SUGESTA ALFINA
NPM 2018727089
A. PENGERTIAN
Lansia atau lanjut usia menurut WHO meliputi, usia pertengahan (middle age) yaitu
usia antara 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (eldery) yaitu usia antara 60 sampai 74
tahun, lanjut usia tua (old) yaitu usia antara 76 sampai 90 tahun, dan usia sangat tua
(very old) yaitu usia diatas 90 tahun (Depkes, 2002).
Penyakit yang menonjol pada lansia yaitu: 1) gangguan pembuluh darah : dari
hipertensi sampai stroke, 2) gangguan metabolik ; DM, 3) gangguan persendian:
artrirtis, sakit punggung, dan terjatuh, 4) gangguan sosial : kurang penyesuaian diri
dan merasa tidak punya fungsi lagi. (Nugroho, 2000)
Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain /LBP ) adalah sindroma klinik yang ditandai
dengan gejala utama nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tulang
punggung bagian bawah. (Sunarto, 2005). LBP adalah perasaan nyeri di daerah
lumbosakral dan sakroiliakal. (Harsono, 2000)
C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme terjadinya nyeri pada Low Back Pain 2 macam :
1. Nyeri Nosiseptif
Bangunan peka nyeri yang terdapat di punggung bawah adalah periosteum, 1/3
bangunan luar annulus fibroseptor (bagian fibrosa dari diskus intervertebralis)
ligamentum kapsula artikularis, fasia dan otot. Semua bangunan tersebut
mengandung nosiseptor yang peka terhadap berbagai stimulus (mekanik, termal,
kimiawi). Bila reseptor dirangsang oleh sebagian stimulus lokal akan, dijawab
dengan pengeluaran sebagai mediator inflamasi dan substansia lainnya yang
menyebabkan timbulnya persepsinyeri, hiperalgesia maupun alodinia yang
bertujuan mencegah pergerakan untuk memungkinkan berlangsung proses
penyembuhan. Salah satu mekanisme untuk mencegah kerusakan yang lebih berat
adalah spasme otot yang membatasi pergerakan. Spasme otot ini menyebabkan
iskemia dan sekaligus menyebabkan munculnya titik picu (trigger points) yang
merupakan salah satu kondisi nyeri. Pembungkus syaraf juga, kaya akan
nosiseptor yang merupakan akhiran dari nervi nervorum yang juga berperan
sebagai sumber nyeri nosiseptif inflamasi, terutama nyeri yang dalam dan sulit
dilokalisir. Berbagai jenis rangsangan tadi akan mengantisipasi nosiseptor,
langsung menyebabkan nyeri dan sensitisasi menyebabkan hiperalgesia.
2. Mekanisme Nyeri Neurepatik Pada LBP
Nyeri neuropatik adalah nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau
disfungsi primer pada system syaraf. Nyeri neuropatik yang sering ditemukan
pada LBP berupa penekanan atau jeratan radiks syaraf oleh karena Hernia
Nukleus Pulposus (HNP), penyempitan kanalis spinalis, pembengkaan artikulasio
atau jaringan sekitarnya, fraktur mikro (misalnya penderita osteoporosis),
penekanan oleh tumor dan sebagainya.
D. ETIOLOGI
1. Perubahan postur tubuh biasanya karena trauma primer dan sekunder.
a. Trauma primer seperti Trauma secara spontan, contohnya kecelakaan.
b. Trauma sekunder seperti Adanya penyakit HNP, osteoporosis, spondilitis,
stenosis spinal, spondilitis, osteoartritis.
2. Ketidak stabilan ligamen lumbosacral dan kelemahan otot
3. Prosedur degenerasi pada pasien lansia
4. Penggunaan hak sepatu yang terlalu tinggi
5. Kegemukan
6. Mengangkat beban dengan cara yang salah
7. Keseleo
8. Terlalu lama pada getaran
9. Gaya berjalan
10. Merokok
11. Duduk terlalu lama
12. Kurang latihan (olahraga)
13. Depresi /stress
14. Olahraga (golf, tennis, sepak bola)
E. JENIS LBP
Menurut asal dan sifat nyerinya LBP dibagi dalam enam jenis, yaitu a) nyeri pinggang
lokal, b) iritasi pada radiks, c) nyeri acuan somatic, d) nyeri acuan, e) nyeri karena
iskemia, dan f) nyeri psikogen.
1. Nyeri pinggang local
Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah dengan radiasi
ke kanan dan ke kiri. Dapat berasal dari bagian-bagian di bawahnya seperti fasia,
otot-otot paraspinal, korpus vertebra, artikulasio dan ligament.
2. Iritasi pada radiks
Rasa nyeri yang dapat berganti-ganti dengan parestesi dan terasa pada dermatom
yang bersangkutan. Kadang-kadang dapat disertai hilangnya perasaan atau
gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat disebabkan proses desak ruang yang bisa
terletak pada foramen intervertebra atau dalam kanalis vertebra.
3. Nyeri acuan somatis
Iritasi serabut-serabut sensoris di permukaan dapat dirasakan di bagian lebih
dalam pada dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian
lebih dalam dapat dirasakan di bagian superfisial.
4. Nyeri acuan
Adanya gangguan pada alat-alat retroperitoneum, intraabdomen atau di dalam
ruangan panggul yang dirasakan di daerah punggung.
5. Nyeri karena iskemia
Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens yang dapat
dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha. Biasanya
disebabkan oleh penyumbatan pada percabangan aorta atau pada arteria iliaka
komunis.
6. Nyeri psikogen
Rasa nyeri tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan dermatom
dengan reaksi fasial yang berlebihan. ( Markam, 2000)
F. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis LBP tergantung dari jenis dan penyebabnya. Pasien biasanya
mengeluh nyeri punggung akut maupun kronik (berlangsung lebih dari 2 bulan tanpa
perbaikan),LBP memburuk saat berdiri atau duduk, kaku pada pagi hari, nyeri sering
merata dan menyebar. Kadang-kadang, dasar organik LBP tak dapat ditemukan.
Kecemasan dan stres dapat membangkitkan spasme otot dan nyeri.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Neurofisiologik
a. Electromyography (EMG)
b. Need EMG dan H-reflex dianjurkan bila dugaan disfungsi radiks lebih dari 3-
4 minggu
c. Bila diagnosis radikulapati sudah pasti secara pemeriksaan klinis, pemeriksaan
elektrofisiologik tidak dianjurkan.
d. Somatosensory Evoked Potensial (SSEP). Berguna untuk stenosis kanal dan
mielopati spinal.
2. Radiologik
a. Foto polos.
b. Tidak direkomendasikan untuk evaluasi rutin penderita NPB.
c. Direkomendasikan untuk menyampingkan adanya kelainan tulang.
d. Mielografi, mielo-CT, CT-Scan, Magnetik Resonance Imaging (MRI)
e. Diindikasikan untuk mencari penyebab nyeri antara lain tumor, HNP
perlengketan
f. Discography tidak direkomendasikan pada NPB oleh karena invasive
3. Laboratorium
a. Laju endap darah, darah perifer lengkap, C-reactif protein (CRP), faktor
rematoid, fosfatase alkali / asam, kalsium (atas indikasi)
b. Urinalisa, berguna untuk penyakit non spesifik seperti infeksi, hematuri
c. Likuor serebrospinal (atas indikasi)
H. PENATALAKSANAAN LBP
1. Penatalaksanaan Keperawatan.
a. Informasi dan edukasi.
b. NPB kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur, modalitas
termal), latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan berat
badan posisi tubuh dan aktivitas.
2. Medis
a. Formakoterapi
NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri
berat), injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri radikuler
NPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan
(gabapentin, karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha blocker
(klonidin, prazosin), opioid (kalau sangat diperlukan)
b. Invasif nonbedah
Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati)
Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik punggung
bawah yang intractable)
c. Bedah
d. HNP (Hernia Nukleus Pulposus), indikasi operasi :
Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat minggu:
nyeri berat/intractable / menetap / progresif
Defisit neurologik memburuk
Sindroma kauda
WOC
Perubahan postur tubuh
biasanya karena trauma
primer dan sekunder
Herniasi muskleus
purposus Tulang belakang menyerap
goncangan ventrikal Hiperalgesia sekunder pada
neuron disekitar lesi pada
resio lumbal sakral
Kelemahan otot
MK : Nyeri
Mobilitas fisik terganggu Jarang bergerak Kelemahan fisik umum
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
2. Riwayat Penyakit :
Keluhan Utama (keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian)
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat Penyakit Sebelumnya
3. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum
Sistem persepsi dan sensori
Sistem persarafan (Pemeiksaan neurologik)
Sistem pernafasan
Sistem kardiovaskuler
Sistem Gastrointestinal
Sistem Perkemihan
Pola fungsi kesehatan
Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pola aktifitas dan latihan
Pola nutrisi dan metabolisme
Pola tidur dan istirahat
Pola kognitif dan perceptual
Pola toleransi dan koping stress
Pola hubungan dan peran
Pola nilai dan keyakinan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri
C. RENCANA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah nyeri berkurang atau
hilang.
Kriteria Hasil :
a. Skala nyeri berkurang/ tidak terasa kembali.
b. Mampu mengontrol nyeri
c. Tidak ada kegelisahan/ ketegangan otot
Intervensi :
Observasi
Terapeutik
Kolaborasi
Terapeutik :
Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
Edukasi :
Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2002
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2002
Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot, Philadelphia, 2000
Askep LBP (Low Back Pain). Diakses pada tanggal 12 Februaei 2012.
http://nursingbegin.com/askep-lbp/.
Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Low Back Pain. Diakses pada tanggal 12 Februari
201. http://sedetik.multiply.com/journa
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI