Anda di halaman 1dari 16

1.

Pengertian MPKP
Pendekatan manajemen merupakan salah satu nilai profesional yang diperlukan dalam
mengimplementasikan praktek keperawatan profesional. Pendekatan manajemen merupakan
salah satu nilai profesional yang diperlukan dalam mengimplementasikan praktek
keperawatan profesional.Menurut Gillies (1986), manajeme didefinisikan sebagai suatu
proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, sedangkan manajemen
keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staff keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan secara professional. Seorang manajer keperawatan perlu
melakukan fungsi-fungsi manajemen dalain memberikan perawatan kesehatan kepada klien.
MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk
lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut. Saat ini, praktik pelayanan
keperawatan banyak rumah sakit di Indonesia belum mencerminkan praktik pelayanan
profesional. Metoda pemberian asuhan keperawatan yang dilaksanakan belum sepenuhnya
berorientasi pada upaya pemenuhan kebutuhan klien, melainkan lebih berorientasi pada
pelaksanaan tugas.
Bentuk pelayanan yang diterapkan adalah pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat
(Community Mental Health Nursing (CMHN)). Pelayanan kesehatan jiwa masyarakat
diberikan oleh perawat puskesmas yang dilatih BC-CMHN (Basic Course of Community
Mental Health Nursing). CHMN adalah perawatan kesehatan jiwa atau upaya memajukan
pelayanan kesehatan jiwa dengan tujuan pasien yang tidak tertangani di masyarakat akan
mendapat pelayanan lebih baik. Keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah pelayanan
keperawatan yang komprehensif , holistik, dan paripurna yang berfokus pada masyarakat
yang sehat jiwa , rentan terhadap stress (resiko gangguan jiwa) dan dalam tahap pemulihan
serta pencegahan kekambuhan (gangguan jiwa).
2. Tujuan MPKP
 Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
 Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan
oleh tim keperawatan.
 Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
 Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
 Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap tim
keperawatan
3. Model MPKP jiwa

Pelayanan prima keperawatan dikembangkan dalam bentuk model praktek keperawatan


profesional (MPKP), yang pada awalnya dikembangkan oleh Sudarsono (2000) di Rumah Sakit
Ciptomangunkusumo dan beberapa rumah sakit umum lain. Menurut Sudarsono (2000), MPKP
dikembangkan beberapa jenis sesuai dengan kondisi sumber daya manusia yang ada yaitu:

a. Model praktek Keperawatan Profesional III


Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua profesional dan ada yang sudah
doktor, sehingga praktik keperawatan berdasarkan evidence based. Di ruangan tersebut
juga dilakukan penelitian keperawatan, khususnya penelitian klinis.
b. Model Praktek Keperawatan Profesional II
Tenaga perawat yang bekerja di ruangan ini mempunyai kemampuan spesialis yang dapat
memberikan konsultasi kepada perawat primer. Di ruangan ini digunakan hasil-hasil
penelitian keperawatan dan melakukan penelitian keperawatan.
c. Model Praktek Keperawatan Profesional I
Model ini menggunakan 3 komponen utama yaitu ketenagaan, metode pemberian asuhan
keperawatan dan dokumentasi keperawatan. Metode yang digunakan pada model ini
adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim yang disebut tim primer.
d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model ini menyerupai MPKP I, tetapi baru tahap awal pengembangan yang akan menuju
profesional I.
4. MPKP RSJ
MPKP di Rumah Sakit Jiwa Di rumah sakit jiwa telah dikembangkan MPKP dengan
memodifikasi MPKP yang telah dikembangkan di rumah sakit umum. Beberapa modifikasi
yang dilakukan meliputi 3 jenis yaitu:
a. MPKP Transisi
MPKP dasar yang tenaga perawatnya masih ada yang berlatar belakang pendidikan SPK,
namun Kepala Ruangan dan Ketua Timnya minimal dari D3 Keperawatan
b. MPKP Pemula
MPKP dasar yang semua tenaganya minimal D3 Keperawatan.
c. MPKP Profesional dibagi 3 tingkatan yaitu :
1) MPKP I
MPKP dengan tenaga perawat pelaksana minimal D3 keperawatan tetapi Kepala
Ruangan (Karu) dan Ketua Tim (Katim) mempunyai pendidikan minimal S1
Keperawatan.
2) MPKP II
MPKP Intermediate dengan tenaga minimal D3 Keperawatan dan mayoritas Sarjana
Ners keperawatan, sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa.
3) MPKP III
MPKP Advance yang semua tenaga minimal Sarjana Ners keperawatan, sudah
memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa dan doktor keperawatan yang bekerja di
area keperawatan jiwa.

MPKP telah diterapkan di berbagai rumah sakit jiwa di Indonesia (Bogor, Lawang,
Pakem, Semarang, Magelang, Solo, dan RSUD Duren Sawit). Bentuk MPKP yang
dikembangkan adalah MPKP transisi dan MPKP pemula. Hasil penerapan menunjukkan
hasil BOR meningkat, ALOS menurun, angka lari pasien menurun. Ini menunjukkan
bahwa dengan MPKP pelayanan kesehatan jiwa yang diberikan bermutu baik.Pada modul
ini akan dikembangkan penatalaksanaan kegiatan keperawatan berdasarkan 4 pilar nilai
profesional yaitu management approach, compensatory reward, professional relationship
dan patient care delivery. Pilar-pilar professional diaplikasikan dalam bentuk aktivitas-
aktivitas pelayanan professional yang dipaparkan dalam bentuk 4 modul. Modul-modul
tersebut adalah :

1) Modul I : Manajemen Keperawatan


2) Modul II :Compensatory Reward
3) Modul III : Professional Relationship
4) Modul IV : Patient Care Delivery

Kegiatan yang ditetapkan pada tiap pilar merupakan kegiatan dasar MPKP dengan
model MPKP pemula. Kegiatan tersebut dapat dikembangkan jika tenaga keperawatan
yang bekerja lebih berkualitas atau model MPKP telah meningkat ke bentuk MPKP
Profesional.

5. Pendekatan manajjemen dalam bentuk fungsi manajemen


Di Ruang MPKP, pendekatan manajemen diterapkan dalam bentuk fungsi manajemen
yang terdiri dari fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan
(directing), dan pengendalian (controlling).
1) Perencanaan
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal
yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rincian
kegiatan tentang apa, bagaimana masing-masing dan dimana kegiatan akan dilaksanakan.
Perencanaan adalah suatu tugas prinsip dari semua manajer dalam divisi keperawatan.
Suatu rencana yang baik harus berdasarkan pada sasaran, bersifat sederhana, mempunyai
standart, fleksibel, seimbang dan menggunakan sumber-sumber yang tersedia lebih dulu.
Dalam keperawatan, perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien akan
menerima pelayanan keperawatan yang mereka ingini dan butuhkan dengan memuaskan.
Perencanaan diruang MPKP adalah kegiatan perencanaan yang melibatkan seluruh
perawat ruang MPKP mulai dari kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim/perawat
pelaksana. Perencanaan yang disusun oleh perawat yang terlihat di ruang MPKP
disesuaikan dengan peran dan fungsi masing-masing. Beberapa kegiatan yang berkaitan
dengan fungsi pengarahan di ruang keperawatan diantaranya:
a. Penyusunan kebijakan Kebijakan adalah pernyataan yang menjadi acuan organisasi
dalam pengambilan keputusan. Analisis kebijakan merupakan nasehat atau bahan
pertimbangan pembuat kebijakan yang berisi tentang masalah yang dihadapi, tugas
yang mesti dilakukan oleh organisasi yang berkaitan dengan masalah tersebut, dan
juga berbagai alternatif kebijakan yang mungkin bisa diambil dengan berbagai
penilaiannya berdasarkan tujuan kebijakan. Kebijakan yang disusun didalam ruangan
MPKP antara lain adalah kedisiplinan, aturan dinas, rotasi, jenjang karir dan lain-lain.
b. Penyusunan standar kinerja Untuk menetapkan tingkat kinerja karyawan, dibutuhkan
penilaian kinerja. Menurut Simamora (2004), semakin jelas standar kinerjanya, makin
akurat tingkat penilaian kinerjanya. Masalahnya, baik para penyelia maupun
karyawan tidak seluruhnya mengerti apa yang seharusnya mereka kerjakan. Karena
bisa jadi, standar kinerja tersebut belum pernah disusun. Oleh karena itu, langkah
pertama adalah meninjau standar kinerja yang ada dan menyusun standar yang baru
jika diperlukan. Minimal sebuah standar kinerja, harus berisi dua jenis informasi
dasar tentang apa yang harus dilakukan dan seberapa baik harus melakukannya.
Standar kinerja merupakan identifikasi tugas pekerjaan, kewajiban, dan elemen kritis
yang menggambarkan apa yang harus dilakukan. Setiap standar/kriteria harus
dinyatakan secara cukup jelas sehingga manajer dan bawahan atau kelompok kerja
mengetahui apa yang diharapkan dan apakah telah tercapai atau tidak. Standar
haruslah dinyatakan secara tertulis dalam upaya menggambarkan kinerja yang
sungguh-sungguh. Standart yang harus ada di ruang MPKP antara lain adalah SAK
(Standar Asuhan Keperawatan), SOP (Standar Operasional Prosedur) dan Protap
(Prosedur tetap).
2) Pengorganisasian
Pengorganisasin adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua
sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkanya secara efisien
untuk mencapai tujuan organisasi dengan mengintegrasikan semua sumber daya (potensi)
yang dimiliki oleh sebuah organisasi. Pengorganisasian sebagai proses membagi kerja ke
dalam tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai dengan kemampuannya, dan
mengalokasikan sumber daya manusia, serta mengkoordinasikannya dalam rangka
efektifitas pencapaian tujuan organisasi. Apabila serangkaian kegiatan telah disusun
dalam rangka mencapai tujuan organisasi, maka untuk pelaksanaan kegiatan tersebut
harus diorganisasikan. Agar organisasi dapat berfungsi sebagai alat untuk mencapai
tujuan secara efektif, maka dalam fungsi organisasi harus terlihat pembagian tugas dan
tanggung jawab orang-orang atau karyawan yang akan melakukan kegiatan masing-
masing. Kegiatan pengorganisasian diruangan perawatan MPKP menggunakan
pendekatan sistem/metode, antara lain adalah pembuatan struktur organisasi dan
klasifikasi pasien.
a. Struktur organisasi Pengorganisasian diruangan MPKP menggunakan pendekatan
sistem/metode pemberian asuhan keperawatan professional yang dianggap cukup
efektif untuk pelayanan keperawatan. Setiap metode/ system memiliki keuntungan
dan kerugian masing-masing. Namun, metode penugasan yang paling sering
digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan yaitu metode penugasan tim. SDM
perawat diorganisasikan dengan menggunakan metode penugasan perawat primer dan
tim keperawatan yang dimodifikasi. Dalam metode tersebut, perawat dibagi dalam
tim sesuai dengan jumlah pasien diruangan. Jumlah pasien untuk tiap tim 8-10 orang,
dan jumlah perawat antara 6-10 orang, untuk itu akan dibuat struktur organisasi daftar
dinas dan daftar pasien. Ruang MPKP dipimpin oleh kepala ruang yang membawahi
dua atau lebih ketua tim. Ketua tim berperan sebagai perawat primer membawahi
beberapa perawat pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan secara
menyeluruh kepada sekelompok klien.
b. Klasifikasi pasien
Klasifikasi pasien Pasien di ruang perawatan diklasifikasikan berdasarkan sistem
klasifikasi yang dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan tingkat ketergantungan
klien :
 Perawatan Total, yaitu klien memerlukan 7 jam perawatan langsung per 24 jam
 Perawatan Parsial, yaitu klien memerlukan 4 jam perawatan langsung per 24 jam
 Perawatan Mandiri, yaitu klien memerlukan 2 jam perawatan langsung per 24 jam

Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori di atas adalah sebagai
berikut:
 Kategori I : Perawatan mandiri/self care Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan
sendiri, penampilan secara umum baik, tidak ada reaksi emosional, pasien
memerlukan orientasi waktu, tempat dan pergantian shift, tindakan pengobatan
biasanya ringan dan sederhana.
 Kategori II : Perawatan sedang/partial/intermediate care Kegiatan sehari-hari
untuk makan dibantu, mengatur posisi waktu makan, memberi dorongan agar mau
makan, eliminasi dan kebutuhan diri juga dibantu atau menyiapkan alat untuk ke
kamar mandi. Penampilan pasien sakit sedang. Tindakan perawatan pada pasien
ini monitor tanda-tanda vital, periksa urin reduksi, fungsi fisiologis, status
emosional, kelancaran drainase atau infus. Pasien memerlukan bantuan
pendidikan kesehatan untuk mendukung emosi 5 – 10 menit/shift. Tindakan dan
pengobatan 20 – 30 menit/shift atau 30 – 60 menit/shift dengan mengobservasi
efek samping obat atau reaksi alergi.
 Kategori III : Perawatan total/intensive care Kebutuhan sehari-hari tidak bisa
dilakukan sendiri, semua dibantu oleh perawat, penampilan sakit berat. Pasien
memerlukan observasi terus menerus.
3) Pengarahan
Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada staff agar mereka mampu
bekerja secara optimal dalam melaksnaakan tugas-tugasnya sesuai dengan ketrampilan
yang mereka miliki. Pengarahan ini termasuk didalamnya adalah kejelasan komunikasi,
pengembangan motivasi yang efektif. Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi yang
paling fundamental dalam manajemen, karena merupakan pengupayaan berbagai jenis
tindakan itu sendiri, agar semua anggota kelompok mulai dari tingkat teratas sampai
terbawah, berusaha mencapai sasaran organisasi sesuai rencana yang telah ditetapkan
semula, dengan cara terbaik dan benar. Memang diakui bahwa usaha-usaha perencanaan
dan pengorganisasian bersifat vital, tetapi tidak akan ada output konkrit yang akan
dihasilkan sampai kita mengimplementasi aktivitas-aktivitas yang diusahakan dan yang
diorganisasi. Untuk maksud itu maka diperlukan tindakan pengawasan (actuating) atau
usaha untuk menimbulkan action. Pengarahan diruang perawatan dapat dilakukan dalam
beberapa kegiatan yaitu program motivasi, manajemen konflik, pendelegasian, supervisi
dan komunikasi efektif.
a. Motivasi Program motivasi dimulai dengan membudayakan cara berfikir positif bagi
setiap SDM dengan mengungkapkannya melalui pujian (reinforcement) pada setiap
orang yang bekerja bersama-sama. Kebersamaan dalam mencapai visi, dan misi
merupakan pendorong kuat untuk fokus pada potensi masing-masing anggota.
b. Manajemen konflik MPKP merupakan pendekatan baru, maka kemungkinan
menimbulkan konflik yang disebabkan oleh persepsi, pandangan dan pendapat yang
berbeda. Untuk itu dilakukan pelatihan tentang sistem pelayanan dan asuhan
keperawatan bagi semua SDM yang ada (MPKP). Selain itu dalam implementasi
MPKP, Kepala subdepartemen keperawatan (Kasubdepwat), kepala ruangan (kalak)
dan katim agar melakukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) untuk mencegah
dan menyelesaikan konflik. Komunikasi yang terbuka diarahkan kepada penyelesaian
konflik dengan win-win solution.
c. Supervise Pengawasan merupakan hal yang penting dilakukan untuk memastikan
pelayanan dan asuhan keperawatan berjalan sesuai standar mutu yang ditetapkan.
Pelayanan tidak diartikan sebagai pemeriksaan dan mencari kesalahan, tetapi lebih
pada pengawasan partisipatif yaitu perawat yang mengawasi pelaksanaan kegiatan
memberikan penghargaan pada pencapaian atau keberhasilan dan memberi jalan
keluar pada hal-hal yang belum terpenuhi. Dengan demikian pengawasan
mengandung makna pembinaan. Pengawasan dapat dilakukan secara langsung dan
tidak langsung. Pengawasan langsung dilakukan saat tindakan atau kegiatan sedang
berlangsung, misalnya perawat pelaksanan sedang melakukan ganti balutan, maka
katim mengobservasi tentang pelaksanaan dengan memperhatikan apakah standar
kerja dijalankan. Pengawasan terkait pula dengan kinerja dan kompetisi perawat,
yang akan berguna dalam program jenjang karir perawat bersangkutan. Pengawasan
tidak langsung dilakukan melalui pelaporan atau dokumen yang menguraikan
tindakan dan kegiatan yang telah dilakukan. Di ruang rawat pengawasan dilakukan
kepada kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana. Pengawasan terhadap
kepala ruangan dilakukan oleh kasubdepwat. Pengawasan terhadap ketua tim
dilakukan oleh kasubdepwat, dan kepala ruangan. Pengawasan terhadap perawat
pelaksana dilakukan oleh kasubdepwat, kepala ruangan dan katim. Materi supervisi
disesuaikan dengan uraian tugas dari masing-masing staf perawat yang disupervisi.
Untuk kepala ruang materi supervisi adalah kemampuan manajerial dan kemampuan
asuhan keperawatan. Ketua tim supervise terkait dengan kemampuan pengelolahan di
timnya dan kemampuan asuhan keperawatan, sedangkan untuk perawat pelaksana
disupervisi terkait dengan kemampuan asuhan keperawatan yang dilaksanakan. Agar
supervise dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi momok bagi staff maka
perlu disusun standart dan jadual pasti dalam supervise.Untuk evaluasi fungsi
pengarahan ini, kepala ruangan menyusun rencana terhadap ketua tim dan perawat
pelaksana sebagai rencana bulanan.
d. Pendelegasian Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain agar
aktifitas organisasi tetap berjalan. Penerapan delegasi di MPKP dalam bentuk
pendelegasian tugas oleh kepala ruangan kepada ketua tim dan ketua tim kepeda
perawat pelaksana. Pendelegasian dilakukan melalui mekanisme pelimpahan tugas
dan wewenang. Pendelegasian tugas dilakukan secara berjenjang yang penerapanya
dibagi menjadi 2 jenis, yaitu pendelegasian terencana dan pendelegasian insidentil.
a) Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang secara otomatis terjadi
sebagai konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan diruang MPKP.
Bentuknya antara lain adalah :
 Pendelegasian tugas kepala ruangan kepada ketua tim untuk menggantikan
tugas sementara tugas kepala ruang karena alasan tertentu
 Pendelegasian tugas kepala ruangan kepada penanggung jawab shif
 Pendelegasian ketua tim kepada perawat pelaksana dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan yang telah direncanakan.
b) Pendelegasian insidentil, yang terjadi apabila salah satu personil ruang MPKP
berhalangan hadir, sehingga pendelegasian tugas harus dilakukan. Dalam hal ini
yang mengatur pendelegasian adalah kepala seksi perawatan, kepala ruangan,
ketua tim atau penanggung jawab shif dan tergantung pada personil yang
berhalangan. Prinsip pendelegasian tugas di MPKP antara lain adalah:
 Pendelegasian tugas harus menggunakan format pendelegsaian
 Personil yang menerima pendelegasian adalah personel yang berkompetemn
dan setara dengan kemampuan yang digantikan tugasnya
 Uraian tugas yang didelegasikan harus dijelaskan secara verbal, terinci dan
tertulis
 Pejabat yang mengatur pendelegasian wajib memonitor pelaksanaan tugas dan
menjadi rujukan bila ada kesulitan yang dihadapi
 Setelah selesai pendelegasian dilakukan serah terima tugas yang sudah
dilaksanakan dan hasilnya
e. Komunikasi efektif
Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen khususnya
pengarahan. Setiap orang berkomunikasi dalam suatu organisasi, komunikasi yang
kurang baik dapat mengganggun kelancaran organisasi dalam mencapai tujuan.
Beberapa bentuk komunikasi diruang MPKP antara lain adalah operan, pr conferen
dan post conferen.
 Operan
Operan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien atau komunikasi dan serah terima
antara shift pagi, sore dan malam. Operan dinas pagi ke dinas sore dipimpin oleh
kepala ruangan, sedangkan operan dinas sore ke dinas malam langsung dipimpin
oleh penanggung jawab tim sore ke penanggung jawab tim malam. Tujuan operan
pasien menurut Taylor (1993) adalah untuk mendapatkan informasi yang dapat
membantu untuk menetapkan rencana perawatan pasien, mengevaluasi intervensi
keperawatan, memberi kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan tentang
perawatan yang diberikan kepadanya, serta membantu menentukan prioritas
diagnosa dan tujuan dari perawatan yang diberikan. Dalam operan diterangkan
tentang asuhan keperawatan yang telah diberikan oleh perawat yang telah selesai
tugas. Operan ini harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara
sinkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif
yang sudah dilakukan atau belum dan perkembangan klien saat itu.
 Pre conference
Pre conference, yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai
operan yang dipimpin oleh katim atau penanggung jawab tim. Isi pre conference
adalah rencana tiap perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari katim
atau PJ tim. Isi post conference adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawat dan
hal penting untuk operan (Keliat, 2000).
 Post conference
Post conference, yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shif dan sebelum operan. Isi post conference adalah hasil
asuhan keperawatan tiap perawat dan hal penting untuk operan (Keliat, 2000).
4) Pengawasan
Pengendalian (controlling) adalah proses untuk mengamati secara terus-menerus
pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap
penyimpangan yang terjadi. Pengawasan (controlling) dapat dianggap sebagai aktivitas
untuk menemukan, mengoreksi penyimpangan-penyimpangan penting dalam hasil yang
dicapai dari aktivitas-aktivitas yang direncanakan. Adalah wajar jika terjadi kekeliruan-
kekeliruan tertentu, kegagalan-kegagalan dan petunjuk-petunjuk yang tidak efektif
hingga terjadi penyimpangan yang tidak diinginkan dari pada tujuan yang ingin dicapai.
Pengawasan dalam arti manajemen yang diformalkan tidak akan eksis tanpa
adanya perencanaan, pengorganisasian dan penggerakan sebelumnya. Dalam bidang
keperawatan pengendalian merupakan upaya mempertahankan mutu, kualitas atau
standar. Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi keinginan
(standar) yang telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan
asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan pelanggan, keluarga, perawat
dan dokter.
Indikator mutu yang merupakan output adalah BOR, LOS, TOI, dan Audit
dokumentasi keperawatan. Kepala ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan
tentang semua kegiatan yang dilakukan (proses evaluasi = audit proses) terkait dengan
MPKP. Data tentang indikator mutu dapat bekerjasama dengan tim rumah sakit atau
ruangan membuat sendiri. Audit dokumentasi keperawatan dilakukan pada rekam medik
yang pulang atau yang sedang dirawat lalu dibuat rekapitulasinya untuk ruangan. Survey
masalah pasien yang diambil dari pasien baru yang dirawat pada bulan yang
bersangkutan untuk menganalisa apakah ada masalah baru yang belum dibuat standar
asuhannya. Ketua tim akan memberi kontribusi data yang dibutuhkan oleh kepala
ruangan dalam menilai pencapaian kegiatan MPKP. Langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam pengendalian / pengontrolan meliputi :
a. Menetapkan standart dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja
b. Melakukan pengukuran prestasi kerja
c. Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standart
d. Mengambil tindakan korektif
6. Rencana jangka pendek
Rencana jangka pendek yang diterapkan di ruang MPKP terdiri dari rencana harian, bulanan
dan tahunan.
1) Rencana harian
Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perawat sesuai dengan
perannya masing-masing, yang dibuat pada setiap shift. Isi kegiatan disesuaikan dengan
peran dan fungsi perawat. Rencana harian dibuat sebelum operan dilakukan dan
dilengkapi pada saat operan dan preconference.
a. Rencana Harian Kepala Ruangan
Isi rencana harian kepala ruangan meliputi :
a) Asuhan keperawatan ·
b) Supervisi Katim dan Perawat pelaksana
c) Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan unit lain yang terkait.
Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
 Operan
 Pre conference dan Post conference
 Mengecek SDM dan sarana prasarana
 Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang memerlukan
perhatian khusus
 Melakukan supervisi pada ketua tim/perawat pelaksana
 Hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat terstruktur/insidentil
 Mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan yang belum teratasi. ·
Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan keperawatan untuk sore,
malam, dan besok sesuai tingkat ketergantungan pasien.
b. Rencana Harian Ketua Tim
Isi rencana harian Ketua Tim adalah:
a) Penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien pada tim yang menjadi tanggung
jawabnya.
b) Melakukan supervisi perawat pelaksana.
c) Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain.
d) Alokasi pasien sesuai perawat yang dinas. Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
 Operan
 Pre conference dan Post conference
 Merencanakan asuhan keperawatan
 Melakukan supervisi perawat pelaksana.
 Menulis dokumentasi
 Memeriksa kelengkapan dokumentasi askep
 Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas
c. Rencana Harian Perawat Pelaksana
Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk sejumlah
pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana harian perawat pelaksana shift sore
dan malam agak berbeda jika hanya satu orang dalam satu tim maka perawat tersebut
berperan sebagai ketua tim dan perawat pelaksana sehingga tidak ada kegiatan pre
dan post conference. Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
 Operan
 Pre conference dan Post conference
 Mendokumentasikan askep
d. Penilaian Rencana Harian Perawat
e. Untuk menilai keberhasilan dari perencanaan harian dilakukan melalui observasi
menggunakan instrumen jurnal rencana harian. Setiap Ketua Tim mempunyai
instrumen dan mengisinya setiap hari. Pada akhir bulan dapat dihitung presentasi
pembuatan rencana harian masing-masing perawat.
2) Rencana bulanan
Rencana bulanan merupakan rencana tindak lanjut yang dibuat oleh kepala ruangan dan
ketua tim.
a. Rencana bulanan kepala ruangan
Setiap akhir bulan Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil keempat pilar atau nilai
MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut kepala ruangan akan membuat rencana
tindak lanjut dalam rangka peningkatan kualitas hasil. Kegiatan yang mencakup
rencana bulanan karu adalah:
 Membuat jadwal dan memimpin case conference
 Membuat jadwal dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
 Membuat jadwal dinas
 Membuat jadwal dan memimpin rapat bulanan perawat
 Membuat jadwal dan memimpin rapat tim kesehatan
 Membuat jadwal supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana
 Melakukan audit dokumentasi
 Membuat laporan bulanan

b. Rencana bulanan ketua Tim


Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi tentang keberhasilan kegiatan yang
dilakukan ditimnya. Kegiatan-kegiatan yang mencakup rencana bulanan katim
adalah:
 Mempresentasikan kasus dalam case conference
 Memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
 Melakukan supervisi perawat pelaksana.
3) Rencana Tahunan Setiap akhir tahun
Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam satu tahun yang dijadikan
sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan rencana tahunan berikutnya.
Rencana kegiatan tahunan mencakup:
 Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik proses kegiatan
(aktifitas yang sudah dilaksanakan dari 4 pilar praktek professional) serta evaluasi
mutu pelayanan.
 Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing tim.
 Penyegaran terkait materi MPKP khusus kegiatan yang masih rendah pencapaiannya.
Ini bertujuan mempertahankan kinerja yang telah dicapai MPKP bahkan
meningkatkannya dimasa mendatang.
 Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang karier perawat
(pelaksana menjadi katim, katim menjadi karu), rekomendasi untuk melanjutkan
pendidikan formal, membuat jadual untuk mengikuti pelatihan-pelatihan.
7. Mekanisme Pelaksanaan pengorganisasian ruang MPKP
1) Kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi Tim dan tiap Tim diketuai masing-
masing oleh seorang ketua Tim yang terpilih.
2) Kepala ruangan bekerja sama dengan ketua Tim mengatur jadual dinas (pagi, sore,
malam)
3) Kepala Ruangan membagi pasien untuk masing-masing Tim.
4) Apabila suatu ketika satu Tim kekurangan Perawat Pelaksana karena kondisi tertentu.
Kepala Ruangan dapat memindahkan Perawat Pelaksana dari Tim ke Tim yang
mengalami kekurangan anggota.
5) Kepala ruangan menunjuk penanggung jawab shift sore, malam, dan shift pagi apabila
karena sesuatu hal kepala ruangan sedang tidak bertugas. Untuk itu yang dipilih adalah
perawat yang paling kompeten dari perawat yang ada. Sebagai pengganti Kepala
Ruangan adalah Ketua Tim, sedangkan jika Ketua Tim berhalangan, tugasnya digantikan
oleh anggota Tim (perawat pelaksana) yang paling kompeten di antara anggota tim.
6) Ketua Tim menetapkan perawat pelaksana untuk masing-masing pasien.
7) Ketua mengendalikan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien baik yang
diterapkan oleh dirinya maupun oleh Perawat Pelaksana anggota Timnya.
8) Kolaborasi dengan Tim Kesehatan lain dilakukan oleh Ketua Tim. Bila Ketua Tim karena
suatu hal tidak sedang bertugas maka tanggung jawabnya didelegasikan kepada perawat
paling kompeten yang ada di dalam Tim.
9) Masing-masing Tim memiliki buku Komunikasi.
10) Perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi
tanggung jawabnya.

https://hasimupdate.blogspot.com/2012/11/mpkp-model-praktek-keperawatan.html

https://www.ilmulengkap.xyz/2017/06/makalah-mpkp-model-praktik-keperawatan.html

https://idoc.pub/documents/pelayanan-keperawatan-jiwa-profesional-klinik-dan-komunitas-
vlr90xym2jlz
https://adeirmarahawarin.blogspot.com/2015/01/makalah-manejemen-keperawatan-
mpkp_8.html
https://ariasandyhasim.blogspot.com/2015/10/makalah-keperawatan-jiwa-cmhn.html
https://media-berbagi-keperawatan.blogspot.com/2017/05/pendekatan-manajemen-dalam-
pelayanan.html
https://www.powershow.com/view4/7bf2b8-ZmEzY/
PENGEMBANGAN_MPKP_JIWA_powerpoint_ppt_presentation

Anda mungkin juga menyukai