Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Stase Manajemen Keperawatan

Disusun Oleh:
Kelompok 3

Dolfina Alberthus (1490119006)

Elda J Raatburu (1490119033)

Elisabet (1490119029)

Junimartiswan Telaumbanua (1490119051)

Lidya Pattipeilohy (1490119022)

Rifa Azizah (1490119020)

Sri Regina Apanga (1490119047)

Gilga O.M Putra (1490119033)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXII


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG
TAHUN AJARAN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah adapun dalam
pembahasan materi  makalah yang akan penulis bahas adalah dengan judul ”Metode
Praktik Keperawatan Profesional”. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi
persyaratan mata kuliah stase manajaemen keperawatan dalam Program studi profesi
ners di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung. makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik berkat bantuan dan dorongan berbagai pihak, untuk itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu penulis dengan tangan terbuka mengharapkan saran dan kririk yang
bersifat membangun khususnya dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah
ini guna kesempurnaan Makalah ini. Harapan penulis semoga makalah ini dapat
dilanjutkan untuk pelaksanaan Penulisan serta bermanfaat bagi pembaca dan dapat
memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dilingkungan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Immanuel Bandung.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
mahasiswa/ mahasiswi maupun dosen.

Bandung, 03 Maret 2020

Kelompok 3
DAFTAR ISI

Halaman
COVER
KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan ...................................................................... 2
1. Tujuan Umum....................................................................... 2
2. Tujuan Khusus...................................................................... 2
C. Manfaat Penulisan..................................................................... 3
D. Sistematika penulisan................................................................ 3
BAB II TINJAUAN TEORITIS.............................................................. 4
A. Konsep Metode Keperawatan Profesional............................... 4
1. Definisi MPKP.....................................................................
B. Konsep Job Descrition..............................................................
BAB III Review Jurnal..............................................................................
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................
BAB V PENUTUP......................................................................................
A. Kesimpulan............................................................................... 17
B. Saran.......................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan Keperawatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Rumah sakit memiliki kepentingan untuk
memberikan pelayanan keperawatan yang optimal melalui tenaga keperawatan yang
bertanggung jawab dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan
keperawatan yang diberikan selama 24 jam, secara berkesinambungan di bawah
tanggung jawab seorang pemimpin keperawatan, perawat sebagai salah satu dari
ujung tombak rumah sakit, memerlukan suatu sistem untuk melakukan tindakan
keperawatan. Sistem yang terdiri dari dari struktur, proses dan nilai-nilai profesional
akan mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang dapat
menopang pemberian asuhan keperawatan tersebut. Pedoman sistem tersebut dikenal
dengan Model Praktik Keperawatan Profesional atau MPKP (Asriani dkk, 2016).
Peningkatan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit ditentukan dengan
penerapan model praktik keperawatan professional. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Dona Amelia, hasil evaluasi pelaksanaan MPKP selama 6 bulan pada
bulan Oktober 2010 di ruang rawat interne RSUD Achmad Mochtar Bukit Tinggi
diperoleh hasil dimana kepuasan pasien sebelum pelaksanaan MPKP 66.76%
meningkat menjadi 88.96% setelah dilaksanakan MPKP. Evaluasi penerapan asuhan
keperawatan mulai dari pengkajian hingga evaluasi diperoleh hasil 35.69% sebelum
dilaksanakan MPKP dan meningkat menjadi 97.22% setelah dilaksanakan MPKP
(dalam Udianto dkk, 2017).
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) dikembangkan di Indonesia
oleh Sitorus (1998) dengan mengikuti perkembangan yang ada di Indonesia yang
terdiri atas tiga subkomponen, yaitu ketenagaan perawatan, metode pemberian asuhan
keperawatan dan dokumentasi keperawatan. Dengan penerapan Model Praktik
Keperawatan Profesional diharapkan perawat mempunyai kemampuan critical
thinking yang tinggi memahami pentingnya hubungan perawat-pasien yang baik
dalam Praktik keperawatan. Implementasi MPKP harus ditunjang dengan sumber
daya manusia, sarana dan prasarana yang memadai. Saat ini praktik pelayanan
keperawatan di banyak rumah sakit di Indonesia belum mencerminkan praktik
pelayanan profesional, metoda pemberian asuhan keperawatan yang dilaksanakan
belum sepenuhnya berorientasi pada upaya pemenuhan kebutuhan klien, melainkan
lebih berorientasi pada pelaksanaan tugas (Siswono,2002 dalam Udianto dkk, 2017).
Akhir-akhir ini terus dikembangkan Model Praktik Keperawatan Profesional
(MPKP), dan telah diuji coba untuk diterapkan pada beberapa rumah sakit dengan
harapan nilai profesional dapat diaplikasikan secara nyata, sehingga meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan dan kepuasaan pasien (Udianto dkk, 2017).
Model asuhan keperawatan yang diterapkan ini diharapkan perawat mampu
melakukan tugas sesuai dengan job description dari masing-masing anggota. .
Penerapan model asuhan keperawatan dipengaruhi oleh jenis dan klasifikasi perawat
yang dimiliki dan kebijakan organisasi. Perawat dibagi masing-masing untuk
menyelesaikan suatu intervensi. Perawat-perawat bekerja menunggu advis atau
tergantung profesi lain. Kepala Ruangan bertanggung jawab hampir 95% dalam
pelayanan keperawatan termasuk mulai membuat rencana asuhan keperawatan sampai
evaluasi. Semua anggota tergantung dari instruksi atau pembagian tugas dari kepala
ruangan. Kepala ruangan dapat menunjuk dan memberikan pengarahan kepada ketua
tim dan perawat pelaksana. Ketua tim berfungsi untuk membuat perencanaan
berdasarkan tugas pokok dan kewenangannya, membuat penugasan, supervisi dan
evaluasi harian, serta membuat dan menerapkan sistem operan, pre dan post
conference serta diskusi lainnya dengan anggota tim. Anggota tim adalah perawat
primer dan perawat associate yang bertugas melaksanakan asuhan keperawatan
(Blacius D, 2020).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan literature review ini adalah untuk mengetahui evidance based
practice terkait model praktek keperawatan professional dan job description.
2. Tujuan Khusus
a) Mampu melakukan kajian jurnal terkait model praktek keperawatan professional
dan job description.
b) Menganilisis hasil penelitian terkait model praktek keperawatan professional
dan job description.
c) Mampu membandingkan teori tentang model praktek keperawatan professional
dan job description.
d) Mengetahui jenis-jenis model praktek keperawatan professional dan job
description.
e) Mengetahui hasil model praktek keperawatan professional dan job description.

C. Manfaat
1. Institusi pendidikan
Diharapkan literature review ini dapat menjadi referensi dalam penulisan ilmiah
di bidang pelayanan keperawatan.
2. Bagi mahasiswa
Diharapkan sebagai sumber informasi mengenai mutu pelayanan keperawatan
serta dapat meningkatkan pemahaman tentang manajemen keperawatan.
3. Bagi pembaca
Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan kepada pembaca
mengenai manajemen mutu pelayanan keperawatan.
D. Sistematika Penulisan
BAB 1 : PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika
penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
BAB III : REVIEW CASE STUDIES
BAB IV : PEMBAHASAAN
BAB V : PENUTUP
Terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep dasar model praktik keperawatan profesional


1. Pengertian
MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses, dan nilai-nilai profesional) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut (Nursalam,
2013).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu kerangka kerja yang
mendefinisikan empat unsur yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan
keperawatan dan sistem MAKP. definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai
yang diyakini dan akan menentukan kualitas produksi atau jasa pelayanan
keperawatan. jika perawatan tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai suatu
pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan kesehatan atau
keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud.

Unsur-unsur dalam praktik keperawatan dpat dibedakan menjadi empat, yaitu:


standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, MAKP. dlam menetapkan
suatu model, keempat hal tersebut harus menjadi bahan pertimbangan karena
merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional,
mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan
tersebut diberikan.
1) Unsur struktur yang harus disiapkan untuk dapat melaksanakan MPKP, yaitu:
a) Menetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai
dengan derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah tenaga keperawatan
menjadi penting karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah
tenaga yang dibutuhkan , maka tidak ada waktu bagi perawat untuk
melakukan tindakan keperawatan yang seharusnya dilakukan sesuai dengan
rencana keperawatan. Akibatnya perawat hanya melakukan tindakan
kolaboratif dan tidak sempat melakukan tindakan terapi keperawatan,
observasi, dan pemberian pendidikan kesehatan.
b) Menetapkan jenis tenaga keperawatan di ruang rawat, yaitu Kepala Ruang,
Perawat Primer dan perawat Asosiate, sehingga peran dan fungsi masing
masing tenaga sesuai dengan kemampuannya dan terdapat tanggungjawab
yang jelas dalam sistem pemberian asuhan keperawatan.
c) Menyusun standar rencana keperawatan. Dengan standar renpra, maka PP
hanya melakukan validasi terhadap ketepatan penentuan diagnosis
berdasarkan pengkajian yang sudah dilakukan, sehingga waktu tidak tersita
untuk membuat penulisan renpra yang tidak diperlukan.

Hubungan Antara Keempat Unsur Dalam Penerapan Sistem MAKP


(Rowland & Rowland, 1997)

Proses keperawatan:

Standar kebijakan  Pengkajian


institusi/ nasional  Perencanaan
 Intervensi
 Evaluasi

Pendidikan pasien:
Sistem MAKP:
 Mencegah penyakit
 Fungsional
 Mempertahankan
 Tim
kesehatan
 Modular
 Informed consent
 Primer
 Rencana pulang/
 Modifikasi
komunitas
2. Jenis Model Asuhan Keperawatan

Tabel Jenis Model Asuhan Keperawatan Menurut Grant dan Massey (1997) dan
Marquis dan Huston (1998)

Model Deskripsi Penanggung


Jawab
Fungsional  Berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan. Peraswat yang
(bukan  Perawat melaksanakan tugas (tindakan) tertentu bertugas pada
model berdasarkan jadwal kegiatan yang ada. tindakan
MAKP)  Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam tertentu.
pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan
utama pada saat perang dunia kedua. pada saat itu,
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan
perawat, maka setiap perawat hanya melakukan 1-2
jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di
bangsal.
Kasus  Berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi Manajemen
keperawatan. keperawatan
 Perawat bertanggungjawab terhadap asuhan dan
observasi pasien tertentu.
 Rasio: I: (pasien : perawat). setiap pasien dilimpahkan
kepada semua perawat yang melayani seluruh
kebutuhannya pada saat mereka dinas. Pasien akan
dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift
dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat
oleh orang yang sama pada hari berikutnya. metode
penugasan kasus biasanya diterapkan pada satu pasien
satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat
privat atau untuk khusus seperti isolasi, perawat
intensif.
Tim  Berdasarkan pada kelompok filosofi keperawatan. Ketua tim
 Enam sampai tujuh perawat profesional dan perawat
pelaksana bekerja sebagai satu tim, disupervisi oleh
ketua tim.
 Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas
anggota yang berbeda-beda dalam memberikan
asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
 Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/ grup yang
terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu
dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.
Primer  Berdasarkan pada tindakan yang komprehensif dari Perawat primer
filosofi keperawatan. (PP)
 Perawat bertanggungjawab semua aspek asuhan
keperawatan.
 Metode penugasan dimana satu orang perawat
bertanggungjawab penuh selama 24 jam terhadap
asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar rumah sakit. mendorong praktik
kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat
rencana asuhan dan pelaksana. metode primer ini
ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus
menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi
asuhan keperawatan selama pasien dirawat.

Berikut ini merupakan penjabaran secara rinci tentang metode pemberian asuhan
keperawatan profesional. Ada lima metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang
sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan
keperawatan.

a) Fungsional (bukan model MAKP)

Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan


sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu, karena masih
terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya melakukan satu
atau dua jenis intervensi keperawatan saja (misalnya, merawat luka) kepada semua pasien
dibangsal
Figur Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional (Marquis dan Huston, 1998:
138)

Kepala Ruangan

Perawat Perawat Perawat Perawat


pengobatan pengobatan pengobatan pengobatan

Pasien/klien

Kelebihan:

a. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang baik;
b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
c. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien
diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum berpengalaman.

Kelemahan:

a. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat;


b. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan;
c. Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja.

b) MAKP Tìm
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam
satu kelompok kecil yang saling membantu.

Metode ini biasa digunakan pada pelayanan keperawatan di unit rawat inap, unit rawat
jalan, dan unit gawat darurat. Konsep metode Tim:

a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan;
b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim;
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan berhasil bila didukung
oleh kepala ruang.

Kelebihan:

a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh;


b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan;
c. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah di atasi dan memberi
kepuasan kepada anggota tim.

Kelemahan:

komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang
biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.

Konsep metode Tim:

a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan;
b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana kepe- rawatan terjamin;
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim;
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan berhasil bila didukung oleh
kepala ruang.

Tanggung jawab anggota tim:


a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung jawabnya
b. Kerja sama dengan anggota tim dan antar tim;
c. Memberikan laporan.

Tanggung jawab ketua tim:

a. Membuat perencanaan
b. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi;
c. Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien
d. Mengembangkan kemampuan anggota
e. Menyelenggarakan konferensi.

Tanggung jawab kepala ruang:

a) Perencanaan:
a. Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-masing
b. Mengikuti serah terima pasien pada sif sebelumnya
c. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat, transisi, dan persiapan pulang,
bersama ketua tim
d. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan kebutuhan
pasien bersama ketua tim, mengatur penugasan/penjadwalan;
e. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
f. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan medis yang
dilakukan, program pengobatan, dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan
yang akan dilakukan terhadap pasien;
g. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk kegiatan membimbing
pelaksanaan asuhan keperawatan, membimbing penerapan proses keperawatan dan
menilai asuhan keperawatan, mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah, serta
memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk
h. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
i. Membantu membimbing peserta didik keperawatan
j. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.
b) Pengorganisasian:
a. Merumuskan metode penugasan yang digunakan
b. Merumuskan tujuan metode penugasan
c. Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
d. Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2 ketua tim, dan ketua tim
membawahi 2-3 perawat
e. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas, mengatur
tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain
f. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
g. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
h. Mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak berada di tempat kepada ketua tim
i. Memberi wewenang k epada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien
j. Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
k. Identifikasi masalah dan cara penanganannya.

c) Pengarahan:
a. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
b. Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik
c. Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
d. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan asuhan
keperawatan pada pasien
e. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
f. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya
g. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.

d) Pengawasan:
a. Melalui komunikasi: melakukan fungsi pengawasan dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim maupun perawat pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien;
b. Melalui supervisi:
1) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi, mengamati sendiri, atau
melalui laporan langsung secara lisan, dan memperbaiki/mengawasi kelemahan-
kelemahan yang ada saat itu juga.
2) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua tim, membaca dan
memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah
proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan ketua
tim tentang pelaksanaan tugas.
3) Evaluasi
4) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim
5) Audit keperawatan

Figur Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan “Team Nursing”

Kepala ruangan

Kepala ruangan Kepala ruangan Kepala ruangan

Kepala ruangan Keoala ruangan Kepala ruangan

Kepala ruangan Kepala ruangan Kepala ruangan

Sumber: Nursalam, 2010: Marquis dan Huston, 2010)

3. MAKP Primer

Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai pasien pulang atau
keluar dari rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara
pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.

Figure Bagan Pengembangan MAKP (Nursalam, 2009)

Tim medis Kepala ruangan Sarana RS

PP 1 PP 1
PA 1 PA 1

PA 2 PA 2

Pasien Pasien

Figure Diagram Sistem Asuhan Keperawatan Primer (Marquis dan Huston, 1998: 138)

Dokter Kepala ruangan Sarana RS

Perawat Primer

Pasien/Klien

Dokter Kepala ruangan Sarana RS


Kelebihan:

a. Bersifat kontinuitas dan komprehensif


b. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan
pengembangan diri
c. Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah sakit (Gillies, 1989).

Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya


kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai
pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi.
Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa mendapat-kan
informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui dan komprehensif.

Kelemahan:

Dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai
dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat,
menguasai keperawatan klinis, penuh pertimbangan, serta mampu berkolaborasi dengan
berbagai disiplin ilmu.

Konsep dasar metode primer:

a. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat


b. Ada otonomi
c. Ketertiban pasien dan keluarga.

Tugas perawat primer:

a. Mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif


b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan
c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas
d. Mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain
maupun perawat lain
e. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
f. Menerima dan menyesuaikan rencana
g. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
h. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di masyarakat
i. Membuat jadwal perjanjian klinis
j. Mengadakan kunjungan rumah.

Peran kepala ruang/bangsal dalam metode primer:

a. Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer


b. Orientasi dan merencanakan karyawan baru
c. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten;
d. Evaluasi kerja
e. Merencanakan/menyelenggarakan pengembangan staf
f. Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang terjadi.

Ketenagaan metode primer:

a. Setiap perawat primer adalah perawat bed side atau selalu berada dekat dengan pasien
b. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer
c. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
d. Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun non- profesional sebagai
perawat asisten

4. MAKP Kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien
akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap sif, dan tidak ada jaminan bahwa
pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus
biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk
perawat privat/pribadi dalam memberikan asuhan keperawatan khusus seperti kasus isolasi
dan perawatan intensif (intensive care).

Kelebihannya:

a. Perawat lebih memahami kasus per kasus;


b. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
Kekurangannya:

a. Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab


b. Perlu tenaga yag cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yag sama.

Figur Sistem Asuhan Keperawatan “Case Method Nursing”

(Marquis dan Huston, 1998 :136)


Kepala ruangan

Staf perawat Staf perawat Staf perawat

Pasien/klien Pasien/klien Pasien/klien

5. Modifikasi: MAKP Tìm-Primer

Model MAKP Tim dan Primer digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut
Sitorus (2002) penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan
berikut:

a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus
mempunyai latar belakang pendidikan S-1 Keperawatan atau setara.
b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan
keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
c. Melalui kombinasi kedua model tesebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan
akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer, karena saat ini perawat yang
ada di RS sebagian besar adalah lulusan D-3, bimbingan tentang asuhan keperawatan
diberikan oleh perawat primer/ketua tim.

Contoh (dikutip dari Sitorus, 2002):


Model MAKP ini ruangan memerlukan 26 perawat. Dengan menggunakan model
modifikasi keperawatan primer ini diperlukan empat orang perawat primer (PP)
dengan kualifikasi Ners, di samping seorang kepala ruang rawat yang juga Ners.
Perawat pelaksana (PA) 21 orang, kualifikasi pendidikan perawat pelaksana terdiri atas
lulusan D-3 Keperawatan (tiga orang) dan SPK (18 orang). Pengelompokan tim pada
setiap sif jaga terlihat pada figure dibawah ini.

Figure Metode Tim Primer (Modifikasi)

Kepala Ruangan

PP 1 PP 2 PP 3 PP 4

PA PA PA PA

PA PA PA PA

PA PA PA PA

PA PA PA PA

7-8 pasien 7-8 pasien 7-8 pasien 7-8 pasien

Tabel Tingkatan dan Spesifikasi MAKP

Tingkat Praktik Metode Ketenangan Dokumentasi Askep Riset


Keperawatan Pemberian
Askep
MAKP Mampu Modifikasi 1. Jumlah sesuai Standar Renpra
pemula memberikan asuhan keperawatan tingkat (masalah aktual)
keperawatan profesi primer ketergantugan
tingkat pemula pasien.
2. Skp/perawat/DI
V (1:25-30
pasien) sebagai
CCM.
3. D-3
keperawatan
sebagai PP
perawat
pemula.
MAKP 1 Mampu Modifikasi 1. Jumlah sesuai Standar Renpra 1. Riset deskriptif
memberikan asuhan keperawatan tingkat (masalah aktual oleh PP.
keperawatan primer ketergantungan dan masalah 2. Identifikasi
profesional tingkat pasien. resiko) masalah riset .
1. 2. Spesialis 3. Pemanfaatan
keperawatan hasilriset.
(1:9-10 pasien)
sebagai CCM.
3. S.Kep/perawat
sebagai PP.

4. D-3
Keperawatan
sebagai PA.
MAKP II Mampu Manajemen 1. Jumlah sesuai Clinical patway/ 1. Riset intervensi
memberikan asuhan kasus dan tingkat standar repra oleh spesialis.
keperawatan keperawatan ketergantungan (masalah aktual 2. Identifikasi
profesional tingkat pasien. dan risiko) masalah riset.
II. 2. Spesialis 3. Pemanfaatan
keperawatn hasil riset.
91:3 PP)
3. Spesialis
keperawatan
(1:9-10 pasien)
4. S.Kep/perawat
sebagai PP.
MAKP III Mampu Manajemen 1. Jumlah sesuai Clinical patway 1. Riset intervensi
memberikan asuhan kasus. tingkat oleh spesialis.
keperawatan ketergantungan 2. Identifikasi
profesional tingkat pasien. masalah riset.
III. 2. Dokter 3. Pemanfaatan
keperawatan hasil riset
klinik
(konsultasi).
3. Spesialis
keperawatan
(1:3 PP).
4. S. Kep/perawat
sebagai PP.

B. Job Description
1) Kepala Ruang (Nursalam, 2009)

Kepala ruang rawat bertugas sesuai jam kerja yaitu dinas pagi

a) Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas)


b) Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketrampilan ruangan
c) Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah diruangan
d) Bimbingan membimbing siswa atau mahasiswa (bekerja sama dengan pembimbing
klinik). Dalam pemberian askep diruangan, dengan mengikuti sistim MPKP yang
sudah ada
e) Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat
f) Mengorientasikan pegawai baru residen, mahasiswa kedokteran atau keperawatan
yang akan melakukan praktik diruangan
g) Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis dengan klien9keluarga
dan tim kesehatanlain, antara lain kepala ruang rawat mengingatkan kembali pasien
dan keluarga tentang perawat tim yangbertanggung jawab terhadap mereka di ruangan
yang bersangkutan
h) Memeriksa kelengkapan persediaan status keperawatan minimal lima set setiap hari
i) Melaksanakan pembinaan terhadap PP dan PA dalam hal implementasi MPKP
termasuk sikap dantingkah laku professional
j) Bila PP cuti, tugas dan tanggung jawab PP dapat didelegasikan kepada PA senior
(wakil PP pemula yang ditunjuk) tetapi tetap dibawah pengawasan kepala ruang rawat
dan CCM
k) Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas yang dibutuhkan diruangan
l) Memantau dan mengevaluasi penampilan kerja semua tenaga yang ada diruangan,
membuat DP3 dan usulan kenaikan pangkat
m) Merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan keperawatan (bersama
dengan CCM)
n) Membuat peta resiko diruangan
2) Perawat Primer/Ketua tim

PP dapat bertugas pada pagi, sore atau malam hari. Namun sebaiknya PP hanya bertugas pada
pagi atau sore saja karena bila bertugas pada malam hari, PP akan libur beberapa hari
sehingga sulit untuk menilai perkembangan pasien. Melakukan konrak dengan klien/keluarga
pada awal masuk ruangan sehingga tercipta hubungan terapeutik. hubungan ini dibina secara
terus menerus. pada saat melakukan pengkajian tindakan pada pasien/keluarga.

1. Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi pengkajian yang sudah
dilakukan oleh pada sore, malam atau hari libur
2. Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis standar renpra sesuai
dengan hasil pengkajian
3. Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan kepada PA dibawah tanggung jawabnya
sesuai klien yangdirawat
4. Menetapkan PA yang bertangung jawab ada setiap pasien, setia kali giliran jaga.
Pembaggian klien berdasarkan jumlah pasien, tingkat ketergantungan pasien
5. Melakukan bimbingan dan evaluasi (mengecek) PA dalam melakkan tindakan
keperawatan, apakah sesuai dengan SOP
6. Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh PA
7. Membantu tindakan keperawatan yang bersikap terapi keperawatan dan tindakan
keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh PA
8. Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium
9. Melakukan kegiatan serah terima pasien dibawah tanggung jawabnya besama PA
10. Mendamingi dr visite klien dibawah tanggung jawabnya. Bila PP tidak ada, visite
didampingi oleh PA sesuai dengan timnya
11. Melakukan evaluasi asuha keperawatan dan membuat catatan perkembangan klien
setiap hari
12. Melakukan pertemuan dengan pasien keluarga minimal setiap dua hari untuk
membahas kondisi keperawatan klien (bergantung pada kondisi klien)
13. Bila PP cuti libur, tugas-tugas PP didelegasikan kepada PA yang telah ditunjuk (wakil
PP) dengan bimbingan kepala ruang rawat atau CCM
14. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien/keluarga
15. Membuat perencanaan pulang pasien
16. Bekerja sama dengan CCM dalam mengidentifikasi isu yang memerlukan pembuktian
sehingga tercipta Evidance based practice
3) Perawat Acocciate/ Perawat Pelaksana
1. Membaca ranpra yang telah ditetakan PP
2. Membina hubungan tarapeutik dengan pasien/ keluarga, sebagai lanjutan kontrak
yang sudah dilakukan PP
3. Menerima klien baru (kontrak dan memberikan informasi berdasarkan format
orientasi klien/keluarga) jika PP tidak ada di tempat
4. Memeriksa kerapian dan kelengkapan status keperawatan
5. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan
mendokumentasikannya pada format yang tersedia
6. Mengikuti visite dokter jika PP tidak ada di tempat
7. Melakukan tinadakn keperawatan pada pasiennya berdasarkan renpra
8. Membuat laporan pergantian dinas setelah selesai dinas diparaf
9. Mengkomunikasikan kepada PP/PJ shift dinas bila menemukan masalah yang perlu
diselesaikan
10. Berperanserta dalam memberikan pendidikan kesehatan pada klien/keluarga yang
dilakukan oleh PP
11. Melakukan inventarisasi fasilitas yang terkaitan dengan timnya
12. Membantu tim lainya yang membutuhkan
13. Memberikan resep dan meneria obat dari keluarga klien yang menjadi tanggung
jawabnya danberkoordinasi dengan PP
C. Review Jurnal

JURNAL 1
Topik Implementasi Model Praktik Keperawatan Profesional Di RSUD
Kota Baubau
Nama penulis La ode Syaiful Islamy, Zainul Abidin, Rinita Andriani, Henni
Arisanti
Tahun 2019
Metode Penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus
Setting Populasi 7 orang
Hasil Hasil penelitian menunjukkan dari sisi struktur model praktik
keperawatan profesional (MPKP) dari semua tahapan-tahapan model
praltik keperawatan profesional (MPKP) yang terlaksana dengan
baik hanya pembentukan tim dan Hand Over, sedangkan pre
conference, post conference dan ronde keperawatan profesional di
RSUD Kota Baubau menggunakan metode keperawatan primer
modifikasi tim tetapi belum sesuai dengan standar sebab masih
terbatasnya sumber daya manusia baik ketua maupun anggota yang
mempunyai pendidikan Ners yang masih kurang. Dari sisi penerapan
nila-nilai profesional telah dilaksanakan dengan baik seperti
memperlakukan pasien dengan baik, keluarga pasien sebagai mitra
dan menghargai otonomi pasien.
Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan dari sisi struktur model praktik
keperawatan profesional (MPKP) dari semua tahapan-tahapan model
praktik keperawatan profesional (MPKP) yang terlaksana dengan
baik hanya pembentukan tim dan Hand Over, sedangkan pre
conference , post conference dan ronde keperawatan tidak terlaksana
dengan baik. Dari sisi proses implementasi model praktik
keperawatan profesional di RSUD kota Baubau menggunakan
metode keperawtan primer modifikasi tim tetapi belum sesuai
dengan standar sebab masih terbatasnya sumberdaya manusia baik
ketua tim maupun anggota yang mempunyai pendidikan Ners yang
masih kurang. Dari sisi penerapan nilai-nilai profesional telah
dilaksanakan dengan baik seperti memperlakukan pasien dengan
baik, keluarga pasien sebagai mitra menghargai otonomi pasien.
Nilai-nilai profesional yang belum dilaksanakan di RSUD kota
Baubau adalah tehnik komunikasi yang kurang baik dari perawat
yang melaksanakan tindakan keperawatan, kadang-kadang terjadi
miskomunikasi antara perawat dengan pasien atau keluarganya.

JURNAL 2
Topik Pengaruh Penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional
(MPKP) Terhadap Standar Asuhan Keperawatan Dan Kepuasan
Kerja Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar
Nama penulis Asriani, Mattalatta, Abubakar Betan
Tahun 2016
Metode Quasi eksperimen dengan rancangan Pre test and post test
nonequivalent control group
Setting Populasi Semua perawat diruang rawat.
Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
kepuasan kerja perawat dan kualitas pelaksanaan standar asuhan
keperawatan sebelum dan sesudah terhadap penerapan Model
Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) di ruang rawat inap
Rumah Sakit Bhayangkara. Implementasi MPKP dapat digunakan
sebagai dasar penetapan kebijakan dalam upaya peningkatan mutu
asuhan keperawatan di semua ruang rawat inap Rumah Sakit
Bhayangkara dan dapat dijadikan contoh untuk dirumah sakit lain.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dikesimpulan sbagai
berikut:
- Ada pengaruh kepuasan kerja perawat sebelum dan sesudah
terhadap penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional
(MPKP) di ruang rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar.
- Ada pengaruh kualitas pelaksanaan standar asuhan keperawatan
sebelum dan sesudah terhadap penerapan Model Praktik
Keperawatan Profesional (MPKP) di ruang rawat inap Rumah
Sakit Bhayangkara Makassar.
JURNAL 3
Topik Hubungan Motivasi Perawat Dengan Penerapan Model Praktik
Keperawatan Profesional Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Grestelina
Nama penulis Arni A. R, Eka Hasriyanti,Suarnianti
Tahun 2014
Metode Metode deskriptif korelasi dengan rancangan cross sectional
Setting Populasi 155 perawat yang bertugas diruang rawat inap RS Grestelina
Hasil Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara Motivasi
Enstrinsik dengan model praktik keperawatan professional Di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Grestelina.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan Motivasi Perawat
Pelaksana Dengan Model Praktik Keperawatan Profesional Di
Rumah Sakit Grestelina dapat disimpulkan bahwa :
1. Ada tingkat Motivasi yang baik (motivasi secara umum, intrinsik
dan ekstrinsik) perawat dalam penerapan model praktik keperawatan
profesional di RS Gestrelina Makassar.
2. Ada hubungan antara motivasi intristik dengan model praktik
keperawatan profesional di Rumah Sakit Grestelina
3. Tidak Ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik
dengan model praktik keperawatan profesional

JURNAL 4
Topik Produktivitas Penggunaan Waktu Kerja Perawat Di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Ahmad Yani Pekanbaru
Nama penulis Fithriyah Andra dan Hetty Ismainar
Tahun 2018
Metode Pendekatan kualitatif dilakukan dengan observation partisipasi untuk
membuat deskripsi gambaran penggunaan waktu kerja.
Setting Populasi Kabag keperawatan, Koordinator Keperawatan dan 4 orang Perawat
Pelaksana.
Hasil Hasil bentuk kegiatan perawat terdiri dari: keperawatan
produktif(langsung dan tidak langsung), keperluan pribadi dan
kegiatan non produktif. Menunjukkan bahwa penggunaan waktu
kerja produktif perawat yaitu 42,4% (yaitu kegiatan langsung 19,65
dan kegiatan keperawatan tak langsung 22,8%) dan non produktif
57,6%.
Kesimpulan Produktivitas penggunaan waktu kerja perawat belum optimal dan
lebih di dominasi oleh kegiatan non produktif seperti: berbincang
diluar tugas pokok, menonton TV, penggunaan gadget atau keluar
ruangan untuk aktivitas lain.

JURNAL 5
Topik Hubungan Motivasi Kerja Perawat Dengan Ketepatan Pengisian
Dokumentasi Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSUD
Buntok 2012
Nama penulis Berthiana
Tahun 2013
Metode Deskriptif kuantitatif dengan pendekatan Cross sectional dimana
variabel bebas dan terikat dikumpulkan secara hampir bersamaan
Setting Populasi Populasi penelitian untuk variabel motivasi kerja perawat adalah
perawat yang bekerja di ruang rawat inap RSUD Buntok.
Sedangkan populasi untuk variabel dokumentasi asuhan keperawatan
adalah catatan rekam medik keperawatan yang terdapat dalam
dokumen rekam medik pasien di ruang rawat inap RSUD Buntok.
Hasil Dari penelitian dan pengolahan data mentah didapatkan hasil faktor-
faktor intrinsik yang mempengaruhi motivasi yaitu : pendidikan DIII
Keperawatan 70%, jenis kelamin perempuan 90%, lama kerja kurang
dari 5 tahun 43,3%, status perkawinan sudah menikah 76,7% dan
umur kurang dari 30 tahun 63,3%.
Kesimpulan Dari hasil penelitian ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut :
1. Tingkat motivasi kerja perawat di ruang rawat Map RSUD Buntok
mempunyai motivasi ekstrinsik yang cukup.
2. Ketepatan pengisian pendokumentasian asuhan keperawatan di
ruang rawat RSUD Buntok berdasarkan Standar Asuhan
Keperawatan cukup.
3. Motivasi kerja perawat mempunyai hubungan yang bennakna
dengan ketcpatan pengisian dokumentasi asuhan keperawatn di rang
rawat RSUD Buntok
BAB III

CASE STUDY
BAB IV

PEMBAHASAN
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

Anda mungkin juga menyukai