Anda di halaman 1dari 24

A.

Defenisi
 Defenisi Parkinson menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
(PERDOSSI) adalah penyakit degenerasi otak terbanyak kedua setelah penyakit
Alzheimer. Pada penyakit parkinson terjadi penurunan jumlah dopamin di otak
yang berperan dalam mengontrol gerakan sebagai akibat kerusakan sel saraf di
substansia nigra pars kompakta di batang otak. Penyakit ini berlangsung kronik dan
progresif, dan belum ditemukan obat untuk menghentikan progresifitasnya.
Progresifitas penyakit bervariasi dari satu orang ke orang yang lain (PERDOSSI,
2016).
 Penyakit Parkinson adalah penyakit gangguan saraf kronis dan progresif yang
ditandai dengan gemetar, kekakuan, berkurangnya kecepatan gerakan, dan ekspresi
wajah kosong seperti topeng dengan salvias berlebihan. (Prof.Zullies, 2012).

B. Etiologi

Etiologi penyakit parkinson belum diketahui atau idiopatik. Terdapat beberapa dugaan
diantaranya ialah: infeksi oleh virus, Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak,
tepatnya di substansi nigra. Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang
tidak dikehendaki (involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan
gerakan-gerakan yang tidak disadarinya. Mekanisme bagaimana kerusakan itu belum
jelas benar. Penyakit Parkinson sering dihubungkan dengan kelainan neurotransmitter di
otak faktor-faktor lainnya seperti (Batticaca, 2012)
1. Defisiensi dopamine dalam substansia nigra di otak memberikan respon gejala
penyakit Parkinson.
2. Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik, toksisitas,
atau penyebab lain yang tidak diketahui.

C. Faktor resiko
Faktor resiko penyakit Parkinson adalah
 Faktor genetik
Ditemukan 3 gen yang menjadi penyebab gangguan degradasi protein dan
mengakibatkan protein beracun tak di degradasi di ubiquitin proteasomal
pathway. Kegagalan ini menyebabkan peningkatan apoptosis di sel sel SNC
sehingga meningkatkan kematian di sel neuron di SNC.

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
 Umur (proses menua)
Pada penderita Parkinson terdapat suatu tanda reaksi mikroglial pada neuron yang
rusak dan tanda ini tidak terdapat pada proses menua yang normal sehingga
disimpulkan bahwa proses menua merupakan faktor resiko yang mempermudah
terjadinya proses degeneratif di SNC.
 Cedera kranioserebral
Prosesnya belum jelas, seperti Trauma kepala, infeksi dan tumor di otak.
(Sudoyo,2014).

D. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, Parkinson dibagi menjadi 4 jenis yaitu :
 Idiopatik (primer) meliputi penyakit Parkinson dan Juvenile parkinsonism
 Simptomatik (sekunder), meliputi penyakit Parkinson yang disebabkan oleh
penggunaan obat (misal antipsikosis, antiemetik, reserpin, tetrabenazin, α-
metildopa, lithium, flunarisi, sinarisin), infeksi dan pasca infeksi, pasca
ensefalitis, disfungsi paratiroid, toksin, trauma kranioserebral, tumor otak,
vaskular, dan siringomelia.
 Parkinson plus (multiple system degeneration) meliputi degenerasi ganglion
kortikal basal, sindrom demensia, sindrom atrofi multi sistem.
 Parkinson heredodegeneratif, meliputi penyakit hallervoden spatz, penyakit
Huntington, lubag, nekrosis striatal dan sitopati mitokondria. (Syamsudin,2015)

E. Patofisiologi
Faktor predisposisi lesi di substansia nigra: faktor
usia, faktur, aterosklreotik, post ensafalitis, induksi
obat, dan keracunan logam berat

Dopamin menipis dalam substansia nigra dan


korpus striatum

Kehilangan kelola dari sustansia nigra

Globus palidus mengeluarkan impuls yang


abnormal

Impuls globus palidus ini tidak melakukan inhibisi


Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
terhadap korteks piramidalis dan ekstrapiramidalis
Kerusakan kontrol gerakan foluntar yang memiliki
ketangkasan sesuai dan gerakan otomatois

Aliran darah serebral Gangguan N. Gangguan Gangguan


Manifestasi
regional menurun VIII N.IX,X N.III
otonom

Manifestasi psikiatrik
Berkeringat, rasa Ragiditas Kesulitan Gangguan
lelah berlebihan deserebra menelan kontraksi otot-
Perubahan
si otot bola mata
kepribadian, psikosis, dan otot terasa
demensia, dan konfusi nyeri. Hipotensi Perubahan gaya Ketidakseimban
akut. postural. berjalan, kekakuan gan nutrisi
kurang dari Gangguan
dalam beraktifitas.
keb.tubuh konvergensi
Kognitif menurun,
persepsi menurun, akut Hambatan Defisit
Pandangan
menurun. mobilitas fisik. perawatan kabur
diri

Hambatan
komunikasi Perubahan
verbal persepsi
sensorik
visual

Resiko jatuh
F. Tanda dan Gejala
Gejala Parkinson dapat muncul pada usia berapapun, tetapi onset rata-rata gejala terjadi
pada usia 60 tahun dan jarang ditemukan pada usia 30 tahun. Penyakit Parkinson memiliki
gejala klinis sebagai berikut :
 Tremor terjadi pada saat istirahat dengan tingkat keparahan relative stabil.
 Bradikinesia (pergerakan lambat), hilang secara spontan.
 Hypokinase (berkurangnya pergerakan)
 Tindakan dan pergerakan yang tidak terkontrol.
 Gangguan saraf otonom (sulit tidur, berkeringat, hipotensi ortostatik).
 Dysathria (kesulitan bicara karena kelumpuhan otot)
 Dysphagia (kesulitan menelan)

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
 Perubahan status mental (depresi,demensia,ansietas,apatis,halusinasi/psikosis).
 Wajah seperti topeng. (Eudon Muliawan, 2018).

G. Diagnostik Penunjang
 EEG (biasanya terjadi perlambatan yang progresif)
 CT Scan kepala (biasanya terjadi atropi kortikal difus, sulki melebar,
hidrosefalua eks vakuo). Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang
membutuhkan penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang. Pada saat
ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan dan
operasi dapat mengatasi gejala yang timbul. (Nurarif, 2015).

H. Ringkasan Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik

Definisi Keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih


ekstremitas secara mandiri dan terarah.

Batasan Karateristik - Gangguan sikap berjalan


- Penurunan keterampilan motoric halus
- Penurunan keterampilan motoric kasar
- Penurunan rentang gerak
- Waktu reaksi memanjang
- Kesulitan membolak-balik posisi
Pengkajian Aktivitas keperawatan tingkat 1

- Ajarkan pasien tentang dan pantau penggunaan alat


bantu mobilitas (Mis, tongkat, walker, kruk, atau kursi
roda).
Aktivitas keperawatan tingkat 2
- Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif
dan pasif untuk mempertahankan atau meningkatkan
kekuatan dan ketahanan otot.
Aktivitas keperawatan tingkat 3 dan 4
- Gunakan ahli terapi fisio dan okupasi sebagai sumber
dalam perencanaan atas perawatan pasien.

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
- Berikan penguatan positive selama beraktivitas

Faktor Yang Berhubungan - Intoleransi aktivitas


- Ansietas
- Penurunan kekuatan otot
- Penurunan masa otot penurunan ketahanan tubuh
depresi
- Kaku sendi
Alternatif Diagnosa (Saran - Syndrome disuse, risiko
Penggunaan) - Cedera, risiko
- Mobilitas: di tempat tidur hambatan
- Defisit perawatan diri
- Berjalan, hambatan
Nursing Outcome (NOC) Tujuan Jangka Panjang :
setelah dilakukan tindakan keperawatan di harapkan klien
mampu bergerak dengan mudah.
Tujuan Jangka Pendek (SMART):
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x7 jam
di harapkan mampu memperlihatkan mobilitas fisik yang
baik.
Kriteria Hasil:
- Memperlihatkan penggunaan alat bantu secara benar
dengan pengawasan.
- Mampu menyangga berat badan.
- Mampu berpindah dari kursi atau ke kursi roda.
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara
mandiri dengan alat bantu.

Intervensi (NIC) Heather. 2018-2020. NANDA-I Diagnosa Keperawatan


Defenisi dan klasifikasi. Jakarta: EGC. Hal. 217
Wilkinson.2016. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Hal 267-269.

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
Diagnosa Keperawatan Resiko Jatuh

Defenisi Peningkatan kerentanan terhadap jatuh yang dapat


menyebabkan bahaya fisik

Batasan karakteristik DS:


DO: - Usia diatas 65 tahun
- Mempunyai riwayat jatuh sebelumnya
- Menggunakan kursi roda
- Hambatan mobilitas fisik
- Gangguan penglihatan

Pengkajian 1. Identifikasi factor yang mempengaruhi kebutuhan


keamanan
2. Lakukan pengkajian resiko jatuh pada setiap pasien
3. Identifikasi karakteristik lingkungan yang dapat
meningkatkan potensi jatuh
4. Pantau cara berjalan, keseimbangan dan tingkat
keletihan pada saat ambulans.
Faktor yang berhubungan - Penurunan kekuatan ekstremitas bawah
- Gangguan keseimbangan
- Pusing ketika memutar
Alternatif Diagnosa (saran Resiko cedera
penggunaan) Resiko trauma

Nursing outcome (NOC) Tujuan Jangka Panjang : setelah dilakukan tindakan


keperawatan diharapkan resiko jatuh tidak terjadi
Tujuan Jangka Pendek : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 2x7 jam, diharapkan resiko jatuh akan
menurun atau terbatal
Kriteria hasil:
- Keseimbangan baik
- Gerakan terkoordinasi
- Menciptakan lingkuangan yang aman

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
- Mengidentifikasi resiko yang meningkatkan kerentanan
terhadap terjatuh
- Menghinndari cidera fisik akibat jatuh
Intervensi Wilkison J.M. 2016. Diagnosa Keperawatan Edisi 10.
Halaman 159 -162

Diagnosa Keperawatan Defisit Perawatan Diri

Defenisi Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas


perawatan diri.

Batasan Karakteristik DS: Menolak Melakukan Perawatan diri

DO:

- Tidak mampu mandi atau mengenakan pakaian atau


makan sendiri atau ke toilet atau berhias secara
mandiri
- Minat melakukan perawatan diri kurang
Pengkajian - Kaji kemampuan untuk menggunakan alat bantu
- Kaji membrane mukosa orak dan kebersihan tubuh
setiap hari
- Kaji kondisi kulit saat mandi
- Pantau adanya perubahan kemampuan fungsi
Faktor yang berhubungan - Penurunan motivasi
- Kendala lingkungan
- Kerusakan neuromuscular
- Gangguan muskuloskelektal
- Kelemahan
- Ansietas berat
Alternative diagnosa (saran - Intoleransi aktivitas
penggunaan) - Mobilitas fisik, hambatan
- Deficit perawatan diri, total

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
Nursing outcome (NOC) Tujuan Jangka Panjang: setelah dilakukan tindakan
keperawatan di harapkan mampu melakukan perawatan
diri secara mandiri

Tujuan Jangka Pendek: setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 2x7 jam di harapkan mampu
melakukan perawatan diri sambil dibantu

Kriteria Hasil:

- Mampu mengambil perlengkapan mandi sendiri


- Mampu memasang pakaian sendiri
- Mampu meletakkan makanan ke pirirng
- Mampu memposisikan diri di toilet atau kursi buang
air.
Intervensi (NIC) Wilkinson.2016. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Hal 361-370

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa


Keperawatan Indonesia definisi dan indicator
diagnostic edisi 1. Jakarta: dewan pengurus pusat
PPNI. Hal 240

Diagnosa Keperawatan Hambatan Komunikasi Verbal

Definisi Penurunan keterlambatan atau tidak adanya


kemampuan untuk menerima, memproses,
mengahantarkan dan menggunakan system simbol.

Batasan Karakteristik DS: klien mengatakan kesulitan dalam mendengar


pesan dari orang lain saat berbicara.

DO:

- Tidak ada kontak mata atau kesulitan dalam


kehadiran tertentu, kesulitan mengungkapkan

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
pikiran secara verbal, kesulitan mengolah kata-kata
atau kalimat.
- Bicara gagap
- Tidak mampu untuk berbicara dalam Bahasa
pemberi asuhan
Pengkajian - Kaji dan dokumentasikan pasien.
- Kaji kemampuan untuk berbicara,
mendengar,menulis, membaca dan memahami.
- Kaji kemampuan untuk melakukan komunikasi
dengan staf dan keluarga.
- Berespon terhadap sentuhan, jarak spasial,budaya,
peran pria dan wanita yang dapat mempengaruhi
komunikasi.
Faktor yang berhubungan - Tidak adanya orang terdekat
- Perubahan pada sistem saraf pusat
- Gangguan persepsi
- Defek anatomis
- Penurunan sirkulasi ke otak
- Kelemahan sistem muskuloskletal
Alternative diagnosa (saran - ansietas
penggunaan) - koping, defensif
- harga diri rendah kronis/ situasional
- gangguan persepsi/sensori : penglihata,
pendengaran.
Nursing outcome (NOC) Tujuan Jangka Panjang: setelah dilakukan tindakan
keperawatan di harapkan dapat berkomunikasi dengan
baik.

Tujuan Jangka Pendek: setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 2x7 jam di harapkan tidak terjadi
hambatan komunikasi verbal

Kriteria Hasil:

- pengevaluasi terhadap pesan yang diterima

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
- bertukar pesan secara akurat
- kemampuan untuk memperoleh informasi
- ekspresi pesan lisan yang sesuai.
Intervensi (NIC) Wilkinson.2016. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Hal 85-87

Diagnosa Keperawatan Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

Defenisi Asupan nutrisi tidak mennncukupi untuk memenuhi


kebutuhan metabolik

Batasan karakteristik DS: kram abdomen, nyeri abdomen ( dengan atau tanpa
penyakit), menolak makan
DO: - pembuluh kapiler rapuh
- Diare atau steatore
- Kehilangan rambut yang berlebihan
- Bising usus hiperaktif
- Kurangnya minat terhadap makanan
Pengkajian 1. Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan
makan
2. Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi
3. Ketahui makanan kesukaan pasien
4. Pantaukandungan nutrisi dan kalori.
Faktor yang berhubungan - Ketidakmampuan untuk menelan
- Kesulitan mengunyah atau menellan
- Intoleransi makanan
Alternatif Diagnosa (saran Mual
penggunaan) Deficit perawatan diri: makan
Gangguan menelan

Nursing outcome (NOC) Tujuan Jangka panjang: setelah dilakukan tindakan


keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi kurang teratasi

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
Tujuan Jangka pendek: Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 2x7 jam, diharapkan kebutuhan nutrisi kurang
berkurang
Kriteria hasil:
- Memperlihatkan status nutrisi yang baik
- Mempertahankan berat badan dalam batas normal
- Mentoleransi diet yang dianjurkan
Intervensi Wilkison J.M. 2016. Diagnosa Keperawatan Edisi 10.
Halaman 282 – 285

I. Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah

1. Data Subjektif : Kerusakan kontrol Hambatan Mobilitas Fisik


gerakan foluntar
- Klien Mengeluh sulit yang memiliki
berjalan ketangkasan sesuai
dan gerakan
Data Objektif : otomatis

- Tremor pada kedua


Gangguan N. VIII
tangan
- Sulit berdiri tegak
- Perubahan cara
Ragiditas
berjalan
deserebrasi
- Kesulitan membolak-
balik posisi
Perubahan gaya
berjalan, kekakuan
dalam beraktifitas.

Hambatan
mobilitas fisik.

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
2 Data Subjektif: Hambatan Komunikasi
Kerusakan kontrol
gerakan foluntar
Verbal
- Klien mengatakan
yang memiliki
kesulitan dalam ketangkasan sesuai
mendengar pesan dari dan gerakan
orang lain saat bicara. otomatis

Data Objektif :
Aliran darah
- Bicara gagap serebral regional
- Lambat berespon menurun
terhadap suara
- Bingung jika diajak Perubahan
bicara kepribadian, psikosis,
- Meminta mengulangi demensia, dan konfusi
pesan akut.

Kognitif menurun,
persepsi menurun,
akut menurun.

Hambatan
komunikasi
verbal

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
3 Data Subjektif : Kerusakan kontrol Resiko Jatuh
gerakan foluntar
- Klien mengatakan yang memiliki
penglihatan kabur ketangkasan sesuai
dan gerakan
Data Objektif : otomatis

- Menggunakan kursi
roda Gangguan
- Menggunakan alat N.III
bantu penglihatan
- Fokus penglihatan
Gangguan kontraksi
mulai berkurang otot-otot bola mata

Gangguan
konvergensi

Pandangan
kabur

Perubahan
persepsi
sensorik visual

Resiko jatuh

4 Data Subjektif : Kerusakan kontrol Defisit Perawatan Diri


gerakan foluntar
- Klien mengatakan tidak yang memiliki
dapat melakukan aktivitas ketangkasan sesuai
dan gerakan
sendiri (mandi,berdandan, otomatis
berpakaian).
Data Objektif : Gangguan N. VIII

- Ketidakmampuan
mengancingkan Ragiditas
deserebrasi
pakaian
- Hambatan mengenakan
pakaian

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
- Hambatan mengenakan
Perubahan gaya
pakaian pada bagian berjalan, kekakuan
tubuh bagian atas . dalam beraktifitas.

Defisit
perawatan
diri

5 Data Subjektif : Kerusakan kontrol ketidakseimbangan nutrisi


gerakan foluntar kurang dari kebutuhan
- Klien mengatakan yang memiliki tubuh
makanan terasa hambar ketangkasan sesuai
dan tidak nafsu makan. dan gerakan
otomatis

Data Objektif :
- Hilang sensasi rasa Gangguan N.IX,X
pada makanan
- Penurunan berat badan
Kesulitan
menelan

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
keb.tubuh

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
J. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


1. Hambatan Mobilitas fisik Tupan: 1. Kaji mobilitas yang ada dan 1. Mengetahui tingkat kemampuan
Setelah di lakukan tindakan observasi terhadap klien dalam melakukan aktivitas
keperawatan hambatan peningkatan kerusakan dan
mobilitas fisik teratasi kaji teratur fungsi motorik.
2. Lakukan program latihan 2. Meningkatkan koordinasi dan
Tupen : meningkatkan kekuatan ketangkasan,dan mencegah
Setelah di lakukan tindakan otot kontraktur bila otot tidak digunakan.
keperawatan selama 3x
pertemuan diharapkan klien 3. Lakukan latihan postural. 3. Latihan postural untuk melawan
mampu melaksanakan aktivitas kecenderungan kepala dan leher
fisik sesuai dengan tertarik ke depan dan ke bawah.
kemampuannya. 4. Ajarkan teknik berjalan 4. Teknik berjalan khusus dapat juga
Dengan kriteria hasil : khusus. dipelajari untuk mengimbangi gaya
1. Klien dapat ikut serta berjalan menyeret dan
dalam program latihan kecenderungan tubuh condong ke
2. Tidak terjadi kontraktur depan.
sendi 5. Anjurkankan mandi hangat 5. Mandi hangat dan masase
3. Bertambahnya kekuatan dan masase otot. membantu otot-otot rileks pada

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
otot dan klien aktivitas pasif dan aktif serta
menunjukkan tindakan mengurangi nyeri otot akibat
mobilitas. spasme yang mengakibatkan
kekakuan.

6. Bantu klien melakukan 6. Untuk memelihara fleksibilitas


latihan ROM, perawatan diri otot.
sesuai toleransi.

7. Kolaborasi dengan ahli 7. Peningkatan kemampuan dalam


fisioterapi untuk latihan mobilisasi ekstremitas dpat
fisik klien. ditingkatkan dengan latihan fisik
dari tim fisioterapis.
2. Hambatan Komunikasi Tupan : 1. Kaji kemampuan klien untuk 1. Gangguan bicara ada pada banyak
Verbal Setelah dilakukan tindakan berkomunikasi. klien yang mengalami penyakit
keperawatan Hambatan parkinson. Bicara mereka yang
komunikasi verbal teratasi lemah, monoton, bicara dengan
lambat, dengan penekanan perhatian
pada apa yang mereka katakan.
Tupen :

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Setelah di lakukan tindakan 2. Menentukan cara-cara 2. Mempertahankan kontak mata akan
keperawatan selama 3x komunikasi, seperti membuat klien interes selama
pertemuan klien mampu mempertahankan kontak komunikasi. Jika klien dapat
membuat teknik/ metode mata, pertanyaan dengan mengerakan kepala, mengedipkan
komunikasi yang dapat jawaban ya atau tidak, mata atau senang dengan isyarat-
dimengerti sesuai kebutuhan menggunakan kertas dan isyarat sederhana, lebih baik dengan
dan meningkatkan kemampuan pensil/ bolpoin, gambar atau menggunakan pertanyaan ya/ tidak.
berkomunikasi. papan tulis, bahasa isyarat, Kemampuan menulis kadang-
perjelas dari arti komunikasi kadang melelahkan klien, selain itu
Dengan kriteria hasil: yang disampaikan. dapat mengakibatkan frustasi dalam
1. Klien dapat berkomunikasi memenuhi kebutuhan komunikasi.
dengan sumber Keluarga dapat bekerjasama untuk
kemampuan yang ada. membantu memenuhi klien.
2. Kemampuan untuk 3. Berikan perawatan dengan 3. Meningkatkan motivasi dan
memperoleh informasi sikap yang rileks tidak kepercayaan diri pada pasien
3. Ekspresi pesan lisan yang terburu-buru dan tidak
sesuai. menghakimi.
4. Jelaskan kepada pasien 4. Meningkatkan pengetahuan pasien
mengapa ia tidak dapat tentang kondisi yang dialami.
mendengar dengan jelas.

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
5. Bantu pasien untuk mencari 5. Mempermudah akses pasien dalam
sumber bantuan untuk mendapatkan sumber alat bantu.
memperoleh alat bantu
dengar yang akurat.
3. Resiko Jatuh Tupan : 1. Identifikasi faktor yang 1. Meminimalkan resiko jatuh.
Setelah dilakukan tindakan mempengaruhi kebutuhan
keperawatan resiko jatuh keamanan.
teratasi. 2. Lakukan pengkajian resiko 2. Mengetahui apakah pernah
Tupen : jatuh pada pasien. mengalami jatuh.
Setelah di lakukan tindakan
keperawatan selama 3x 3. Fasilitasi latihan otot 3. Latihan dapat meningkatkan
pertemuan diharapkan resiko sensitif teratur untuk kemampuan dan kekuatan otot.
jatuh minimal. mempertahankan
meningkatkan kekuatan
Dengan kriteria hasil: otot.
1. Keseimbangan 4. Gunakan aktivitas dan 4. Aktivitas membantu pasien agar
2. Gerakan koordinasi pergerakan untuk tetap seimbang.
3. Pencegahan dari kejadian meningkatkan atau
jatuh. mempertahankan
4. Pengetahuan resiko jatuh. keseimbangan.

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
5. Ajarkan bagaimana posisi 5. Meningkatkan pengetahuan pasien
terjatuh yang dapat tentang pencegahan apabila
meminimalkan cedera. terjatuh.
6. Kolaborasi dengan ahli 6. Membantu pasien meningkatkan
fisioterapi untuk latihan kekuatan otot dan keseimbangan
fisik. tubuh.
4. Defisit perawatan diri Tupan : 1. Kaji kemampuan klien dalam 1. Kemampuan klien dalam
Setelah dilakukan tindakan melakukan ADL. melakukan ADL menunjukkan
keperawatan klien tidak kemandirian klien dalam merawat
mengalami defisit perawatan diri
diri. 2. Bantu klien bila klien tidak 2. Klien mungkin berkeinginan
dapat memenuhi kebutuhan merawat diri sendiri, namun
Tupen :
ADL secara mandiri ketidakmampuan menyebabkan
Setelah di lakukan tindakan
klien mengalami defisit perawatan
keperawatan selama 3x
diri
pertemuan perawatan diri klien
3. Ajarkan dan dukung klien 3. Dukungan terhadap aktivitas klien,
dapat terpenuhi.
selama beraktivitas. membantu klien meningkatkan
Dengan kriteria hasil:
perawatan diri
1. Klien tampak bersih dan 4. Modifikasi lingkungan. 4. Lingkungan klien membantu klien
rapih
meningkatkan kemampuan merawat

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
2. Nafas tidak berbau diri dan mencegah cidera dalam
beraktivitas pemenuhan kebutuhan
merawat diri.

5. Kolaborasi: konsulkan dokter 5. Terapi okupasi dapat membantu


untuk terapi aktivitas klien melengkapi kebutuhan khusus

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
5. Ketidakseimbangan Nutrisi Tupan : 1. Kaji kemampuan makan 1. Mulut yang kering, penurunan
kurang dari kebutuhan tubuh Setelah dilakukan tindakan klien. refleks batuk dan perubahan
keperawatan diharapkan tidak otot wajah menyebabkan klien
terjadi gangguan pemenuhan mengalami kesulitan
kebutuhan nutrisi. mengunyah dan menelan.
2. Observasi atau timbang 2. Kekurangan intake nutrisi
Tupen :
berat badan. menunjang terjadinya masalah
Setelah dilakukan tindakan
penurunan berat badan.
keperawatan selama 3x
3. Manajemen kemampuan 3. Meningkatkan kemampuan
pertemuan kebutuhan nutrisi
menelan. klien dalam menelan membantu
klien terpenuhi.
pemenuhan nutrisi klien secara
oral selain itu memudahkan
Dengan kriteria hasil :
masuknya makanan dan
1. Asupan gizi meningkat.
mencegah kelelahan.
2. Asupan makanan
4. Identifikasi faktor yang 4. Membantu dan mempermudah
meningkat.
mempengaruhi perawat menghindari faktor
3. Asupan energi
kehilangan selera yang mempengaruhi kurangnya
meningkat.
makan. asupan nutrisi.
4. BB dalam batas normal.

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
5. Ajarkan pasien tentang 5. Membantu pasien memahami
makanan yang bergizi. kebutuhan nutrisi dan
meningkatkan tentang makanan
bergizi.

6. Kolaborasi lakukan 6. Memberikan informasi yang


pemeriksaan tepat tentang keadaan nutrisi
laboratorium yang yang dibutuhkan klien.
diindikasikan seperti:
serum transferin, BUN/
kreasinin dan glukosa.

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
LAPORAN PENDAHULUAN
PARKINSON

Disusun Oleh:
Lidya S Pattipeilohy
1490119022

PROGRAM PROFESI NERS XXII


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2020

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
DAFTAR PUSTAKA

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. (2016). Guideline Parkinson. Jakarta :


PERDOSSI.

Zullies. (2012). Farmakoterapi Penyakit Sistem Syaraf Pusat. Yogyakarta: Bursa Ilmu.

Batticaca, F.B. (2012). Asuhan keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta : Salemba Medika.

Sudoyo.A.W. (2014). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Interna Publishing. Jakarta.

Syamsudin Thamrin, dkk. (2015). Buku Panduan Tatalaksana Penyakit Parkinson dan
Gangguan Gerak Lainnya. Jakarta : Salemba Medika

Eudon Muliawan, dkk. (2018). Diagnosis Dan Terapi Deep Brain Stimulation Pada Penyakit
Parkinson. Jurnal Sinaps.Vol.1. Halaman 67-84.

Wilkinson. J. M. (2016). Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta: EGC.

Heather. (2018-2020). NANDA-I Diagnosa Keperawatan Defenisi dan klasifikasi.

Jakarta: EGC.

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)

Anda mungkin juga menyukai