Anda di halaman 1dari 20

Laporan pendaluan

Low back pain


A. Definisi
Low Back Pain (LBP) atau dalam bahasa indonesia adalah nyeri punggung
bawah (NPB) adalah suatu gejala berupa nyeri di bagian pinggang yang dapat
menjalar ke tungkai kanan atau kiri. Dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri
radikular atau keduanya.
Nyeri ini terasa di antara sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu di
daerah lumbal atau lumbosakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah
tungkai. Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat dirujuk ke daerah lain
atau sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung
bawah (refered pain) (yazid dkk, 2021).
Nyeri punggung bawah adalah sebuah sensasi nyeri di daerah lumbosakral dan
sakroiliakal, umumnya pada daerah L4-L5 dan L5-S1, nyeri ini sering disertai
penjalaran ke tungkai sampai kaki (suriya, 2019).

Menurut meily dan ramadhan(2019) nyeri punggung bawah merupakan


keluhan otot yang menjadi penyebab utama disabilitas, penurunan kualitas hidup dan
keluhan utama bagi pekerja yang datang ke pelayanan kesehatan. Nyeri punggung
terjadi karena sikap dan beban kerja yang terlalu tinggi ditambah dengan peregangan
otot yang tidak cukup bagi pekerja.

B. Etiologi
1. Kongenital, misalnya Faset tropismus (asimetris), kelainan vertebra misalnya
sakralisasi, lumbalisasi, dan skoliosis serta Sindrom ligamen transforamina
yang menyempitkan ruang untuk jalannya nervus spinalis hingga dapat
menyebabkan NPB.
2. Trauma dan gangguan mekanik: Trauma dan gangguan mekanik merupakan
penyebab utama NPB. Orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau
sudah lama tidak melakukannya dapat menderita NPB akut, atau melakukan
pekerjaan dengan sikap yang salah dalam waktu lama akan menyebabkan NPB
kronik. Trauma dapat berbentuk lumbal strain (akut atau kronik), fraktur
(korpus vertebra, prosesus tranversus), subluksasi sendi faset (sindroma faset),
atau spondilolisis dan spondilolistesis.
3. Radang (Inflamasi), misalnya Artritis Rematoid dan Spondilitis ankilopoetika
(penyakit Marie-Strumpell)
4. Tumor (Neoplasma): Tumor menyebabkan NPB yang lebih dirasakan pada
waktu berbaring atau pada waktu malam. Dapat disebabkan oleh tumor jinak
seperti osteoma, penyakit Paget, osteoblastoma, hemangioma, neurinoma,
meningioma. Atau tumor ganas, baik primer (mieloma multipel) maupun
sekunder: (metastasis karsinoma payudara, prostat, paru tiroid ginjal dan lain-
lain).
5. Gangguan metabolik: Osteoporosis dapat disebabkan oleh kurangnya
aktivitas/imobilisasi lama, pasca menopouse, malabsorbsi/intake rendah
kalsium yang lama, hipopituitarisme, akromegali, penyakit Cushing,
hipertiroidisme/tirotoksikosis, osteogenesis imperfekta, gangguan nutrisi
misalnya kekurangan protein, defisiensi asam askorbat, idiopatik, dan lain-lain.
Gangguan metabolik dapat menimbulkan fraktur kompresi atau kolaps korpus
vertebra hanya karena trauma ringan. Penderita menjadi bongkok dan pendek
dengan nyeri difus di daerah pinggang.
6. Degenerasi, misalnya pada penyakit Spondylosis (spondyloarthrosis deforman),
Osteoartritis, Hernia nukleus pulposus (HNP), dan Stenosis Spinal.
7. Kelainan pada alat-alat visera dan retroperitoneum, pada umumnya penyakit
dalam ruang panggul dirasakan di daerah sakrum, penyakit di abdomen bagian
bawah dirasakan di daerah lumbal.
8. Infeksi : Infeksi dapat dibagi ke dalam akut dan kronik. NPB yang disebabkan
infeksi akut misalnya : disebabkan oleh kuman pyogenik (stafilokokus,
streptokokus, salmonella). NPB yang disebabkan infeksi kronik misalnya
spondilitis TB (penyakit Pott), jamur, osteomielitis kronik.
9. Problem psikoneurotik : NPB karena problem psikoneuretik misalnya
disebabkan oleh histeria, depresi, atau kecemasan. NPB karena masalah
psikoneurotik adalah NPB yang tidak mempunyai dasar organik dan tidak
sesuai dengan kerusakan jaringan atau batas-batas anatomis, bila ada kaitan
NPB dengan patologi organik maka nyeri yang dirasakan tidak sesuai dengan
penemuan gangguan fisiknya.
10. Adapun faktor resiko untuk NPB antara lain adalah: usia, jenis kelamin,
obesitas, merokok, pekerjaan, faktor psikososial, dan cedera punggung
sebelumnya. (yazid dkk, 2019).

C. Manifestasi Klinis (yazid dkk, 2019)


1. Perubahan dalam gaya berjalan
a. Berjalan terasa kaku
b. Tidak bias memutar punggung
c. Pincang
2. Persyarafan
Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien merasakan
sensasi pada kedua anggota badan,tetapi mengalami sensasi yang lebih kuat
pada daerah yang tidak dirangsang.
3. Nyeri.
a. Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.
b. Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
c. Nyeri otot dalam.
d. Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
e. Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.
f. Nyeri pada pertengahan bokong.
g. Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.
E, Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan (yazid dkk, 2019)
Informasi dan edukasi.
a. Pada NPB akut: Imobilisasi (lamanya tergantung kasus), pengaturan berat
badan, posisi tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi panas dan
dingin) masase, traksi (untuk distraksi tulang belakang), latihan : jalan,
naik sepeda, berenang (tergantung kasus), alat Bantu (antara lain korset,
tongkat)
b. NPB kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur, modalitas
termal), latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan berat
badan posisi tubuh dan aktivitas
2. Medis (yazid dkk, 2019)
c. Formakoterapi.
1) NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri
berat), injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri
radikuler
2) NPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan
(gabapentin, karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha blocker
(klonidin, prazosin), opioid (kalau sangat diperlukan)
d. Invasif non bedah
1) Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati)
2) Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik punggung
bawah yang intractable)
e. Bedah
HNP, indikasi operasi :
1) Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat minggu:
nyeri berat/intractable / menetap / progresif.
2) Defisit neurologik memburuk.
3) Sindroma kauda.
4) Stenosis kanal : setelah terjadi konservatif tidak berhasil
5) Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan
neurofisiologik dan radiologic.

F. Pemeriksaan penunjang
1. Sinar X vertebra ; mungkin memperlihatkan adanya fraktur, dislokasi, infeksi,
osteoartritis atau scoliosis.
2. Computed tomografhy ( CT ) : berguna untuk mengetahui penyakit
yangmendasari seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar
kolumna vertebralis dan masalah diskus intervertebralis.
3. Ultrasonography : dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis
spinalis.
4. Magneting resonance imaging ( MRI ) : memungkinkan visualisasi sifat dan
lokasi patologi tulang belakang.
5. Meilogram dan discogram : untuk mengetahui diskus yang mengalami
degenerasi atau protrusi diskus.
6. Venogram efidural : Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus lumbalis
dengan memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural.
7. Elektromiogram (EMG) : digunakan untuk mengevaluasi penyakit serabut
syaraf tulang belakang ( Radikulopati ).

G. Pengkajian
Data fokus yang perlu dikaji:
1. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama (keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan
pengkajian)
2) Riwayat penyakit sekarang
a) Diskripsi gejala dan lamanya
b) Dampak gejala terhadap aktifitas harian
c) Respon terhadap pengobatan sebelumnya
d) Riwayat trauma
3) Riwayat Penyakit Sebelumnya
a) Immunosupression (supresis imun)
b) Penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas (kangker)
c) Nyeri yang menetap merupakan pertimbangan untuk kangker
atau infeksi.
d) Pemberatan nyeri di kala terbaraing (tumor instraspinal atau
infeksi) atau pengurangan nyeri (hernia nudeus pulposus / HNP)
e) Nyeri yang paling berat di pagi hari (spondiloartropati
seronegatif: ankylosing spondyli-tis, artristis psoriatic,
spondiloartropati reaktif, sindroma fibromialgia)
f) Nyeri pada saat duduk (HNP, kelainan faset sendi, stenosis
kanal, kelahinan otot paraspinal, kelainan sendi sakroilikal,
spondilosis / spondilolisis / spondilolistesis, NPB-spesifik)
g) Adanya demam (infeksi)
h) Gangguan normal (dismenore, pasca-monopause /andropause)
i) Keluhan visceral (referred pain)
j) Gangguan miksi
k) Saddle anesthesia
l) Kelemahan motorik ekstremitas bawah (kemungkinan lesi kauda
ekwina)
m) Lokasi dan penjalaran nyeri.
2. Aktivitas dan istirahat
Gejala: Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk,
mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan papan/matras waktu tidur,
penurunan rentang gerak dari ekstrimiter pada salah satu bagian tubuh, tidak
mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tanda: Atropi otot pada bagian tubuh yang terkena, gangguan dalam berjalan.
3. Eliminasi
Gejala: Konstribusi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya
inkontenensia/retensi urine
4. Integritas Ego
Gejala: Ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan,
finansial keluarga.
Tanda: Tampak cemas, defresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat
5. Neurosensori
Gejala: Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
Tanda: Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotania, nyeri
tekan/spasme pavavertebralis, penurunan persesi nyeri (sensori)
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan
adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat defekasi,
mengangkat kaki, atau fleksi pada leher, nyeri yang tidak ada hentinya atau
adanya episode nyeri yang lebih berat secara interminten; nyeri menjalar ke
kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan; kaku pada leher (servikal). 
Terdengar adanya suara “krek” saat nyeri baru timbul/saat trauma atau merasa
“punggung patah”, keterbatasan untuk mobilisasi/membungkuk kedepan.
Tanda    Sikap: dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena,
perubahan cara berjalan: berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang
terangkat pada bagian tubuh yang terkena, nyeri pada palpasi.
7. Keamanan
Gejala: Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi
8. Penyuluhan dan pembelajaran
Gejala:  Gaya hidup ; monoton atau hiperaktif
Pertimbangan: DRG menunjukan rata-rata perawatan:10,8 hari
Rencana pemulangan: Mungkin memerlukan batuan transportasi, perawatan
diri dan penyelesaian tugas-tugas.
H. diagnosa keperawatan

Diagnosa yang akan muncul pada klien vertigo:


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Gangguan mobilitas fisik berhungan dengan nyeri
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur
4. Resiko gangguan intergritas kulit dan jaringan berhungan dengan penurunan
mobilitas
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan motivasi/minat

a. Nyeriakut D.0077

Definisi

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan

jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan

berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

Penyebab

1. Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia, neoplasma)

2. Agen pencedera kimiawi (mis terbakar, bahan kimia iritan)

3. Agen pencedera fisik (mis. abses, ampulasi, terbakar, terpotong,

mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1. Mengeluh nyeri
Objektif

1 Tampak meringis

2 Bersikap protektif (mis. waspada,posisi menghindari nyeri)

3. Gelisah

4. Frekuensi nadi meningkat

5 Sulit tidur

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif (tidak tersedia)

Objektif

1. Tekanan darah meningkat

2 Pola napas berubah

3. Nafsu makan berubah

4. Proses berpikir terganggu

5. Menarik diri

6. Berfokus pada diri sendiri

7. Diaforesis

Kondiel Klinis Terkait

1. Kondisi pembedahan

2 Cedera traumatis 3. Infeksi

4. Sindrom koroner akut

5. Glaukoma
Tujuan dan criteria hasil

Nyeri Akut L.08066


1. Keluhan nyeri 5 (menurun)
2. Meringis 5 ( menurun)
3. Gelisah 5 (menurun)
4. Frekuensi nadi 5 (membaik)
5. Pola napas 5 (membaik)
6. Tekanan darah 5 (membaik

Intervensi
Manajemen nyeri (I.18238)
Observasi
1. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
2. Identifikasi pengetahuan dan keyaninan tentang nyeri
3. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
4. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
5. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
6. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik

1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,


hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing. kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan,
3. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
4. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi

1. Jelakan penyebab, periodedan pemicu nyeri


2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi

6. Kolaborasi pemberiananal getik

b. Gangguan Pola Tidur D.0055


Definisi :

Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal

Penyebab :

1. Hambatan lingkungan (mis. kelembapan lingkungan sekitar, suhu

lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal

pemantauan/pemeriksaan/tindakan)

2. Kurang kontrol tidur

3. Kurang privasi

4. Restraint fisik

5. Ketiadaan teman tidur

6. Tidak familiar dengan peralatan tidur

Gejala dan Tanda Mayor :

Subjektif                                                Objektif

1. Mengeluh sulit tidur                       (tidak tersedia)


2. Mengeluh sering terjaga

3. Mengeluh tidak puas tidur

4. Mengeluh pola tidur berubah

5. Mengeluh istirahat tidak cukup

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif                                                 Objektif

1. Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun (tidak tersedia)

Kondisi Klinis Terkait

1. Nyeri/kolik

2. Hypertirodisme

3. Kecemasan

4. Penyakit paru obstruktif kronis

5. Kehamilan

6. Periode pasca partum

7. kondisi pasca operasi

tujuan dan criteria hasil

1. keluhan sulit tidur 5 (menurun)


2. keluhan sering terjaga 5 (menurun)
3. keluhan pola tidur berubah 5 (menurun)
intervensi

Dukungan tidur

Observasi

1. identifikasi pola aktivitas dan tidur


2. identifikasi faktor pengganggu
3. identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu

Terapeutik

1. Modifikasi lingkungan
2. Batasi waktu tidur siang
3. Tetapkan jadwal tidur rutin

Edukasi

1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit


2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur

c. Defisit Perawatn diri

Definisi :

Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri

Penyebab

1. Gangguan muskuloskeletal

2. Gangguan neuromuskuler

3. Kelemahan

4. Gamgguan psikologis dan/atau psikotik

5. Penurunan motivasi/minat

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif

1. Menolak melakukan perawatan diri

Objektif

1. Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara

mandiri

2. Minat melakukan perawatan diri kurang

Kondisi Klinis Terkait

1. Stroke

2. Cedera medula spinalis

3. Depresi

4. Arthritis reumatoid

5. Retardasi mental

6. Delirium

7. Demensia

8. Gangguan amnestik

9. Skizofrenia dan gangguan psikotik lain

10. Fungsi penilaian terganggu

Keterangan

Diagnosis ini dispesifikasikan menjadi salah satu atau lebih dari :

1. Mandi

2. Berpakaian

3. Makan
Tujuan dan kriteria hasil

Perawatan Diri L.11103

1. Kemampuan mandi 5 (meningkat)


2. Kemampuan mengenakan pakaian 5 (meningkat)
3. Kemampuan makan 5 (meningkat)
4. Kemampuan toileting 5 (meningkat)

Intervensi

Dukungan perawatan diri

Observasi

1. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia


2. Monitor tingkat kemandirian

Terapeutik

1. Siapkan keperluan pribadi ( mis, parfum, sikat gigi, dan sabun mandi)
2. Dampingi dalam melakukan pearawatn diri sampai mandiri

Edukasi

1. Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan


DAFTAR PUSTAKA
Yazid dkk, 2021. Buku ajar asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
musculoskeletal. SUMBAR
Meyli & ramadhan, 2019. Penyakit akibat kerja dan surveilans, Jakarta: UI publishing

Suriya & zuriati, 2019. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Pada
Sistem Muskuloskeletal, SUMBAR

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
Persatuan perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan perawat Nasional Indonesia.

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KLIEN YANG MENGALAMI Low Back Pain (LBP) DI RUANG

TERATAI RSUD dr. KOESNADI

Disusun Oleh :

Arya Dio Primandika

19037140007

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BONDOWOSO

TAHUN 2022

LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Keperawatan Pada Klien :

..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
.................................

Telah Dilaksanakan Pada Tanggal ......................................Di Ruang……………..

RSUD…………………

Asuhan Keperawatan ini diajukan sebagai salah satu evaluasi (penilaian) pada
Praktek Klinik Keperawatan III

…….., ............................2022

Pembimbing Ruangan, Pembimbing Akademik,

.................................... ............................................

Kepala Ruangan

.....................................

LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Pendahuluan Pada Klien :

..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
.................................

Telah Dilaksanakan Pada Tanggal ......................................Di Ruang ………………


RSUD………………………..

Laporan pendahuluan ini diajukan sebagai salah satu evaluasi (penilaian) pada
Praktek Klinik Keperawatan III

………..,…………….2022

Pembimbing Ruangan, Pembimbing Akademik,

.................................... ............................................

LEMBAR KONSULTASI
Nama :

Ruangan :

N TANGGAL MATERI YANG DIKONSULTASIKAN PARAF CI


O

Anda mungkin juga menyukai