Anda di halaman 1dari 6

Low Back Pain adalah sindroma nyeri yang terjadi pada regio punggung bawah dengan penyebab yang

bervariasi antara lain: degenerasi, inflamasi, infeksi, metabolisme, neoplasma, trauma, konginetal,
muskuloskletal, viserogenik, vaskuler, dan psikogenik, serta paska operasi (Susanti, Hartiyah dan Kuntowato,
2015).
Sebanyak 60-80% populasi di seluruh dunia pernah mengalami nyeri punggung bawah dalam periode hidupnya
(Wáng et al., 2016). Menurut data Global Burden Diseases tahun 2016, 40% dari seluruh penyakit
musculoskeletal disorder disebabkan oleh LBP dengan prevalensi sebesar 511 juta orang dan insiden sebanyak
250 juta orang pada tahun 2016. Jumlah ini mengalami peningkatan sebanyak 18% jika dibandingkan dengan
jumlah penderita LBP pada tahun 2006 dan mengalami peningkatan sebanyak 42% jika dibandingkan dengan
tahun 1990 (GDB 2016 Disease and Injury Incidence and Prevalence Collaborator, 2017).
Di Indonesia berdasarkan penelitian multisenter yang dilakukan oleh kelompok studi nyeri perhimpunan dokter
spesialis saraf Indonesia (POKDI PERDOSSI) di 14 rumah sakit pendidikan di seluruh Indonesia pada tahun
2002 didapatkan prevalensi penderita LBP sebanyak 18,37% dengan rata-rata nilai Visual Analog Scale (VAS)
5,46 dan menempatkan LBP pada posisi kedua setelah nyeri kepala (Lina et al., 2015). Pada tahun 2017 di
Indonesia rata-rata kejadian disabilitas akibat dari LBP adalah 855 orang per 100.000 kasus. Provinsi dengan
kejadian tertinggi adalah Yogyakarta dengan rata rata kejadian disabilitas adalah 998 orang per 100.000 kasus
(Institute for Health Metrics and Evaluation, 2017).
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab Low Back Pain yang sering tidak disadari oleh penderitánya.
Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan seseorang seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat
beban pada posisi yang salah dapat menyebabkan Low Back Pain. Misalnya seorang ibu rumah tangga yang
seringkali mengangkat barang dengan berdiri lalu langsung membungkuk mengambil barang tersebut
merupakan posisi yang salah. Selain sikap tubuh yang salah yang sering kali menjadi kebiasaan yang dapat
menimbulkan Low Back Pain. Tujuan utama dalam penatalaksanaan Low Back Pain adalah menghilangkan
nyeri, meningkatkan mobilitas, meningkatkan fleksibilitas, dan mencegah kecacatan. Penatalaksanaan LBP
dapat berupa farmakologi dan non-farmakologi.terapi dengan menggunakan farmakologi menggunakan obat-
obatan seperti analgetik, relaxan otot. Salah satu terapi yang murah, mudah dilakukan dan terbukti efektif
adalah back exercise. Williams Flexion Exercise dan McKenzie Exercise merupakan jenis back exercise yang
paling sering dilakukan (Kurniawan et al., 2019)

Williams Flexion Exercise merupakan latihan back exercise yang bertujuan untuk mengurangi nyeri pada LBP
dengan cara menyeimbangkan otot-otot fleksor postural dan otot-otot ekstensor postural sehingga mengurangi
tekanan oleh beban tubuh pada sendi faset (articular weight bearing stress), meregangkan otot dan fasia
(meningkatkan ekstensibilitas jaringan lunak) di daerah dorsolumbal, membuka foramen intervertebralis, serta
bermanfaat untuk mengoreksi postur tubuh yang salah (Kurniawan et al., 2019).

Rumusan Masalah (Hasil dari Systematic Journal Review)

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
Apakah ada Pengaruh Pemberian William Flexion Exercise Terhadap Penurunan Nyeri Pada Penderita Low Back
Pain Non Spesifik ?, ditinjau dari aspek kajian jurnal.

Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh Pemberian William Flexion Exercise Terhadap Penurunan Nyeri Pada Penderita Low
Back Pain Non Spesifik berdasarkan kajian jurnal

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui intensitas nyeri sebelum diberikan William Flexion Exercise Terhadap Penderita Low Back
Pain Non Spesifik.

b. Untuk mengetahui intensitas nyeri setelah diberikan William Flexion Exercise Terhadap Penderita Low Back Pain
Non Spesifik.

c. Untuk mengetahui besarnya perubahan nyeri sebelum dan setelah diberikan William Flexion Exercise Terhadap
Penderita Low Back Pain Non Spesifik.

Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah
Penelitian ini dapat membantu dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya tentang Pengaruh Pemberian
William Flexion Exercise Terhadap Penurunan Nyeri Pada Penderita Low Back Pain Non Spesifik.

2. Manfaat Praktis

Dapat dijadikan acuan dalam memilih tindakan fisioterapi untuk menurunkan nyeri pada penderita Low Back Pain
Non Spesifik.

Definisi

Low Back Pain Non Spesifik merupakan penyebab utama kecacatan. Nyeri dirasakan menyebabkan pasien atau
penderita mengalami suatu ketidakmampuan (disabilitas) yaitu keterbatasan fungsional dalam aktıvitas sehari-hari
dan banyak kehilangan jam kerja terutama pada umur produktif (Patricia et al., 2015).

Klasifikasi
Fitria (2017) mengklasifikasikan berdasarkan patofisiologi, LBP terbagi menjadi 2 yaitu LBP spesifik dan LBP non-
spesifik. LBP spesifik berupa gejala yang disebabkan oleh mekanisme patologi yang spesifik, seperti hernia nucleus
pulposus (HNP), osteoporosis, rheumatoid arthritis, fraktur, infeksi dan tumor, sedangkan LBP non-spesifik berupa
gejala tanpa sebab yang pasti, diagnosisnya berdasarkan eksklusi dari patologi spesifik. Kata ”non” spesifik
mengidentifikasi bahwa tidak ada struktur yang jelas sebagai penyebab nyeri. Diagnosis dari LBP non-spesifik
diantara adalah back strain, back sprain, lumbago, mechanical LBP, myofacial syndromes dan muscle spasm (Fitria,
2017).

Patofisiologi
Low Back Pain Non Spesifik dapat disebabkan karena postur yang buruk, seperti pada individu yang sering duduk
atau membungkuk dalam waktu yang lama, mengangkat benda yang berat, berdiri, posisi tidur dan berbaring yang
jelek. Stress postural kronik menyebabkan overstretch pada ligament dan jaringan lunak lainnya yang
mempertahankan vertebrae, saat sendi antara kedua tulang berada dalam posisi yang menghasilkan overstretch dan
kelelahan pada jaringan lunak sekitar sendi yang akan menghasilkan nyeri (Riana, 2017)
Nyeri hebat pada lumbal menimbulkan reaksi reflekstorik otot-otot lumbodorsal terutama otot erector spine sehingga
terjadi peningkatan tonus yang terlokalisir (spasme) sebagai “guarding” (penjagaan) terhadap adanya gerakan.
Spasme otot kronis akan cenderung menjadi tightness. Nyeri diperberat ketika terjadi tightness pada otot-otot erector
spine, dimana terdapat ischemic yang menyebabkan alignment spine menjadi abnormal hingga menimbulkan beban
stress/kompresi yang besar pada discus intervertebralis yang cidera (Riana, 2017).
Keluhan utama berupa nyeri dan tightness pada otot-otot lumbo dorsal terutama erector spine menimbulkan
gangguan gerak dan fungsi yang dominan yaitu terhambatnya gerakan biomekanik seperti fleksi lumbal, lateral
fleksi dan rotasi lumbal. Nyeri dan spasme otot seringkali membuat penderita menjadi malas menggerakkan
lumbalnya, sehingga terjadi perubahan fisiologis pada otot tersebut yaitu penurunan kekuatan, berkurangnya
massa otot yang kemudian menyebabkan aktivitas fungsional menurun (Riana, 2017).

Etiologi
Menurut Rice, secara etiologi penyebab yang paling sering ditemukan yang dapat mengakibatkan Low Back Pain
Non Spesifik adalah kekakuan dan spasme otot pinggang bawah oleh karena aktivitas tubuh yang kurang baik,
overstretch/gerak berlebih saat beraktivitas serta tegangnya postur tubuh. Aktivitas sehari-hari sering bekaitan
dengan faktor statik dan dinamik yang akan membebani kerja otot dalam mempertahankan posisi tubuh (Febriana,
2015).
Faktor-faktor mekanik penyebab Low Back Pain non spesifik dibedakan dalam 2 golongan besar, yaitu:

a. Statik, terjadi akibat adanya deviasi dari postur tubuh atau sikap tubuh, karena posisi statis yang lama dan sering
diikuti peregangan dari ligament-ligament yang dapat menimbulkan nyeri. Bila terjadi secara terus-menerus dalam
waktu yang lama akan menimbulkan kelemahan otot dan lebih lanjut akan menimbulkan nyeri (Febriana, 2015).

b. Dinamik, faktor dinamik yakni dalam keadaan normal gerakan tulang berlangsung dan terintegrasi dengan baik
dan terjadi pembatasan otot dan ligamen Dalam hal ini nyeri yang timbul disebabkan kelainan pada lumbal pelvic,
sehingga mempengaruhi gerakan atau bisa saja struktur tulang vertebra normal tetapi fungsinya tidak sempurna.

Pekerjaan yang dilakukan secara dinamis menjadi berbahaya ketika tubuh melakukan pergerakan yang terlalu
ekstrim sehingga energi yang dikeluarkan otot menjadi lebih besar atau tubuh menahan beban yang cukup besar
sehingga timbul hentakan tenaga yang tiba-tiba dan hal tersebut dapat menimbulkan cedera (Febriana, 2015).

Faktor Resiko

a. Faktor Individu (Usia, Masa Kerja, Jenis Kelamin, Indeks Massa Tubuh (IMT), Penyakit, Kebiasaan
Olahraga,
b. Faktor Pekerjaan (Beban Kerja, Postural Stress, Gerakan Secara Berulang, Sikap Kerja Statis, Lama
Kerja

Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari Low Back Pain Non Spesifik antara lain yakni (Ratini, 2015) :

a. Nyeri sepanjang tulang belakang sampai tulang ekor.


b. Nyeri terlokalisasi di punggung atas atau punggung bawah terutama setelah mengangkat benda berat atau
terlibat dalam aktivitas berat lainnya
c. Sakit kronis dibagian punggung tengah atau punggung bawah, terutama setelah duduk atau berdiri dalam
waktu yang lama
d. Ketidakmampuan untuk berdiri tegak tanpa rasa sakit atau kejang otot di punggung bawah

Tinjauan tentang Nyeri

1. Definisi Nyeri
International Association For Study Of Pain (IASP), nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan vital. Nyeri adalah apa yang dikatakan oleh orang yang mengalami nyeri dan bila kita yang mengalaminya
menyatakan bahwa rasa itu ada (Hasniah Ahmad et al., 2015).
Pada dasarnya nyeri merupakan reaksi fisiologis sebagai reaksi protektif untuk menghindari stimulus yang
membahayakan tubuh, akan tetapi apabila nyeri masih berlangsung walaupun stimulus yang menyebabkannya sudah
tidak ada, berarti telah terjadi perubahan patofisiologi yang justru merugikan tubuh (Wiarto, 2017).

Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri menurut (Nandar, 2018) secara umum dibagi menjadi dua yaitu:

a. Nyeri Akut

Nyeri akut dihubungkan dengan kerusakan jaringan dan durasi yang terbatas setelah nosiseptor kembali ke ambang
batas resting stimulus istirahat. Nyeri akut ini dialami segera setelah pembedahan sampai tujuh hari.

b. Nyeri Kroni
Nyeri kronik bisa dikategorikan sebagai malignan atau nonmalignan yang dialami pasien selama 1-6 bulan. Nyeri
kronik malignan biasanya disertai kelainan patologis dan terjadi pada penyakit yang life-limiting disease seperti
kanker, end-stage organ dysfunction, atau infeksi HIV. Nyeri kronik kemungkinan mempunyai elemen nosiseptif
dan neuropatik. Nyeri kronik nonmalignant (nyeri punggung, migrain, artritis, diabetik neuropati) sering tidak
disertai kelainan patologis yang terdeteksi dan perubahan neuroplastik yang terjadi pada lokasi sekitar (dorsal horn
pada spinal cord) akan membuat pengobatan menjadi lebih sulit (Nandar, 2018).

Tinjauan tentang Visual Analogue Scale (VAS)

1. Definisi Visual Analogue Scale (VAS)


Visual Analogue Scale (VAS) adalah sebuah pengukuran intensitas nyeri unidimensional, yang secara luas
banyak digunakan dalam penelitian klinis. VAS digunakan untuk mengukur kwantitas dan kwalitas nyeri yang
pasien rasakan, dengan menampilkan suatu kategorisasi nyeri mulai dari "tidak nyeri, ringan, sedang atau berat”
(Djohan Aras dkk., 2016).

Definisi William Flexion Exercise


William Flexion Exercise adalah suatu latihan untuk penderita nyeri punggung bawah yang dikembangkan oleh Dr.
Paul William pada tahun 1937 dengan cara penguatan otot-otot abdomen dan otot gluteus maksimus serta
penguluran otot-otot ekstensor punggung. Gerakan yang terjadi adalah fleksi lumbosakral, syarat latihan dilakukan
setiap hari tetapi tidak melehihi batas nyeri (Syafi 1 dalam Sari, 2016)
William Flexion Exercise adalah program latihan yang terdiri atas 7 macam gerak yang menonjolkan pada
penurunan lordosis lumbal (terjadi fleksi lumbal). Dalam beberapa kasus program latihan ini digunakan ketika
penyebab gangguan berasal dari facet joint (kapsul - ligament), otot, serta degenerasi corpus dan diskus.

Tujuan
Mengurangi nyeri

b. Stabilitas otot trunk melalui perkembangan secara aktif pada otot abdominal, glutetes maximus, dan hamstring.

c. Meningkatkan fleksibilitas/elastisitas pada group otot fleksor hip dan lower back (sacrospinalis)

d. Mengembalikan keseimbangan kerja antara group otot postural fleksor dan ekstensor.

e. Untuk menguatkan otot-otot di sekitar punggung bawah.

f. Untuk mengurangi tekanan mekanis (mechanical stress) pada struktur tulang belakang.
g. Untuk menstabilkan segment yang mengalami kekendoran (hypermobile).

h. Untuk memperbaiki postur tubuh (Handika Maulana, 2017).

Indikasi dan Kontraindikasi


Indikasi William Flexion Exercise adalah spondylosis, spondyloarthrosis, dan disfungsi sendi facet yang
menyebabkan nyeri punggung bawah. Kontraindikasi dari William Flexion Exercise adalah gangguan pada diskus
seperti disc. Bulging. herniasi diskus, atau protrusi diskus (Argha, 2017).

Teknik Pelaksanaan

a. Gerakan 1 (Pelvic Tilting)


Pasien tidur terlentang dengan kedua knee fleksi dan kaki datar di atas bed. Datarkan punggung bawah melawan bed
tanpa kedua tungkai mendorong ke bawah

b. Gerakan 2 (Single Knee to Chest)

Pasien tidur terlentang dengan kedua knee fleksi dan kaki datar di atas bed. Secara berlahan tarik knee kea rah
shoulder pada sisi yang simetris.

c. Gerakan 3 (Double Knee to Chest)

Tarik knee kiri dan kanan kea rah dada dan dapat diikuti dengan fleksi kepala atau leher

d. Gerakan 4 (Partial Sit Up)

Posisi long sitting dan kedua knee ekstensi penuh. Secara berlhan-lahan fleksikan trunk ke depan dengan
menjangkau sejauh mungkin sampai mencapai jari-jati kaki.

e. Gerakan 5 (Hamstring Stretch)

Posisi long sitting dan kedua knee ekstensi penuh. Secara berlhan-lahan fleksikan trunk ke depan dengan
menjangkau sejauh mungkin sampai mencapai jari-jati kaki.

f. Gerakan 6 (Hip Fleksor Stretch)


Letakkan satu kaki di depan dengan fleksi knee dan satu kaki di belakang dengan knee dipertahankan luruh,
kemudian fleksikan trunk ke depan sampai knee kontak dengan lipatan axilla.

g. Gerakan 7 (Squat)

Latihan 7 (squat): pasien dengan posisi berdiri, punggung lurus dan kedua lengan lurus di samping Kemudian
perlahan jongkok.
Semua gerakan latihan tersebut di atas (latihan 1 – 7) dilakukan 8 kali pengulangan gerakan dengan frekuensi 3 kali
seminggu selama 6 kali pengobatan (Kasrina Karim dkk, 2017).

William Flexion Exercise adalah suatu latihan untuk penderita nyeri punggung bawah untuk mengurangi nyeri,
memberikan stabilitas lower trunk melalui perkembangan secara aktif pada otot abdominal, gluteus maximus,
dan hamstring, untuk meningkatkan fleksibilitas / elastisitas pada group otot fleksor hip dan lower back
(sacrospinalis), serta untuk mengembalikan atau menyempurnakan keseimbangan kerja antara group otot
postural fleksor & ekstensor.

Low Back Pain Non Spesifik merupakan nyeri punggung bawah yang disebabkan oleh gangguan atau
kelainan pada unsur muskuloskeletal tanpa disertai dengan gangguan neurologis antara vertebra thorakal
12 sampai dengan bagian bawah pinggul

Anda mungkin juga menyukai