PROPOSAL
RISNAH
201801263
A. Latar Belakang
4 Kemenkes RI. Low Back Pain (LBP). 2018 [internet]. Available from:
http://www.yankes.kemkes.go.id/read-low-back-pain-lbp-5012.html
5 Martono H. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut): Olah Raga dan Kebugaran
pada Lanjut Usia. Jakarta: FKUI; 2011
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis pengaruh latihan Fleksi William (Stretching)
terhadap tingkat nyeri punggung bawah pada lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Pasangkayu.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingkat nyeri punggung bawah sebelum dilakukan
latihan Fleksi William (Stretching) pada lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Pasangkayu
b. Mengidentifikasi tingkat nyeri punggung bawah sesudah dilakukan
latihan Fleksi William (Stretching) pada lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Pasangkayu
c. Untuk menganalisis pengaruh latihan Fleksi William (Stretching)
terhadap tingkat nyeri punggung bawah pada lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Pasangkayu.
D. Manfaat Penelitian
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai sumber informasi bagi
masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dalam mengatasi masalah
nyeri punggung bawah.
1. Pengertian
Lansia (lanjut usia) merupakan seseorang yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupan. Kelompok yang dikategorikan lansia ini
akan mengalami suatu proses yang disebut Aging Process atau proses
penuaaan10. Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.
Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui
tiga tahap kehidupan yaitu anak, dewasa dan tua11.
2. Penggolongan Lansia
Pada lansia akan mengalami proses hilangnya kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri secara perlahan sehingga tidak dapat
mempertahankan tubuh dari infeksi dan tidak mampu memperbaiki jaringan
yang rusak12.
Menurut World Health Organization (WHO) ada beberapa batasan
umur lansia, yaitu13:
a. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun
b. Usia lanjut (fiderly): 60-74 tahun
c. Lansia tua (old): 75-90 tahun
d. Lansia sangat tua (very old): > 90 tahun
1. Pengertian
Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan rasa
nyeri yang dirasakan pada punggung bawah yang sumbernya adalah tulang
belakang daerah spinal (punggung bawah), otot, saraf, atau struktur lainnya
di sekitar daerah tersebut. Nyeri punggung bawah dapat disebabkan oleh
penyakit atau kelainan yang berasal dari luar punggung bawah, misalnya
penyakit atau kelainan pada testis atau ovarium14.
Nyeri punggung bawah umumnya akan memberikan rasa nyeri pada
seseorang yang mengalaminya. Rasa nyeri dapat digambarkan sebagai
sensasi tidak menyenangkan yang terjadi bila mengalami cedera atau
kerusakan pada tubuh. Nyeri dapat terasa panas, gemetar,
kesemutan/tertusuk, atau ditikam. Nyeri akan menjadi suatu masalah
gangguan kesehatan dikarenakan dapat menganggu aktivitas yang akan
dilakukan15.
14 Suma’mur PK. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Sagung
Seto; 2011.
tersangkut (loss of range of motion) dan nyeri radikuler yang terbatas pada
saraf tepi. Keluhan nyeri sering hilang bila kelompok otot tersebut
diregangkan. Fibromialgia mengakibatkan nyeri dan nyeri tekan daerah
punggung bawah, kekakuan, rasa lelah, dan nyeri otot17.
Gejala penyakit punggung yang sering dirasakan adalah nyeri, kaku,
deformitas, dan paraestesia atau rasa lemah pada tungkai. Gejala serangan
pertama sangat penting. Pada awal kejadian serangan perlu diperhatikan,
yaitu apakah serangannya dimulai dengan tiba-tiba, mungkin setelah
menggeliat, atau secara berangsur-angsur tanpa kejadian apapun. Perhatikan
pula gejala yang ditimbulkan menetap atau kadang-kadang berkurang.
Selain itu juga perlu memperhatikan sikap tubuh, dan gejala yang penting
pula yaitu apakah adanya sekret uretra, retensi urine, dan inkontinensia18.
g. Umur
Nyeri punggung dapat disebabkan oleh berbagai kelainan yang terjadi
pada tulang belakang, otot, discus intervertebralis, sendi, maupun struktur
lain yang menyokong tulang belakang. Kelainan tersebut antara lain19:
a. Kelainan kongenital atau kelainan perkembangan, seperti spondylosis
dan spondilolistesis, kiposcoliosis, spina bifida, ganggguan korda
spinalis
b. Trauma minor, seperti regangan, cedera whiplash
c. Fraktur, seperti traumatik misalnya jatuh, atraumatik misalnya
osteoporosis, infiltrasi neoplastik, steroid eksogen
d. Hernia discus intervertebralis
e. Degeneratif kompleks diskus misalnya osteofit, gangguan discus internal,
stenosisspinalis dengan klaudikasio neurogenik, gangguan sendi
vertebra, gangguan sendi atlantoaksial misalnya arthritis rheumatoid
f. Arthritis spondylosis, seperti artropati facet atau sacroiliaka, autoimun
misalnya ankylosing spondilitis, sindrom reiter
g. Neoplasma, seperti metastasisi, hematologic, tumor tulang primer
h. Infeksi/inflamasi, seperti osteomyelitis vertebral, abses epidural, sepsis
discus, meningitis, arachnoiditis lumbal.
i. Metabolik osteoporosis-hiperparatiroid
j. Vaskuler aneurisma aorta abdominalis, diseksi arteri vertebra
k. Lainnya, seperti nyeri alih dari gangguan visceral, sikap tubuh,
psikiatrik, sindrom nyeri kronik.
5. Faktor Risiko
Faktor risiko yang berperan pada kejadian nyeri punggung bawah
diantaranya20:
a. Faktor individu
1) Umur
20 Andini F. Risk Factors Of Low Back Pain In Workers. Jurnal Majority. 2015.
(4): 1.
10
6. Patofisiologi
Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang
merangsang oleh berbgai stimulus lokal (mekanisme, ternal, kimiawi).
Stimulus ini akan direspon denagan pengeluaran berbagai mediator
inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri
merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga
proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah
spasma otot, yang selanjutnya akan menimbulkan iskemia. Nyeri yang
timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya
berbagai mediator inflamasi atau nyeri neoropatik yang diakibatkan lesi
primer pada sistem saraf.
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan dua
kemungkinan. Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus
saraf yang kaya nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri
inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan
peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua,
penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan
biomolekuler dimana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya.
Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang sangat
peka terhadap rangsang mekanikal seal ternal21.
22 Alfiani L dan Basri SK. IMT dan Masa Kerja Terhadap Keluhan Nyeri
Punggung Bawah Pada Buruh Panggul. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2016.
(1): 4.
14
0 mm 100 mm
0 mm 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 mm
1. Pengertian
Latihan Fleksi William (stretching) adalah suatu latihan dengan
tujuan untuk mengulur otot-otot bagian posterior dan juga meningktakan
kekuatan otot abdominal. Latihan Fleksi William ini juga dapat
meningkatkan stabilitas lumbal karena secara aktif melatih otot-otot
abdominal, gluteus maksimus dan hamstring. Di samping itu latihan Fleksi
William dapat meningkatkan tekanan intra abdominal yang mendorong
kolumna vertebralis ke arah belakang, dengan demikian akan membantu
mengurangi hiperlordosis lumbal dan mengurangi tekanan pada diskus
intervertebralis yang dapat mengurangi nyeri pada daerah perut dan
punggung24.
Latihan Fleksi William diperkenalkan oleh Dr. Paul Williams.
Program latihan ini banyak ditujukan pada pasien-pasien kronik nyeri
punggung bawah dengan kondisi degenerasi corpus vertebra sampai pada
degenerasi diskus. Program latihan ini telah berkembang dan banyak
ditujukan pada laki-laki di bawah usia 50 tahun dan wanita di bawah usia 40
tahun yang mengalami lordosis lumbal yang berlebihan, penurunan space
diskus antara segmen lumbal dan gejala-gejala kronik nyeri punggung
bawah25.
Stretching (menggeliat) merupakan proses yang dilakukan untuk
menggerakkan atau memanjangkan otot agar bekerja secara optimal dan
menunjang aktivitas tubuh ketika berolahraga atau menjalankan aktivitas
b. Posisi gerakan 2
Posisi permulaan gerakan ke 2 sama dengan posisi permulaan
gerakan1, yaitu dengan tidur terlentang dengan kedua kaki fleksi dan
telapak kaki rata pada matras serta kedua tangan berada pada dada.
Mengkontraksikan otot perut dan memfleksikan kepala sehingga dagu
menyentuh dada dan bahu diangkat sampai lepas dari matras, kemudian
menahan 5 detik lalu lemas. Lakukan latihan ini 10-25 kali. Tidak boleh
melakukan bangun duduk.
d. Posisi gerakan 4
Permulaan gerakan 4 sama dengan posisi permulaan gerakan 1,
yaitu dengan tidur terlentang dengan kedua kaki fleksi dan telapak kaki
rata pada matras serta kedua tangan berada pada dada. Latihan sama
dengan posisi 3, tetapi kedua lutut dalam menekuk, naik ke atas dan
menarik dengan kedua tangan ke arah dada. Naikkan kepala dan bahu
dari matras. Latihan diulang 10 kali. Pada waktu menaikkan kedua
tungkai ke atas, sejauh mungkin tungkai dapat naik, lalu menarik dengan
kedua tangan mendekati dada.
20
e. Posisi gerakan 5
Gerakan ke 5 adalah salah satu tungkai lurus ke belakang, satu
tungkai lainnya menekuk ke depan, kedua tangan lurus menumpu pada
matras dan menyangga punggung lurus ke depan. Menggerakkan
punggung ke bawah sehingga dada ke paha beberapa kali. Setelah itu
menggerakkan pelvic ke atas dan ke bawah, bersama-sama pinggang
beberapa kali. Selanjutnya bergantian dengan tungkai yang lain. Lakukan
gerakan sebanyak 10 kali
f. Posisi gerakan 6
Posisi gerakan permulaan pada gerakan ke 6 adalah posisi
penderita berdiri dengan punggung bersandar pada dinding. Kedua kaki
berada pada 10-12 cm dari dinding. Gerakannya yaitu dengan meratakan
21
h. Posisi gerakan 8
22
i. Posisi gerakan 9
Posisi permulaan pada gerakan ke 9 adalah penderita berdiri
dengan punggung sedikit membungkuk, kedua lengan lurus ke bawah
agak ke depan, tungkai sedikit fleksi pada lutut, gerakan lanjutan pada
gerakan 9 adalah penderita dengan kedua tangan kaki tetap pada
tempatnya, duduk berjongkok dan kedua tangan menyentuh matras,
kemudian berdiri lagi. Ulangi tindakan ini sebanyak 10 kali.
E. Kerangka Konsep
Faktor individu:
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Merokok
4. IMT
5. Jasmani
Faktor Risiko
29 Padma S., Dwi NM., Prapti., Guru NK., Sulistiowati dan Dian NM. Pengaruh
Latihan Fleksi William Terhadap Skala Nyeri Punggung Bawah Pada
Pengrajin Ukiran. Jurnal Keperawatan. 2019. (7): 2.
Faktor pekerjaan:
1. Posisi kerja
2. Beban kerja
Nyeri Punggung
Bawah
Variabel Bebas
Latihan Fleksi
William
Variabel Terikat
Tingkatan Nyeri
Punggung Bawah
Ket:
v : Variabel yang tidak diteliti
: Variabel yang diteliti
F. Hipotesis
A. Desain Penelitian
Ket:
01 : Nyeri punggung bawah sebelum latihan fleksi william (stretching)
X : Pemberian latihan fleksi william (stretching)
02 : Nyeri punggung bawah sesudah latihan fleksi william (stretching).
1. Tempat
Tempat penelitian ini direncanakan di Wilayah Kerja Puskesmas
Pasangkayu Kabupaten Mamuju Utara Provinsi Sulawesi Barat.
2. Waktu
Waktu penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan
Juni tahun 2020.
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam
penelitian ini yaitu semua lansia penderita nyeri punggung bawah pada
bulan Januari-Maret (2020) yang tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas
Pasangkayu Kabupaten Mamuju sebanyak 30 orang.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus
Slovin sebagai berikut:
N
n =
1 + N (d)2
Keterangan:
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan atau ketetapan yang diinginkan (0,1)
30
n =
1 + 30 (0,1)2
30
n =
1 + 0,3
30
n =
1,3
n = 23,08 = 23 orang
berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti
sebagai berikut:
a. Inklusi
1) Lansia usia 45 tahun ke atas
2) Bersedia menjadi responden
3) Lansia yang sedang menderita nyeri punggung bawah
4) Lansia yang tidak mendapat terapi analgetik
b. Eksklusi
1) Lansia dengan gangguan kardiovaskular seperti gagal jantung akut
dan stadium akhir
2) Lansia yang menderita penyakit stroke
3) Lansia yang sedang melakukan terapi lain untuk menurunkan nyeri
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel lain, artinya apabila
variabel independen berubah maka akan mengakibatkan perubahan variabel
lain32. Variabel independen pada penelitian ini adalah latihan fleksi william
(stretching).
2. Variabel Dependen
Variabel dependen ataau nama lain adalah variabel terikat, ialah
variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain artinya dependen berubah
akibat perubahan pada variabel independen32. Variabel dependen pada
penelitian ini adalah tingkat nyeri punggung bawah.
E. Definisi Operasional
F. Instrumen Penelitian
2. Jenis Data
Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:
a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden. Data
yang diperoleh berupa tingkat nyeri punggung bawah sebelum dan
sesudah latihan fleksi william (stretching), serta data identitas dari
responden.
b. Data sekunder yaitu data yang bersumber dari arsip Puskesmas
Pasangkayu. Data ini berupa jumlah kasus nyeri punggung bawah pada
lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Pasangkayu.
H. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi
dari setiap variabel dan karakteristik responden, dengan rumus distribusi
frekuensi sebagai berikut33:
f
P= x 100 %
n
Keterangan:
P = Persentase
f = Frekuensi tiap kategori
n = Jumlah Sampel
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat perbedaan atau keterkaitan
antara dua variabel. Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Paired Sample t-test, dengan alasan karena kelompok data dalam
penelitian ini berpasangan, skala ukur penelitian yang digunakan adalah
33 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta; 2012.
31
rasio dan tujuan dari penelitian ini adalah melihat perbedaan data sebelum
dan sesudah perlakuan. Salah satu syarat uji Paired Sample t-test yaitu
datanya harus berdistribusi normal, sehingga sebelum data diuji
menggunakan Paired Sample t-test, akan dilakukan uji normalitas terebih
dulu untuk melihat data berdistribusi normal atau tidak. Jika data tidak
berdistribusi normal, maka alternatif uji yang digunakan adalah Wilcoxon
Signed Rank Test untuk melihat pengaruh antara variabel bebas dengan
variabel terikat, dengan interprestasi sebagai berikut33:
a. Ada pengaruh jika nilai p-value ≤ 0,05
b. Tidak ada pengaruh jika nilai p-value > 0,05.
32
DAFTAR PUSTAKA