Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

A DENGAN DIAGNOSA
MEDIS LOW BACK PAIN (LBP)
DI RUANGAN CEMARA
RS TORABELO SIGI

Stase Keperawatan Medikal Bedah

DISUSUN OLEH:
Afrianti Ntindi
JP02102001

CI INSTITUSI

Ns. Gustini, M.Kep

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INDONESIA JAYA PALU
TAHUN 2022
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
LOW BACK PAIN (LBP)

1. Konsep Dasar Penyakit


A. Definisi
Low Back Pain (LBP) atau dalam bahasa indonesia adalah nyeri
punggung bawah (NPB) adalah suatu gejala berupa nyeri di bagian
pinggang yang dapat menjalar ke tungkai kanan atau kiri. Dapat
merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya.
LPB (Low Back Pain) adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi
pada regio punggung bagian bawah yang merupakan akibat dari berbagai
sebab. Gangguan ini paling banyak ditemukan di tempat kerja, terutama
pada mereka yang beraktivitas dengan posisi tubuh yang salah (Anonim,
2003).
Nyeri ini terasa di antara sudut iga terbawah dan lipat bokong
bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbosakral dan sering disertai dengan
penjalaran nyeri ke arah tungkai. Nyeri yang berasal dari daerah punggung
bawah dapat dirujuk ke daerah lain atau sebaliknya nyeri yang berasal dari
daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah (refered pain)
(Muttaqien, 2013).
LBP adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat
merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini
terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di
daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan 10 penjalaran
nyeri ke arah tungkai dan kaki. LBP yang lebih dari 6 bulan disebut kronik
(Sadeli et al., 2001). LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah
satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang
kurang baik.
B. Anatomi dan Fisiologi
Tubuh manusia terdiri dari beberapa sistem, diantaranya yaitu
antaranya adalah sistem rangka, sistem pencernaan, sistem peredaran
darah, sistem pernafasan, sistem saraf, sistem penginderaan, sistem otot,
dan sebagainya. Sistem tersebut berkaitan satu dengan yang lainnya
berperan menunjang kehidupan manusia. Dalam hal ergonomik, hal yang
paling mempengaruhi yaitu sistem otot, sistem rangka dan sistem syaraf.
1. Anatomi Muskuloskeletal.
Kerangka merupakan dasar bentuk tubuh sebagai tempat
melekatnya otot, pelindung organ tubuh yang lunak, penentuan tinggi,
pengganti sel - sel yang rusak, memberikan sistem sambungan untuk
gerak pengendali dan untuk menyerap reaksi dari gaya serta beban kejut.
Rangka manusia terdiri dari tulang – tulang yang menyokong tubuh
manusia yang terdiri atas tulang tengkorak, tulang badan dan tulang
anggota gerak.
Fungsi dari sistem muskuloskeletal adalah mendukung dan
melindungi tubuh dan organ-organnya dalam melakukan gerakan.
Terdapat enam elemen dari muskuloskeletal antara lain : tendon, ligamen,
fascia (pembungkus), kartilago, tulang sendi dan otot. Tendon, ligamen,
fascia dan otot sering disebut sebagai jaringan lunak, sedangkan tulang
sendi diperlukan untuk pergerakan antara segmen tubuh.
2. Anatomi Tulang Belakang.
Tulang belakang merupakan bagian terpenting dalam menentukan
posisi ergonomi terutama saat bekerja karena bagian ini merupakan rangka
yang menyokong tubuh manusia bersama dengan panggul
mentransmisikan beban kepada kedua kaki melalui persendian pangkal
paha. Tulang belakang terdiri dari beberapa bagian yaitu:
a. Tulang Belakang Servikal.
Terdiri dari tujuh tulang yang memiliki bentuk tulang yang kecil
dengan spina atau proccesus spinosus (bagian sepertisayap pada
belakang tulang) yang pendek kecuali tulang ke-2 dan ke-7. Tulang ini
merupakan tulang yang mendukung bagian leher
b. Tulang Belakang Thorax.
Terdiri dari 12 tulang (tulang dorsal). Proccesus spinosus pada
tulang ini terhubung dengan rusuk. Kemungkinan beberapa gerakan
memutar dapat terjadi pada tulang ini.
c. Tulang Belakang Lumbal.
Terdiri dari lima tulang yang merupakan bagian yang paling tegap
konstruksinya dan menanggung beban terberat dari tulang yang
lainnya. Bagian ini memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh,
dan beberapa gerakan rotasi dengan derajat yang kecil
d. Tulang Belakang Sakrum.
Terdiri dari lima tulang dimana tulang - tulangnya bergabung dan
tidak memiliki celah atau intervertebral disc satu sama.
C. Klasifikasi
NPB disebabkan oleh berbagai kelainan atau perubahan patologik
yang mengenai berbagai macam organ atau jaringan tubuh. Oleh karena itu
beberapa ahli membuat klasifikasi yang berbeda atas dasar kelainannya
atau jaringan yang mengalami kelainan tersebut. Macnab menyusun
klasifikasi NPB sebagai berikut: (Muttaqien, 2013).
a. Viserogenik : NPB yang bersifat viserogenik disebabkan oleh adanya
proses patologik di ginjal atau visera di daerah pelvis, serta tumor
retroperitoneal.
b. Neurogenik : NPB yang bersifat neurogenik disebabkan oleh keadaan
patologik pada saraf yang dapat menyebabkan NPB.
c. Vaskulogenik : Aneurisma atau penyakit vaskular perifer dapat
menimbulkan NPB atau nyeri yang menyerupai iskialgia.
d. Psikogenik : NPB psikogenik pada umumnya disebabkan oleh
ketegangan jiwa atau kecemasan, dan depresi, atau campuran antara
kecemasan dan depresi.
e. Spondilogenik : NPB spondilogenik ini ialah suatu nyeri yang
disebabkan oleh berbagai proses patologik di kolumna vertebralis yang
terdiri dari unsur tulang (osteogenik), diskus intervertebralis
(diskogenik), dan miofasial (miogenik), dan proses patologik di
artikulasio sakroiliaka.
D. Etiologi (Harsono, 2000)
a. Kongenital, misalnya Faset tropismus (asimetris), kelainan vertebra
misalnya sakralisasi, lumbalisasi, dan skoliosis serta Sindrom ligamen
transforamina yang menyempitkan ruang untuk jalannya nervus
spinalis hingga dapat menyebabkan NPB.
b. Trauma dan gangguan mekanik: Trauma dan gangguan mekanik
merupakan penyebab utama NPB. Orang yang tidak biasa melakukan
pekerjaan otot atau sudah lama tidak melakukannya dapat menderita
NPB akut, atau melakukan pekerjaan dengan sikap yang salah dalam
waktu lama akan menyebabkan NPB kronik. Trauma dapat berbentuk
lumbal strain (akut atau kronik), fraktur (korpus vertebra, prosesus
tranversus), subluksasi sendi faset (sindroma faset), atau spondilolisis
dan spondilolistesis.
c. Radang (Inflamasi), misalnya Artritis Rematoid dan Spondilitis
ankilopoetika (penyakit Marie-Strumpell)
d. Tumor (Neoplasma): Tumor menyebabkan NPB yang lebih dirasakan
pada waktu berbaring atau pada waktu malam. Dapat disebabkan oleh
tumor jinak seperti osteoma, penyakit Paget, osteoblastoma,
hemangioma, neurinoma, meningioma. Atau tumor ganas, baik primer
(mieloma multipel) maupun sekunder: (metastasis karsinoma
payudara, prostat, paru tiroid ginjal dan lain-lain).
e. Gangguan metabolik: Osteoporosis dapat disebabkan oleh kurangnya
aktivitas/imobilisasi lama, pasca menopouse, malabsorbsi/intake
rendah kalsium yang lama, hipopituitarisme, akromegali, penyakit
Cushing, hipertiroidisme/tirotoksikosis, osteogenesis imperfekta,
gangguan nutrisi misalnya kekurangan protein, defisiensi asam
askorbat, idiopatik, dan lain-lain. Gangguan metabolik dapat
menimbulkan fraktur kompresi atau kolaps korpus vertebra hanya
karena trauma ringan. Penderita menjadi bongkok dan pendek dengan
nyeri difus di daerah pinggang.
f. Degenerasi, misalnya pada penyakit Spondylosis (spondyloarthrosis
deforman), Osteoartritis, Hernia nukleus pulposus (HNP), dan Stenosis
Spinal.
g. Kelainan pada alat-alat visera dan retroperitoneum, pada umumnya
penyakit dalam ruang panggul dirasakan di daerah sakrum, penyakit di
abdomen bagian bawah dirasakan di daerah lumbal.
h. Infeksi : Infeksi dapat dibagi ke dalam akut dan kronik. NPB yang
disebabkan infeksi akut misalnya : disebabkan oleh kuman pyogenik
(stafilokokus, streptokokus, salmonella). NPB yang disebabkan infeksi
kronik misalnya spondilitis TB (penyakit Pott), jamur, osteomielitis
kronik.
i. Problem psikoneurotik : NPB karena problem psikoneuretik misalnya
disebabkan oleh histeria, depresi, atau kecemasan. NPB karena
masalah psikoneurotik adalah NPB yang tidak mempunyai dasar
organik dan tidak sesuai dengan kerusakan jaringan atau batas-batas
anatomis, bila ada kaitan NPB dengan patologi organik maka nyeri
yang dirasakan tidak sesuai dengan penemuan gangguan fisiknya.
j. Adapun faktor resiko untuk NPB antara lain adalah: usia, jenis
kelamin, obesitas, merokok, pekerjaan, faktor psikososial, dan cedera
punggung sebelumnya.
E. Patofisiologi (Harsono, 2000)
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah
stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan
persepsi nyeri disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari system
ini dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor dan intensitas yang dirasakan
berbeda di antara tiap individu. Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung
saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya pada stimulus yang kuat,
yang secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa
kimia, mekanik, ataupun termal. Kornu dorsalis dari medulla spinalis
merupakan tempat memproses sensori, dimana agar nyeri dapat diserap
secara sadar, neuron pada system assenden harus diaktifkan. Stimulus ini
akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediatoinflamasi yang akan
menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang
bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan
dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang
selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Nyeri yang timbul dapat berupa
nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator
inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada system
saraf. Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan dua
kemungkinan.
Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf
yang kaya nosiseptor dari nervinevorum yang menimbulkan nyeri
inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan
peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan
kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi
perubahan biomolekuler dimana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion
lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang
sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini merupakan
dasar pemeriksaan Laseque.
Pathway
Masalah musculosceletal, gangguan ginjal,
masalah pelvis, tumor

Kontraksi punggung

Tulang belakang menyerap


goncangan vertikal

Otot abdominal & thoraks Terjadi perubahan struktur dengan discus susun
melemah atas fibri fertilago dan matrik gelatinus

Fibri kartilago padat dan kurang


teratur
Mobilitas fisik terganggu
Penonjolan diskus/ kerusakan
sendi pusat
Hambatan mobilitas fisik
Menekan akar syaraf

Pelepasan
neurotransmitter

ketidaknyaman Transduksi,
aan modulasi, transmisi
RAS teraktivasi
Nyeri dipersepsikan
REM menurun
Gangguan rasa nyaman
nyeri
Gangguan
pola tidur
F. Manifestasi Klinis (Muttaqin, 2013)
 Perubahan dalam gaya berjalan
a. Berjalan terasa kaku
b. Tidak bias memutar punggung
c. Pincang
 Persyarafan
Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien
merasakan sensasi pada kedua anggota badan,tetapi mengalami sensasi
yang lebih kuat pada daerah yang tidak dirangsang.
 Nyeri.
a. Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.
b. Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
c. Nyeri otot dalam.
d. Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
e. Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.
f. Nyeri pada pertengahan bokong.
g. Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.
G. Pemeriksaan Diagnostik (Harsono, 2000)
a. Sinar X vertebra ; mungkin memperlihatkan adanya fraktur, dislokasi,
infeksi, osteoartritis atau scoliosis.
b. Computed tomografhy ( CT ) : berguna untuk mengetahui penyakit
yangmendasari seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar
kolumna vertebralis dan masalah diskus intervertebralis.
c. Ultrasonography : dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis
spinalis.
d. Magneting resonance imaging ( MRI ) : memungkinkan visualisasi
sifat dan lokasi patologi tulang belakang.
e. Meilogram dan discogram : untuk mengetahui diskus yang mengalami
degenerasi atau protrusi diskus.
f. Venogram efidural : Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus
lumbalis dengan memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural.
g. Elektromiogram (EMG) : digunakan untuk mengevaluasi penyakit
serabut syaraf tulang belakang ( Radikulopati ).
h. Radiologi. Foto polos, untuk mengesampingkan adanya kelainan
tulang. Mielografi, Mielo-CT, CT-scan, Magnetic Resonance Imaging
(MRI), untuk mencari penyebab nyeri antara lain tumor, HNP
perlengketan.
H. Komplikasi
Skoliosis merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan
pada penderita nyeri punggung bawah karena Spondilosis. Hal ini terjadi
karena pasien selalu memposisikan tubuhnya kearah yang lebih nyaman
tanpa mempedulikan sikap tubuh normal. Hal ini didukung oleh
ketegangan otot pada sisi vertebra yang sakit (Rosyadi, 2010).
1. Depresi, pada pasien low back pain memiliki kecendrungan mengalami
depresi sehingga akan berdampak pada gangguan pola tidur, pola
makan, dan aktivitas sehari – hari klien. Apabila depresi yang dialami
pasien berlangsung lama akan dapat menghambat waktu pemulihan low
back pain.
2. Berat badan, pasien low back pain biasanya akan mengalami nyeri yang
berat dibagian punggung bawah yang menyebabkan aktivitas dan
gerakan pasien terhambat. Akibat terhambatnya aktivitas dan gerakan
pasien dapat menyebabkan kenaikan berat badan dan obesitas. Selain
itu, low back pain dapat mengakibatkan lemahnya otot. Lemahnya otot
akibat hanya berdiam dalam 1 porsi akan mengakibatkan akumulasi
lemak dalam tubuh menjadi banyak.
3. Low back pain dapat menyebabkan kerusakan saraf terutama masalah
pada vesika urinaria sehingga pasien dengan low back pain akan
menderita inkontinensia.
I. Penata Laksanaan
1. Penata Laksanaan Keperawatan.
a. Informasi dan edukasi.
b. NPB akut : Imobilisasi (lamanya tergantung kasus), pengaturan
berat badan, posisi tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi
panas dan dingin) masase, traksi (untuk distraksi tulang belakang),
latihan : jalan, naik sepeda, berenang (tergantung kasus), alat
Bantu (antara lain korset, tongkat).
c. NPB kronik : psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur,
modalitas termal), latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional,
pengaturan berat badan posisi tubuh dan aktivitas.
2. Medis
 Formakoterapi.
 NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid
(nyeri berat), injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk
nyeri radikuler.
 NPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan
(gabapentin, karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha
blocker (klonidin, prazosin), opioid (kalau sangat diperlukan).
 Invasif non bedah.
 Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati).
 Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik
punggung bawah yang intractable).
 Bedah.
HNP (Hernia Nukleus Pulposus), indikasi operasi :
 Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat
minggu: nyeri berat/intractable / menetap / progresif.
 Defisit neurologik memburuk
 Sindroma kauda
2. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
 Identistas Klien.
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, bangsa, alamat.
 Keluhan utama
Biasanya pasien mengatakan nyeri punggung akut maupun kronis
lebih dari 2 bulan, nyeri sat berjalan dengan menggunakan tumit,
nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
 Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan pada klien sejak kapan keluhan dirasakan, kapan
timbulnya keluhan & apakah menetap atau hilang timbul', hal apa
yang mengakibatkan terjadinya keluhan, apa saja yang dilakukan
untuk mengurangi keluhan yang dirasakan, tanyakan pada klien
apakah klien sering mengkomsumsi obat tertentu atau tidak.
 Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada klien apakah klien dulu pernah menderita penyakit
yang sama sebelumnya, apakah klien pernah mengalami
kecelakaan atau trauma, apakah klien pernah menderita penyakit
gangguan tulang atau otot sebelumnya.
 Riwayat pekerjaan
Faktor resiko ditempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan
otot rangka terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara
pengangkatan barang, posisi atau sikap tubuh selama bekerja, dan
kerja statis.
 Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum
- Tanda-tanda vital
- Antropometri
- Sistem pengindraan
- Sistem pernapasan
- Sistem kardiovaskuler
- Sistem gastroinstestinal
- Sistem integumen
- muskuloskletal
- Sistem endokrin
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien LBP:
1. Nyeri akut b/d agen injuri (fisik, kelainan muskuloskeletal dan
system syaraf vaskuler.
2. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan muskuloskeletal,
kekakuan sendi atau kontraktur.
3. Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengetahui
sumber informasi.
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen injuri (fisik, kelainan muskuloskeletal dan
system syaraf Vaskuler
Tujuan :
Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan.
Kriteria  Hasil:
 Mampu mengontrol nyeri
 Melaporkan nyeri berkurang / hilang
 Skala nyeri berkurang / menurun
 Menyatakan rasa aman setelah nyeri berkurang.
Intervensi :
 Lakukan pengkajian nyeri secarakomprehensif (lokasi,
karateristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi).
 Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri (suhu
ruangan, pencahayaan, dan kebisingan)
 Kurangi faktor presipitasi nyeri.
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menetukan intervensi.
 Ajarkan teknik non farmokologi : nafas dalam, relaksasi,
distraksi, kompres hangat / dingin.
 Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
2. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan muskuloskeletal,
kekakuan sendi atau kontraktur.
Tujuan :
klien mampu mencapai mobilitas fisik
kriteria hasil :
 Klien dapat melakukan mobilitas secara bertahap dengan tanpa
merasakan nyeri
 Penampilan seimbang
 Menggerakkan otot dan sendi
 Mampu pindah tempat tanpa bantuan
 Berjalan tanpa bantuan
Intervensi
 Koreksi tingkat kemampuan mobilisasi dengan sekala 0-4
- 0: Klien tidak tergantung pada orang lain
- 1: Klien butuh sedikit bantuan
- 2: Klien butuh bantuan sederhan
- 3 : Klien butuh bantuan banyak
- 4  :Klien sangat tergantung pada pemberian pelayanan
 Atur posisi klien
 Bantu klien melakukan perubahan gerak.
 Observasi / kaji terus kemampuan gerak motorik,
keseimbangan
 Ukur tanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan
latihan.
 Anjurkan keluarga klien untuk melatih dan memberi motivasi.
 Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (fisioterapi untuk
pemasangan korset)
 Buat posisi seluruh persendian dalam letak anatomis dan
nyaman dengan memberikan penyangga pada lekukan
lekukan sendi serta pastikan posisi punggung lurus.
3. Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman
Tujuan :
klien dapat terpenuhi kebutuhan tidurnya
Kriteria hasil :
 Jumlah jam tidur cukup
 Pola tidur normal
 Kualitas tidur cukup
 Tidur secara teratur
 Tidak sering terbangun
 Tanda vital dalam batas normal
Intervensi
 Kaji pola tidur / pola aktivitas
 Anjurkan klien tidur secara teratur
 Jelaskan tentang pentingnya tidur yang cukup selama sakit
dan terapi.
 Monitor pola tidur dan catat keadaan fisik, psykososial yang
mengganggu tidur
 Diskusikan pada klien dan keluarga tentang tehnik
peningkatan pola tidur
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengetahui sumber
informasi
Tujuan :
pasien menunjukan pengetahuan tentang proses penyakit
Kriteria Hasil
 Pasien dan keluarga menyatakanpemahaman tentang
penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
 Pasien dan keluaraga mampu menjelaskan kembali apa yang
di jelaskan perawat / tim kesehatan.
Intervensi
 Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga.
 Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi fisisologi, dengan cara yang
tepat.
 Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
penyakit, dengan cara yang tepat.
 Gambarkan poses penyakit dengan cara yang tepat.
 Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat.
 Kolaborasi dengan tim medis lainnya
D. Implementasi
Implementasi adalah suatu serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi kedalam suatu kamus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter & Perry, 2012).
E. Evaluasi
Evaluasi adalah mengkaji respon pasien terhadap keberhasilan
rencana keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien.
Tahap ini merupakan kunci keberhasilan dalam proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. 2009. Buku Ajar


Anatomi Umum. FK UNHAS

Brunner and Suddarth. 2000. Medical Surgical Nursing. Philadelphia: JB


Lippincot Company.

Harsono. 2000. Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi 1. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Judith M. Wilkinson.2007. Buku saku diagnosis
keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC ed. 7.
Jakarta : EGC

Muttaqin, Arief. 2013. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem


persarafan. Jakarta : EGC

NANDA International. 2012. Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi


2012-2014. Jakarta : EGC

Risky, Arianto. 2011. Low back pain/ nyeri pinggang.


http://freshlifegreen.blogspot.co.id/2011/02/low-back-pain-lbp-nyeri-
pinggang.html (diakses pada 2 November 2015)

Rosyadi, Helman. 2010. Nyeri punggung bawah/ low back pain.


http://brotherbuzz.blogspot.co.id/2010/04/nyeri-punggung-bawah-low-
back-pain-itu.html (diakses pada 2 November 2015)

Anda mungkin juga menyukai