Anda di halaman 1dari 22

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 3

“Asuhan Keperawatan dengan Klien Low Back Pain”

Dosen Pengampu :
Sukarni, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun Oleh:

Zenita Indra Ramadhita I1031191027


Hana Ulfiah I1031191028
Putri Reishi Vitaliana Chesar I1031191029
Nina Chahya Wahyuni I1031191030
Alvina Tantriati I1031191031
Ihsan Hadi Nugroho I1031191032
Tari Dwi Sundari Khairanita I1031191033

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan nyeri yang
dirasakan pada daerah punggung bawah di daerah diskus invertebralis lumbal
bawah L4 - L5 dan L5 - S, yang disertai nyeri menjalar hingga ke tumit kaki
(Pheasant 1991). Kondisi ini dominan terjadi dapat dikarenakan duduk yang
terlalu lama dan posisi yang salah sehingga menyebabkan otot punggung kaku
yang dapat merusak jaringan disekitarnya (Harwanti, S & Panuwun Joko Nur
Cahyo 2018).
Berdasarkan WHO, low back pain merupakan masalah kesehatan yang
sering dijumpai di masyarakat. Sekitar 70-80% penduduk negara maju mengalami
low back pain dan 15- 45% sebagai penderita dan 1:20 dirawat dengan serangan
akut dengan rentang yang mengalami adalah usia 35-55 tahun. Hasil studi yang
dilakukan menurut Mortimer, Pernold & Wiktorin (2007); WHO (2013) dalam
(Kusuma and Setiowati 2015) bahwa di negara berkembang 33% penduduk
mengalami nyeri persisten. Nyeri yang terjadi berhubungan depresi, sehingga
mengganggu kualitas hidup dan kemampuan aktivitas pekerja. Hasil
penelitiannya memberikan gambaran nyeri yang terjadi berupa neuralgia dengan
56% dialami di regio thorax, 13% di bagian wajah, 13% di regio lumbal dan 11%
di regio servikal.
Penelitian dari kelompok studi nyeri menurut Perhimpunan Dokter Saraf
Indonesia (PERDOSSI) menemukan sebanyak 35,86% dari total kunjungan
pasien nyeri punggung bawah 45% dari penderita low back pain adalah wanita
dan presentase penderita tertinggi pada rentang umur 41 hingga 60 tahun
(Publikasi, 2017)
Menurut penelitian (Harwanti, S & Panuwun Joko Nur Cahyo 2018)
menunjukkan umur, kebiasaan olahraga, masa kerja mempengaruhi terjadinya
low back pain. Wahab (2019) menyampaikan bahwa penyebab utama low back
pain adalah faktor ergonomi. Berdasarkan Bajwa & Kaur dalam (Patrianingrum,
Oktaliansah, and Surahman 2015) mengatakan faktor pencetus lainnya adalah
pekerjaan yang memerlukan pengulangan gerakan berlebihan sehingga
menimbulkan cedera otot dan saraf, posisi yang tidak mendukung, posisi statis
atau diam tidak bergerak dalam jangka waktu lama, membungkuk, memutar serta
waktu istirahat yang tidak memadai.
Untuk mengatasi kondisi low back pain salah satu penatalaksanaannya
adalah fisioterapi. Berdasarkan Wibowo dalam (Kusuma and Setiowati 2015)
adapun macam fisioterapi salah satunya adalah latihan fisik. Hasil penelitian
tersebut menunjukan bahwa latihan fisik dengan pemberian William Flexion
Exercise dapat meningkatkan lingkup gerak sendi penderita low back pain. Selain
itu penelitian (Harwanti, Ulfah, and Nurcahyo 2019) menunjukkan ada efek
pemberian latihan peregangan dengan William Flexion Exercise terhadap
pengurangan keluhan low back pain. (Simanjuntak, Silitonga, & Aryani, 2020)
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari low back pain?
2. Apa saja penyebab dari low back pain?
3. Bagaimana patofisiologis dari low back pain?
4. Bagaimana pathway dari low back pain?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari low back pain?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari low back pain?
7. Bagaiamana penatalaksanaan dari low back pain?
8. Apa saja komplikasi dari low back pain?
9. Apa saja Evidence Based Practice (EBP) dari low back pain?
10. Bagaimana pengkajian dari low back pain?
11. Bagaimana analisa data dari low back pain?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas paper pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
(KMB) 3.
2. Tujuan Khusus
Untuk membantu mahasiswa-mahasiswi mengerti serta memahami tentang:
a. Konsep dasar penyakit low back pain (definisi, etiologi, manifestasi
klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, komplikasi)
b. Patofisiologi dan pathway
c. Evidence Based Practice (EBP)
d. Asuhan keperawatan pada klien dengan low back pain
1.4. Metode Penelitian
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu jurnal dari internet
dan web resmi yang membahas low back pain atau yang dikenal dengan sakit
punggung bawah, kemudian metode analisis dilakukan dengan memilih jurnal
penelitian sesuai kriteria inklusi dan di analisis terhadap isi dan hasil penemuan
dalam penelitian tersebut (Ramdhani, Ramdhani, & Amin, 2014).
BAB II
KONSEP PENYAKIT
2.1 Definisi
Nyeri Punggung Bawah atau Low Back Pain (LBP) adalah suatu keadaan
dengan rasa tidak nyaman atau nyeri akut pada daerah ruas lumbalis kelima dan
sarkalis (L5-S1). Nyeri punggung bawah biasanya mengacu pada nyeri di jaringan
daerah lumbosakral, seperti otot, tendon, cakram intervertebralis dan sendi facet. Rasa
sakit bisa menyebar ke pantat dan bagian belakang paha. (Wahab, 2019). Umumnya
tidak menjalar ke bawah lutut kecuali disertai penekanan radiks saraf
tambahan yang menyebabkan skiatika. (Davey, 2006). Nyeri punggung bawah dapat
timbul secara tiba-tiba atau bertahap, nyeri yang dirasakan dapat berupa nyeri yang
disertai sensasi panas, sama-samar, menusuk, dengan intensitas ringan hingga berat
(Duthey, 2013). Nyeri punggung bawah dilihat dari lama terjadinya nyeri dapat
dibedakan menjadi nyeri punggung bawah akut (<6 minggu), subakut (6-12 minggu),
dan kronis (>12 minggu). (Artana, 2016).
Low back Pain (LBP) adalah nyeri pada punggung bawah yang bersumber
dari tulang belakang yaitu pada daerah spinal (punggung bawah), otot, saraf, atau
struktur lainnnya di sekitar daerah tersebut. LBP dapat disebabkan oleh penyakit atau
kelainan yang berasal dari luar punggung bawah misalnya, penyakit atau kelainan
pada testis atau ovarium (Helmi, 2014). LBP merupakan salah satu gangguan
muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik. Low Back
Pain (LBP) dapat disimpulkan sebagai rasa sakit atau nyeri pada bagian tulang
belakang antara tulang rusuk sampai tulang ekor dan dapat pula menjalar ke daerah
lain seperti pada daerah punggung bagian atas atau pangkal paha serta rasa sakit atau
nyeri tersebut bisa disebabkan karena aktivitas tubuh yang kurang baik (Atmantika,
2014).
Prevalensi LBP secara global sebesar 84% dari seluruh populasi. 23%
diantaranya mengalami LBP kronis dengan sekitar 12% mengalami disabilitas.
Setidaknya 5% hingga 10% dari keseluruhan individu yang pernah mengalami LBP di
usia produktif akan berkembang menjadi LBP kronis di masa lanjut usia. Usia puncak
LBP kronis berada di usia 50 hingga 55 tahun. (Meucci RD, 2015). Jumlah penderita
LBP di Indonesia menurut (PERDOSSI, 2007) yaitu sebanyak 35,86 persen dari total
kunjungan pasien nyeri. 65,5% dari penderita LBP adalah wanita, dan persentase
penderita tertinggi pada rentang umur 41 - 60 tahun. Berdasarkan penelitian di
Indonesia, prevalensi penderita penyakit muskuloskeletal tertinggi menurut pekerjaan
adalah petani (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013).
2.2 Etiologi
Low back pain disebabkan oleh beberapa kelainan pada tulang belakang, otot,
diskus intervertebralis, sendi, maupun struktur penyokong lainnya yang ada pada
tulang belakang, regangan pada lumbosakral bersifat akut, kelemahan pada otot dan
ketidakstabilan ligamen lumbosakral, osteoathritis tulang belakang, stenosis tulang
belakang, ketidaksamaan diskus intervertebra, penyebab lain seperti lansia (perubahan
struktur tulang belakang), gangguan ginjal, masalah pada pelvis, tumor retroperineal,
aneurisma abdominal serta masalah psikosomatik (Muttaqin A. , 2011).
2.3 Patofisiologi
Low Back Pain (LBP) disebabkan oleh penggunaan otot yang berlebihan
(overuse). Pengunaan otot yang berlebihan dapat terjadi pada saat tubuh
dipertahankan dalam posisi statik atau postur yang salah untuk jangka waktu yang
cukup lama di mana otototot di daerah punggung akan berkontraksi untuk
mempertahankan postur tubuh yang normal, atau pada saat aktivitas yang
menimbulkan beban mekanik yang berlebihan pada otot-otot punggung bawah,
misalnya mengangkat beban-beban yang berat dengan posisi yang salah (tubuh
membungkuk dengan lutut lurus dan jarak beban ke tubuh cukup jauh). Penggunaan
otot yang berlebihan ini menimbulkan iskemia dan inflamasi (Arya, 2014). Setiap
gerakan otot akan menimbulkan nyeri sekaligus akan menambah spasme otot. Karena
terdapat spasme otot, lingkup gerak punggung bawah menjadi terbatas. Mobilitas
lumbal menjadi terbatas, terutama untuk gerakan membungkuk (fleksi) dan memutar
(rotasi). Nyeri dan spasme otot seringkali membuat individu takut menggunakan otot-
otot punggungnya untuk melakukan gerakan pada lumbal. Selanjutnya akan
menyebabkan perubahan fisiologis pada otot-otot tersebut, yaitu berkurangnya massa
otot dan penurunan kekuatan otot. Akhirnya individu akan mengalami penurunan
tingkat aktivitas fungsionalnya (Bahrudin, 2018). Keluhan low back pain yaitu nyeri,
spasme, dan adanya keterbatasan fungsional yang berhubungan dengan mobilitas
lumbal. Nyeri dan spasme otot seringkali membuat seseorang enggan menggerakan
lumbalnya, sehingga menyebabkan perubahan fisiologi pada otot tersebut yaitu
berkurangnya masa otot dan penurunan kekuatan otot, akhirnya menimbulkan
penurunan aktifitas fungsionalnya (Pramita, 2014)
2.4 Manifestasi Klinis
Gejala low back pain pada setiap individu yang merasakannya berbeda – beda.
Pada dasarnya individu merasakan nyeri saat berbaring, namun ada yang mengatakan
8 tidur tidak menimbulkan nyeri. Namun pada umumnya low back pain dirasakan
ketika individu membungkuk atau mengangkat beban yang terlalu berat dan
mengadahkan tubuh kebagian belakang. Pada minggu ke 2-4 minggu episode akut
akan berangsur sembuh. Rentang nyeri pada masing – masing individu berbeda
(Noor, 2014).
2.5 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada untuk low back pain
menurut (Arif, 2018) yaitu sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin dilakukan sesuai indikasi, berguna untuk
melihat laju endap darah (LED), morfologi darah tepi, kalsium, fosfor, asam urat,
alkali fosfatase, asam fosfatase, antigen spesifik prostat (jika ditemukan
kecurigaan metastasis karsinoma prostat) danelektroforesis protein serum (protein
myeloma).
2. Pemeriksaan Radiologis
a. Foto Rontgen
Foto rontgen merupakan tes yang sederhana, dan sangat membantu
untuk menunjukkan keabnormalan pada tulang. Seringkali X-ray merupakan
penunjang diagnosis pertama untuk mengevaluasi nyeri punggung bawah. Foto
X-ray dilakukan pada posisi anteroposterior (AP ), lateral, dan bila perlu
oblique kanan dan kiri.
b. MRI
MRI digunakan untuk melihat defek intra dan ekstra dural serta
melihat jaringan lunak.Pada pemeriksaan dengan MRI bertujuan untuk melihat
vertebra dan 33 level neurologis yang belum jelas, kecurigaan kelainan
patologis pada medula spinalis atau jaringan lunak, menentukan kemungkinan
herniasi diskus pada kasus post operasi, kecurigaan karena infeksi atau
neoplasma.
c. CT
CT-Mielografimielografi merupakan alat diagnostik yang sangat
berharga untuk diagnosisLBP untuk menentukan lokalisasilesi pre-operatif dan
menentukan adanya sekuester diskus yang lepas dan mengeksklusi suatu
tumor.
2.6 Penatalaksanaan
1) Farmakologis
Menurut Antini (2020) penatalaksanaan low back pain secara farmakologis
berupa pemberian obat-obatan kimia seperti :
a. Analgesik dan OAINS ( Obat Anti Inflamasi NonSteroid)
Obat-obatan ini diberikan dengan tujuan mengurangi nyeri inflamasi.
Contoh analgesik sederhana yang dapat dipakai adalah paracetamol. OAINS
yang banyak dipakai adalah sodium diklofenak/ potassium, ibuprofen,
etodolak, deksketoprofen dan selekoksib.
b. Obat pelemas otot (muscle relaxant)
Obat pelemas otot bermanfaat untuk nyeri punggung bawah (NPB) akut
terutama bila penyebab NPB adalah spasme otot. Contoh : eperison, tisanidin,
karisoprodol, diazepam dan siklobensaprin.
c. Opioid
Obat ini cukup efektif untuk mengurangi nyeri, tetapi seringkali
menimbulkan efek samping mual dan mengantuk disamping pemakaian jangka
panjang bisa menimbulkan toleransi dan ketergantungan obat. Disarankan
pemakaiannya hanya pada kasus NPB.

2) Nonfarmakologi
a. Terapi Akupresur
Akupresur merupakan terapi komplementer yang tidak memiliki efek
samping dan dapat digunakan untuk menurunkan tingkat nyeri baik nyeri akut
maupun nyeri kronis. Akupresur dilakukan dengan memberikan tekanan fisik
pada beberapa titik 10 pada permukaaan tubuh yang merupakan tempat
sirkulasi energi dan keseimbangan pada kasus gejala nyeri. Akupresur terbukti
dapat mengurangi nyeri punggung (Kurniyawan, 2016). Pemberian terapi
akupresur dapat melancarkan sirkulasi darah dan menurunkan intensitas nyeri
dengan penekanan pada titik meridian BL 20, BL 23, BL25, dan BL 40 pada
pasien dengan keluhan low back pain (Antini, 2020).
b. Peregangan
Pemberian pelatihan peregangan juga dapat menurunkan tingkat nyeri
punggung bawah. Peregangan otot jika dilakukan dengan benar dan teratur
dapat mencegah dan membantu pemulihan nyeri punggung akibat posisi kerja
yang salah, otot menegang akibat tidak bergerak dalam waktu yang lama,
peredaran darah yang terhambat dan cedera ketegangan yang berulang
(Satriadi, 2018).
c. Terapi Ice Massage
Mengurangi nyeri dapat dilakukan dengan teknik farmakologi dan non-
farmakologi. Salah satu teknik non-farmakologi adalah cryotherapy, yaitu
prosedur yang sederhana dan efektif untuk menurunkan spasme otot sehingga
mengurangi nyeri. Metodecryotherapy yang digunakan yaitu ice massage. Ice
massage adalah tindakan pemijatan dengan menggunakan es pada area yang
sakit. Tindakan ini merupakan tindakan yang sederhana, yang dapat
menurunkan dan mengurangi nyeri. Pemberian ice massage ini dapat
dilakukan selama 8 hingga 10 menit (Hayati & Devi, 2020).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Analisa Data
Data Fokus Etiologi Masalah
D.S agen pencedera fisiologi Nyeri akut (D. 0077)
- Mengeluh nyeri
D.O
- Tampak meringis
- gelisah
- sulit tidur
- nafsu makan menurun
- menarik diri

D.S gangguan musculoskeletal Gangguan Mobilitas Fisik


- Mengeluh sulit
(D.0054)
menggerakkan
ekstremitas
D.O
- Kekuatan otot
menurun
- Rentang gerak (ROM)
menurun

D.S gangguan adaptasi Gangguan rasa nyaman


- mengeluh tidak
(D0074)
nyaman
- mengeluh sulit tidur
D.O
- tampak merintih
- gelisah
- menunjukan gejala
distres

3.2 Diagnosa Keperawatan


1) Nyeri akut (D. 0077) b.d agen pen cedera fisiologi ( Kategori: psikologis.
Subkategori: Nyeri dan kenyamanan. SDKI Hal. 172)
2) Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054) b.d gangguan musculoskeletal (Kategori:
Fisiologis. Subkategori: Aktivitas/Istirahat. SDKI Hal. 124)
3) Gangguan rasa nyaman (D0074) b.d gangguan adaptasi kehamilan (Kategori:
Psikologis. Subkategori: Nyeri dan Kenyamanan. SDKI Hal. 166)
3.3 Intervensi

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI EVALUASI

Nyeriakut (D. 0077) Setelah dilakukan intervensi Manajemen nyeri S: pasien mengatakan masih nyeri namun
b.d. agen pen cedera selama 3x24 jam maka nyeri Observasi: berkurang dari sebelummnya
fisiologi akut dapat teratasi dengan • Identivikasi lokasi, karakteristik, durasi, O: meringis menurun
criteria hasil frekuensi, kualitas intensitas nyeri A: nyeri akut
1. Keluhan nyeri • Identifikasi skala nyeri P: intervensi dilanjutkan
menurun(5) • Identifikasi respon nyeri non verbal
2. Meringis menurun (5) • Identifikasi faktor yang memperberat dan
3. Gelisah menurun(5) memperingan nyeri
4. Kesulitan tidur • Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
menurun (5) • Monito keberhasilan terapi komplementer yang
5. Nafsu makan membaik sudah diberikan
6. Menarik diri • Monitor efeksamping penggunaan analgetik
menurun(5)
Terapeutik:
• Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri(missal ice massage)
• Fasilitasi istirahat dantidur
• Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi:
• Jelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri
• Jelaskan srtategi meredakan nyeri
• Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
• Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
• Ajrkan teknik nonfarmakologis untuk
meredakan nyeri(ice massage)
Kolaborasi :
• Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan intervensi Dukungan ambulasi S: pasien mengatakan aktivitas masih
Fisik (D.0054) b.d. selama 3x24 jam maka Observasi dibantu keluarga dan
gangguan mobilitas fisik membaik • Identifikasi adanyanya nyeri atau keluhan fisik O: pasien tampak menggunakan kursi roda
musculoskeletal dengan criteria hasil: lainnya A: ganguan mobilitas fisik
1. Pergerakkan • Identifikasi toleransi fiksik melakukan ambulasi P: intervensi dilanjutkan
ekstremitas meningkat • Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
(5) sebelum memulai ambulasi
2. Kekuatan otot • Monitor kondisi umumselama melakukan
meningkat (5) ambulasi
3. ROM meningkat (5) Terapeutik
• Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat
bantu(missal kursi roda)
• Fasilitasi melakukan mobilitas fisik
• Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan ambulasi
Edukasi
• Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
• Anjurkan melakukan ambulasi dini
• Anjurkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan

Gangguan rasa Setelah dilakukan intervensi TERAPI RELAKSASI S: pasein mengatakan kesulitan tidurnya
nyaman (D0074) selama 3x24 jam maka Observasi menurun
b.d. gangguan gangguan rasa nyaman dapat • Identifikasi penyebab tingkat O: pasien tampak geisha sesekali
adaptasi kehamilan teratasi dengan criteria hasil: energy,ketidakmampuan berkonsentrasi, atau A: gangguan rasa nyaman
1. Keluhan tidak nyaman gejala lain yang mengganggu kemampuan P: intervensi dilanjutkan
menurun (5) kognitif
2. Keluhan sulit tidur • Identifikasiteknik relaksasi yang pernah efektif
menurun (5) digunakan
3. Merintih menurun (5) • Identifikasi kesediaan, kemampuan an
4. Gelisah menurun(5) penggunaa teknik sebelumnya
• Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan
darah, dan suhu sebelum dan sesudah latihan
• Monitor respon terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
• Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi
• Gunakan pakaian longgar
• Gunakan nada suara lembut dengan irama
lambat
• Gunakan relaksasi sebagai penunjang dengan
analgetik atau tindaan medis lain jika perlu
Edukasi
• Jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis
relaksasi yang tersedia
• Jelaskan secara rnci intervensi relaksasi yang
dipilih
• Anjurkan mengambil posisi nyaman
• Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
• Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik
yang dipilih
• Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
3.4 Evidence Based Practice
3.4.1 Ringkasan Jurnal
No. Judul Tahun Desain Sampel Intervensi Hasil Penelitian
Jurnal
1. Pengaruh 2020 Penelitian ini Pada Terapi ice Tingkat nyeri yang
Terapi merupakan penelitian ini massage dialami oleh
Dingin Ice penelitian jumlah diberikan sebagian responden
Massage kuantitatif sampel yang selama 10 menit sebelum dilakukan
Terhadap dengan digunakan pada area terapi ice massage
Perubahan menggunakan yaitu lumbal. berada pada
Intensitas desain quasi sebanyak 30 Sebelum terapi nyerisedang
Nyeri Pada experimental orang. dimulai posisi sampai berat.
Penderita design one respoden diatur Setelah diberikan
Low Back group pada posisi terapi ice massage,
Pain (pretest- berbaring hasil pengukuran
posttest) (pronasi). Es menunjukkan
design yang digunakan mayoritas pasien
dibungkus berada pada nyeri
dengan plastik ringan.Terjadi
kemudian penurunan
dilapisi kasa lalu intensitas nyeri
di letakkan di pada penderita low
area lumbal dan back pain, yaitu
diberi tekanan nilai rata-rata
sambil sebelum terapi
dilakukan sebesar 5,53
massase dengan menurun menjadi
gerakan 2,57 setelah terapi.
melingkar.
2. Efektivitas 2020 Penelitian ini Jumlah Terapi ice Hasil penelitian
Terapi Ice merupakan sampel yang massage rata-rata skala
Massage penelitian digunakan diberikan nyeri pada pasien
Dan Back kuantitatif yaiu selama 10 menit Low Back Pain
Massage dengan sebanyak 20 pada area yang sebelum dilakukan
Terhadap menggunakan dengan 10 terasa nyeri. terapi dinginIce
Perubahan desain quasi responden Sebelum terapi Massage sebesar
Intensitas experimental untuk terapi dimulai perawat 3,4 Rata-rata skala
Nyeri Pada design one ice massage mengatur posisi nyeri pada pasien
Pasienlow group dan 10 respoden Low Back Pain
Back Paindi (pretest- responden dengan posisi sesudah dilakukan
Rumah posttest) untuk terapi yang nyaman. terapi Ice Massage
Sakit design back Kemudian es sebesar
Grandmed massage. yang digunakan 0,90.Dengan
Lubuk dibungkus menggunakan
Pakam dengan kasa lalu ujistatistik Paired
Tahun 2020 di letakkan di Sample T-Test
area nyeri dan diperoleh nilai
diberi n massase p=0,001 ≤ɑ 0,05.
dengan gerakan
melingkar.

3.4.2 Definisi Ice Massage

Mengurangi nyeri dapat dilakukan dengan teknik farmakologi dan


non-farmakologi. Salah satu teknik non-farmakologi adalah cryotherapy,
yaitu prosedur yang sederhana dan efektif untuk menurunkan spasme otot
sehingga mengurangi nyeri. Metodecryotherapy yang digunakan yaitu ice
massage. Ice massage adalah tindakan pemijatan dengan menggunakan es
pada area yang sakit. Tindakan ini merupakan tindakan yang sederhana,
yang dapat menurunkan dan mengurangi nyeri. Pemberian ice massage ini
dapat dilakukan selama 8 hingga 10 menit (Hayati & Devi, 2020).
3.4.3 Tujuan dan Mafaat Ice Massage

Tujuan utama dari dilakukannya terapi ice massage ialah untuk


mengurangi serta menghilangkan nyeri yang dirasakan oleh klien.
Menghilangkan inflamasi dan mencegah terjadinya komplikasi. Salah satu
tindakan mandiri yang dapat dilakukan oleh perawat untuk membantu klien
yaitu dengan menggunakan manajemen nyeri untuk menghilangkan atau
mengurangi nyeri dan meningkatkan rasa nyaman (Hayati & Devi, 2020).
3.4.4 Prosedur Tindakan
A. Alat dan Bahan
a. Handuk/washlap
b. Es batu
c. Sarung tangan bersih/handscoon
d. Perlak
B. Fase Prainteraksi
a. Membaca status pasien
b. Menyiapkan diri perawat
C. Fase Orientasi
a. Memberikan salam terapeutik
b. Memperkenalkan diri perawat
c. Validasi kondisi pasien
d. Menjaga privacy pasien
e. Menjelaskan tujuan tindakan
f. Menjelaskan prosedur singkat
D. Fase Kerja
a. Perawat mencuci tangan
b. Menggunakan sarung tangan bersih
c. Membantu pasien dalam posisi rileks dan nyaman, pasien boleh
duduk ataupun berbaring
d. Meletakkan perlak dibawah tubuh pasien, agar air dari es tidak
membasahi tempat tidur pasien
e. Menutup bagian tubuh yang tidak dilakukan perawatan dengan
selimut
f. Ambil es batu, kemudian dibungkus dengan kasa
g. Usapkan es secara memutar dengan lembut pada punggung
pasien, pijat bagian yang nyeri selama 8-10 menit sekali waktu
h. Setelah selesai, keringkan punggung pasien dengan handuk
i. Merapikan pasien dan lingkungannya
j. Membersihkan dan membereskan alat-alat dan mengembalikan
pada tempatnya
k. Perawat mencuci tangan
E. Fase Terminasi
a. Mengevaluasi perasaan pasien
b. Memberikan reinforcemen sesuai dengan kemampuan klien
c. Melakukan kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya
d. Mengakhiri kegiatan dengan memberikan salam dan
berpamitan
F. Fase Dokumentasi
a. Dokumentasi
b. Tanggal pelaksanaan
c. Nama dan tanda tangan perawat yang melakukan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Low back Pain (LBP) adalah nyeri pada punggung bawah yang bersumber
dari tulang belakang yaitu pada daerah spinal (punggung bawah), otot, saraf, atau
struktur lainnnya di sekitar daerah tersebut. LBP dapat disebabkan oleh penyakit atau
kelainan yang berasal dari luar punggung bawah misalnya, penyakit atau kelainan
pada testis atau ovarium. Nyeri punggung bawah dapat timbul secara tiba tiba atau
bertahap, nyeri yang dirasakan dapat berupa nyeri yang disertai sensasi panas, sama-
samar, menusuk, dengan intensitas ringan hingga berat.
Mengurangi nyeri dapat dilakukan dengan teknik farmakologi dan non-
farmakologi. Salah satu teknik non-farmakologi adalah cryotherapy, yaitu prosedur
yang sederhana dan efektif untuk menurunkan spasme otot sehingga mengurangi
nyeri. Metodecryotherapy yang digunakan yaitu ice massage. Ice massage adalah
tindakan pemijatan dengan menggunakan es pada area yang sakit.
Asuhan keperawatan Low Back Pain dapat diambil beberapa diagnosa
keperawatan. Kelompok kami memilih tiga diagnosa, diagnosa pertama yaitu nyeri
akut, kelompok kami mengambil diagnosa nyeri akut sebagai diagnosa pertama
karena pada kasus low back pain ini klien mengalami keluhan utama nyeri pada
punggung bagian bawah, jadi yang harus ditangani dan diprioritaskan oleh perawar
adalah nyeri akut. Diagnosa kedua yaitu gangguan mobilitas fisik dan diagnosa yang
ketiga adalah gangguan rasa nyaman.
4.2 Saran
4.2.1 Bagi mahasiswa
Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi dan
memperluas wawasan mengenai klien dengan low back pain karena dengan
adanya pengetahuan dan wawasan yang luas mahasiswa akan mampu
mengembangkan diri dalam masyarakat dan memberika pendidikan kesehatan
bagi masyarakat mengenai low back pain, dan faktor-faktor pencetus serta
bagaimana pencegahan untuk kasus tersebut.
4.2.2 Bagi rumah sakit
Bagi institusi pelayanan kesehatan, memberikan pelayanan dan
mempertahan kan hubungan kerja yang baik antara tim kesehatan dan klien
yang ditujukan untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang optimal.
Dan adapun untuk klien yang telah mengalami kasus low back pain maka
harus segera dilakukan perawatan, agar tidak terjadi komplikasi dari penyakit
low back pain.
4.2.3 Bagi institusi pendidikan
Peningkatan kualitas dan pengembangan ilmu mahasiswa melalalui
studi kasus agar dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan low
back pain secara komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA

Antini, N. N. (2020). Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Low Back Pain Dengan
Pemberian Terapi Akupresur Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Di
Wilayah Kerja Uptd Puskesmas Gianyar Ii Tahun 2020. Denpasar: Poltekkes
Denpasar Jurusan Keperawatan.

Artana, I. W. (2016). Hubungan Usia dan Lama Bekerja Sebagai Pemahat Kayu dengan
Kejadian Low Back Pain (LBP) Di Banjar Samu. Jurnal Dunia Kesehatan. Vol.5(1),
54-56.

Arif, I. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Tn. I Dengan Low Back Pain Di Ruangan Rawat
Inap Ambun Suri Lantai 3 Rsud Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. Padang: Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang.

Arya, R. (2014). 'Low Back Pain - Sign, Symptoms, and Management. Journal Indian
Academy of Clinical Medicine, vol.15 (1).

Atmantika, N. B. (2014). Hubungan antara Intensitas Nyeri dengan Keterbatasan Fungsional


Aktivitas Sehari-hari pada Penderita Low Back Pain.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013.
Kementrian Kesehatan RI.

Bahrudin, M. (2018). Patofisiologi Nyeri.

Bull E, A. G. (2007). Nyeri Punggung. Jakarta: Erlangga.

Butterworth, H. B. (2004). Comprehensive Aquatic Therapy; Second Edition.

Davey, P. (2006). At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.

Duthey, B. (2013). Background paper 6.24 Low Back Pain. Priority Medicines for Europe
and The World. Global Burden of Disease, Pp. 1-29.

Helmi, Z. N. (2014). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal (1st ed). Jakarta Selatan: Salemba
Medika.

Hayati, K., & Devi, T. (2020). Efektivitas Terapi Ice Massage dan Back Massage Terhadap
Perubahan Intensitas Nyeri Pada Pasien Low Back Pain di Rumah Sakit Grandmed
Lubuk Pakam Tahun 2020. Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi, 2(2), 139-146.
doi:https://doi.org/10.35451/jkf.v2i2.385

Hospital Authority. (2018). Low Back Pain.


Katana, T. (2015). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keluhan Low BackPain Pada
Kegiatan Mengemudi Tim Ekspidisi PT Enseval Putera Metragading Jakarta Tahun
2010. Jakarta: FKIK UIN Jakarta.

Meucci RD, F. A. (2015). Prevalence of chronic low back pain: systemic review. Rev Saude
Publica; 49(1), 1-10.

Muttaqin, A. (2011). Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal Aplikasi Pada Praktik Klinik
Keperawatan (1st ed.). Jakarta: EGC.

Pramita. (2014). Tesis Core Stability Exercise Lebih Baik Meningkatkan Aktivitas Fungsional
dari pada William’s Flexion Excercise pada Pasien Nyeri Punggung Bawah
Miogenik. Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Noor, H. Z. (2014). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal (1st ed.). Jakarta Selatan: Salemba
Medika.

Satriadi. (2018). Pengaruh Peregangan terhadap Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada
Pekerja Bagian Produksi di PT. SDJ Pontianak. Jurnal Cerebellum, 1059-1066, 4(2).

Simanjuntak, E., Silitonga, E., & Aryani, N. (2020). LATIHAN FISIK DALAM UPAYA
PENCEGAHAN LOW BACK PAIN (LBP). Jurnal Abdidas, 119-124.
Wahab, A. (2019). Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Nyeri Punggung
Bawah (Low Back Pain) pada Nelayan di Desa Batu Karas Kecamatan Cijulang
Pangandaran. Biomedika, Volume 11 No. 1, 35-40

Anda mungkin juga menyukai