Anda di halaman 1dari 54

Kebijakan Terkait

Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3)

Kelompok 2 - Keselamatan Pasien B


Anggota Kelompok

Alfisyah Salwa 2006598591


Ayu Wulandari 2006465716
Ghini Alfikra 2006598446
Kania Dwi Oktaryani 2006523395
Umrah 2006465874
Uzlifatil Jannah 2006598723
Wiwik Antaroza 2006465672
Table of Contents
Kebijakan Nasional yang
Hierarki Tertinggi
Berkaitan dengan
01 Keperawatan
05 Hingga Terendah

Kebijakan Menurut Hierarki Pengendalian


02 ILO-OSH Tentang K3 06 Risiko atau Bahaya

Kebijakan Internasional
03 yang Berkaitan dengan 07 Hierarchy of Controls
Keperawatan

Kebijakan K3 di Level
04 Internasional
01
Kebijakan Nasional yang
Berkaitan dengan Keperawatan
Kebijakan Nasional yang Berkaitan
dengan Keperawatan

1. Perlindungan dari atasan


2. Perlindungan gratis
3. Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja
4. Tempat kerja yang baik dan nyaman
5. Sistem pengawasan tenaga kerja
Kebijakan Nasional yang Berkaitan
dengan Keperawatan
Perlindungan dari atasan
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Perlindungan gratis

a. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. yang telah


diubah menjadi Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
b. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Kebijakan Nasional yang Berkaitan
dengan Keperawatan
Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. yang telah


diubah menjadi Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

Tempat kerja yang baik dan nyaman

Permenaker No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat-Syarat Kesehatan, Kebersihan


serta Penerangan di Tempat Kerja, kemudian diganti dengan Permenaker No.
5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja diLingkungan Kerja.
Kebijakan Nasional yang Berkaitan
dengan Keperawatan

Sistem pengawasan tenaga kerja

a. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.


b. Undang-Undang No. 3 Tahun 1951 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan.
c. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. yang telah
diubah menjadi Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
d. Peraturan Presiden No. 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan
Ketenagakerjaan.
02
Kebijakan Nasional Menurut
ILO-OSH Tentang K3
Kebijakan ILO-OSH 2001

Penerapan dan integrasi Partisipasi para pekerja &


01 manajemen K3 sebagai 03 perwakilan pada tingkat
bagian manajemen organisasi
organisasi

Memfasilitasi kegiatan K3 Perbaikan terhadap


02 pada tingkat nasional 04 birokrasi, administrasi
dan organisasi dan biaya
Kebijakan ILO-OSH 2001

Kerja sama antar Evaluasi efektivitas


05 instansi terkait 07 kebijakan dan kerangka
manajemen K3 kerja nasional

Mempublikasi Manajemen K3 berlaku


06 efektivitas sistem dan 08 untuk pekerja tetap,
praktik manajemen K3 pekerja sementara, dan
kontraktor
03
Kebijakan Internasional yang
Berkaitan dengan Keperawatan
K3 di tingkat nasional memiliki hierarki dari yang paling tinggi
hingga yang paling rendah. Sedangkan di tingkat internasional,
memiliki kebijakan yang meluas dan setara. Beberapa kebijakan
tersebut adalah ISO 45001, ILO, dan AAOHN.
ISO 45001
● ISO 45001, the new international standard for occupational safety and health, berisi
mengenai standar internasional baru yang menyediakan kerangka kerja.

● Standar tersebut diadakan untuk mengelola dan meningkatkan K3 dalam


organisasi atau instansi (perusahaan termasuk rumah sakit).

● ISO 45001, sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja adalah standar
K3 internasional pertama di dunia untuk kesehatan dan keselamatan kerja. ISO
45001 menyediakan kerangka kerja untuk memaksimalkan keselamatan,
mengurangi risiko tempat kerja dan meningkatkan kesehatan dan
kesejarahteraan di tempat kerja, memungkinkan lembaga atau organisasi untuk
meningkatkan kinerja K3-nya secara proaktif.

● Semua organisasi, terlepas dari ukuran, bidang, dan sifatnya dapat menggunakan
sistem ISO 45001 (International Organization for Standarization, 2018).
ILO (International Labour Organization)
● Kebijakan dari ILO (International Labour Organization) yang
mempromosikan OSH (Occupational Safety and Health) dan merinci
kebijakan K3 yang berisikan implementasi dan metode operasional.

● Beberapa kebijakan K3 yang dibuat oleh ILO berhubungan dengan


keperawatan, yaitu Nursing Personnel Convention nomor 149, Nursing
Personnel Recommendation nomor 157, HIV and AIDS Recommendation
nomor 200, Health Protection and Medical Care (Seafarers) Convention
nomor 164, dan Occupational Cancer Convention nomor 139.
AAOHN (American Assocation
of Occupational Health Nurses)
● Merupakan asosiasi professional untuk perawat kesehatan kerja dan lingkungan
(OHN).

● Mereka menentukan dan menyebarluaskan standar untuk spesialisasi


keperawatan ini berdasarkan ruang lingkup praktik. Hal ini dilakukan untuk
menetapkan standar asuhan yang wajar dan lazim.

● AAOHN berhasil mengidentifikasi 11 standar praktik profesional yang


menggambarkan tingkat kinerja yang kompeten berkaitan dengan proses
keperawatan dan peran profesional OHN.

● Sebelas standar tersebut di antaranya adalah pengkajian, diagnosis, hasil identifikasi


(outcomes), perencanaan, implementasi, evaluasi, pengelolaan sumber daya,
pengembangan profesional, kolaborasi, penelitian, dan etik (AAOHN, 2012).
04

Kebijakan K3 di Level Internasional


Di tingkat dunia, terdapat dua badan internasional yang langsung
berkaitan dengan pengaturan kesehatan dan keselamatan kerja,
yaitu International Labour Organization (ILO) dan World Health
Organization (WHO). Sejak tahun 1950, International Labour
Organization (ILO) dan World Health Organization (WHO) sudah
memberikan pengertian akan pentingnya kesehatan dan
keselamatan kerja.
Kebijakan K3 Di Level Internasional

Selain ILO dan WHO terdapat standar lain yang menjadi acuan dalam kesehatan
dan keselamatan kerja di dunia internasional, yaitu : ISO dan OHSAS.

● ISO
ISO merupakan singkatan dari International Organization for Standardization,
yang berfungsi sebagai pengembang dan mempublikasikan standar di
tingkat internasional. Adapun tujuan dari ISO adalah mengembangkan dan
mempromosikan standar-standar untuk umum yang berlaku secara
internasional (M.N. Nasution, 2001). ISO memiliki beberapa seri nomor yang
satu sama lain berkaitan dengan bidang-bidang yang berbeda.
ISO (International Organization for Standardization)

Berikut adalah contoh dari beberapa nomor seri ISO, yaitu :

1. ISO 9000 – Quality Management atau manajemen kualitas.


2. ISO 14000 – Environmental Management atau Manajemen Lingkungan, adalah
standar internasional tentang sistem manajemen lingkungan secara umum.
3. ISO 27001 – Information Security adalah sebuah standar sistem manajemen
keamanan informasi.
4. ISO 26000 – Social Responsibility adalah sebuah standar yang memberikan
bimbingan bagaimana sebuah organisasi dan perusahaan dapat berlangsung
dengan tanggung jawab sosial yang benar.
5. ISO 3166 – Country Codes digunakan untuk memberikan kode setiap negara dan
kode area di negara tersebut.
ISO (International Organization for Standardization)

Berikut adalah contoh dari beberapa nomor seri ISO, yaitu :

6. ISO 4217 – Currency Codes sebuah standar yang digunakan untuk memberikan kode
mata uang setiap negara.
7. ISO 22000 – Food Safety Management atau Sistem Manajemen Keamanan Pangan
merupakan sebuah sistem manajemen yang dirancang untuk membantu perusahaan
dalam rantai makanan.
8. ISO 20121 – Sustainable Events.
9. ISO 31000 – Risk Management.
10. ISO 37001 – Anti-bribery Management Systems.
11. ISO 45001 – Occupational Health and Safety
OHSAS (Occupational Health and Safety Assesment Series)

● OHSAS merupakan singkatan dari Occupational Health and Safety Assesment Series, yang
mempunyai peran sebagai sebuah standar internasional untuk menjalankan suatu sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan Kerja di perusahaan.
● Standar OHSAS yang paling sering digunakan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja memiliki nomor seri 18001.
● Standar OHSAS 18001 dapat diterapkan dan dikembangkan pada berbagai macam
organisasi dan tingkatan, misal : organisasi pendidikan, perusahaan, rumah sakit, serta
organisasi lainnya.
● Standar yang digunakan sekarang adalah OHSAS 18001 : 2007, standar tersebut
menggantikan OHSAS 18001:1999 yang menyediakan kerangka bagi efektifitas manajemen
K3 termasuk kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan yang diterapkan pada
setiap aktivitas kerja dan mengidentifikasi bahaya-bahaya yang mungkin bisa terjadi.
OHSAS (Occupational Health and Safety Assesment Series)

Standar OHSAS 18001 disusun berdasarkan metode PDCA


(Plan-Do-Check-Act), metode PDCA adalah :

● Plan (Perencanaan) yaitu membangun tujuan dan proses yang memberi hasil
yang sesuai dengan Kebijakan K3 dalam suatu organisasi atau perusahaan.
● Do (Pelaksanaan) yaitu menerapkan semua proses yang telah direncanakan.
● Check (Pemeriksaan) yaitu memantau atau meninjau ulang serta mengukur
proses-proses yang berjalan pada suatu organisasi atau perusahaan.
● Act (Tindakan) yaitu sebuah usaha mengambil tindakan dalam upaya
peningkatan kinerja program K3 yang telah direncanakan.
● OHSAS 18001 memiliki kesamaan dengan ISO 45001 yang membahas tentang
kesehatan dan keselamatan kerja.
● Pada tahun 2018, OHSAS 18001 telah digantikan dengan ISO 45001 untuk
meningkatkan konsistensi global dan menjadikan tempat kerja lebih aman dan
lebih sehat untuk semua pihak.
● Pembentukan ISO 45001 tetap mengacu pada OHSAS 18001 sebagai standar
pendahulunya, namun terdapat beberapa penyempurnaan di dalamnya.
● ISO 45001 secara perlahan akan menggantikan OHSAS 18001 dalam kurun
waktu tiga tahun setelah dirilis.
● Penerapan ISO 45001 mencangkup :cara mengendalikan semua faktor
yang mungkin mengakibatkan penyakit, cedera, dan dalam kasus
kematian ekstrim, dengan mengurangi dampak buruk pada kondisi fisik,
mental dan kognitif seseorang.
● ISO 45001 akan mendorong pengembangan proses sistematis yang lebih
luas, serta mempertimbangkan risiko, peluang, persyaratan hukum, dan
beberapa hal lainnya yang akan membantu menanamkan K3 dengan
kokoh pada inti organisasi guna memperbaiki kinerja K3.
● Sehingga menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik bagi karyawan
dan mengurangi biaya serta waktu henti dalam proses pada industri.
05
Hierarki Tertinggi Hingga Terendah
Definisi Hierarki (KBBI)

Hierarki merupakan Organisasi dengan tingkat


suatu urutan tingkatan wewenang dari yang
atau jenjang jabatan paling tinggi sampai yang
(pangkat kedudukan). paling bawah.
Tingkatan Peraturan Perundangan di
Indonesia
Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan pada Bab III tentang Jenis, Hierarki, dan Materi Muatan
Peraturan Perundang-undang pasal 7 ayat (1) yang berbunyi : Jenis dan hierarki
Peraturan Perundang-undangan terdiri atas :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;


2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
4. Peraturan Pemerintah
5. Peraturan Presiden
6. Peraturan Daerah Provinsi, dan
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Hierarki Kebijakan K3 di Indonesia
1. Undang-Undang Dasar 2. Peraturan Menteri
1945 (UUD 1945) Meskipun Peraturan Menteri tidak
● UUD 1945 Bab X tentang Warga Negara termasuk dalam tingkatan peraturan
dan Penduduk pasal 27 ayat (2) yang perundangan yang telah disebutkan di
berbunyi : “tiap-tiap warga negara atas, namun peraturan tersebut
berhak atas pekerjaan dan keberadaannya sudah diatur dalam UU No.
penghidupan yang layak bagi 12 Tahun 2011 pasal 8 ayat (1)
kemanusiaan”. ● Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 10 Tahun 2015
tentang Standar Pelayanan
Keperawatan di Rumah Sakit Khusus.
● Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 66 Tahun 2016
tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Rumah Sakit.
Hierarki Kebijakan K3 di Indonesia
2. Peraturan Menteri 3. Undang-Undang (UU)
● Peraturan Menteri Kesehatan Republik ● UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Indonesia No. 11 Tahun 2017 tentang Kerja yang mengatur tentang keselamatan
Keselamatan Pasien. kerja yang di dalamnya antara lain memuat
● Peraturan Menteri Kesehatan Republik tentang istilah-istilah, ruang lingkup,
Indonesia No. 52 Tahun 2018 tentang syarat-syarat keselamatan kerja, pengawasan,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di pembinaan, Panitia Pembina Keselamatan dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Kesehatan Kerja, kecelakaan, kewajiban dan
hak tenaga kerja, kewajiban bila memasuki
tempat kerja; dan kewajiban pengurus.
● UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Dalam pelaksanaan
pembangunan nasional, tenaga kerja memiliki
peranan serta kedudukan yang sangat penting
sebagai pelaku dan tujuan pembangunan.
Hierarki Kebijakan K3 di Indonesia
4. Peraturan Pemerintah (PP) 5. Peraturan Presiden
● PP No. 50 Tahun 2012 tentang ● Peraturan Presiden No. 34 Tahun 2014
Penerapan Sistem Manajemen tentang Pengesahan Convention
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Concerning the Promotional Framework
for Occupational Safety and
Health/Convention 187, 2006 (Konvensi
Mengenai Kerangka Kerja Peningkatan
Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja/Konvensi 187, 2006).
Hierarki Kebijakan K3 di Indonesia
6. Peraturan Daerah Provinsi 7. Peraturan Daerah
● Salah satu Peraturan Daerah Provinsi Kabupaten/Kota
yang terkait dengan K3 berupa ● Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 1
Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Tahun 2003 Tentang Pelayanan Di
Khusus Ibukota Jakarta No. 143 Tahun Bidang Ketenagakerjaan.
2016 tentang Manajemen Keselamatan
Kebakaran Gedung dan Manajemen
Keselamatan Kebakaran Lingkungan.
06
Konsep Hierarki Pengendalian
Risiko atau Bahaya
Hierarki

Hierarki
KBBI : Hierarki adalah sebuah tingkatan atau jenjang

Tujuan Hierarki
● Menentukan prioritas pemilihan dalam pelaksanaan pengendalian
● Mengurangi dan menghindari risiko atau bahaya K3
● Mengidentifikasi pengendalian dari tingkat risiko atau bahayanya
Pengendalian risiko atau bahaya merupakan suatu hierarki yang dilakukan
secara berurutan hingga mencapai tingkat risiko atau bahaya berkurang
atau menuju titik yang aman. Pada dasarnya, hierarki pengendalian risiko
atau bahaya berarti prioritas dalam pemilihan dan pelaksanaan
pengendalian yang berhubungan dengan bahaya kesehatan dan
keselamatan kerja (K3).
Menurut OHSAS 18001, terdapat lima hierarki pengendalian risiko atau
bahaya yang diantaranya, yaitu eliminasi, substitusi, perancangan atau
rekayasa teknik, administrasi, dan alat pelindung diri (APD).
Pengendalian risiko atau bahaya yang paling atas memiliki tingkat keefektifan,
kehandalan, dan proteksi paling tinggi diantara pengendalian yang lainnya. Sedangkan,
semakin ke bawah tingkat keefektifan, kehandalan, dan proteksi pengendalian risiko atau
bahayanya menurun (Reese, 2016).

http://damkar.bandaacehkota.go.id/2020/07/13/5-hierarki-pengendalian-resiko-bahaya-k3/
Risiko atau Bahaya K3
Hierarchy of Controls

ELIMINASI Mengurangi bahaya di tempat kerja dan pekerjaan

SUBTITUSI

PERANCANGAN

ADMINISTRASI Mengurangi paparan bahaya langsung terhadap tenaga


kerja
APD
Tabel Matriks Representasi Risiko

Rendah Perlu Aturan/Prosedur/Rambu

Sedang Perlu Tindakan Langsung

Tinggi Perlu Perencanaan Pengendalian

Ekstrim Perlu Perhatian Manajemen yang Tepat

Unila (2014)
http://damkar.bandaacehkota.go.id/2020/07/13/pengertian-definisi-resiko-dan-penilaian-matriks-resiko-k3/
07
Hierarchy of Controls
1
Eliminasi

Pengendalian dengan menghilangkan sumber bahaya atau menghentikan


penggunaan material atau peralatan produk yang berbahaya. Cara ini dinilai efektif
karena memodifikasi rancangan yang berpotensi berbahaya.

Misalnya, kebijakan “latex free” dalam produk sarung tangan maupun selang untuk
menghilangkan risiko terjadinya alergi pada tenaga kesehatan terhadap bahan lateks.
2
Substitusi
Pengendalian bahaya dengan mengganti alat, bahan, sistem, prosedur, atau produk
yang berbahaya atau memiliki risiko tinggi dengan yang lebih aman atau memiliki risiko
yang lebih rendah. Cara ini cukup sulit bila proses telah berlangsung karena perlu
menghilangkan/ mengganti peralatan dan prosedur.

Misalnya, penggunaan disinfektan untuk mensterilkan peralatan yang sensitif terhadap


panas seperti endoskop yang dapat menyebabkan risiko dermatitis. Penggunaan
disinfektan tersebut dapat diganti menggunakan disinfektan jenis lain yang memiliki risiko
lebih rendah, namun tingkat keefektifannya sama atau lebih tinggi.
3
Perancangan atau Rekayasa Teknik
Pengendalian bahaya yang dilakukan melalui perubahan atau perbaikan struktur
objek kerja yang bersifat fisik untuk menghindari terpaparnya para tenaga kerja
terhadap risiko atau bahaya. Cara ini dinilai sangat efektif dan hemat biaya jangka
panjang untuk melindungi pekerja tanpa harus berinteraksi dengan pekerja.

Misalnya, penggunaan ceiling-mounted system atau hoyer patient lift untuk


mengangkat klien dari tempat tidur menuju ke kursi atau kursi roda.
4
Administrasi

Pengendalian administrasi dilakukan dengan cara menyediakan suatu sistem kerja yang
mampu meminimalisir kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya. Pengendalian ini
dilakukan dengan melalui pelaksanaan prosedur agar dapat bekerja secara aman.

Misalnya, rekruitmen tenaga kerja, penerapan prosedur kerja atau SOP, melakukan
perputaran atau pemeriksaan kerja, pengaturan jadwal kerja atau shift kerja, pengaturan
waktu kerja dan istirahat serta pelatihan keahlian dan pelatihan K3.
5
Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri (APD) dirancang untuk melindungi diri dari bahaya. Penggunaan alat
pelindung diri dapat mengurangi risiko dari dampak bahaya dengan membatasi tubuh
dari potensi terpaparnya bahaya. Alat pelindung diri yang disediakan sesuai dengan
kebutuhan dan digunakan secara benar serta selalu dipelihara dalam kondisi yang layak
pakai. Selain itu, APD juga membutuhkan biaya yang mahal jika digunakan
terus-menerus.
Jenis-Jenis APD

1 2 3 4

Pelindung Pelindung Pelindung Pelindung


Kepala Wajah dan Mata Telinga Tangan
Penutup kepala Kacamata, Penyumbat telinga
Sarung tangan
atau helm masker atau penutup
telinga
Jenis-Jenis APD

5 6 7 8

Pelindung Badan Pelindung Kaki Perlindungan dari Perlindungan


atau Tungkai Kaki bagian Bawah Potensi Jatuh Pernapasan
Jas lab Pelindung kaki Sabuk atau tali Respirator
Referensi
Badan Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (n.d). Hierarki (Def. 1 dan 2). Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Diakses dari https://kbbi.web.id/hierarki.
Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi DKI Jakarta. (2021). Jaringan Dokumentasi Dan Informasi Hukum
Pemerintah Provinsi Dki Jakarta. Jakarta: Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi DKI Jakarta. Diakses
dari https://jdih.jakarta.go.id/himpunan/produkhukum_detail/5791.
Benjamin O. Alli. (2008). Fundamental Principles of Occupational Health and Safety. Geneva: ILO.
Daryanto. (2010). Keselamatan Kerja Peralatan Bengkel dan Perawatan Mesin. Bandung : Alfabeta.
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (2016). Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum. Jakarta:
Sekretariat Jenderal DPR RI. Diakses dari https://www.dpr.go.id/jdih/.
Edi Mulyanto. (2014). OHSAS 18001 (KESELAMATAN KERJA). Retrieved from :
http://www.dqsindonesia.com/90-iso-product/our-product/129-ohsas18001-2007.html.
Guidelines on occupational safety and health management systems, ILO-OSH 2001. (2009, January 1).
Retrieved September 13, 2021, from
https://www.ilo.org/global/topics/safety-and-health-at-work/normative-instr
uments/WCMS_107727/lang--en/index.htm.
IDKI (2017). Peraturan Perundangan Terkait Upaya Kesehatan Kerja. Jakarta: Perhimpunan Dokter Kesehatan
Kerja Indonesia (IDKI). Diakses dari
https://www.idki.org/pdf/Peraturan_Perundangan_Terkait_Upaya_Kesehatan_Kerja.pdf.
Referensi
ILO Jakarta. (2009). Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sarana untuk Produktivitas. Retrieved from :
http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilojakarta/documents/publica
tion/wcms_237650.pdf.
International Labour Office. (2009). Guidelines on occupational safety and health management systems,
ILO-OSH 2001 (Second ed.). Retrieved September 13, 2021, from
https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/%40ed_protect/%40protrav/%40
safework/documents/normativeinstrument/wcms_107727.pdf.
Ismail, A. (2011). EFEKTIFITAS KEBIJAKAN DEWAN K3 NASIONAL 2007–2010 DAN REVITALISASI PENGAWASAN
K3. Retrieved September 13, 2021, from
https://healthsafetyprotection.com/efektifitas-kebijakan-dewan-k3-nasional2007-2010-dan-revitalisas
i-pengawasan-k3.
KBBI. (n.d.). Hierarki. Retrieved from https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/lateks September, 12th 2021
Kelly, P, Vottero, BA, McAuliffe, CAC (ed) (2018). Introduction to quality and safety education for nurses: Core
competencies for nursing leadership and management. Second edition. New York: Springer Publishing
Company.
Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia. (2021). Pengklasifikasian Peraturan Perundang-Undangan
Substansi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Jakarta: Sekretariat JDIH KEMNAKER. Diakses dari
https://jdih.kemnaker.go.id/keselamatankerja.html..
Referensi
Mahendra, Rendi. (2016). Hierarki Pengendalian Bahaya dalam OHSAS 18001:2007. Retrieved from
https://isoindonesiacenter.com/hierarki-pengendalian-bahaya-dalam-ohsas-180012007/ September,
13th 2021.
NIOSH. (2015). Hierarchy of controls. Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved from
https://www.cdc.gov/niosh/topics/hierarchy/default.html September, 12th 2021.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012. Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat-Syarat Kesehatan, Kebersihan serta
Penerangan di Tempat Kerja, sebagaimana telah diganti dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
No. 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja diLingkungan Kerja.
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 33 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengawasan Ketenagakerjaan.
Peraturan Presiden No. 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan.
Ramli, S. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta : Dian Rakyat.
Ratnasari, S., T. (2009). Analisis Risiko Keselamatan Kerja pada Proses Pengeboran Panas Bumi Rig Darat #4
PT Apexindo Pratama Duta TBK Tahun 2009. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.
Referensi
Reese, C. D. (2016). Occupational Health and Safety Management : A Pcatical Approach. Third Edition. USA :
CRC Press.
Rendi. 2016. Perbedaan ISO 45001 dan OHSAS 18001. Retrieved from
:http://isoindonesiacenter.com/perbedaan-iso-45001-dan-ohsas-18001/.
Rejeki, S. (2016). Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Supriyadi, A. (2018). Tingkatan Dasar Hukum K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja): Peraturan Perundangan
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Diakses dari
https://katigaku.top/2018/11/29/dasar-hukum-k3-keselamatan-dan-kesehatan-kerja.
UNILA. (2014). Materi 5 K3 Hirarki Pengendalian Risiko. Retrieved from
http://staff.unila.ac.id/suudi74/files/2014/10/Materi-5-K3-HirarkiPengendalian-Resiko-Bahaya-K3-20
14.pdf.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 1951 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan.
Undang-Undang Republik Indonesia No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Undang-Undang Republik Indonesia No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
Sesi Tanya Jawab FG 2
FG 1 : Naurah Yasmin Nurjanah
Dalam ppt disebutkan ada perlindungan dari atasan yang tercantum dalam UU no 1 tahun
1970, bisa jelaskan UU no 1 tahun 1970 itu berbunyi tentang apa dan contoh perlindungan
dari atasan?

Jawaban :
Undang-Undang Nomor 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Aturan ini
bertujuan untuk memberikan perlindungan secara gratis. Di mana didalamnya dibahas
ketentuan tentang peralatan perlindungan diri dan mengharuskan pengusaha untuk
menyediakan peralatan tersebut secara gratis kepada pekerja dan pelatihan yang
diperlukan mengenai penggunaan peralatan tersebut.
Selain itu, dalam aturan ini juga diatur mengenai sistem pengawasan
ketenagakerjaan yang mana dilaksanakan oleh pengawas ketenagakerjaan pemerintah
yang ditunjuk oleh pejabat pemerintahan atau Menteri yang menjamin terlaksananya
aturan ini.
Sesi Tanya Jawab FG 2
FG 3 : Hanifa Zahra Shalihah
Bisa disebutkan contoh pengaplikasian kebijakan ILO-OSH 2001 yang sudah diterapkan di
Indonesia? Lalu apakah masih ada kebijakan yang belum terlaksana di Indonesia?

Jawaban :
Indonesia menganut sistem monisme sehingga hukum nasional lebih tinggi
kedudukannya daripada hukum internasional. Perihal kebijakan ILO-OSH, Indonesia
memiliki kewenangan untuk menggunakan ataupun tidak menggunakan poin-poin yang
ada dalam kebijakan tersebut. Misalnya, dalam PP No 50 tahun 2021 memuat
plan-do-check-action terhadap SMK3. Namun, standar ILO tidak mengikat secara hukum
nasional sehingga secara hukum tidak bisa menggantikan hukum nasional.
Selain itu, salah satu perusahaan galangan di Semarang juga menggunakan
beberapa poin ILO-OSH dalam K3nya. Sehingga jika ditanyakan mengenai apa saja yang
sudah diterapkan, sudah saya berikan contoh. Namun, untuk kebijakan yang tidak
digunakan pun cukup banyak.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai