Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan bukan profesi yang statis dan tidak berubah tetapi profesi yang
secara terus-menerus berkembang dan terlibat dalam masyarakat yang berubah,
sehingga pemenuhan dan metode perawatan berubah, karena gaya hidup berubah.
Berbicara tentang keperawatan ada hal penting yang harus dibahas yaitu Model
Praktik Keperawatan Profesioanal yang dapat diterapkan dalam pemberian asuhan
keperawatan dan dalam hal ini, makalah ini akan membicarakan tentang “Model
Praktik Keperawatan Profesional”.
Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien termasuk individu,
keluarga dan masyarakat. Perawat menerima tanggung jawab untuk membuat
keadaan lingkungan fisik, sosial dan spiritual yang memungkinkan untuk
penyembuhan dan menekankan pencegahan penyakit, serta meningkatkan
kesehatan dengan penyuluhan kesehatan. Karena beberapa fenomena diatas wajib
diketahui oleh seorang perawat yang profesional, sehingga profesi keperawatan
mampu memilih dan menerapkan Model Praktik Keperawatan Profesioanl yang
paling tepat bagi klien.

B. Rumusan Masalah
1.Apa pengertian Model Praktik Keperawatan professional ?
2.Apa tujuan Model Praktik Keperawatan professional Jiwa ?
3. Apa saja pilar dalam Model Praktik Keperawatan professional ?
4. Apa saja komponen dalam Model Praktik Keperawatan professional ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat memahami Model Praktik Keperawatan Profesional.
2. Tujuan Model Praktik Keperawatan Professional.
3. Pilar Model Praktik Keperawatan Professional Jiwa.
4. Komponen Model Praktik Keperawatan Professional Jiwa.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut diberikan. Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga
keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan
klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi hal penting,
karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan,
tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan keperawatan.
Selain jumlah, perlu ditetapkan pula jenis tenaga yaitu PP dan PA,
sehingga peran dan fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuan dan
terdapat tanggung jawab yang jelas. Pada aspek struktur ditetapkan juga standar
renpra, artinya pada setiap ruang rawat sudah tersedia standar renpra berdasarkan
diagnosa medik dan atau berdasarkan sistem tubuh. Pada aspek proses ditetapkan
penggunaan metode modifikasi keperawatan primer (kombinasi metode tim dan
keperawatan primer).

B. Tujuan MPKP
1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan
bagi setiap tim keperawatan.

2
C. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa
Model praktik keperawatan menempatkan pendekatan manajemen sebagai
pilar praktik profesional yang pertama. Oleh sebab itu, proses manajemen harus
dilakukan dengan disiplin demi menjamin pelayanan yang diberikan kepada
pasien atau keluarga. Di ruang MPKP pendekatan manajemen diterapkan dalam
bentuk fungsi manajemen yang terdiri dari :
1. Perencanaan (planning)
2. Pengorganisasian (organizing)
3. Pengarahan (directing)
4. Pengendalian (controling)
Di rumah sakit jiwa telah dikembangkan MPKP dengan modifikasi MPKP
yang telah dikembangkan di rumah sakit umum. Beberapa modifikasi yang
dilakukan meliputi beberapa jenis MPKP :
1. MPKP transisi
MPKP dasar yang masih memiiki tenaga perawat yang berpendidikan
SPK, tetapi kepala ruang dan kepala tim nya minimal dari D3 keperawatan.
2. MPKP pemula
MPKP dasar dengan semua tenaganya minimal D3 keperawatan
3. MPKP profesional dibagi menjadi tiga tingkat, yaitu:
a. MPKP I
MPKP basic (dasar) dengan tenaga perawat pelaksana minimal D3
keperawatan. Tetapi kepala ruang dan ketua tim berpendidikan minimal S1
keperawatan.
b. MPKP II
MPKP intermediate (menengah) dengan tenaga minimal D3
keperawatan dan mayoritas Ners sarjana keperawatan, dan sudah memiliki
tenaga spesialis keperawatan jiwa.
c. MPKP III
MPKP advance (tingkat lanjut) yang semua perawatnya minimal
Ners sarjan keperawatan dan sudah mempunyai tenaga spesialis
keperawatan jiwa dan doktor keperawatan yang bekerja di area
keperawatan jiwa. Dalam MPKP keperawatan jiwa, terdapat empat pilar

3
yaitu Management Approach, Compensatory Reward, Professional
Relationship, dan Patient Care Delivery.

D. Manajemen Keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan adalah bagian dari manajemen pelayanan
keperawatan yang merupakan pelaksanaan proses keperawatan dengan
menggunakan konsep-konsep-konsep manajemen seperti perencanaan,
pengorganisasian, penggerakkan dan pengendalian atau evaluasi (Gillies, 1994).
Sistem pemberian asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan pemberian
asuhan keperawatan secara efektif dan efisien kepada sejumlah pasien. Setiap
metoda memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing. Terdapat 4 metode
dalam pemberian asuhan keperawatan, yaitu metode fungsional, metode tim ,
metode primer dan metode kasus.
1. Metode Fungsional
Metode ini diterapkan dalam penguasaan pekerja didunia industri ketika
setiap pekerja dipusatkan pada saatu tugas atau aktifitas. Dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien dengan menggunakan metode fungsional,
setiap perawat memperoleh suatu tugas (kemungkinan bisa lebih) untuk semua
pasien diunit/ruang tempat perawat tersebut bekerja. Disatu unit/ruangan, seorang
perawat diberikan tugas mennyuntik maka perawat tersebut bertanggung jawab
untuk memberikan program pengobatan melalui suntikan kepada semua pasien di
unit/ruangan tersebut.
2. Metode Kasus
Metode kasus adalah pengorganisasian pelayanan atau asuhan
keperawatan untuk satu atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat
bertugas atau jaga selama periode waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala
ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima semua laporan
tentang pelayanan keperawatan klien. Dalam metode ini staf perawat ditugaskan
oleh kepala ruangan untuk memberi asuhan langsung kepada pasien yang
ditugaskan contohnya di ruang isolasi dan ICU.

4
3. Metode Tim
Pengembangan metode tim ini didasarkan pada falsafah mengupayakan
tujuan dengan menggunakan kecakapan dan kemampuan anggota kelompok.
Metode ini juga didasari atas keyakinan bahwa setiap pasen berhak memperoleh
peleyanan terbaik. Dalam keperawatan, metode tim diterapkan dengan
menggunakan sama tim perawat yang heterogen, terdiri dari perawat professional,
nonprofessional, dan pembantu perawat untuk memberikan asuhan keperawatan
kepada pembantu pasien.
Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan adalah untuk
memberikan asuahan keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif pasien
sehingga pasien merasa puas. Selain itu, tugas, memungkinkan adanya transfer of
knowledge dan transfer of experiences di antara perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan dan meninggkatkan pengetahuan serta memberikan
keterampilan dan motivasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Metode Primer
Metode inidi kembangkan pada falsafah yang beriorentasi pada pasien
bukan pada tugas. Disini terjadi suatu desentralisasi dalam pengambilan keputuan
antara perawat primer dan pasien. Menurut Hegyvary (1982), pemberian asuhan
keperawatan dengan metode keperawatan primer memberikan setiap perawat
primer tanggung jawab menyeluruh (total care) dalam 24 jam/hari secara terus
menurus untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pada sekelompok kecil
pasien (4-6 pasien).
Hal ini di mulai sejak pasien masuk hingga pulang/keluar (Gullies, 1994).
Pada saat perawat primer tidak masuk, tindakan perawatan dapat dilakukan oleh
perawat penggantinya (perawat asisten).

5
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses dan niilai-nilai), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur
pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut
diberikan (Ratna Sitorus dan Yuli 2006). Model Praktik Keperawatan Profesional
memiliki salah satu tujuan yaitu menciptakan kemandirian dalam membrikan
asuhan keperawatan, Model Praktik Manajemen Keperawatan juga memiliki 4
pilar yang terdiri dari: (1) Pendekatan Manajemen Keperawatan, (2) Sistem
Penghargaan, (3) Hubungan Profesional, (4) Manajemen Asuhan Keperawatan,
Model Praktik Keperawatan Profesional memiliki 4 komponen utama, yaitu: (1)
Keterangan Keperawatan, (2) Metode Pemberian Asuhan Keperawatan, (3) Proses
Keperawatan dan (4) Dokumentasi Keperawatan yang mencakup mulai dari resiko
perilaku kekerasan hingga gangguan konsep diri (harga diri rendah).

B. Saran

Kami mengharapkan saran dari pembaca agar dapat memberi kritik dan saran
untuk kesempurnaan makalah model konsep keperawatan profesional pada anak.
Kami dari kelompok juga menyarankan kepada para pembaca hendaknya tidak
hanya mengambil satu referensi dari makalah ini saja dikarenakan kami dari
penulis menyadari bahwa makalah ini hanya mengambil referensi dari beberapa
sumber saja.

6
DAFTAR PUSTAKA

Kelliat, Budi Anna dan Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional
Jiwa. Jakarta : EGC.
https://aanborneo.blogspot.com/2013/04/makalah-mpkp-model-praktik-
keperawatan.html

http://rsudpurihusada.inhilkab.go.id/model-praktik-keperawatan-profesional-
mpkp/

Anda mungkin juga menyukai