Anda di halaman 1dari 41

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Alokasi Klien” untuk memenuhi tugas mata kuliah Managemen Keperawatan.
Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Kami berterima kasih kepada Bapak Parta Suhanda,SKP.M.Biomed selaku

Dosen mata kuliah Managemen Keperawatan yang telah membimbing kami untuk

menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis maupun

orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat

kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan memohon kritik dan saran yang

membangun demi perbaikan di waktu yang akan datang.

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.

Tangerang, April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah......................................................................2
C. Tujuan Masalah…......................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI


A. Pengertian..................................................................................3
B. Tujuan MPKP....................................................................................3
C. Pilar-pilar dalam model praktik keperawatan profesional (MPKP)...4
D. Komponen-komponen MPKP...........................................................12
E. Penugasan Keperawatan Primer........................................................12
F. Proses Keperawatan...........................................................................13
G. Dokumentasi Keperawatan...............................................................14

BAB III ANALISA

A. Analisa Kasus...........................................................................34

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................36
B. Saran…......................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan
nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli,
2006).

Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) memungkinkan perawat professional


mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian
asuhan tersebut. MPKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan profesi lain dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan MPKP, perawat dapat memahami tugas dan
tanggung jawabnya terhadap pasien sejak masuk hingga keluar rumah sakit. Dalam iplementasi
MPKP harus ditunjang dengan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang memadai.

Setiap unit keperawatan mempunyai upaya untuk menyeleksi model yang paling tepat
berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan prasarana, dan kebijakan rumah sakit.
Kategori pasien didasarkan atas, tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan pasien, Usia,
Diagnosa atau masalah kesehatan yang dialami pasien dan terapi yang dilakukan.

Pelayanan yang profesional identik dengan pelayanan yang bermutu, untuk meningkatkan
mutu asuhan keperawatan dalam melakukan kegiatan asuhan keperawatan dan juga penting untuk
memilih metode penugasan tenaga keperawatan agar dapat dilaksanakan secara teratur, efesien
tenaga, waktu dan ruang, serta meningkatkan ketrampilan dan motivasi kerja. Model pemberian
asuhan keperawatan ada enam macam, yaitu : model kasus, model fungsional, model tim, model
primer, model manajemen perawatan, dan model perawatan berfokus pada pasien.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka menjadi penting untuk menyusun makalah tentang
konsep model praktik keperawatan profesional untuk mengetahui lebih dalam tugas perawat dalam
memberi asuhan keperawatan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian model praktik keperawatan profesional ?


2. Apa tujuan model keperawatan ?
3. Bagaimana pilar model keperawatan ?
4. Apa saja Komponen-komponen model praktik keperawatan professional?

1
5. Bagaimana Penugasan Keperawatan Primer?
6. Bagaimana Proses Keperawatan?
7. Bagaimana Dokumentasi Keperawatan?
8. Bagaimana langkah-langkah model praktik keperawatan profesional ?
9. Bagaimana cara menganalisa kasus dengan penerapan model praktik keperawatan
professional?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian model praktik keperawatan profesional


2. Untuk mengetahui tujuan model keperawatan
3. Untuk mengetahui pilar model keperawatan
4. Untuk mengetahui Komponen-komponen model praktik keperawatan professional
5. Untuk mengetahui Penugasan Keperawatan Primer
6. Untuk mengetahui Proses Keperawatan
7. Untuk mengetahui Dokumentasi Keperawatan
8. Untuk mengetahui langkah-langkah model praktik keperawatan profesional
9. Untuk mengetahui cara menganalisa kasus dengan penerapan model praktik keperawatan
professional

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian MPKP

Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan
nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli,
2006).

Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan
nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan. Aspek struktur ditetapkan
jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan
klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi hal penting, karena bila jumlah
perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat
untuk melakukan tindakan keperawatan.

Selain jumlah, perlu ditetapkan pula jenis tenaga yaitu PP dan PA, sehingga peran dan
fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuan dan terdapat tanggung jawab yang
jelas. Pada aspek struktur ditetapkan juga standar renpra, artinya pada setiap ruang rawat sudah
tersedia standar renpra berdasarkan diagnosa medik dan atau berdasarkan sistem tubuh.

Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi keperawatan primer


(kombinasi metode tim dan keperawatan primer).

B. Tujuan MPKP

1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan

2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh
tim keperawatan

3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.

4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.

5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap tim
keperawatan

3
C. Pilar – pilar dalam Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP)
Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar diantaranya adalah :

1. Pilar I : Pendekatan Manajemen (manajemen approach)

Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen sebagai pilar


praktik perawatan professional yang pertama. Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen
terdiri dari :

a. Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi


(perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ; harian, bulanan,
dan tahunan). Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara
matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai
suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu
dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan. Jenis-jenis perencanaan terdiri dari :
- Rencana jangka panjang, yang disebut juga perencanaan strategis yang disusun
untuk 3 sampai 10 tahun.
- Rencana jangka menengah dibuat dan berlaku 1 sampai 5 tahun.
- Rencana jangka pendek dibuat 1 jam sampai dengan 1 tahun.

Hirarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi, filosofi, peraturan,
kebijakan, dan prosedur (Marquis & Houston, 1998). Kegiatan perencanaan yang
dipakai di ruang MPKP meliputi perumusan visi, misi, filosofi dan kebijakan.
Sedangkan untuk jenis perencanaan yang diterapkan adalah perencanaan jangka pendek
yang meliputi rencana kegiatan harian, bulanan, dan tahunan.

- Rencana Jangka Pendek


Rencana jangka pendek yang diterapkan di ruang MPKP terdiri dari rencana harian,
bulanan dan tahunan.
- Rencana harian
Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perawat sesuai dengan
perannya masing-masing, yang dibuat pada setiap shift. Isi kegiatan disesuaikan
dengan peran dan fungsi perawat. Rencana harian dibuat sebelum operan dilakukan
dan dilengkapi pada saat operan dan preconference.
- Rencana Harian Kepala Ruangan
Isi rencana harian kepala ruangan meliputi : Asuhan keperawatan, Supervisi Katim
dan Perawat pelaksana, Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan unit
lain yang terkait. Kegiatan tersebut meliputi antara lain:

 Operan
4
 Pre conference dan Post conference

 Mengecek SDM dan sarana prasarana

 Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang memerlukan perhatian
khusus

 Melakukan supervisi pada ketua tim/perawat pelaksana

 Hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat terstruktur/insidentil

 Mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan yang belum teratasi

 Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan keperawatan untuk sore,


malam, dan besok sesuai tingkat ketergantungan pasien.

- Rencana Harian Ketua Tim


Isi rencana harian Ketua Tim adalah: Penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien
pada tim yang menjadi tanggung jawabnya, Melakukan supervisi perawat pelaksana,
Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain, alokasi pasien sesuai perawat
yang dinas. Kegiatan tersebut meliputi antara lain:

 Operan

 Pre conference dan Post conference

 Merencanakan asuhan keperawatan

 Melakukan supervisi perawat pelaksana.

 Menulis dokumentasi

 Memeriksa kelengkapan dokumentasi askep

 Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas

- Rencana Harian Perawat Pelaksana

Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk sejumlah
pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana harian perawat pelaksana shift
sore dan malam agak berbeda jika hanya satu orang dalam satu tim maka perawat
tersebut berperan sebagai ketua tim dan perawat pelaksana sehingga tidak ada
kegiatan pre dan post conference. Kegiatan tersebut meliputi antara lain:

 Operan

5
 Pre conference dan Post conference

 Mendokumentasikan askep

- Penilaian Rencana Harian Perawat

Untuk menilai keberhasilan dari perencanaan harian dilakukan melalui observasi


menggunakan instrumen jurnal rencana harian. Setiap Ketua Tim mempunyai
instrumen dan mengisinya setiap hari. Pada akhir bulan dapat dihitung presentasi
pembuatan rencana harian masing-masing perawat.

Presentasi RH = Jumlah RH yg dibuat x 100%

Jumlah hari dinas pd bulan tersebut

- Rencana bulanan :

Rencana bulanan merupakan rencana tindak lanjut yang dibuat oleh kepala ruangan
dan ketua tim

- Rencana bulanan kepala ruangan


Setiap akhir bulan Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil keempat pilar atau
nilai MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut kepala ruangan akan
membuat rencana tindak lanjut dalam rangka peningkatan kualitas hasil.
Kegiatan yang mencakup rencana bulanan karu adalah:
 Membuat jadwal dan memimpin case conference
 Membuat jadwal dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
 Membuat jadwal dinas
 Membuat jadwal dan memimpin rapat bulanan perawat
 Membuat jadwal dan memimpin rapat tim kesehatan
 Membuat jadwal supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat
pelaksana
 Melakukan audit dokumentasi
 Membuat laporan bulanan

- Rencana bulanan ketua Tim


Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi tentang keberhasilan kegiatan
yang dilakukan ditimnya. Kegiatan-kegiatan yang mencakup rencana bulanan
katim adalah:

6
 Mempresentasikan kasus dalam case conference

 Memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga

 Melakukan supervisi perawat pelaksana.

- Rencana Tahunan

Setiap akhir tahun Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam
satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan
rencana tahunan berikutnya. Rencana kegiatan tahunan mencakup :

 Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik proses kegiatan
(aktifitas yang sudah dilaksanakan dari 4 pilar praktek professional) serta evaluasi
mutu pelayanan.

 Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing tim.

 Penyegaran terkait materi MPKP khusus kegiatan yang masih rendah


pencapaiannya. Ini bertujuan mempertahankan kinerja yang telah dicapai MPKP
bahkan meningkatkannya dimasa mendatang.

 Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang karier perawat


(pelaksana menjadi katim, katim menjadi karu), rekomendasi untuk melanjutkan
pendidikan formal, membuat jadual untuk mengikuti pelatihan-pelatihan.

b. Pengorganisasian dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar alokasi
pasien. Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan,
penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari pengkoordinasian
aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang bertanggung jawab untuk
mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat di ruang
MPKP menggunakan pendekatan sistem penugasan modifikasi Keperawatan Tim-
Primer. Secara vertikal ada kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana. Setiap
tim bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien. Pengorganisasian di ruang MPKP
terdiri dari:
1) Struktur organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu
organisasi (Sutopo, 2000). Pada pengertian struktur organisasi menunjukkan adanya
pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang
berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan. Struktur organiosasi juga
menunjukkan spesialisasi pekerjaan.

7
Struktur organisasi Ruang MPKP menggunakan sistem penugasan Tim-
primer keperawatan. Ruang MPKP dipimpin oleh Kepala Ruangan yang
membawahi dua atau lebih Ketua Tim. Ketua Tim berperan sebagai perawat primer
membawahi beberapa Perawat Pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan
secara menyeluruh kepada sekelompok pasien.
Mekanisme Pelaksanaan Pengorganisasian di Ruang MPKP terdiri dari
beberapa hal, yaitu :

 Kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi 2 tim dan tiap tim diketuai
masing-masing oleh seorang ketua Tim yang terpilih melalui suatu uji.

 Kepala ruangan bekerja sama dengan ketua Tim mengatur jadual dinas (pagi,
sore, malam)

 Kepala Ruangan membagi pasien untuk masing-masing Tim.

 Apabila suatu ketika satu Tim kekurangan Perawat Pelaksana karena kondisi
tertentu. Kepala Ruangan dapat memindahkan Perawat Pelaksana dari Tim ke
Tim yang mengalami kekurangan anggota.

 Kepala ruangan menunjuk penanggung jawab shift sore, malam, dan shift pagi
apabila karena sesuatu hal kepala ruangan sedang tidak bertugas. Oleh sebab, itu
yang dipilih adalah perawat yang paling kompeten dari perawat yang ada.

 Sebagai pengganti Kepala Ruangan adalah Ketua Tim, sedangkan jika Ketua
Tim berhalangan, tugasnya digantikan oleh anggota Tim (perawat pelaksana)
yang paling kompeten di antara anggota tim.

 Ketua Tim menetapkan perawat pelaksana untuk masing-masing pasien.

 Ketua mengendalikan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien baik


yang diterapkan oleh dirinya maupun oleh Perawat Pelaksana anggota Timnya.

 Kolaborasi dengan Tim Kesehatan lain dilakukan oleh Ketua Tim. Bila Ketua
Tim karena suatu hal tidak sedang bertugas maka tanggung jawabnya
didelegasikan kepada perawat paling kompeten yang ada di dalam Tim.

 Masing-masing Tim memiliki buku Komunikasi.

 Perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang


menjadi tanggung jawabnya.

2) Daftar Dinas Ruangan

8
Daftar yang berisi jadwal dinas, perawat yang bertugas, penanggung jawab
dinas/shift. Daftar dinas disusun berdasarkan Tim, dibuat dalam 1 minggu sehingga
perawat sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk melakukan dinas.
Pembuatan jadual dinas perawat dilakukan oleh kepala ruangan pada hari terakhir
minggu tersebut untuk jadual dinas pada minggu yang selanjutnya bekerjasama
dengan Ketua Tim. Setiap Tim mempunyai anggota yang berdinas pada pagi, sore,
dan malam, dan yang lepas dari dinas (libur) terutama yang telah berdinas pada
malam hari.

3) Daftar Pasien
Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama dokter, nama
perawat dalam tim, penanggung jawab pasien, dan alokasi perawat saat menjalankan
dinas di tiap shift.Daftar pasien adalah daftar sejumlah pasien yang menjadi
tanggung jawab tiap Tim selama 24 jam. Setiap pasien mempunyai perawat yang
bertanggung jawab secara total selama dirawat dan juga setiap shift dinas. Dalam
daftar pasien tidak perlu mencantumkan diagnosa dan alamat agar kerahasiaan
pasien terjaga. Daftar pasien dapat juga menggambarkan tanggung jawab dan
tanggung gugat perawat atas asuhan keperawatan pasien sehingga terwujudlah
keperawatan pasien yang holistik. Daftar pasien juga memberi informasi bagi kolega
kesehatan lain keluarga untuk berkolaborasi tentang perkembangan dan keperawatan
pasien. Daftar pasien di Ruangan diisi oleh ketua Tim sebelum operan dengan dinas
berikutnya dan dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan.
Alokasi pasien terhadap perawat yang dinas pagi, sore atau malam dilakukan
oleh ketua Tim berdasarkan jadual dinas. Kegiatan ini dilakukan sebelum operan
dari dinas pagi ke dinas sore.

4) Model asuhan keperawatan alokasi klien


Perorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan untuk satu atau beberapa
klien oleh satu perawat pada saat tugas/jaga selama periode waktu tertentu sampai
klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan
menerima laporan tentang pelayanan keperawatan klien,
Keuntungan :

- Fokus keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien


- Memberikan kesempatan untuk melakukan keperawatan yang komperhensif
- Memotivasi perawat selalu bersama klien selama bertugas, tugas non
keperawatan dapat dilakukan oleh bukan perawat
- Mendukung penerapan proses keperawatan
- Kepuasan kerja secara keseluruhan dapat dicapai
9
Kelemahan :
- Beban kerja tinggi terutama jika klien banyak sehingga tugas yang sederhana
terlewatkan.
- Peserta didik sulit untuk memperoleh keterampilan khusus yang tidak dilakukan
pada klien yang menjadi kelolaannya : misalnya kateterisasi, NGT, dsb.
- Pedelegasian tugas tertentu
- Kelanjutan perawatan kliennya sebagian selama perawat penanggung jawab klien
beetugas
- Kelanjutan prawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung jawab lain
bertugas

Struktur model asuhan keperawatan alokasi klien

KARU

Perawat Perawat
Pelaksana Perawat
Pelaksana
Pelaksana

pasien pasien pasien

5) Pengarahan
Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan iklim
motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post
conference, dan manajemen konflik. Pengarahan yaitu penerapan perencanaan
dalam bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang digunakan sebagai padanan pengarahan
adalah pengkoordinasian, pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada
akhirnya yang bermuara pada ”melaksanakan” kegiatan yang telah direncanakan
sebelumnya (Marquis & Houston, 1998).
Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu
kelola, jika perlu dilakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan pelaksanaan

10
pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus melakukan upaya-upaya (Marquis &
Houston, 1998) sebagai berikut:

- Menciptakan iklim motivasi

- Mengelola waktu secara efisien

- Mendemonstarikan keterampilan komunikasi yang terbaik

- Mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi

- Melaksanakan sistem pendelegasian dan supervise

- Negosiasi

Di ruangan MPKP pengarahan diterapkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan sebagai


berikut:

- Menciptakan iklim motivasi

- Komunikasi efektif pada operan antar-shift

- Komunikasi efektif pada preconference

- Komunikasi efektif pada postconference

- Manajemen konflik

- Supervisi

- Pendelegasian

6) Pilar II: Sistem Penghargaan (Compensatory Reward)

Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan


professional berfokus pada proses rekruitmen, seleksi kerja orientasi, penilaian
kinerja, staf perawat.proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan
setiap ada penambahan perawatan baru. Compensatory reward (kompensasi
penghargaan) menjelaskan manajemen keperawatan khususnya manajemen sumber
daya manusia (SDM) keperawatan. Fokus utama manajemen keperawatan adalah
pengelolaan tenaga keperawatan agar dapat produktif sehingga misi dan tujuan
organisasi dapat tercapai. Perawat merupakan SDM kesehatan yang mempunyai
kesempatan paling banyak melakukan praktek profesionalnya pada pasien yang
dirawat di Rumah Sakit. Seorang perawat akan mampu memberikan pelayanan dan
asuhan keperawatan yang profesional apabila perawat tersebut sejak awal bekerja
11
diberikan program pengembangan staf yang terstruktur. Metode dalam menyusun
tenaga keperawatan seharusnya teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk
menentukan jumlah dan jenis tenaga keperawatan yang dibutuhkan agar dapat
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai yang diharapkan.

Manajemen SDM di ruang MPKP berfokus pada proses rekruitmen, seleksi,


kontrak kerja, orientasi, penilaian kinerja, dan pengembangan staf perawat. Proses
ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan
perawat baru.

7) Pilar III: Hubungan Profesional

Hubungan professional dalam pemberian pelayanan keperawata (tim


kesehatan) dalam penerima palayana keperawatan (klien dan keluarga). Pada
pelaksanaan nya hubungan professional secara interal artinya hubungan yang terjadi
antara pembentuk pelayanan kesehatan misalnya antara perawat dengan perawat,
perawat dengan tim kesehatan dan lain–lain. Sedangkan hubungan professional
secara eksternal adalah hubungan antara pemberi dan penerima pelayanan
kesehatan.

8) Pilar IV: Manajemen Asuhan Keperawatan

Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan keperawat


dengan mengunakan manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu. Manajemen
asuhan keperawatan yang diterapkan di MPKP adalah asuhan keperawatan dengan
menerapkan proses keperawatan.

D. Komponen-komponen MPKP

Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan professional, yaitu sebagai
berikut :

1. Ketenagaan Keperawatan

2. Metoda pemberian asuhan keperawatan

3. Proses Keperawatan

4. Dokumentasi Keperawatan

E. Penugasan Keperawatan Primer

12
Keperawatan primer adalah suatu metoda pemberian asuhan keperawatan dimana perawat
perofesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan pasien
selama 24 jam/hari. Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan , implementasi,
dan evaluasi asuhan keperawatan dari sejak pasien masuk rumah sakit hingga pasien dinyatakan
pulang, ini merupakan tugas utama perawat primer yang dibantu oleh perawat asosiet.

Keperawatan primer ini akan menciptakan kesepakatan untuk memberikan asuhan


keperawatan yang komprehensif, dimana asuhan keperawatan berorientasi kepada pasien.

Pengkajian dan menyusun rencana asuhan keperawatan pasien di bawah tanggung jawab
perawat primer, dan perawat asosiet yang akan mengimplementasikan rencana asuhan
keperawatan dalam timdakan keperawatan.

Keuntungan :

1. Otonomi perawat meningkat, karena motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat meningkat.

2. Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan

3. Meningkatnya hubungan antara perawat dan pasien.

4. Terciptanya kolaborasi yang baik.

5. Membebaskan perawat dari tugas-tugas yang bersifat perbantuan.

6. Metoda ini mendukung pelayanan professional.

7. Penguasaan pasien oleh seorang perawat primer.

Kerugian :

1. Ruangan tidak memerlukan bahwa semua perawat pelaksana harus perawat professional.

2. Biaya yang diperlukan banyak.

F. Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan perawat
dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap. Kebutuhan dan masalah pasien merupakan
titik sentral dalam pengambilan keputusan. Pendekatan ilmiah yang fragmatis dalam
pengambilan keputusan adalah :

1. Identifikasi masalah

2. menyusun alternatif penyelesaikan masalah


13
3. pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan melaksanakannya

4. evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah.

Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang pada langkah-langkah proses keperawatan
yaitu :

1. pengkajian fokus pada keluhan utama dan eksplorasi lebih holistic

2. diagnosis yaitu menetapkan hubungan sebab akibat dari masalah masalah keperawatan

3. rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah

4. implementasi rencana, dan evaluasi hasil tindakan.

G. Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan keperawatan,


karena melalui pendokumentasian yang baik, maka informasi mengenai keadaan Kesehatan
pasien dapat diketahui secara berkesinambungan. Disamping itu, dokumentasi merupakan
dokumen legal tentang pemberian asuhan keperawatan. Secara lebih spesifik, dokumentasi
berfungsi sebagai sarana komunikasi antar profesi Kesehatan, sumber data untuk pemberian
asuhan keperawatan, sumber data untuk penelitian, sebagai bahan bukti pertanggung jawaban
dan pertanggung gugatan asuhan keperawatan.

Dokumen dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien. Dokumentasi berdasarkan


masalah terdiri dari format pengkajian, rencana keperawatan, catatan tindakan keperawatan, dan
catatan perkembangan pasien.

Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah sakit, Hoffart & Woods
(1996) menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima komponen yaitu nilai – nilai professional yang
merupakan inti MPKP, hubungan antar professional, metode pemberian asuhan keperawatan,
pendekatan manajemen terutama dalam perubahan pengambilan keputusan serta sistem
kompensasi dan penghargaan.

Lima subsistem dalam pengembangan MPKP adalah sebagai berikut :

1. Nilai – nilai professional


Pada model ini PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga, menjadi partner
dalam memberikan asuhan keperawatan. Pada pelaksanaan dan evaluasi renpra. PP
mempunyai otonomi dan akuntabilitas untuk mempertanggungjawabkan asuhan yang
diberikan termasuk tindakan yang dilakukan oleh PA. hal ini berarti PP mempunyai
tanggung jawab membina performa PA agar melakukan tindakan berdasarkan nilai-nilai
profesional.

14
Nilai-nilai profesional digariskan dalam kode etik keperawatan yaitu:

- Hubungan perawat – klien

- Hubungan perawat dan praktek

- Hubungan perawat dan masyarakat

- Hubungan perawat dan teman sejawat

- Hubungan perawat dan profesi

2. Hubungan antar professional


Hubungan antar profesional dilakukan oleh PP. PP yang paling mengetahui
perkembangan kondisi klien sejak awal masuk. Sehingga mampu memberi informasi
tentang kondisi klien kepada profesional lain khususnya dokter. Pemberian informasi yang
akurat akan membantu dalam penetapan rencana tindakan medik.

3. Metode pemberian asuhan keperawatan

Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah modifikasi


keperawatan primer ehingga keputusan tentang renpra ditetapkan oleh PP, PP akan
mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi pada renpra sesuai
kebutuhan klien.

4. Pendekatan manajemen

Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis koordinasi yang jelas
antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab PP. Dengan
demikian, PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan. Sebagai seorang manajer, PP
harus dibekali dengan kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat
menjadi manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.

5. Sistem kompensasi dan panghargaan.

PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan keperawatan
yang dilakukan sebagai asuhan yang profesional. Kompensasi dan penghargaan yang
diberikan kepada perawat bukan bagian dari asuhan medis atau kompensasi dan
penghargaan berdasarkan prosedur.

15
H. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kesehatan
a. Cara Rasio
Metode ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagaidenominator personal yang
diperlukan. Metode ini paling sering digunakan karena sederhana dan mudah. Metode ini
hanya mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak bisa mengetahui produktifitas
SDM Rumah sakit, dan kapan personal tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian
rumah sakit yang membutuhkan. Bisa digunakan bila : kemampuan dan sumber daya
untuk perencanaan personal terbatas, jenis, tipe dan volume pelayanan kesehatan relatif
stabil. Cara rasio yang umum digunakan adalah berdasarkan surat keputusan Menkes RI
Nomor 262 tahun 1979 Tentang Ketenagaan Rumah Sakit, dengan standart sebagai
berikut :

Tipe TM/T TPP/ TPNP/ TNM/


RS T TT TT TT
A&B 1/(4- (3-4)/2 1/3 1/1
7)
C 1 1/1 1/5 ¾
/
9
D 1/15 ½ 1/6 2/3
Khusu Disesuaik
s an

Keterangan :

TM : Tenaga Medis

TT : Tempat Tidur

TPP : Tenaga Paramedis Perawatan

TPNP : Tenaga Paramedis Non Perawatan

TNM : Tenaga Non Medis

Contoh Perhitungan :

1. Suatu RS tipe B dengan jumlah tempat tidur 300 buah, maka seorang
pimpinan tenaga keperawatan akan memperhitungkan jumlah tenaga
keperawatan adalah :
a. 3/2 x 300 = 450

16
b. 4/2 x 300 = 600

Maka jumlah tenaga perawat yang dubuthkan untuk rumah sakit tersebut adalah
anatara 450 orang sampai dengan 600 orang
2. Bila rumah sakit tipe C dengan jumlah tempat tidur 100 buah, maka jumlah
tenaga perawat yang dibutuhkan adalah :
1/1 x 100 = 100, maka jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan adalah 100 orang

3. Bila rumah sakitnya tipe D dengan jumlah tempat tidur 75 buah, maka jumlah
tenaga perawat yang dibutuhkan adalah :
½ x 75 = 37,5 maka jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan adalah 40 orang

b. Cara Need
Cara ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja yang diperhitungkan
sendiri dan memenuhi standart profesi. Untuk menghitung seluruh kebutuhan tenaga,
diperlukan terlebih dahulu gambaran tentang jenis pelayanan yang diberikan kepada klien
selama dirumah sakit. Misalnya saja untuk klien yang berobat jalan, ia akan melalui atau
mendapatkan pelayanan antara lain pemberian karcis, pendaftaran, pemeriksaan
perawat/dokter, penyuluhan, pemeriksaan laboratorium, apotik dan sebagainya. Kemudian
dihitung standart waktu yang diperlukan agar pelayanan itu berjalan dengan baik.
Hundgins (1992) menggunakan standart waktu pelayanan klien sebagai berikut :

Lama Waktu
Tug
(menit)
as
Ba La
ru ma
Pendaftaran 3 4
Pemeriksaan dokter 15 11
Pemeriksaan asisten 18 11
dokter
Penyuluhan 51 0
Laboratorium 5 7

Contoh Perhitungan :
Rumah Sakit Mawar tipe B memberikan pelayanan kepada klilen rata-rata 500 orang
perhari, dimana 50% adalah klien baru, maka seorang pimpinan keperawatan akan
memperhitungkan jumlah tenaga sebagai berikut :
- Tenaga yang diperlukan untuk bertugas dibagaian pendaftaran adalah :
(3 + 4 )/2 = 3,5 x 500/240 = 7,29 (7 orang tenaga)
jika ia bekerja dari jam 08.00 samapai jam 12.00 (240 menit)
- Tenaga dokter yang dibutuhkan adalah
17
(15 + 11)/2 = 13 x 500/180 = 36,11 (36 orang dokter)
jika ia bekerja dari jam 09.00 sampai 12.00 (180 menit)
- Tenaga asisten dokter yang dibutuhkan adalah
(18 + 11)/2 = 14,5 x 500/240 = 30,2 ( 30 orang asisten dokter)
jika ia bekerja dari jam 08.00 sampai jam 12.00 (240 menit)
- Tenaga penyuluhan yang dibutuhkan adalah
51/2 = 25,5 x 500/240 = 53,13 (53 orang tenaga penyuluhan )
jika ia bekerja dari jam 08.00 sampai jam 12.00 (240 menit)
- Tenaga laboratorium yanng dibutuhkan adalah
(5+7)/2 = 6 x 500/240 = 12,5 (13 orang tenaga laboratorium)
jika ia bekerja dari jam 08.00 sampai jam 12.00 (240menit )
Untuk klien rawat inap, Douglas (1984) menyampaikan standart waktu pelayanan klien
rawat inap sebagai berikut :
1. Perawatan minimal memerlukan waktu : 1-2 jam/24 jam
2. Perawatan Intermediate memerlukan waktu : 3-4 jam/24 jam
3. Perawatan Maksimal/total memerlukan waktu : 5-6 jam/24 jam

Dalam penerapan sistem klasifikasi klien dengan tiga kategori tersebut diatas adalah
sebagai berikut :

18
1. Kategori I : self care / perawatan mandiri

Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara umum baik, tidak ada
reaksi emosional, klien memrlukan orientasi waktu, tempat dan pergantian shift,
tindakan pengobatan biasanya ringan dan simple.
2. Kategori II : Intermediate care / perawatan sedang

Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur popsisi waktu makan, memberi
dorongan agar mau makan, eliminasi dan kebutuhan diri juga dibantu atau menyiapkan
alat untuk kekamar mandi. Penampilan klien sakit sedang. Tindakan perawatan pada
kien ini memonetor TTV, periksa urine reduksi, fungsi fisiologis, status emosional,
kelancaran drainage atau infus. Klien memerlukan bantuan pendidikan kesehatan
untuk support emosi 5-10 menit/shift. Tindakan dan pengobatan 20-30 ment/shift atau
30-60 menit/shift dengan mengobservasi side effect obat atau reaksi alergi.
3. Kategori III : Intensive care / perawatan total

Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilaksanakan sendiri, sesmua dibantu oleh perawat,
penampilan sair berat. Klien memerlukan observasi terus menerus.
Dalam penelitian Douglas (1975) tentang jumlah tenaga perawat di rumah sakit,
didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dan malam tergantung pad
tingkat ketergantungan pasien seperti pad tabel dibawah ini :
Juml Klasifikasi
ah pasien
pasie Minimal Parti Tot

n al al
Pa Sia Mala Pa Sia Mala Pa Sia Mala
gi ng m gi ng m gi ng m
1 0,1 0,1 0,07 0, 0,1 0,1 0, 0,3 0,2
7 4 27 5 36
2 0,3 0,2 0,14 0, 0,3 0,2 0, 0,6 0,4
4 8 54 72
3 0,5 0,4 0,21 0, 0,4 0,3 1, 0,9 0,6
1 2 81 5 06
d
s
t

Contoh Perhitungan :
Di ruang Anggrek RSU Bandung dirawat 20 orang pasien dengan kategori sebagai
berikut : 5 pasien dengn perawatan minimal, 10 pasien dengan perawatan parsial dan 5

19
pasien dengan perawatan total. Maka kebutuhan tenaga perawatan adalah sebagai berikut :
1. Untuk shift pagi 2. Untuk shift sore 3. Untuk shift malam
.
5px = 0,85 5 p x 0,14 = 5 p x 0,10 = 0,50
0,17 0,70
10 p x = 2,7 10p x 0,15 = 1,5 10p x 0,07 = 0,70
0,27
5px = 1,80 5 p x 0,30 = 5 p x 0,20 = 1,00
0,36 1,50
Total tenaga pagi = 5,35 Total tenaga sore = 3,70 Total tenaga malam = 2,20
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan adalah = 5,35 + 3,70 + 2,20 = 11,25 ( 11 orang
perawat )
Klasifikasi klien berdasarkan derajat ketergantungan
Jumlah Klien Perhari Sesuai
Kriteria Ketergantungan
Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 D
0 st
Perawatan minimal :
1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan
sendiri
2. Makan dn minum dilakukan sendiri
3. Ambulasi dengan pengawasan
4. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift
5. Pengobatan minimal, status psikologi stabil
6. Persiapan prosedur memerlukan pengobatan
Perawatan parsial :
1. Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
2. Observasi TTV, setiap 4 jam
3. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4. Volly cateter intake output dicatat
5. Klien dengan pasang infus, persiapan pengobatan

memerlukan prosedur
Perawatan Total :
1. Segalanya diberi bantuan
2. Posisi yang diatur, observasi TTV setiap 2 jam
3. Makan memerlukan NGT, intravena terapi
4. Pemakaian suction
5. Gelisah/disorientasi
20
Jumlah total pasien perhari

Petunjuk penetapan jumlah klien berdasarkan derajat ketergantungan :

1. Dilakukan satu kali sehari pada waktu yang sama dan sebaiknya dilakukan oleh perawat
yang sama selama 22 hari
2. Setiap klien dinilai berdasarkan kriteri klasifikasi klien (minimal memenuhi tiga
kriteria)
3. Kelompok klien sesuai dengan klasifikasi tersebut dengan memberi tanda talli (i) pada
kolom yang tersedia sehingga dalam waktu satu hari dapat diketahui berapa jumlah
klien yang ada dalam klasifikasi minimal, parsial dan total
4. Bila klien hanya mempunyai satu kriteria dari klasifikasi tersebut maka klien
dikelompokkan pada klasifikasi diatasnya.
Klasifikasi Jumlah Kebutuhan
H Rata-
perawat
a rata klien
Mini
ri Parsi Tot perhari Pa So Mala
ma
k al al gi re m
l
e-
1 6 2 4 12 2, 2,0 1,28
82 4
2 4 3 3 10 2, 1,9 1,21
57 1
3 3 6 3 12 3, 2,2 1,32
21 2
4 4 5 3 12 3, 2,2 1,35
11 1
5 6 3 2 11 2, 1,8 1,21
55 9
6 5 7 1 13 3, 2,0 1,19
1 5
7 7 4 1 12 2, 1,8 1,18
63 8
8 9 3 1 13 2, 2,0 1,31
7 1
9 5 5 3 13 2, 2,3 1,05
56 5
1 7 3 1 11 2,36 1,7 1,11
0 3
1 3 8 2 13 3,39 2,2 1,26
1 2
1 4 9 2 15 3,83 2,5 1,43

21
2 1
1 6 7 3 16 3,99 2,7 1,69
3 9
1 2 10 3 15 4,12 2,6 1,5
4 8
1 7 4 4 15 3,71 2,7 1,78
5 8
1 5 9 3 16 4,36 2,9 1,73
6 5
1 6 3 4 13 3,27 2,4 1,61
7 9
1 4 6 5 15 4,1 2,9 1,82
8 6
1 6 5 5 16 4,17 3,0 1,95
9 1
2 7 4 3 14 3,35 2,4 1,58
0 8
2 6 5 4 15 3,81 2,7 1,75
1 9
2 7 4 3 14 3,35 2,4 1,58
2 8
3,32 2,3 1,5
5

Jadi rata-rata tenaga yang yang dibutuhkan untuk tiga shift adalah : 7 perawat.
Berarti kebutuhan untuk satu ruangan adalah : 7 perawat + 1 orang karu + 3 Ka.Tim + 2
orang cadangan = 13 orang perawat

c. Cara Demand
Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga menurut kegiatan yang memang
nyata dilakukan oleh perawat. Menurut Tutuko (1992) setiap klien yang masuk ruang
gawat darurat dibutuhkan waktu sebagai berikut :
1. Untuk kasus gawat darurat : 86,31 menit

2. Untuk kasus mendesak : 71,28 menit

3. Untuk kasus tidak mendesak : 33,09 menit

Hasil penelitian di RS Propinsi di Filipina, menghasilkan data sbb :


Jenis Pelayanan Rata-rata jam
perawatan/hari/pasien
Non bedah 3,4
Bedah 3,5

22
Campuran bedah dan non 3,5
bedah
Post partum 3
Bayi baru lahir 2,5

Konversi kebutuhan tenaga adalah seperti pada perhitungan cara Need

d. Cara Gillies
Gillies (1989) mengemukakan rumus kebutuhan tenaga keperawatan disatu unit
perawatan adalah sebagai berikut :

A B C  F H
(C D) EG

Keterangan :

A = Rata2 jumlah perawatan / pasien/hari

B = Rata2 jumlah pasien perhari

C = Jumlah hari pertahun

D = Hari libur masing-masing perawat

E = Jumlah jam kerja masing-masing perawat

F = Jumlah jam perawatn yang dibutuhkan/tahun

G = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat/tahun

H = Jumlah perawat yg dibutuhkan untuk unit tsb

Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk pelayanan, yaitu :

1. Perawatan Langsung, adalah perawatan yang diberikan oleh perawat yang ada
hubungan secara khusus dengan kebutuhan fisik, psikologis, dan spiritual.
Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien pada perawat maka dapat diklasifikasikan
dalam 4 kelompok yaitu : self care, partial care, total care dan intensive care. Menurut
Minetti Huchinson (1994) kebutuhan keperawatan langsung setiap pasien adalah
empat jam perhari sedangkan untuk :
- Self care dibutuhkan ½ x 4 jam : 2 jam

- Partial care dibutuhkan ¾ x 4 jam : 3 jam

- Total care dibutuhkan 1 – 1,5 x 4 jam : 4 – 6 jam

- Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam : 8 jam

23
2. Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana perawatan,
memasang/ menyiapkan alat, konsultasi dengan anggota tim, menulis dan membaca
catatan kesehatan, melaporkan kondisi pasien. Dari hasil penelitian RS

Graha Detroit (Gillies, 1989) = 38 menit/ klien/ hari, sedangkan menurut Walfe dan
Young (Gillies, 1989) = 60 menit/ klien/ hari dan penelitian di RS John Hopkin
dibutuhkan 60 menit/ pasien (Gillies, 1994)
3. Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien melliputi : aktifitas, pengobatan
serta tindak lanjut pengobatan. Menurut Mayer dalam Gillies (1994) waktu yang
dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan aialah 15 menit/klien/hari.
- Rata-rata klien perhari adalah jumlah klien yang dirawat disuatu unit berdasarkan
rata-ratanya atu menurut “Bed Occupancy Rate (BOR)” dengan rumus :

Jumlah hari perawatanRS dalam waktu ter tentu


Jumlah tem pat tidur 365 hari 100 %

- Jumlah hari per tahun, yaitu : 365 hari

- Hari libur masing-masing perawat pertahun, yaitu : 128 hari (hari minggu = 52 hari,
hari sabtu = 52 hari ( untuk hari sabtu tergantung kebijakan RS setempat, kalau ini
merupakan hari libur maka harus diperhitungkan, begitu juga sebaliknya ), hari
libur nasional = 12 hari, dan cuti tahunan = 12 hari
- Jumlah jam kerja tiap perawat adalah = 40 jam perhari, kalau hari kerja efektif 6
hari perminggu maka 40/6 = 6,6 jam perhari
- Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus ditambah 20%
(untuk antisipasi kekurangan/cadangan)
Contoh perhitungannya :
Dari hasil observasi dan sensus harian selama enam bulan disebuah ruangan
RS ”A” yang berkapasitas tempat tidur 20 tt, didapatkan jumlah rata-rata klien yang
dirawat (BOR) 15 orang perhari.kriteria klien yang dirawat tersebut adalah 5 orang
dapat melakukan perawatan mandiri, 5 orang perlu diberikan perawatan sebagian,
dan 5 orang harus diberikan perawatan total. Tingkat pendidikan perawat yaitu SPK
dan DIII Keperawatan. Hari kerja efektif adalah 6 hari perminggu. Berdasarkan
situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawat diruang
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menentukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari,
yaitu :
- Keperawatan langsung :

24
- Keperawatan mandiri 5 orang klien 5 x 2 jam = 10 jam
- Keperawatan sebagian 5 orang klien 5 x 3 jam = 15 jam
- Keperawtan total 5 orang klien 5 x 6 jam = 30 jam
Jumlah 55 jam

- Keperawatan tidak langsung : 15 orang klien x 1 jam = 15 jam


- Penyuluhan kesehatan = 15 orang klien x 0,25 jam = 3,75 Total jam secara
keseluruhan adalah 73,75 jam
2. Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan perklien perhari
adalah 73,75 jam : 15 klien = 4,9 jam
3. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawtan pada ruangan tersebut adalah
langsung dengan menggunkan rumus Gillies diatas, sehingga didapatkan hasil
sebagai berikut :

4,9 jam/klien/ hari 15


365
orang/hari  jam/tah 16, orang
hari
26827, un 17
5
365 hari 128 7 1659 jam/tahun
hari/tahun jam

= 16 + 20% = 16 + 3 = 19 orang

4. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang dibutuhkan perhari, yaitu

rata - rata jam ri 15 orang 4,9


Rata - rata  10,5 orang
rawatan/ha
klien/hari

jumlah jam 7
kerja/hari jam

5. Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan pershift, yaitu dengan


ketentuan menurut Eastler (Swansburg, 1990). Proporsi dinas pagi : 47%, sore :
36%, dan malam : 17%. Maka pada kondisi diatas jumlah tenaga keperawatan
yang dibutuhkan per shift adalah :
- Shift pagi : 5,17 orang ( 5 orag)

- Shift sore : 3,96 orang ( 4 orang)

- Shift malam : 1,87 orang (2 orang)


25
6. Kombinasi jumlah tenaga menurut Intermountain Health Care Inc. adalah:

- 58% = 6,38 (6 orang) S I keperawatan

- 26% = 2,86 (3 orang) D III keperawatan

- 16% = 1,76 (2 orang) SPK


7. Kombinasi menurut Abdellah dan Levinne adalah:

- 55% = 6,05 (6 orang) tenaga professional

- 45% = 4,95 (5 orang) tenaga non professional

e. Cara Swansburg

Jumlah
rata - rata pasien/hari × jumlah perawat/ pasien/hari

Jam kerja/hari

Contoh:
Pada rumah sakit A, jumlah tempat tidur pada unit Bedah 20 buah, rata-rata pasien
perhari 15 orang, jumlah jam perawatan 5 jam/ pasien/ hari, dan jam kerja 7 jam/hari.

Cara menghitung:
15 5
Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah : 10,71 atau 11 orang/24ja
m7

Jumlah shift dalam seminggu: 11 x 7 = 77 shift


Bila jumlah perawat sama setiap hari dengan 6 hari kerja/minggu dan 7 jam/hari maka
jumlah perawat yang dibutuhkan = 77 : 6 = 12,83 atau 13 orang.

f. Metoda Formulasi Nina


Nina (1990) menggunakan lima tahapan dalam menghitung kebutuhan tenaga.
Contoh pengitungannya:
Hasil observasi terhadap RS A yang berkapasitas 300 tempat tidur, didapatkan jumlah
rata-rata klien yang dirawat (BOR) 60 %, sedangkan rata-rata jam perawatan adaalah 4
jam perhari. Berdasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan tenaga
perawat di ruang tersebut adalah sbb:
1. Tahap I
Dihitung A = jumlah jam perawatan klien dalam 24 jam per klien. Dari contoh diatas
A = 4 jam/ hari

2. Tahap II
26
Dihitung B = jumlah rata-erata jam perawatan untuk sekuruh klien dalam satu hari.
B = A x tempat tidur = 4 x 300 = 1200
3. Tahap III
Dihitung C= jumlah jam perawatan seluruh klien selama setahun. C = B x 365 hari =
1200 x 365 = 438000 jam
4. Tahap IV
Dihitung D = jumlah perkiraan realistis jam perawatan yang dibutuhkan selama
setahun.
D = C x BOR / 80 = 438000 x 180/ 80 = 985500
Nilai 180 adalah BOR total dari 300 klien, dimana 60% x 300 = 180. Sedangkan 80
adalah nilai tetap untuk perkiraan realistis jam perawatan.
5. Tahap V
Didapat E = jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan. E = 985500/ 1878 = 524,76
(525 orang)
Angka 1878 didapat dari hari efektif pertahun (365 – 52 hari minggu = 313 hari) dan
dikalikan dengan jam kerja efektif perhari (6 jam)

g. Metoda hasil Lokakarya Keperawatan


Menurut hasil lokakarya keperawatan (Depkes RI 1989), rumusan yang dapat digunakan
untuk perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan adalah sebagai berikut:

Jam perawatan 24 jam 7 (tempat dur + 25%


ti BOR)

Hari kerj efekti 40 jam


a f

Prinsip perhitungan rumus ini adalah sama dengan rumus dari Gillies (1989) diatas,
tetapi ada penambahan pada rumus ini yaitu 25% untuk penyesuaian (sedangkan angka 7
pada rumus tersebut adalah jumlah hari selama satu minggu).

h. Standar Ketenagaan Perawat dan Bidan di Rumah Sakit

Pedoman cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat dan bidan menurut direktorat
pelayanan keperawatan Dirjen Yan-Med Depkes RI (2001) dengan memperhatikan unit
kerja yang ada pada masing-masing rumah sakit. Model pendekatan yang digunakan
adalah sebagai berikut :
1. Rawat inap
Berdasarkan klasifikasi pasien cara perhitungannya berdasarkan :
- Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus

27
- Rata-rata pasien per hari
- Jumlah perawatan yang diperlukan / hari / pasien
- Jam perawatan yang diperlukan/ ruanagan / hari
- Jam kerja efektif tiap perawat atau bidan 7 jam per hari

Contoh perhitungannya:

No Rata-rata Rata-rata jam Jumlah jam


Jenis kategori
. pasien/hari perawatan pasien/hari * perawatan/hari (c x d)
A b c d e
1 Pasien P. dalam 10 3,5 35
2 Pasien bedah 8 4 32
3 Pasien gawat 1 10 10
4 Pasien anak 3 4,5 13,5
5 Pasien kebidanan 1 2,5 2,5
Jumlah 23 93

Keterangan :
* berdasarkan penelitian dari luar negeri
Jadi jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah:
Jumla 93
jam perawatan  13 perawat
h

Jam kerja efektif per shift 7

28
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi)
dengan:
- Hari libur/ cuti/ hari besar (loss day)

(Jumlah
har miggu dalam setahun + + besar)  perawat rsedia
i cuti hari Jumlah te

(52 + 12 +14) 13 Jam hari kerja efektif



3,5
286

- Perawat atau bidan yang mengejakan tugas-tugas non-profesi (non-nursing jobs)


Seperti: membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat
makan pasien, dll. Diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan.
(Jumlah tenaga perawat + loss day) x 25% = (13 + 3,5) x 25% = 4,1
Jadi jumlah tenaga yang diperlukan = tenaga yang tersedia + faktor koreksi
= 13 + 3,5 + 4,1 = 20,6 (dibulatkan menjadi 21 orang perawat/ bidan)

Tingkat ketergantungan pasien


Pasien diklasifikasikan berdasarkan pasda kebutuhan terhadap asuhan keperawatan/
asuhan kebidanan, meliputi:
- Asuhan keperawatan minimal
- Asuhan keperawatan sedang
- Asuhan keperawatan agak berat
- Asuhan keperawatan maksimal

Contoh kasus:
No Rata-rata jumlah Rata-rata jam perawatan Jumlah jam
. Kategori*
pasien/hari pasien/hari ** perawatan/hari (c x d)
a b c d e
1 Askep minimal 7 2,00 14,00
2 Askep sedang 7 3,08 21,56
3 Askep agak berat 11 4,15 45,65
4 Askep maksimal 1 6,16 6,16
Jumlah 26 87,37

Keterangan:
* : uraian ada pada model Gillies di halaman depan
** : berdasarkan penelitian di luar negeri

29
Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah
Jumlah jam perawatan
ruangan/ha ri 87 , 12,5 perawat
37 

Jam kerja efektif perawat 7

30
ditambah (faktor koreksi) dengan :
loss day:

(52 + 12 + 14) 12,5



3,4
286

non-nursing jobs 25%

(Jumlah tenaga perawat + loss day) x 25% = (12,5 + 3,4) x 25% = 3,9
Jadi jumlah tenaga yang diperlukan = tenaga yang tersedia + faktor koreksi
= 12,5 + 3,4 + 3,9 = 19,8 (dibulatkan menjadi 20 orang perawat/ bidan)

2. Jumlah tenaga untuk kamar operasi


Dasar penghitungan tenaga di kamar operasi :
- Jumlah dan jenis operasi
- Jumlah kamar operasi
- Pemakain kamar operasi (diprediksi 6 jam perhari) pada hari kerja
- Tugas perawat di kamar operasi: instrumentator, perawat sirkulasi
(2 orang/tim)

Tingkat ketergantungan pasien:


- Operasi besar: 5 jam/ operasi
- Operasi sedang: 2 jam/ operasi
- Operasi kecil: 1 jam / operasi
(Jumlah jam perawatan/ hari x jumlah operasi) x jumlah perawat dalam tim x 2 jam kerja
efektif/ hari.

Contoh kasus:

Dalam satu rumah sakit terdapat 30 operasi perhari, dengan perincian:


Operasi besar : 6 orang; operasi sedang: 15 orang; operasi kecil: 9 orang

Cara penghitungan:

{(6 5 + (15 2) + (9 1)} 2


jam) +1 cadanga inti)
19,71
(perawat n
7 jam

3. Di Ruang Penerimaan
Ketergantungan pasien di ruang penerimaan : 15 menit
31
Ketergantungan di RR : 1 jam
11,5 30
= 4,92
(dibulatk n 5 orang)
orang a
7

Perhitungan diatas dengan kondisi: alat tenun dan set operasi dipersiapkan oleh
CSSD.

32
4. Jumlah tenaga di Instalasi Gawat Darurat
Dasar perhitungan di gawat darurat adalah:

1. Rata-rata jumlah pasien perhari

2. Jumlah jam perawatan perhari

3. Jam efektif perhari

Contoh kasus:

Rata-rata jumlah pasien perhari = 50


Jumlah jam perawatan perhari = 4 jam
Jam efektif perhari = 7 jam
Jadi kebutuhan tenaga perawat di IGD:

50  4
= 28,6  29 (78 
 loss day  29 +8 = 37 orang
orang
29) orang orang
7
286

5. Critical Care

Rata-rata jumlah pasien perhari = 10


Jumlah jam perawatan perhari = 12
Jadi jumlah kebutuhan tenaga perawat di critical care:

10 x 12 = 17,14 = 17 orang + loss day ( 78 x 17) = 17 + 5 orang = 22 orang

6. Rawat Jalan

Jumlah pasien perhari = 100


Jumlah jam perawatan perhari = 15
Jadi kebutuhan tenaga perawat di rawat jalan:

100 15
=4
+ 15% ( 4 x =4 + 0,6 = 5 orang
orang
koreksi 15%) orang
7
60

33
7. Kamar Bersalin

Waktu yang diperlukan untuk pertolongan persalinan mencakup kala I s.d. kala
IV

= 4 jam/ pasien.

Jam efektif kerja bidan 7 jam/ hari

Rata-rata jumlah pasien setiap hari


= 10 orang Contoh: jumlah bidan
yang diperlukan

34
BAB III

ANALISA

Kasus 1.

Ruang Paviliun mawar merupakan ruang kelas 2 khusus merawat pasien dengan penyakit bedah.
jumlah tempat tidur ada 40 bed 10 kamar. tenaga perawat yang bertugas di ruang tersebut 5 Ners,
10 Amd,Kep. pada ruang tersebut kondisi pasien 50% parsial care, 10% totalcare sisanya
Mandiri.

jawaban :

1. Metode MPKP yang digunakan untuk kasus tersebut ialah Metode Modifikasi Primer.

Yaitu dengan kepala ruangan ialah Ketua Ruangan dari Ners, dan Perawat Associating ( PA)
Dari Amd, Kep. Setiap 1 perawat pelaksana didampingi oleh perawat Associating dengan
bertanggung jawab 7-8 pasien.

Bagan :

Dokter

PP 1 PP 2 PP 3 PP 4 PP 5

PA PA PA PA PA

PA PA PA PA PA

PASIEN PASIEN PASIEN PASIEN PASIEN

35
2. Analisa kasus :

PARTIAL CARE = 50% x 40 = 20 pasien

TOTAL CARE = 10% X 40 = 4 pasien

MANDIRI = 40% x 40 = 16 pasien

.Shift pagi = 16p x 0,17 = 2,72

20p x 0,27 = 5,40

4p x 0,36 = 1,44

Total = 9, 56 = 10 tenaga

.Shift siang = 16p x 0,14 = 2,24

20p x 0,15 = 3,00

4p x 0,3 = 1,20

Total = 6,44 = 6 tenaga

.malam = 16p x 0,07 = 1,12

20p x 0,1 = 2,00

4p x 0,2 = 0,80

Total = 3,92 = 4 tenaga

Menurut kami, sudah sesuai metode MPKP hanya saja kebutuhan tenaganya kurang. Sebaiknya
ditambah tenaga keperawatan agar lebih efisien dan dapat memberikan pelayanan yang lebih
optimal.

36
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses
dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian
asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna
Sitorus & Yuli, 2006).

Model Praktik Keperawatan Profesional memiliki salah satu tujuan yaitu menciptakan
kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan, Model Praktik Keperawatan
Profesional juga memiliki 4 pilar yang terdiri dari : (1) Pendekatan Manajemen
Keperawatan, (2) Sistem Penghargaan, (3) Hubungan Profesional, (4) Manajemen
Asuhan Keperawatan.

Model Praktik Keperawatan Profesional memiliki 4 komponen utama yaitu : (1)


Keterangan keperawatan, (2) Metode Pemberian asuhan keperawatan, (3) Proses
Keperawatan dan (4) Dokumentasi keperawatan serta Model Praktik Keperawatan
Profesional Juga memiliki diagnosa keperawatan yang mencakup mulai dari resiko
prilaku kekerasan hingga gangguan konsep diri (harga diri rendah). Dalam menghitung
jumlah tenaga yang di butuhkan terdapat beberapa cara yaitu rasio, need, demand, gillies,
swansburg dan lain-lain.

B. Saran

Sebagai mahasiswa keperawatan sangat perlu menegtahui motode proses keperawatan


professional (MPKP) dalam pengembangan masa pendidikan sehingga saat di lapangan
MPKP dapat diterapkan dengan baik.

37
DAFTAR PUSTAKA

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Manajemen-dan-
Kepemimpinan-dalam-Keperawatan
Komprehensif.pdf&ved=2ahUKEwjm2I2ptOzoAhULILcAHYy4AtMQFjAAegQIAxAB&us
g=AOvVaw3fqePmipfPsQmCM7kpCcX9

https://www.slideshare.net/mobile/pjj_kemenkes/kb-1-modul-3-mankep

https://id.scribd.com/doc/285892040/makalah-mpkp

https://id.scribd.com/doc/147774394/MPKP

Sitorus,Ratna. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit : Penataan


Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Kreperawatan di Ruang Rawat. Jakarta :
EGC

Swanburg, Russel C. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Perawatan


Klinis. Jakarata: EGC

38

Anda mungkin juga menyukai