Anda di halaman 1dari 21

Tugas Praktik Klinik

Keperawatan Keluarga

LAPORAN PENDAHULUAN
NYERI PUNGGUNG BAWAH/
LOW BACK PAIN (LBP)

OLEH

MUH. YUSUF M.
(17025)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA (DIII) KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DR. SISMADI
JAKARTA UTARA
2020
A. Defenisi

Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah lumbasakral dan


sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai sampai
kaki (Harsono, 2010).

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan


akibat dari kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial. Peraturan utama
dalam merawat pasien dengan nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata,
meskipun penyebabnya tidak diketahui. Oleh karena itu, keberadaan nyeri adalah
berdasarkan hanya pada laporan pasien.

Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal, biasanya disebabkan oleh
terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus,
osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang (Brunner, 2012).

Low back pain dapat terjadi pada siapa saja yang mempunyai masalah pada
muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosacral akut, ketidakmampuan ligamen
lumbosacral, kelemahan otot, osteoartritis, spinal stenosis serta masalh pada
sendi inter vertebra dan kaki yang tidak sama panjang.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan Low Back Pain adalah


nyeri kronik atau acut didalam lumbal yang biasanya disebabkan trauma atau
terdesaknya otot para vertebra atau tekanan, herniasi dan degenerasi dari nuleus
pulposus, kelemahan otot, osteoartritis dilumbal sacral pada tulang belakang.

B. Etiologi
Lebih dari 85% pasien dengan nyeri punggung bagian bawah memiliki
etiologi nonspesifik tanpa adanya penyakit atau kelainan yang jelas. Nyeri
punggung bawah sering kali berasal dari permasalahan umum seperti otot tegang
(muscle tension) atau kejang (spasm). Struktur anatomis tulang belakang bawah
lainnya dapat menimbulkan nyeri dengan ciri-ciri tertentu seperti nyeri radikuler
(radicular pain), sindroma sendi facet (facet joint syndrome), nyeri sendi sakroiliak
(sacroiliac joint pain), stenosis lumbalis (lumbar spine stenosis), dan nyeri
diskogenik (discogenic pain). Berbagai struktur ini menghasilkan gejala dari
kombinasi nyeri nosiseptif atau neuropatik yang spesifik karena mengikuti
distribusi dermatom, radiks, kapsul.
1. Nyeri Nonspesifik
Nyeri punggung bawah nonspesifik adalah jenis yang paling sering
ditemukan, terutama di faskes primer, sehingga memerlukan perhatian
lebih. Lebih dari 85% pasien nyeri punggung bawah masuk ke dalam kategori
ini. Tubuh manusia memiliki pusat gravitasi yang mempertahankan fungsi
tubuh dan membantu menghindari celaka. Pada nyeri punggung bawah
nonspesifik, terjadi gangguan keseimbangan antara beban fungsional dan
kemampuan tubuh untuk melakukan pekerjaan sehari-hari. Namun
gangguan ini tidak disertai sebuah kelainan anatomis; tidak ditemukan
adanya penyempitan ruang antara diskus, penekanan saraf, kerusakan pada
tulang atau sendi. Belum ditemukan penyebab dari nyeri nonspesifik,
walaupun dapat dikenali beberapa faktor resiko.
2. Nyeri Mekanikal
Nyeri mekanikal secara umum disebabkan oleh sebuah kejadian trauma
akut, tetapi juga bisa disebabkan oleh trauma kumulatif. Gerakan berulang
yang memberi penekanan pada tulang belakang meningkatkan risiko
robekan annulus, herniasi diskus. Gerakan di bagian lumbalis yang berperan
dalam pembentukan nyeri punggung bawah adalah fleksi ke depan (forward
flexion), rotasi (trunk twist), dan mengangkat benda berat dengan tangan
membentang ke depan. Beberapa gangguan nyeri mekanik yang sering
ditemukan adalah sebagai berikut:
a) Gangguan Diskus Intervertebralis
Diskus intervertebralis berperan sebagai penyerap tekanan dan sesuai
dengan namanya, dapat ditemukan di antara korpus vertebra. Herniasi
sering terjadi di daerah L5-S1, dan disebabkan oleh melemah dan
menipisnya ligament longitudinal. Kategori ‘gangguan’ pada diskus

2
dapat mencakup diskus menonjol (bulging), atau herniasi. Gangguan
sering kali disebabkan oleh proses penuaan normal pada sistem
muskuloskeletal, yang diperparah oleh aktivitas berat, merokok,
obesitas.
b) Gangguan Sendi Facet
Sendi Facet adalah pasangan sendi yang berada di bagian posterior
tulang belakang. Banyak gangguan yang dapat terjadi di sendi ini seperti
tumor, infeksi, fraktur, gangguan degeneratif, ujung saraf yang teriritasi,
atau artritis (sindroma sendi Facet). Sendi ini adalah salah satu sumber
terbesar dari nyeri punggung bawah, walaupun sering kali bukan
penyebab satu-satunya.
c) Nyeri Sendi Sakroiliak
Sendi Sakroiliak adalah sendi yang menghubungkan sakrum ke pelvis,
dan nyeri yang diakibatkan oleh sendi ini sangat bervariasi. Sendi ini
menyambung ke banyak otot di antaranya piriformis, biceps femoris,
gluteus maximus, sehingga penyebaran rasa nyeri memiliki manifestasi
yang beragam. Penyebab seringkali diakibatkan oleh cedera ke sendi,
yang dapat disebabkan oleh satu insiden trauma yang signifikan,
kehamilan, atau gangguan biomekanis dari kesehatan fisik yang buruk
atau gangguan kesemibangan anatomis (misalnya polio atau
osteoartritis).
d) Nyeri Nonmekanikal
Kurang dari satu persen nyeri punggung bawah disebabkan oleh kondisi
yang berat seperti infeksi, fraktur, sindroma kauda equina atau kanker.
Pasien-pasien ini dapat dikenali karena nyaris selalu memiliki faktor
risiko lain.

Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai
masalah muskuloskeletal (misal regangan lumbosakral akut, ketidakstabilan
ligamen lumbosakral dan kelemahan otot, osteoartritis tulang belakang, stenosis
tulang belakang, masalah diskus intervertebralis, ketidaksamaan panjang tungkai).

3
Penyebab lainnya meliputi obesitas, gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor
retroperitoneal, aneurisma abdominal dan masalah psikosomatik. Kebanyakan
nyeri punggung akibat gangguan muskuloskeletal akan diperberat oleh aktifitas,
sedangkan nyeri akibat keadaan lainnya tidak dipengaruhi oleh aktifitas.

C. Patofisiologi

Patofisiologi nyeri punggung bawah kronis (chronic low back pain / cLBP)
berhubungan dengan berbagai struktur anatomis, misalnya radiks, otot, struktur
fasia, tulang, persendian, atau diskus intervertebralis. Nyeri dapat terjadi akibat
lebih dari satu struktur pada waktu bersamaan.
- Penjalaran Nyeri
Nyeri menjalar melalui nosiseptor, yaitu saraf sensoris di perifer yang
fungsinya mewaspadakan tubuh bila ada stimulus nyeri. Stimulus diubah
menjadi pesan elektrik yang dikirim melalui berbagai akson dari perifer, ke
korda spinalis, hingga ke bagian mesensefalon dan talamus otak. Jika
stimulus terus menerus ada, terjadi proses sensitisasi saraf perifer dan
sentral hingga nyeri akut menjadi nyeri kronik. Sensitisasi sentral adalah
proses di mana tubuh menangkap signal nyeri secara tidak normal. Proses
ini juga berhubungan dengan taktil alodinia, kondisi yang menyebabkan
tubuh hipersensitif terhadap sentuhan atau nyeri. Terlebih lagi, pada sendi
dan diskus banyak ditemukan serabut saraf delta A yang bila terus menerus
terangsang berperan dalam pembentukan sensitisasi sentral.
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus
menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri
disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari komponen system nosiseptif
dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor dan berbeda diantara individu. Tidak
semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas
nyeri yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa
bagi orang lain.

4
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang
berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana
stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri merupakan
jaras multi arah yang kompleks. Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan
asalnya pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah local. Sel-sel
mast, folikel rambut dan kelenjar keringat. Stimulasi serabut ini mengakibatkan
pelepasan histamin dari sel-sel mast dan mengakibatkan vasodilatasi. Serabut
kutaneus terletak lebih kearah sentral dari cabang yang lebih jauh dan
berhubungan dengan rantai simpatis paravertebra system saraf dan dengan organ
internal yang lebih besar. Sejumlah substansi yang dapat meningkatkan transmisi
atau persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin, asetilkolin dan substansi P.
Prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat meningkatkan efek yang
menimbulkan nyeri dari bradikinin. Substansi lain dalam tubuh yang berfungsi
sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah endorfin dan enkefalin yang
ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam system saraf pusat.
Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori,
dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus
diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak
dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri terjadi karena adanya interaksi antara
stimulus nyeri dan sensasi nyeri.
Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna
vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas
banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain
oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi
punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain
tetap dapat memberikanperlindungan yang maksimal terhadap sum-sum tulang
belakang.
Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical pada saat
berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang.
Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban.

5
Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas,
masalah postur, masalah struktur dan peregangan berlebihan pendukung tulang
belakang dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia
bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago
dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan
tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung
biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S6, menderita stress paling berat dan
perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan sendi dapat
mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang
mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut.

1. Pathway

6
2. Manifestasi Klinis

Gambaran klinis LBP adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung


bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya.
Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat menuju ke daerah lain
atau sebaliknya, nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah
punggung bawah (reffered pain/nyeri yang menjalar). Tanda dan gejala yang
timbul antara lain:
a. Cara berjalan pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk
pemeriksaan neurologis)
b. Perilaku penderita apakah konsisten dengan keluhan nyerinya
(kemungkinan kelainan psikiatrik)
c. Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal
(pinggang) sehingga penderita berjalan sangat hati-hati (kemungkinan
infeksi, peradangan, tumor atau patah tulang)
Menurut International Association for the Study of Pain (IASP), yang
termasuk dalam low back pain terdiri dari :
a. Lumbar Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi: superior oleh garis
transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebra
thorakal terakhir, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui
ujung prosesus spinosus dari vertebra sakralis pertama dan lateral oleh
garis vertikal tangensial terhadap batas lateral spina lumbalis.
b. Sacral Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis
transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus vertebra
sakralis pertama, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui
sendi sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh garis imajiner melalui
spina iliaka superior posterior dan inferior.
c. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal
pain dan 1/3 atas daerah sacral spinal pain
Selain itu, IASP juga membagi low back pain ke dalam :
a. Low Back Pain Akut, telah dirasakan kurang dari 3 bulan.
b. Low Back Pain Kronik, telah dirasakan sekurangnya

7
c. Low Back Pain Subakut, telah dirasakan minimal 5-7 minggu, tetapi
tidak lebih dari 12 minggu.

3. Komplikasi

Nyeri punggung bawah kronis sudah merupakan salah satu komplikasi


dari berbagai etiologi. Berbagai etiologi ini juga memiliki komplikasi lain.
a. Nyeri adalah fraktur di sendi sakroiliak
b. Fraktur komplit di panggul.
c. Herniasi diskus dapat menghasilkan komplikasi sindroma kauda equina
dan dapat menyebabkan gangguan permanen.

D. Pemeriksaan Penunjang

1) Sinar X vertebra ; mungkin memperlihatkan adanya


fraktur,dislokasi,infeksi,osteoartritis atau scoliosis.
2) Computed tomografhy ( CT ) : berguna untuk mengetahui penyakit
yangmendasari seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi
disekitar kolumna vertebralis dan masalah diskus intervertebralis.
3) Ultrasonography : dapat membantu mendiagnosa penyempitan
kanalis spinalis.
4) Magneting resonance imaging ( MRI ) : memungkinkan visualisasi sifat
dan lokasi patologi tulang belakang.
5) Meilogram dan discogram : untuk mengetahui diskus yang mengalami
degenerasi atau protrusi diskus.
6) Venogram efidural : Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus
lumbalis dengan memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural
7) Elektromiogram (EMG) : digunakan untuk mengevaluasi penyakit
serabut syaraf tulang belakang ( Radikulopati ).

8
E. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan low back pain akut

Sebagian besar pasien dapat diatasi secara efektif dengan kombinasi


dari pemberian informasi, saran, analgesia, dan jaminan yang tepat.
Pasien juga harus disemangati untuk segera kembali bekerja. Penjelasan
dan saran dapat juga dalam bentuk tertulis. Kronisitas low back pain
dapat dihindari dengan : memperhatikan aspek psikologis gejala yang
ada, menghindari pemeriksaan yang tidak perlu dan berlebihan,
menghindari penatalaksanaan yang tidak konsisten, serta memberikan
saran untuk mencegah rekurensi (menghindari pengangkatan beban
yang berat).

2. Penatalaksanaan Low Back Pain Kronik yang menyebabkan Disabilitas

Penelitian telah menunjukkan bahwa pengaruh terpenting dalam


perkembangan kronisitas adalah psikologikal dibandingkan dengan
biomekanikal. Faktor-faktor psikologis yang dimaksud adalah distress
berat, kesalahpahaman tentang nyeri dan implikasinya, serta
penghindaran aktivitas karena takut membuat rasa nyeri bertambah
parah.

3. Penatalaksanaan Low Back Pain Non Spesifik

a) Aktivitas: lakukan aktivitas normal. Penting untuk melanjutkan


kerja seperti biasanya.

b) Tirah baring: tidak dianjurkan sebagai terapi, tetapi pada beberapa


kasus dapat dilakukan tirah baring 2-3 hari pertama untuk
mengurangi nyeri.

c) Medikasi: obat anti-nyeri diberikan dengan interval biasa dan


digunakan hanya jika diperlukan. Mulai dengan parasetamol atau
NSAID. Jika tidak ada perbaikan, coba campuran parasetamol

9
dengan opioid. Pertimbangkan tambahan muscle relaxant tetapi
hanya untuk jangka pendek, mengingat bahaya ketergantungan.

d) Olahraga : harus dievaluasi lebih lanjut jika pasien tidak kembali


ke aktivitas sehari-harinya dalam 4-6 minggu.

e) Manipulasi: dipertimbangkan untuk kasuskasus yang


membutuhkan obat penghilang nyeri ekstra dan belum dapat
kembali bekerja dalam 1-2 minggu. Terapi dan intervensi lain:
belum ada penelitian mengenai terapi dengan traksi, termis
ultrasound, akupuntur, sabuk penyangga, ataupun pijatan.

4. Penatalaksanaan Low Back Pain dengan Nerve Root Affection

a) Aktivitas: pasien didorong melakukan beragam aktivitas walaupun


punggung/tungkai bawahnya nyeri.

b) Tirah baring: mungkin dibutuhkan untuk menghilangkan nyeri.

c) Medikasi: obat anti nyeri diberikan dengan interval biasa dan


digunakan hanya jika diperlukan. Mulai dengan parasetamol atau
dikombinasikan dengan opioid. Pertimbangkan tambahan
relaksan otot tetapi hanya untuk jangka pendek, mengingat
bahaya ketergantungan.

d) Olah raga: jika pasien menjadi pasif, olah raga ringan mungkin
berguna.

e) Operasi: dilakukan pada kasus dengan tandatanda neurologis


progresif/kauda ekuina dan pengurangan nyeri yang tidak
memuaskan setelah 6-12 minggu, mungkin dengan episode nyeri
yang tidak tertahankan sebelumnya.

f) Terapi dan intervensi lain: tidak terdapat penelitian mengenai


terapi dengan traksi atau manipulasi yang dianjurkan.

10
F. Pengkajian

1. Anamnesa

a. Keadaan Umum

1) Identitas

Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, bangsa, alamat.

2) Keluhan utama

Biasanya pasien mengatakan nyeri punggung akut maupun


kronis lebih dari 2 bulan, nyeri saat berjalan dengan
menggunakan tumit, nyeri menyebar kebagian bawah
belakang kaki.

3) Riwayat penyakit sekarang

Tanyakan pada klien sejak kapan keluhan dirasakan, kapan


timbulnya keluhan (apakah menetap atau hilang timbul), hal
apa yang mengakibatkan terjadinya keluhan, apa saja yang
dilakukan untuk mengurangi keluhan yang dirasakan,
tanyakan pada klien apakah klien sering mengkonsumsi obat
tertentu atau tidak.

4) Riwayat penyakit dahulu

Tanyakan pada klien apakah klien dulu pernah menderita


penyakit yang sama sebelumnya, apakah klien pernah
mengalami kecelakaan atau trauma, apakah klien pernah
menderita penyakit gangguan tulang atau otot sebelumnya

5) Riwayat pekerjaan

Faktor resiko ditempat kerja yang banyak menyebabkan


gangguan otot rangka terutama adalah kerja fisik berat,

11
penanganan dan cara pengangkatan barang, posisi atau sikap
tubuh selama bekerja, dan kerja statis.

b. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan Umum

2) Pemeriksaan persistem

3) Sistem persepsi dan sensori (pemeriksaan panca indera:


penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, perasa)

4) Sistem persarafan (Pemeiksaan neurologik)

a) Pemeriksaan motorik

b) Pemeriksaan sensorik

c) Straight Leg Raising (SLR), test laseque (iritasi radisks L5


atau S1) cross laseque (HNP median) Reverse Laseque
(iritasi radik lumbal atas)

d) Sitting knee extension (iritasi lesi iskiadikus)

e) Pemeriksaan system otonom

f) Tanda Patrick (lasi coxae) dan kontra Patrick (lesi


sakroiliaka)

g) Tes Naffziger

h) Tes valsava.

5) Sistem pernafasan

(Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan nafas.)

6) Sistem kardiovaskuler

(Nilai tekanan darah, nadi, irama, kualitas, dan frekuensi)

7) Sistem Gastrointestinal

12
(Nilai kemampuan menelan, nafsu makan, minum,
peristaltic dan eliminasi)

8) Sistem Integumen

(Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien)

9) Sistem Reproduksi

(Untuk pasien wanita)

10) Sistem Perkemihan

(Nilai Frekuensi Bak, warna, bau, volume)

C. Pola fungsi kesehatan

1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

2) Pola aktifitas dan Latihan

(Cara berjalan: pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi


untuk pemeriksaan neurologis)

3) Pola nutrisi dan metabolism

4) Pola tidur dan istirahat

(Pasien LBP sering mengalami gangguan pola tidur


dikarenakan menahan nyeri yang hebat).

5) Pola kognitif dan perseptual

(Perilaku penderita apakah konsisten dengan keluhan


nyerinya (kemungkinan kelainan psikiatrik)

6) Persepsi diri/konsep diri

7) Pola toleransi dan koping stress

(Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah


lumbal sehingga penderita berjalan sangat hati-hati untuk

13
mengurangi rasa sakit tersebut (kemungkinan infeksi.
Inflamasi, tumor atau fraktur)).

8) Pola seksual reproduksi

9) Pola hubungan dan peran

10) Pola nilai dan keyakinan

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan :

1) Trauma jaringan dan reflek spasme otot

2) Inflamasi

3) Kompresi saraf

b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan

1) Nyeri dan ketidaknyamanan

2) Spasme otot

3) Terapi testriktif

4) Kerusanan neuromuskular

c. Ansietas/koping individu tak efektif berhubungan dengan

1) Krisis situasi

2) Atasi/ubah status kesehatan, status sosioekonomi, peran


fungsi

3) Gangguan berulang dengan nyeri terus menerus

4) Ketidakadekuatan metode koping

d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi,


pragnosis, dan tindakan berhubungan dengan :

14
1) Kesalahan informasi/kurang pengetahuan

2) Kesalahan interpretasi informasi kurang mengungat

3) Tidak mengenal sumber-sumber informasi

Prioritas keperawatan

a. Menurunkan stress pada spinal, spasme otot, dan nyeri

b. Meningkatkan berfungsi dengan optimal

c. Memberi dukungan pada pasien/keluarga/orang terdekat dalam


proses rehabilitasi

d. Memberikan informasi yang berhubungan dengan


penyakit/prignosis dan kebutuhan pengobatannya.

3. Intervensi Keperawatan

a. Dx : nyeri akut b/d agen cedera fisik (trauma) dan reflek spasme

otot

Kriteria Hasil Intervensi

Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya keluhan nyeri catat

keperawatan selama 3x24 jam, lokasi, lamanya serangan, faktor

nyeri klien berkurang. pencetus yang memperberat

Kriteria hasil : 2. Dorong klien untuk tirah baring dan

perubahan posisi untuk


1. Klien merasakan berkurang
memperbaiki posisi lumbal. Pasien
atau hilangnya nyeri
pada posisi semi fowler

15
2. Klien dapat beristirahat 3. Gunakan papan selama melakukan

dengan nyaman perubahan posisi

3. Mengubah posisi dengan 4. Ajarkan klien teknik relaksasi untuk

nyaman mengontrol dan menyesuaikan nyeri

5. Ajarkan dan anjurkan klien untuk

melakukan pernapasan diafragma

untukmengurangi tegangan otot

6. Alihkan perhatian klien : membaca,

menonton tv, mendengarkan lagu

7. Batasi aktivitas klien sesuai dengan

kebutuhan

8. Berikan obat sesuai order

b. Dx : gangguan mobilitas fisik b/d nyeri, spasme otot

Kriteria Hasil Intervensi

Tujuan : setelah dilakukan 1. Memantau secara kontinu

perawatan 3x24 jam, klien dapat mobilitas akan mengetahui

mengalami mobilitas fisik aktivitas klien

16
Kriteria Hasil: 2. Bantu klien mengubah posisi secara

perlahan
1. Klien menunjukkan

kembalinya mobilitas fisik 3. Ajarkan klien cara yang tepat turun

dari tempat tidur dengan nyeri


2. Kembali ke aktivitas semula
yang minimal
secara bertahap

4. Sampaikan dan ingatkan klien


3. Menghindari posisi yang
untuk tidak diperbolehkan
mengakibatkan
melakukan gerakan memutar atau
ketidaknyamanan dan
melengok
spasme otot

5. Dorong pasien untuk melakukan


4. Merencanakan atau jadwal
perubahan posisi berbaring, duduk,
baring setiap hari
berjalan. Dalam kurun waktu yang

singkat

6. Buat jadwal periode berbaring di

tempat tidur berapa kali sehari

bersama dengan klien

7. Dorong klien untuk mematuhi

jadwal latihan yang sudah dibat dan

meningkatkan latihan secara

bertahap

17
c. Dx : perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan b/d obesitas

Kriteria Hasil Intervensi

Tujuan : setelah dilakukan 1. Kolaborasi penyusunan program

tindakan keperawatan 3x24 jam, penurunan berat badan dan stres

nutrisi klien adekuat pada punggung bawah

Kriteria hasil : 2. Berikan pengawasan terhadap

rencana penurunan berat badan


1. Klien mencapai berat
klien
badan yang ideal

3. Lakukan pencatatan setiap

pencapaian

4. Berikan semangat dan pujian positif

untuk mendorong kepatuhan

4. Evaluasi

a. Klien mengalami peredaan nyeri

1) Klien dapat beristirahat dengan nyaman

2) Klien dapat mengubah posisi dengan nyaman

b. Klien menunjukkan kembalinya mobilitas fisik

1) Klien dapat menjalankan aktivitasnya kembali secara

bertahap

18
2) Menghindari posisi yang dapat menyebabkan

ketidaknyamanan

c. Klien mencapai BB yang ideal (diinginkan)

1) Mengidentifikasi perlunya penurunan BB

19
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.H. and Kamitsuru. 2014. NANDA International Nursing


Diagnosis:Definitions & Classification, 2015-2017. Oxford: Willey Blackwell

Rowland LP, Mitsumoto H, Przedborski S. Amyotrophic Lateral Sclerosis,


Progressive Muscular Atrophy, and Primary Lateral Sclerosis. In: Rowland LP,
Pedley TA (Ed.) Merritt’s Neurology, 12th Edition. Lippincott Williams & Wilkins.
2010. Chapter 128, page 803-8.

Sonia, Amanda. (2018, 22 Juni). Nyeri Punggung Bawah. Diperoleh 08 Mei 2020
pukul 01.32, dari https://www.alomedika.com/penyakit/rehabilitasi-medik/nyeri-
punggung-bawah/prognosis

Sima, Lidwina dr. (2018, 22 April). Rehabilitasi Mediak pada Low Back Pain.
Diperoleh 08 Mei 2020 Pukul 14.10, dari http://www.yankes.kemkes.go.id/read-
rehabilitasi-mediak-pada-low-back-pain-3952.html

20

Anda mungkin juga menyukai