Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN LOW BACK PAIN (LBP) PADA NY.K


DI RUMAH SAKIT ISLAM PURWOKERTO

Disusun Oleh:
AISAH OKTAVIANI
2011040073

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020
A. DEFINISI
Low Back Pain (LBP) atau dalam bahasa indonesia adalah nyeri punggung bawah
(NPB) adalah suatu gejala berupa nyeri di bagian pinggang yang dapat menjalar ke
tungkai kanan atau kiri. Dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau
keduanya.
Nyeri ini terasa di antara sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu di daerah
lumbal atau lumbosakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai.
Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat dirujuk ke daerah lain atau
sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah
(refered pain) (Muttaqien, 2013).

B. ETIOLOGI
1. Kongenital, misalnya Faset tropismus (asimetris), kelainan vertebra misalnya
sakralisasi, lumbalisasi, dan skoliosis serta Sindrom ligamen transforamina yang
menyempitkan ruang untuk jalannya nervus spinalis hingga dapat menyebabkan NPB.
2. Trauma dan gangguan mekanik: Trauma dan gangguan mekanik merupakan penyebab
utama NPB. Orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau sudah lama tidak
melakukannya dapat menderita NPB akut, atau melakukan pekerjaan dengan sikap
yang salah dalam waktu lama akan menyebabkan NPB kronik. Trauma dapat berbentuk
lumbal strain (akut atau kronik), fraktur (korpus vertebra, prosesus tranversus),
subluksasi sendi faset (sindroma faset), atau spondilolisis dan spondilolistesis.
3. Radang (Inflamasi), misalnya Artritis Rematoid dan Spondilitis ankilopoetika (penyakit
Marie-Strumpell)
4. Tumor (Neoplasma): Tumor menyebabkan NPB yang lebih dirasakan pada waktu
berbaring atau pada waktu malam. Dapat disebabkan oleh tumor jinak seperti osteoma,
penyakit Paget, osteoblastoma, hemangioma, neurinoma, meningioma. Atau tumor
ganas, baik primer (mieloma multipel) maupun sekunder: (metastasis karsinoma
payudara, prostat, paru tiroid ginjal dan lain-lain).
5. Gangguan metabolik: Osteoporosis dapat disebabkan oleh kurangnya
aktivitas/imobilisasi lama, pasca menopouse, malabsorbsi/intake rendah kalsium yang
lama, hipopituitarisme, akromegali, penyakit Cushing, hipertiroidisme/tirotoksikosis,
osteogenesis imperfekta, gangguan nutrisi misalnya kekurangan protein, defisiensi
asam askorbat, idiopatik, dan lain-lain. Gangguan metabolik dapat menimbulkan
fraktur kompresi atau kolaps korpus vertebra hanya karena trauma ringan. Penderita
menjadi bongkok dan pendek dengan nyeri difus di daerah pinggang.
6. Degenerasi, misalnya pada penyakit Spondylosis (spondyloarthrosis deforman),
Osteoartritis, Hernia nukleus pulposus (HNP), dan Stenosis Spinal.
7. Kelainan pada alat-alat visera dan retroperitoneum, pada umumnya penyakit dalam
ruang panggul dirasakan di daerah sakrum, penyakit di abdomen bagian bawah
dirasakan di daerah lumbal.
8. Infeksi : Infeksi dapat dibagi ke dalam akut dan kronik. NPB yang disebabkan infeksi
akut misalnya : disebabkan oleh kuman pyogenik (stafilokokus, streptokokus,
salmonella). NPB yang disebabkan infeksi kronik misalnya spondilitis TB (penyakit
Pott), jamur, osteomielitis kronik.
9. Problem psikoneurotik : NPB karena problem psikoneuretik misalnya disebabkan oleh
histeria, depresi, atau kecemasan. NPB karena masalah psikoneurotik adalah NPB yang
tidak mempunyai dasar organik dan tidak sesuai dengan kerusakan jaringan atau batas-
batas anatomis, bila ada kaitan NPB dengan patologi organik maka nyeri yang
dirasakan tidak sesuai dengan penemuan gangguan fisiknya.
10. Adapun faktor resiko untuk NPB antara lain adalah: usia, jenis kelamin, obesitas,
merokok, pekerjaan, faktor psikososial, dan cedera punggung sebelumnya.

C. TANDA DAN GEJALA (Muttaqin, 2013)


1. Perubahan dalam gaya berjalan
a. Berjalan terasa kaku
b. Tidak bias memutar punggung
c. Pincang
2. Persyarafan
Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien merasakan sensasi
pada kedua anggota badan,tetapi mengalami sensasi yang lebih kuat pada daerah yang
tidak dirangsang.
3. Nyeri.
a. Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.
b. Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
c. Nyeri otot dalam.
d. Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
e. Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.
f. Nyeri pada pertengahan bokong.
g. Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.

D. PATOFISIOLOGI
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi
sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai
system nosiseptif. Sensitifitas dari system ini dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor dan
intensitas yang dirasakan berbeda di antara tiap individu. Reseptor nyeri (nosiseptor)
adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya pada stimulus yang kuat, yang
secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, ataupun
termal. Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori,
dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus
diaktifkan.
Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang
akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan
untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu
bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Nyeri
yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai
mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada system saraf.
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan dua kemungkinan.
Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya
nosiseptor dari nervinevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan
sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena
pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini
terjadi perubahan biomolekuler dimana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya.
Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang sangat peka terhadap
rangsang mekanikal dan termal. Hal ini merupakan dasar pemeriksaan Laseque.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sinar X vertebra ; mungkin memperlihatkan adanya fraktur, dislokasi, infeksi,
osteoartritis atau scoliosis.
2. Computed tomografhy ( CT ) : berguna untuk mengetahui penyakit yangmendasari
seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna vertebralis dan
masalah diskus intervertebralis.
3. Ultrasonography : dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis spinalis.
4. Magneting resonance imaging ( MRI ) : memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi
patologi tulang belakang.
5. Meilogram dan discogram : untuk mengetahui diskus yang mengalami degenerasi atau
protrusi diskus.
6. Venogram efidural : Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus lumbalis dengan
memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural.
7. Elektromiogram (EMG) : digunakan untuk mengevaluasi penyakit serabut syaraf
tulang belakang ( Radikulopati ).

F. KOMPLIKASI
Skoliosis merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan pada penderita nyeri
punggung bawah karena Spondilosis. Hal ini terjadi karena pasien selalu memposisikan
tubuhnya kearah yang lebih nyaman tanpa mempedulikan sikap tubuh normal. Hal ini
didukung oleh ketegangan otot pada sisi vertebra yang sakit (Rosyadi, 2010).

G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Keperawatan (Muttaqin, 2013)
Informasi dan edukasi.
a. Pada NPB akut: Imobilisasi (lamanya tergantung kasus), pengaturan berat badan,
posisi tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi panas dan dingin) masase,
traksi (untuk distraksi tulang belakang), latihan : jalan, naik sepeda, berenang
(tergantung kasus), alat Bantu (antara lain korset, tongkat)
b. NPB kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur, modalitas termal),
latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan berat badan posisi tubuh
dan aktivitas
2. Medis
a. Formakoterapi.
1) NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri berat),
injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri radikuler
2) NPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan (gabapentin,
karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha blocker (klonidin, prazosin),
opioid (kalau sangat diperlukan)

b. Invasif non bedah


1) Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati)
2) Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik punggung bawah
yang intractable)
c. Bedah
HNP, indikasi operasi :
1) Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat minggu: nyeri
berat/intractable / menetap / progresif.
2) Defisit neurologik memburuk.
3) Sindroma kauda.
4) Stenosis kanal : setelah terjadi konservatif tidak berhasil
5) Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan neurofisiologik
dan radiologic.

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien LBP:
1. Nyeri akut b/d agen injuri (fisik, kelainan muskuloskeletal dan system syaraf vaskuler.
2. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan muskuloskeletal, kekakuan sendi atau
kontraktur.
3. Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. 2009. Buku Ajar Anatomi
Umum. FK UNHAS
Harsono. 2009. Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi 1. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Judith M. Wilkinson.2007. Buku saku diagnosis keperawatan
dengan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC ed. 7. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arief. 2013. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai