Disusun oleh :
1701019
2. ETIOLOGI
Nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai masalah
muskuloskeletal (misal regangan lumbosakral akut, ketidakstabilan ligamen
lumbosakral dan kelemahan otot, osteoartritis tulang belakang, stenosis tulang belakang,
masalah diskus intervertebralis, ketidaksamaan panjang tungkai). Penyebab lainnya
meliputi obesitas, gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor retroperitoneal, aneurisma
abdominal dan masalah psikosomatik. kebanyakan nyeri punggung akibat gangguan
muskuloskeletal akan diperberatoleh aktifitas, sedangkan nyeri akibat keadaan lainnya
tidak dipengaruhi oleh aktifitas. (Brunner,2012).
Etiologi nyeri punggung bermacam – macam, yang paling banyak adalah penyebab
sistem neuromuskuloskeletal. Disamping itu LBP dapat merupakan nyeri rujukan dari
2
gangguan sistem gastrointestinal, sistem genitorinaria atau sistem kardiovaskuler. Proses
infeksi, neoplasma dan inflasi daerah panggul dapat juga menimbulkan LBP.
Penyebab sistem neuromuskuloskeletal dapat diakibatkan beberapa faktor :
a. Otot
b. discus intervertebralis
c. sendi apofiseal, anterior, sakroiliaka
d. kompresi saraf / radiks
e. metabolic
f. psikogenik
g. umur (Dachlan, 2009).
Nyeri punggung dapat disebabkan oleh berbagai kelaianan yang terjadi pada
tulang belakang, otot, discus intervertebralis, sendi, maupun struktur lain yang
menyokong tulang belakang. Kelainan tersebut antara lain:
3
k. lainnya, seperti nyeri alih dari gangguan visceral, sikap tubuh, psikiatrik, sindrom
nyeri kronik.
3. MANIFESTASI KLINIS
a. Perubahan dalam gaya berjalan.
Berjalan terasa kaku.
Tidak bias memutar punggung.
Pincang.
b. Persyarafan
Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien merasakan sensasi
pada kedua anggota badan,tetapi mengalami sensasi yang lebih kuat pada daerah yang
tidak dirangsang.
c. Nyeri.
Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.
Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
Nyeri otot dalam.
Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.
Nyeri pada pertengahan bokong.
Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.
4. PATOFISIOLOGI /PATHWAY
a. Patofisiologi
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi
sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai
system nosiseptif. Sensitifitas dari komponen system nosiseptif dapat dipengaruhi
oleh sejumlah factor dan berbeda diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan
terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi sangat
nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain.
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespons
hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana stimuli
4
tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri merupakan jaras multi
arah yang kompleks. Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya pada
kulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah local. Sejumlah substansi yang
dapat meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin,
asetilkolin dan substansi P. Prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat
meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin.
Substansi lain dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi
nyeri adalah endorfin dan enkefalin yang ditemukan dalam konsentrasi yang kuat
dalam system saraf pusat. Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat
memproses sensori, dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system
assenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri
yang terletak dalam kulit dan organ internal.Proses nyeri terjadi karena adanya
interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi nyeri. Patofisiologi Pada sensasi nyeri
punggung bawah dalam hal ini kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah
batang yang elastik yang tersusun atas banyak unit vertebrae dan unit diskus
intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen
dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan
fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat memberikanperlindungan yang
maksimal terhadap sum-sum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan
menyerap goncangan vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh
membantu menstabilkan tulang belakang. Diskus intervertebralis akan mengalami
perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun
atas fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago
yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra merupakan penyebab
nyeri punggung biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S6, menderita stress
paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan
sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis
spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut.
5
b. Pathway
Usia lansia
obesitas
Rusaknya
Perubahan degenerasi berat Terdesaknya otot para vetebra pembungkus saraf
MK : Gangguan
Mobilitas Fisik MK: nyeri
6
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Neurofisiologik
Electromyography (EMG)
Digunakan untuk mengevaluasi penyakit serabut saraf tulang saraf (radikulopati)
Bila diagnosis radikulapati sudah pasti secara pemeriksaan klinis, pemeriksaan
elektrofisiologik tidak dianjurkan
b. Radiologik
Foto polos.
Tidak direkomendasikan untuk evaluasi rutin penderita LPB
Direkomendasikan untuk menyampingkan adanya kelainan tulang.
Mielografi, mielo-CT, CT-Scan, Magnetik Resonance Imaging (MRI)
Diindikasikan untuk mencari penyebab nyeri antara lain tumor, HNP perlengketan
Discography tidak direkomendasikan pada LPB oleh karena invasive
c. Laboratorium
Laju endap darah, darah perifer lengkap, C-reactif protein (CRP), faktor rematoid,
fosfatase alkali / asam, kalsium (atas indikasi)
Urinalisa, berguna untuk penyakit non spesifik seperti infeksi, hematuri
Likuor serebrospinal (atas indikasi)
6. KOMPLIKASI
Spinal stenosis ( penyempitan tulang belakang ).
Osteoporosis.
Depresi.
Stress
7. PENATALAKSANAAN
A. Penata Laksanaan Keperawatan.
a. Informasi dan edukasi.
b. Pengurangan stress dan relaksasi
c. Posisi pasien dibuat sedemikan rupa, sehingga flesi lumbal leboh besar yang dapat
mengurangi tekanan pada tekanan saraf lumbal
7
d. Fisioterapi perlu diberikan untuk mengurangi yeri, spasme otot, terapi bisa
meliputi terapi pendinginan, pemanasan sinar intra merah, kompres lembab
hangat, gelombang ultra, diartemi dan traksi.
e. LPB : psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur, modalitas termal), latihan
kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan berat badan posisi tubuh dan
aktivitas.
B. Medis
a. Formakoterapi.
LPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri berat),
injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri radikuler
LPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan (gabapentin,
karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha blocker (klonidin, prazosin),
opioid (kalau sangat diperlukan)
b. Invasif non bedah
Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati)
Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik punggung bawah
yang intractable)
c. Bedah
Terapi konservatif selama lebih dari empat minggu: nyeri berat/intractable /
menetap / progresif.
Defisit neurologik memburuk.
Sindroma kauda.
Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan neurologik dan
radiologik
8
8. PENGKAJIAN
Anamnesa
a. Identitas
nama, umur jenis kelamin, agama, suku, bangsa, alamat.
b. Keluhan utama
biasanya pasien mengatakan nyeri punggung akut maupun kronis lebih
dari 2 bulan, nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit, nyeri
menyebar ke bagian bawah belakang kaki.
c. Riwayat kesehatan sekarang
tanyakan pada klien sejak kapan keluhan di rasakan, kapan timbulnya
keluhan (apakah menetap atau hilnag timbul), hal apa yang mengakibatkan
terjadinya keluhan, apa saya yang di lakukan untuk mengurangi keluhan
yang di rasakan, tanyakan pada klien apakah klien sering mengkonsumsi
obat tertentu atau tidak.
d. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada klien apakah klien dulu pernah menderita penyakit yang
sama sebelumnya, apakah klien pernah mengalami kecelakaan atau
trauma, apakah klien pernah menderita penyakit gangguan tulang atau otot
sebelumnya
Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
b) Pemeriksaan persistem
c) System persepsi dan sensori (pemeriksaan pasca indera : penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecapan, perasa)
d) System persarafan (pemeriksaan neurologic)
e) System pernafasan
(nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan nafas)
f) System kardiovaskular
(nilai tekanan darah, nadi, irama, kualitas, dan frekuensi)
g) System gastrointestinal
9
(nilai kemampuan menelan, nafsu makan, minum, periataltic dan
eliminasi)
h) System integument
(nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien)
i) System reproduksi
j) System perkemihan
(nilai frekuensi bak, warna, bau, volume)
9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
10
berapa lama dan
ketidaknyamanan prosedur
2 Tujuan : setelah di lakukan - Memantau secara kontinu
keperawatan tindakan selama mobilitas akan menentukan
2x24 jam maka masalah mobilitas aktivitas pasien
fisik akan teratasi dengan kriteria - Bantu pasien mengubah posisi
hasil : secara perlahan
- Pasien menunjukan - Ajarkan pasien cara yang tepat
kembalinya mobilitas turun dari tempat tidur dengan
fisik nyeri yang minimal
- Kembali aktivitas - Bantu klien untuk
semula secara bertahap mengidentifikasi aktifitas yang di
- Menghindari posisi inginkan
yang mengakibatkan - Sampaikan dan ingatkan pasien
ketidaknyamanan dan untuk tidak melakukan gerakan
spasme otot memutar yang berlebihan.
- Pasien dapat
melakukan aktivitas
rutin
11
DAFTAR PUSTAKA
Askep LBP (Low Back Pain). Diakses pada tanggal 12 Februari 2012.
Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Low Back Pain. Diakses pada tanggal 12
Februari 2012
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2002
Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot, Philadelphia,
2000
12