Anda di halaman 1dari 15

Mata kuliah : Manajemen Keperawatan

LAPORAN PENDAHULUAN

MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL

PERAN KEPALA RUANGAN, KETUA TIM DAN PERAWAT PELAKSANA (PP)

Disusun Oleh :

Nama : Frisilia Lalela

Nim : 19062018

CT : Wahyuny Langelo., BSN., M.Kes

FAKULTAS KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Sistem MPKP atau yang sering disebut juga dengan MAKP (model asuhan
keperawatan profesional) adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur,
yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP
(Nursalam, 2015).
Model praktik keperewatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses
dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian
asuhan tersebut (Murwani & Herlambang, 2012)
Model praktek keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses, nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menunjang asuhan tersebut
(Hoffart & Woods, 1996 dalam Huber, 2010)

B. Tujuan Model Praktik Keperawatan Profesional


Adapun tujuan model praktek keperawatan profesional yaitu menurut Murwai dan
Herlambang, 2012 yaitu :
1. Meningkatkan mutu askep melalui penataan sistem pemberian asuhan keperawatan.
2. Memberikan kesempatan kepada perawat untuk belajar melaksanakan praktik
keperawatan profesional.
3. Menyediakan kesempatan kepada perawat untuk mengembangkan penelitian
keperawatan

C. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dalam Perubahan MPKP


1. Kualitas Pelayanan Keperawatan
Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan selalu berbicara mengenai
kualita. Kualitas amat diperlukan untuk :
a. Meningkatkan asuhan keperwatan pasien/konsumen
b. Menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi
c. Mempertahankan eksistensi institusi
d. Meningkatkan kepuasan kerja
e. Meningkatkan keperacayaan konsumen/pelanggan
f. Menjalankan kegiatann sesuai aturan/standar
2. Standar Praktik Keperawatan
Standar praktik keperawatan di Indonesia yang disusun oleh depkes RI (1995) dalam
Nursalam 2015 terdiri atas beberapa standar, yaitu :
a. Menghargai hak-hak pasien
b. Penerimaan sewaktu pasien masuk rumah sakit (SPMRS)
c. Observasi keadaan pasien
d. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
e. Asuhan pada tindakan nonoperatif dan administrative
f. Asuhan pada tindakan operasi dan prosedur invasive
g. Pendidikan kepada pasien dan keluarga
h. Pemberian asuhan secara terus menerus dan berkesinambungan

Standar intervensi keperawatan yang merupakan lingkup tindakan keperawatan dalam


upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia (14 kebutuhan dasar manusia dari
Henderson), meliputi :
a. Oksigen
b. Cairan dan elektrolit
c. Eliminasi
d. Keamanan
e. Kebersihan dan kenyamanan fisik
f. Istirahat dan tidur
g. Aktivitas dan gerak
h. Spiritual
i. Emosional
j. Komunikasi
k. Mencegah dan mengatasi resiko psikologis
l. Pengobatan dan membantu proses penyembuhan
m. Penyuluhan
n. Rehabilitasi
3. Model Praktik
a. Praktik keperawatan rumah sakit
Perawat profesional (Ners) mempunyai wewenang dan tanggung jawab
melaksanakan praktik keperawatan di rumah sakit dengan sikap dan
kemampuaannya. Untuk itu, perlu dipertimbangkan pengertian praktik
keperawatan rumah sakit dan lingkup cakupannya sebagai bentuk praktik
keperawatan profesional, seperti proses dan prosedur registrasi, dan legislasi
keperawatan.
b. Praktik Keperawatan Rumah
Bentuk praktik keperawatan rumah diletakkan pada pelaksanaan
pelayanan/asuhan keperawatan sebagai kelanjutan dan pelayanan rumah sakit.
Kegiatan ini dilakukan oleh perawat profesional rumah sakit, atau melalui
pengikutsertaan perawat profesional yang melakukan praktik keperawataan
berkelompok
c. Praktik Keperawatan Berkelompok
Beberapa perawat profesional membuka praktik keperawatan selama 24 jam
kepada masyarakat yang memerlukan asuhan keperawatan dengan pola yang
diuraikan dalam pendekatan dan pelaksanaan praktik keperawatan rumah sakit
dan rumah. Bentuk praktik keperawatan ini dapat mengatasi berbagai bentuk
masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat dan dipandang perlu di masa
depan. Lama rawat pasien di rumah sakit perlu dipersingkat karena biaya
perawatan di perkirakan akan terus meningkat.
d. Praktik Keperawatan Individual
Pola pendekatan dan pelaksanaan sama seperti yang di uraikan untuk praktik
keperawatan rumah sakit. Perawat profesional senior dan berpengalaman secara
sendiri/perorangan membukan praktik keperawatan dalam jam praktik tertentu
untuk memberi asuhan keperawatan, khususnya konsultasi dalam keperawatan
bagi masyarakat yang memerlukan. Bentuk praktik keperawatan ini sangat
diperlukan oleh kelompok/golongan masyarakat yang tinggal jauh terpencil dari
fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya yang dikembangkan pemerintah.
D. Metode Pengelolaan Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Profesional
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat ditentukan oleh
pemeliharaan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan semakin
meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan
perkembangan iptek, makan metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif
dan efisien. Terdapat enam unsur utama dalam penentuan pemelihan metode
pemberianasuhan keperawatan (Marquis dan Huston, 1998 dalam Nursalam 2015).
a. Sesuai dengan visi dan misi institusi
Dasar utama penentuan moel pemberian asuhan kepeprawatan harus didasarkan pada
visi dan misi rumah sakit.
b. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhank keperawatan
Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan asuhan
keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangat
ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.
c. Efisien dan ffektif dalam penggunaan biaya
Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dana efektivitas
dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimana pun baiknya suatu model, tanpa
ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan didapat hasil yang sempurna.
d. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga dan masyarakat
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap
asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model yang baik adalah model
asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan pelanggan.
e. Kepuasan dan kinerja perawat
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan kinerja
perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan perawat, bukan
justru menambah beban kerja dan frustasi dalam pelaksanaannya.
f. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehataan lainnya.
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan
dasar pertimbangan penentu model. Model asuhan keperawatan diharapkan akan
dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang baikantara perawt dan tenaga
kesehatan lainnya.
E. Jenis Model Asuhan Keperawatan (MPKP) Serta Peran Kepala Ruangan, Ketua
Tim Dan Perawat Pelaksana
Berikut ini merupakan penjabaran secara rinci tentang metode pemeberian asuhan
keperawatan profesional. Ada lima metode pemberian asuhan keperawatan profesional
yang sudah ada dan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren
pelayanan keperawatan. Jenis model praktik keperawatan menurut grant dan massey
(1997) dan Marquis dan Huston (19898) dalam Nursalam, 2015:
1. Fungsional (bukan model MPKP)
Motode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu,
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat hany
melakukan satu atau dua jenis intervensi keperawatan saja (misalnya, merawat luka)
kepada semua pasien di bangsal.

Kepala Ruanngan

Perawat pengobatan Perawat Penyiapan instrumen Kebututuhan dasar


luka

Pasien/klien

Kerangka sistem pemberian asuhan keperawatan fungsional


(Marquis dan Huston, 1998 dalam Nursalam 2015)

Kelebihan:
a) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang baik
b) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
c) Perawat senior menyibukan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat
pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum berpengalaman.
Kelemahan:
a) Tidak memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat
b) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan
c) Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan
saja
2. MAKP Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan
pembantu dalam satu kelompok kecil atau yang saling membantu. Metode ini
digunakan pada pelayanan keperawatan di unit rawat inap, unit rawat jalan dan unit
gawat darurat.
a) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai
teknik kepemimpinannya
b) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin
c) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
d) Peran kepala ruangan penting dalam model tim, model tim akan berhasil bila di
dukung oleh kepala ruangan

Kelebihannya:
a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c) Memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah di atasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim.

Kelemahan:
Komunikasi anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang
biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu
sibuk.
Konsep metode Tim:
a) Ketua tim sebagai perawat profesional haruss mampu menggunakan berbagai
teknik kepemimpinan
b) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin
c) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
d) Peran kepala ruangan penting dalam model tim, model tim akan berhasil bila di
dukung oleh kepala ruangan

Tanggung jawab anggota tim:


a) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibawah tanggung jawabnya
b) Kerja sama dengan anggota tim dan antartim
c) Memberikan laporan

Tanggung jawab ketua tim:


a) Membuat perencanaan
b) Membuat penugasan, supervise dan evaluasi
c) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien
d) Mengembangkan kemampuan anggota
e) Menyelenggarakan konferensi

Tanggung jawab kepala ruangan:


a) Perencanaan
 Menunjuk ketua tim yang akan betugas di ruangan masing-masing
 Mengikuti seluruh terima pasien sif sebelumnya
 Mengidentifikasi tingkan ketergantungan pasien; gawat, transisi, dan
persiapan pulang, bersama ketua tim
 Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan
kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur penugasan/penjadwwalan
 Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
 Mengikuti visite diokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan
medis yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan
dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
 Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk kegiatan
membimbing pelaksanaan asuhan keperawtan, membimbing penerapan
proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan, mengadakan diskusi
untuk pemecahan masalah, serta memberikan informasi kepada pasien atau
keluarga yang baru masuk
 Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
 Membantu membumbung peserta didik keperawatan
 Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit
b) Pengorganisasian
 Merumusakan metode penugasan yang digunakan
 Merumuskan tujuan metode penugasan
 Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
 Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2 ketua tim, dan
ketua tim membawahi 2-3 perawat
 Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan; membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain
 Mengatur dal mengendalikan logistic ruangan
 Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
 Mendelegasikan tugas, saat kepala ruangan tidak berada di tempat kepada
ketua tim
 Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien
 Mengatur penugasan jadawal pos dan pakarnya
 Idetifikasi masalah dan cara penanganannya
c) Pengarahan
 Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketu tim
 Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik
 Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap
 Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan
asuhan keperawatan pada pasien
 Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
 Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya
 Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain
d) Pengawasan
 Melalui komunikasi mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua
tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien
 Melalui supervisi:
1) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi, mengamati
sendiri, atau melaporkan langsung secara lisan, dan
memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga
2) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua tim,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat
selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan
tugas
3) Evaluasi
4) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim
5) Audit keperawatan
Kepeala ruangan

Ketua tim Ketua tim Ketua tim

Anggota Anggota Anggota

Pasien/klien Pasien/klien Pasien/klien

Sistem pemberian asuhan keperawatan “Team Nuring” (Marquis dan


Huston, 1998 dalam Nursalam 2015)

3. MPKP primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama
24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai
keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan
antara pembuat rencana asuhan dan pelaksanaan. Metode primer ini ditandai
dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat
yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat.

Tim medis Kepala ruangan Sarana RS

PPI PPI
PPI PPI
PA2 PA2

Pasien Pasien

Bagan Pengembangan MAKP (Nursalam, 2015)


Dokter Kepala Ruangan Dokter

Perawat

Pasien/klien

Dokter Kepala Ruangan Dokter

Diagram Sistem Asuhan Keperawatan Primer (Marquis dan Huston, 1998


dalam Nursalam 2015)

Kelebihan:
a. Bersifat kontinuitas dan komprehensif
b. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri
c. Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah sakit
(Gillies, 1989 dalam Nursalam 2015)

Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena


terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan
bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan, proteksi, informasi dan advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan
dengan model primer karena senantiasa mendapatkan tentang kondisi pasien
yang selalu diperbarui dan komprehensif.

Kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan oleh perawat uang memiliki


pengalaman dan pengetahuan yang tepat, menguasai keperawatan klinis, penuh
pertimbangan, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.
Konsep dasar metode primer:
a. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
b. Ada otonomi
c. Ketertiban pasien dan keluarga

Tugas perawat primer:


a. Mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan
c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas
d. Mongomunikasikan mengoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
disiplin lain maupun perawat lain
e. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
f. Menerima dan menyesuaikan rencana
g. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
h. Melakukan rujuan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di
masyarakat
i. Membuat jadwal perjanjian klinis
j. Mengadakan kunjungan rumah

Peran kepala ruangan/bangsal dalam metode primer:


a. Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer
b. Orientasi dan merencanakan karyawan baru
c. Menyusu jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten
d. Evaluasi kerja
e. Merencanakan/menyelenggarakan pengembangan staf
f. Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang
terjadi

Ketenagaan metode primer:


a. Setiap perawat perimer adalah perawat bed side atau selalu berada dekat
dengan pasien
b. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat pasien
c. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
d. Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun
nonprofessional sebagai perawat asisten
4. MPKP kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap sif dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal
iniumumnya dilaksanakan untuk perawat privat/pribadi dalam memberikan
asuhan keperawtan khusus seperti kasus isolasi dan perawat intensif (intensif
care).
Kelebihannya:
a. Perawat lebih memahami kasus per kasus
b. Sistem evaluasi dari manajeral menjadi lebih mudah
Kekurangannya:
a. Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab
b. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama.
5. Modifikasi MPKP Tim-primer
Model MPKP tim dan primer digunakan secara kombinasi dari kedua sistem.
Menurut Sitorus (2002) penetapan sistem model MPKP ini didasarkan pada
beberapa alasan berikut.
a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer
harus mempunyai latar belakang pendidikan S-1 keperawatan atau setara.
b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab
asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
c. Mulai kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer,
karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan D-3,
bimbingan tentang asuhan keperawatan diberikan oleh perawat primer/ketua
tim.
DAFTAR PUSTAKA

Herlambang Dan Murwani, 2012. Manajemen Kesehatan Dan Rumah Sakit. Cetakan
Ke-1. Yogyakarta : Gosyen Publishing
Huber, D. 2010. Leadership And Nursing Care Management Third Edition.
Phladelphia: Sauders Elsevier
Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Professional. Edisi V. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai