Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN LOW BACK PAIN

Mata Kuliah :
Keperawatan Medikal Bedah 3
Dosen Pembimbing :
Rudi Haryono., M. Kep
Disusun Oleh Kelompok 3 :
1. Sulis Tri Wahyuni (201801047)
2. Dyah Novitasari (201801046)
3. Safira Salsabila Prabowo Putri (201801058)
4. Milenia Putri Ambarsari (201801061)
5. Siti Faiqoh Palupi (201801062)
6. Devi Ayu Dinda Fatoni (201801064)
7. Bintar Aji Setyawan (201801066)
8. Angga Febrianto (201801070)
9. Margareta Dewi Arum (201801068)
10. Ilmi Mufidatur R (201801051)
11. Yeni Susilowati (201801084)
12. Mustafida (201801060)
13. Aji Prasojo (201801071)
14. Machita Yustin P (201801065)
ROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN 2019/2020
Jl. Raya Jabon Km 6 Mojokerto, (0321) 390203
KATA PENGANTAR
Asuhan Keperawatan ini dipersiapkan untuk memenuhi sebagai persyaratan Tugas Keperawatan
Medikal Bedah 3 tentang ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN LOW BACK PAIN

. Dalam penulisan laporan ini, penulis dapat mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Maka sudah sewajarnya pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih
dan puji syukur kami limpahkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan,
ketabahan, dan kelapangan hati kepada penulis dalam menyelesaikan laporan Keperawatan
Medikal Bedah 3 ini.

1. Selaku dosen Keperawatan Medikal Bedah 3


2. Orang tua, saudara-saudara dan rekan-rekan kami.
Yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Semoga mendapat imbalan yang
berlipat ganda dari Allah SWT

Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan bagi kami pada khususnya dan kami juga menyadari masih ada kekurangan dalam
laporan ini, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun akan kami terima dengan
senang hati

Mojokerto, 22 Agusutus 2020

Penulis
BAB I
KONSEP PENYAKIT

1.1 DEFINISI
Low Back Pain didefinisikan sebagai nyeri akut pada daerah ruas lumbalis kelima dan
sakralis (L5-S1). Nyeri pada punggung bawah dirasakan oleh penderita dpat terjadi secara
jelas dan samar serta menyebar atau terlokalisir. Sakit atau nyeri bagian pinggang bawah
adalah gangguan pada tulang dan otot punggung yang merupakan keluhan umum yang
dirasakan Sebagian orang [ CITATION Zun19 \l 1033 ].
Low Back Pain (LBP) adalah salah satu penyakit yang terjadi pada bagian punggung
bawah, hal ini terjadi karena adanya gangguan pada tulang dan otot punggung. Nyeri
pinggang terjadi pada 60-90% disepanjang kehidupan manusia, 90% kasus nyeri pinggang
akan sembuh tanpa pengobatan dalam jangka waktu 6-12 minggu, dan kasus ini akan
meningkat pada seseorang yang berusia lebih dari 45 tahun[ CITATION TMm00 \l 1033 ].
Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh masalah-masalah musculoskeletal
(misalnya perenggangan lumbosakral akut, ligament lumbosakral yang tidak stabil dan
kelemahan otot, osteotitis medulla, stenosis medulla, masalah-masalah diskus intervertebra,
panjang tungkai yang tidak sama. Pasien lansia mungkin mengalami sakit punggung yang
berkaitan dengan fraktur vertebra, osteoporosis atau metastasis tulang. Banyak kondisi
medikal dan psikomatis lain yang menyebabkan nyeri punggung. Obesitas, stress dan
kadang depresi dapat menunjang terjadinya nyeri punggung bawah. Pasien dengan nyeri
punggung bawah kronik mungkin mengalami ketergantung pada alkohol atau analgesic
[ CITATION Bau96 \l 1033 ].

1.2 ETIOLOGI
Menurut Borrenstein (2004), faktor-faktor penyebab nyeri punggungbawah sebagian
besar berasal dari faktor mekanik, dapat diklasifikasikan menjadi 2 kategori, yaitu :
a) Faktor mekanik static
Faktor mekanik statik adalah deviasi sikap atau postur tubuh yang menyebabkan
peningkatan sudut lumbosakral (sudut antara segmen Vertebra L5 dan Vertebra S1)
yang normalnya 30-34, atau peningkatan lengkung lordotik lumbal dalam waktu
yang cukup lama, serta menyebabkan pergeseran titik pusat berat badan (center of
gravity/CoG), yang normalnya berada di garis tengah sekitar 2,5 cm di depan segmen
Vertebra S2.
Peningkatan sudut lumbosakral dan pergeseran CoG tersebut akan menyebabkan
peregangan pada ligamen dan berkontraksinya otot-otot yang berusaha untuk
mempertahankan postur tubuh yang normal, akibatnya dapat terjadi sprain atau strain
pada ligamen atau otot-otot sekitar punggung bawah yang menimbulkan nyeri.
Kemudian sikap tubuh atau postur yang jelek adalah adalah sikap berdiri membungkuk
ke depan, tidak tegak, kepala menunduk, dada datar, dinding abdomen menonjol dan
punggung bawah sangat lordotik. Keadaan ini akan membuat titik berat badan akan
jatuh ke depan. Sebagai kompensasi punggung harus ditarik kebelakang dan akan
menimbulkan hiperlordosis lumbal. Hal ini bila berlangsung lama akan menimbulkan
kelelahan otot dan rangsangan pada ligamen-ligamen yang akan dapat menimbulkan
rasa nyeri.
b) Faktor mekanik dinamik
Faktor mekanik dinamik atau kinetik yaitu terjadinya stress atau beban mekanik
abnormal pada struktur jaringan (ligamen atau otot) di daerah punggung bawah saat
melakukan gerakan. Stress atau beban mekanik tersebut melebihi kapasitas fisiologis
atau toleransi otot maupun ligamen di daerah punggung bawah. Gerakan yang potensial
menimbulkan nyeri punggung bawah muskuloskeletal adalah gerakan kombinasi
terutama fleksi dan rotasi, dan bersifat repetitif, apalagi disertai dengan beban, misalnya
ketika sedang mengangkat beban yang berat.Sedangkan menurut Bull (2007), faktor-
faktor resiko pada nyeri punggung bawah dapat dibagi menjadi 2 kelompok utama,
yaitu faktor eksternal atau pekerjaan dan faktor internal :
1. Faktor eksternal atau identik dengan aktivitas dan pekerjaan
 Pekerjaan fisik yang berat, yang terutama memberikan tekanan yang cukup
besar pada punggung bawah.
 Pekerjaan yang berhubungan dengan posisi statik yang berkepanjangan,
misalnya berdiri atau duduk yang cukup lama, apalagi disertai dengan vibrasi
atau getaran pada tubuh, misalnya mengendarai mobil, truk, atau
mengoperasikan alat-alat perindustrian.
 Pekerjaan yang dilakukan dengan gerakan membungkuk atau memutar tubuh
secara berulang-ulang.
2. Faktor internal
 Faktor internal berkaitan dengan individu itu sendiri, antara lain usia atau
degeneratif, dari berbagai studi epidemiologik, kejadian nyeri punggung
bawah meningkat pada usia 35 tahun dan mencapai puncaknya pada usia
sekitar 55 tahun.
 Antropometrik, berhubungan dengan berat badan, individu dengan obesitas
mempunyai resiko yang lebih besar mengalami nyeri punggung bawah karena
obesitas menyebabkan hiperlordosis lumbal sehingga terjadi pergeseran titik
pusat berat badan ke depan.

1.3 MANIFESTASI KLINIS LOW BACK PAIN


Gambaran klinis LBP adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat
merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri yang berasal dari
daerah punggung bawah dapat menuju ke daerah lain atau sebaliknya , nyeri yang berasal
dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah (reffered pain/nyeri yang menjalar).
Tanda dan gejala yang timbul antara lain:
1) Cara berjalan pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk pemeriksaan neurologis)
2) Perilaku penderita apakah konsisten dengan keluhan nyerinya (kemungkinan kelainan
psikiatrik)
3) Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal (pinggang) sehingga
penderita berjalan sangat hati-hati (kemungkinan infeksi, peradangan, tumor atau patah
tulang )
Menurut International Association for the Study of Pain (IASP), yang termasuk dalam
low back pain terdiri dari :
1) Lumbar Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi: superior oleh garis transversal
imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebra thorakal terakhir, inferior
oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebra
sakralis pertama dan lateral oleh garis vertikal tangensial terhadap batas lateral spina
lumbalis.
2) Sacral Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis transversal imajiner
yang melalui ujung prosesus spinosus vertebra sakralis pertama, inferior oleh garis
transversal imajiner yang melalui sendi sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh garis
imajiner melalui spina iliaka superior posterior dan inferior.
3) Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal pain dan 1/3 atas
daerah sacral spinal pain.
Selain itu, IASP juga membagi low back pain ke dalam :
a) Low Back Pain Akut, telah dirasakan kurang dari 3 bulan.
b) Low Back Pain Kronik, telah dirasakan sekurangnya
c) Low Back Pain Subakut, telah dirasakan minimal 5-7 minggu, tetapi tidak lebih dari
12 minggu.

1.4 PATOFISIOLOGI LOW BACK PAIN


Beban berat memiliki berbagai efek terhadap diskus intervertebralis, badan dari
vertebrata, fasetbdan ligament-igamen tulang belakang. Pada beban berat yang menekan
(compressive load) serabut anuker dari diskus mengalami perenggangan. Tulang vertebra
juga mengalami tekanan dan dapat patah patah pada end-plate-nya. Ligamen-ligamen tulang
belakang cenderung dapat melengkung dengan mudah dan sendi faset hanya dapat sedikit
menahan kompresif.
Akibatnya adalah dapat mengakibatkan herniasi. (etika diskus hanyamenonjol, anulusnya
masih sempurna. (etika terjadi herniasi, annulus bisa robek,sehingga menghasilkan ekstrusi
dari nucleus pulpous. Kompresi dari akar saraf
tulang belakang dapat terjadi karena herniasi diskus tadi. Diskus yang memisahkan dan
memberi bantalan vertebra mendapatkan inervasi oleh ujung-ujung halus. Ketika diskus
menimpa nervus sklialitikus, kondisi ini dan denyut nyeri yang dihasilkan disebut sebagai
skiatika. Skiatika adalah bentuk nyeri yang parah dan konstan di daerah kaki yang muncul di
sepanjang jalur nervus skiatik dan cabang-cabangnya
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada
orang muda diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada
lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus merupakan
penyebab nyeri punggung yang biasa diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita
stress mekanis paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus (herniasi
nucleus pulposus) atau kerusakan sendi faset dapat mengakibatkan penekanan pada akar
saraf ketika keluar dari kanali spinalis yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang
saraf tersebut. Sekitar 12% orang dengan nyeri punggung bawah menderita hernia nucleus
pulposus (Brunner & Sudrarth, 2002:2321).
1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Sinar-X vertebra; mungkin memperlihatkan adanya fraktur, dislokasi, infeksi,
osteoartritis atau scoliosis
b) Compoted tomography (CT) Scan; berguna untuk mengetahui penyakit yang mendasari
c) Ultrasonografi (USG); dapat membantu mendiagnosis penyempitan kanalis spialis
d) Magneting resonance imaging (MRI); memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi
patologi tulang belakang
e) Mielogram dan diskogram; dimana sejumlah kecil bahan kontras disuntikkan ke diskus
interertebralis untuk dapat melihat visualisasi sinar. Dapat dilakukan untuk diskus yang
mengalami degenerasi da protrusi diskus.
f) Venogram epidural; digunakan untuk mengkaji penyakit diskus lumbalis dengan
memperliatkan adanya pergeseran vena epidural.
g) Elektrominogram (EMG) dan pemeriksaan hantaran saraf digunakan untuk
mengevaluasi penyakit serabut saraf tulang belakang (radikulopati). (lukman & ningsih,
2010, hal. 134)

1.6 PENATALAKASANAAN
a) Fisioterapi
dalam hal ini memegang peranan untuk mengembalikan dan mengatasi gangguan
impairment dan activity limitation sehingga pasien dapat beraktivitas kembali. Untuk
mengatasi masalah Pada nyeri punggung bawah miogenik dapat digunakan modalitas
fisioterapi seperti :
1. Terapi panas antara lain Hot pack, Short Wave Diathermy (SWD), Micro Wafe
Diathermy (MWD), IR.
2. Terapi dingin yaitu antara lain Cold pack, kompres dingin dan Massage es.
3. Terapi listrik antara lain Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS),
interferensi (IF), dyadinamis.
4. Terapi manipulasi atau stretching, Massage.
5. Terapi latihan : William Flexion Exercise dan Mc Kanzie.
b) Obat-obatan
Penggunaan obat-obatan untuk nyeri punggung bawah kronis disarankan hanya
untuk jangka pendek, misalnya saat eksaserbasi akut, karena penggunaan jangka panjang
dapat menimbulkan banyak efek samping .
1. NSAIDs (Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs)
Jenis obat NSAIDs yang sering digunakan adalah diclofenac, ibuprofen dan naproxen.
Sediaan ada dalam bentuk tablet, suppository dan injeksi, tetapi injeksi sudah jarang
digunakan karena efektivitas sama dengan tablet dan suppositoria).
2. Paracetamol
Paracetamol sering diberikan pada pasien nyeri punggung bawah, tetapi tidak terbukti
efektif di beberapa penelitian .
3. Opioid
Pemberian opioid tidak menjamin perbaikan gejala—tanpa opioid, 24 dari 100 pasien
membaik, dengan opioid angka hanya berubah menjadi 34 dari 100 pasien . Efek
samping adalah konstipasi, mual, kantuk, dan ketergantungan.
4. Obat Pelumpuh Otot (Muscle Relaxant)
Obat pelumpuh otot, seperti eperisone dan baclofen, hanya meringankan gejala jangka
pendek, belum ada penelitian yang membuktikan efektivitasnya untuk nyeri punggung
bawah. Efek samping yang sering ditemukan adalah sedasi, dan penggunaan jangka
panjang memiliki risiko ketergantungan.
5. Antidepresan dan Antiepilepsi
Obat antidepresan yang telah diteliti efektivitasnya adalah golongan trisiklik.
Gabapentin meringankan gejala jangka pendek pada pasien dengan radikulopati.
Selective serotonin reuptake inhibitors (SNRIs) dan obat antiepilepsi, seperti
pregabalin, belum terbukti untuk membantu pasien nyeri punggung bawah kronis
6. Terapi Injeksi
Terapi injeksi sering digunakan untuk mengurangi nyeri atau membuat sensasi baal.
Injeksi dapat dilakukan ke jaringan otot, di sekitar saraf tertentu, ligamen/diskus
spinal, ke sendi tulang belakang atau ke epidural. Injeksi yang dapat diberikan adalah
Zat anastesi local, Steroid, Botulinum toxin (Botox)

1.7 KOMPLIKASI
Komplikasi umum yang biasanya terjadi setelah pembedahan (Joyce,2009) :
1. Infeksi dan peradangan
2. Cedera pada akar-akar saraf
3. Robekan pada lapisan durameter
4. Sindroma kauda ekuina
5. Hematoma
6. Tidak ada penyatian pada area bedah
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 PENGKAJIAN
a) Identistas Klien.
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, bangsa, alamat.
b) Keluhan Utama.
Biasanya pasien mengatakan nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari 2
bulan, nyeri sat berjalan dengan menggunakan tumit, nyeri menyebar kebagian
bawah belakang kaki.
c) Riwayat Penyakit Sekarang.
Tanyakan pada klien sejak kapan keluhan dirasakan, kapan timbulnya keluhan &
apakah menetap atau hilang timbul', hal apa yang mengakibatkan terjadinya
keluhan, apa saja yang dilakukan untuk mengurangi keluhan yang dirasakan,
tanyakan pada klien apakah klien sering mengkomsumsi obat tertentu atau tidak.
d) Riwayat penyakit dahulu.
Tanyakan pada klien apakah klien dulu pernah menderita penyakit yang sama
sebelumnya, apakah klien pernah mengalami kecelakaan atau trauma, apakah klien
pernah menderita penyakit gangguan tulang atau otot sebelumnya.
e) Riwayat Pekerjaan.
Faktor resiko ditempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot rangka
terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan barang, posisi
atau sikap tubuh selama bekerja, dan kerja statis.

2.2 PEMERIKSAAN FISIK


a) Keadaan umum.
Meliputi : baik, jelek, sedang.
b) Tanda – tanda Vital.
TD : Tekanan darah.
N : Nadi.
P : Pernapasan.
S : Suhu.
c) Antropometri.
BB : Berat badan.
TB : Tinggi badan.
d) Sistem pengidraan.
Mata : lapang pandang.
Hidung : kemampuan penciuman.
Telinga : keadaan telinga dan kemampuan pendengaran.
e) Sistem pernapasan.
pernapasan, bersihan jalan nafas, kualitas, suara,dan bunyi tambahan ronchi,
wheezing.
f) Sistem kardiovaskuer.
Nilai tekanan darah, nadi, irama, kualitas, dan frekuensi, bunyi jantung.
g) Sistem gastrointestinal.
Nilai kemampuan menelan, nafsu makan dan minum, peristaltik usus dan eliminasi.
h) Sistem integumen.
Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit, dan warna permukaan kuku.
i) Sistem muskuloskletal.
Bentuk kepala, ekstermitas atas dan skstermitas bawah,
j) Sistem endokrin.
Keadaan kelenjer tyroid, suhu tubuh, frekuensi urine.
k) Sistem reproduksi.
Nilai keadaan genetalia, dan perubahan fisik sistem reproduksi.
l) Sistem neurologis.
 Fungsi cerebral.
 Status mental : orientasi, daya ingat, dan bahasa.
 Tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal) : dengan menggunakan Gaslow
Coma Scale (GCS).
 Kemampuan bicara.
 Fungsi kranial.

m) Nervus I (Olfaktorius) :
Suruh klien menutup mata dan menutup salah satu lubang hidung, mengidentifikasi
dengan benar bau yang berbeda (misalnya jeruk nipis dan kapas alkohol).
n) Nervus II (Optikus) :
Persepsi terhadap cahaya dan warna, periksa diskus optikus, penglihatan perifer.
o) Nervus III (Okulomotorius) :
Kelopak mata terhadap posisi jika terbuka, suruh klien mengikuti cahaya
p) Nervus IV (Troklearis) :
Suruh klien menggerakan mata kearah bawah dan kearah dalam.
q) Nervus V (Trigeminus) :
Lakukan palpasi pada pelipis dan rahang ketika klien merapatkan giginya dengan
kuat, kaji terhadap kesimetrisan dan kekuatan, tentukan apakan klien dapat
merasakan sentuhan diatas pipi (bayi muda menoleh bila area dekat pipi disentuh)
dekati dari samping, sentuh bagiang mata yang berwarna dengan lembut dengan
sepotong kapas untuk menguji refleks berkedip dan refleks kornea.
r) Nervus VI (Abdusen) :
Kaji kemampuan klien untuk menggerakan mata secara lateral.
s) Nervus VII (Fasialis) :
Uji kemampuan klien untuk mengidentifikasi larutan manis (gula), asam (lemon).
Kaji fungsi motorik dengan cara tersenyumdan menglihatkan giginya.
t) Nervus VIII (Vestibulocochlearis) :
Uji pendengaran.

u) Nervus IX (Glosofaringeus) :
Uji kemampuan klien untuk mengidentifikasi rasa pada lidah.

v) Nervus X (Vagus) :
Kaji klien refleks menelan, sentuhkan tong spatel pada lidah ke posterior faring
untuk menentukan refleks muntah, jangan menstimulasi jika ada kecurigaan
epiglotitis.
w) Nervus XI (Asesorius) :
Suruh klien memutar kepala kesamping dengan melawan tahanan, minta klien
untuk mengangkat bahunya kemudian kita tahan apakah klien mampu untuk
melawannya.
x) Nervus XII (Hipoglasus) :
Minta klien untuk mengeluarkan lidahnya,periksa deviasi garis tengah, dengarkan
kemampuan anak untuk mengucapkan ‘R’.
- Fungsi motorik :
Massa otot, tonus otot, dan kekuatan oto.
- Fungsi sensorik :
Respon terhadap suhu, nyeri, dan getaran.
- Fungsi cerebrum :
Kemampuan koordinasi dan keseimbangan.

2.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan :
a. Trauma jaringan dan reflek spasme otot
b. Inflamasi
c. Kompresi saraf
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
a. Nyeri dan ketidaknyamanan
b. Spasme otot
c. Terapi testriktif
d. Kerusanan neuromuskular
3. Ansietas/koping individu tak efektif berhubungan dengan
a. Krisis situasi
b. Atasi/ubah status kesehatan, status sosioekonomi, peran fungsi
c. Gangguan berulang dengan nyeri terus menerus
d. Ketidakadekuatan metode koping
2.4 INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Dx : nyeri akut b/d agen cedera fisik (trauma) dan reflek spasme otot

Kriteria Hasil NOC Intervensi NIC


Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya keluhan
keperawatan selama 3x24 jam, nyeri nyeri catat lokasi, lamanya serangan,
klien berkurang. faktor pencetus yang memperberat
Kriteria hasil : 2. Dorong klien untuk
1. Klien merasakan berkurang atau tirah baring dan perubahan posisi
hilangnya nyeri untuk memperbaiki posisi lumbal.
2. Klien dapat beristirahat dengan Pasien pada posisi semi fowler
nyaman 3. Gunakan papan
3. Mengubah posisi dengan nyaman selama melakukan perubahan posisi
4. Ajarkan klien teknik
relaksasi untuk mengontrol dan
menyesuaikan nyeri
5. Ajarkan dan
anjurkan klien untuk melakukan
pernapasan diafragma
untukmengurangi tegangan otot
6. Alihkan perhatian
klien : membaca, menonton tv,
mendengarkan lagu
7. Batasi aktivitas
klien sesuai dengan kebutuhan
8. Berikan obat sesuai
order

2. Dx : gangguan mobilitas fisik b/d nyeri, spasme otot

Kriteria Hasil NOC Intervensi NIC


Tujuan : setelah dilakukan perawatan 1. Memantau secara kontinu mobilitas
3x24 jam, klien dapat mengalami akan mengetahui aktivitas klien
mobilitas fisik 2. Bantu klien mengubah posisi secara
Kriteria Hasil: perlahan
1. Klien menunjukkan kembalinya 3. Ajarkan klien cara yang tepat turun dari
mobilitas fisik tempat tidur dengan nyeri yang
2. Kembali ke aktivitas semula secara minimal
bertahap 4. Sampaikan dan ingatkan klien untuk
3. Menghindari posisi yang tidak diperbolehkan melakukan gerakan
mengakibatkan ketidaknyamanan memutar atau melengok
5. Dorong pasien untuk melakukan
dan spasme otot perubahan posisi berbaring, duduk,
4. Merencanakan atau jadwal baring berjalan. Dalam kurun waktu yang
setiap hari singkat
6. Buat jadwal periode berbaring di
tempat tidur berapa kali sehari bersama
dengan klien
7. Dorong klien untuk mematuhi jadwal
latihan yang sudah dibat dan
meningkatkan latihan secara bertahap

3. Ansietas/koping individu tak efektif berhubungan dengan Ketidakadekuatan


metode koping

Kriteria Hasil NOC Intervensi NIC


Setelah dilakukan tindakan 1. Gunakan
keperawatan selama 3x24 jam, klien pendekatan yang menenangkan
tidak mengalami kecemasan. 2. Jelaskan semua
Kriteria hasil : prosedur dan apa yang dirasakan
1. Klien mampu mengidentifikasi selama prosedur
dan mengucapkan gejala cemas 3. Identifikasi tingkat
2. Vital sign dalam batas normal kecemasan
3. Postur tubuh, ekspresi wajah, 4. Dorong pasien
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas untuk mengungkapka perasaan,
menunjukkan berkurangnya ketakutan, persepsi
kecemasan 5. Menciptakan
lingkungan yang tenang
6. Menunjukkan dan
berlatih kecil teknik relaksasi dengan
psien
2.5 EVALUASI
1. Klien merasa nyerinya berkurang
2. Klien dapat beristirahat dengan nyaman
3. Klien dapat melakukan aktifitasnya kembali secara bertahap
BAB III

KESIMPULAN
Kerusakan punggung dan tulang adalah penyebab ketiga ketiga kerusakan punggung dan
tulang adalah penyebab ketiga ketika ketidakmampuan individu dalam bertahun-tahun
pekerjaannya. pasien lansia mungkin mengalami sakit punggung yang berkaitan dengan fraktur
vertebra, osteoporosis atau metastasis tulang. Banyak kondisi medical dan psikosomatis lain
yang menyebabkan nyeri punggung. Obesitas, stress dan kadang depresi dapat menunjang
terjadinya nyeri punggung bawah. Pasien dengan nyeri punggung bawah kronik mungkin
mengalami ketergantungan pada alkohol atau analgesik.
DAFATAR PUSTAKA
Baughman, C. D. (1996). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC .
Marevelli, T. M. (2000). Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC.
Zuniawati, D. (2019). Kejadian Lumbago. Tulungagung: Media Citra.

Brunner and Suddarth. 1984. Medical Surgical Nursing. Philadelphia: JB Lippincot Comany
(lukman & ningsih, 2010, hal. 134)

Basmajian, John U, 1978; Therapeutic Exercise; Third Edition, Rehabilitation median, Jakarta.
Low Back Pain: Medication for chronic back pain. Informed Health Online. NCBI. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0073048/

Allen R. Chronic Low Back Pain: Evaluation and Management. [online] Available from:
http://www.aafp.org/afp/2009/0615/p1067.html#afp20090615p1067-b7

Anda mungkin juga menyukai