PENDAHULUAN
2.2. Tujuan
1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan
asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan
keperawatan bagi setiap tim keperawatan
2.3. Pilar – pilar dalam Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP)
Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar
diantaranya adalah
1. Pilar I : pendekatan manajemen (manajemen approach)
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan
manajemen sebagai pilar praktik perawatan professional yang pertama.
Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari:
a) Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di
ruang MPKP meliputi (perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan
dan rencana jangka pendek ; harian, bulanan, dan tahunan)
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan
secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang
dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian,
1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana
kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan
itu dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan.
Jenis-jenis perencanaan terdiri dari :
1) Rencana jangka panjang, yang disebut juga perencanaan
strategis yang disusun untuk 3 sampai 10 tahun.
2) Rencana jangka menengah dibuat dan berlaku 1 sampai 5
tahun.
3) Rencana jangka pendek dibuat 1 jam sampai dengan 1
tahun.
Hirarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi,
misi, filosofi, peraturan, kebijakan, dan prosedur (Marquis
& Houston, 1998). Kegiatan perencanaan yang dipakai di
ruang MPKP meliputi perumusan visi, misi, filosofi dan
kebijakan. Sedangkan untuk jenis perencanaan yang
diterapkan adalah perencanaan jangka pendek yang
meliputi rencana kegiatan harian, bulanan, dan tahunan.
A. Visi Di Ruang MPKP
Visi adalah pernyataan singkat yang menyatakan mengapa organisasi
itu dibentuk serta tujuan organisasi tersebut. Visi perlu dirumuskan
sebagai landasan perencanaan organisasi. Contoh visi di Ruang MPKP
RSMM Bogor adalah “Mengoptimalkan kemampuan hidup klien
gangguan jiwa sesuai dengan kemampuannya dengan melibatkan
keluarga.”
B. Misi Di Ruang MPKP
Misi adalah pernyataan yang menjelaskan tujuan organisasi dalam
mencapai visi yang telah ditetapkan.
Contoh misi di Ruang MPKP di RSMM Bogor adalah “Memberikan
pelayanan prima secara holistik meliputi bio, psiko, sosio dan spiritual
dengan pendekatan keilmuan keperawatan kesehatan jiwa yang
professional.”
C. Filosofi Di Ruang MPKP
Filosofi adalah seperangkat nilai-nilai kegiatan yang menjadi rujukan
semua kegiatan dalam organisasi dan menjadi landasan dan arahan
seluruh perencanaan jangka panjang. Nilai-nilai dalam filosofi dapat
lebih dari satu. Beberapa contoh pernyataan filosofi :
Individu memiliki harkat dan martabat
Individu mempunyai tujuan tumbuh dan berkembang
Setiap individu memiliki potensi berubah
Setiap orang berfungsi holistik (berinteraksi dan bereaksi
terhadap lingkungan)
D. Kebijakan Di Ruang MPKP
Kebijakan adalah pernyataan yang menjadi acuan organisasi
dalam pengambilan keputusan.
Contoh kebijakan di ruang MPKP RSMM Bogor:
“Kepala Ruangan MPKP dipilih melalui fit and proper test”
“Staf MPKP bertugas berdasarkan SK”
E. Rencana Jangka Pendek Di Ruang MPKP
Rencana jangka pendek yang diterapkan di ruang MPKP terdiri dari
rencana harian, bulanan dan tahunan.
a) Rencana harian
Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
perawat sesuai dengan perannya masing-masing, yang dibuat
pada setiap shift. Isi kegiatan disesuaikan dengan peran dan
fungsi perawat. Rencana harian dibuat sebelum operan dilakukan
dan dilengkapi pada saat operan dan pre conference.
1. Rencana Harian Kepala Ruangan
Isi rencana harian Kepala Ruangan meliputi :
Asuhan keperawatan
Supervisi Katim dan Perawat pelaksana
Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama
dengan unit lain yang terkait
Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
Operan
Pre conference dan Post conference
Mengecek SDM dan sarana prasarana
Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien
yang memerlukan perhatian khusus
Melakukan supervisi pada ketua tim/perawat
pelaksana
Hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat
terstruktur/insidentil
Mengecek ulang keadaan pasien, perawat,
lingkungan yang belum teratasi.
Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan
keperawatan untuk sore, malam, dan besok sesuai
tingkat ketergantungan pasien.
2. Rencana Harian Ketua Tim
Isi rencana harian Ketua Tim adalah:
Penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien pada
tim yang menjadi tanggung jawabnya.
Melakukan supervisi perawat pelaksana.
Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain.
Alokasi pasien sesuai perawat yang dinas.
Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
Operan
Pre conference dan Post conference
Merencanakan asuhan keperawatan
Melakukan supervisi perawat pelaksana.
Menulis dokumentasi
Memeriksa kelengkapan dokumentasi askep
Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas
3. Rencana Harian Perawat Pelaksana
Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan
keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift
dinasnya. Rencana harian perawat pelaksana shift sore dan
malam agak berbeda jika hanya satu orang dalam satu tim
maka perawat tersebut berperan sebagai ketua tim dan
perawat pelaksana sehingga tidak ada kegiatan pre dan post
conference.
Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
Operan
Pre conference dan Post conference
Mendokumentasikan askep
4. Penilaian Rencana Harian Perawat
Untuk menilai keberhasilan dari perencanaan harian
dilakukan melalui observasi menggunakan instrumen jurnal
rencana harian. Setiap Ketua Tim mempunyai instrumen
dan mengisinya setiap hari. Pada akhir bulan dapat dihitung
presentasi pembuatan rencana harian masing-masing
perawat.
Presentasi RH = Jumlah RH yg dibuat x 100%
Jumlah hari dinas pd bulan tersebut
b) Rencana bulanan
1. Recana bulanan karu
Setiap akhir bulan Kepala Ruangan melakukan evaluasi
hasil keempat pilar atau nilai MPKP dan berdasarkan hasil
evaluasi tersebut kepala ruangan akan membuat rencana
tindak lanjut dalam rangka peningkatan kualitas hasil.
Kegiatan yang mencakup rencana bulanan karu adalah:
Membuat jadual dan memimpin case conference
Membuat jadual dan memimpin pendidikan
kesehatan kelompok keluarga
Membuat jadual dinas
Membuat jadual dan memimpin rapat bulanan
perawat
Membuat jadual dan memimpin rapat tim kesehatan
Membuat jadual supervisi dan penilaian kinerja ketua
tim dan perawat pelaksana
Melakukan audit dokumentasi
Membuat laporan bulanan
2. Rencana bulanan ketua Tim
Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi tentang
keberhasilan kegiatan yang dilakukan ditimnya. Kegiatan-
kegiatan yang mencakup rencana bulanan katim adalah:
Mempresentasikan kasus dalam case conference
Meminpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
Melakukan supervisi perawat pelaksana.
c) Rencana tahunan
Setiap akhir tahun Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil
kegiatan dalam satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana
tindak lanjut serta penyusunan rencana tahunan berikutnya.
Rencana kegiatan tahunan mencakup:
Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja
MPKP baik proses kegiatan (aktifitas yang sudah
dilaksanakan dari 4 pilar praktek professional) serta
evaluasi mutu pelayanan.
Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota
masing-masing tim.
Penyegaran terkait materi MPKP khusus kegiatan yang
masih rendah pencapaiannya. Ini bertujuan
mempertahankan kinerja yang telah dicapai MPKP bahkan
meningkatkannya dimasa mendatang.
Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi
peningkatan jenjang karier perawat (pelaksana menjadi
katim, katim menjadi karu), rekomendasi untuk
melanjutkan pendidikan formal, membuat jadual untuk
mengikuti pelatihan-pelatihan.
b. Pengorganisasian
Dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar
alokasi pasien. Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas
untuk mencapai tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga
keperawatan, menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas
yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang bertanggung
jawab untuk mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian
kegiatan dan tenaga perawat di ruang MPKP menggunakan
pendekatan sistem penugasan modifikasi Keperawatan Tim-
Primer. Secara vertikal ada kepala ruangan, ketua tim, dan
perawat pelaksana. Setiap tim bertanggung jawab terhadap
sejumlah pasien.
Pengorganisasian di ruang MPKP terdiri dari:
1. Struktur organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen
dalam suatu organisasi (Sutopo, 2000). Pada pengertian
struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja
dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan
yang berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan.
Struktur organiosasi juga menunjukkan spesialisasi
pekerjaan. Struktur organisasi Ruang MPKP menggunakan
sistem penugasan Tim-primer keperawatan. Ruang MPKP
dipimpin oleh Kepala Ruangan yang membawahi dua atau
lebih Ketua Tim. Ketua Tim berperan sebagai perawat
primer membawahi beberapa Perawat Pelaksana yang
memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh
kepada sekelompok pasien.
Mekanisme Pelaksanaan Pengorganisasian di Ruang
MPKP
a) Kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi
2 Tim dan tiap Tim diketuai masing-masing oleh
seorang ketua Tim yang terpilih.
b) Kepala ruangan bekerja sama dengan ketua Tim
mengatur jadual dinas (pagi, sore, malam)
c) Kepala Ruangan membagi pasien untuk masing-
masing Tim.
d) Apabila suatu ketika satu Tim kekurangan Perawat
Pelaksana karena kondisi tertentu. Kepala Ruangan
dapat memindahkan Perawat Pelaksana dari Tim ke
Tim yang mengalami kekurangan anggota.
e) Kepala ruangan menunjuk penanggung jawab shift
sore, malam, dan shift pagi apabila karena sesuatu hal
kepala ruangan sedang tidak bertugas. Untuk itu yang
dipilih adalah perawat yang paling kompeten dari
perawat yang ada. Sebagai pengganti Kepala
Ruangan adalah Ketua Tim, sedangkan jika Ketua
Tim berhalangan, tugasnya digantikan oleh anggota
Tim (perawat pelaksana) yang paling kompeten di
antara anggota tim.
f) Ketua Tim menetapkan perawat pelaksana untuk
masing-masing pasien.
g) Ketua mengendalikan asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien baik yang diterapkan oleh
dirinya maupun oleh Perawat Pelaksana anggota
Timnya.
h) Kolaborasi dengan Tim Kesehatan lain dilakukan
oleh Ketua Tim. Bila Ketua Tim karena suatu hal
tidak sedang bertugas maka tanggung jawabnya
didelegasikan kepada perawat paling kompeten yang
ada di dalam Tim.
i) Masing-masing Tim memiliki buku Komunikasi.
j) Perawat pelaksana melaksanakan asuhan
keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung
jawabnya.
Daftar Dinas Ruangan
Daftar yang berisi jadual dinas, perawat yang bertugas,
penanggung jawab dinas/shift Daftar dinas disusun
berdasarkan Tim, dibuat dalam 1 minggu sehingga perawat
sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk
melakukan dinas. Pembuatan jadual dinas perawat
dilakukan oleh kepala ruangan pada hari terakhir minggu
tersebut untuk jadual dinas pada minggu yang selanjutnya
bekerjasama dengan Ketua Tim. Setiap Tim mempunyai
anggota yang berdinas pada pagi, sore, dan malam, dan
yang lepas dari dinas (libur) terutama yang telah berdinas
pada malam hari.
Daftar Pasien
Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama
dokter, nama perawat dalam tim, penanggung jawab pasien,
dan alokasi perawat saat menjalankan dinas di tiap shift.
Daftar pasien adalah daftar sejumlah pasien yang menjadi
tanggung jawab tiap Tim selama 24 jam. Setiap pasien
mempunyai perawat yang bertanggung jawab secara total
selama dirawat dan juga setiap shift dinas. Dalam daftar
pasien tidak perlu mencantumkan diagnosa dan alamat agar
kerahasiaan pasien terjaga. Daftar pasien dapat juga
menggambarkan tanggung jawab dan tanggung gugat
perawat atas asuhan keperawatan pasien sehingga
terwujudlah keperawatan pasien yang holistik. Daftar
pasien juga memberi informasi bagi kolega kesehatan lain
keluarga untuk berkolaborasi tentang perkembangan dan
keperawatan pasien. Daftar pasien di Ruangan diisi oleh
ketua Tim sebelum operan dengan dinas berikutnya dan
dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan. Alokasi pasien
terhadap perawat yang dinas pagi, sore atau malam
dilakukan oleh ketua Tim berdasarkan jadual dinas.
Kegiatan ini dilakukan sebelum operan dari dinas pagi ke
dinas sore.
c. Pengarahan
Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan
iklim motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif yang
mencangkup pre dan post conference, dan manajemen konflik
Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan dalam
rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Istilah lain yang digunakan sebagai padanan pengarahan adalah
pengkoordinasian, pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada
akhirnya yang bermuara pada ”melaksanakan” kegiatan yang telah
direncanakan sebelumnya (Marquis & Houston, 1998).
Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang
mampu kelola, jika perlu dilakukan pendelegasian. Untuk
memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh staf, seorang manajer
harus melakukan upaya-upaya (Marquis & Houston, 1998) sebagai
berikut:
- Menciptakan iklim motivasi
- Mengelola waktu secara efisien
- Mendemonstarikan keterampilan komunikasi yang terbaik
- Mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi
- Melaksanakan sistem pendelegasian dan supervisi
- Negosiasi
Di ruangan MPKP pengarahan diterapkan dalam bentuk kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
- Menciptakan budaya motivasi
- Manajemen waktu: Rencana Harian
- Komunikasi efektif melalui kegiatan:
- Operan antar shift
- Pre conference tim
- Post conference tim
- Manajemen konflik
- Pendelegasian dan supervisi
4. Supervisi
a. Pengertian
Supervisi atau pengawasan adalah proses memastikan kegiatan
dilaksanakan sesuai dengan tujuan organisasi dengan cara melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. Supervisi
dilakukan untuk memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.
Supervisi dilaksanakan oleh orang yang memiliki kemempuan yang
mumpuni dalam bidang yang disupervisi. Dalam struktur organisisi,
supervisi biasanya dilakukan oleh atasan terhadap bawahan atau
konsultan terhadap pelaksana. Dengan supervisi diharapkan kegiatan
yang dilakukan sesuai dengan tujuan organisasi, tidak menyimpang dan
menghasilkan keluaran (produk) seperti yang diinginkan.
Supervisi tidak diartikan sebagai pemeriksaan atau mencari kesalahan,
tetapi lebih kepada pengawasan partisipatif yaitu dalam proses
pengawasan dihargai dahulu pencapaian atau hal positif yang dilakukan
dan memberikan jalan keluar untuk hal yang masih kurang agar
meningkat. Dengan demikian bawahan tidak merasakan bahwa ia
sekedar dinilai akan tetapi dibimbing untuk melakukan pekerjaannya
secara benar.
b. Penerapan Supervisi di MPKP
Di MPKP kegiatan supervisi dilaksanakan secara optimal untuk
menjamin kegiatan pelayanan di MPKP sesuai dengan standar mutu
professional yang telah ditetapkan. Supervisi dilakukan oleh perawat
yang memiliki kompetensi baik dalam manajemen maupun asuhan
keperawatan serta menguasai pilar-pilar professional yang diterapkan
di MPKP. Untuk itu pengawasan berjenjang dilakukan sebagai berikut
:
- Kepala Seksi Keperawatan atau Konsultan melakukan pengawasan
terhadap Kepala Ruangan.
- Kepala Ruangan Keperawatan melakukan pengawasan terhadap Ketua
Tim dan Perawat Pelaksana.
- Ketua Tim melakukan pengawasan terhadap Perawat Pelaksana.
Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas dari
masing-masing staf perawat yang disupervisi. Untuk Kepala Ruangan
materi supervisi adalah kemampuan manajerial dan kemampuan dalam
asuhan keperawatan. Ketua Tim disupervisi terkait dengan kemampuan
pengelolaan di timnya dan kemampuan asuhan keperawatan.
Sedangkan perawat pelaksana disupervisi terkait dengan kemampuan
asuahan keperawatan yang dilaksanakan.
Agar supervisi dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi momok
bagi staf maka disusun standar penampilan yang diharapkan dari
masing-masing staf yang sudah dipahami oleh staf dan jadwal
supervisi.
5. Komunikasi efektif
a. Pengertian
Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen
khususnya pengarahan. Setiap orang berkomunikasi dalam suatu
organisasi. Komunikasi yang kurang baik dapat mengganggu
kelancaran organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Komunikasi
adalah proses tukar menukar pikiran, perasaan, pendapat dan saran yang
terjadi antara 2 orang atau lebih yang bekerjasama.
6. Manajemen konflik
a. Pengertian
Konflik adalah perbedaan pandangan atau ide antara satu orang dengan
orang yang lain. Dalam organisasi yang dibentuk dari sekumpulan
orang yang memiliki latar belakang yang berbeda konflik mudah
terjadi. Demikian juga di ruang MPKP konflik pun bisa terjadi. Untuk
mengantisipasi terjadinya konflik maka perlu dibudayakan upaya-
upaya mengantisipasi konflik dan mengatasi konflik sedini mungkin di
ruang MPKP.
b. Cara-cara penanganan konflik ada beberapa macam, meliputi :
- Bersaing
Mengatasi konflik dengan bersaing adalah penanganan konflik dimana
seseorang atau satu kelompok berupaya memuaskan kepentingannya
sendiri tanpa mempedulikan dampaknya pada orang lain atau kelompok
lain. Cara inbi kurang sehat bila diterapkan karena bisa menimbulkan
potensi konflik yang lebih besar terutama pada pihak yang merasa
dikalahkan. Untuk itu organisasi sebaiknya menghindari metode
penyelesaian konflik jenis ini.
- Berkolaborasi
Berkolaborasi adalah upaya yang ditempuh untuk memuaskan kedua
belah pihak yang sedang berkonflik. Cara ini adalah salah satu bentuk
kerjasama. Berbagai pihak yang terlibat konflik didorong
menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dengan jalan mencari dan
menemukan persamaan kepentingan dan bukan perbedaan. Situasi yang
diinginkan adalah tidak ada satu pihakpun yang dirugikan. Istilah lain
cara penyelesaian konflik ini disebut juga win-win solution.
- Menghindar
Menghindar adalah cara menyelesaikan konflik dimana pihak yang
sedang berkonflik mengakui adanya konflik dalam interaksinya dengan
orang lain tetapi menarik diri atau menekan konflik tersebut (seakan-
akan tidak ada konflik atau masalah). Cara ini tidak dianjurkan dalam
upaya penyelesaian konflik karena masalah mendasar tidak
diselesaikan, penyelasaian yang terjadi adalah penyelesaian semu.
Untuk itu tidak dianjurkan organisasi untuk menggunakan metode ini.
- Mengakomodasi
Akomodasi adalah upaya menyelesaikan konflik dengan cara salah satu
pihak yang berkonflik menempatkan kepentingan pihak lain yang
berkonflik dengan dirinya lebih tinggi. Salah satu pihak yang berkonflik
mengalah kepada pihak yang lain. Ini suatu upaya lose – win solution.
Upaya penyelesaian konflik dengan akomodasi sebaiknya juga tidak
digunakan terlalu sering karena kepuasan tidak terjadi secara penuh dan
bisa menimbulkan potensi konflik di masa mendatang.
- Berkompromi
Kompromi adalah cara penyelesaian konflik di mana semua pihak yang
berkonflik mengorbankan kepentingannya demi terjalinnya
keharmonisan hubungan dua belah pihak tersebut. Dalam upaya ini
tidak ada salah satu pihak yang menang atau kalah. Ini adalah lose-lose
solution di mana masing-masing pihak akan mengorbankan
kepentingannya agar hubungan yang dijalin tetap harmonis.
d. Pengendalian.
Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau pengontrolan.
Fayol mendefinisikan kontrol sebagai ”Pemeriksaan apakah segala
sesuatunya terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati,
instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditentukan, yang
bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat
diperbaiki dan tidak terjadi lagi”. Pengontrolan penting dilakukan untuk
mengetahui fakta yang ada, sehingga jika muncul isue dapat segera
direspon dengan cara duduk bersama.
Pengendalian adalah upaya mempertahankan kualitas, mutu atau
standar. Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar
memenuhi keinginan (standar) yang telah ditetapkan. Pengendalian
difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan
pada output (hasil) yaitu kepuasan pelanggan (pasien), keluarga,
perawat dan dokter. Indikator mutu yang merupakan output adalah
BOR, ALOS, TOI, audit dokumen keperawatan. Survei masalah
keperawatan diperlukan untuk rencana yang akan datang.
Kepala Ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan tentang
semua kegiatan yang dilakukan terkait dengan MPKP. Data tentang
indikator mutu dapat bekerja sama dengan tim rumah sakit atau ruangan
membuat sendiri.
Jadi pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa
aktifitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan
berfungsi untuk menjamin kualitas serta pengevaluasian penampilan,
langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
pengendalian/pengontrolan meliputi :
- Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja
- Melakukan pengukuran prestasi kerja
- Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
- Mengambil tindakan korektif
Peralatan atau instrumen dipilih untuk mengumpulkan bukti dan untuk
menunjukkan standar yang telah ditetapkan atau tersedia. Audit
merupakan penilaian pekerjaan yang telah dilakukan. Terdapat tiga
kategori audit keperawatan yaitu :
- Audit struktur
Audit Struktur berfokus pada sumber daya manusia; lingkungan
perawatan, termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi, kebijakan,
prosedur, standar, SOP dan rekam medik; pelanggan.
- Audit proses
Audit Proses merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan
keperawatan untuk menentukan apakah standar keperawatan tercapai.
Pemeriksaan dapat bersifat retropektif, concurrent, atau peer review.
Retropektif adalah audit dengan menelaah dokumen pelaksanaan
asuhan keperawatan melalui pemeriksaan dokumentasi asuhan
keperawatan. Concurrent adalah mengobservasi saat kegiatan
keperawatan sedang berlangsung. Peer review adalah umpan balik
sesama anggota tim terhadap pelaksanaan kegiatan.
- Audit hasil
Audit hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien,
kondisi SDM, dan indikator mutu.
x 100%
Jumlah TT x Jumlah hari persatuan waktu
Catatan :
- Jumlah hari perawatan adalah hasil penjumlahan lama hari rawat
pasien yang keluar hidup atau mati dalam satu periode waktu
- Jumlah hari per satuan waktu adalah jumlah hari dalam satu periode
waktu
2. Penghitungan Rata-rata Lama Rawat (ALOS)
Average Length of Stay (ALOS) adalah rata-rata lama rawat seorang
pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi,
juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan
pada diagnosa tertentu yang dijadikan tracer (yang perlu pengamatan
lebih lanjut). Secara umum ALOS yang ideal adalah 6 – 9 hari.
Di MPKP pengukuran ALOS dilakukan oleh kepala ruangan yang
dibuat setiap bulan dengan rumus sbb:
ALOS= Jumlah hari perawatan pasien keluar
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Catatan :
- Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawatan
pasien keluar hidup atau mati dalam satu periode waktu.
- Jumlah pasien keluar (hidup atau mati): jumlah pasien yang pulang
atau meninggal dalam satu periode waktu.
c. Survey Kepuasan
Menurut Philip Kotler, Survey kepuasan pelanggan adalah tingkat
keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari
membandingkan penampilan atau outcome produk yang dirasakan
dalam hubungannya dengan harapan seseorang
Survey kepuasan yang akan dilakukan di ruang MPKP adalah kepuasan
pasien, keluarga, perawat dan tenaga kesehatan lain.
Di MPKP survey kepuasan pasien dilakukan setiap pasien pulang,
diberikan saat selesai menyelesaikan administrasi atau saat
mempersiapkan pulang dengan cara pasien dan keluarga mengisi
angket yang disediakan. Survey kepuasan dilakukan 6 bulan sekali.
b. Compensatory reward
1. Melakukan orientasi kepada perawat baru
2. Menilai kinerja Perawat Pelaksana
c. Hubungan Professional
1. Memimpin konfrensi kasus
2. Mengikuti visit dokter
d. Asuhan keperawatan
1. Menguasai asuhan keperawatan pada pasien sesuai
masalah keperawatan yang ada
3. Perawat Pelaksana
a. Membuat rencana jangka pendek (rencana harian) tindakan
keperawatan yang ditugaskan oleh perawat primer
b. Melaksanakan tindakan keperawatan
c. Melakukan evaluasi serta dokumentasi keperawatan
d. Mengikuti ronde keperawatan, konferensi kasus, dan pre dan
post conference.
e. Melakukan kerja sama dengan perawat pelaksana lain
dibawah timnya. Selama masa orientasi, dilakukan evaluasi
atau penilaian terhadap kinerja perawat dalam melaksanakan
budaya MPKP. Selanjutnya bagi perawat yang telah menjalani
masa orientasi dilakukan penentuan apakah perawat tersebut
diterima atau tidak di ruang MPKP. Penentuan dilakukan oleh
pimpinan keperawatan dan fasilitator (konsultan).
d. Penilaian kinerja
Penilaian kinerja di ruang MPKP ditujukan pada kepala ruangan,
perawat primer dan perawat asosiet. Kemampuan tiap SDM dievaluasi
dengan menggunakan supervisi baik secara langsung (observasi)
maupun tidak langsung (melalui dokumentasi). Kinerja kepala ruangan
disupervisi/ dievaluasi oleh kepala bidang perawatan dan
fasilitator/konsultan; kinerja perawat primer disupervisi/ dievaluasi
oleh kepala bidang perawatan, fasilitator/konsultan dan kepala ruangan;
kinerja perawat pelaksana disupervisi/ dievaluasi oleh kepala ruangan
dan perawat primer. Kepala Bidang Perawatan bertanggung jawab
mengobservasi dan menilai keberlllangsungan seluruh aktivitas di
ruang MPKP. Dalam supervisinya didampingi oleh fasilitator atau
konsultan.
D. KOMPONEN-KOPMPONEN MPKP
Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan professional,
yaitu sebagai berikut :
1. Ketenagaan Keperawatan
2. Metoda pemberian asuhan keperawatan
3. Proses Keperawatan
4. Dokumentasi Keperawatan
1. Ketenagaan Keperawatan
Menurut Douglas (1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga
yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan
pasien.
Menurut Loveridge & Cummings (1996) klasifikasi derajat ketergantungan
pasien dibagi 3 kategori, yaitu :
1. Perawatan minimal : memerlukan waktu 1 – 2 jam/24 jam yang terdiri
atas :
a. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
b. Makan dan minum dilakukan sendiri
c. Ambulasi dengan pengawasan
d. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.
e. Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
f. Persiapan prosedur memerlukan pengobatan.
2. Perawatan intermediet : memerlukan waktu 3 – 4 jam/24 jam yang
terdiri atas :
a. Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
b. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
c. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
d. Voley kateter/intake output dicatat
e. Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan,
memerlukan prosedur
3. Perawatan maksimal/total : memerlukan waktu 5 – 6 jam/24 jam :
a. Segala diberikan/dibantu
b. Posisi yag diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
c. Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena
d. Pemakaian suction
e. Gelisah/disorientasi
Menurut Douglas (1984) ada beberapa kriteria jumlah perawat yang dibutuhkan
perpasien untuk dinas pagi, sore dan malam.
Waktu Pagi Sore Malam
Klasifikasi
Minimal 0,17 0,14 0,10
Partial 0,27 0,15 0,07
Total 0,36 0,30 0,20
Sebagai contoh :
Ruang perawatan bedah terdapat 30 pasien, yang terdiri dari 10 pasien minimal, 15
pasien partial, dan 5 pasien total. Maka jumlah perawat yang diperlukan untuk jaga
pagi adalah :
10 x 0,17 = 1,7
15 x 0,27 = 4,05
5 x 0,36 = 1,8
--------------------
Jumlah = 7,55 dan dibulatkan menjadi 8 orang perawat yang dibutuhkan untuk
dinas pagi.
Untuk mengetahui kebutuhan aktual tenaga keperawatan diruang perawatan
sebaiknya dilakukan setiap hari selama minimal 22 hari, dan dalam waktu yang
sama.
Misalnya rata-rata perawat yang diperlukan di Ruang Bedah menurut perhitungan
Douglas adalah 10 orang perawat, maka jumlah yang diperlukan pada ruang
tersebut adalah :
a. Perawat shift : 10 orang
b. Libur cuti : 5 orang
c. Ketua tim : 3 orang
d. Kepala Ruangan : 1 orang
Jumlah = 19 orang
Terdapat pula cara lain dalam perhitungan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan
yang diperlukan yaitu dengan menggunakan rumus yang dikembangkan Arndt dan
huckabay, 1975 (Gillies, 1994) yang selanjutnya secara populer disebut Formula
Gillies, yaitu dengan komponen yang dipertimbangkan dalam perhitungan :
a. Penentuan Rata-rata jam perawatan yang diperlukan pasien
setiap hari
b. Rata-rata sensus harian pasien.
c. jumlah hari/tahun = 365 hari
d. Rata-rata hari libur perawat setiap tahun = 140 hari.
e. Jumlah jam kerja perawat setiap hari
f. Jam perawatan yang dibutuhkan pertahun
g. Jam perawatan yang diberikan oleh masing-masing perawat
pertahun
h. Jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang rawat.
Rumus :
AXBXC F
------------- = ----- = H.
(C-D) E G
Contoh :
A=4
B = 20
E=8
4 x 20 x 365 29.200
--------------- = ---------- = 16.20 dibulatkan 16 Perawat shift (pagi, sore, malam)
(365 – 140) 8 1800
Contoh :
Berdasarkan soal pada klasifikasi tingkat ketergantungan pasien pada Ruang Rawat
yaitu terdapat 30 orang pasien, yang terdiri dari 10 minimal care, 15 partial care dan
5 total care. Maka jumlah rata-rata jam perawatan adalah :
Keuntungan :
a. Menyelesaikan banyak pekerjaaan dalam waktu singkat.
b. Tepat metoda ini bila ruang rawat memiliki keterbatasan/kurang
tenaga keperawatan professional.
c. Perawat lebih terampil, karena orientasi pada tindakan langsung
dan selalu berulang-ulang dikerjakan.
Kerugian :
h. Memilah-milah asuhan keperawatan oleh masing-masing
perawat.
i. Menurunkan tanggung gugat dan tanggung jawab.
j. Hubungan perawat-pasien sulit terbentuk.
k. Pelayanan tidak professional.
l. Pekerjaan monoton, kurang tantangan.
Keuntungan :
i. Melibatkan semua anggota tim dalam asuhan keperawatan
pasien.
j. Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapaty
dipertanggung jawabkan.
k. Membutuhkan biaya lebih sedikit/murah, dibanding sistem
penugasan lain.
l. Pelayanan yang diperoleh pasien adalah bentuk pelayanan
professional.
Kerugian :
m. Dapat menimbulkan pragmentasi dalam keperawatan.
n. Sulit untuk menentukan kapan dapat diadakan
pertemuan/konferensi, karena anggotanya terbagi-bagi dalam
shift.
o. Ketua tim lebih bertanggung jawab dan memiliki otoritas,
dibandingkan dengan anggota tim.
Keuntungan :
a. Otonomi perawat meningkat, karena motivasi, tanggung jawab
dan tanggung gugat meningkat.
b. Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
c. Meningkatnya hubungan antara perawat dan pasien.
d. Terciptanya kolaborasi yang baik.
e. Membebaskan perawat dari tugas-tugas yang bersifat perbantuan.
f. Metoda ini mendukung pelayanan professional.
g. Penguasaan pasien oleh seorang perawat primer.
Kerugian :
a. Ruangan tidak memerlukan bahwa semua perawat pelaksana
harus perawat professional.
b. Biaya yang diperlukan banyak.
3. Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan
perawat dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap. Kebutuhan dan masalah
pasien merupakan titik sentral dalam pengambilan keputusan. Pendekatan ilmiah
yang fragmatis dalam pengambilan keputusan adalah :
1. Identifikasi masalah
2. menyusun alternatif penyelesaikan masalah
3. pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan
melaksanakannya
4. evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah.
4. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan
keperawatan, karena melalui pendokumentasian yang baik, maka informasi
mengenai keadaan Kesehatan pasien dapat diketahui secara berkesinambungan.
Disamping itu, dokumentasi merupakan dokumen legal tentang pemberian asuhan
keperawatan. Secara lebih spesifik, dokumentasi berfungsi sebagai sarana
komunikasi antar profesi Kesehatan, sumber data untuk pemberian asuhan
keperawatan, sumber data untuk penelitian, sebagai bahan bukti pertanggung
jawaban dan pertanggung gugatan asuhan keperawatan.
Dokumen dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien. Dokumentasi
berdasarkan masalah terdiri dari format pengkajian, rencana keperawatan, catatan
tindakan keperawatan, dan catatan perkembangan pasien.
Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah sakit, Hoffart &
Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima komponen yaitu nilai – nilai
professional yang merupakan inti MPKP, hubungan antar professional, metode
pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam perubahan
pengambilan keputusan serta sistem kompensasi dan penghargaan.
Lima subsistem dalam pengembangan MPKP adalah sebagai berikut :
3.2 Saran
Saat ini, praktik pelayanan keperawatan di banyak rumah sakit di
Indonesia belum mencerminkan praktik pelayanan profesional. Metoda
pemberian asuhan keperawatan yang dilaksanakan belum sepenuhnya
berorientasi pada upaya pemenuhan kebutuhan klien, melainkan lebih
berorientasi pada pelaksanaan tugas. Pilar-pilar profesional diaplikasikan
dalam bentuk aktivitas-aktivitas pelayanan profesional yang terdiri dari pilar
manajemen keperawatan, compensatory reward, profsional relationship, dan
pasien care delivery, yang kesemua pilar ini memiliki kegiatan dasar MPKP
dengan model MPKP yang berbeda. Namun pada buku saku ini penulis
hanya memaparkan satu pilar saja yaitu pilar manajemen keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Anna budi (2007). Model praktek keperawatan profesional jiwa. Jakarta: EGC