Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN H DENGAN MASALAH LOW BACK PAIN

DI BANGSAL MELATI 4 RSST KLATEN

Dosen Pembimbing : Ns Sutejo M.Kep, Sp.J

Disusun Oleh :

1. Tuning Setiowati (P07120216039)


2. Mahsun Mahnani B (P07120216040)

D4 KEPERAWATAN SEMESTER 5 A

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA

2018
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan pada Ny T dengan Cefalgia dibangsal Melati 4 RSST Klaten


di setujui dan di sahkan pada :

Hari/Tanggal :

Tempat :

Disusun Oleh :

1. Tuning Setiowati (P07120216039)


2. Mahsun Mahnani B (P07120216040)

Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan

Ns Sutejo, M.Kep, Sp J
NIP :198112092010121003

2
LAPORAN PENDAHULUAN

LOW BACK PAIN

I. Konsep Penyakit
A. Definisi
Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah
lumbasakral dan sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai
penjalaran ketungkai sampai kaki. (Harsono, 2000). Nyeri adalah
pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari
kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial. Peraturan utama dalam
merawat pasien dengan nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata,
meskipun penyebabnya tidak diketahui. Oleh karena itu, keberadaan nyeri
adalah berdasarkan hanya pada laporan pasien.
Low Back Pain adalah suatu tipe nyeri yang membutuhkan
pengobatan medis walaupun sering jika ada trauma secara tiba-tiba dan
dapat menjadi kronik pada masalah kehidupan seperti fisik,mental,social
dan ekonomi.
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya
disebabkan oleh terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi
dari nucleus pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang
(Brunner, 1999).
Low back pain dapat terjadi pada siapa saja yang mempunyai
masalah pada muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosacral akut,
ketidakmampuan ligamen lumbosacral, kelemahan otot, osteoartritis,
spinal stenosis serta masalah pada sendi inter vertebra dan kaki yang tidak
sama panjang.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan Low
Back Pain adalah nyeri kronik atau acut didalam lumbal yang biasanya
disebabkan trauma atau terdesaknya otot para vertebra atau tekanan,
herniasi dan degenerasi dari nuleus pulposus, kelemahan otot, osteoartritis
dilumbal sacral pada tulang belakang.

3
 Klasifikasi Low Back Pain
LBP disebabkan oleh berbagai kelainan atau perubahan patologik
yang mengenai berbagai macam organ atau jaringan tubuh. Oleh
karena itu beberapa ahli membuat klasifikasi yang berbeda atas dasar
kelainannya atau jaringan yang mengalami kelainan tersebut.
Macnab menyusun klasifikasi LBP sebagai berikut :
1) Viserogenik : LBP yang bersifat viserogenik disebabkan oleh
adanya proses patologik di ginjal atau visera di daerah pelvis,
serta tumor retroperitoneal.
2) Neurogenik : LBP yang bersifat neurogenik disebabkan oleh
keadaan patologik pada saraf yang dapat menyebabkan LBP.
3) Vaskulogenik : Aneurisma atau penyakit vaskular perifer dapat
menimbulkan LBP atau nyeri yang menyerupai iskialgia.
4) Psikogenik : LBP psikogenik pada umumnya disebabkan oleh
ketegangan jiwa atau kecemasan, dan depresi, atau campuran
antara kecemasan dan depresi.
5) Spondilogenik : LBP spondilogenik ini ialah suatu nyeri yang
disebabkan oleh berbagai proses patologik di kolumna
vertebralis yang terdiri dari unsur tulang (osteogenik), diskus
intervertebralis (diskogenik), dan miofasial (miogenik), dan
proses patologik di artikulasio sakroiliaka.

B. Etiologi dan Faktor Resiko


1) Kongenital, misalnya Faset tropismus (asimetris), kelainan vertebra
misalnya sakralisasi, lumbalisasi, dan skoliosis serta Sindrom
ligamen transforamina yang menyempitkan ruang untuk jalannya
nervus spinalis hingga dapat menyebabkan LBP.
2) Trauma dan gangguan mekanik: Trauma dan gangguan mekanik
merupakan penyebab utama LBP. Orang yang tidak biasa melakukan
pekerjaan otot atau sudah lama tidak melakukannya dapat menderita

4
LBP akut, atau melakukan pekerjaan dengan sikap yang salah dalam
waktu lama akan menyebabkan LBP kronik. Trauma dapat berbentuk
lumbal strain (akut atau kronik), fraktur (korpus vertebra, prosesus
tranversus), subluksasi sendi faset (sindroma faset), atau
spondilolisis dan spondilolistesis.
3) Radang (Inflamasi), misalnya Artritis Rematoid dan Spondilitis
ankilopoetika (penyakit Marie-Strumpell)
4) Tumor (Neoplasma): Tumor menyebabkan LBP yang lebih dirasakan
pada waktu berbaring atau pada waktu malam. Dapat disebabkan
oleh tumor jinak seperti osteoma, penyakit Paget, osteoblastoma,
hemangioma, neurinoma, meningioma. Atau tumor ganas, baik
primer (mieloma multipel) maupun sekunder: (metastasis karsinoma
payudara, prostat, paru tiroid ginjal dan lain-lain).
5) Gangguan metabolik: Osteoporosis dapat disebabkan oleh kurangnya
aktivitas/imobilisasi lama, pasca menopouse, malabsorbsi/intake
rendah kalsium yang lama, hipopituitarisme, akromegali, penyakit
Cushing, hipertiroidisme/tirotoksikosis, osteogenesis imperfekta,
gangguan nutrisi misalnya kekurangan protein, defisiensi asam
askorbat, idiopatik, dan lain-lain. Gangguan metabolik dapat
menimbulkan fraktur kompresi atau kolaps korpus vertebra hanya
karena trauma ringan. Penderita menjadi bongkok dan pendek
dengan nyeri difus di daerah pinggang.
6) Degenerasi, misalnya pada penyakit Spondylosis (spondyloarthrosis
deforman), Osteoartritis, Hernia nukleus pulposus (HNP), dan
Stenosis Spinal.
7) Kelainan pada alat-alat visera dan retroperitoneum, pada umumnya
penyakit dalam ruang panggul dirasakan di daerah sakrum, penyakit
di abdomen bagian bawah dirasakan didaerah lumbal.
8) Infeksi : Infeksi dapat dibagi ke dalam akut dan kronik. LBP yang
disebabkan infeksi akut misalnya : disebabkan oleh kuman pyogenik
(stafilokokus, streptokokus, salmonella). LBP yang disebabkan

5
infeksi kronik misalnya spondilitis TB (penyakit Pott), jamur,
osteomielitis kronik.
9) Problem psikoneurotik : LBP karena problem psikoneuretik misalnya
disebabkan oleh histeria, depresi, atau kecemasan. LBP karena
masalah psikoneurotik adalah LBP yang tidak mempunyai dasar
organik dan tidak sesuai dengan kerusakan jaringan atau batas-batas
anatomis, bila ada kaitan LBP dengan patologi organik maka nyeri
yang dirasakan tidak sesuai dengan penemuan gangguan fisiknya.

Adapun faktor resiko untuk LBP antara lain adalah:


1) Faktor resiko secara fisiologi.
1. Umur ( 20 – 50 tahun ).
2. Kurangnya latihan fisik.
3. Postur yang kurang anatomis.
4. Kegemukan.
5. Scoliosis parah.
6. HNP.
7. Spondilitis.
8. Spinal stenosis ( penyempitan tulang belakang ).
9. Osteoporosis.
10. Merokok.
2) Faktor resiko dari lingkungan.
1. Duduk terlalu lama.
2. Terlalu lama pada getaran.
3. Keseleo atau terpelintir.
4. Olah raga ( golp,tennis,gymnastik,dan sepak bola ).
5. Vibrasi yang lama.
3) Faktor resiko dari psikososial.
1. Ketidak nyamanan kerja.
2. Depresi.
3. Stress.

6
C. Tanda dan Gejala
1) Cara berjalan pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk
pemeriksaan neurologis)
2) Perilaku penderita apakah konsisten dengan keluhan nyerinya
(kemungkinan kelainan psikiatrik )
3) Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal
(pinggang) sehingga penderita berjalan sangat hati-hati
(kemungkinan infeksi, peradangan, tumor atau patah tulang).

D. Patofisiologi
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah
stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan
persepsi nyeri disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari system
ini dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor dan intensitas yang dirasakan
berbeda diantara tiap individu. Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung
saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya pada stimulus yang kuat,
yang secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa
kimia, mekanik, ataupun termal. Kornu dorsalis dari medulla spinalis
merupakan tempat memproses sensori, dimana agar nyeri dapat diserap
secara sadar, neuron pada system assenden harus diaktifkan.
Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator
inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri
merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga
proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah
spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Nyeri yang
timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya
berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi
primer pada system saraf. Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat
menyebabkan dua kemungkinan.

7
Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf
yang kaya nosiseptor dari nervinevorum yang menimbulkan nyeri
inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan
peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan
kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi
perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion
lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang
sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini merupakan
dasar pemeriksaan Laseque.

E. Pemeriksaan Penunjang
1) Sinar X vertebra ; mungkin memperlihatkan adanya fraktur,
dislokasi, infeksi, osteoartritis atau scoliosis.
2) Computed tomografhy (CT) : berguna untuk mengetahui penyakit
yang mendasari seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi
disekitar kolumna vertebralis dan masalah diskus intervertebralis.
3) Ultrasonography : dapat membantu mendiagnosa penyempitan
kanalis spinalis.
4) Magneting resonance imaging (MRI) : memungkinkan visualisasi
sifat dan lokasi patologi tulang belakang.
5) Meilogram dan discogram : untuk mengetahui diskus yang
mengalami degenerasi atau protrusi diskus.
6) Venogram efidural : Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus
lumbalis dengan memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural.
7) Elektromiogram (EMG) : digunakan untuk mengevaluasi penyakit
serabut syaraf tulang belakang (Radikulopati)

F. Komplikasi
Skoliosis merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan pada
penderita nyeri punggung bawah karena Spondilosis. Hal ini terjadi
karena pasien selalu memposisikan tubuhnya kearah yang lebih nyaman

8
tanpa mempedulikan sikap tubuh normal. Hal ini didukung oleh
ketegangan otot pada sisi vertebra yang sakit.

G. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Keperawatan.
Informasi dan edukasi.
Pada LBP akut: Imobilisasi (lamanya tergantung kasus), pengaturan
berat badan, posisi tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi
panas dan dingin) masase, traksi (untuk distraksi tulang belakang),
latihan : jalan, naik sepeda, berenang (tergantung kasus), alat Bantu
(antara lain korset, tongkat)
LBP kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur, modalitas
termal), latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan
berat badan posisi tubuh dan aktivitas
2) Medis
a. Formakoterapi.
1. LBP akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid
(nyeri berat), injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk
nyeri radikuler
2. LBP kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin)
antikonvulsan (gabapentin, karbamesepin, okskarbasepin,
fenitoin), alpha blocker (klonidin, prazosin), opioid (kalau
sangat diperlukan)
b. Invasif non bedah
1. Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati)
2. Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik
punggung bawah yang intractable)
c. Bedah
HNP, indikasi operasi :
1. Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat
minggu: nyeri berat/intractable / menetap / progresif.

9
2. Defisit neurologik memburuk.
3. Sindroma kauda.
4. Stenosis kanal : setelah terjadi konservatif tidak berhasil
5. Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan
neurofisiologik dan radiologik.

H. Pathway

10
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)


Data fokus yang perlu dikaji:
1. Riwayat kesehatan
Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama (keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan
pengkajian)
b. Riwayat penyakit sekarang
1) Diskripsi gejala dan lamanya
2) Dampak gejala terhadap aktifitas harian
3) Respon terhadap pengobatan sebelumnya
4) Riwayat trauma
c. Riwayat Penyakit Sebelumnya
1) Immunosupression (supresis imun)
2) Penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas (kangker)
3) Nyeri yang menetap merupakan pertimbangan untuk kangker
atau infeksi.
4) Pemberatan nyeri di kala terbaraing (tumor instraspinal atau
infeksi) atau pengurangan nyeri (hernia nudeus pulposus / HNP)
5) Nyeri yang paling berat di pagi hari (spondiloartropati
seronegatif: ankylosing spondyli-tis, artristis psoriatic,
spondiloartropati reaktif, sindroma fibromialgia)
6) Nyeri pada saat duduk (HNP, kelainan faset sendi, stenosis
kanal, kelahinan otot paraspinal, kelainan sendi sakroilikal,
spondilosis / spondilolisis / spondilolistesis, NPB-spesifik)

11
7) Adanya demam (infeksi)
8) Gangguan normal (dismenore, pasca-monopause /andropause)
9) Keluhan visceral (referred pain)
10) Gangguan miksi
11) Saddle anesthesia
12) Kelemahan motorik ekstremitas bawah (kemungkinan lesi kauda
ekwina)
13) Lokasi dan penjalaran nyeri.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
b. Pemeriksaan persistem
1) Sistem persepsi dan sensori (pemeriksaan panca indera :
penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, perasa)
2) Sistem persarafan (Pemeiksaan neurologik)
a) Pemeriksaan motorik
b) Pemeriksaan sens sensorik.
c) Straight leg Raising (SLR), test laseque (iritasi radisks L5 atau
S 1) cross laseque(HNP median) Reverse Laseque (iritasi radik
lumbal atas)
d) Sitting knee extension (iritasi lesi iskiadikus)
e) Pemeriksaan system otonom
f) Tanda Patrick (lasi coxae) dan kontra Patrick (lesi sakroiliaka)
g) Tes Naffziger
h) Tes valsava.
3) Sistem pernafasan (Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan
nafas.)
4) Sistem kardiovaskuler (Nilai tekanan darah, nadi, irama, kualitas,
dan frekuensi)
5) Sistem Gastrointestinal (Nilai kemampuan menelan,nafsu makan,
minum, peristaltic dan eliminasi)
6) Sistem Integumen (Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien )

12
7) Sistem Reproduksi ( Untuk pasien wanita )
8) Sistem Perkemihan (Nilai Frekuensi Bak, warna, bau, volume )
3. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola aktifitas dan latihan (Cara berjalan : pincang, diseret, kaku
(merupakan indikasi untuk pemeriksaan neurologis)
c. Pola nutrisi dan metabolisme
d. Pola tidur dan istirahat (Pasien LBP sering mengalami gangguan pola
tidur dikarenakan menahan nyeri yang hebat)
e. Pola kognitif dan perceptual (Prilaku penderita apakah konsisten
dengan keluhan nyerinya (kemungkinan kelainan psikiatrik)
f. Persepsi diri/konsep diri
g. Pola toleransi dan koping stress (Nyeri yang timbul hampir pada
semua pergerakan daerah lumbal sehingga penderita berjalan sangat
hati-hati untuk mengurangi rasa sakit tersebut (kemungkinan infeksi.
Inflamasi, tumor atau fraktur)
h. Pola seksual reproduksi
i. Pola hubungan dan peran
j. Pola nilai dan keyakinan

B. Diagnosa Keperawatan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan Low Back
Pain adalah :
1. Nyeri akut b.d agen injuri (fisik muskuloskeletal) dan system
syaraf vascular)
2. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan muskula skeletal, kekakuan
sendi, kontraktur)
3. Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman
4. Defisit self care b.d nyeri

13
C. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Nyeri akut b/d agen injuri Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara kom-prehensif (lokasi,
(fisik, kelainan muskulo keperawatan selama … x karateristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi).
skeletal dan system syaraf 24 jam nyeri berkurang / 2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
vaskuler hilang dengan kriteria : 3. Gunakan teknik komunikasi terapetik untuk mengetahui
pengalaman nyeri klien.
Batasan karakteristik : - Melaporkan nyeri ber- 4. Kaji kultur / budaya yang mempengaruhi respon nyeri.
Verbal: kurang / hilang 5. Kontrol lingkungan yang dapat mempe-ngaruhi nyeri (suhu
Menarik nafas pan-jang, - Frekuensi nyeri berku- ruangan, pencahayaan, dan kebisingan)
merintih rang / hilang 6. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmokologi, non
Mengeluh nyeri - Lama nyeri berkurang farmakologi dan inter-personal)
· Motorik: - Ketegangan otot 7. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk me-nentukan intervensi.
- Menyeringaikan wajah. berku-rang / hilang 8. Ajarkan tentang teknik non farmakologi.
- Langkah yang ter-seok- - Dapat istirahat 9. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
seok - Skala nyeri berkurang / 10. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Postur yang kaku / tidak menurun 11. Tingkatkan istirahat
stabil - Klien melaporkan 12. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
- Gerakan yang amat kebu-tuhan istirahat tidak berhasil.

14
lambat atau terpaksa tidur tercukupi 13. Monitor penerimaan klien tentang mana-jemen nyeri.
· Respon autonom - Melaporkan kondisi
- Perubahan vital sign fisik baik
- Melaporkan kondisi
psikis baik

2 Kerusakan mobilitas fi- Setelah dilakukan 1. Koreksi tingkat kemampuan mobilisasi de-ngan sekala 0-4 :
sik b.d nyeri, kerusakan tindakan keperawatan 0 : Klien tidak tergantung pada orang lain
muskuloskeletal, keka- selama … X 24 jam klien 1 : Klien butuh sedikit bantuan
kuan sendi atau kon- mampu mencapai 2:Klien butuh bantuan sederhana
traktur mobilitas fisik dengan kri- 3 : Klien butuh bantuan banyak
teria : 4 : Klien sangat tergantung pada pemberian pelayanan
Batasan karakteristik : 2. Atur posisi klien
- Postur tubuh kaku Mobility Level: 3. Bantu klien melakukan perubahan gerak.
tidak stabil. - Klien dapat melakukan 4. Observasi / kaji terus kemampuan gerak motorik,
- Jalan terseok-seok mobilitas secara keseimbangan
- Gerak lambat bertahap dengan tanpa 5. Ukur tanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan
- Membatasi perubahan merasakan nyeri. latihan.
ge-rak yang - Penampilan seimbang 6. Anjurkan keluarga klien untuk melatih dan memberi motivasi.

15
mendadak atau cepat - Menggerakkan otot dan 7. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (fisioterapi untuk
- Sakit berbalik sendi pemasangan korset)
- Mampu pindah tempat 8. Buat posisi seluruh persendian dalam letak anatomis dan
tanpa bantuan nyaman dengan memberikan penyangga pada lekukan
- Berjalan tanpa bantuan lekukan sendi serta pastikan posisi punggung lurus.

3. Gangguan pola tidur b.d Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Tidur / Sleep Enhancement
nyeri, tidak nyaman keperawatan selama … X 1. Kaji pola tidur / pola aktivitas
24 jam klien dapat 2. Anjurkan klien tidur secara teratur
Batasan karakteristik : terpenuhi kebutuhan 3. Jelaskan tentang pentingnya tidur yang cukup selama sakit dan
- Pasien menahan sa-kit tidurnya dengan criteria : terapi.
(merintih, me- - Jumlah jam tidur 4. Monitor pola tidur dan catat keadaan fisik, psykososial yang
nyeringai) cukup mengganggu tidur
- Pasien - Pola tidur normal 5. Diskusikan pada klien dan keluarga tentang tehnik peningkatan
mengungkapkan tidak - Kualitas tidur cukup pola tidur
bisa tidur karena nyeri - Tidur secara teratur
- Tidak sering terbangun Manajemen lingkungan
- Tanda vital dalam 1. Batasi pengunjung
batas normal 2. Jaga lingkungan dari bising

16
3. Tidak melakukan tindakan keperawatan pada saat klien tidur

4. Defisit self care b.d nyeri Seteleh dilakukan tindakan Self care assistance ;
keperawatan pada pasien
1. Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri
selama 3 x 24 jam
2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu
diharapkan kebutuhan
3. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk
perawatan diri pasien
memenuhi perawatan dirinya
dapat terpenuhi, dengan
4. Dorong klien untuk melakukan aktivitas yang mandiri sesuai
kriteria hasil :
kemampuan
- klien terbebas dari bau
badan
- Menyatakan
kenyamanan terhadap

17
pemenuhan kebutuhan
perawatan diri

18
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2000. Medical Surgical Nursing. Philadelphia: JB Lippincot Company.
NANDA International. 2012. Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014.
Jakarta : EGC
Harsono. 2000. Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press. 2005. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Judith M. Wilkinson.2007. Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan
kriteria hasil NOC ed. 7. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arief. 2013. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan. Jakarta
: EGC

19

Anda mungkin juga menyukai