Anda di halaman 1dari 35

0

PENGARUH LATIHAN FLEKSI WILLIAM (STRETCHING)


TERHADAP TINGKAT NYERI PUNGGUNG BAWAH
PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PASANGKAYU

PROPOSAL

RISNAH
201801263

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi sehat merupakan suatu hal yang mendasari di dalam kehidupan


manusia. Salah satu masalah kesehatan yang menjadi permasalahan saat ini
adalah penyakit tidak menular yaitu seperti penyakit gangguan
muskuloskeletal. Muskuloskeletal adalah suatu kondisi yang mengganggu
fungsi sendi, ligamen, otot, saraf dan tendon, serta tulang belakang1.
Nyeri punggung bawah merupakan salah satu penyakit gangguan
muskuloskeletal dan menjadi masalah kesehatan yang sering dijumpai di
masyarakat. World Health Organization (WHO) tahun 2018 menyatakan
bahwa kondisi muskuloskeletal adalah penyebab tertinggi kedua di dunia,
dengan nyeri punggung bawah menjadi penyebab utama kecacatan secara
global. Studi Global Burden of Disease (GBD) memberikan bukti dampak
kondisi muskuloskeletal, menyoroti beban disabilitas yang signifikan yang
terkait dengan kondisi ini. Sementara itu, prevalensi kondisi muskuloskeletal
bervariasi yaitu berdasarkan usia dan diagnosis, antara 20-33% orang di dunia
mengalami sakit karena kondisi muskuloskeletal2.
Nyeri punggung bawah paling banyak dikonsultasikan pada dokter
umum. Hampir 70-80% penduduk negara maju di dunia pernah mengalaminya.
Nyeri punggung bawah merupakan masalah kesehatan yang paling penting di
semua negara. Prevalensi sepanjang hidup (life time) populasi dewasa sekitar
70% dan prevalensi dalam 1 tahun antara 15-45%, dengan puncak prevalensi
terjadi pada usia 55 tahun ke atas. Kebanyakan nyeri punggung bawah akut
bersifat self limiting dan hanya 2-7% yang menjadi kronis3.

1 Harrianto. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


EGC; 2015

2 World Health Organization. Musculoskeletal Disorders. Geneva: WHO; 2018.

3 Ballantyne CJ. 2011. Low Back Pain. Newyork: McGraw Hill


2

Prevalensi nyeri punggung bawah di Indonesia tahun 2018 sebesar 18%,


angka ini mengalami peningkatan dari dua tahun terakhir, dimana pada tahun
2016 dengan prevalensi 15,8% dan pada tahun 2017 dengan prevalensi 16,2%.
Prevalensi nyeri punggung bawah meningkat sesuai dengan bertambahnya usia
dan paling sering terjadi pada usia lanjut. Penyebab nyeri punggung bawah
sebagian besar (85%) adalah nonspesifik, akibat kelainan pada jaringan lunak,
berupa cedera otot, ligamen, spasme atau keletihan otot. Penyebab lain yang
serius adalah spesifik antara lain, fraktur vertebra, infeksi dan tumor4.
Nyeri punggung bawah dapat memberikan dampak immobilitas fisik
pada lansia. Penurunan fungsi tubuh pada lansia akan mengakibatkan
permasalahan gangguan gerak dan fungsi lansia. Lansia mengalami penurunan
fungsi jalan, penurunan fungsi keseimbangan, penurunan kemandirian dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari dan penurunan kemampuan fungsional5.
Salah satu upaya yang dianggap tepat untuk mencegah peningkatan
keluhan nyeri punggung bawah adalah pemberian pelatihan peregangan atau
latihan Fleksi William (stretching). Latihan ini akan berdampak lebih baik
dibandingkan dengan bed rest. Penderita nyeri punggung bawah mungkin akan
beristirahat satu sampai dua hari ketika nyeri muncul tetapi setelah jangka
waktu tersebut nyeri biasanya akan semakin memburuk karena badan tidak
aktif. Tanpa latihan dan gerakan, otot punggung dan struktur tulang belakang
menjadi tidak terkondisi dengan bagus dan kurang mampu menopang tulang
belakang apalagi tungkai kaki. Hal tersebut dapat menyebabkan cidera kembali
dan spasme yang akan menimbulkan nyeri6.
Pemberian latihan Fleksi William (stretching) secara otomatis akan
melatih kekuatan otot panggul dan kemudian otot menjadi kuat dan lentur
sehingga nyeri akibat spasme otot dapat ditekan sedemikian rupa. Latihan

4 Kemenkes RI. Low Back Pain (LBP). 2018 [internet]. Available from:
http://www.yankes.kemkes.go.id/read-low-back-pain-lbp-5012.html

5 Martono H. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut): Olah Raga dan Kebugaran
pada Lanjut Usia. Jakarta: FKUI; 2011

6 Sadeli HA dan Tjahjono B. Nyeri Punggung Bawah. Yogyakarta: Nuha


Medika; 2012
3

Fleksi William dirancang untuk mengurangi nyeri pinggang dengan


memperkuat otot-otot yang memfleksikan lumbo-sacralspine, terutama otot
abdominal dan otot gluteusmaximus dan meregangkan kelompok otot ektensor
punggung bawah7.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusuma dan Setiowati (2015) di
Rumah Sakit Mardirahayu Kudus menunjukkan bahwa William Flexion
Exercise berpengaruh dalam meningkatan lingkup gerak sendi penderita low
back pain (nyeri punggung bawah). William Flexion Exercise dapat
meningkatkan lingkup gerak sendi dengan nilai rata-rata pada gerak fleksi
15,1˚ dengan nilai (p = 0,000), ekstensi 13,5˚, (p = 0,000), abduksi 10,3˚, (p =
0,000), adduksi 11,8˚ (p = 0,000)8.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Pasangkayu bahwa
jumlah lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Pasangkayu pada tahun 2017 yaitu
sebanyak 207 orang dan yang menderita nyeri punggung bawah sebanyak 63
lansia, tahun 2018 dengan jumlah lansia yaitu sebanyak 220 orang dan yang
menderita nyeri punggung bawah sebanyak 71 lansia, tahun 2019 dengan
jumlah lansia yaitu sebanyak 251 orang dan yang menderita nyeri punggung
bawah sebanyak 78 lansia. Sementara pada bulan Januari-Maret tahun 2020
jumlah lansia yang menderita nyeri punggung bawah yaitu sebanyak 30
pasien9.
Berdasarkan hasil wawancara awal pada 3 orang lansia yang menderita
nyeri punggung bawah di Wilayah Kerja Puskesmas Pasangkayu menunjukkan
bahwa selama merasakan nyeri pada bagian punggung bawah, mereka hanya
minum obat penurun nyeri sebagai alternatif penyembuhan. Belum ada

7 Luklukaningsih Z. Anatomi, Fisiologi, dan Fisioterapi. Yogyakarta: Nuha


Medika; 2013

8 Kusuma H dan Setiowati A. Pengaruh William Flexion Exercise Terhadap


Peningkatan Lingkup Gerak Sendi Penderita Low Back Pain di Rumah Sakit
Mardirahayu Kudus. Jurnal Keperawatan. 2015. (4): 3.

9 Puskesmas Pasangkayu. Laporan Kesehatan Puskesmas Pasangkayu. Mamuju:


Puskesmas Pasangkayu; 2020
4

tindakan nonfarmakologi yang dilakukan oleh para lansia selama menderita


nyeri punggung bawah tersebut.
Dari permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Latihan Fleksi William (Stretching)
Terhadap Tingkat Nyeri Punggung Bawah pada Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Pasangkayu”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat pengaruh


latihan Fleksi William (Stretching) terhadap tingkat nyeri punggung bawah
pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Pasangkayu?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis pengaruh latihan Fleksi William (Stretching)
terhadap tingkat nyeri punggung bawah pada lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Pasangkayu.

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingkat nyeri punggung bawah sebelum dilakukan
latihan Fleksi William (Stretching) pada lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Pasangkayu
b. Mengidentifikasi tingkat nyeri punggung bawah sesudah dilakukan
latihan Fleksi William (Stretching) pada lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Pasangkayu
c. Untuk menganalisis pengaruh latihan Fleksi William (Stretching)
terhadap tingkat nyeri punggung bawah pada lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Pasangkayu.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan (Pendidikan)


5

Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai bahan acuan untuk melakukan


penelitian lebih lanjut dan dapat dijadikan bahan literatur untuk kemajuan
pengetahuan khususnya dalam ilmu keperawatan.

2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai sumber informasi bagi
masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dalam mengatasi masalah
nyeri punggung bawah.

3. Bagi Instansi Tempat Meneliti


Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai sumber informasi, rujukan dan
bahan acuan tambahan dalam memberikan penyuluhan dan asuhan
keperawatan pada penderita nyeri punggung bawah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Lansia

1. Pengertian
Lansia (lanjut usia) merupakan seseorang yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupan. Kelompok yang dikategorikan lansia ini
akan mengalami suatu proses yang disebut Aging Process atau proses
penuaaan10. Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.
Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui
tiga tahap kehidupan yaitu anak, dewasa dan tua11.

2. Penggolongan Lansia
Pada lansia akan mengalami proses hilangnya kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri secara perlahan sehingga tidak dapat
mempertahankan tubuh dari infeksi dan tidak mampu memperbaiki jaringan
yang rusak12.
Menurut World Health Organization (WHO) ada beberapa batasan
umur lansia, yaitu13:
a. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun
b. Usia lanjut (fiderly): 60-74 tahun
c. Lansia tua (old): 75-90 tahun
d. Lansia sangat tua (very old): > 90 tahun

10 Wahyudi N. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC; 2012

11 Kholifah SN. Keperawatan Gerontik. Jakarta: Kemenkes RI; 2016.

12 Sunaryo, Wijayanti, Rahayu. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: CV


ANDI OFFSET; 2016.

13 Keliat BA. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC; 2011.


6

Batasan-batasan umur pada lansia sebagai berikut12:


a. Undang-undang nomor 13 tahun 1998 dalam bab 1 pasal 1 ayat 2 yang
berbunyi “ lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke
atas”.
b. World Health Organization (WHO), lansia dibagi menjadi 4 kriteria
yaitu usia pertengahan (middle ege) dari umur 45-59 tahun, lanjut usia
(elderly) dari umur 60-74 tahun, lanjut usia (old) dari umur 75-90 tahun
dan usia sangat tua (very old) ialah umur di atas 90 tahun.
c. Dra. Jos Mas (Psikologi UI) terdapat empat fase, yaitu: fase invenstus
dari umur 25-40 tahun, fase virilities dari umur 40-55 tahun, fase
prasenium dari umur 55-65 tahun dan fase senium dari 65 tahun sampai
kematian.

B. Tinjauan Umum Tentang Nyeri Punggung Bawah

1. Pengertian
Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan rasa
nyeri yang dirasakan pada punggung bawah yang sumbernya adalah tulang
belakang daerah spinal (punggung bawah), otot, saraf, atau struktur lainnya
di sekitar daerah tersebut. Nyeri punggung bawah dapat disebabkan oleh
penyakit atau kelainan yang berasal dari luar punggung bawah, misalnya
penyakit atau kelainan pada testis atau ovarium14.
Nyeri punggung bawah umumnya akan memberikan rasa nyeri pada
seseorang yang mengalaminya. Rasa nyeri dapat digambarkan sebagai
sensasi tidak menyenangkan yang terjadi bila mengalami cedera atau
kerusakan pada tubuh. Nyeri dapat terasa panas, gemetar,
kesemutan/tertusuk, atau ditikam. Nyeri akan menjadi suatu masalah
gangguan kesehatan dikarenakan dapat menganggu aktivitas yang akan
dilakukan15.
14 Suma’mur PK. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Sagung
Seto; 2011.

15 Eleanor B. Nyeri Punggung. Terjemahan oleh Juwalita Surapsari. Jakarta:


Erlangga; 2012.
7

2. Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah


Nyeri punggung bawah terbagi menjadi dua jenis yaitu16:
a. Acute nyeri punggung bawah
Acute nyeri punggung bawah ditandai dengan rasa nyeri yang
menyerang secara tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara
beberapa hari sampai beberapa minggu dan rasa nyeri ini dapat hilang
atau sembuh. Acute nyeri punggung bawah dapat disebabkan karena luka
traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang
sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga
dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih
serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh
sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang akut
terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.
b. Chronic nyeri punggung bawah
Rasa nyeri pada chronic nyeri punggung bawah bisa menyerang
lebih dari 3 bulan dan rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh
kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh
pada waktu yang lama. Chronic nyeri punggung bawah dapat terjadi
karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus
intervertebralis dan tumor.

3. Tanda dan Gejala


Keluhan nyeri punggung bawah sangat beragam, tergantung dari
patofisiologi, perubahan biokimia atau biomekanik dalam discus
intervertebralis. Bahkan pola patofisiologi yang serupa pun dapat
menyebabkan sindroma yang berbeda dari pasien. Pada umumnya sindroma
lumbal adalah nyeri. Sindroma nyeri muskulo skeletal yang menyebabkan
nyeri punggung bawah termasuk sindrom nyeri miofasial dan fibromialgia.
Nyeri miofasial khas ditandai nyeri dan nyeri tekan seluruh daerah yang
bersangkutan (trigger points), kehilangan ruang gerak kelompok otot yang

16 Bimariotejo. Low Back Pain (LBP). Yogyakarta: Nuha Medika; 2013


8

tersangkut (loss of range of motion) dan nyeri radikuler yang terbatas pada
saraf tepi. Keluhan nyeri sering hilang bila kelompok otot tersebut
diregangkan. Fibromialgia mengakibatkan nyeri dan nyeri tekan daerah
punggung bawah, kekakuan, rasa lelah, dan nyeri otot17.
Gejala penyakit punggung yang sering dirasakan adalah nyeri, kaku,
deformitas, dan paraestesia atau rasa lemah pada tungkai. Gejala serangan
pertama sangat penting. Pada awal kejadian serangan perlu diperhatikan,
yaitu apakah serangannya dimulai dengan tiba-tiba, mungkin setelah
menggeliat, atau secara berangsur-angsur tanpa kejadian apapun. Perhatikan
pula gejala yang ditimbulkan menetap atau kadang-kadang berkurang.
Selain itu juga perlu memperhatikan sikap tubuh, dan gejala yang penting
pula yaitu apakah adanya sekret uretra, retensi urine, dan inkontinensia18.

4. Penyebab Nyeri Punggung Bawah


Penyabab nyeri punggung bawah bermacam-macam, yang paling
banyak adalah penyebab sistem neuromuskuloskeletal. Di samping itu nyeri
punggung bawah dapat merupakan nyeri rujukan dari gangguan sistem
gastrointestinal, sistem genitorinaria atau sistem kardiovaskuler. Proses
infeksi, neoplasma dan inflasi daerah panggul dapat juga menimbulkan
nyeri punggung bawah. Penyebab sistem neuromuskuloskeletal dapat
diakibatkan beberapa faktor, yaitu19:
a. Otot
b. Discus intervertebralis
c. Sendi apofiseal, anterior, sakroiliaka
d. Kompresi saraf atau radiks
e. Metabolik
f. Psikogenik

17 Muttaqin A. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal: Aplikasi pada Praktik


Klinik Keperawatan. Jakarta: Buku kedokteran EGC; 2012
18 Apley. Diagnosis in Orthopaedics. English: Language Book Sosiety; 2013.

19 Aulia S. Nyeri Punggung Bawah, Dalam: Anatomi dan Fisiologi. Jakarta:


Salemba Medika; 2010.
9

g. Umur
Nyeri punggung dapat disebabkan oleh berbagai kelainan yang terjadi
pada tulang belakang, otot, discus intervertebralis, sendi, maupun struktur
lain yang menyokong tulang belakang. Kelainan tersebut antara lain19:
a. Kelainan kongenital atau kelainan perkembangan, seperti spondylosis
dan spondilolistesis, kiposcoliosis, spina bifida, ganggguan korda
spinalis
b. Trauma minor, seperti regangan, cedera whiplash
c. Fraktur, seperti traumatik misalnya jatuh, atraumatik misalnya
osteoporosis, infiltrasi neoplastik, steroid eksogen
d. Hernia discus intervertebralis
e. Degeneratif kompleks diskus misalnya osteofit, gangguan discus internal,
stenosisspinalis dengan klaudikasio neurogenik, gangguan sendi
vertebra, gangguan sendi atlantoaksial misalnya arthritis rheumatoid
f. Arthritis spondylosis, seperti artropati facet atau sacroiliaka, autoimun
misalnya ankylosing spondilitis, sindrom reiter
g. Neoplasma, seperti metastasisi, hematologic, tumor tulang primer
h. Infeksi/inflamasi, seperti osteomyelitis vertebral, abses epidural, sepsis
discus, meningitis, arachnoiditis lumbal.
i. Metabolik osteoporosis-hiperparatiroid
j. Vaskuler aneurisma aorta abdominalis, diseksi arteri vertebra
k. Lainnya, seperti nyeri alih dari gangguan visceral, sikap tubuh,
psikiatrik, sindrom nyeri kronik.

5. Faktor Risiko
Faktor risiko yang berperan pada kejadian nyeri punggung bawah
diantaranya20:
a. Faktor individu
1) Umur

20 Andini F. Risk Factors Of Low Back Pain In Workers. Jurnal Majority. 2015.
(4): 1.
10

Semakin bertambahnya umur seseorang, akan terjadi degenerasi


pada tulang, kepadatan tulang semakin menurun, sehingga mudah
mengalami keluhan musculoskeletal, hingga menimbulkan nyeri. Pada
usia 30 tahun, degenerasi terjadi pada kerusakan jaringan, penggantian
jaringan menjadi jaringan akut, serta pengurangan cairan, sehingga
stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang hingga mengalami
penurunan elastisitas pada tulang yang menyebabkan terjadinya nyeri
punggung bawah. Kekuatan otot berkurang 25% pada usia 50-60
tahun.
2) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya nyeri punggung bawah lebih banyak pada
wanita daripada laki-laki. Secara fisiologis, kemampuan otot wanita
lebih rendah daripada laki-laki. Selain itu, wanita dengan umur
kisaran 41-50 yang mulai memasuki masa menopause terjadi
penurunan hormon estrogen yang mengakibatkan kepadatan tulang
berkurang sehingga berisiko terjadinya nyeri punggung bawah.
3) Indeks Masa Tubuh (IMT)
Seseorang yang memiliki IMT ≥ 30 akan lebih rentan terkena
nyeri punggung bawah. IMT berkaitan erat dengan berat badan.
Semakin meningkat berat badan, maka beban tubuh juga semakin
bertambah. Tulang belakang akan semakin tertekan sehingga mudah
terjadi kerusakan pada struktur tulang belakang, dan lebih berisiko
untuk terjadinya trauma dan rasa nyeri.
4) Kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok erat kaitannya dengan kondisi kesegaran
tubuh seseorang, dimana kebiasaan merokok dapat menurunkan
kapasitas paru-paru sehingga kemampuan untuk mengkonsumsi
oksigen menurun dan akibatnya kesegaran tubuh juga akan menurun.
Kandungan oksigen dalam darah rendah, pembakaran karbohidrat
terhambat dan mengakibatkan tumpukan asam laktat sehingga dapat
menimbulkan rasa nyeri pada punggung bagian bawah.
5) Jasmani
11

Kesegaran jasmani dengan berolahraga dapat mencegah


terjadinya osteoporosis, mencegah penyakit musculoskeletal, serta
memperbaiki kualitas hidup seseorang. Olahraga akan memperkuat
otot-otot sekitar tulang belakang, membantu untuk mengurangi
tekanan dari tulang dan struktur statis lainnya di punggung. Olahraga
juga akan membantu mempertahankan fleksibilitas, yang akan
membantu mencegah otot-otot tegang di sekitar tulang belakang.
Olahraga yang dapat membantu mengurangi nyeri tulang belakang
adalah berenang. Berenang memperkuat otot dan tulang punggung
selain itu dapat mencegah dari stres yang berlebihan. Kurangnya
tulang kaku dan berkurangnya massa tulang, sehingga berisiko
terjadinya nyeri punggung bawah.
b. Faktor pekerjaan
1) Posisi tubuh saat bekerja
a) Duduk dan berdiri terlalu lama
Postur duduk dan berdiri terlalu lama dapat berisiko
terjadinya nyeri punggung bawah. Pada postur tubuh duduk
menurunkan lumbal lordosis dan meningkatkan aktivitas otot
punggung bawah, tekanan cakram, dan tekanan pada ischium yang
terkait dengan perkembangannya dari nyeri punggung bawah.
Postur duduk dalam waktu lama mengakibatkan tulang berada pada
posisi statis, sehingga tulang menjadi lebih kaku karena kurangnya
intensitas pergerakan tulang. Tulang yang kaku meningkatkan
resiko pegal, nyeri, dan gangguan pada tulang. Sedangkan, sikap
berdiri dalam waktu lama juga akan menyebabkan terjadinya beban
kerja statis pada otot punggung dan kaki. Kondisi tersebut juga
menyebabkan mengumpulnya darah pada anggota tubuh bagian
bawah sehingga beresiko menyebabkan nyeri pada bagian
punggung serta kaki
b) Membungkuk
Posisi membungkuk akan meregangkan jarak antara tulang-
tulang pinggang. Hal ini dapat menyebabkan cedera pada tulang
12

hingga menyebabkan nyeri punggung jika posisi membungkuk


dalam jangka waktu yang lama
2) Beban kerja
Beban kerja berlebih pada tulang menyebabkan cedera maupun
trauma pada jaringan lunak, sehingga terasa nyeri pada tulang
belakang, termasuk nyeri di daerah pinggang.

6. Patofisiologi
Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang
merangsang oleh berbgai stimulus lokal (mekanisme, ternal, kimiawi).
Stimulus ini akan direspon denagan pengeluaran berbagai mediator
inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri
merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga
proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah
spasma otot, yang selanjutnya akan menimbulkan iskemia. Nyeri yang
timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya
berbagai mediator inflamasi atau nyeri neoropatik yang diakibatkan lesi
primer pada sistem saraf.
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan dua
kemungkinan. Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus
saraf yang kaya nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri
inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan
peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua,
penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan
biomolekuler dimana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya.
Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang sangat
peka terhadap rangsang mekanikal seal ternal21.

7. Pencegahan Nyeri Punggung Bawah

21 Tanjung R. Diagnosis dan Penetalaksanaan Nyeri Punggung Bawah di


Puskesmas. Jakarta: Salemba Medika; 2012.
13

Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah nyeri


punggung bawah, di antaranya yaitu22:
a. Olahraga
Beberapa jenis olahraga yang bisa mengendalikan kekuatan otot
punggung adalah seperti senam, latihan streching dan renang. Senam dan
latihan streching bisa membuat otot punggung bekerja lebih kuat. Selain
itu renang juga bisa mengembalikan kekuatan otot dasar pada punggung.
b. Melakukan olahraga untuk membangun otot perut dan punggung
Cara ini bisa dilakukan bagi wanita maupun pria. Saat latihan
penderita nyeri punggung bawah atau orang yang belum menderita
penyakit ini harus menggunakan penyangga khusus untuk punggung
bawah. Latihan beban dan kekuatan pada perut dan punggung akan
membentuk kekuatan otot pada punggung.
c. Membuat badan tetap ideal
Mengendalikan berat badan sesuai dengan kekuatan tubuh, dapat
membuat punggung menjadi sehat. Berat badan yang berlebihan akan
membuat otot pungung menjadi lebih lemah dan memicu sakit pada
punggung bawah. Untuk mendapatkan kesehatan yang baik maka bisa
membuat menu makan yang sehat sehingga berat badan tetap ideal.

8. Upaya dalam Mengatasi Nyeri Punggung Bawah


Upaya dalam mengatasi nyeri punggung bawah menurut, yaitu19:
a. Memberikan kompresan
Pertolongan pertama yang bisa diakukan jika mengalami nyeri
punggung bawah adalah mengompres. Mengompres bagian nyeri akan
meredakan saraf dan otot yang menegang hingga. Pertama yang harus
dilakukan adalah mengompres bagian yang sakit selama 1 sampai 2 hari,
selama 20 menit tiap sesinya. Tahap ini merupakan tahap peradangan
awal yang butuh diberikan penanganan sederhana.

22 Alfiani L dan Basri SK. IMT dan Masa Kerja Terhadap Keluhan Nyeri
Punggung Bawah Pada Buruh Panggul. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2016.
(1): 4.
14

b. Tidur di posisi dan kasur yang nyaman


Atur posisi tidur dengan nyaman, tempatkan punggung pada posisi
tegak dan lurus. Usahakan leher, punggung, dan tulang ekor bawah
sejajar, maksudnya adalah jangan gunakan bantal atau penyangga di
kepala dahulu. Posisi dan alas tidur perlu diperhatikan karena setiap
orang berbeda, disesuaikan dengan struktur tubuh, ukuran tubuh, dan
kenyamanan yang didapat, sehingga penting dalam masa pemulihan nyeri
punggung bawah.
c. Minum obat pereda rasa nyeri
Obat pereda nyeri yang dijual di apotek boleh dikonsumsi jika
merasa nyeri punggung bawah yang dialami sakit tidak tertahankan. Obat
jenis ini memang diperlukan untuk menghilangkan nyeri saraf pada
tubuh. Tapi ingat, obat ini tidak bisa digunakan terus menerus.
Dianjurkan mulai membenahi gaya hidup dan kesehatan, contohnya
dengan melakukan peregangan pada otot-otot bagian belakang setelah
selesai berolahraga.
Hal-hal yang sebaiknya dihindari saat menderita nyeri punggung
bawah yaitu20:
a. Jangan duduk dan diam saja
Nyeri punggung bawah tidak dapat disembuhkan jika sering
mengistirahatkan tubuh. Tubuh, saraf, dan otot belakang memerlukan
peregangan ketika mereka meradang. Regangkan badan setiap 20 menit
sekali, dan jangan lupa regangkan kaki dan bagian tangan.
b. Makan terlalu banyak
Makan terlalu banyak bisa membuat nyeri punggung bawah makin
parah. Tubuh yang semakin bertambah berat, dapat memberikan
kontribusi untuk gejala yang berhubungan dengan tulang belakang,
seperti osteoporosis, osteoarthritis, reumatik, dan stenosis tulang
belakang.
c. Mengangkat barang berat
15

Nyeri punggung bawah bisa disebabkan gaya, daya, dan posisi


yang salah saat mengangkat barang berat. Sangat tidak dianjurkan untuk
mengangkat barang terlalu berat

9. Pengukuran Nyeri Menggunakan Visual Analog Scale (VAS)


VAS telah digunakan sangat luas dalam beberapa dasawarsa
belakangan ini dalam penelitian terkait nyeri dengan hasil yang handal,
valid dan konsisten. VAS adalah suatu instrumen yang digunakan untuk
menilai intensitas nyeri dengan menggunakan sebuah tabel garis 10 cm
dengan pembacaan skala 0–100 mm dengan rentangan makna23:
a. > 0 - <10 mm : Tidak nyeri
b. ≥ 10 - 30 mm : Nyeri ringan
c. > 30 - 70 mm : Nyeri sedang
d. > 70 - 90 mm : Nyeri berat
e. > 90 - 100 mm : Nyeri sangat berat
Cara penilaiannya adalah penderita menandai sendiri dengan pensil
pada nilai skala yang sesuai dengan intensitas nyeri yang dirasakannya
setelah diberi penjelasan dari peneliti tentang makna dari setiap skala
tersebut. Penentuan skor VAS dilakukan dengan mengukur jarak antara
ujung garis yang menunjukkan tidak nyeri hingga ke titik yang ditunjukkan
pasien.

0 mm 100 mm

0 mm 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 mm

Gambar 2.1 Skala VAS untuk Pasien dan untuk Fisioterapis


(Sumber: Perhimpunan Dokter Spesialis
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia 2010)

23 Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif


Indonesia. Panduan Tatalaksana Nyeri Operatif. Jakarta: PP IDSAI;
2010.
16

C. Tinjauan Umum Tentang Latihan Fleksi William (Stretching)

1. Pengertian
Latihan Fleksi William (stretching) adalah suatu latihan dengan
tujuan untuk mengulur otot-otot bagian posterior dan juga meningktakan
kekuatan otot abdominal. Latihan Fleksi William ini juga dapat
meningkatkan stabilitas lumbal karena secara aktif melatih otot-otot
abdominal, gluteus maksimus dan hamstring. Di samping itu latihan Fleksi
William dapat meningkatkan tekanan intra abdominal yang mendorong
kolumna vertebralis ke arah belakang, dengan demikian akan membantu
mengurangi hiperlordosis lumbal dan mengurangi tekanan pada diskus
intervertebralis yang dapat mengurangi nyeri pada daerah perut dan
punggung24.
Latihan Fleksi William diperkenalkan oleh Dr. Paul Williams.
Program latihan ini banyak ditujukan pada pasien-pasien kronik nyeri
punggung bawah dengan kondisi degenerasi corpus vertebra sampai pada
degenerasi diskus. Program latihan ini telah berkembang dan banyak
ditujukan pada laki-laki di bawah usia 50 tahun dan wanita di bawah usia 40
tahun yang mengalami lordosis lumbal yang berlebihan, penurunan space
diskus antara segmen lumbal dan gejala-gejala kronik nyeri punggung
bawah25.
Stretching (menggeliat) merupakan proses yang dilakukan untuk
menggerakkan atau memanjangkan otot agar bekerja secara optimal dan
menunjang aktivitas tubuh ketika berolahraga atau menjalankan aktivitas

24 Yulitania DD. Perbedaan Pengaruh Peregangan dan William Flexion


Exercise Terhadap Nyeri Punggung Bawah Non Spesifik pada Pemetik Teh
Jamus. Naskah Publikasi. 2015. [internet]. Available from:
http://eprints.ums.ac.id/39199/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf.

25 Abdullah K. Terapi Latihan William Flexion Dapat Mengurangi Nyeri


Punggung Bawah Pada Pekerja Garmen Di Batik “N” Surakarta. Jurnal Insan
Cendekia. 2015. (2):1.
17

sehari-hari26. Stretching adalah gerakan yang dilakukan untuk meregangkan


otot atau tendon sehingga otot yang kaku menjadi fleksibel kembali dan
rentang gerak (range of motion) jadi lebih besar. Hasilnya adalah otot yang
tadinya kaku terasa menjadi nyaman dan lebih mudah untuk dipakai
bergerak kembali27.

2. Langkah-langkah Latihan Fleksi William


Latihan Fleksi William ini dirancang untuk mengurangi nyeri
pinggang dengan memperkuat otot-otot yang memfleksikan lumbo sacral
spine, terutama otot abdominal dan otot gluteus maksimus dan
meregangkan kelompok ekstensor punggung bawah7. Langkah-langkah
pelaksanaan latihan Fleksi William yaitu24:
a. Posisi gerakan 1
Posisi permulaan saat gerakan 1. Penderita tidur terlentang di atas
matras yang enak tetapi agak keras. Kedua lutut menekuk dan kedua kaki
rata pada permukaan matras.

Gambar 2.1. Posisi Permulaan Gerakan 1


(Sumber: Yulitania 2015)

26 Tollison T. Modern Stretching. Exercise and Sport Science University of Utah.


JKM. 2015. (1):2.

27 Anderson B. Stretching (Peregangan). Jakarta: PT.Serambi Ilmu Semesta;


2011.
18

Gambar 2.2. Posisi Gerakan 1


(Sumber: Yulitania 2015)

Kemudian meratakan pinggang dengan menekan pinggang ke


bawah melawan matras dengan mengontraksikan otot perut dan otot
pantat. Setiap kontraksi ditahan 5 detik kemudian lemas. Mengulangi
latihan ini 10 kali. Usahakan pada waktu lemas pinggang tetap rata.
Untuk meyakinkan, letakan tangan di bawah tengah pinggang.

b. Posisi gerakan 2
Posisi permulaan gerakan ke 2 sama dengan posisi permulaan
gerakan1, yaitu dengan tidur terlentang dengan kedua kaki fleksi dan
telapak kaki rata pada matras serta kedua tangan berada pada dada.
Mengkontraksikan otot perut dan memfleksikan kepala sehingga dagu
menyentuh dada dan bahu diangkat sampai lepas dari matras, kemudian
menahan 5 detik lalu lemas. Lakukan latihan ini 10-25 kali. Tidak boleh
melakukan bangun duduk.

Gambar 2.3. Posisi Permulaan Gerakan 2


19

(Sumber: Yulitania 2015)


c. Posisi gerakan 3
Gerakan permulaan pada gerakan 3 masih sama dengan posisi
permulaan pada gerakan 1, yaitu dengan tidur terlentang dengan kedua
kaki fleksi dan telapak kaki rata pada matras serta kedua tangan berada di
dada. Kemudian memfleksikan satu lutut ke arah dada sejauh mungkin,
dan kedua tangan mencapai paha belakang dan menarik lutut ke dada.
Pada waktu yang sama angkatlah kepala hingga dagu menyentuh dada
dan bahu lepas dari matras, dan menahannya selama 5 detik. Latihan
diulang dengan tungkai yang lain. Lakukan sebanyak 10 kali. Tidak
melakukan dengan kedua tungkai lurus naik, sebab memperberat problem
pinggangnya.

Gambar 2.4. Posisi Permulaan Gerakan 3


(Sumber: Yulitania 2015)

d. Posisi gerakan 4
Permulaan gerakan 4 sama dengan posisi permulaan gerakan 1,
yaitu dengan tidur terlentang dengan kedua kaki fleksi dan telapak kaki
rata pada matras serta kedua tangan berada pada dada. Latihan sama
dengan posisi 3, tetapi kedua lutut dalam menekuk, naik ke atas dan
menarik dengan kedua tangan ke arah dada. Naikkan kepala dan bahu
dari matras. Latihan diulang 10 kali. Pada waktu menaikkan kedua
tungkai ke atas, sejauh mungkin tungkai dapat naik, lalu menarik dengan
kedua tangan mendekati dada.
20

Gambar 2.5. Posisi Permulaan Gerakan 4


(Sumber: Yulitania 2015)

e. Posisi gerakan 5
Gerakan ke 5 adalah salah satu tungkai lurus ke belakang, satu
tungkai lainnya menekuk ke depan, kedua tangan lurus menumpu pada
matras dan menyangga punggung lurus ke depan. Menggerakkan
punggung ke bawah sehingga dada ke paha beberapa kali. Setelah itu
menggerakkan pelvic ke atas dan ke bawah, bersama-sama pinggang
beberapa kali. Selanjutnya bergantian dengan tungkai yang lain. Lakukan
gerakan sebanyak 10 kali

Gambar 2.6. Posisi Permulaan Gerakan 5


(Sumber: Yulitania 2015)

f. Posisi gerakan 6
Posisi gerakan permulaan pada gerakan ke 6 adalah posisi
penderita berdiri dengan punggung bersandar pada dinding. Kedua kaki
berada pada 10-12 cm dari dinding. Gerakannya yaitu dengan meratakan
21

punggung melawan dinding dengan menjaga punggung rata, penderita


berjalan menjauhi dinding. Menahan punggung rata 10 detik, kemudian
menaikkan waktu untuk menahan punggung rata, dengan semampu
kekuatan penderita

Gambar 2.7. Posisi Permulaan Gerakan 6


(Sumber: Yulitania 2015)
g. Posisi gerakan 7
Posisi gerakan permulaan pada gerakan ke 7 yaitu posisi permulaan
penderita tidur terlentang dengan kedua tangan lurus ke atas, dengan
kedua lutut menekuk. Gerakannya yaitu penderita bangun dengan kedua
lengan lurus. Ulangi gerakan sebanyak 10 kali. Gerakan ini jarang
dilakukan sebab memperberat problem pinggang penderita.

Gambar 2.8. Posisi Permulaan Gerakan 7


(Sumber: Yulitania 2015)

h. Posisi gerakan 8
22

Posisi gerakan 8 adalah penderita tegak dengan kedua tungkai lurus


ke depan. Selanjutnya dengan kedua tangan lurus ke depan badan
membungkuk mencapai jari-jari kaki. Kepala dan punggung atas tidak
boleh fleksi, supaya tidak menimbulkan problem pada punggungnya.

Gambar 2.9. Posisi Permulaan Gerakan 8


(Sumber: Yulitania 2015)

i. Posisi gerakan 9
Posisi permulaan pada gerakan ke 9 adalah penderita berdiri
dengan punggung sedikit membungkuk, kedua lengan lurus ke bawah
agak ke depan, tungkai sedikit fleksi pada lutut, gerakan lanjutan pada
gerakan 9 adalah penderita dengan kedua tangan kaki tetap pada
tempatnya, duduk berjongkok dan kedua tangan menyentuh matras,
kemudian berdiri lagi. Ulangi tindakan ini sebanyak 10 kali.

Gambar 2.10. Posisi Permulaan Gerakan 2


(Sumber: Yulitania 2015)
3. Fungsi dan Manfaat Latihan Stretching
23

a. Meningkatkan aliran darah (mencegah pengerasan pembuluh darah)


b. Meningkatkan produksi cairan sinovial yang berfungsi melumasi sendi
(penting untuk mencegah radang sendi).
c. Mempertahankan postur dan keseimbangan tubuh.
d. Melemaskan dan melenturkan otot dan meningkatkan rentang gerak. Jika
dilakukan dengan benar dan teratur, stretching menurunkan risiko cedera
akibat olahraga.
e. Mengurangi sakit otot yang sering terjadi setelah olahraga dengan cara
mempercepat pembuangan asam laktat yang menumpuk saat working
out.
f. Otot yang lentur mengurangi risiko cedera saat melakukan kegiatan
sehari-hari28.

D. Pengaruh Latihan Fleksi William (Stretching) Terhadap Tingkat Nyeri


Punggung Bawah

Latihan Fleksi William (stretching) telah menjadi dasar dalam


manajemen nyeri punggung bawah selama beberapa tahun untuk mengobati
beragam problem nyeri punggung bawah berdasarkan temuan diagnosis.
Dalam beberapa kasus, program latihan ini digunakan ketika penyebab
gangguan berasal dari facet joint (kapsul-ligamen), otot, serta degenerasi
korpus dan diskus. William menjelaskan bahwa pada posisi posterior pelvic
tilting adalah penting untuk memperoleh hasil terbaik. Adapun tujuan dari
Latihan Fleksi William merupakan latihan untuk mengurangi nyeri,
memberikan stabilitas lower trunk melalui perkembangan secara aktif pada otot
abdominal, gluteus maksimus, dan hamstring, untuk meningkatkan
fleksibilitas/elastisitas pada group otot fleksor hip dan lower back

28 Fondy T. Sport Massage Panduan Praktis Merawat dan Mereposisi Cedera


Tubuh. Jakarta: Gramedia; 2016.
24

(sacrospinalis), serta untuk mengembalikan/menyempurnakan keseimbangan


kerja antara group otot postural fleksor dan ekstensor29.
Terapi latihan peregangan dapat membantu meningkatkan fleksibilitas
otot-otot yang menegang dan mempengaruhi saraf. Latihan peregangan juga
dapat membantu menjaga tubuh tetap sehat dan bugar dalam jangka waktu
panjang. Selain itu latihan ini juga dapat meningkatkan sirkulasi darah dan
meningkatkan oksigenasi sel. Dengan cara itu latihan peregangan dapat
mengurangi gejala kekurangan oksigen sel yang dapat menyebabkan
peningkatan asam laktat sehingga menimbulkan nyeri30.

E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut:

Faktor individu:
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Merokok
4. IMT
5. Jasmani
Faktor Risiko
29 Padma S., Dwi NM., Prapti., Guru NK., Sulistiowati dan Dian NM. Pengaruh
Latihan Fleksi William Terhadap Skala Nyeri Punggung Bawah Pada
Pengrajin Ukiran. Jurnal Keperawatan. 2019. (7): 2.

30 Prasetyo SN. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha


Ilmu; 2010.
25

Faktor pekerjaan:
1. Posisi kerja
2. Beban kerja
Nyeri Punggung
Bawah

Variabel Bebas

Latihan Fleksi
William

Variabel Terikat

Tingkatan Nyeri
Punggung Bawah

Gambar 2.11 Kerangka Konsep

Ket:
v : Variabel yang tidak diteliti
: Variabel yang diteliti

F. Hipotesis

Terdapat pengaruh latihan fleksi william (stretching) terhadap tingkat


nyeri punggung bawah pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Pasangkayu.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode penelitian yang


digunakan adalah metode eksperimen, dengan desain eksperimen semu (Quasi
Eksperimen) dan menggunakan rancangan pre-post test without control dalam
satu kelompok atau One Group Pretest-Postest Design, yaitu menggunakan
hubungan sebab akibat dengan melibatkan satu kelompok subyek tanpa
kontrol31. Secara sederhana desain penelitian bentuk One Group Pre-Post Test
Design dapat dilihat sebagai berikut:

Pretest (01) Perlakuan (X) Postest (02)

Gambar 3.1. Skema Rancangan Penelitian

Ket:
01 : Nyeri punggung bawah sebelum latihan fleksi william (stretching)
X : Pemberian latihan fleksi william (stretching)
02 : Nyeri punggung bawah sesudah latihan fleksi william (stretching).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat
Tempat penelitian ini direncanakan di Wilayah Kerja Puskesmas
Pasangkayu Kabupaten Mamuju Utara Provinsi Sulawesi Barat.

2. Waktu
Waktu penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan
Juni tahun 2020.

31 Sarwono J. Metode Riset Skripsi Pendekatan Kuantitatif Menggunakan


Prosedur SPSS. Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2012.
26

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam
penelitian ini yaitu semua lansia penderita nyeri punggung bawah pada
bulan Januari-Maret (2020) yang tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas
Pasangkayu Kabupaten Mamuju sebanyak 30 orang.

2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus
Slovin sebagai berikut:
N
n =
1 + N (d)2

Keterangan:
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan atau ketetapan yang diinginkan (0,1)

30
n =
1 + 30 (0,1)2

30
n =
1 + 0,3

30
n =
1,3

n = 23,08 = 23 orang

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik purposive


sampling yaitu suatu teknik yang didasarkan pada suatu pertimbangan
tertentu yang dibuat oleh peneliti. Adapun pertimbangan tersebut sudah
27

berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti
sebagai berikut:
a. Inklusi
1) Lansia usia 45 tahun ke atas
2) Bersedia menjadi responden
3) Lansia yang sedang menderita nyeri punggung bawah
4) Lansia yang tidak mendapat terapi analgetik
b. Eksklusi
1) Lansia dengan gangguan kardiovaskular seperti gagal jantung akut
dan stadium akhir
2) Lansia yang menderita penyakit stroke
3) Lansia yang sedang melakukan terapi lain untuk menurunkan nyeri

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel lain, artinya apabila
variabel independen berubah maka akan mengakibatkan perubahan variabel
lain32. Variabel independen pada penelitian ini adalah latihan fleksi william
(stretching).

2. Variabel Dependen
Variabel dependen ataau nama lain adalah variabel terikat, ialah
variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain artinya dependen berubah
akibat perubahan pada variabel independen32. Variabel dependen pada
penelitian ini adalah tingkat nyeri punggung bawah.

E. Definisi Operasional

1. Latihan Fleksi William (Stretching)


Definisi : Gerakan yang dilakukan untuk meregangkan otot atau tendon
yang diberikan selama 2 minggu (3 x latihan dalam
32 Sastroasmoro S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung
Seto; 2014.
28

seminggu) dengan durasi ± 30 menit perlatihan sehingga otot


yang kaku menjadi fleksibel kembali dan diharapkan dapat
menurunkan nyeri punggung bawah pada lansia
Alat ukur : Satuan Operasional Prosedur (SOP) fleksi william
2. Tingkat Nyeri Punggung Bawah (Pretest)
Definisi : Tingkat nyeri yang diraskan responden pada punggung
bagian bawah sebelum melakukan latihan fleksi william
(stretching)
Alat ukur : Lembar pemeriksaan Visual Analog Scale (VAS).
Skala ukur : Numerik
Hasil ukur : 4 = Tidak nyeri, jika rentang >0 -<10 mm
3 = Ringan, jika rentang ≥10-30 mm
2 = Sedang, jika rentang >30-70 mm
1 = Berat, jika rentang >70-90 mm
0 = Sangat berat, ≥ 90 - 100 mm
3. Tingkat Nyeri Punggung Bawah (Posttest)
Definisi : Tingkat nyeri yang diraskan responden pada punggung
bagian bawah sesudah melakukan latihan fleksi william
(stretching)
Alat ukur : Lembar pemeriksaan Visual Analog Scale (VAS).
Skala ukur : Numerik
Hasil ukur : 4 = Tidak nyeri, jika rentang >0 -<10 mm
3 = Ringan, jika rentang ≥10-30 mm
2 = Sedang, jika rentang >30-70 mm
1 = Berat, jika rentang >70-90 mm
0 = Sangat berat, ≥ 90 - 100 mm

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar VAS


untuk mengukur derajat nyeri punggung bawah yang dirasakan oleh lansia.
Lembar VAS ini menunjukkan tidak nyeri sampai nyeri yang hebat dengan
rentang >0-<10 mm = tidak nyeri, ≥10-30 mm = nyeri ringan, >30-70 mm =
29

nyeri sedang, >70-90 mm = nyeri berat, dan ≥ 90 – 100 mm = nyeri sangat


berat. Selain itu menggunakan SOP fleksi william (stretching).

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Cara Pengumpulan Data


a. Prestest
1) Peneliti melakukan survey pendahuluan untuk mengetahui besar
populasi.
2) Setelah itu, peneliti melakukan skrining atau validasi ketika berada di
Wilayah Kerja Puskesmas Pasangkayu.
3) Saat melakukan validasi, peneliti akan mendapatkan data berupa skor
skala nyeri pungung bawah pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Pasangkayu sebelum dilakukan latihan fleksi william (stretching).
4) Setelah memperoleh skor skala nyeri dari lansia yang mengalami
nyeri punggung bawah, maka peneliti melakukan Informed Consent
pada lansia yang menjadi sampel untuk melakukan latihan fleksi
william (stretching).
5) Sebelum memberikan Informed Consent, peneliti akan menjelaskan
kepada lansia terkait tujuan dan manfaat penelitian.
6) Data pretest akan diambil pada hari pertama penelitian
b. Intervensi (latihan fleksi william)
1) Latihan fleksi william (stretching) akan diadakan selama 2 minggu
dengan frekuensi 3 kali latihan dalam seminggu, sehingga total latihan
fleksi william (stretching) selama penelitian ini sebanyak 6 kali
latihan dengan durasi latihan yaitu ± 30 menit perlatihan.
2) Latihan fleksi william (stretching) akan dipandu oleh tenaga
kesehatan Puskesmas Pasangkayu yang telah terlatih
c. Posttest
Setelah diadakan latihan fleksi william (stretching) selama 2
minggu, kemudian diukur kembali skala nyeri punggung bawah pada
lansia untuk mengetahui perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah
30

dilakukannya latihan fleksi william (stretching). Data posttest akan


diambil pada hari terakhir penelitian, yaitu setelah 10 menit selesai
melakukan latihan fleksi william (stretching) yang ke 6 kalinya.

2. Jenis Data
Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:
a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden. Data
yang diperoleh berupa tingkat nyeri punggung bawah sebelum dan
sesudah latihan fleksi william (stretching), serta data identitas dari
responden.
b. Data sekunder yaitu data yang bersumber dari arsip Puskesmas
Pasangkayu. Data ini berupa jumlah kasus nyeri punggung bawah pada
lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Pasangkayu.

H. Analisis Data

1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi
dari setiap variabel dan karakteristik responden, dengan rumus distribusi
frekuensi sebagai berikut33:
f
P= x 100 %
n
Keterangan:
P = Persentase
f = Frekuensi tiap kategori
n = Jumlah Sampel

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat perbedaan atau keterkaitan
antara dua variabel. Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Paired Sample t-test, dengan alasan karena kelompok data dalam
penelitian ini berpasangan, skala ukur penelitian yang digunakan adalah
33 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta; 2012.
31

rasio dan tujuan dari penelitian ini adalah melihat perbedaan data sebelum
dan sesudah perlakuan. Salah satu syarat uji Paired Sample t-test yaitu
datanya harus berdistribusi normal, sehingga sebelum data diuji
menggunakan Paired Sample t-test, akan dilakukan uji normalitas terebih
dulu untuk melihat data berdistribusi normal atau tidak. Jika data tidak
berdistribusi normal, maka alternatif uji yang digunakan adalah Wilcoxon
Signed Rank Test untuk melihat pengaruh antara variabel bebas dengan
variabel terikat, dengan interprestasi sebagai berikut33:
a. Ada pengaruh jika nilai p-value ≤ 0,05
b. Tidak ada pengaruh jika nilai p-value > 0,05.
32

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai