi ini dapat
muncul pada saat kerja baik itu didalam lingkungan sosial maupun
lingkungan luar. Adapun tipe kejadian yang dapat meyebabkan
stress antara lain :
1) Daily Hassles merupakan suatu peristiwa atau kejadian yang
terjadi setiap hari. Seperti masalah di rumah, masalah di
sekolah dan masalah di tempat pekerjaan.
2) Personal Stressor merupakan suatu peristiwa yang lebih kuat
terhadap level individu. Seperti kehilangan pekerjaan, adanya
masalah keuangan dalam keluarga bahkan kehilangan orang
yang paling di sayangi. Hal ini berkaitan erat dengan umur
seseorang karena seiring bertambahnya usia seseorang maka
akan mudah mengalami stress.
3) Appraisal, penelitian terhadap sebuah peristiwa yang dapat
memicu terjadinya stress dikatakan sebagai stress appraisal.
Untuk mengetahui keadaan yang menyebabkan stress dapat
dilihat dari dua jenis faktor yaitu, faktor yang berkaitan dengan
individu itu sendiri (personal factors) dan faktor yang berkaitan
dengan kondisi keadaannya. Yang termasuk dalam personal
factors adalah intelektual, personality characterities, dan
motivasi. Dan masih ada lagi faktor lain yang dapat memicu
terjadinya stress di antaranya meliputi gaya hidup, kondisi
fisik, tipe kepribadian tertentu, ada tidaknya dukungan sosial
dan harga diri..13
e. Tingkatan stress
Tingkatan stress dibagi menjadi tiga antara lain :
1) Stress ringan
Dikatakan stress ringan karena terjadi hanya dalam waktu
singkat (beberapa menit/jam) misalnya waktu tidur terlalu
banyak, masalah lalu lintas (macet) Pada tingkatan stress ini
belum ada pengaruh terhadap fisik individu tetapi sudah mulai
ada rasa was-was dan perasaan tegang.
2) Stress sedang
Dikatakan stress sedang karena dapat berlangsung lebih lama
bahkan sampai beberapa hari misalnya pekerjaan yang
tertunda, pekerjaan dengan beban kerja yang tinggi, ingin
mendapatkan pekerjaan yang baru, suka menyendiri, sukar
tidur serta tegang adalah gejala yang sering muncul pada
tingkatan stress ini.
3) Stress berat
Dikatakan stress berat karena dapat berlangsung lama yakni
beberapa minggu bahkan sampai beberapa tahun. Misalnya
ketidakharmonisan dalam keluarga, penakit yang di derita oleh
anggota keluarga, bahkan masalah perekonomian. Gangguan
fisik dan mental merupakan gejala pada tingkatan stress ini.23

4. Tinjauan Umum Tentang Hipertensi


a. Definisi
Hipertensi juga sering disebut tekanan darah tinggi
merupakan penigkatan tekanan darah sistolic lebih dari 140 mmHg
atau berada diatas normal dan tekanan darah diastolic lebih dari 90
mmHg.26
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan
kondisi yang disertai oleh adanya peningkatan tekanan darah pada
pembuluh darah arteri. Hipertensi dikatakan sebagai kondisi
kronis. Hal tersebut yang membuat jantung bekerja lebih keras agar
darah dapat di sebarkan keseluruh tubuh dalam jangka waktu
tertentu.27

b. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebab terjadinya, Menurut Smeltzer (2013),
penyebab hipertensi terbagi atas dua bagian, yaitu :
1) Hipertensi Primer (Esensial)
Jenis hipertensi primer merupakan jenis hipertensi yang sering
terjadi pada populasi dewasa antara 90% - 95%. Hipertensi
primer tidak memiliki penyebab klinis yang dapat
diidentifikasi, dan juga kemungkinan kondisi ini bersifat
multifactor. Hipertensi primer adalah jenis hipertensi yang
tidak dapat sembuh secara total,akan tetapi bisa dikontrol
dengan terapi yang tepat.28
2) Hipertensi Sekunder
Hipertensi jenis ini merupakan jenis hipertensi yang memiliki
ciri yaitu terjadinya peningkatan tekanan darah dan di ikuti
dengan penyebab yang spesifik, seperti kehamilan, medikasi
tertentu, penyempitan arteri renalis, medikasi tertentu, dan
penyebab lainnya. Hipertensi sekunder dapat menjadi akut, hal
ini merupakan akibat dari terjadinya perubahan pada curah
jantung.29

c. Faktor Resiko
Menurut Fauzi (2014), jika saat ini seseorang dalam perawatan
penyakit hipertensi dan pada saat diperiksa terkanan darah
seseorang tersebut dalam batas normal, hal tersebut tidak menutup
kemungkinan tetap memiliki resiko besar akan mengalami
hipertensi kembali. Oleh karena itu lakukan terus kontrol dengan
dokter dan menjaga kesehatan agar tekanan darah tetap dalam
keadaan terkontrol. Hipertensi memiliki beberapa faktor resiko,
antara lain :
1) Tidak dapat diubah :
a) Keturunan, faktor genetik atau keturunan adalah faktor
yang tidak bisa diubah. Jika di dalam keluarga terdapat ada
yang mempunyai riwayat tekanan darah tinggi maka besar
kemungkinan resiko keluarga lain untuk menderita
hipertensi. Selain itu statisitik memberikan penjelasan
bahwa kembar identik mempunyai resiko yang lebih tinggi
daripada kembar tidak identik.
b) Usia, faktor usia juga adalah faktor yang tidak dapat
diubah. Resiko terjadinya tekanan darah tinggi dapat
semakin tinggi sejalan dengan usia.
2) Dapat diubah :
a) Konsumsi garam, konsumsi garam (sodium) yang
berlebihan akan meningkatkan tekanan darah hal itu
dikarenakan tubuh banyak menahan cairan.
b) Kolesterol, apabila didalam tubuh terdapat banyak lemak
maka akan terbentuk kolesterol pada dinding pembuluh
darah. Kolesterol yang ada pada dinding pembuluh darah
akan membuat dinding pembukuh darah menjadi sempit,
sehingga akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
c) Kafein, akan terjadi peningkatan tekanan darah 5-10 mmHg
apabila setiap hari mengonsumsi secangkir kopi yang
mengandung 75-200 mg kafein.
d) Alkohol, alkohol juga akan mengakibatkan terjadinya
peningkatan tekanan darah hal ini di sebabkan karena
kandungan di dalam alcohol dapat merusak jantung dan
pembuluh darah.
e) Obesitas, peluang lebih besar menderita hipertensi apabila
berat badan seseorang diatas 30 % berat badan ideal.
f) Kurang olahraga, resiko terjadinya hipertensi adalah
apabila orang tersebut kurang melakukan olahraga.
Tekanan darah tinggi akan menurun jika melakukan
olahraga secara teratur.
g) Stres, peningkatan tekanan darah akan terjadi apabila
kondisi emosi menjadi tidak stabil seperti cemas. Tekanan
darah akan kembali normal apabila stress telah berlalu.
h) Kebiasaan merokok, tekanan darah akan meningkat apabila
terjadi vasontriksi. Nikotin yang terkandung dalam rokok
akan merangsang peningkatan pelepasan katekolamin
sehingga terjadi iritabilitas miokardial, peningkatan denyut
jantung, bahkan mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi.
i) Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen), renin
aldosterone-mediate volume expansion dapat diaktifkan
apabila seseorang menggunakan kontrasepsi hormone, hal
ini sangat berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah.
Oleh karena itu penghentian kontrasepsi hormonal adalah
langkah yang efektif untuk menstabilkan tekanan darah.
Walaupun hipertensi umum terjadi pada orang dewasa.30

d. Klasifikasi hipertensi
Klasifikasi tekanan darah menurut WHO-ISH (World
Health Organization-International Society of Hypertension), dan
ESH-ESC (European Society of Hypertension-European Society of
Cardiology), 2014
Tabel 1.1 Klasifikasi tekanan darah menurut WHO-ISH.31
Tekanan Darah Tekanan Darah
Klasifikasi Sistolik Diastolik
Tekanan Darah WHO- ESH- WHO- ESH-
ISH ESC ISH ESC

Optimal <120 <120 <80 <80


Normal <130 120-129 <85 80-84
Tinggi-Normal 130-139 130-139 85-89 85-89
Hipertensi Kelas 140-159 140-159 90-99 90-99
1 (ringan)
Cabang- 140-149 90-94
perbatasan
Hipertensi Kelas 160-179 160-179 100-109 100-109
2 (sedang)
Hipertensi Kelas ≥180 ≥180 ≥110 ≥110
3 (berat)
Hipertensi ≥140 ≥180 <90 <90
sistolik terisolasi
Cabang: 140-149 <90
perbatasan
Sumber : Bope & Kellerman (2017)
Menurut American Heart Association, dan Joint National
Comitte VIII(AHA & JNC VIII,2014), klasifikasi hipertensi yaitu :
Tabel 1.2 klasifikasi menurut AHA & JNC VIII.21
Tekanan Darah Tekanan Darah
Klasifikasi
sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Pre hipertensi 120-139 80-89
Stage 1 140-159 90-99
Stage 2 ≥160 ≥100
Hipertensi kritis >180 >110
Sumber : Bope & Kellerman (2017)
Berikut kategori tekanan darah menurut Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia (2016)
Tabel 1.3 klasifikasi menurut Kemenkes RI (2016).32
Tekanan Darah Tekanan Darah
Kategori
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal 120-129 80-89
Normal tinggi 130-139 89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥160 ≥100
Hipertensi derajat 3 >180 >110
Sumber : Depkes (2016)
e. Patofisiologi Hipertensi
Vasomotor merupakan pusat yang mengatur proses
terjadinya relaksasi dan kontriksi pembuluh darah, pada medulla
otak. Bermula pada sistem saraf simpatis dari pusat vasomotor ini
menuju korda spinalis kemudian berlanjut sampai keluar dari
kolumna medulla spinalis ganglia simpatis toraks dan abdomen.
Pusat ini memiliki rangsangan yang berbentuk impuls yang
bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis menuju ganglia
simpatis. Di tahap ini aetikolin dilepaskan dari neuron
prengganglion sehingga dapat membuat rangsangan pada saraf
pasca ganglion yang akan memberikan dampak pada pembuluh
darah, yang mana akan ada nerepaineprin yang dilepaskan
sehingga terjadi kontriksi pada pembuluh darah. Kecemasan dan
ketakutan merupakan faktor yang akan mengakibatkan pembuluh
darah berespon terhadap rangsang vasokontriksi. Seseorang yang
menderita hipertensi cenderung sensitif pada norepineprin,
walaupun sampai saat ini masih belum diketahui dengan jelas.33
Tambahan aktivitas vasokontriksi terjadi akibat pada saat
yang bersamaan sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi dan kelenjar adrenal. Medulla
adrenal akan mengeluarkan epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Vasokontriksi juga terjadi akibat epinefrin yang
disekresi oleh medulla adrenal. Bahkan kortison dan steroid pun di
sekresi oleh korteks adrenal, sehingga memperkuat respon
vasokontriktor pada pembuluh darah. vasokontriksi dapat
menyebabkan pelepasan renin. Renin bertanggung jawab terhadap
terjadinya angiontensin I yang kemudian angiotensin II, suatu
vasokontriktor kuat, yang pada akhirnya membuat korteks adrenal
mensekresi aldosterone. Retensi natrium dan air tubulus ginjal
terjadi akibat aktivitas hormon ini, yang akan memicu terjadinya
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung akan menyebabkan terjadinya hipertensi.23

f. Gejala Klinis Hipertensi


Secara umum gejala hipertensi hampir sama dengan gejala
atau keluhan kesehatan lainnya. Jika dilihat secara fisik para
penderita tidak menunjukan kelainan sedikitpun. Banyak
masyarakat saat ini tidak mengetahui bahwa dirinya sudah
mengalami hipertensi.18
Berikut adalah gejala hipertensi yang sering terjadi secara
umum yaitu sakit kepala, jantung berdebar, telinga berdenging,
penglihatan kabur, rasa berat pada tengkuk bahkan sampai mual
dan muntah, nyeri didada, memerah, serta mimisan, gelisah, mudah
lelah, muka.18
Bila tidak segera di tangani hipertensi akan mengakibatkan
komplikasi pada beberapa organ penting di dalam tubuh, di
antaranya antara lain pada mata terjadi gangguan penglihatan,
gangguan pada ginjal, gangguan pada jantung serta ganguan pada
serebral (otak).18

g. Komplikasi Hipertensi
Apabila tekanan darah seseorang tidak terkontrol maka dapat
mengakibatkan komplikasi pada beberapa organ seperti :
1) Ginjal
Salah satu penyebab penyakit ginjal kronis adalah hipertensi.
Satu dari sepuluh dewasa menderita penyakit ginjal kronis yang
membuat beban kerja ginjal semakin berat.
2) Merusak kinerja otak
Keadaan hipertensi yang tidak diperhatikan akan
mempengaruhi kinerja otak. Dalam hal ini penderita akan
kehilangan kemampuan kognitif-memori, sulit berkonsentrasi,
kesulitan dalam pengambilan keputusan, bahkan kehilangan
daya sehat.
3) Merusak kinerja jantung
Jantung akan bekerja lebih keras apabila penderita hipertensi
hanya mengabaikan penyakitnya. Hipertensi yang dibiarkan
secara terus menerus akan mengakibatkan terjadinya kerusakan
pada pembuluh darah jantung. Sehingga jantung tidak dapat
lagi melakukan tugasnya secara optimal dalam menyalurkan
darah ke seluruh tubuh.
4) Kerusakan mata
Perubahan-perubahan dalam retina pada belakang mata akan
terjadi akibat peningkatan tekanan darah. Beberapa kondisi
yang terjadi pada mata yaitu penyempitan pembuluh darah
kecil, pada retina dan pembengkakan retina mata.
5) Resistensi pembuluh darah
Sama halnya dengan kerusakan kinerja jantung, otot jantung
akan memiliki beban kerja yang berat dalam memompa darah
melalui pembuluh darah akibat peningkatan tekanan darah.
Sehingga akan menimbulkan peluang terjadinya pembesaran
otot jantung.
6) Stroke
Mekanisme terjadinya stroke adalah di awali dengan terjadinya
kebocoran darah atau leaking blood (hemorrhage) atau adanya
gumpalan darah (thrombosis) dari pembuluh darah yang
mensuplay nutrisi melalui darah ke otak. Penyakit jantung
koroner, stroke, infark jantung dan gagal ginjal merupakan
komplikasi hipertensi yang dapat meningkatkan angka
kematian..34

h. Penatalaksanaan Hipertensi
Pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan pengobatan
tradisional (non farmakologi) dan pengobatan modern
(farmakologi). Tujuannya untuk menghindari terjadinya
komplikasi dan dampak yang lebih serius terhadap kesehatan.
1. Pengobatan tradisional (non farmakologi)
Pengobatan ini adalah pengobatan yang hanya memanfaatkan
bahan-bahan yang cukup mudah didapatkan atau bahan-bahan
yang ada di lingkungan sekitar. Dalam pembuatan pengobatan
ini diperlukan kesabaran, keahlian karena efeknya dapat
diketahui dalam waktu cukup lama dibandingkan dengan
pengobatan farmakologis. Berbagai jenis bahan alami yang
dapat mengatasi tekanan darah yaitu, mengkudu (morinda
citrifolia 1), daun salam (syzigium polyanthum), rumput laut
(lamina japonica), mentimun (cucumis sativus) dan temu hitam
(curcuma aeruginoa roxb).
2. Pengobatan modern (farmakologi)
Pengobatan ini menggunakan obat-obatan kimia, biasnya obat-
obatan kimia ini dilakukan oleh ahlinya dalam hal ini yang
dimaksud adalah dokter setelah pasien penderita tekanan darah
menjalani serangkaian proses pemeriksaan. Namun untuk
anjuran pemakaian tidak bisa ditentukan oleh penderita itu
sendiri melainkan harus ada resep dan pengawasan
dokter,karena hanya dokter yang mengerti akan efek samping
dari pengobatan ini. Jenis pengobatan ini yaitu dieuretik
thiazide merupakan obat pertama yang diberikan untuk
mengobati tekanan darah, juga dapat membuat ginjal
mengeluarkan air dan garam dan penghambat adrenergic yang
menghambat effek system saraf simpatis, obat hipertensi
tersebut diantaranya captopril, amlodipine.24
B. Kerangka Konsep Penelitian
C. Sumber stres :
1. Diri individu
2. Keluarga
3. Komunitas dan
masyarakat
Penyebab stres :
1. Daily Hassles
2. Personal Stressor
3. Appraisal
Tingkatan stres :
1. Stres ringan
2. Stres sedang
3. Stres berat

Progressive Muscle Relaxation


adalah salah satu terapi dengan
gerakan mengencangkan dan
melemaskan otot-otot pada satu
bagian tubuh.
Penurunan Tingkat Stres
Pelaksanaan terap ini dilakukan Penderita Hipertensi
selama 4 sesi dengan 14 langkah.
Variabel Dependen
Progressive Muscle Relaxation
(PMR)

Variabel Independen

Keterangan :
Diteliti :

D. Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H1 : Ada pengaruh Progressive Muscle Relaxation (PMR) terhadap
penurunan tingkat stress pada penderita hipertensi di Puskesmas
Lumbi-lumbia
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif
yang menggunakan desain pre-eksperimen (Pre Experimental Design)
yaitu rancangan pre-test dan post-test dalam satu kelompok (One Group
Pre-Test Post-Test Design).
Menurut Sugiyono (2017) yang dimaksud dengan metode
kuantitatif adalah jenis metode yang dipakai dalam penelitian, dilandaskan
pada filsafat positivism, serta dilakukan untuk mengetahui keadaan
populasi atau sampel, pegumpulan datanya menggunakan instrument
penelitian, penganalisisan data bersifat statistic dan kuantitatif, tujuannya
adalah menguji hipotesis yang telah ditetapkan.35
Dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
pemberian terapi Progressive Muscle Relaxation (PMR) dengan
menggunakan media audio visual terhadap penurunan tingkat stress pada
penderita Hipetensi di Puskesmas Lumbi-lumbia. Pada penelitian ini
kelompok dilakukan tes awal yaitu pretest kemudian diberikan perlakuan
yaitu pemberian Progressive Muscle Relaxation (PMR) kemudian
diberikan test kembali yaitu Postest, desain penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut :

Pre test Perlakuan Post test


O1 X O2

Keterangan :

O1 : Pre test. Pengukuran tingkat stress sebelum penyuluhan


X : Perlakuan PMR selama 1 minggu
O2 : Post test. Pengukuran tingkat stress satu hari sesudah perlakuan

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitan ini direncanakan akan bertempat di Puskesmas Lumbi-
lumbia, Kecamatan Buko Selatan, Kabupaten Banggai Kepulauan,
Sulawesi Tengah
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei 2020

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Sugiyono (2017) menyatakan bahwa populasi merupakan seluruh
objek yang memiliki karakteristik tertentu yang kemudian diputuskan
oleh peneliti untuk mempelajari hal-hal terkait dengan objek tersebut
sampai menghasilkan kesimpulan.25 Populasi dalam penelitian ini
adalah semua penderita Hipertensi tahun 2019 yang secara keseluruhan
berjumlah 440 jiwa, yang didapat dari penghitungan selama periode
satu tahun terakhir dari Januari 2019 sampai dengan Desember 2019.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2017) sampel adalah bagian dari keseluruhan
populasi yang memiliki kualitas dan karakteristik yang sama, yang
dianggap dapat mewakili semua jumlah populasi. Pada penelitian ini
peneliti menggunakan rumus slovin.
N
n=
1+ N ¿ ¿
Keterangan :
N = ukuran populasi
n = ukuran sampel
e = presentasi kelonggaran ketelitian yang dapat ditoleransi dalam
pengambilan sampel (nilai e = 0,1 atau 10 % untuk populasi dalam
jumlah besar, 0,2 atau 20 % untuk populasi dalam jumlah kecil )
Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 440 orang, dan
presentasi kelonggaran yang dapat di toleransi digunakan adalah 20 %
dan hasil perhitungan dapat dibulatkan untuk mencapai kesesuaian.
Berikut perhitungan sampel penelitian :
440
n=
1+ 440 ¿ ¿
440
n= =23,6
18,6
n=23,6 dibulatkan peneliti menjadi 24
Besar sampel pada penelitian ini berjumlah 24 orang, jumlah
sampel ini tidak jauh berbeda pada penjelasan Rosceo dalam Sugiyono
(2012) bahwa sampel pada kelompok eksperimen minimal 10-20. Pada
penelitian ini pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive
sampling dengan menyesuaikan kembali pada kriteria inklusi yang
telah ditentukan oleh peneliti. Penetapan sampel dengan cara memilih
sesuai apa yang di inginkan oleh peneliti dan sampel mewakili
karakteristik populasi yang sudah dikenal sebelumnya merupakan
pengertian dari teknik pengambilan sampel Purposive sampling.36
3. Kriteria Inklusi dan Esklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a) Penderita Hipertensi
b) Penderita yang bersedia menjadi responden penelitian
c) Penderita yang dapat membaca dan menulis
Kriteria Ekslusi dalam penelitian ini adalah :
a) Penderita hipertensi yang menolak (Refused) untuk menjadi
responden penelitian.

D. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2017) variabel merupakan sesuatu yang ingin
dipelajari, diketahui atau di amati oleh sehingga dapat memberikan
pengetahuan dan informasi.
1. Variabel independen
Variabel independen adalah variabel yang dapat memberikan pengaruh
atau yang menjadi sebab atas suatu perubahan atau bahkan yang
menimbulkan variabel dependen.30 Dalam penelitian ini variabel
independen adalah Progressive Muscle Relaxation (PMR).
2. Variabel dependen
Variabel dependen adalah variabel yang terjadi akibat pengaruh atau
akibat dari variabel independen.30 Dalam penelitian ini variabel
dependen adalah Penurunan tingkat Stres.

E. Definisi Operasional
1. Progressive Muscle Relaxation (PMR).
Definisi : Progressive Muscle Relaxation (PMR) merupakan
suatu terapi relaksasi yang dilakukan dengan dua
teknik yaitu teknik menegangkan dan melemaskan
atau merilekskan otot-otot ada bagian tubuh sehingga
dapat menimbulkan perasaan relaks.
Terapi ini dilakukan 2 kali sehari selama 1 minggu.
Jadi total ada 14 kali relaksasi.

2. Stres
Definisi : Stress merupakan suatu respon tubuh setelah
menerima tekanan yang menimbulkan ketegangan
tubuh dan pikiran
Cara ukur : Pengisian Kuesioner
Alat ukur : Depression Anxiety Stress Scales (DASS42)
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : 1 = Normal, Jika nilai 0-14
2 = Stres ringan, Jika nilai skor 15-18
3 = Stress sedang jika nilai skor 19-25
4 = Stress berat jika nilai skor 20-33
5 = Stress sangat berat jika nilai ≥34

F. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti
untuk membantu mengumpulkan data sehingga proses penelitian atau
pengolahan data dapat dikerjakan lebih mudah.25
Dalam penelitian ini istrumen yang digunakan adalah kuesioner.
Kuesioner yang digunakan peneliti dalam penilitian ini adalah kuesioner
tertutup mengenai tingkat stres yang dialami penderita hipertensi di
Puskesmas Lumbi-lumbia. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner
DASS42. Untuk Kuesioner DASS (Depression Anxiety Stress Scales)
sebanyak 14 pertanyaan dengan empat kriteria jawaban “tidak pernah”
diberi nilai (0), jawaban “jarang” diberi nilai (1), jawaban “kadang-
kadang” diberi nilai (2), jawaban “sering” diberi nilai (3), jawaban
“selalu” diberi nilai (4). Responden menjawab pertanyaan dengan
memberikan tanda centang sesuai jawaban yang dipilih oleh responden.

G. Tekhnik Pengumpulan Data


Tekhnik pengumpulan data adalah strategi yang dibuat oleh peneliti
agar memudahkan dalam proses pengambilan data dalam penelitian. 30
Menurut Sugiyono (2017), data dalam penelitian dapat dibedakan menjadi
dua yaitu data primer dan data sekunder jika dilihat dari sumbernya.
1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang secara langsung didapatkan oleh
peneliti yaitu dapat berupa kuesioner yang dibagikan kepada
sampel penelitian.30 Dalam penelitian ini alat yang dipakai oleh
peneliti adalah kuesioner DASS42 (Depression Anxiety Stress
Scales) untuk mengukur tingkat stress.
b. Data Sekunder
Data sekunder dikatakan sebagai data yang didapatkan secara tidak
langsung, di karenakan data ini merupakan data yang diperoleh
dari pihak lain yang mempunyai keterkaitan dengan penelitian.30
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan data sekunder adalah
data penderita hipertensi yang ada di Puskesmas Lumbi-lumbia,
data dari World Health Organization (WHO), Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS), Survei Indikator Kesehatan Nasional
(SIRKESNAS), Kementrian Kesehatan (KEMENKES) RI, Dinas
Kesehatan (DINKES), buku, jurnal dan skripsi.
H. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisa yang memiliki tujuan untuk
menjelaskan, mendeskripsikan karakteristik setiap variabel. 37 Pada
penelitian ini meliputi data umum dan khusus, yang termasuk data
umum meliputi usia, jenis kelamin dan pekerjaan sedangkan data
khusus meliputi tingkat stres dan hipertensi.
Rumus yang digunakan dalam distribusi frekuensi adalah sebagai
berikut36:
f
P= x 100 %
n

Keterangan :
P : Persentase
f : frekuensi yang sedang dicari alternatif jawaban
n : jumlah frekuensi seluruh alternatif jawaban

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yaitu analisis untuk mengetahui hubungan atau
korelasi terhadap dua variabel yaitu variabel independen dan variabel
dependen dengan menggunakan uji statistik.32 Dalam penelitian ini
analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui Pengaruh Progressive
Muscle Relaxation (PMR) terhadap penurunan tingkat stress pada
penderita Hipertensi di Puskesmas Lumbi-lumbia. Apabila distribusi
data normal, maka digunakan statistik uji Paired t-test, dan data yang
berdistribusi tidak normal dapat menggunakan uji nonparametrik
Wilcoxon.
Rumus Uji Paired t-test dapat dilihat sebagai berikut :
Keterangan :

= Rata – rata sampel 1


= Rata – rata sampel 2
= Varians sampel 1
= Varians sampel 2
= Korelasi antara 2 sampel
= Simpangan baku sampel 1
= simpangan baku sampel 2

Rumus Uji Wilcoxon dapat dilihat sebagai berikut :

Keterangan :

N = Banyak data yang berubah setekah diberi perlakuan


berbeda
T = Jumlah ranking dari nilai selisih yang negative (apabila
banyaknya selisih yang positif lebih banyak dari
banyaknya selisih negative
Z = Jumlah ranking dari nilai selisih yang positif (apabila
banyaknya selisih (apabila banyaknya selisih yang
negative > banyaknya selisih yang positif)
DAFTAR PUSTAKA
1
Organization WHO. A global brief on Hypertension; silent killer, global public health crises (World
Health Day 2013). Geneva : WHO. 2013
2
WHO. Hypertension Fact Sheet Department of Sustaitabel Development and Healthy Environment.
Diambil http://www.searo.who.int/linkfiles/non-communicable.disease.hipertensi. 2015
3
Survei Indikator Kesehatan Nasional. Laporan Survei Indikator Kesehatan Nasional. 2016
4
Kementrian Kesehatan. Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta, Indonesia: Anonim. 2019
5
Dinas Ksehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. 2015
6
Dinas Ksehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. 2016
7
Dinas Ksehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. 2017
8
Dinas Ksehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. 2018
9
Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai Kepulauan. Badan Pusat Statistik. Available at:
http://bangkepkab.bps.go.id/statictable/2016/08/01/359/jumlah-kasus-10-penyakit-terbanyak-di-
kabupaten-banggai-kepulauan. 2015
10
Black, J.M.,dan Hawks,J.H. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis. Edisi 8: buku 2.
Singapura: Elsevier. New York. Elsevier. 2014
11
Triyanto E. Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi secara Terpadu. Yogyakarta: Graha
Ilmu. 2014
12
Rusnoto, Hermawan H. Hubungan Stres Kerja dengan Kejadian Hipertensi Pada Pekerja
Pabrik Di Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwungu [Skripsi]. (ID) : STIKes Muhammadiyah Kudus. 2017

Windarti R. Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Posyandu
13

Bodronoyo Kelurahan Ngegong Kecamatan Manguharjo Kota Madiun [Skripsi]. (ID) : STIKes Bhakti
Husada Mulia Maidun. 2018
14
Leu GR, Prastiwi S, Putri RM. Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif terhadap Penurunan
Hipertensi Pada Lansia di Kelurahan Tlogomas Malang [Skripsi]. (ID): Universitas Tribhuwana
Tunggadewi Malang. 2018
15
Helen, C., Progressive Muscle Relaxation. 2015. CAM-Cancer Consortum : Available at :
http://www.cam-cancer.org/The-Summaries/Mind-body-intervention/Progressive-Muscle-
Relaxation{Accessed November 28,2017]
16
Lilik S, Keliat BA, Alini, Wardani IY, T, D, L. Progessive Muscle Relaxation. In Modul
Keperawatan Jiwa : Workshop Keperawatan Jiwa ke-X, Depok.Agustus 2016. Depok Jakarta:
Universitas Indonesia. 2016
17
Qonita A, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pendidkan Dasar, Jakarta: PT Indah Jaya. 2011. 426
18
Azhar A, Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo. 2017. 4
19
Suroika, I Putu & Supariasa, I Dewa Nyoman.,Media Pendidikan Kesehatan, Graha Ilmu,
Yogyakarta. 2012
20
Kustandi, C., Sujipto, B. Media Pembelajaran Manual dan Digital. Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia. 2011
21
Manurung. Terapi Reminiscence. Jakarta : CV. Trans Info Media. 2016
22
Lestari. Kumpulan Teori untuk Kajian Pustaka Penerbit Kesehatan Yogyakarta: Nuha Medika. 2015
23
Hartanti, Novi. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dengan Sanksi
Pajak sebagai Variabel Pemoderasi Terhadap Kepatuhan Pengetahuan dan Kemauan Wajib Pajak
“(Studi Empiris pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha di Kab.Sleman).
Yogyakarta :Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2016

Andrian. Skeptisisme Profesional Audit, Etika, Pengalaman dan Keahlian Audit Terhadap Ketetapan
24

Pemberian Opini Auditor Studi Empiris pada BPK RI Perwakilan. Provinsi Riau. Artikel Penelitian :
Universitas Negeri Padang. 2013
25
Bandiyah. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika. 2011
26
Ferri, F. F. Ferri’s Clinical Adivisor 2017 : 5 Books in 1.Philadelphia : Elsevier, Inc. 2017.
27
Yunita. Berdamai dengan Hipertensi. Jakarta : Bumi Medika. 2017
28
Smeltzr Suzanne C. O’Connel, Bare G. Brenda, Hinkle L. Janice, C.H.K.,Brunner & Suddarth’s
Textbook of Medical-Surgical Nursing 10th ed.,USA: Wolters Kluwer Health Lippincott Williams &
Wilkins, 530 Walnut Street, Philadelphia.2013
29
Ignatavicius, Workman, & Rebar. Medical Surgical Nursing : Concepts For Interprofessional
Collaborative Care (9th ed). St. Louis : Elsevier, Inc. 2017

Fauzi, Isma. Buku Pintar Deteksi Dini Gejala, & Pengobatan Asam urat, Diabetes & Hipertensi .
30

Yogyakarta : Araska. 2014


31
Bope E T., Rick D. K Conn’s Current Therapy 2017. Philadelphia:Elsevier Inc. 2017
32
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Kini setiap kementrian dan lembaga miliki alat ukur
tekanan darah mandiri. 2016. Available at: www.depkes.go.id. Diakses 29 agustus 2017
33
Padila. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika. 2013.
34
Yekti. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta : C.V Andi Offset. 2011
35
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta, CV. 2017
36
Nursalam. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. 2016
37
Notoadmojo, Soekidjo., Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta. 2012

Anda mungkin juga menyukai