Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL (MAKP),

MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DAN SISTEM


PEMBERIAN PELAYANAN KEPERAWATAN PROFESIONAL (SP2KP)

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Manajemen

Disusun Oleh :

ANIS NOVIANA

A11501084

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan Makalah Ini Sebatas
Pengetahuan Dan Kemampuan Yang Dimiliki. Kami sangat berharap makalah ini dapat
berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai “Makalah
Model Asuhan Keperawatan Profesional MAKP”. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan.
Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Kami menyadari tugas kuliah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat diharapkan demi sempurnanya tugas kuliah ini. Harapan penulis
tugas kuliah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Gombong, September 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masyarakat banyak yang menuntut rumah sakit harus dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang terkait dengan kebutuhan pasien harus dapat dilayani oleh
rumah sakit secara mudah, cepat, akurat dan dengan biaya yang terjangkau (Ilyas,
2004). Meningkatnya tuntutan masyarakat disarana kesehatan terutama dirumah
sakit, secara berkesinambungan rumah sakit harus melakukan upaya peningkatan
mutu pemberian pelayanan kesehatan, salah satunya adalah keperawatan dirumah
sakit (Depkes RI). Berdasarkan keputusan menteri kesehatan nomor:
123/Menkes/SK/XI/2005 tentang registrasi dan praktek keperawatan, yang berguna
untuk meningkatkan mutu pelayanan khususnya dibidang asuhan keperawatan maka
dibentuklah satu tim Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP).
Pengembangan dari MPKP (Model Praktik Keperawatan Profesional) ini adalah
SP2KP ( Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional) dan MAKP (Metode
Pemberian Asuhan Keperawatan Profesional).
Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP) adalah suatu
tatalaksana struktur dan proses mandiri yang menjamin partisipasi semua perawat
dalam memutuskan hal-hal yang berkaitan dengan definisi asuhan keperawatan,
pemberian asuhan keperawatan, dan evaluasi dari asuhan keperawatan tersebut
(Hoffart & Woods, 1996 dalam Modul pelatihan SP2KP RSUP dr. M. Djamil, 2012).
Komponen pelaksanaan SP2KP terdiri dari dari aplikasi nilai-nilai profesional dalam
praktik keperawatan, manajemen, dan pemberian asuhan keperawatan dan
pengembangan profesional diri (Kemenkes RI, 2010).
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur,
yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem MAKP.
Dalam menetapkan suatu model, keempat hal tersebut harus menjadi bahan
pertimbangan karena merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
(Rowland dan Rowland, 1997).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dengan melaksanakan program sarjana keperawatan stase manajemen, mahasiswa
mampu meningkatkan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
dibutuhkan bagi perawat untuk menunjang model asuhan keperawatan profesional
(MAKP).
2. Tujuan Khusus
Dengan melaksanakan kegiatan program program sarjana keperawatan pada stase
manajemen, mahasiswa mampu :
a. Untuk mengetahui sistem pemberian asuhan keperawatan Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP).
b. Untuk mengetahui sistem pemberian asuhan keperawatan Model Praktik
Keperawatan Profesional (MPKP).
c. Untuk mengetahui sistem pemberian asuhan keperawatan Sistem Pemberian
Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP)
3. Manfaat
a. Manfaat bagi Penulis
Dengan adanya tugas yang diberikan terkait dengan sistem pemberian asuhan
keperawatan ini diharapkan mahasiswa mengetahui perkembangan dari setiap
sistem baik dari MAKP, MPKP sampai SP2KP.
b. Manfaat bagi Pembaca
Dengan adanya maklah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
sumber pengetahuan bagi pembaca terkait dengan perubahan yang terjadi
dalam sistem asuhan keperawatan.
c. Manfaat bagi Institusi
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat memberikan sumber literasi
bagi institusi untuk meningkatkan pengetahuan bagi mahasiswa kesehatan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)


1. Pengertian
MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang
memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan,
termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan. (Ratna Sitorus & Yuli,
2006). Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah
klien sesuai dengan derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat
sesuai kebutuhan klien menjadi hal penting, karena bila jumlah perawat tidak
sesuai dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat
untuk melakukan tindakan keperawatan.
Selain jumlah, perlu ditetapkan pula jenis tenaga yaitu PP dan PA sehingga peran
dan fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuan dan terdapat
tanggungjawab yang jelas. Pada aspek struktur ditetapkan juga standar renpra,
artinya pada setiap ruang rawat sudah tersedia standar renpra berdasarkan
diagnosa medik dan atau berdasarkan sistem tubuh. Pada aspek proses ditetapkan
penggunaan metode modifikasi keperawatan primer (kombinasi metode tim dan
keperawatan primer).
2. Tujuan MPKP
a) Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
b) Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan
c) Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan
d) Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan
e) Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi
setiap tim keperawatan
3. Pilar – pilar dalam Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP)
Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar
diantaranya adalah :
a. Pilar I : Pendekatan Manajemen (manajemen approach)
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen
sebagai pilar praktik perawatan professional yang pertama.
Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari :
b. Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP
meliputi (perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek
; harian,bulanan,dan tahunan).
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara
matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat
juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus
dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana kegiatan itu
dilakukan.
Jenis-jenis perencanaan terdiri dari :
 Rencana jangka panjang, yang disebut juga perencanaan strategis yang
disusun untuk 3 sampai 10 tahun.
 Rencana jangka menengah dibuat dan berlaku 1 sampai 5 tahun.
 Rencana jangka pendek dibuat 1 jam sampai dengan 1 tahun.
Hierarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi, filosofi,
peraturan, kebijakan, dan prosedur (Marquis & Houston, 1998). Kegiatan
perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi perumusan visi, misi,
filosofi dan kebijakan. Sedangkan untuk jenis perencanaan yang diterapkan
adalah perencanaan jangka pendek yang meliputi rencana kegiatan harian,
bulanan, dan tahunan.
4. Visi di Ruan MPKP
Visi adalah pernyataan singkat yang menyatakan mengapa organisasi itu dibentuk
serta tujuan organisasi tersebut. Visi perlu dirumuskan sebagai landasan
perenanaan organisasi. Contoh visi di ruang MPKP RSMM Bogor adalah
“Mengoptimalkan kemampuan hidup klien gangguan jiwa sesuai dengan
kmampuannya dengan melibatkan keluarga”.
5. Misi di Ruang MPKP
Misi adalah pernyataan yang menjelaskan tujuan organisasi dalam mencapai visi
yang telah ditetapkan.
Contoh misi diruang MPKP RSMM Bogor adalah “Memberikan pelayanan prima
secara holistik meliputi bio, psiko, sosio dan spiritual dengan pendekatan
keilmuan keperawatan kesehatan jiwa yang profesional”.
6. Filosofi di ruang MPKP
Filosofi adalah seperangkat nilai-nilai kegiatan yang menjadi rujukan semua
kegiatan dalam organisasi dan menjadi landasan dan arahan seluruh perencanaan
jangka panjang. Nilai-nilai dalam filosofi dapat lebih dari satu.
Beberapa contoh pernyataan filosofi:
 Individu memiliki harkat dan martabat
 Individu mempunyai tujuan tumbuh dan berkembang
 Setiap individu memiliki potensi berubah
 Setiap orang berfungsi holistik
7. Kebijakan di Ruang MPKP
Kebijakan adalah pernyataan yang meliputi acuan organisasi dalam pengambilan
keputusan
8. Penerapan Manajemen Waktu di MPKP
Dalam MPKP manajemen waktu diterapkan dalam bentuk penerapan rencana
kerja harian yaitu suatu bentuk perencanaan kerja melalui jadual kerja yang
disusun secara berurutan yang disusun sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan.
B. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
1. Pengertian
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur,
yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP.
Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan
menentukan kualitas produksi/jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak
memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang
independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi
kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud.
2. Metode MAKP
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat ditentukan oleh
pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan semakin
meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan
perkembangan iptek, maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus
efektif dan efisien. Ada beberapa metode sistem pemberian asuhan keperawatan
kepada pasien. Mc Laughin, Thomas, dan Barterm (1995) mengidentifikasi
delapan model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum
digunakan di rumah sakit adalah asuhan keperawatan total, keperawatan tim, dan
keperawatan primer. Dari beberapa metode yang ada, institusi pelayanan perlu
mempertimbangkan kesesuaian metode tersebut untuk diterapkan. Terdapat enam
unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan
(Marquis dan Huston, 1998: 143).
a. Sesuai dengan visi dan misi institusi.
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus
didasarkan pada visi dan misi rumah sakit
b. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan asuhan
keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangat
ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.

c. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya.


Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektivitas
dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimana pun baiknya suatu model, tanpa
ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan didapat hasil yang sempurna.
d. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga, dan masyarakat.
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien
terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model yang
baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan
pelanggan.
e. Kepuasan dan kinerja perawat.
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan
kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan
perawat, bukan justru menambah beban kerja dan frustrasi dalam
pelaksanaannya.
f. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan
lainnya.
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab
merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan keperawatan
diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara
perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
Berikut ini merupakan penjabaran secara rinci tentang metode pemberian
asuhan keperawatan profesional. Ada lima metode pemberian asuhan keperawatan
profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam
menghadapi tren pelayanan keperawatan.
a. Fungsional (bukan model MAKP).
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada
saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka
setiap perawat hanya melakukan satu atau dua jenis intervensi keperawatan
saja (misalnya, merawat luka) kepada semua pasien di bangsal.

Kepala Ruang

Perawat: Perawat: Perawat: Kebutuhan


dasar
Pengobatan Merawat instrumen
luka

Pasien/klien

Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional (Marquis dan Huston, 1998:138)


b. MAKP Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2–3 tim/grup yang terdiri atas tenaga
profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling
membantu.
Metode ini biasa digunakan pada pelayanan keperawatan di unit rawat inap,
unit rawat jalan, dan unit gawat darurat.
Konsep metode Tim:
1. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan
2. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin
3. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
4. Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan berhasil bila
didukung oleh kepala ruang.

Tanggung jawab anggota tim:

1. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung


jawabnya;
2. Kerja sama dengan anggota tim dan antartim;
3. Memberikan laporan.

Tanggung jawab ketua tim:

1. Membuat perencanaan;
2. Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi;
3. Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan
pasien;
4. Mengembangkan kemampuan anggota;
5. Menyelenggarakan konferensi

Tanggung jawab kepala ruang:


1. Perencanaan:
 Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-
masing;
 Mengikuti serah terima pasien pada sif sebelumnya;
 Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat,
transisi, dan persiapan pulang, bersama ketua tim;
 Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktivitas dan kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur
penugasan/penjadwalan
 Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan;
 Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan, program
pengobatan, dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien;
 Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk
kegiatan membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan,
membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai
asuhan keperawatan, mengadakan diskusi untuk pemecahan
masalah, serta memberikan informasi kepada pasien atau
keluarga yang baru masuk;
 Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri;
 Membantu membimbing peserta didik keperawatan;
 Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah
sakit.
2. pengorganisasian:
 Merumuskan metode penugasan yang digunakan;
 Merumuskan tujuan metode penugasan;
 Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas;
 Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2 ketua
tim, dan ketua tim membawahi 2–3 perawat;
 Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-
lain;
 Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan,
 Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik;
 Mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak berada di tempat
kepada ketua tim;
 Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien;
 Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya;
 Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
3. pengarahan:
 Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas
dengan baik;
 Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap;
 Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan asuhan keperawatan pada pasien;
 Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan;
 Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya;
 Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
4. Pengawasan
 Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien;
 Melalui supervisi
 pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi,
mengamati sendiri, atau melalui laporan langsung secara
lisan, dan memperbaiki/ mengawasi kelemahan-kelemahan
yang ada saat itu juga;
 pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir
ketua tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan
serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses
keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar
laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas;
 evaluasi;
 mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama
ketua tim;
 audit keperawatan.
c. MAKP Pimer
Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien
masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat,
ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer
ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien
dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi
asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Konsep dasar metode primer:
1. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat;
2. Ada otonomi;
3. Ketertiban pasien dan keluarga.

Tugas perawat primer

1. Mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif;


2. Membuat tujuan dan rencana keperawatan;
3. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas;
4. Mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
disiplin lain maupun perawat lain;
5. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai;
6. Menerima dan menyesuaikan rencana;
7. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang;
8. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial
di masyarakat;
9. Membuat jadwal perjanjian klinis;
10. Mengadakan kunjungan rumah.

Peran kepala ruang/bangsal dalam metode primer:

1. Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer;


2. Orientasi dan merencanakan karyawan baru;
3. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten;
4. Evaluasi kerja;
5. Merencanakan/menyelenggarakan pengembangan staf;
6. Membuat 1–2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang
terjadi.
Ketenagaan metode primer:

1. Setiap perawat primer adalah perawat bed side atau selalu berada dekat
dengan pasien;
2. Beban kasus pasien 4–6 orang untuk satu perawat primer;
3. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal;
4. Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun
nonprofesional sebagai perawat asisten;

d. MAKP Kasus.
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap sif,
dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada
hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu
perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat/pribadi
dalam memberikan asuhan keperawatan khusus seperti kasus isolasi dan
perawatan intensif (intensive care).

e. Modifikasi: MAKP Tim-Primer.


Model MAKP Tim dan Primer digunakan secara kombinasi dari kedua
sistem. Menurut Sitorus (2002) penetapan sistem model MAKP ini didasarkan
pada beberapa alasan berikut:
1. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer
harus mempunyai latar belakang pendidikan S-1 Keperawatan atau setara.
2. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab
asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
3. Melalui kombinasi kedua model tesebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer,
karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan D-3,
bimbingan tentang asuhan keperawatan diberikan oleh perawat
primer/ketua tim.
Model MAKP ini ruangan memerlukan 26 perawat. Dengan menggunakan
model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan empat orang perawat primer
(PP) dengan kualifikasi Ners, di samping seorang kepala ruang rawat yang juga Ners.
Perawat pelaksana (PA) 21 orang, kualifikasi pendidikan perawat pelaksana terdiri
atas lulusan D-3 Keperawatan (tiga orang) dan SPK (18 orang).

3. Sistem Pelayanan Pemberian Asuhan Keperawatan Profesional (SP2KP)


a. Konsep SP2KP
Salah satu upaya dalam peningkatan indikator mutu pelayanan keperawatan
adalah melalui SP2KP. SP2KP merupakan kegiatan pengelolaan asuhan
keperawatan di setiap unit ruang rawat di rumah sakit. Komponennya terdiri dari:
perawat, profil pasien, sistem pemberian asuhan keperawatan, kepemimpinan,
nilai-nilai profesional, fasilitas, sarana prasarana (logistik) serta dokumentasi
asuhan keperawatan.
Pelayanan keperawatan profesional merupakan suatu bentuk pelayanan yang
memberi kesempatan kepada perawat profesional untuk menerapkan otonominya
dalam mendesain, melaksanakan dan mengevaluasi pelayanan/asuhan
keperawatan yang diberikan pada pasien. Pada aspek proses ditetapkan
penggunaan metode modifikasi keperawatan primer (kombinasi metode tim dan
metode keperawatan primer). Penetapan metode ini didasarkan pada beberapa
alasan sebagai berikut :
1) Pada metode keperawatan primer, pemberian asuhan keperawatan dilakukan
secara berkesinambungan sehingga memungkinkan adanya tanggung jawab
dan tanggung gugat yang merupakan esensi dari suatu layanan profesional.
2) Terdapat satu orang perawat professional yang disebut PP, yang bertanggung
jawab dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang diberikan. Pada
MPKP , perawat primer adalah perawat lulusan sarjana keperawatan/Ners.
3) Pada metode keperawataan primer, hubungan professional dapat ditingkatkan
terutama dengan profesi lain.
4) Metode keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena
membutuhkan jumlah tenaga Skp/Ners yang lebih banyak, karena setiap PP
hanya merawat 4-5 klien dan pada metode modifikasi keperawatan primer ,
setiap PP merawat 9-10 klien.
5) Saat ini terdapat beberapa jenis tenaga keperawatan dengan kemampuan yang
berbeda-beda. Kombinasi metode tim dan perawat primer menjadi penting
sehingga perawat dengan kemampuan yang lebih tinggi mampu mengarahkan
dan membimbing perawat lain di bawah tanggung jawabnya.
6) Metode tim tidak digunakan secara murni karena pada metode ini tanggung
jawab terhadap asuhan keperawatan terbagi kepada semua anggota tim,
sehingga sukar menetapkan siapa yang bertanggung jawab dan bertanggung
gugat atas semua asuhan yang diberikan.
b. Komponen SP2KP
Apabila ditinjau dari 5 sub sistem yang diidentifikasi oleh Hoffart & Woods
(1996), terdapat komponen pelayanan keperawatan professional yang diantaranya
yaitu (Kusnanto, 2004) :
1. Nilai-nilai profesional sebagai inti model
Pada model ini, PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga
sejak klien/keluarga masuk ke suatu ruang rawat yang merupakan awal
dari penghargaan atas harkat dan martabat manusia. Hubungan tersebut
akan terus dibina selama klien dirawat di ruang rawat, sehingga
klien/keluarga menjadi partner dalam memberikan asuhan keperawatan.
Pelaksanaan dan evaluasi renpra, PP mempunyai otonomi dan akuntabilitas
untuk mempertanggungjawabkan asuhan yang diberikan termasuk
tindakan yang dilakukan PA di bawah tanggung jawab untuk membina
performa PA agar melakukan tindakan berdasarkan nilai-nilai professional.
2. Pendekatan Manajemen
Model ini memberlakukan manajemen SDM, artinya ada garis komunikasi
yang jelas antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi
tanggung jawab PP. PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan yang
harus dibekali dengan kemampuan manajemen dan kepemimpinan
sehingga PP dapat menjadi manajer yang efektif dan pemimpin yang
efektif.
3. Metode pemberian asuhan keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah modifikasi
keperawatan primer sehingga keputusan tentang renpra ditetapkan oleh PP.
PP akan mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat
modifikasi pada renpra sesuai kebutuhan klien.
4. Hubungan professional
Hubungan professional dilakukan oleh PP dimana PP lebih mengetahui
tentang perkembangan klien sejak awal masuk ke suatu ruang rawat
sehingga mampu member informasi tentang kondisi klien kepada profesi
lain khususnya dokter. Pemberian informasi yang akurat tentang
perkembangan klien akan membantu dalam penetapan rencana tindakan
medik.
5. Sistem kompensasi dan penghargaan
Perawat Pelaksana dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan
untuk asuhan keperawatan yang professional. Kompensasi san
penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan bagian dari asuhan
medis atau kompensasi dan penghargaan berdasarkan prosedur.
Kompensasi berupa jasa dapat diberikan kepada PP dan PA dalam satu tim
yang dapat ditentukan berdasarkan derajat ketergantungan klien. PP dapat
mempelajari secara detail asuhan keperawatan klien tertentu sesuai dengan
gangguan/masalah yang dialami sehingga mengarah pada pendidikan ners
spesialis.
6. Metode modifikasi Perawat Primer-Tim yaitu seorang PP bertanggung
jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan yang diberikan
pada sekelompok pasien mulai dari pasien masuk sampai dengan bantuan
beberapa orang PA. PP dan PA selama kurun waktu tertentu bekerjasama
sebagai suatu tim yang relative tetap baik dari segi kelompok pasien yang
dikelola, maupun orang-orang yang berada dalam satu tim tersebut . Tim
dapat berperan efektif jika didalam tim itu sendiri terjalin kerjasama yang
professional antara PP dan PA. selain itu tentu saja tim tersebut juga harus
mampu membangun kerjasama professional dengan tim kesehatan lainnya.
c. Pemberian Asuhan Keperawatan Berdasarkan SP2KP
SP2KP sebagai sistem pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat, dapat
memungkinkan perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang profesional
bagi pasien. SP2KP ini memiliki sistem pengorganisasian yang baik dimana semua
komponen yang terlibat dalam pelaksanaan asuhan keperawatadiatur secara
profesional (Sitorus & Yulia, 2006).
Praktik keperawatan dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada
klien mengacu pada proses keperawatan itu sendiri yaitu meliputi pengkajian,
diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Dalam hal
pelaksanaan tindakan maupun pendokumentasiannya perawat dituntut untuk
profesional. Asuhan keperawatan merupakan aspek legal bagi seorang
perawat.Aspek legal dikaitkan dengan dokumentasi keperawatan (Dermawan, 2012).
SP2KP merupakan bantuk pengembangan dari MPKP yang lebih profesional dan
lebih baik dalam memberikan tingkat pelayanan asuhan keperawatan terhadap klien.
Didalam SP2KP kita sering mengenal perawat primer (PP) dan perawat associate
(PA). Dalam pengembangan konsep SP2KP, perawat PP bertugas dalam
menjalankan komunikasi dengan tenaga kesehatan lain seperti dokter, ahli gizi,
farkamasi, dll. Dalam hal ini, perawat PP bertugas untuk memberikan hasil
pemeriksaannya berdasarkan hasil pengkajian yang berhubungan dengan perawatan
pasien yang dilaksanakan oleh PA, sehingga dapat membantu dalam memutuskan
tindakan medis selanjutnya.
Dalam melakukan asuhan keperawatan yang professional, diperlukannya
membuat suatu rencana asuhan keperawatan (renpra) untuk membantu
mengidentifikasi dan menyusun strategi terhadap tindakan keperawatan yang akan
dilakukan ke pasien. Selain itu renpra juga memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Pedoman bagi PP-PA dalam melakukan tindakan dan asuhan keperawatan
professional
2. Landasan profesional bahwa asuhan keperawatan diberikan berdasarkan ilmu
pengetahuan
Kerjasama profesional PP-PA, renpra selain berfungsi sebagai penunjuk
perencanaan asuhan yang diberikan juga berfungsi sebagai media komunikasi
PP pada PA. Berdasarkan renpra ini, PP mendelegasikan PA untuk melakukan
sebagian tindakan keperawatan yang telah direncanakan oleh PP. Oleh sebab
itu, sangat sulit untuk tim PP-PA dapat bekerjasama secara efektif jika PP tidak
membuat perencanaan asuhan keperawatan ( renpra ). Hal ini menunjukan
bahwa renpra sesungguhnya dibuat bukan sekedar memenuhi ketentuan-
ketentuan tertentu (biasanya ketentuan dalam menentukan akreditasi rumah
sakit).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelayanan keperawatan merupakan suatu bentuk proses keperawatan yang
didalamnya berisi tentang asuhan kepada pasien. Bentuk pelayanan keperawatan
dapat berupa Model Asuhan keperawatan Profesional, Model Praktik Keperawatan
Profesional dan Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional. Dimana
ketiga bentuk pelayanan tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya .
Sistem Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah suatu
kerangka kerja yang mendefinisikan keempat unsur, yakni: standar, proses
keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem MAKP. Definisi tersebut
berdasarkan prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas produksi atau
jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai tersebut sebagai salah
satu pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan kesehatan atau
keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud.
. SP2KP merupakan pengembangan dari MPKP yang mencakup segala
pemberian asuhan kepada pasien dari mulai direktur rumah sakit sampai dengan
pasien dan keluarga.
Oleh karena itu, peran tenaga kesehatan dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dapat melalui ketiga hal tersebut yaitu Model Asuhan Keperawatan
Profesional, Model Praktik keperawatan Profesional dan Sistem Pemberian Pelayanan
Keperawatan Profesional.
B. Saran
Tenaga kesehatan khususnya perawat ketika bekerja di Rumah Sakit dapat
mengaplikasikan teori yang telah dipaparkan dalam makalah ini guna untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang lebih efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2011. Standar Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Gilles, D.A.1996. Nursing Management. System Approach. Philadelphia: Saunders.

Marquis, B.L., dan C.J. Huston. 2000. Leadership roles and management functions in
nursing. Philadelphia: JB Lippincott.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam praktik keperawatan


Profesional Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam praktik keperawatan
Profesional Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.

Sitorus, R. 2002. “Model Praktek Keperawatan Profesional. Seminar Nasional pada


RAPIM PPNI.” Februari. Malang.
Rowland, H.S., dan B.L. Rowland. 1997. Nursing Adminitration Handbook. Edisi 4.
Maryland: An Aspen Publication.

Anda mungkin juga menyukai