A DENGAN DIAGNOSA
MEDIS LOW BACK PAIN (LBP)
DI RUANGAN CEMARA
RS TORABELO SIGI
DISUSUN OLEH:
Afrianti Ntindi
JP02102001
CI INSTITUSI
Kontraksi punggung
Otot abdominal & thoraks Terjadi perubahan struktur dengan discus susun
melemah atas fibri fertilago dan matrik gelatinus
Pelepasan
neurotransmitter
ketidaknyaman Transduksi,
aan modulasi, transmisi
RAS teraktivasi
Nyeri dipersepsikan
REM menurun
Gangguan rasa nyaman
nyeri
Gangguan
pola tidur
F. Manifestasi Klinis (Muttaqin, 2013)
Perubahan dalam gaya berjalan
a. Berjalan terasa kaku
b. Tidak bias memutar punggung
c. Pincang
Persyarafan
Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien
merasakan sensasi pada kedua anggota badan,tetapi mengalami sensasi
yang lebih kuat pada daerah yang tidak dirangsang.
Nyeri.
a. Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.
b. Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
c. Nyeri otot dalam.
d. Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
e. Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.
f. Nyeri pada pertengahan bokong.
g. Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.
G. Pemeriksaan Diagnostik (Harsono, 2000)
a. Sinar X vertebra ; mungkin memperlihatkan adanya fraktur, dislokasi,
infeksi, osteoartritis atau scoliosis.
b. Computed tomografhy ( CT ) : berguna untuk mengetahui penyakit
yangmendasari seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar
kolumna vertebralis dan masalah diskus intervertebralis.
c. Ultrasonography : dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis
spinalis.
d. Magneting resonance imaging ( MRI ) : memungkinkan visualisasi
sifat dan lokasi patologi tulang belakang.
e. Meilogram dan discogram : untuk mengetahui diskus yang mengalami
degenerasi atau protrusi diskus.
f. Venogram efidural : Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus
lumbalis dengan memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural.
g. Elektromiogram (EMG) : digunakan untuk mengevaluasi penyakit
serabut syaraf tulang belakang ( Radikulopati ).
h. Radiologi. Foto polos, untuk mengesampingkan adanya kelainan
tulang. Mielografi, Mielo-CT, CT-scan, Magnetic Resonance Imaging
(MRI), untuk mencari penyebab nyeri antara lain tumor, HNP
perlengketan.
H. Komplikasi
Skoliosis merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan
pada penderita nyeri punggung bawah karena Spondilosis. Hal ini terjadi
karena pasien selalu memposisikan tubuhnya kearah yang lebih nyaman
tanpa mempedulikan sikap tubuh normal. Hal ini didukung oleh
ketegangan otot pada sisi vertebra yang sakit (Rosyadi, 2010).
1. Depresi, pada pasien low back pain memiliki kecendrungan mengalami
depresi sehingga akan berdampak pada gangguan pola tidur, pola
makan, dan aktivitas sehari – hari klien. Apabila depresi yang dialami
pasien berlangsung lama akan dapat menghambat waktu pemulihan low
back pain.
2. Berat badan, pasien low back pain biasanya akan mengalami nyeri yang
berat dibagian punggung bawah yang menyebabkan aktivitas dan
gerakan pasien terhambat. Akibat terhambatnya aktivitas dan gerakan
pasien dapat menyebabkan kenaikan berat badan dan obesitas. Selain
itu, low back pain dapat mengakibatkan lemahnya otot. Lemahnya otot
akibat hanya berdiam dalam 1 porsi akan mengakibatkan akumulasi
lemak dalam tubuh menjadi banyak.
3. Low back pain dapat menyebabkan kerusakan saraf terutama masalah
pada vesika urinaria sehingga pasien dengan low back pain akan
menderita inkontinensia.
I. Penata Laksanaan
1. Penata Laksanaan Keperawatan.
a. Informasi dan edukasi.
b. NPB akut : Imobilisasi (lamanya tergantung kasus), pengaturan
berat badan, posisi tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi
panas dan dingin) masase, traksi (untuk distraksi tulang belakang),
latihan : jalan, naik sepeda, berenang (tergantung kasus), alat
Bantu (antara lain korset, tongkat).
c. NPB kronik : psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur,
modalitas termal), latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional,
pengaturan berat badan posisi tubuh dan aktivitas.
2. Medis
Formakoterapi.
NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid
(nyeri berat), injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk
nyeri radikuler.
NPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan
(gabapentin, karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha
blocker (klonidin, prazosin), opioid (kalau sangat diperlukan).
Invasif non bedah.
Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati).
Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik
punggung bawah yang intractable).
Bedah.
HNP (Hernia Nukleus Pulposus), indikasi operasi :
Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat
minggu: nyeri berat/intractable / menetap / progresif.
Defisit neurologik memburuk
Sindroma kauda
2. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Identistas Klien.
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, bangsa, alamat.
Keluhan utama
Biasanya pasien mengatakan nyeri punggung akut maupun kronis
lebih dari 2 bulan, nyeri sat berjalan dengan menggunakan tumit,
nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan pada klien sejak kapan keluhan dirasakan, kapan
timbulnya keluhan & apakah menetap atau hilang timbul', hal apa
yang mengakibatkan terjadinya keluhan, apa saja yang dilakukan
untuk mengurangi keluhan yang dirasakan, tanyakan pada klien
apakah klien sering mengkomsumsi obat tertentu atau tidak.
Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada klien apakah klien dulu pernah menderita penyakit
yang sama sebelumnya, apakah klien pernah mengalami
kecelakaan atau trauma, apakah klien pernah menderita penyakit
gangguan tulang atau otot sebelumnya.
Riwayat pekerjaan
Faktor resiko ditempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan
otot rangka terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara
pengangkatan barang, posisi atau sikap tubuh selama bekerja, dan
kerja statis.
Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum
- Tanda-tanda vital
- Antropometri
- Sistem pengindraan
- Sistem pernapasan
- Sistem kardiovaskuler
- Sistem gastroinstestinal
- Sistem integumen
- muskuloskletal
- Sistem endokrin
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien LBP:
1. Nyeri akut b/d agen injuri (fisik, kelainan muskuloskeletal dan
system syaraf vaskuler.
2. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan muskuloskeletal,
kekakuan sendi atau kontraktur.
3. Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengetahui
sumber informasi.
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen injuri (fisik, kelainan muskuloskeletal dan
system syaraf Vaskuler
Tujuan :
Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan.
Kriteria Hasil:
Mampu mengontrol nyeri
Melaporkan nyeri berkurang / hilang
Skala nyeri berkurang / menurun
Menyatakan rasa aman setelah nyeri berkurang.
Intervensi :
Lakukan pengkajian nyeri secarakomprehensif (lokasi,
karateristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi).
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri (suhu
ruangan, pencahayaan, dan kebisingan)
Kurangi faktor presipitasi nyeri.
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menetukan intervensi.
Ajarkan teknik non farmokologi : nafas dalam, relaksasi,
distraksi, kompres hangat / dingin.
Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
2. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan muskuloskeletal,
kekakuan sendi atau kontraktur.
Tujuan :
klien mampu mencapai mobilitas fisik
kriteria hasil :
Klien dapat melakukan mobilitas secara bertahap dengan tanpa
merasakan nyeri
Penampilan seimbang
Menggerakkan otot dan sendi
Mampu pindah tempat tanpa bantuan
Berjalan tanpa bantuan
Intervensi
Koreksi tingkat kemampuan mobilisasi dengan sekala 0-4
- 0: Klien tidak tergantung pada orang lain
- 1: Klien butuh sedikit bantuan
- 2: Klien butuh bantuan sederhan
- 3 : Klien butuh bantuan banyak
- 4 :Klien sangat tergantung pada pemberian pelayanan
Atur posisi klien
Bantu klien melakukan perubahan gerak.
Observasi / kaji terus kemampuan gerak motorik,
keseimbangan
Ukur tanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan
latihan.
Anjurkan keluarga klien untuk melatih dan memberi motivasi.
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (fisioterapi untuk
pemasangan korset)
Buat posisi seluruh persendian dalam letak anatomis dan
nyaman dengan memberikan penyangga pada lekukan
lekukan sendi serta pastikan posisi punggung lurus.
3. Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman
Tujuan :
klien dapat terpenuhi kebutuhan tidurnya
Kriteria hasil :
Jumlah jam tidur cukup
Pola tidur normal
Kualitas tidur cukup
Tidur secara teratur
Tidak sering terbangun
Tanda vital dalam batas normal
Intervensi
Kaji pola tidur / pola aktivitas
Anjurkan klien tidur secara teratur
Jelaskan tentang pentingnya tidur yang cukup selama sakit
dan terapi.
Monitor pola tidur dan catat keadaan fisik, psykososial yang
mengganggu tidur
Diskusikan pada klien dan keluarga tentang tehnik
peningkatan pola tidur
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengetahui sumber
informasi
Tujuan :
pasien menunjukan pengetahuan tentang proses penyakit
Kriteria Hasil
Pasien dan keluarga menyatakanpemahaman tentang
penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
Pasien dan keluaraga mampu menjelaskan kembali apa yang
di jelaskan perawat / tim kesehatan.
Intervensi
Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga.
Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi fisisologi, dengan cara yang
tepat.
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
penyakit, dengan cara yang tepat.
Gambarkan poses penyakit dengan cara yang tepat.
Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat.
Kolaborasi dengan tim medis lainnya
D. Implementasi
Implementasi adalah suatu serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi kedalam suatu kamus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter & Perry, 2012).
E. Evaluasi
Evaluasi adalah mengkaji respon pasien terhadap keberhasilan
rencana keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien.
Tahap ini merupakan kunci keberhasilan dalam proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Harsono. 2000. Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi 1. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Judith M. Wilkinson.2007. Buku saku diagnosis
keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC ed. 7.
Jakarta : EGC