Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Alokasi Klien” untuk memenuhi tugas mata kuliah Managemen Keperawatan.
Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Kami berterima kasih kepada Bapak Parta Suhanda,SKP.M.Biomed selaku
Dosen mata kuliah Managemen Keperawatan yang telah membimbing kami untuk
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis maupun
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan memohon kritik dan saran yang
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah......................................................................2
C. Tujuan Masalah…......................................................................2
A. Analisa Kasus...........................................................................34
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................36
B. Saran…......................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan
nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli,
2006).
Setiap unit keperawatan mempunyai upaya untuk menyeleksi model yang paling tepat
berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan prasarana, dan kebijakan rumah sakit.
Kategori pasien didasarkan atas, tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan pasien, Usia,
Diagnosa atau masalah kesehatan yang dialami pasien dan terapi yang dilakukan.
Pelayanan yang profesional identik dengan pelayanan yang bermutu, untuk meningkatkan
mutu asuhan keperawatan dalam melakukan kegiatan asuhan keperawatan dan juga penting untuk
memilih metode penugasan tenaga keperawatan agar dapat dilaksanakan secara teratur, efesien
tenaga, waktu dan ruang, serta meningkatkan ketrampilan dan motivasi kerja. Model pemberian
asuhan keperawatan ada enam macam, yaitu : model kasus, model fungsional, model tim, model
primer, model manajemen perawatan, dan model perawatan berfokus pada pasien.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka menjadi penting untuk menyusun makalah tentang
konsep model praktik keperawatan profesional untuk mengetahui lebih dalam tugas perawat dalam
memberi asuhan keperawatan.
B. Rumusan Masalah
1
5. Bagaimana Penugasan Keperawatan Primer?
6. Bagaimana Proses Keperawatan?
7. Bagaimana Dokumentasi Keperawatan?
8. Bagaimana langkah-langkah model praktik keperawatan profesional ?
9. Bagaimana cara menganalisa kasus dengan penerapan model praktik keperawatan
professional?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian MPKP
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan
nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli,
2006).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan
nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan. Aspek struktur ditetapkan
jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan
klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi hal penting, karena bila jumlah
perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat
untuk melakukan tindakan keperawatan.
Selain jumlah, perlu ditetapkan pula jenis tenaga yaitu PP dan PA, sehingga peran dan
fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuan dan terdapat tanggung jawab yang
jelas. Pada aspek struktur ditetapkan juga standar renpra, artinya pada setiap ruang rawat sudah
tersedia standar renpra berdasarkan diagnosa medik dan atau berdasarkan sistem tubuh.
B. Tujuan MPKP
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh
tim keperawatan
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap tim
keperawatan
3
C. Pilar – pilar dalam Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP)
Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar diantaranya adalah :
Hirarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi, filosofi, peraturan,
kebijakan, dan prosedur (Marquis & Houston, 1998). Kegiatan perencanaan yang
dipakai di ruang MPKP meliputi perumusan visi, misi, filosofi dan kebijakan.
Sedangkan untuk jenis perencanaan yang diterapkan adalah perencanaan jangka pendek
yang meliputi rencana kegiatan harian, bulanan, dan tahunan.
Operan
4
Pre conference dan Post conference
Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang memerlukan perhatian
khusus
Operan
Menulis dokumentasi
Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk sejumlah
pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana harian perawat pelaksana shift
sore dan malam agak berbeda jika hanya satu orang dalam satu tim maka perawat
tersebut berperan sebagai ketua tim dan perawat pelaksana sehingga tidak ada
kegiatan pre dan post conference. Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
Operan
5
Pre conference dan Post conference
Mendokumentasikan askep
- Rencana bulanan :
Rencana bulanan merupakan rencana tindak lanjut yang dibuat oleh kepala ruangan
dan ketua tim
6
Mempresentasikan kasus dalam case conference
- Rencana Tahunan
Setiap akhir tahun Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam
satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan
rencana tahunan berikutnya. Rencana kegiatan tahunan mencakup :
Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik proses kegiatan
(aktifitas yang sudah dilaksanakan dari 4 pilar praktek professional) serta evaluasi
mutu pelayanan.
b. Pengorganisasian dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar alokasi
pasien. Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan,
penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari pengkoordinasian
aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang bertanggung jawab untuk
mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat di ruang
MPKP menggunakan pendekatan sistem penugasan modifikasi Keperawatan Tim-
Primer. Secara vertikal ada kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana. Setiap
tim bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien. Pengorganisasian di ruang MPKP
terdiri dari:
1) Struktur organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu
organisasi (Sutopo, 2000). Pada pengertian struktur organisasi menunjukkan adanya
pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang
berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan. Struktur organiosasi juga
menunjukkan spesialisasi pekerjaan.
7
Struktur organisasi Ruang MPKP menggunakan sistem penugasan Tim-
primer keperawatan. Ruang MPKP dipimpin oleh Kepala Ruangan yang
membawahi dua atau lebih Ketua Tim. Ketua Tim berperan sebagai perawat primer
membawahi beberapa Perawat Pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan
secara menyeluruh kepada sekelompok pasien.
Mekanisme Pelaksanaan Pengorganisasian di Ruang MPKP terdiri dari
beberapa hal, yaitu :
Kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi 2 tim dan tiap tim diketuai
masing-masing oleh seorang ketua Tim yang terpilih melalui suatu uji.
Kepala ruangan bekerja sama dengan ketua Tim mengatur jadual dinas (pagi,
sore, malam)
Apabila suatu ketika satu Tim kekurangan Perawat Pelaksana karena kondisi
tertentu. Kepala Ruangan dapat memindahkan Perawat Pelaksana dari Tim ke
Tim yang mengalami kekurangan anggota.
Kepala ruangan menunjuk penanggung jawab shift sore, malam, dan shift pagi
apabila karena sesuatu hal kepala ruangan sedang tidak bertugas. Oleh sebab, itu
yang dipilih adalah perawat yang paling kompeten dari perawat yang ada.
Sebagai pengganti Kepala Ruangan adalah Ketua Tim, sedangkan jika Ketua
Tim berhalangan, tugasnya digantikan oleh anggota Tim (perawat pelaksana)
yang paling kompeten di antara anggota tim.
Kolaborasi dengan Tim Kesehatan lain dilakukan oleh Ketua Tim. Bila Ketua
Tim karena suatu hal tidak sedang bertugas maka tanggung jawabnya
didelegasikan kepada perawat paling kompeten yang ada di dalam Tim.
8
Daftar yang berisi jadwal dinas, perawat yang bertugas, penanggung jawab
dinas/shift. Daftar dinas disusun berdasarkan Tim, dibuat dalam 1 minggu sehingga
perawat sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk melakukan dinas.
Pembuatan jadual dinas perawat dilakukan oleh kepala ruangan pada hari terakhir
minggu tersebut untuk jadual dinas pada minggu yang selanjutnya bekerjasama
dengan Ketua Tim. Setiap Tim mempunyai anggota yang berdinas pada pagi, sore,
dan malam, dan yang lepas dari dinas (libur) terutama yang telah berdinas pada
malam hari.
3) Daftar Pasien
Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama dokter, nama
perawat dalam tim, penanggung jawab pasien, dan alokasi perawat saat menjalankan
dinas di tiap shift.Daftar pasien adalah daftar sejumlah pasien yang menjadi
tanggung jawab tiap Tim selama 24 jam. Setiap pasien mempunyai perawat yang
bertanggung jawab secara total selama dirawat dan juga setiap shift dinas. Dalam
daftar pasien tidak perlu mencantumkan diagnosa dan alamat agar kerahasiaan
pasien terjaga. Daftar pasien dapat juga menggambarkan tanggung jawab dan
tanggung gugat perawat atas asuhan keperawatan pasien sehingga terwujudlah
keperawatan pasien yang holistik. Daftar pasien juga memberi informasi bagi kolega
kesehatan lain keluarga untuk berkolaborasi tentang perkembangan dan keperawatan
pasien. Daftar pasien di Ruangan diisi oleh ketua Tim sebelum operan dengan dinas
berikutnya dan dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan.
Alokasi pasien terhadap perawat yang dinas pagi, sore atau malam dilakukan
oleh ketua Tim berdasarkan jadual dinas. Kegiatan ini dilakukan sebelum operan
dari dinas pagi ke dinas sore.
KARU
Perawat Perawat
Pelaksana Perawat
Pelaksana
Pelaksana
5) Pengarahan
Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan iklim
motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post
conference, dan manajemen konflik. Pengarahan yaitu penerapan perencanaan
dalam bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang digunakan sebagai padanan pengarahan
adalah pengkoordinasian, pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada
akhirnya yang bermuara pada ”melaksanakan” kegiatan yang telah direncanakan
sebelumnya (Marquis & Houston, 1998).
Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu
kelola, jika perlu dilakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan pelaksanaan
10
pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus melakukan upaya-upaya (Marquis &
Houston, 1998) sebagai berikut:
- Negosiasi
- Manajemen konflik
- Supervisi
- Pendelegasian
D. Komponen-komponen MPKP
Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan professional, yaitu sebagai
berikut :
1. Ketenagaan Keperawatan
3. Proses Keperawatan
4. Dokumentasi Keperawatan
12
Keperawatan primer adalah suatu metoda pemberian asuhan keperawatan dimana perawat
perofesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan pasien
selama 24 jam/hari. Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan , implementasi,
dan evaluasi asuhan keperawatan dari sejak pasien masuk rumah sakit hingga pasien dinyatakan
pulang, ini merupakan tugas utama perawat primer yang dibantu oleh perawat asosiet.
Pengkajian dan menyusun rencana asuhan keperawatan pasien di bawah tanggung jawab
perawat primer, dan perawat asosiet yang akan mengimplementasikan rencana asuhan
keperawatan dalam timdakan keperawatan.
Keuntungan :
1. Otonomi perawat meningkat, karena motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat meningkat.
Kerugian :
1. Ruangan tidak memerlukan bahwa semua perawat pelaksana harus perawat professional.
F. Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan perawat
dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap. Kebutuhan dan masalah pasien merupakan
titik sentral dalam pengambilan keputusan. Pendekatan ilmiah yang fragmatis dalam
pengambilan keputusan adalah :
1. Identifikasi masalah
Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang pada langkah-langkah proses keperawatan
yaitu :
2. diagnosis yaitu menetapkan hubungan sebab akibat dari masalah masalah keperawatan
G. Dokumentasi Keperawatan
Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah sakit, Hoffart & Woods
(1996) menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima komponen yaitu nilai – nilai professional yang
merupakan inti MPKP, hubungan antar professional, metode pemberian asuhan keperawatan,
pendekatan manajemen terutama dalam perubahan pengambilan keputusan serta sistem
kompensasi dan penghargaan.
14
Nilai-nilai profesional digariskan dalam kode etik keperawatan yaitu:
4. Pendekatan manajemen
Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis koordinasi yang jelas
antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab PP. Dengan
demikian, PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan. Sebagai seorang manajer, PP
harus dibekali dengan kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat
menjadi manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan keperawatan
yang dilakukan sebagai asuhan yang profesional. Kompensasi dan penghargaan yang
diberikan kepada perawat bukan bagian dari asuhan medis atau kompensasi dan
penghargaan berdasarkan prosedur.
15
H. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kesehatan
a. Cara Rasio
Metode ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagaidenominator personal yang
diperlukan. Metode ini paling sering digunakan karena sederhana dan mudah. Metode ini
hanya mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak bisa mengetahui produktifitas
SDM Rumah sakit, dan kapan personal tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian
rumah sakit yang membutuhkan. Bisa digunakan bila : kemampuan dan sumber daya
untuk perencanaan personal terbatas, jenis, tipe dan volume pelayanan kesehatan relatif
stabil. Cara rasio yang umum digunakan adalah berdasarkan surat keputusan Menkes RI
Nomor 262 tahun 1979 Tentang Ketenagaan Rumah Sakit, dengan standart sebagai
berikut :
Keterangan :
TM : Tenaga Medis
TT : Tempat Tidur
Contoh Perhitungan :
1. Suatu RS tipe B dengan jumlah tempat tidur 300 buah, maka seorang
pimpinan tenaga keperawatan akan memperhitungkan jumlah tenaga
keperawatan adalah :
a. 3/2 x 300 = 450
16
b. 4/2 x 300 = 600
Maka jumlah tenaga perawat yang dubuthkan untuk rumah sakit tersebut adalah
anatara 450 orang sampai dengan 600 orang
2. Bila rumah sakit tipe C dengan jumlah tempat tidur 100 buah, maka jumlah
tenaga perawat yang dibutuhkan adalah :
1/1 x 100 = 100, maka jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan adalah 100 orang
3. Bila rumah sakitnya tipe D dengan jumlah tempat tidur 75 buah, maka jumlah
tenaga perawat yang dibutuhkan adalah :
½ x 75 = 37,5 maka jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan adalah 40 orang
b. Cara Need
Cara ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja yang diperhitungkan
sendiri dan memenuhi standart profesi. Untuk menghitung seluruh kebutuhan tenaga,
diperlukan terlebih dahulu gambaran tentang jenis pelayanan yang diberikan kepada klien
selama dirumah sakit. Misalnya saja untuk klien yang berobat jalan, ia akan melalui atau
mendapatkan pelayanan antara lain pemberian karcis, pendaftaran, pemeriksaan
perawat/dokter, penyuluhan, pemeriksaan laboratorium, apotik dan sebagainya. Kemudian
dihitung standart waktu yang diperlukan agar pelayanan itu berjalan dengan baik.
Hundgins (1992) menggunakan standart waktu pelayanan klien sebagai berikut :
Lama Waktu
Tug
(menit)
as
Ba La
ru ma
Pendaftaran 3 4
Pemeriksaan dokter 15 11
Pemeriksaan asisten 18 11
dokter
Penyuluhan 51 0
Laboratorium 5 7
Contoh Perhitungan :
Rumah Sakit Mawar tipe B memberikan pelayanan kepada klilen rata-rata 500 orang
perhari, dimana 50% adalah klien baru, maka seorang pimpinan keperawatan akan
memperhitungkan jumlah tenaga sebagai berikut :
- Tenaga yang diperlukan untuk bertugas dibagaian pendaftaran adalah :
(3 + 4 )/2 = 3,5 x 500/240 = 7,29 (7 orang tenaga)
jika ia bekerja dari jam 08.00 samapai jam 12.00 (240 menit)
- Tenaga dokter yang dibutuhkan adalah
17
(15 + 11)/2 = 13 x 500/180 = 36,11 (36 orang dokter)
jika ia bekerja dari jam 09.00 sampai 12.00 (180 menit)
- Tenaga asisten dokter yang dibutuhkan adalah
(18 + 11)/2 = 14,5 x 500/240 = 30,2 ( 30 orang asisten dokter)
jika ia bekerja dari jam 08.00 sampai jam 12.00 (240 menit)
- Tenaga penyuluhan yang dibutuhkan adalah
51/2 = 25,5 x 500/240 = 53,13 (53 orang tenaga penyuluhan )
jika ia bekerja dari jam 08.00 sampai jam 12.00 (240 menit)
- Tenaga laboratorium yanng dibutuhkan adalah
(5+7)/2 = 6 x 500/240 = 12,5 (13 orang tenaga laboratorium)
jika ia bekerja dari jam 08.00 sampai jam 12.00 (240menit )
Untuk klien rawat inap, Douglas (1984) menyampaikan standart waktu pelayanan klien
rawat inap sebagai berikut :
1. Perawatan minimal memerlukan waktu : 1-2 jam/24 jam
2. Perawatan Intermediate memerlukan waktu : 3-4 jam/24 jam
3. Perawatan Maksimal/total memerlukan waktu : 5-6 jam/24 jam
Dalam penerapan sistem klasifikasi klien dengan tiga kategori tersebut diatas adalah
sebagai berikut :
18
1. Kategori I : self care / perawatan mandiri
Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara umum baik, tidak ada
reaksi emosional, klien memrlukan orientasi waktu, tempat dan pergantian shift,
tindakan pengobatan biasanya ringan dan simple.
2. Kategori II : Intermediate care / perawatan sedang
Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur popsisi waktu makan, memberi
dorongan agar mau makan, eliminasi dan kebutuhan diri juga dibantu atau menyiapkan
alat untuk kekamar mandi. Penampilan klien sakit sedang. Tindakan perawatan pada
kien ini memonetor TTV, periksa urine reduksi, fungsi fisiologis, status emosional,
kelancaran drainage atau infus. Klien memerlukan bantuan pendidikan kesehatan
untuk support emosi 5-10 menit/shift. Tindakan dan pengobatan 20-30 ment/shift atau
30-60 menit/shift dengan mengobservasi side effect obat atau reaksi alergi.
3. Kategori III : Intensive care / perawatan total
Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilaksanakan sendiri, sesmua dibantu oleh perawat,
penampilan sair berat. Klien memerlukan observasi terus menerus.
Dalam penelitian Douglas (1975) tentang jumlah tenaga perawat di rumah sakit,
didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dan malam tergantung pad
tingkat ketergantungan pasien seperti pad tabel dibawah ini :
Juml Klasifikasi
ah pasien
pasie Minimal Parti Tot
n al al
Pa Sia Mala Pa Sia Mala Pa Sia Mala
gi ng m gi ng m gi ng m
1 0,1 0,1 0,07 0, 0,1 0,1 0, 0,3 0,2
7 4 27 5 36
2 0,3 0,2 0,14 0, 0,3 0,2 0, 0,6 0,4
4 8 54 72
3 0,5 0,4 0,21 0, 0,4 0,3 1, 0,9 0,6
1 2 81 5 06
d
s
t
Contoh Perhitungan :
Di ruang Anggrek RSU Bandung dirawat 20 orang pasien dengan kategori sebagai
berikut : 5 pasien dengn perawatan minimal, 10 pasien dengan perawatan parsial dan 5
19
pasien dengan perawatan total. Maka kebutuhan tenaga perawatan adalah sebagai berikut :
1. Untuk shift pagi 2. Untuk shift sore 3. Untuk shift malam
.
5px = 0,85 5 p x 0,14 = 5 p x 0,10 = 0,50
0,17 0,70
10 p x = 2,7 10p x 0,15 = 1,5 10p x 0,07 = 0,70
0,27
5px = 1,80 5 p x 0,30 = 5 p x 0,20 = 1,00
0,36 1,50
Total tenaga pagi = 5,35 Total tenaga sore = 3,70 Total tenaga malam = 2,20
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan adalah = 5,35 + 3,70 + 2,20 = 11,25 ( 11 orang
perawat )
Klasifikasi klien berdasarkan derajat ketergantungan
Jumlah Klien Perhari Sesuai
Kriteria Ketergantungan
Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 D
0 st
Perawatan minimal :
1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan
sendiri
2. Makan dn minum dilakukan sendiri
3. Ambulasi dengan pengawasan
4. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift
5. Pengobatan minimal, status psikologi stabil
6. Persiapan prosedur memerlukan pengobatan
Perawatan parsial :
1. Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
2. Observasi TTV, setiap 4 jam
3. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4. Volly cateter intake output dicatat
5. Klien dengan pasang infus, persiapan pengobatan
memerlukan prosedur
Perawatan Total :
1. Segalanya diberi bantuan
2. Posisi yang diatur, observasi TTV setiap 2 jam
3. Makan memerlukan NGT, intravena terapi
4. Pemakaian suction
5. Gelisah/disorientasi
20
Jumlah total pasien perhari
1. Dilakukan satu kali sehari pada waktu yang sama dan sebaiknya dilakukan oleh perawat
yang sama selama 22 hari
2. Setiap klien dinilai berdasarkan kriteri klasifikasi klien (minimal memenuhi tiga
kriteria)
3. Kelompok klien sesuai dengan klasifikasi tersebut dengan memberi tanda talli (i) pada
kolom yang tersedia sehingga dalam waktu satu hari dapat diketahui berapa jumlah
klien yang ada dalam klasifikasi minimal, parsial dan total
4. Bila klien hanya mempunyai satu kriteria dari klasifikasi tersebut maka klien
dikelompokkan pada klasifikasi diatasnya.
Klasifikasi Jumlah Kebutuhan
H Rata-
perawat
a rata klien
Mini
ri Parsi Tot perhari Pa So Mala
ma
k al al gi re m
l
e-
1 6 2 4 12 2, 2,0 1,28
82 4
2 4 3 3 10 2, 1,9 1,21
57 1
3 3 6 3 12 3, 2,2 1,32
21 2
4 4 5 3 12 3, 2,2 1,35
11 1
5 6 3 2 11 2, 1,8 1,21
55 9
6 5 7 1 13 3, 2,0 1,19
1 5
7 7 4 1 12 2, 1,8 1,18
63 8
8 9 3 1 13 2, 2,0 1,31
7 1
9 5 5 3 13 2, 2,3 1,05
56 5
1 7 3 1 11 2,36 1,7 1,11
0 3
1 3 8 2 13 3,39 2,2 1,26
1 2
1 4 9 2 15 3,83 2,5 1,43
21
2 1
1 6 7 3 16 3,99 2,7 1,69
3 9
1 2 10 3 15 4,12 2,6 1,5
4 8
1 7 4 4 15 3,71 2,7 1,78
5 8
1 5 9 3 16 4,36 2,9 1,73
6 5
1 6 3 4 13 3,27 2,4 1,61
7 9
1 4 6 5 15 4,1 2,9 1,82
8 6
1 6 5 5 16 4,17 3,0 1,95
9 1
2 7 4 3 14 3,35 2,4 1,58
0 8
2 6 5 4 15 3,81 2,7 1,75
1 9
2 7 4 3 14 3,35 2,4 1,58
2 8
3,32 2,3 1,5
5
Jadi rata-rata tenaga yang yang dibutuhkan untuk tiga shift adalah : 7 perawat.
Berarti kebutuhan untuk satu ruangan adalah : 7 perawat + 1 orang karu + 3 Ka.Tim + 2
orang cadangan = 13 orang perawat
c. Cara Demand
Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga menurut kegiatan yang memang
nyata dilakukan oleh perawat. Menurut Tutuko (1992) setiap klien yang masuk ruang
gawat darurat dibutuhkan waktu sebagai berikut :
1. Untuk kasus gawat darurat : 86,31 menit
22
Campuran bedah dan non 3,5
bedah
Post partum 3
Bayi baru lahir 2,5
d. Cara Gillies
Gillies (1989) mengemukakan rumus kebutuhan tenaga keperawatan disatu unit
perawatan adalah sebagai berikut :
A B C F H
(C D) EG
Keterangan :
Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk pelayanan, yaitu :
1. Perawatan Langsung, adalah perawatan yang diberikan oleh perawat yang ada
hubungan secara khusus dengan kebutuhan fisik, psikologis, dan spiritual.
Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien pada perawat maka dapat diklasifikasikan
dalam 4 kelompok yaitu : self care, partial care, total care dan intensive care. Menurut
Minetti Huchinson (1994) kebutuhan keperawatan langsung setiap pasien adalah
empat jam perhari sedangkan untuk :
- Self care dibutuhkan ½ x 4 jam : 2 jam
23
2. Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana perawatan,
memasang/ menyiapkan alat, konsultasi dengan anggota tim, menulis dan membaca
catatan kesehatan, melaporkan kondisi pasien. Dari hasil penelitian RS
Graha Detroit (Gillies, 1989) = 38 menit/ klien/ hari, sedangkan menurut Walfe dan
Young (Gillies, 1989) = 60 menit/ klien/ hari dan penelitian di RS John Hopkin
dibutuhkan 60 menit/ pasien (Gillies, 1994)
3. Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien melliputi : aktifitas, pengobatan
serta tindak lanjut pengobatan. Menurut Mayer dalam Gillies (1994) waktu yang
dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan aialah 15 menit/klien/hari.
- Rata-rata klien perhari adalah jumlah klien yang dirawat disuatu unit berdasarkan
rata-ratanya atu menurut “Bed Occupancy Rate (BOR)” dengan rumus :
- Hari libur masing-masing perawat pertahun, yaitu : 128 hari (hari minggu = 52 hari,
hari sabtu = 52 hari ( untuk hari sabtu tergantung kebijakan RS setempat, kalau ini
merupakan hari libur maka harus diperhitungkan, begitu juga sebaliknya ), hari
libur nasional = 12 hari, dan cuti tahunan = 12 hari
- Jumlah jam kerja tiap perawat adalah = 40 jam perhari, kalau hari kerja efektif 6
hari perminggu maka 40/6 = 6,6 jam perhari
- Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus ditambah 20%
(untuk antisipasi kekurangan/cadangan)
Contoh perhitungannya :
Dari hasil observasi dan sensus harian selama enam bulan disebuah ruangan
RS ”A” yang berkapasitas tempat tidur 20 tt, didapatkan jumlah rata-rata klien yang
dirawat (BOR) 15 orang perhari.kriteria klien yang dirawat tersebut adalah 5 orang
dapat melakukan perawatan mandiri, 5 orang perlu diberikan perawatan sebagian,
dan 5 orang harus diberikan perawatan total. Tingkat pendidikan perawat yaitu SPK
dan DIII Keperawatan. Hari kerja efektif adalah 6 hari perminggu. Berdasarkan
situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawat diruang
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menentukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari,
yaitu :
- Keperawatan langsung :
24
- Keperawatan mandiri 5 orang klien 5 x 2 jam = 10 jam
- Keperawatan sebagian 5 orang klien 5 x 3 jam = 15 jam
- Keperawtan total 5 orang klien 5 x 6 jam = 30 jam
Jumlah 55 jam
= 16 + 20% = 16 + 3 = 19 orang
jumlah jam 7
kerja/hari jam
e. Cara Swansburg
Jumlah
rata - rata pasien/hari × jumlah perawat/ pasien/hari
Jam kerja/hari
Contoh:
Pada rumah sakit A, jumlah tempat tidur pada unit Bedah 20 buah, rata-rata pasien
perhari 15 orang, jumlah jam perawatan 5 jam/ pasien/ hari, dan jam kerja 7 jam/hari.
Cara menghitung:
15 5
Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah : 10,71 atau 11 orang/24ja
m7
2. Tahap II
26
Dihitung B = jumlah rata-erata jam perawatan untuk sekuruh klien dalam satu hari.
B = A x tempat tidur = 4 x 300 = 1200
3. Tahap III
Dihitung C= jumlah jam perawatan seluruh klien selama setahun. C = B x 365 hari =
1200 x 365 = 438000 jam
4. Tahap IV
Dihitung D = jumlah perkiraan realistis jam perawatan yang dibutuhkan selama
setahun.
D = C x BOR / 80 = 438000 x 180/ 80 = 985500
Nilai 180 adalah BOR total dari 300 klien, dimana 60% x 300 = 180. Sedangkan 80
adalah nilai tetap untuk perkiraan realistis jam perawatan.
5. Tahap V
Didapat E = jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan. E = 985500/ 1878 = 524,76
(525 orang)
Angka 1878 didapat dari hari efektif pertahun (365 – 52 hari minggu = 313 hari) dan
dikalikan dengan jam kerja efektif perhari (6 jam)
Prinsip perhitungan rumus ini adalah sama dengan rumus dari Gillies (1989) diatas,
tetapi ada penambahan pada rumus ini yaitu 25% untuk penyesuaian (sedangkan angka 7
pada rumus tersebut adalah jumlah hari selama satu minggu).
Pedoman cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat dan bidan menurut direktorat
pelayanan keperawatan Dirjen Yan-Med Depkes RI (2001) dengan memperhatikan unit
kerja yang ada pada masing-masing rumah sakit. Model pendekatan yang digunakan
adalah sebagai berikut :
1. Rawat inap
Berdasarkan klasifikasi pasien cara perhitungannya berdasarkan :
- Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
27
- Rata-rata pasien per hari
- Jumlah perawatan yang diperlukan / hari / pasien
- Jam perawatan yang diperlukan/ ruanagan / hari
- Jam kerja efektif tiap perawat atau bidan 7 jam per hari
Contoh perhitungannya:
Keterangan :
* berdasarkan penelitian dari luar negeri
Jadi jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah:
Jumla 93
jam perawatan 13 perawat
h
28
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi)
dengan:
- Hari libur/ cuti/ hari besar (loss day)
(Jumlah
har miggu dalam setahun + + besar) perawat rsedia
i cuti hari Jumlah te
Contoh kasus:
No Rata-rata jumlah Rata-rata jam perawatan Jumlah jam
. Kategori*
pasien/hari pasien/hari ** perawatan/hari (c x d)
a b c d e
1 Askep minimal 7 2,00 14,00
2 Askep sedang 7 3,08 21,56
3 Askep agak berat 11 4,15 45,65
4 Askep maksimal 1 6,16 6,16
Jumlah 26 87,37
Keterangan:
* : uraian ada pada model Gillies di halaman depan
** : berdasarkan penelitian di luar negeri
29
Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah
Jumlah jam perawatan
ruangan/ha ri 87 , 12,5 perawat
37
30
ditambah (faktor koreksi) dengan :
loss day:
(Jumlah tenaga perawat + loss day) x 25% = (12,5 + 3,4) x 25% = 3,9
Jadi jumlah tenaga yang diperlukan = tenaga yang tersedia + faktor koreksi
= 12,5 + 3,4 + 3,9 = 19,8 (dibulatkan menjadi 20 orang perawat/ bidan)
Contoh kasus:
Cara penghitungan:
3. Di Ruang Penerimaan
Ketergantungan pasien di ruang penerimaan : 15 menit
31
Ketergantungan di RR : 1 jam
11,5 30
= 4,92
(dibulatk n 5 orang)
orang a
7
Perhitungan diatas dengan kondisi: alat tenun dan set operasi dipersiapkan oleh
CSSD.
32
4. Jumlah tenaga di Instalasi Gawat Darurat
Dasar perhitungan di gawat darurat adalah:
Contoh kasus:
50 4
= 28,6 29 (78
loss day 29 +8 = 37 orang
orang
29) orang orang
7
286
5. Critical Care
6. Rawat Jalan
100 15
=4
+ 15% ( 4 x =4 + 0,6 = 5 orang
orang
koreksi 15%) orang
7
60
33
7. Kamar Bersalin
Waktu yang diperlukan untuk pertolongan persalinan mencakup kala I s.d. kala
IV
= 4 jam/ pasien.
34
BAB III
ANALISA
Kasus 1.
Ruang Paviliun mawar merupakan ruang kelas 2 khusus merawat pasien dengan penyakit bedah.
jumlah tempat tidur ada 40 bed 10 kamar. tenaga perawat yang bertugas di ruang tersebut 5 Ners,
10 Amd,Kep. pada ruang tersebut kondisi pasien 50% parsial care, 10% totalcare sisanya
Mandiri.
jawaban :
1. Metode MPKP yang digunakan untuk kasus tersebut ialah Metode Modifikasi Primer.
Yaitu dengan kepala ruangan ialah Ketua Ruangan dari Ners, dan Perawat Associating ( PA)
Dari Amd, Kep. Setiap 1 perawat pelaksana didampingi oleh perawat Associating dengan
bertanggung jawab 7-8 pasien.
Bagan :
Dokter
PP 1 PP 2 PP 3 PP 4 PP 5
PA PA PA PA PA
PA PA PA PA PA
35
2. Analisa kasus :
4p x 0,36 = 1,44
Total = 9, 56 = 10 tenaga
4p x 0,3 = 1,20
4p x 0,2 = 0,80
Menurut kami, sudah sesuai metode MPKP hanya saja kebutuhan tenaganya kurang. Sebaiknya
ditambah tenaga keperawatan agar lebih efisien dan dapat memberikan pelayanan yang lebih
optimal.
36
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses
dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian
asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna
Sitorus & Yuli, 2006).
Model Praktik Keperawatan Profesional memiliki salah satu tujuan yaitu menciptakan
kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan, Model Praktik Keperawatan
Profesional juga memiliki 4 pilar yang terdiri dari : (1) Pendekatan Manajemen
Keperawatan, (2) Sistem Penghargaan, (3) Hubungan Profesional, (4) Manajemen
Asuhan Keperawatan.
B. Saran
37
DAFTAR PUSTAKA
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Manajemen-dan-
Kepemimpinan-dalam-Keperawatan
Komprehensif.pdf&ved=2ahUKEwjm2I2ptOzoAhULILcAHYy4AtMQFjAAegQIAxAB&us
g=AOvVaw3fqePmipfPsQmCM7kpCcX9
https://www.slideshare.net/mobile/pjj_kemenkes/kb-1-modul-3-mankep
https://id.scribd.com/doc/285892040/makalah-mpkp
https://id.scribd.com/doc/147774394/MPKP
38