Anda di halaman 1dari 12

KONSEP DASAR MEDIS

1. Pengertian

Low Back Pain (LBP) atau Nyeri punggung bawah adalah suatu sensasi nyeri yang
dirasakan pada diskus intervertebralis umumnya lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1 (2,4).
Low Back Pain (LBP) atau dalam bahasa indonesia adalah nyeri punggung bawah
(NPB) adalah suatu gejala berupa nyeri dibagian pinggang yang dapat menjalar ke
tungkai kanan atau kiri. Dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau
keduanya.
Nyeri ini terasa di antara sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu didaerah
lumbal atau lumbosakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai.
Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat dirujuk ke daerah lain atau
sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah
(refered pain) 6.

2. Klasifikasi
NPB disebabkan oleh berbagai kelainan atau perubahan patologik yang mengenai
berbagai macam organ atau jaringan tubuh. Oleh karena itu beberapa ahli membuat
klasifikasi yang berbeda atas dasar kelainannya atau jaringan yang mengalami kelainan
tersebut. Macnab menyusun klasifikasi NPB sebagai berikut: 6
a. Viserogenik : NPB yang bersifat viserogenik disebabkan oleh adanya proses
patologik di ginjal atau visera di daerah pelvis, serta tumor retroperitoneal.
b. Neurogenik : NPB yang bersifat neurogenik disebabkan oleh keadaan patologik pada
saraf yang dapat menyebabkan NPB.
c. Vaskulogenik : Aneurisma atau penyakit vaskular perifer dapat menimbulkan NPB
atau nyeri yang menyerupai iskialgia.
d. Psikogenik : NPB psikogenik pada umumnya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau
kecemasan, dan depresi, atau campuran antara kecemasan dan depresi.
e. Spondilogenik : NPB spondilogenik ini ialah suatu nyeri yang disebabkan oleh
berbagai proses patologik di kolumna vertebralis yang terdiri dari unsur tulang
(osteogenik), diskus intervertebralis (diskogenik), dan miofasial (miogenik), dan
proses patologik di artikulasio sakroiliaka.
3. Etiologi dan Faktor Resiko
a. Kongenital, misalnya Faset tropismus (asimetris), kelainan vertebra misalnya
sakralisasi, lumbalisasi, dan skoliosis serta Sindrom ligamen transforamina yang
menyempitkan ruang untuk jalannya nervus spinalis hingga dapat menyebabkan
NPB.
b. Trauma dan gangguan mekanik: Trauma dan gangguan mekanik merupakan
penyebab utama NPB. Orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau
sudah lama tidak melakukannya dapat menderita NPB akut, atau melakukan
pekerjaan dengan sikap yang salah dalam waktu lama akan menyebabkan NPB
kronik. Trauma dapat berbentuk lumbal strain (akut atau kronik), fraktur (korpus
vertebra, prosesus tranversus), subluksasi sendi faset (sindroma faset), atau
spondilolisis dan spondilolistesis.
c. Radang (Inflamasi), misalnya Artritis Rematoid dan Spondilitis ankilopoetika
(penyakit Marie-Strumpell)
d. Tumor (Neoplasma): Tumor menyebabkan NPB yang lebih dirasakan pada waktu
berbaring atau pada waktu malam. Dapat disebabkan oleh tumor jinak seperti
osteoma, penyakit Paget, osteoblastoma, hemangioma, neurinoma, meningioma.
Atau tumor ganas, baik primer (mieloma multipel) maupun sekunder: (metastasis
karsinoma payudara, prostat, paru tiroid ginjal dan lain-lain).
e. Gangguan metabolik: Osteoporosis dapat disebabkan oleh kurangnya
aktivitas/imobilisasi lama, pasca menopouse, malabsorbsi/intake rendah kalsium
yang lama, hipopituitarisme, akromegali, penyakit Cushing,
hipertiroidisme/tirotoksikosis, osteogenesis imperfekta, gangguan nutrisi misalnya
kekurangan protein, defisiensi asam askorbat, idiopatik, dan lain-lain. Gangguan
metabolik dapat menimbulkan fraktur kompresi atau kolaps korpus vertebra hanya
karena trauma ringan. Penderita menjadi bongkok dan pendek dengan nyeri difus
di daerah pinggang.
f. Degenerasi, misalnya pada penyakit Spondylosis (spondyloarthrosis deforman),
Osteoartritis, Hernia nukleus pulposus (HNP), dan Stenosis Spinal.
g. Kelainan pada alat-alat visera dan retroperitoneum, pada umumnya penyakit dalam
ruang panggul dirasakan di daerah sakrum, penyakit di abdomen bagian bawah
dirasakan didaerah lumbal.
h. Infeksi : Infeksi dapat dibagi ke dalam akut dan kronik. NPB yang disebabkan
infeksi akut misalnya : disebabkan oleh kuman pyogenik (stafilokokus,
streptokokus, salmonella). NPB yang disebabkan infeksi kronik misalnya
spondilitis TB (penyakit Pott), jamur, osteomielitis kronik.
i. Problem psikoneurotik : NPB karena problem psikoneuretik misalnya disebabkan
oleh histeria, depresi, atau kecemasan. NPB karena masalah psikoneurotik adalah
NPB yang tidak mempunyai dasar organik dan tidak sesuai dengan kerusakan
jaringan atau batas-batas anatomis, bila ada kaitan NPB dengan patologi organik
maka nyeri yang dirasakan tidak sesuai dengan penemuan gangguan fisiknya.
j. Adapun faktor resiko untuk NPB antara lain adalah: usia, jenis kelamin, obesitas,
merokok, pekerjaan, faktor psikososial, dan cedera punggung sebelumnya.

4. Patofisiologi
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi
sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai
system nosiseptif. Sensitifitas dari system ini dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor dan
intensitas yang dirasakan berbeda diantara tiap individu. Reseptor nyeri (nosiseptor)
adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya pada stimulus yang kuat, yang
secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, ataupun
termal. Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori,
dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus
diaktifkan.
Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang
akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan
untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu
bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Nyeri
yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai
mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada system saraf.
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan dua kemungkinan.
Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya
nosiseptor dari nervinevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan
sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena
pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini
terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya.
Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang sangat peka terhadap
rangsang mekanikal dan termal. Hal ini merupakan dasar pemeriksaan Laseque.
5. Manifestasi klinis
a. Perubahan dalam gaya berjalan
 Berjalan terasa kaku.
 Tidak bias memutar punggung.
 Pincang.
b. Persyarapan
Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien merasakan sensasi
pada kedua anggota badan,tetapi mengalami sensasi yang lebih kuat pada daerah yang
tidak dirangsang.
c. Nyeri.
 Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.
 Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
 Nyeri otot dalam.
 Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
 Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.
 Nyeri pada pertengahan bokong.
 Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.

6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Sinar X vertebra ; mungkin memperlihatkan adanya fraktur, dislokasi, infeksi,
osteoartritis atau scoliosis.
b. Computed tomografhy ( CT ) : berguna untuk mengetahui penyakit yangmendasari
seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna vertebralis dan
masalah diskus intervertebralis.
c. Ultrasonography : dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis spinalis.
d. Magneting resonance imaging ( MRI ) : memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi
patologi tulang belakang.
e. Meilogram dan discogram : untuk mengetahui diskus yang mengalami degenerasi atau
protrusi diskus.
f. Venogram efidural : Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus lumbalis dengan
memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural.
g. Elektromiogram (EMG) : digunakan untuk mengevaluasi penyakit serabut syaraf
tulang belakang ( Radikulopati )
7. Penatalaksanan
a. Penatalaksanaan Keperawatan.
Informasi dan edukasi.
Pada NPB akut: Imobilisasi (lamanya tergantung kasus), pengaturan berat badan,
posisi tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi panas dan dingin) masase, traksi
(untuk distraksi tulang belakang), latihan : jalan, naik sepeda, berenang (tergantung
kasus), alat Bantu (antara lain korset, tongkat)
NPB kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur, modalitas termal), latihan
kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan berat badan posisi tubuh dan aktivitas
b. Medis
Formakoterapi.
 NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri berat), injeksi
epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri radikuler
 NPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan (gabapentin,
karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha blocker (klonidin, prazosin), opioid
(kalau sangat diperlukan)
Invasif non bedah
 Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati)
 Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik punggung bawah yang
intractable)
Bedah
HNP, indikasi operasi :
 Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat minggu: nyeri
berat/intractable / menetap / progresif.
 Defisit neurologik memburuk.
 Sindroma kauda.
 Stenosis kanal : setelah terjadi konservatif tidak berhasil
 Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan neurofisiologik dan
radiologik.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Aktivitas dan istirahat
Gejala: Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk,
mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan papan/matras waktu tidur,
penurunan rentang gerak dari ekstrimiter pada salah satu bagian tubuh,
tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tanda: Atropi otot pada bagian tubuh yang terkena, gangguan dalam berjalan.

b. Eliminasi
Gejala Konstribusi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya inkontenensia/retensi
urine

c. Integritas Ego
Gejala Ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan, finansial
keluarga.
Tanda Tampak cemas, defresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat

d. Neurosensori
Gejala : Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
Tanda Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotania, nyeri
tekan/spasme pavavertebralis, penurunan persesi nyeri (sensori)
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan adanya
batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat defekasi, mengangkat kaki,
atau fleksi pada leher, nyeri yang tidak ada hentinya atau adanya episode
nyeri yang lebih berat secara interminten; nyeri menjalar ke kaki, bokong
(lumbal) atau bahu/lengan; kaku pada leher (servikal). Terdengar adanya
suara “krek” saat nyeri baru timbul/saat trauma atau merasa “punggung
patah”, keterbatasan untuk mobilisasi/membungkuk kedepan
Tanda Sikap: dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena, perubahan cara
berjalan: berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang terangkat pada
bagian tubuh yang terkena, nyeri pada palpasi.
f. Keamanan
Gejala : Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi

g. Penyuluhan dan pembelajaran


Gejala : Gaya hidup ; monoton atau hiperaktif
Pertimbangan : DRG menunjukan rata-rata perawatan:10,8 hari
Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan batuan transportasi, perawatan diri dan
penyelesaian tugas-tugas.

2. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri akut b/d agen injuri (fisik, kelainan muskuloskeletal dan system syaraf vaskuler
2) Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan muskuloskeletal, kekakuan sendi atau
kontraktur
3) Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman
3. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan
(NANDA) (NOC) (NIC)

1. Nyeri akut b/d agen injuri Tingkat nyeri Manajemen nyeri


(fisik, kelainan 1. Melaporkan nyeri berkurang 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
muskuloskeletal dan system atau hilang komprehensif (lokasi, karateristik,
syaraf vaskuler). 2. Frekuensi nyeri berkurang durasi, frekuensi, kualitas, dan
atau hilang faktor presipitasi).
3. Lama nyeri berkurang 2. Observasi reaksi non verbal dari
4. Ekspresi oral berkurang atau ketidaknyamanan.
hilang 3. Gunakan teknik komunikasi
5. Ketegangan otot berkurang terapetik untuk mengetahui
atau hilang pengalaman nyeri klien.
6. Dapat istirahat 4. Evaluasi pengalaman nyeri masa
7. Skala nyeri berkurang atau lampau.
menurun 5. Evaluasi bersama klien dan tim
kesehatan lain tentang ketidak
Kontrol Nyeri efektifan kontrol nyeri masa
1. Mengenal faktor-faktor lampau.
penyebab 6. Bantu klien dan keluarga untuk
2. Mengenal onset nyeri mencari dan menemukan
3. Jarang atau tidak pernah dukungan.
menggunakan analgetik 7. Kontrol lingkungan yang dapat
4. Jarang atau tidak pernah mempengaruhi nyeri (suhu
melaporkan nyeri kepada ruangan, pencahayaan, dan
tim kesehatan. kebisingan)
5. Nyeri terkontrol 8. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
- 9. Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmokologi, non
farmakologi dan interpersonal)
10. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
 menentukan intervensi.
- 11. Ajarkan tentang teknik non
- farmakologi.
12. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
13. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
14. Tingkatkan istirahat
15. Kolaborasi dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
16. Monitor penerimaan klien tentang
manajemen nyeri.
2 Hambatan mobilitas fisik Tingkat mobilitas 1. Koreksi tingkat kemampuan
b.d nyeri, kerusakan 1. Klien dapat melakukan mobilisasi dengan sekala 0-4
muskuloskeletal, kekakuan mobilitas secara bertahap  0 : Klien tidak tergantung pada
sendi atau kontraktur dengan tanpa merasakan orang lain
nyeri  1 : Klien butuh sedikit bantuan
Batasan karakteristik : 2. Penampilan seimbang  2: Klien butuh bantuan sederhan
1. Postur tubuh kaku tidak 3. Menggerakkan otot dan  3 : Klien butuh bantuan banyak
stabil. sendi  4 :Klien sangat tergantung pada
2. Jalan terseok-seok 4. Mampu pindah tempat tanpa pemberian pelayanan
3. Gerak lambat bantuan 2. Atur posisi klien
4. Membatasi perubahan 5. Berjalan tanpa bantuan 3. Bantu klien melakukan perubahan
gerak yang mendadak gerak.
atau cepat 4. Observasi / kaji terus kemampuan
gerak motorik, keseimbangan
5. Ukur tanda-tanda vital sebelum dan
sesudah melakukan latihan.
6. Anjurkan keluarga klien untuk
melatih dan memberi motivasi.
7. Kolaborasi dengan tim kesehatan
lain (fisioterapi untuk pemasangan
korset)
8. Buat posisi seluruh persendian
dalam letak anatomis dan nyaman
dengan memberikan penyangga
pada lekukan lekukan sendi serta
pastikan posisi punggung lurus.
3. Gangguan pola tidur b.d Tidur Peningkatan Tidur
nyeri, tidak nyaman 1. Jumlah jam tidur cukup 1. Kaji pola tidur / pola aktivitas
2. Pola tidur normal 2. Anjurkan klien tidur secara teratur
Batasan karakteristik : 3. Kualitas tidur cukup 3. Jelaskan tentang pentingnya tidur
1. Pasien menahan sa-kit 4. Tidur secara teratur yang cukup selama sakit dan terapi.
(merintih, me-nyeringai) 5. Tidak sering terbangun 4. Monitor pola tidur dan catat keadaan
2. Pasien mengungkapkan 6. Tanda vital dalam batas fisik, psykososial yang mengganggu
tidak bisa tidur karena normal tidur
nyeri 5. Diskusikan pada klien dan keluarga
Istirahat tentang tehnik peningkatan pola
1. Istirahat Cukup tidur
2. Kualitas istirahat baik Manajemen lingkungan
3. Istirahat fisik cukup 1. Batasi pengunjung
4. Istirahat psikis cukup 2. Jaga lingkungan dari bising
3. Tidak melakukan tindakan
Kontrol Kecemasan keperawatan pada saat klien tidur
1. Tidur adekuat Pengurangan kecemasan
2. Tidak ada manifestasi fisik 1. Jelaskan semua prosedur termasuk
3. Tidak ada manifestasi pera-saan yang mungkin dialami
perilaku selama men-jalani prosedur
4. Mencari informasi untuk 2. Berikan objek yang dapat
mengurangi cemas memberikan rasa aman
5. Menggunakan teknik 3. Berbicara dengan pelan dan tenang
relaksasi untuk mengurangi 4. Membina hubungan saling percaya
cemas 5. Dengarkan klien dengan penuh
6. Berinteraksi sosial perhatian
6. Ciptakan suasana saling percaya
7. Dorong orang tua mengungkapkan
pera-saan, persepsi dan cemas
secara verbal
8. Berikan peralatan / aktivitas
yang menghibur untuk
mengurangi ketegangan
9. Anjurkan untuk menggunakan
teknik relaksasi
10. Berikan lingkungan yang tenang
11. Batasi pengunjung
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. 2009. Buku Ajar Anatomi
Umum. FK UNHAS
Brunner and Suddarth. 2000. Medical Surgical Nursing. Philadelphia: JB Lippincot Company.

NANDA International. 2012. Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014.


Jakarta : EGC

Harsono. 2000. Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

2005. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Judith M. Wilkinson.2007. Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan
kriteria hasil NOC ed. 7. Jakarta : EGC

Muttaqin, Arief. 2013. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai