PROPOSAL
NOPDIN KAMAI
201601123
PROPOSAL
NOPDIN KAMAI
201601123
Mengetahui,
NIK 20110901016
DAFTAR TABEL
A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi telah menyebabkan berubahnya gaya hidup
dan sosial ekonomi di masyarakat baik itu di Negara berkembang ataupun
di Negara maju. Perubahan ini banyak mengakibatkan transisi
epidemiologi yang menjadi penyebab utama dari peningkatan angka
kesakitan bahkan kematian yang merupakan akibat dari penyakit menular
dan penyakit yang disebabkan oleh parasit yang menjadi penyakit tidak
menular dan kronis. Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit tidak
menular yang mampu mempengaruhi angka kejadian kesakitan dan
kematian. Satu diantara penyakit kardiovaskular yang banyak diderita
adalah Hipertensi. 1
Diperkirakan Hampir 1 milyar orang yang ada diseluruh dunia
menderita hipertensi. Bahkan di seluruh dunia, menganggap bahwa
hipertensi adalah penyebab utama kematian dini. Pada tahun 2020
diperkirakan bahwa yang akan menderita penyakit tekanan darah tinggi
adalah orang dewasa dengan jumlah kurang lebih 1,56 miliyar orang.
Tekanan darah tinggi atau Hipertensi dapat mengakibatkan kematian
sekitar 8 miliyar orang yang ada di dunia setiap tahunnya dan dikawasan
Asia Timur-Selatan hampir 1,5 juta orang setiap tahunnya. Dan
diperkirakan di Asia Timur-Selatan sekitar sepertiga dari orang dewasa
mengalami penyakit hipertensi.2
Di Indonesia penyakit hipertensi terus meningkat dari tahun ke
tahun, hal ini dibuktikan Berdasarkan hasil Survei Indikator Kesehatan
Nasional (SIRKESNAS) tahun 2016 prevalensi hipertensi di Indonesia
sebesar 32,4 %.3 sedangkan Prevalensi hipertensi pada tahun 2018
berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk umur ≥18 tahun terjadi
peningkatan yaitu sebesar 34,11 %.4
Kejadian penyakit hipertensi di Sulawesi Tengah terus mengalami
peningkatan dari tahun 2015 sampai tahun 2018, pada tahun 2015
presentase kejadian hipertensi adalah 3,61 %,5 tahun 2016 menjadi 5,03
%,6 tahun 2017 meningkat menjadi 27,8 %,7 dan Pada tahun 2018
persentase penduduk yang mendapat pelayanan kesehatan Hipertensi
untuk provinsi Sulawesi tengah usia ≥ 15 tahun adalah 47,4 %. Persentase
Hipertensi tertinggi pada tahun 2018 adalah kabupaten Banggai
Kepulauan. Kabupaten Banggai Kepulauan juga mengalami peningkatan
prevalensi kejadian hipertensi. Pada tahun 2016 presentase kejadian
hipertensi sebesar 0,09 %, tahun 2017 dari 3.347 yang mendapatkan
pelayanan hipertensi sebesar 2.711 atau 78,9 %, dan pada pada tahun
2018 berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah, jumlah
penduduk banggai yang menderita Hipertensi usia ≥ 15 sebanyak 1.749
jiwa dan yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebesar 1.749 jiwa
dengan capaian 100 %.8
Berdasarkan Data dari dinas kesehatan Banggai Kepulauan dalam
Badan Pusat statistik terdapat 10 penyakit yang tinggi angka kejadiannya
di Kabupaten Banggai Kepulauan tahun 2015 yaitu hipertensi, gastritis,
diare, nasoparingitis akut, diabetes, malaria, ispa, asma, bronkitis, TBC.
Hipertensi menjadi penyakit nomor satu terbanyak di Kabupaten Banggai
Kepulauan dengan jumlah 1.874 kasus. 9
Beberapa faktor yang dapat mengakibatkan kejadian penyakit
hipertensi dapat dikategorikan menjadi dua faktor yaitu faktor yang tidak
bisa dikontrol dan faktor yang bisa di kontrol. Yang dimaksud dengan
faktor yang tidak bisa dikontrol adalah genetik, jenis kelamin dan umur.
sedangkan yang dimaksud dengan faktor yang bisa dikontrol adalah stress,
nutrisi dan obesitas.10 Tingginya Hipertensi di Kabupaten Banggai
Kepulauan berkaitan erat dengan pola hidup (life style) masyarakat yang
cenderung kurang melakukan aktifitas fisik, mengonsumsi garam berlebih,
diet rendah serat, obesitas, mengonsumsi alkohol, dyslipidemia dan stress.4
Keadaan stress yang berat dapat menjadi penyebab kejadian
penyakit hipertensi, baik itu dewasa muda maupun usia pertengahan dan
lansia. Pengertian hipertensi menurut American Heart Association (AHA)
adalah suatu kondisi akibat terjadinya peningkatan tekanan darah dalam
waktu yang cukup lama dengan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan
tekanan diastolic ≥ 90 mmHg. Hipertensi merupakan keadaan ketika
tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg menurut Joint National Committee
(JNC) VII, tekanan darah pada orang dewasa (berusia lebih 18 tahun).
Hipertensi atau yang sering disebut sebagai “The silent disease” karena
penderita sering tidak mengetahui gejalanya atau gangguan yang sering
tidak disadari. Hipertensi juga merupakan penyebab penyakit degenerative
karena biasanya semakin bertambahnya umur tekanan darah perlahan akan
meningkat.11
Hal ini menunjukan bahwa stress berpengaruh terhadap hipertensi.
Penelitian yang dilakukan oleh Rusnoto, Hengki Hermawan (2017)
dengan judul “ Hubungan Stres Kerja dengan Kejadian Hipertensi
Pada Pekerja Pabrik Di Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwungu” didapatkan
hasil bahwa Stres kerja memiliki hubungan dengan kejadian Hipertensi
pada pekerja buruh pabrik di wilayah kerja Puskesmas Kaliwungu Kudus
2017 dengan hasil uji statistic kendall’s tau diperoleh hasil nilai ρ value
0,000 kurang dari nilai α 0,05, artinya Ha diterima.12 Penelitian sejalan
yang dilakukan oleh Reni Windarti (2018) dengan judul “ Hubungan
Antara Tingkat Stres Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di
Posyandu Bodronoyo Kelurahan Ngegong Kecamatan Manguharjo Kota
Madiun” didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara tingkat stress
dengan kejadian Hipertensi pada lansia di Posyandu Bodronoyo Kelurahan
Ngegong Kecamatan Manguharjo Kota Madiun 2018 dengan hasil uji
statistik Spearman Rank di dapatkan nilai ρ value 0,000 kurang dari nilai
α 0,05.13
Berbagai upaya dilakukan agar tekanan darah tetap stabil atau
normal. Upaya tersebut dapat dibedakan menjadi dua bagian terapi yaitu
terapi farmakologis atau dengan kata lain terapi yang memanfaatkan
berbagai jenis obat dan terapi non farmakologis yang merupakan terapi
tanpa menggunakan obat, salah satunya adalah relaksasi otot progresif.7
hasil penelitian yang dilakukan oleh Gaudensius Reginalis Leu (2016)
dengan judul “Pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap penurunan
Hipertensi pada lansia di Kelurahan Tlogomas Malang” didapatkan hasil
bahwa relaksasi otot progresif terbukti dapat menurunkan tekanan darah
pada lansia di Kelurahan Tlogomas Malang.14
Teknik relaksasi merupakan suatu metode yang mudah untuk
dilakukan agar mengurangi kondisi stress. Latihan relaksasi ini bertujuan
untuk mendapatkan sebuah respon yang mampu mengatasi respon stress.
Apabila relaksasi berhasil, maka hipotalamus berusaha menyesuaikan dan
menurunkan aktivitas system saraf simpatik dan parasimpatis sehingga
menimbulkan perasaan santai dan tenang.14 Progressive Muscle
Relaxation (PMR) adalah teknik yang mudah dilakukan oleh setiap orang
yang terdiri dari dua jenis gerakan yaitu memberikan tegangan pada otot-
otot tertentu kemudian merelaksasikan kembali otot-otot tersebut sehingga
dapat menghasilkan rasa relaks pada tubuh.14
Berdasarkan hasil data yang diperoleh di Puskesmas Lumbi-
lumbia, Kecamatan Buko Selatan, pada tanggal 23 Maret 2020 tentang
jumlah penderita hipertensi dari bulan Januari 2019 sampai dengan
Desember 2019 adalah berjumlah 440 orang. Berdasarkan hasil
wawancara dengan dua orang penderita hipertensi tersebut, mereka
mengatakan pola hidup mereka sudah baik, jarang konsumsi garam
berlebih, tidak merokok, hanya saja terlalu banyak memikirkan tentang
kehidupan perekonomian keluarga, dan juga kurangnya sikap kepedulian
antara anggota keluarga.
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang masih sering
diabaikan. Banyak Penderita hipertensi tidak menyadari bahwa dirinya
telah mengalami hipertensi. Sehingga ketika mereka mengalami gejala
hipertensi sebagian dari mereka hanya membiarkan saja, dan ada juga
yang membeli obat. Wilayah cakupan Puskesmas Lumbi-lumbia terdiri
dari 12 desa, oleh karena itu untuk memastikan kesehatan masyarakat,
petugas kesehatan melakukan pemeriksaan kesehatan secara langsung
mengunjungi masyarakat dirumahnya. Penderita mengetahui kalau dirinya
menderita hipertensi ketika petugas kesehatan dari Puskesmas datang
dirumah dan memeriksa kondisi kesehatan mereka.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah pengaruh Progresive Muscle
Relaxation (PMR) dengan menggunakan media audio visual terhadap
penurunan tingkat stress pada penderita hipertensi dipuskesmas Lumbi-
lumbia ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk menunjukkan Pengaruh Progressive Muscle Relaxation (PMR)
dengan menggunakan media audio visual terhadap penurunan Tingkat
stress pada penderita hipertensi di Puskesmas Lumbi-lumbia
2. Tujuan khusus
a. Untuk membuktikan bagaimana tingkat stress sebelum dilakukan
Progressive Muscle Relaxation (PMR) pada penderita hipertensi di
Puskesmas Lumbi-lumbia
b. Untuk membuktikan bagaimana tingkat stress sesudah dilakukan
Progressive Muscle Relaxation (PMR) pada penderita hipertensi di
Puskesmas Lumbi-lumbia
c. Untuk membuktikan perbedaan Tingkat stress pada penderita
hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan Progressive Muscle
Relaxation (PMR) terhadap penurunan Tingkat stress pada
penderita hipertensi di Puskesmas Lumbi-lumbia
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi pendidikan STIKes Widya Nusantara
Manfaat pendidikan keperawatan khususnya Ilmu Keperawatan
STIKes Widya Nusantara dapat menambah bahan dalam bidang ilmu
keperawatan khususnya yang berhubungan dengan informasi tentang
Progressive Muscle Relaxation (PMR) dengan menggunakan media
audio visual terhadap penurunan tingkat stress pada penderita
hipertensi di Puskesmas lumbi-lumbia.
2. Bagi Masyarakat
Sebagai tambahan informasi serta tambahan pengetahuan untuk
penelitian analisis Progressive Muscle Relaxation (PMR) dengan
menggunakan media audio visual terhadap penurunan tingkat stress
pada penderita hipertensi di Puskesmas Lumbi-lumbia
3. Manfaat bagi Instansi
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai informasi kesehatan
bagi Puskesmas Lumbi-lumbia terkait dengan pengaruh Progressive
Muscle Relaxation (PMR) dengan menggunakan media audio visual
terhadap penurunan Tingkat Stres pada penderita Hipertensi di
Puskesmas Lumbi-lumbia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Tinjauan umum tentang Progresive Muscle Relaxation (PMR)
a. Pengertian Progresive Muscle Relaxation (PMR)
Progressive Muscle Relaxation (PMR) merupakan metode
non farmakologis yaitu teknik relaksasi otot progresif. Terapi ini
dikembangkan pertama kali di tahun 1908 oleh Edmund Jacobson.
Terapi ini merupakan jenis relaksasi yang ditujukan pada otot-otot
bagian tubuh yang bertujuan untuk memberikan rasa relaks,
bahkan dapat membantu dalam mengatasi stress yang di alami.
Gerakan dalam relaksasi ini dilakukan dengan dua teknik yaitu
memberikan tegangan pada kelompok otot kemudian melemaskan
tegangan tersebut atau merelaksasikan kembali pada kondisi
semula. Dengan dilakukannya terapi ini dapat membantu kerja dari
sistem saraf pusat dan saraf otonom bahkan aktivitas parasimpatis
akan meningkat.15
Progressive Muscle Relaxation (PMR) merupakan jenis
terapi yang dapat memberikan kondisi relaks yang dilakukan
menggunakan dua jenis gerakan utama yaitu gerakan memberikan
ketegangan terlebih dahulu pada otot dan menghilangkan tegangan
tersebut dengan cara lemaskan kembali otot tersebut agar
menghasilkan rasa relaks pada tubuh. Ketika PMR ini dilakukan
pasien diharapkan mampu memperhatikan perasaan yang dialami
yaitu perasaan ketika otot dalam kondisi tegang dibandingkan
dengan ketika otot di lemaskan. Dari beberapa pengertian tersebut
dapat simpulkan bahwa dikatakan bahwa Progressive Muscle
Relaxation merupakan salah satu jenis relaksasi yang bermanfaat
membantu pasien agar mendapatkan keadaan relaks secara fisik.7
b. Gejala-gejala stress
Gejala stress dapat dibagi menjadi gejala fisik dan gejala psikis :
1) Gejala stress secara fisik dapat berupa jantung berdebar, nafas
memburuh/terengah-engah dan cepat, suara menjadi
serak,nyeri kepala, otot tegang, peningkatan keringat, mudah
lelah, rasa panas dan gerah, lembab pada daerah tangan,
mukosa mulut kering, gemetar pada lutut.
2) Gejala stress secara psikis merupakan gejala stress yang
dirasakan seperti cemas, salah paham, mudah marah, cepat
panik, agresif, gelisah, labil, sering merasa jengkel, sering
bingung, kelebihan cermat, dan depresi.25
Beberapa gejala stress menurut Manurung (2016) antara lain :
1) Gejala biologis
Ketika seseorang mengalami stress maka akan timbul beberapa
gejala diantaranya sakit kepala, mengalami masalah tidur,
menurunnya nafsu makan, gangguan kulit, gangguan
pencernaan serta peningkatan produksi keringat diseluruh
tubuh.
2) Gejala kognisi
Orang yang mengalami stress akan mengalami masalah dalam
mengingat, cenderung mudah lupa terhadap suatu kejadian,
menurunnya konsentrasi dan perhatian, tidak focus dalam
bekerja.
3) Gejala emosi
Keadaan stress dapat membuat individu mudah marah, cemas
yang berlebihan, merasa sedih bahkan sampai depresi 17
c. Sumber-sumber stress
Sumber stress bergantung pada perkembangan setiap
individu, tetapi keadaan stress dapat berlangsung terjadi selama
hidup. Berikut ini sumber-sumber stress antara lain :
1) Diri individu
Sumber stress dari individu ini hal yang berkaitan dengan
adanya konflik dikarenakan dapat menghasilkan dua
kecendurungan yaitu approach conflict (muncul saat individu
diperhadapkan dengan satu pilihan dari dua situasi yang tidak
di inginkan).
2) Keluarga
Sumber stress dari keluarga ini berkaitan dengan setiap
perilaku, kepribadian, kebutuhan setiap anggota keluarga yang
akan memberikan dampak pada hubungan dengan anggota
keluarga lain yang dapat menyebabkan stress. Perceraian,
penyakit yang di derita, bahkan kehadiran anggota keluarga
baru merupakan faktor keluarga yang cenderung dapat
menyebabkan stress.
3) Komunitas dan masyarakat
Berinteraksi antar sesama diluar keluarga dapat menimbulkan
kecenderungan akan timbulnya stress. seperti, adanya
persaingan di antara anak sekolah, pengalaman pekerjaan, dan
lingkungan tempat tinggal.17
d. Penyebab stress
Di dalam kehidupan manusia faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya respon stress itulah yang disebut dengan
Stressor. Stressor bersumber dari berbagai komponen di antaranya
adalah kondisi fisik, psikologis ataupun sosial. Kondisi ini dapat
muncul pada saat kerja baik itu didalam lingkungan sosial maupun
lingkungan luar. Adapun tipe kejadian yang dapat meyebabkan
stress antara lain :
1) Daily Hassles merupakan suatu peristiwa atau kejadian yang
terjadi setiap hari. Seperti masalah di rumah, masalah di
sekolah dan masalah di tempat pekerjaan.
2) Personal Stressor merupakan suatu peristiwa yang lebih kuat
terhadap level individu. Seperti kehilangan pekerjaan, adanya
masalah keuangan dalam keluarga bahkan kehilangan orang
yang paling di sayangi. Hal ini berkaitan erat dengan umur
seseorang karena seiring bertambahnya usia seseorang maka
akan mudah mengalami stress.
3) Appraisal, penelitian terhadap sebuah peristiwa yang dapat
memicu terjadinya stress dikatakan sebagai stress appraisal.
Untuk mengetahui keadaan yang menyebabkan stress dapat
dilihat dari dua jenis faktor yaitu, faktor yang berkaitan dengan
individu itu sendiri (personal factors) dan faktor yang berkaitan
dengan kondisi keadaannya. Yang termasuk dalam personal
factors adalah intelektual, personality characterities, dan
motivasi. Dan masih ada lagi faktor lain yang dapat memicu
terjadinya stress di antaranya meliputi gaya hidup, kondisi
fisik, tipe kepribadian tertentu, ada tidaknya dukungan sosial
dan harga diri..13
e. Tingkatan stress
Tingkatan stress dibagi menjadi tiga antara lain :
1) Stress ringan
Dikatakan stress ringan karena terjadi hanya dalam waktu
singkat (beberapa menit/jam) misalnya waktu tidur terlalu
banyak, masalah lalu lintas (macet) Pada tingkatan stress ini
belum ada pengaruh terhadap fisik individu tetapi sudah mulai
ada rasa was-was dan perasaan tegang.
2) Stress sedang
Dikatakan stress sedang karena dapat berlangsung lebih lama
bahkan sampai beberapa hari misalnya pekerjaan yang
tertunda, pekerjaan dengan beban kerja yang tinggi, ingin
mendapatkan pekerjaan yang baru, suka menyendiri, sukar
tidur serta tegang adalah gejala yang sering muncul pada
tingkatan stress ini.
3) Stress berat
Dikatakan stress berat karena dapat berlangsung lama yakni
beberapa minggu bahkan sampai beberapa tahun. Misalnya
ketidakharmonisan dalam keluarga, penakit yang di derita oleh
anggota keluarga, bahkan masalah perekonomian. Gangguan
fisik dan mental merupakan gejala pada tingkatan stress ini.23
b. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebab terjadinya, Menurut Smeltzer (2013),
penyebab hipertensi terbagi atas dua bagian, yaitu :
1) Hipertensi Primer (Esensial)
Jenis hipertensi primer merupakan jenis hipertensi yang sering
terjadi pada populasi dewasa antara 90% - 95%. Hipertensi
primer tidak memiliki penyebab klinis yang dapat
diidentifikasi, dan juga kemungkinan kondisi ini bersifat
multifactor. Hipertensi primer adalah jenis hipertensi yang
tidak dapat sembuh secara total,akan tetapi bisa dikontrol
dengan terapi yang tepat.28
2) Hipertensi Sekunder
Hipertensi jenis ini merupakan jenis hipertensi yang memiliki
ciri yaitu terjadinya peningkatan tekanan darah dan di ikuti
dengan penyebab yang spesifik, seperti kehamilan, medikasi
tertentu, penyempitan arteri renalis, medikasi tertentu, dan
penyebab lainnya. Hipertensi sekunder dapat menjadi akut, hal
ini merupakan akibat dari terjadinya perubahan pada curah
jantung.29
c. Faktor Resiko
Menurut Fauzi (2014), jika saat ini seseorang dalam perawatan
penyakit hipertensi dan pada saat diperiksa terkanan darah
seseorang tersebut dalam batas normal, hal tersebut tidak menutup
kemungkinan tetap memiliki resiko besar akan mengalami
hipertensi kembali. Oleh karena itu lakukan terus kontrol dengan
dokter dan menjaga kesehatan agar tekanan darah tetap dalam
keadaan terkontrol. Hipertensi memiliki beberapa faktor resiko,
antara lain :
1) Tidak dapat diubah :
a) Keturunan, faktor genetik atau keturunan adalah faktor
yang tidak bisa diubah. Jika di dalam keluarga terdapat ada
yang mempunyai riwayat tekanan darah tinggi maka besar
kemungkinan resiko keluarga lain untuk menderita
hipertensi. Selain itu statisitik memberikan penjelasan
bahwa kembar identik mempunyai resiko yang lebih tinggi
daripada kembar tidak identik.
b) Usia, faktor usia juga adalah faktor yang tidak dapat
diubah. Resiko terjadinya tekanan darah tinggi dapat
semakin tinggi sejalan dengan usia.
2) Dapat diubah :
a) Konsumsi garam, konsumsi garam (sodium) yang
berlebihan akan meningkatkan tekanan darah hal itu
dikarenakan tubuh banyak menahan cairan.
b) Kolesterol, apabila didalam tubuh terdapat banyak lemak
maka akan terbentuk kolesterol pada dinding pembuluh
darah. Kolesterol yang ada pada dinding pembuluh darah
akan membuat dinding pembukuh darah menjadi sempit,
sehingga akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
c) Kafein, akan terjadi peningkatan tekanan darah 5-10 mmHg
apabila setiap hari mengonsumsi secangkir kopi yang
mengandung 75-200 mg kafein.
d) Alkohol, alkohol juga akan mengakibatkan terjadinya
peningkatan tekanan darah hal ini di sebabkan karena
kandungan di dalam alcohol dapat merusak jantung dan
pembuluh darah.
e) Obesitas, peluang lebih besar menderita hipertensi apabila
berat badan seseorang diatas 30 % berat badan ideal.
f) Kurang olahraga, resiko terjadinya hipertensi adalah
apabila orang tersebut kurang melakukan olahraga.
Tekanan darah tinggi akan menurun jika melakukan
olahraga secara teratur.
g) Stres, peningkatan tekanan darah akan terjadi apabila
kondisi emosi menjadi tidak stabil seperti cemas. Tekanan
darah akan kembali normal apabila stress telah berlalu.
h) Kebiasaan merokok, tekanan darah akan meningkat apabila
terjadi vasontriksi. Nikotin yang terkandung dalam rokok
akan merangsang peningkatan pelepasan katekolamin
sehingga terjadi iritabilitas miokardial, peningkatan denyut
jantung, bahkan mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi.
i) Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen), renin
aldosterone-mediate volume expansion dapat diaktifkan
apabila seseorang menggunakan kontrasepsi hormone, hal
ini sangat berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah.
Oleh karena itu penghentian kontrasepsi hormonal adalah
langkah yang efektif untuk menstabilkan tekanan darah.
Walaupun hipertensi umum terjadi pada orang dewasa.30
d. Klasifikasi hipertensi
Klasifikasi tekanan darah menurut WHO-ISH (World
Health Organization-International Society of Hypertension), dan
ESH-ESC (European Society of Hypertension-European Society of
Cardiology), 2014
Tabel 1.1 Klasifikasi tekanan darah menurut WHO-ISH.31
Tekanan Darah Tekanan Darah
Klasifikasi Sistolik Diastolik
Tekanan Darah WHO- ESH- WHO- ESH-
ISH ESC ISH ESC
g. Komplikasi Hipertensi
Apabila tekanan darah seseorang tidak terkontrol maka dapat
mengakibatkan komplikasi pada beberapa organ seperti :
1) Ginjal
Salah satu penyebab penyakit ginjal kronis adalah hipertensi.
Satu dari sepuluh dewasa menderita penyakit ginjal kronis yang
membuat beban kerja ginjal semakin berat.
2) Merusak kinerja otak
Keadaan hipertensi yang tidak diperhatikan akan
mempengaruhi kinerja otak. Dalam hal ini penderita akan
kehilangan kemampuan kognitif-memori, sulit berkonsentrasi,
kesulitan dalam pengambilan keputusan, bahkan kehilangan
daya sehat.
3) Merusak kinerja jantung
Jantung akan bekerja lebih keras apabila penderita hipertensi
hanya mengabaikan penyakitnya. Hipertensi yang dibiarkan
secara terus menerus akan mengakibatkan terjadinya kerusakan
pada pembuluh darah jantung. Sehingga jantung tidak dapat
lagi melakukan tugasnya secara optimal dalam menyalurkan
darah ke seluruh tubuh.
4) Kerusakan mata
Perubahan-perubahan dalam retina pada belakang mata akan
terjadi akibat peningkatan tekanan darah. Beberapa kondisi
yang terjadi pada mata yaitu penyempitan pembuluh darah
kecil, pada retina dan pembengkakan retina mata.
5) Resistensi pembuluh darah
Sama halnya dengan kerusakan kinerja jantung, otot jantung
akan memiliki beban kerja yang berat dalam memompa darah
melalui pembuluh darah akibat peningkatan tekanan darah.
Sehingga akan menimbulkan peluang terjadinya pembesaran
otot jantung.
6) Stroke
Mekanisme terjadinya stroke adalah di awali dengan terjadinya
kebocoran darah atau leaking blood (hemorrhage) atau adanya
gumpalan darah (thrombosis) dari pembuluh darah yang
mensuplay nutrisi melalui darah ke otak. Penyakit jantung
koroner, stroke, infark jantung dan gagal ginjal merupakan
komplikasi hipertensi yang dapat meningkatkan angka
kematian..34
h. Penatalaksanaan Hipertensi
Pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan pengobatan
tradisional (non farmakologi) dan pengobatan modern
(farmakologi). Tujuannya untuk menghindari terjadinya
komplikasi dan dampak yang lebih serius terhadap kesehatan.
1. Pengobatan tradisional (non farmakologi)
Pengobatan ini adalah pengobatan yang hanya memanfaatkan
bahan-bahan yang cukup mudah didapatkan atau bahan-bahan
yang ada di lingkungan sekitar. Dalam pembuatan pengobatan
ini diperlukan kesabaran, keahlian karena efeknya dapat
diketahui dalam waktu cukup lama dibandingkan dengan
pengobatan farmakologis. Berbagai jenis bahan alami yang
dapat mengatasi tekanan darah yaitu, mengkudu (morinda
citrifolia 1), daun salam (syzigium polyanthum), rumput laut
(lamina japonica), mentimun (cucumis sativus) dan temu hitam
(curcuma aeruginoa roxb).
2. Pengobatan modern (farmakologi)
Pengobatan ini menggunakan obat-obatan kimia, biasnya obat-
obatan kimia ini dilakukan oleh ahlinya dalam hal ini yang
dimaksud adalah dokter setelah pasien penderita tekanan darah
menjalani serangkaian proses pemeriksaan. Namun untuk
anjuran pemakaian tidak bisa ditentukan oleh penderita itu
sendiri melainkan harus ada resep dan pengawasan
dokter,karena hanya dokter yang mengerti akan efek samping
dari pengobatan ini. Jenis pengobatan ini yaitu dieuretik
thiazide merupakan obat pertama yang diberikan untuk
mengobati tekanan darah, juga dapat membuat ginjal
mengeluarkan air dan garam dan penghambat adrenergic yang
menghambat effek system saraf simpatis, obat hipertensi
tersebut diantaranya captopril, amlodipine.24
B. Kerangka Konsep Penelitian
C. Sumber stres :
1. Diri individu
2. Keluarga
3. Komunitas dan
masyarakat
Penyebab stres :
1. Daily Hassles
2. Personal Stressor
3. Appraisal
Tingkatan stres :
1. Stres ringan
2. Stres sedang
3. Stres berat
Variabel Independen
Keterangan :
Diteliti :
D. Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H1 : Ada pengaruh Progressive Muscle Relaxation (PMR) terhadap
penurunan tingkat stress pada penderita hipertensi di Puskesmas
Lumbi-lumbia
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif
yang menggunakan desain pre-eksperimen (Pre Experimental Design)
yaitu rancangan pre-test dan post-test dalam satu kelompok (One Group
Pre-Test Post-Test Design).
Menurut Sugiyono (2017) yang dimaksud dengan metode
kuantitatif adalah jenis metode yang dipakai dalam penelitian, dilandaskan
pada filsafat positivism, serta dilakukan untuk mengetahui keadaan
populasi atau sampel, pegumpulan datanya menggunakan instrument
penelitian, penganalisisan data bersifat statistic dan kuantitatif, tujuannya
adalah menguji hipotesis yang telah ditetapkan.35
Dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
pemberian terapi Progressive Muscle Relaxation (PMR) dengan
menggunakan media audio visual terhadap penurunan tingkat stress pada
penderita Hipetensi di Puskesmas Lumbi-lumbia. Pada penelitian ini
kelompok dilakukan tes awal yaitu pretest kemudian diberikan perlakuan
yaitu pemberian Progressive Muscle Relaxation (PMR) kemudian
diberikan test kembali yaitu Postest, desain penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
Keterangan :
D. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2017) variabel merupakan sesuatu yang ingin
dipelajari, diketahui atau di amati oleh sehingga dapat memberikan
pengetahuan dan informasi.
1. Variabel independen
Variabel independen adalah variabel yang dapat memberikan pengaruh
atau yang menjadi sebab atas suatu perubahan atau bahkan yang
menimbulkan variabel dependen.30 Dalam penelitian ini variabel
independen adalah Progressive Muscle Relaxation (PMR).
2. Variabel dependen
Variabel dependen adalah variabel yang terjadi akibat pengaruh atau
akibat dari variabel independen.30 Dalam penelitian ini variabel
dependen adalah Penurunan tingkat Stres.
E. Definisi Operasional
1. Progressive Muscle Relaxation (PMR).
Definisi : Progressive Muscle Relaxation (PMR) merupakan
suatu terapi relaksasi yang dilakukan dengan dua
teknik yaitu teknik menegangkan dan melemaskan
atau merilekskan otot-otot ada bagian tubuh sehingga
dapat menimbulkan perasaan relaks.
Terapi ini dilakukan 2 kali sehari selama 1 minggu.
Jadi total ada 14 kali relaksasi.
2. Stres
Definisi : Stress merupakan suatu respon tubuh setelah
menerima tekanan yang menimbulkan ketegangan
tubuh dan pikiran
Cara ukur : Pengisian Kuesioner
Alat ukur : Depression Anxiety Stress Scales (DASS42)
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : 1 = Normal, Jika nilai 0-14
2 = Stres ringan, Jika nilai skor 15-18
3 = Stress sedang jika nilai skor 19-25
4 = Stress berat jika nilai skor 20-33
5 = Stress sangat berat jika nilai ≥34
F. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti
untuk membantu mengumpulkan data sehingga proses penelitian atau
pengolahan data dapat dikerjakan lebih mudah.25
Dalam penelitian ini istrumen yang digunakan adalah kuesioner.
Kuesioner yang digunakan peneliti dalam penilitian ini adalah kuesioner
tertutup mengenai tingkat stres yang dialami penderita hipertensi di
Puskesmas Lumbi-lumbia. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner
DASS42. Untuk Kuesioner DASS (Depression Anxiety Stress Scales)
sebanyak 14 pertanyaan dengan empat kriteria jawaban “tidak pernah”
diberi nilai (0), jawaban “jarang” diberi nilai (1), jawaban “kadang-
kadang” diberi nilai (2), jawaban “sering” diberi nilai (3), jawaban
“selalu” diberi nilai (4). Responden menjawab pertanyaan dengan
memberikan tanda centang sesuai jawaban yang dipilih oleh responden.
Keterangan :
P : Persentase
f : frekuensi yang sedang dicari alternatif jawaban
n : jumlah frekuensi seluruh alternatif jawaban
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yaitu analisis untuk mengetahui hubungan atau
korelasi terhadap dua variabel yaitu variabel independen dan variabel
dependen dengan menggunakan uji statistik.32 Dalam penelitian ini
analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui Pengaruh Progressive
Muscle Relaxation (PMR) terhadap penurunan tingkat stress pada
penderita Hipertensi di Puskesmas Lumbi-lumbia. Apabila distribusi
data normal, maka digunakan statistik uji Paired t-test, dan data yang
berdistribusi tidak normal dapat menggunakan uji nonparametrik
Wilcoxon.
Rumus Uji Paired t-test dapat dilihat sebagai berikut :
Keterangan :
Keterangan :
Windarti R. Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Posyandu
13
Bodronoyo Kelurahan Ngegong Kecamatan Manguharjo Kota Madiun [Skripsi]. (ID) : STIKes Bhakti
Husada Mulia Maidun. 2018
14
Leu GR, Prastiwi S, Putri RM. Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif terhadap Penurunan
Hipertensi Pada Lansia di Kelurahan Tlogomas Malang [Skripsi]. (ID): Universitas Tribhuwana
Tunggadewi Malang. 2018
15
Helen, C., Progressive Muscle Relaxation. 2015. CAM-Cancer Consortum : Available at :
http://www.cam-cancer.org/The-Summaries/Mind-body-intervention/Progressive-Muscle-
Relaxation{Accessed November 28,2017]
16
Lilik S, Keliat BA, Alini, Wardani IY, T, D, L. Progessive Muscle Relaxation. In Modul
Keperawatan Jiwa : Workshop Keperawatan Jiwa ke-X, Depok.Agustus 2016. Depok Jakarta:
Universitas Indonesia. 2016
17
Qonita A, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pendidkan Dasar, Jakarta: PT Indah Jaya. 2011. 426
18
Azhar A, Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo. 2017. 4
19
Suroika, I Putu & Supariasa, I Dewa Nyoman.,Media Pendidikan Kesehatan, Graha Ilmu,
Yogyakarta. 2012
20
Kustandi, C., Sujipto, B. Media Pembelajaran Manual dan Digital. Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia. 2011
21
Manurung. Terapi Reminiscence. Jakarta : CV. Trans Info Media. 2016
22
Lestari. Kumpulan Teori untuk Kajian Pustaka Penerbit Kesehatan Yogyakarta: Nuha Medika. 2015
23
Hartanti, Novi. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dengan Sanksi
Pajak sebagai Variabel Pemoderasi Terhadap Kepatuhan Pengetahuan dan Kemauan Wajib Pajak
“(Studi Empiris pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha di Kab.Sleman).
Yogyakarta :Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2016
Andrian. Skeptisisme Profesional Audit, Etika, Pengalaman dan Keahlian Audit Terhadap Ketetapan
24
Pemberian Opini Auditor Studi Empiris pada BPK RI Perwakilan. Provinsi Riau. Artikel Penelitian :
Universitas Negeri Padang. 2013
25
Bandiyah. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika. 2011
26
Ferri, F. F. Ferri’s Clinical Adivisor 2017 : 5 Books in 1.Philadelphia : Elsevier, Inc. 2017.
27
Yunita. Berdamai dengan Hipertensi. Jakarta : Bumi Medika. 2017
28
Smeltzr Suzanne C. O’Connel, Bare G. Brenda, Hinkle L. Janice, C.H.K.,Brunner & Suddarth’s
Textbook of Medical-Surgical Nursing 10th ed.,USA: Wolters Kluwer Health Lippincott Williams &
Wilkins, 530 Walnut Street, Philadelphia.2013
29
Ignatavicius, Workman, & Rebar. Medical Surgical Nursing : Concepts For Interprofessional
Collaborative Care (9th ed). St. Louis : Elsevier, Inc. 2017
Fauzi, Isma. Buku Pintar Deteksi Dini Gejala, & Pengobatan Asam urat, Diabetes & Hipertensi .
30