Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

LOW BACK PAIN

Disusun oleh :

Kelompok 4

1. Gunawan (22206055)
2. Helda Sukmawati (22206056)
3. Ida Rahayu (22206058)
4. Nur Asyiah (22206061)
5. Retno Amalia (22206064)
6. Sulfiah (22206071)
7. Kaharuddin (22206076)
8. Siti Khadijah (22206085)
9. Depi Rosa Muin (22206083)
10. Yulviani Patialo (22206086)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR

TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah nyeri punggung bawah merupakan sumber data tarik, frustasi
dan kadang menjadi kebingungan pada banyak dokter dan ilmuan untuk
mempelajari dan menangani penyakit ini. Tulang belakang merupakan satu-
satunya organ yang terdiri dari tulang-tulang, sendi- sendi, ligament-ligamen,
jaringan lemak, berlapis lapis otot, syaraf tepi, ganglion sensoris, ganglion
otonom dan saraf tulang belakang. Struktur tersebut di suplay oleh satu sistem
arteri dan vena yang rumit. Selain itu pergerakan dari tulang belakang itu
sendiri sangat kompleks dan cidera pada tulang belakang dan struktur-struktur
tersebut akan menghasilakan pola nyeri yang unik.
Menurut data dari Amerika, prevalensi gangguan low back pain
berkisar 15-20% dari populasi umum. Dari kelompok usia bekerja sekitar
50% mengaku pernah mengalami low back pain setiap tahunnya (Meliala, dkk
2005). Kelompok Jayson menemukan bahwa 35-37% pekerja mengalami
nyeri punggung dan sebagian penderita yang dimaksud adalah mereka yang
ada pada usia 49-59 tahun.
Di Indonesia, data mengenai jumlah penderita low back pain di RSUD
dr. Soedarso Pontianak didapatkan bahwa pada tahun 2010 sebanyak 189
kasus, tahun 2011 sebanyak 63 kasus dan tahun 2012 sebanyak 959 kasus
(Tuti, 2013). Low Back Pain (LBP) sering dijumpai dalam praktek sehari-
hari, terutama di Negara-negara Industri. Diperkirakan 70-85% dari seluruh
populasi pernah mengalami episode ini selama hidupnya. Prevalensi
tahunannya bervariasi dai 15-45% dengan point prevalence (Sadeli dan
Tjahjono 2004). Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada,
namun diperkirakan 40% penduduk Jawa Tengah berusia di atas 65 tahun
pernah menderita nyeri punggung, prevalensi laki-laki 18,2% da pada wanita
13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di
Indonesia berkisar antara 3-17% (Sadeli & Tjahjono, 2004). Angka kejadian
low back pain di Bali berdasarkan data yang diperoleh dari poliklinik
Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar pada tahun
2011 dan 2012 di dapatkan jumlah penderita low back pain (LBP) yang
menjalani rawat jalan sebanyak 152 pasien. (Endah, 2013).
Sebagian besar pasien dapat diatasi secara efektif dengan kombinasi
dari pemberian informasi, saran, analgesia, dan jaminan yang tepat. Selain itu
pasien juga dapat didorong untuk melakukan aktivitas, tirah baring, dan
olahraga. Medikasi dan operasi juga bisa menjadi penatalaksanaan dari Low
Back Pain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi dari Low Back Pain ?
2. Apakah etiologi dari Low Back Pain ?
3. Bagaimana patofisiologi Low Back Pain ?
4. Bagaimana manifestasi klinis pada penderita Low Back Pain ?
5. Apakah komplikasi pada pasien dengan Low Back Pain ?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien dengan Low Back Pain ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat untuk menangani kasus Low
Back Pain ?
8. Apa edukasi yang bisa diberikan untuk mencegah LBP?

1.3 Tujuan
A. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami dan melakukan peran sebagai perawat dalam
pencegahan dan penanganan masalah Low Back Pain.
B. Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami definisi dari Low Back Pain
2. Mengetahui dan memahami etiologi dari Low Back Pain
3. Mengetahui dan memahami patofisiologi Low Back Pain
4. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis pada penderita Low
Back Pain
5. Mengetahui dan memahami komplikasi pada pasien dengan Low Back
Pain
6. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan pada pasien Low Back
Pain
7. Memahami dan mampu mempraktikkan asuhan keperawatan yang
tepat untuk penderita Low Back Pain
8. Mengetahui dan memahami edukasi tentang LBP

1.4 Manfaat
Menambah pengetahuan serta keterampilan mahasiswa dalam pengerjaan
makalah dan presentasi di depan kelas. Menambah kecakapan dan rasa
percaya diri mahasiswa serta lebih memahami masalah neurobehavior
terutama masalah Low Back Pain serta memahami asuhan keperawatan pada
klien dengan masalah Low Back Pain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Low Back Pain


Low Back Pain merupakan nyeri di sekitar lumbosakral dan sakroiliakal yang
disertai penjalaran ke tungkai sampai kaki. (WHO 2013). Low Back Pain atau
LBP merupakan nyeri pada punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit
atau diagnosis untuk suatu penyakit namun merupakan nyeri yang dirasakan di
area yang terkena bervariasi lama terjadinya nyeri

2.2 Etiologi Low Back Pain


Menurut Helmi (2012) Kebanyakan Low back pain disebabkan oleh dua
faktor, yaitu faktor mekanik dan nonmekanik.
a. Faktor mekanik :
1) Degenerasi segmen diskus, misalnya osteoarthritis tulang belakang atau
stenosis tulang belakang;
2) Nyeri diskogenik tanpa gejala radikular;
3) Radikulopati struktural;
4) Fraktur vertebrae segmen atau osesus;
5) Spondilosis di sertai atau tanpa adanya stenosisi kanal spinalis;
6) Makro dan mikro ketidakstabilan spina atau ketidakstabilan ligamen
lumbosacral dan kelemahan otot;
7) Ketidaksamaan panjang tungkai;
8) Lansia (perubahan struktur tulang belakang).
b. Faktor nonmekanik:
1) Sindrom neurologis yaitu, mielopati atau mielitis struktural; Pleksopati
lumosaktal (regangan) lumbosakral akut; miopati spinal segmental ataudistonia
umum.
2) Gangguan sistemik yaitu, primer atau neoplasma metastasis; infeksi oseus,
diskus, atau epidural; penyakit metabolik tulang, termasuk osteoporosis.
3) Nyeri kiriman (referred pain) yaitu, gangguan ginjal, gangguan gastrointestinal,
masalah pelvis, tumor retroperineal, aneurisma abdominal; masalah psikosomatik.

2.3 Patofisiologi Low Back Pain


Konstruksi punggung yang unik memungkinkan terjadinya fleksibilitas dan
memberi perlindungan terhadap sumsum tulang belakang. Otot-otot abdominal
berperan pada aktivitas mengangkat beban dan sarana pendukung tulang
belakang. Obesitas, masalah struktur, dan peregangan berlebihan pada sarana
pendukung ini menyebabkan back pain. Perubahan degenerasi diskus
intervertebrae akibat usia menjadi fibrokartilago yang padat dan tidak teratur
merupakan penyebab nyeri punggung biasa, L4-S1 mengalami stres mekanis dan
menekan sepanjang saraf tersebut. Keluhan Low back pain dan keterbatasan
aktivitas menimbulkan keluhan atau masalah pada klien yang mengalami Low
back pain (Muttaqin, 2011).

2.4 Manifestasi Klinis Low Back Pain


Berikut ini merupakan manifestasi klinis atau tanda dan gejala dari Low Back
Pain menurut Wiarto, Giri. 2017 :
a. Nyeri punggung akut atau kronis (berlangsung lebih dari 3 bulan tanpa
perbaikan) dan keletihan.
b. Nyeri tungkai yang menjalar ke bawah (radikulopati,skiatika) gejala ini
menunjukkan adanya gangguan pada radiks saraf.
c. Gaya berjalan, mobilitas tulang belakang, refleks, panjang tungkai,kekuatan
motoric tungkai, dan persepsi sensori dapat pula terganggu.
d. Spasme otot paravertebal (peningkatan drastis tonus otot postural punggung)
terjadi disertai dengan hilangnya lengkung normal lumbal dan kemungkinan
deformitas tulang belakang

2.5 Komplikasi
Komplikasi umum yang biasanya terjadi setelah pembedahan (Joyce, 2009) :
1. Infeksi dan peradangan
2. Cedera pada akar-akar saraf
3. Robekan pada lapisan durameter
4. Sindroma kauda ekuina
5. Hematoma
6. Tidak ada penyatuan pada area bedah

2.6 Penatalaksanaan Low Back Pain


Menurut (Harsono, 2015) penatalaksanaan low Back Pain ada 2 yaitu Konservatif
dan Operatif.
1) Terapi konservatif
Cara konservatif ini meliputi rehat baring atau bed rest, medikamentosa,
dan fisioterapi.
a. Tirah baring
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa
hari dengan sikap tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai
pegas atau per; dengan demikian tempat tidur harus dari papan
yang lurus dan kemudian ditutup dengan lembar busa yang tipis.
38 Tirah baring ini sangat bermanfaat untuk nyeri punggung
bawah, fraktur dan Hernia Nukleus Pulposus. Lama tirah baring
bergantung pada berat-ringannya gangguan yang dirasakan
penderita. Setelah tirah baring dianggap cukup, maka dapat
dilakukan latihan tertentu, atau terlebih dahulu dipasang korset.
Tujuan latihan ini adalah untuk mencegah terjadinya kontraktur
dan mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot.
b. Medikamentosa
Ada dua jenis obat dalam tatalaksana LBP, ialah obat yang bersifat
simtomatik dan yang bersifat kausal. Obat-obat simtomatik antara
lain analgetik (salisilat, paracetamol, dll), kortikosteroid
(prednisolon, prednisone), anti-inflamasi non steroid (AINS)
misalnya piroksikam, antidepresan trisiklik secara sentral misalnya
amitriptilin, dan obat penenang minor misalnya diazepam,
klordiasepoksid. Obat-obat kausal misalnya anti tuberculosis,
antibiotika untuk spondilitis piogenik, nukleolisis misalnya
khimopapain, kolagenase untuk HNP.
c. Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan jangkauan
permukaan yang lebih dalam) misalnya pada Hernia Nukleus
Pulposus, trauma mekanik akut, serta traksi pelvis misalnya untuk
relaksasi otot dan mengurangi lordosis.
2) Terapi operatif
Terapi operatif dilakukan jika tindakan konservatif tidak memberikan
hasil yang nyata, atau terhadap kasus fraktur yang menyebabkan defisit
neurologic. Pada kondisi ini memerlukan tindakan yang bersifat segera
(cito).

2.7 Health Education


Menurut PERDOSSI (Perhimpunan Doketr Spesialis Saraf indonesia) Hal
yang perlu diedukasi untuk menghindari nyeri punggung bagian bawah:

1. Mengurangi berat badan bila BMI berlebih

2. Menggunakan sepatu rata (bukan hak tinggi) dengan sol sepatu yang nyaman
dan empuk

3. Hindari pergerakan yang mendadak atau tekanan berlebih


4. Kurangi stress, tekanan pikiran dan anksietas

5. Tidur menggunakan kasur yang cukup kuat menyangga berat badan, terutama
di bahu dan bokong agar tulang belakang pada posisi anatomis

6. Olahraga seperti berjalan atau berenang dapat menguatkan otot tanpa


menambahkan beban atau gerakan mendadak.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
A. Anamnesa
a) Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, bangsa, alamat.
b) Keluhan utama
Biasanya pasien mengatakan nyeri punggung akut maupun kronis
lebih dari 2 bulan, nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit, nyeri
menyebar kebagian bawah belakang kaki.
c) Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan pada klien sejak kapan keluhan dirasakan, kapan timbulnya
keluhan(apakah menetap atau hilang timbul), hal apa yang mengakibatkan
terjadinya keluhan, apa saja yang dilakukan untuk mengurangi keluhan
yang dirasakan, tanyakan pada klien apakah klien sering mengkonsumsi
obat tertentu atau tidak.
d) Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada klien apakah klien dulu pernah menderita penyakit
yang sama sebelumnya, apakah klien pernah mengalami kecelakaan atau
trauma, apakah klien pernah menderita penyakit gangguan tulang atau otot
sebelumnya
e) Riwayat pekerjaan
Faktor resiko ditempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot
rangka terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara
pengangkatan barang, posisi atau sikap tubuh selama bekerja, dan kerja
statis.
B. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum
2. Pemeriksaan persistem
3. Sistem persepsi dan sensori (pemeriksaan panca indera: penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecap, perasa)
4. Sistem persarafan (Pemeiksaan neurologik)
a) Pemeriksaan motorik
b) Pemeriksaan sensorik
c) Straight Leg Raising (SLR), test laseque (iritasi radisks L5 atau S 1)
cross laseque(HNP median) Reverse Laseque (iritasi radik lumbal
atas)
d) Sitting knee extension (iritasi lesi iskiadikus)
e) Pemeriksaan system otonom
f) Tanda Patrick (lasi coxae) dan kontra Patrick (lesi sakroiliaka)
g) Tes Naffziger
h) Tes valsava.
5. Sistem pernafasan
(Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan nafas.)
6. Sistem kardiovaskuler
(Nilai tekanan darah, nadi, irama, kualitas, dan frekuensi)
7. Sistem Gastrointestinal
(Nilai kemampuan menelan,nafsu makan, minum, peristaltic dan
eliminasi)
8. Sistem Integumen
(Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien )
9. Sistem Reproduksi
(Untuk pasien wanita)
10. Sistem Perkemihan
(Nilai Frekuensi Bak, warna, bau, volume )

C. Pola fungsi kesehatan


1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola aktifitas dan latihan
(Cara berjalan: pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk
pemeriksaan neurologis)
3) Pola nutrisi dan metabolism
4) Pola tidur dan istirahat
(Pasien LBP sering mengalami gangguan pola tidur dikarenakan
menahan nyeri yang hebat).
5) Pola kognitif dan perseptual
(Perilaku penderita apakah konsisten dengan keluhan nyerinya
(kemungkinan kelainan psikiatrik)
6) Persepsi diri/konsep diri
7) Pola toleransi dan koping stress
(Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal
sehingga penderita berjalan sangat hati-hati untuk mengurangi rasa sakit
tersebut (kemungkinan infeksi. Inflamasi, tumor atau fraktur)).
8) Pola seksual reproduksi
9) Pola hubungan dan peran
10) Pola nilai dan keyakinan
3.2 Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. DS : Perubahan postur tubuh Nyeri
1. Pasien mengeluh karena trauma primer dan
sering merasakan sekunder
nyeri pada 
punggung bagian Trauma primer seperti:
bawah trauma secara spontan.
DO: Contohnya kecelakaan
1. Skala nyeri : 6 
Kontraksi punggung

Terdesaknya otot
vetebrata

Tulang belakang
menyerap goncangan
vertikal

Terjadi perubahan struktur
dengan diskus atas febri
fertigo

Nyeri punggung bawah
(low back pain)

nyeri
2. DS : Perubahan postur tubuh Hambatan Mobilitas
1. Klien mengatakan karena trauma primer dan
nyeri punguung sekunder
bawah 
2. Pernah terjatuh Trauma primer seperti:
dari tempat bekerja trauma secara spontan.
3. Pergerakan Contohnya kecelakaan
terbatas 
DO : Kontraksi punggung
1. Skala nyeri 8 
Terdesaknya otot
vetebrata

Tulang belakang
menyerap goncangan
vertikal

Terjadi perubahan struktur
dengan diskus atas febri
fertigo

Nyeri punggung bawah
(low back pain)

Kelemahan otot

Mobilitas fisik terganggu

hambatan mobilitas
3. DS : Obesistas Nutrisi lebih dari
1. Klien mengeluh  kebutuhan
nyeri punggung Kelebihan beban
bagian bawah lumbalsakral
2. Klien bekerja 
didepan komputer Pembentukan kurva
selama 10 jam lumbal abnormal
perhari. 
3. Jarang untuk Rusaknya pembungkus
bergerak syaraf
DO : 
1. BB : 90 kg Hiperalgesia sekunder
2. Skala nyeri : 7 pada neuron di sekitar lesi
pada resio lumbal skral

Nyeri punggung bawah
(low back pain)

Kelemahan otot

Mobilitas fisik terganggu

Jarang bergerak

Struktur Melemah

penumpukan lemak krn
tubuh krg gerak

Nutrisi lebih dari
kebutuhan

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan :
a. Trauma jaringan dan reflek spasme otot
b. Inflamasi
c. Kompresi saraf
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
a. Nyeri dan ketidaknyamanan
b. Spasme otot
c. Terapi testriktif
d. Kerusanan neuromuskular
3. Ansietas/koping individu tak efektif berhubungan dengan
a. Krisis situasi
b. Atasi/ubah status kesehatan, status sosioekonomi, peran fungsi
c. Gangguan berulang dengan nyeri terus menerus
d. Ketidakadekuatan metode koping
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, pragnosis,
dan tindakan berhubungan dengan :
a. Kesalahan informasi/kurang pengetahuan
b. Kesalahan interpretasi informasi kurang mengungat
c. Tidak mengenal sumber-sumber informasi
Prioritas keperawatan
1. Menurunkan stress pada spinal, spasme otot, dan nyeri
2. Meningkatkan berfungsi dengan optimal
3. Memberi dukungan pada pasien/keluarga/orang terdekat dalam proses
rehabilitasi
4. Memberikan informasi yang berhubungan dengan penyakit/prignosis
dan kebutuhan pengobatannya.

3.4 Intervensi Keperawatan


1. Dx : nyeri akut b/d agen cedera fisik (trauma) dan reflek spasme otot

Kriteria Hasil NOC Intervensi NIC


Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya keluhan
keperawatan selama 3x24 jam, nyeri nyeri catat lokasi, lamanya serangan,
klien berkurang. faktor pencetus yang memperberat
Kriteria hasil : 2. Dorong klien untuk
1. Klien merasakan berkurang atau tirah baring dan perubahan posisi
hilangnya nyeri untuk memperbaiki posisi lumbal.
2. Klien dapat beristirahat dengan Pasien pada posisi semi fowler
nyaman 3. Gunakan papan
3. Mengubah posisi dengan nyaman selama melakukan perubahan posisi
4. Ajarkan klien teknik
relaksasi untuk mengontrol dan
menyesuaikan nyeri
5. Ajarkan dan
anjurkan klien untuk melakukan
pernapasan diafragma
untukmengurangi tegangan otot
6. Alihkan perhatian
klien : membaca, menonton tv,
mendengarkan lagu
7. Batasi aktivitas
klien sesuai dengan kebutuhan
8. Berikan obat sesuai
order

2. Dx : gangguan mobilitas fisik b/d nyeri, spasme otot

Kriteria Hasil NOC Intervensi NIC


Tujuan : setelah dilakukan perawatan 1. Memantau secara kontinu mobilitas
3x24 jam, klien dapat mengalami akan mengetahui aktivitas klien
mobilitas fisik 2. Bantu klien mengubah posisi secara
Kriteria Hasil: perlahan
1. Klien menunjukkan kembalinya 3. Ajarkan klien cara yang tepat turun dari
mobilitas fisik tempat tidur dengan nyeri yang
2. Kembali ke aktivitas semula secara minimal
bertahap 4. Sampaikan dan ingatkan klien untuk
3. Menghindari posisi yang tidak diperbolehkan melakukan gerakan
mengakibatkan ketidaknyamanan memutar atau melengok
dan spasme otot 5. Dorong pasien untuk melakukan
4. Merencanakan atau jadwal baring perubahan posisi berbaring, duduk,
setiap hari berjalan. Dalam kurun waktu yang
singkat
6. Buat jadwal periode berbaring di
tempat tidur berapa kali sehari bersama
dengan klien
7. Dorong klien untuk mematuhi jadwal
latihan yang sudah dibat dan
meningkatkan latihan secara bertahap

3. Dx : perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan b/d obesitas

Kriteria Hasil NOC Intervensi NIC


Tujuan : setelah dilakukan tindakan 1. Kolaborasi penyusunan program
keperawatan 3x24 jam, nutrisi klien penurunan berat badan dan stres pada
adekuat punggung bawah
Kriteria hasil : 2. Berikan pengawasan terhadap rencana
1. Klien mencapai berat badan yang penurunan berat badan klien
ideal 3. Lakukan pencatatan setiap pencapaian
4. Berikan semangat dan pujian positif
untuk mendorong kepatuhan

3.5 Evaluasi
1. Klien mengalami peredaan nyeri
a. Klien dapat beristirahat dengan nyaman
b. Klien dapat mengubah posisi dengan nyaman
2. Klien menunjukkan kembalinya mobilitas fisik
a. Klien dapat menjalankan aktivitasnya kembali secara bertahap
b. Menghindari posisi yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan
3. Klien mencapai BB yang ideal (diinginkan)
a. Mengidentifikasi perlunya penurunan BB
BAB IV
CASE

4.1 Case Low Back Pain


Seorang laki-laki, usia 48 tahun, datang ke RS dengan keluhan nyeri
punggung bawah. Hasil anamnesa: nyeri dirasakan 1 Minggu, nyeri seperti
tertusuk-tusuk dan terbakar, pekerjaan kuli bangunan, riwayat terjatuh dari
bangunan tahun 2010, kebiasaan merokok sejak remaja. Hasil pemeriksaan
fisik: BB: 70 kg, TB: 175 cm, RR: 24 x/mnt, N: 115x/mnt, TD:130/80 mmHg,
S: 37,2C, skala nyeri: 6, pergerakan terbatas. Hasil MRI: penyempitan pada
L4-L5

4.2 Pengkajian
a. Identitas
Nama : Tn. L
Umur : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Kuli bangunan
Alamat : Gowa
Masuk RS : 05 Desember 2022
b. Keluhan Utama:
Nyeri punggung bawah.
c. Riwayat Penyakit Sekarang:
Nyeri dirasakan lebih 1 minggu, nyeri seperti tertusuk dan terbakar,
pekerjaan pasien sebagai kuli bangunan,pasien memiliki riwayat terjatuh
dari bangunan tahun 2010,dan juga pasien memiliki kebiasaan merokok
sejak remaja
d. Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien memiliki riwayat terjatuh dari bangunan tahun 2010
e. Riwayat Penyakit Keluarga:
-
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit , kesan status gizi cukup
Kesadaran : compos mentis, GCS: E4V5M6
Tanda Vital : RR 24 x/mnt, N: 115x/mnt, TD:130/80 mmHg,
S: 37,2C
Kulit : Turgor kulit baik
Kepala : Normocephal, rambut hitam, distribusi merata,
tidak mudah dicabut
Mata : Edema  palpebra   -/-,   konjungtiva  anemis  
-/-,   sklera ikterik -/-, pupil isokor diameter 3/3
mm, reflek cahaya Normal/Normal, reflek
kornea Normal/Normal
Telinga : Bentuk normal, simetris, serumen -/-
Hidung : Bentuk normal, tidak ada septum deviasi,
sekret -/-
Mulut : Bibir kering, faring tidak hiperemis, Tonsil
T1-T1 tenang Leher                              :   
Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar
tiroid, tidak ada  deviasi  trakhea,  tidak  teraba 
pembesaran  kelenjar getah bening, kaku kuduk
(-), meningeal sign (-)
Dada :
Pulmo :
I : Normochest, dinding dada simetris
P : Fremitus  taktil  kanan=kiri,  ekspansi  dinding  dada simetris
P : Sonor di kedua lapang paru
A : Vesikuler (Normal/Normal), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor :
I : Tidak tampak ictus cordis
P : Iktus cordis teraba
P : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra Batas kiri ICS V
linea midklavicula sinistra Batas kanan ICS IV linea stemalis
dextra
A : BJ I dan II reguler, Gallop (-), Murmur (-)
Abdomen :
I : Datar, supel
P : Dinding perut supel, turgor kulit baik, hepar dan lien tidak teraba
membesar, tidak ada nyeri tekan abdomen
P : Timpani
A : Bising usus (+) normal
Ekstremitas :
Edema  (-),  sianosis  (-),  atrofi  otot  (-),  capillary  refill <2detik, akral
hangat (+)

Status Psikiatrik
Tingkah Laku                 :    Normal
Perasaan Hati                 :    Normal
Orientasi                       :  Normal
Kecerdasan                     :  Normal
Daya Ingat                      :  Normal

Status Neurologis
Sikap Tubuh                    :  Lurus dan simetri
Gerakan Abnormal        :   (-)
Kepala                            :  Normocephal
 

4.3 PEMERIKSAAN KHUSUS


A. Posisi terlentang :
  Lasegue          : (+/+)
  Braggard         : (+/+)
  Patrick            : (+/+)
  Kontra patrick : (+/+)
  Valsava           : (+)
  Nafziger          : (+)
B. Posisi telungkup
Pasien sulit melakukan posisi telungkup
Nyeri tekan otot paravertebra VL2-VS1
Gibbus : (-)
Spasme otot (+)
Nyeri ketok : (+) pada pinggang bawah kanan dan kiri

4.4 Pemeriksaan Labolatorium


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hematologi

Darah Rutin

Hemoglobin 12,7 14,0-18,0 g/dl

Leukosit 7,4 4,0-10 ribu

Eritrosit 4,13 4,0-6,2 juta

Hematokrit 37,1 40-58 %


Trombosit 270 200-400 ribu

MCV 89,8 80-90 mikro m3

MCH 30,8 27-34 pg

MCHC 34,2 32-36 g/dl

RDW 13,0 10-16 %

MPV 7,5 7-11 mikro m3

Kimia Klinik

Gula Darah Sewaktu 87 70-100 mg/dl

Ureum 25,8 10-50 mg/dl

Creatinin 0,80 0,62-1,1 mg/dl

SGOT 20 0-50 U/L

SGPT 24 0-50 IU/L

Protein total 6,84 6-8 g/dl

Albumin 4,37 3,4-4,8 g/dl

Globulin 2,47 2.0-4.0 g/dl

SEROLOGI    

HBsAg Non reaktif Non reaktif

X-Foto LumboSacral AP-Lateral :


Kesan : Terdapat penyempitan pada discus intervertebralis pada L2- L3, L5-S1
Osteofit  pada   L2,   L4,   L5   merupakan   gambaran  dari spondilosis lumbalis
ringan
Kompresi ringan korpus vertebralis L5 bagian posterior
Tak tampak fraktur dan listesis pada tulang

4.5 Analisa Data


No. Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. DS : Seorang laki-laki pekerja Nyeri
1. Px mengeluh nyeri kuli bangunan terjatuh
punggung bawah. dari bangunan
2. Nyeri dirasakan 1 
minggu. Pekerja mendapat tekanan
3. Nyeri seperti yang tinggi akibat terjatuh
tertusuk dan dr bangunan
terbakar. 
DO : Terjadi kontraksi
1. Riwayat terjatuh punggung
dari bangunan 
tahun 2010 Tulang belakang
2. Hasil MRI : menyerap goncangan
penyempitan pada vertikal
L4-L5 
3. Skala nyeri : 6 Terjadi perubahan diksus
4. RR : 24 x/mnt, N : intervertebralis
115x/mnt, TD : 
130/80 Penonjolan diskus

Penyempitan diskus
lumbal bawah (L4-L5)

Penekanan pada akar saraf

Nyeri pada punggung
bawah, pantat dan kaki

klien mempunyai
kebiasaan merokok sejak
remaja

Memperlambat proses
penyembuhan nyeri

Rasa nyeri semakin parah
seperti terbakar

Gangguan rasa nyaman :
nyeri akut
2. DS : Seorang laki-laki pekerja Gangguan mobilitas fisik
1. Px mengeluh susah kuli bangunan terjatuh
beraktivitas karna dari bangunan
nyeri pada 
punggung bawah. Pekerja mendapat tekanan
DO: yang tinggi akibat terjatuh
1. Hasil MRI : dr bangunan
penyempitan pada 
L4-L5 Terjadi kontraksi
2. Pergerakan terbatas punggung
3. Pasien nampak 
susah beraktivitas. Tulang belakang
menyerap goncangan
vertikal

Terjadi perubahan diksus
intervertebralis

Melemahnya otot
abdominal dan toraks

Pergerakan terbatas
(pergerakan ekspansi dada
terganggu)

Ttv klien tidak normal
(RR: 24 x/mnt, N:
115x/mnt, TD:130/80)

Pengaruh : aktivitas
sehari-hari terganggu

Mobilitas terganggu

Gangguan mobilitas fisik

4.6 Intervensi Keperawatan


Diagnosa 1 : nyeri akut b/d intensitas laporan diri menggunakan skala standart
nyeri b/d agen cedera fisik (trauma)
Domain : comfort Class : physical comfort

Kriteria hasil NOC Intervensi NIC


Mengetahui faktor penyebab nyeri Lakukan pengkajian Nyeri
Klien merasakan berkurang atau hilangnya nyeri Ajarkan Teknik Relaksasi napas dalam.
Klien dapat beristirahat dengan nyaman, efisien Berkolaborasi dengan terapis dalam
Mengubah posisi dengan nyaman mengembangkan dan melaksanakan program
Pasien mampu melporkan gejala latihan,
Membantu pasien untuk duduk / posisi berdiri
waktu latihan
Kolaborasi dengan dokter pemeberian
analgetik.

Diagnosa 2 : Gangguan mobilitas fisik b/d penurunan rentang gerak b/d


penurunan kekuatan otot
Domain : activity/rest Class : Activity/Exercise
Kriteria hasil NOC Intervensi NIC
Klien mengalami kemudahan dalam menjalankan Bantu pasien dalam pemenuhan ADL
aktivitas sehari-hari secara bertahap Berkolaborasi dengan terapis fisik, dalam
Nyeri berkurang bahkan hilang saat klien melakukan perencanaan dan monitoring program kegiatan
aktivitas
Gait kembali normal tidak ada keterbatasan
Kecepatan berjalan klien dapat kembali normal Anjurkan pasien untuk melakukan masase dan
untuk melakukan aktifitas tidak ada keterbatasan beristirahat, kemudian bergerak perlahan
gerak
Ajarkan klien cara yang tepat turun dari tempat
tidur dengan nyeri yang minimal.
Dorong pasien untuk melakukan perubahan
posisi berbaring, duduk, berjalan. Dalam kurun
waktu yang singkat

4.7 Implementasi dan Evaluasi


Hari / IMPLEMENTASI EVALUASI
Tanggal /
Jam
Senin, 05 1. Melakukan pengkajian Nyeri. S : pasien mengatakan nyeri pada
desember Hasil : Nyeri skala 6 dengan NRS punggung bawah seperti tertusuk dan
2022/ pukul 2. Mengajarkan Teknik Relaksasi napas terbakar.
10:00 dalam. O : klien nampak meringis
Hasil : Pasien menarik napas 3 detik Pain scale 6
melalui hidung dan menghembuskan napas A : Nyeri
selama 3 detik melalui mulut. P : Lanjutkan Intervensi
3. Melakukan kolaborasi dengan terapis
dalam mengembangkan dan melaksanakan
program latihan.
Hasil : pasien di latih oleh fisioterapist
4. Membantu pasien untuk duduk / posisi
berdiri waktu latihan
Hasil : pasien nampak berlatih untuk duduk
dan berdiri dengan bantuan keluarga.
5. Melakukan Kolaborasi dengan dokter
pemeberian analgetik.
Hasil : pasien mendapatkan Injeksi
ketorolac 30 mg / 8 jam / iv
Senin, 05 1. Membantu pasien dalam pemenuhan S : pasien mengatakan susah
Desember ADL beraktivitas.
2022/ pukul Hasil : Kebutuhan ADL pasien terpenuhi O : klien nampak terbaring di tempat
14:00 dengan bantuan sepenuhnya. tidur dan susah beraktivitas.
2. Melakukan kolaborasi dengan terapis A : Gangguan Mobilitas fisik.
fisik, dalam perencanaan dan monitoring P : Lanjutkan Intervensi
program kegiatan.
Hasil : pasien di lakukan terapis oleh
fisioterapist.
3. Menganjurkan pasien untuk melakukan
masase dan beristirahat, kemudian
bergerak perlahan.
Hasil : Pasien nampak melakukan
pemijatan secara perlahan sesuai dengan
yang diajarkan oleh fisioterapist.
4. Mengajarkan klien cara yang tepat turun
dari tempat tidur dengan nyeri yang
minimal.
Hasil : Pasien nampak mempraktekkan
turun dari tempat tidur sesuai yang
diajarkan dan dibantu oleh keluarga.
5. Mendorong pasien untuk melakukan
perubahan posisi berbaring, duduk,
berjalan. Dalam kurun waktu yang singkat
Hasil : Pasien nampak merubah posisi
berbaring secara perlahan.
Selasa, 06 1. Melakukan pengkajian Nyeri. S : pasien mengatakan masih nyeri pada
Desember Hasil : Nyeri skala 5 dengan NRS punggung bawah seperti tertusuk dan
2022/ pukul 2. Mengajarkan Teknik Relaksasi napas terbakar.
10:00 dalam. O : klien nampak meringis
Hasil : Pasien menarik napas 3 detik Pain scale 5
melalui hidung dan menghembuskan napas A : Nyeri
selama 3 detik melalui mulut. P : Lanjutkan Intervensi
3. Melakukan kolaborasi dengan terapis
dalam mengembangkan dan melaksanakan
program latihan.
Hasil : pasien di latih oleh fisioterapist
4. Membantu pasien untuk duduk / posisi
berdiri waktu latihan
Hasil : pasien nampak berlatih untuk duduk
dan berdiri dengan bantuan keluarga.
5. Melakukan Kolaborasi dengan dokter
pemeberian analgetik.
Hasil : pasien mendapatkan Injeksi
ketorolac 30 mg / 8 jam / iv
Selasa, 06 1. Membantu pasien dalam pemenuhan S : pasien mengatakan masih susah
Desember ADL beraktivitas.
2022/ pukul Hasil : Kebutuhan ADL pasien terpenuhi O : klien nampak terbaring di tempat
14:00 dengan bantuan sepenuhnya. tidur dan susah beraktivitas.
2. Melakukan kolaborasi dengan terapis A : Gangguan Mobilitas fisik.
fisik, dalam perencanaan dan monitoring P : Lanjutkan Intervensi
program kegiatan.
Hasil : pasien di lakukan terapis oleh
fisioterapist.
3. Menganjurkan pasien untuk melakukan
masase dan beristirahat, kemudian
bergerak perlahan.
Hasil : Pasien nampak melakukan
pemijatan secara perlahan sesuai dengan
yang diajarkan oleh fisioterapist.
4. Mengajarkan klien cara yang tepat turun
dari tempat tidur dengan nyeri yang
minimal.
Hasil : Pasien nampak mempraktekkan
turun dari tempat tidur sesuai yang
diajarkan dan dibantu oleh keluarga.
5. Mendorong pasien untuk melakukan
perubahan posisi berbaring, duduk,
berjalan. Dalam kurun waktu yang singkat
Hasil : Pasien nampak merubah posisi
berbaring secara perlahan.
Rabu, 07 1. Melakukan pengkajian Nyeri. S : pasien mengatakan nyeri pada
Desember Hasil : Nyeri skala 3 dengan NRS punggung bawah sudah mulai
2022/ Pukul 2. Mengajarkan Teknik Relaksasi napas berkurang.
10:00 dalam. O : klien nampak meringis
Hasil : Pasien menarik napas 3 detik Pain scale 3
melalui hidung dan menghembuskan napas A : Nyeri
selama 3 detik melalui mulut. P : Pertahankan Intervensi
3. Melakukan kolaborasi dengan terapis
dalam mengembangkan dan melaksanakan
program latihan.
Hasil : pasien di latih oleh fisioterapist
4. Membantu pasien untuk duduk / posisi
berdiri waktu latihan
Hasil : pasien nampak berlatih untuk duduk
dan berdiri dengan bantuan keluarga.
5. Melakukan Kolaborasi dengan dokter
pemeberian analgetik.
Hasil : pasien mendapatkan Injeksi
ketorolac 10 mg / 8 jam / iv
Rabu, 07 1. Membantu pasien dalam pemenuhan S : pasien mengatakan sudah mulai bisa
Desember ADL beraktivitas namun masih terbantu.
2022/ Pukul Hasil : Kebutuhan ADL pasien terpenuhi O : klien nampak sudah bisa
14:00 dengan bantuan sebagian. beraktivitas dengan bantuan.
2. Melakukan kolaborasi dengan terapis A : Gangguan Mobilitas fisik.
fisik, dalam perencanaan dan monitoring P : Lanjutkan Intervensi
program kegiatan.
Hasil : pasien di lakukan terapis oleh
fisioterapist.
3. Menganjurkan pasien untuk melakukan
masase dan beristirahat, kemudian
bergerak perlahan.
Hasil : Pasien nampak melakukan
pemijatan secara perlahan sesuai dengan
yang diajarkan oleh fisioterapist.
4. Mengajarkan klien cara yang tepat turun
dari tempat tidur dengan nyeri yang
minimal.
Hasil : Pasien nampak mempraktekkan
turun dari tempat tidur sesuai yang
diajarkan dan dibantu oleh keluarga.
5. Mendorong pasien untuk melakukan
perubahan posisi berbaring, duduk,
berjalan. Dalam kurun waktu yang singkat
Hasil : Pasien nampak merubah posisi
berbaring secara perlahan.
BAB V
KESIMPULAN

Kerusakan punggung dan tulang adalah penyebab ketiga ketidakmampuan


individu dalam bertahun-tahun pekerjaannya. Pasien lansia mungkin mengalami
sakit punggung yang berkaitan dengan fraktur vertebra, osteoporosis atau
metastasis tulang. Banyak kondisi medikal dan psikomatis lain yang
menyebabkan nyeri punggung. Obesitas, stress dan kadang depresi dapat
menunjang terjadinya nyeri punggung bawah. Pasien dengan nyeri punggung
bawah kroning mungkin mengalami ketergantung pada alkohol atau analgesik.
Penyebab dari nyeri punggung masih belum dapat diketahui dengan jelas dan
masih belum dapat dijelaskan dengan detail. Banyak grup peneliti telah menyerah
dalam usaha untuk menjelaskan penyebab dari nyeri punggung bawah dan
kemudian justru menjelaskan beberapa kondisi tanda bahaya (red flag) yang
berkaitan dengan gangguan ini. Ditinjau dari kasus yang sudah dijelaskan diatas,
Etiologi dari kasus LBP yang dialami oleh klien adalah akibat trauma pada
komponen keras susunan neuromuskuloskeletal. Klien mempunyai riwayat jatuh
dari ketinggian yang dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada akar saraf di
tulang belakang (kompresi) sehingga terjadi lesi pada bantalan tulang belakang
yang menyebabkan cincin bantalan tulang belakang menjadi menonjol keluar dari
tempatnya dan menekan saraf-saraf yang ada di punggung sehingga pasien
mengeluhkan nyeri pada punggung bawahnya.
Gambaran klinis LBP adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah,
dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri yang
berasal dari daerah punggung bawah dapat menuju ke daerah lain atau
sebaliknya , nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung
bawah (reffered pain/nyeri yang menjalar).
Ditinjau dari etiologinya, LBP yang dialami klien pada kasus diatas termasuk
dalam LBP traumatik. Sedangkan apabila ditinjau dari perjalanan klinisnya, kasus
LBP yang dialami oleh klien diatas termasuk dalam LBP akut karena masih
terjadi dalam waktu 1 bulan.
Sebagian besar pasien dapat diatasi secara efektif dengan kombinasi dari
pemberian informasi, saran, analgesia, dan jaminan yang tepat. Selain itu pasien
juga dapat didorong untuk melakukan aktivitas, tirah baring, dan olahraga.
Medikasi dan operasi juga bisa menjadi penatalaksanaan dari Low Back Pain.
Pada kasus di atas penatalaksanaan yang dapat dilakukan antara lain adalah tetap
mendorong klien untuk beraktivitas walaupun hanya aktivitas ringan, tirah baring,
dan edukasi kepada klien dan keluarga klien.
Biasanya pasien sembuh rata-rata dalam 7 minggu. Tetapi sering dijumpai
episode nyeri berulang. Dan sebanyak 80% pasien mengalami keterbatasan dalam
derajat tertentu selama 12 bulan, mungkin hanya 10-15% yang mengalami
disabilitas berat. Status pasien setelah 2 bulan terapi merupakan indikator untuk
meramalkan status pasien pada bulan ke-12.
DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, I Wayan Widhi. Pengaruh Senam Lansia terhadap Kemampuan


Fungsional pada Lansia yang Mengalami Low Back Pain (Nyeri Punggung)
di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang.
http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/documents/3551.pdf. Diakses pada
tanggal 31 Maret 2016 pukul 21.07 WIB

Andersen PM, Borasio GD, Dengler R, Hardiman O, Kollewe K, Leigh PN, Pradat
PF, Silani V, Tomik B. EFNS. 2005. Task force on management of
amyotrophic lateral sclerosis: guidelines for diagnosing and clinical care of
patients and relatives. An evidence-based review with good practice points.
European Journal of Neurology 2005;12:921–38

Anurogo Dito. 2013. Diagnosis dan Manajemen Amyotrophic Lateral Sclerosis.


http://www.kalbemed.com/Portals/6/10_204Diagnosis%20dan
%20Manajemen%20Amyotrophic%20Lateral%20Sclerosis.pdf. Diakses
pada tanggal 29 maret 2016 pukul 08.30 WIB

Baughman C Diane dan Hackley C Joann. 1996. Keperawatan Medikal Bedah.


Jakarta: EGC

Black, Joyce. 2009. Keperawatan Medical Bedah Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan. Singapore:Elsevier

Black M. Joycem. Hawks Hokanson Jane. 2009. Keperawatan Medikal


Bedah .Elsevier: Singapore

Brunner and Suddarth. 1984. Medical Surgical Nursing. Philadelphia: JB Lippincot


Company.

Bulechek, Gloria M, Howard K. Butcher, and Joanne McCloskey Dochterman. 2014.


Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth Edition. Mosby

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta:
EGC

Dewit,Susan. 1998. Essentials of Medical – Surgical Nursing. USA:W.B. Saunders


Company
DiGiulio, Mary. 2007. Medical – surgical nursing Demystified.USA: the McGraw-
Hill Companies

Doenges, M.E, dan Moorhouse M.F,Geissler A.C. 2000. Rencana Asuhan


Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC

Ehrlich, George E. 2003. Low Back Pain.


http://www.who.int/bulletin/volumes/81/9/Ehrlich.pdf. Diakses pada 31 Maret
2016 pukul 21.57 WIB

Fialova L, Svarcova J, Bartos A, Ridzon P, Malbohan I, Keller O, Rusina R. 2010.


Cerebrospinal fl uid and serum antibodies against neurofi laments in patients
with amyotrophic lateral sclerosis. Eur J Neurol. 2010 Apr;17(4):562-6.

Harsono. 1996. Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi 1. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press

Herdman, T.H. and Kamitsuru. 2014. NANDA International Nursing


Diagnosis:Definitions & Classification, 2015-2017. Oxford: Willey Blackwell

Jokelainen M. Amyotrophic lateral sclerosis in Finland. II: Clinical characteristics.


Acta Neurol Scand. 1977;56:194–204.

Leigh PN, Abrahams S, Al-Chalabi A, Ampong MA, Goldstein LH, Johnson J, et al.,
King’s MND Care and Research Team. The management of motor neuron
disease. J Neurol Neurosurg Psychiatry.2003;70(Suppl 4):32–47

Murray A. Christine. 2006. Amyothriphic lateral sclerosis. New York: Nova Science
Publisher inc

Moorhead, Sue, Marion Johnson, Meridean L. Maas, and Elizabeth Swanson.


Nursing Outcomes Classification (NOC) Measurement of Health Outcomes
Fifth Edition. Elsevier

Rowland LP, Mitsumoto H, Przedborski S. Amyotrophic Lateral Sclerosis,


Progressive Muscular Atrophy, and Primary Lateral Sclerosis. In: Rowland
LP, Pedley TA (Ed.) Merritt’s Neurology, 12th Edition. Lippincott Williams
& Wilkins. 2010. Chapter 128, page 803-8.
T M marevelli. 2000. Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC

Yuliana. Low Back Pain. CDK 185/vol.38 no.4/Mei-Juni 2011. RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung

Anda mungkin juga menyukai