Dosen Pengampu :
Sukarni, S.Kep.,Ners.,M.Kep
Disusun Oleh:
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada untuk low back pain
menurut (Arif, 2018) yaitu sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin dilakukan sesuai indikasi, berguna untuk
melihat laju endap darah (LED), morfologi darah tepi, kalsium, fosfor, asam urat,
alkali fosfatase, asam fosfatase, antigen spesifik prostat (jika ditemukan
kecurigaan metastasis karsinoma prostat) danelektroforesis protein serum (protein
myeloma).
2. Pemeriksaan Radiologis
a. Foto Rontgen
Foto rontgen merupakan tes yang sederhana, dan sangat membantu
untuk menunjukkan keabnormalan pada tulang. Seringkali X-ray merupakan
penunjang diagnosis pertama untuk mengevaluasi nyeri punggung bawah. Foto
X-ray dilakukan pada posisi anteroposterior (AP ), lateral, dan bila perlu
oblique kanan dan kiri.
b. MRI
MRI digunakan untuk melihat defek intra dan ekstra dural serta
melihat jaringan lunak.Pada pemeriksaan dengan MRI bertujuan untuk melihat
vertebra dan 33 level neurologis yang belum jelas, kecurigaan kelainan
patologis pada medula spinalis atau jaringan lunak, menentukan kemungkinan
herniasi diskus pada kasus post operasi, kecurigaan karena infeksi atau
neoplasma.
c. CT
CT-Mielografimielografi merupakan alat diagnostik yang sangat
berharga untuk diagnosisLBP untuk menentukan lokalisasilesi pre-operatif dan
menentukan adanya sekuester diskus yang lepas dan mengeksklusi suatu
tumor.
2.6 Penatalaksanaan
1) Farmakologis
Menurut Antini (2020) penatalaksanaan low back pain secara farmakologis
berupa pemberian obat-obatan kimia seperti :
a. Analgesik dan OAINS ( Obat Anti Inflamasi NonSteroid)
Obat-obatan ini diberikan dengan tujuan mengurangi nyeri inflamasi.
Contoh analgesik sederhana yang dapat dipakai adalah paracetamol. OAINS
yang banyak dipakai adalah sodium diklofenak/ potassium, ibuprofen,
etodolak, deksketoprofen dan selekoksib.
b. Obat pelemas otot (muscle relaxant)
Obat pelemas otot bermanfaat untuk nyeri punggung bawah (NPB) akut
terutama bila penyebab NPB adalah spasme otot. Contoh : eperison, tisanidin,
karisoprodol, diazepam dan siklobensaprin.
c. Opioid
Obat ini cukup efektif untuk mengurangi nyeri, tetapi seringkali
menimbulkan efek samping mual dan mengantuk disamping pemakaian jangka
panjang bisa menimbulkan toleransi dan ketergantungan obat. Disarankan
pemakaiannya hanya pada kasus NPB.
2) Nonfarmakologi
a. Terapi Akupresur
Akupresur merupakan terapi komplementer yang tidak memiliki efek
samping dan dapat digunakan untuk menurunkan tingkat nyeri baik nyeri akut
maupun nyeri kronis. Akupresur dilakukan dengan memberikan tekanan fisik
pada beberapa titik 10 pada permukaaan tubuh yang merupakan tempat
sirkulasi energi dan keseimbangan pada kasus gejala nyeri. Akupresur terbukti
dapat mengurangi nyeri punggung (Kurniyawan, 2016). Pemberian terapi
akupresur dapat melancarkan sirkulasi darah dan menurunkan intensitas nyeri
dengan penekanan pada titik meridian BL 20, BL 23, BL25, dan BL 40 pada
pasien dengan keluhan low back pain (Antini, 2020).
b. Peregangan
Pemberian pelatihan peregangan juga dapat menurunkan tingkat nyeri
punggung bawah. Peregangan otot jika dilakukan dengan benar dan teratur
dapat mencegah dan membantu pemulihan nyeri punggung akibat posisi kerja
yang salah, otot menegang akibat tidak bergerak dalam waktu yang lama,
peredaran darah yang terhambat dan cedera ketegangan yang berulang
(Satriadi, 2018).
c. Terapi Ice Massage
Mengurangi nyeri dapat dilakukan dengan teknik farmakologi dan non-
farmakologi. Salah satu teknik non-farmakologi adalah cryotherapy, yaitu
prosedur yang sederhana dan efektif untuk menurunkan spasme otot sehingga
mengurangi nyeri. Metodecryotherapy yang digunakan yaitu ice massage. Ice
massage adalah tindakan pemijatan dengan menggunakan es pada area yang
sakit. Tindakan ini merupakan tindakan yang sederhana, yang dapat
menurunkan dan mengurangi nyeri. Pemberian ice massage ini dapat
dilakukan selama 8 hingga 10 menit (Hayati & Devi, 2020).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Analisa Data
Data Fokus Etiologi Masalah
D.S agen pencedera fisiologi Nyeri akut (D. 0077)
- Mengeluh nyeri
D.O
- Tampak meringis
- gelisah
- sulit tidur
- nafsu makan menurun
- menarik diri
Nyeriakut (D. 0077) Setelah dilakukan intervensi Manajemen nyeri S: pasien mengatakan masih nyeri namun
b.d. agen pen cedera selama 3x24 jam maka nyeri Observasi: berkurang dari sebelummnya
fisiologi akut dapat teratasi dengan • Identivikasi lokasi, karakteristik, durasi, O: meringis menurun
criteria hasil frekuensi, kualitas intensitas nyeri A: nyeri akut
1. Keluhan nyeri • Identifikasi skala nyeri P: intervensi dilanjutkan
menurun(5) • Identifikasi respon nyeri non verbal
2. Meringis menurun (5) • Identifikasi faktor yang memperberat dan
3. Gelisah menurun(5) memperingan nyeri
4. Kesulitan tidur • Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
menurun (5) • Monito keberhasilan terapi komplementer yang
5. Nafsu makan membaik sudah diberikan
6. Menarik diri • Monitor efeksamping penggunaan analgetik
menurun(5)
Terapeutik:
• Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri(missal ice massage)
• Fasilitasi istirahat dantidur
• Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi:
• Jelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri
• Jelaskan srtategi meredakan nyeri
• Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
• Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
• Ajrkan teknik nonfarmakologis untuk
meredakan nyeri(ice massage)
Kolaborasi :
• Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan intervensi Dukungan ambulasi S: pasien mengatakan aktivitas masih
Fisik (D.0054) b.d. selama 3x24 jam maka Observasi dibantu keluarga dan
gangguan mobilitas fisik membaik • Identifikasi adanyanya nyeri atau keluhan fisik O: pasien tampak menggunakan kursi roda
musculoskeletal dengan criteria hasil: lainnya A: ganguan mobilitas fisik
1. Pergerakkan • Identifikasi toleransi fiksik melakukan ambulasi P: intervensi dilanjutkan
ekstremitas meningkat • Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
(5) sebelum memulai ambulasi
2. Kekuatan otot • Monitor kondisi umumselama melakukan
meningkat (5) ambulasi
3. ROM meningkat (5) Terapeutik
• Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat
bantu(missal kursi roda)
• Fasilitasi melakukan mobilitas fisik
• Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan ambulasi
Edukasi
• Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
• Anjurkan melakukan ambulasi dini
• Anjurkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan
Gangguan rasa Setelah dilakukan intervensi TERAPI RELAKSASI S: pasein mengatakan kesulitan tidurnya
nyaman (D0074) selama 3x24 jam maka Observasi menurun
b.d. gangguan gangguan rasa nyaman dapat • Identifikasi penyebab tingkat O: pasien tampak geisha sesekali
adaptasi kehamilan teratasi dengan criteria hasil: energy,ketidakmampuan berkonsentrasi, atau A: gangguan rasa nyaman
1. Keluhan tidak nyaman gejala lain yang mengganggu kemampuan P: intervensi dilanjutkan
menurun (5) kognitif
2. Keluhan sulit tidur • Identifikasiteknik relaksasi yang pernah efektif
menurun (5) digunakan
3. Merintih menurun (5) • Identifikasi kesediaan, kemampuan an
4. Gelisah menurun(5) penggunaa teknik sebelumnya
• Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan
darah, dan suhu sebelum dan sesudah latihan
• Monitor respon terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
• Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi
• Gunakan pakaian longgar
• Gunakan nada suara lembut dengan irama
lambat
• Gunakan relaksasi sebagai penunjang dengan
analgetik atau tindaan medis lain jika perlu
Edukasi
• Jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis
relaksasi yang tersedia
• Jelaskan secara rnci intervensi relaksasi yang
dipilih
• Anjurkan mengambil posisi nyaman
• Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
• Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik
yang dipilih
• Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
3.4 Evidence Based Practice
3.4.1 Ringkasan Jurnal
No. Judul Tahun Desain Sampel Intervensi Hasil Penelitian
Jurnal
1. Pengaruh 2020 Penelitian ini Pada Terapi ice Tingkat nyeri yang
Terapi merupakan penelitian ini massage dialami oleh
Dingin Ice penelitian jumlah diberikan sebagian responden
Massage kuantitatif sampel yang selama 10 menit sebelum dilakukan
Terhadap dengan digunakan pada area terapi ice massage
Perubahan menggunakan yaitu lumbal. berada pada
Intensitas desain quasi sebanyak 30 Sebelum terapi nyerisedang
Nyeri Pada experimental orang. dimulai posisi sampai berat.
Penderita design one respoden diatur Setelah diberikan
Low Back group pada posisi terapi ice massage,
Pain (pretest- berbaring hasil pengukuran
posttest) (pronasi). Es menunjukkan
design yang digunakan mayoritas pasien
dibungkus berada pada nyeri
dengan plastik ringan.Terjadi
kemudian penurunan
dilapisi kasa lalu intensitas nyeri
di letakkan di pada penderita low
area lumbal dan back pain, yaitu
diberi tekanan nilai rata-rata
sambil sebelum terapi
dilakukan sebesar 5,53
massase dengan menurun menjadi
gerakan 2,57 setelah terapi.
melingkar.
2. Efektivitas 2020 Penelitian ini Jumlah Terapi ice Hasil penelitian
Terapi Ice merupakan sampel yang massage rata-rata skala
Massage penelitian digunakan diberikan nyeri pada pasien
Dan Back kuantitatif yaiu selama 10 menit Low Back Pain
Massage dengan sebanyak 20 pada area yang sebelum dilakukan
Terhadap menggunakan dengan 10 terasa nyeri. terapi dinginIce
Perubahan desain quasi responden Sebelum terapi Massage sebesar
Intensitas experimental untuk terapi dimulai perawat 3,4 Rata-rata skala
Nyeri Pada design one ice massage mengatur posisi nyeri pada pasien
Pasienlow group dan 10 respoden Low Back Pain
Back Paindi (pretest- responden dengan posisi sesudah dilakukan
Rumah posttest) untuk terapi yang nyaman. terapi Ice Massage
Sakit design back Kemudian es sebesar
Grandmed massage. yang digunakan 0,90.Dengan
Lubuk dibungkus menggunakan
Pakam dengan kasa lalu ujistatistik Paired
Tahun 2020 di letakkan di Sample T-Test
area nyeri dan diperoleh nilai
diberi n massase p=0,001 ≤ɑ 0,05.
dengan gerakan
melingkar.
Antini, N. N. (2020). Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Low Back Pain Dengan
Pemberian Terapi Akupresur Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Di
Wilayah Kerja Uptd Puskesmas Gianyar Ii Tahun 2020. Denpasar: Poltekkes
Denpasar Jurusan Keperawatan.
Artana, I. W. (2016). Hubungan Usia dan Lama Bekerja Sebagai Pemahat Kayu dengan
Kejadian Low Back Pain (LBP) Di Banjar Samu. Jurnal Dunia Kesehatan. Vol.5(1),
54-56.
Arif, I. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Tn. I Dengan Low Back Pain Di Ruangan Rawat
Inap Ambun Suri Lantai 3 Rsud Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. Padang: Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang.
Arya, R. (2014). 'Low Back Pain - Sign, Symptoms, and Management. Journal Indian
Academy of Clinical Medicine, vol.15 (1).
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013.
Kementrian Kesehatan RI.
Duthey, B. (2013). Background paper 6.24 Low Back Pain. Priority Medicines for Europe
and The World. Global Burden of Disease, Pp. 1-29.
Helmi, Z. N. (2014). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal (1st ed). Jakarta Selatan: Salemba
Medika.
Hayati, K., & Devi, T. (2020). Efektivitas Terapi Ice Massage dan Back Massage Terhadap
Perubahan Intensitas Nyeri Pada Pasien Low Back Pain di Rumah Sakit Grandmed
Lubuk Pakam Tahun 2020. Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi, 2(2), 139-146.
doi:https://doi.org/10.35451/jkf.v2i2.385
Meucci RD, F. A. (2015). Prevalence of chronic low back pain: systemic review. Rev Saude
Publica; 49(1), 1-10.
Muttaqin, A. (2011). Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal Aplikasi Pada Praktik Klinik
Keperawatan (1st ed.). Jakarta: EGC.
Pramita. (2014). Tesis Core Stability Exercise Lebih Baik Meningkatkan Aktivitas Fungsional
dari pada William’s Flexion Excercise pada Pasien Nyeri Punggung Bawah
Miogenik. Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Noor, H. Z. (2014). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal (1st ed.). Jakarta Selatan: Salemba
Medika.
Satriadi. (2018). Pengaruh Peregangan terhadap Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada
Pekerja Bagian Produksi di PT. SDJ Pontianak. Jurnal Cerebellum, 1059-1066, 4(2).
Simanjuntak, E., Silitonga, E., & Aryani, N. (2020). LATIHAN FISIK DALAM UPAYA
PENCEGAHAN LOW BACK PAIN (LBP). Jurnal Abdidas, 119-124.
Wahab, A. (2019). Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Nyeri Punggung
Bawah (Low Back Pain) pada Nelayan di Desa Batu Karas Kecamatan Cijulang
Pangandaran. Biomedika, Volume 11 No. 1, 35-40