Anda di halaman 1dari 6

LTM 1: Konsep Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa

Sitti Rahmah
2106752496
Keperawatan Kesehatan Jiwa Psikiatri B

Seiring berjalannya waktu, tuntunan terhadap kualitas pelayanan keperawatan


mendorong perawat untuk terus mengembangkan pelayanan asuhan keperawatan yang
efektif dan bermutu. Pengembangan yang dilakukan tidak hanya berfokus pada
pelayanan asuhan keperawatan pada umumnya, tetapi tentunya menyeluruh pada
segala aspek (Tuasikal et al., 2020). Tatanan pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat
telah dikembangkan dengan baik hingga saat ini. Bahkan, telah dilakukan
pengembangan terhadap pelayanan prima yang profesional di rumah sakit jiwa.
Pengembangan tersebut direalisasikan melalui program MPKP (Model Praktik
Keperawatan Profesional) Jiwa, yang bertujuan untuk mengoptimalkan peran RSJ
sebagai rujukan tertinggi (top referral) pelayanan kesehatan jiwa (Keliat et al., 2007).
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) jiwa merupakan inovasi
spesifik yang diciptakan, diimplementasikan, dan dipertahankan perawat agar menjaga
lingkungan kesehatan yang dibutuhkan oleh pasien maupun perawat sendiri (Lyons et
al., (2008) dalam (Syafrini et al., 2020)). Sedangkan, pada Tuasikal et al. (2020) MPKP
didefinisikan sebagai salah satu metode pelayanan keperawatan yang menjadi sistem,
struktur, proses, dan nilai-nilai yang memungkinkan perawat profesional dalam
mengatur pemberian asuhan keperawatan, bahkan termasuk lingkungan yang dapat
mengampu pemberian asuhan tersebut.
Sebagai pelayanan prima keperawatan Indonesia, pengembangan MPKP tentu
perlu disesuaikan dengan kondisi sumber daya manusia yang tersedia. Berikut
merupakan jenis MPKP:
1. Model Praktik Keperawatan Profesional III
Tenaga perawat terdiri dari professional dan beberapa doktor, sehingga
praktik keperawatan berbasis penelitian. Penelitian keperawatan dilakukan
khususunya penelitian klinis.
2. Model Praktik Keperawatan Profesional II
Tenaga perawat mempunyai kemampuan spesialis yang dapat memberikan
konsultasi kepada perawat primer. Penelitian keperawatan dilakukan dan
hasilkan diterapkan.
3. Model Praktik Keperawatan Profesional I
Terdapat tiga komponen utama (ketenangan, metode pemberian asuhan
keperawatan, dan dokumentasi keperawatan), sehingga menggunakan
metode kombinasi antara metode keperawatan primer dan metode tim yang
disebut tim primer.
4. Model Praktik Keperawatan Profesional Pemula
Model ini mirip dengan MPKP I, tetapi baru pada tahap awal
pengembangan yang menuju professional I.
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) yang digunakan di rumah
sakit jiwa merupakan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) yang telah
dimodifikasi dari MPKP di rumah sakit umum. Modifikasi yang dilakukan meliputi
beberapa jenis MPKP, yaitu MPKP Transisi, MPKP Pemula, dan MPKP Profesional.
MPKP Transisi merupakan MPKP dasar dengan tenaga perawat yang berpendidikan
SPK, tetapi kepala ruangan dan ketua timnya minimal berpendidikan D3 Keperawatan.
MPKP pemula merupakan MPKP dasar dengan semua tenaganya, baik perawat, kepala
ruang, maupun ketua timnya minimal berpendidikan D3 Keperawatan. MPKP
profesional dapat dibagi menjadi tiga tingkatan, diantaranya:
1. MPKP I (basic). Tenaga perawat pelaksana minimal berpendidikan D3
Keperawatan, tetapi Karu dan Katimnya minimal berpendidikan S1
Keperawatan.
2. MPKP II (intermediate). Seluruh tenaga minimal berpendidikan D3
Keperawatan dan mayoritas Ners Sarjana Keperawatan, serta sudah
memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa.
3. MPKP III (advance). Seluruh perawatnya minimal berpendidikan Ners
Sarjana Keperawatan, serta memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa dan
Doktor Keperawatan yang bekerja di area keperawatan jiwa (Keliat et al.,
2007).
Pengembangan program MPKP Jiwa dari MPKP Umum merupakan salah satu
upaya yang dilakukan oleh Keperawatan Jiwa dalam meningkatkan kualitas pelayanan
dan asuhan keperawatan Jiwa, khususnya pada Rumah Sakit Jiwa. Dalam program ini
terdapat nilai-nilai profesional yang terdiri dari empat pilar, salah satunya adalah
pendekatan manajemen (Syafrini et al., 2020). Pendekatan manajemen merupakan
proses kerja sama antara anggoata staf keperawatan dalam memberikan asuhan, terapi,
dan bantuan kepada pasien. Dalam MPKP, pendekatan manajemen diterapkan dalam
bentuk fungsi manajemen yang terdiri dari:
1. Perencanaan
Merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan yang matang
terkait hal-hal yang akan dilakukan kedepannya untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Sehingga pada perencanaan, terdapat beberapa yang
harus dijawab seperti “Apa yang harus dilakukan”, “Bagaimana dan kapan
kegiatan dilaksanakan”, dan sebagainya. Perencanaan yang matang akan
memberikan petunjuk dan tentunya mempermudah pelaksanaan kegiatan
tersebut.
Kegiatan perencanaan itu meliputi perumusan visi, misi, filosofi, dan
kebijakan. Visi merupakan pernyataan singkat yang menyatakan alasan
maupun tujuan dari lahirnya organisasi. Visi ini harus dirumuskan sebagai
dasar perencanaan organisasi tersebut. Misi merupakan pernyataan yang
memaparkan tujuan organisasi untuk merealisasikam visi yang telah dibuat.
Filosofi merupakan seperangkat nilai-nilai yang mengakar dan menjadi
tujuan kegiatan organisasi, serta menjadi landasan dan arahan seluruh
rencana jangka panjang. Kebijakan merupakan pernyataan yang menjadi
dasar untuk mengambil keputusan dalam organisasi tersebut.
Sementara, jenis perencanaan yang dapat diterapkan ialah rencana
jangka pendek (kegiatan harian, bulanan, dan tahunan). Rencana harian
merupakan kegiatan yang dilaksanakan perawat (kepala ruangan, kepala
tim, dan perawat pelaksana) sesuai perannya masing-masing dalam shift
yang telah dibuat sebelum operan dilakukan. Rencana bulanan merupakan
tindak lanjut yang dibuat oleh kepala ruangan (mengevaluasi hasil nilai
MPKP) dan ketua tim (mengevaluasi keberhasilan tim). Rencana tahunan
merupakan evaluasi hasil kegiatan yang dilakukan oleh kepala ruangan
dalam satu tahun yang akan menjadi acuan rencana tindak lanjut dan
penyusunan rencana tahun berikutnya.
2. Pengorganisasian
Merupakan pengelompokkan aktivitas dalam mencapai tujuan melalui
penugasan sebuah kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara
pengordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang
bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengorganisasian dalam MPKP tersebut meliputi struktur organisasi,
daftar dinas ruangan, dan daftar pasien. Struktur organisasi merupakan
susunan komponen dalam organisasi yang menunjukkan pembagian kerja
serta bentuk integrasi terhadap fungsi dan kegiatan yang berbeda antar
komponennya. Daftar dinas ruangan merupakan uraian yang terdiri dari
jadwal dinas, perawat yang bertugas, dan penanggung jawab shift. Daftar
pasien merupakan uraian yang berisikan nama pasien, nama dokter, nama
perawat ketua tim, nama perawat pelaksana (bertanggung jawab kepada
pasien), dan alokasi perawat saat menjalankan dinas pada shiftnya masing-
masing.
3. Pengarahan
Merupakan penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan untuk
mencapai tujuan organisasi. Kegiatan pengarahan dalam MPKP
diimplementasikan dalam bentuk kegiatan yang meliputi:
• Menciptakan iklim motivasi. Pemenuhan kebutuhan manusia
merupakan salah satu cara memotivasi. Dalam ruang MPKP, penciptaan
iklim motivasi dapat diterapkan salah satunya dengan memberikan
reinforcement positif atau memberikan reward. Aktivitas untuk
menciptakan iklim motivasi akan dievaluasi kepala ruangan dan ketua
tim setiap 6 bulan sekali.
• Komunikasi efektif. Penerapan komunikasi dalam ruang MPKP dapat
terjadi saat operan antar-shift, preconference, postconference.
• Manajemen konflik. Penangan konflik dapat dilakukan dengan
bersaing, kolaborasi, menghindar, akomodasi, berkompromi. Upaya
yang diterapkan MPKP dalam mengatasi konflik adalah upaya win-win
solution. Sementara, pendekatan penyelesaian konfliknya adalah
dengan pendekatan penyelesaian masalah.
• Supervisi adalah proses pengawasan pelaksanaan kegiatan untuk
memastikan apakah kegiatan berjalan sesuai tujuan organisasi dan
standar mutu profesional yang ditetapkan.
• Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain.
Pendelegasian ini dilakukan secara berjenjang melalui mekanisme
pelimpahan tugas dan wewenang. Penerapannya dibagi menjadi
pendelegadian terencana dan insidental (sewaktu-waktu).
4. Pengendalian
Merupakan proses yang bertujuan untuk memastikan bahwa aktivitas
sebenarnya telah sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi
menjamin kualitas serta mengevaluasi penampilan. Langkah yang dapat
dilakukan dalam pengendalian meliputi: 1) Menetapkan standar dan metode
pengukuran prestasi kerja; 2) Melakukan pengukuran prestasi kerja; 3)
Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai standar; dan 4) Mengambil
tindakan korektif. Terdapat tiga kategori penilaian terhadap pekerjaan yang
telah dilakukan (audit), yaitu:
• Audit struktur, berfokus pada SDM, lingkungan perawatan (fasilitas
fisik, peralatan, SOP, dll), pelanggan. Standar yang indikator yang
digunakan adalah daftar tilik (checklist).
• Audit proses merupakan pengukuran pelaksanakan pelayanan
keperawatan dalam menentukan apakan standar keperawatan telah
tercapai. Penilaian ini dapat bersifat retrospektif, concurrent
(berbarengan) , atau hasil dari peer review.
• Audit hasil merupakan penilaian produk kerja yang meliputi kondisi
pasien (keberhasilan dan kepuasan), kondisi SDM (efektivitas dan
efisien serta kepuasan), maupun indikator mutu umum (BOR,
ALOS, TOI, angka infeksi nosokomial, dan angka dekubitus)
(Keliat et al., 2007; Tuasikal et al., 2020).

Kepustakaan
Keliat, B. A., Akemat, Helena, N., Susanti, H., Panjaitan, R. U., Wardani, I. Y.,
Mustikasari, Hartini, P., & Djuariah. (2007). Model Praktik Keperawatan
Profesional Jiwa. EGC.
Syafrini, R. O., Keliat, B. A., & Putri, Y. S. E. (2020). Persepsi perawat pelaksana
terhadap implementasi asuhan keperawatan isolasi sosial dalam program mpkp
jiwa. Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(2), 209–220.
Tuasikal, H., Embuai, S., & Siauta, M. (2020). Buku Ajar Manajemen Keperawatan:
Teori dan Konsep Dalam Keperawatan (Vol. 21, Issue 1). Desanta Muliavisitama.
http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203

Anda mungkin juga menyukai