Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH STANDARISASI

Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) OHSAS 18001

Disusun Oleh : Kelompok 9 Arifani Rahma Putri Azizah Azahra Irma Suryanti M. Rama FS R. Reindy Ragil Riyadi Bagus Sujiwo Ahsanur Jenni Desty L2J008026 L2J008013 L2J008038 L2J008042 L2J008046 L2J008083 L2J0090 L2J0090

Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 2011

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk dapat bersaing dalam era globalisasi diperlukan efisiensi dan peningkatan produktifitas kerja baik oleh perusahaan maupun pekerja secara professional. Upaya penerapan perlindungan tenaga kerja dari bahaya akibat kerja , pencapaian derajat kesehatan dan keselamatan yang tinggi serta tingkat kenyamanan kerja pada akhirnya akan berpengaruh positif terhadap peningkatan produktifitas. Lingkungan kerja yang aman, nyaman dan selamat harus memenuhi berbagai persyaratan sistem manajemen keselamatan, terutama dalam memenuhi persyaratan suatu proses produksi. Hal ini mencakup sejauh mana perusahaan mencermati masalah kesehatan dan keselamatan dalam kegiatannya untuk menghasilkan produknya baik berupa barang dan jasa. Bagi perusahaan, penanganan masalah kesehatan dan keselamatan kerja yang baik berarti :

meningkatnya kesejahteraan pekerja dan keluarga turunnya biaya kompensasi kecelakaan yang perlu dibayarkan menurunnya biaya perbaikan rendahnya biaya pencegahan dibandingkan biaya penanganan kecelakaan industri terpeliharanya citra baik perusahaan secara luas Kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan yang dialami seorang pekerja bukan

saja menjadi masalah bagi pekerja itu sendiri namun juga bagi anggota keluarganya serta kerugian yang besar bagi perusahaan. Kecelakaan kerja di tempat kerja pada umumnya dapat dicegah tanpa perlu mengeluarkan investasi dalam jumlah tinggi. Untuk dapat menjalankan prinsip kesehatan dan keselamatan kerja dengan baik perusahaan dan

pekerja harus mengunakan business sense yang baik dan mengikuti peraturanperaturan dan kaidah-kaidah yang ada. Salah satu Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang berlaku secara internasional adalah OHSAS 18001. OHSAS 18001 (Occupational Health and Safety Management System:18001) dikeluarkan oleh BSI ( British Standard Institution ) pada tahun 1999 dan efektif berlaku sejak 15 April 1999. Standar ini dibuat dan dirumuskan bersama -sama oleh 13 badan standarisasi dan badan sertifikasi dari berbagai negara.

1.2

Tujuan Penyusunan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah : 1. Mengetahui system manajemen K3 2. Mengetahui system manajemen K3 yang berlaku secara internasional yaitu OHSAS 18001 3. Mengetahui penerapan dan pentingnya system manajemen K3 dalam dunia kerja 4. Memenuhi tugas mata kuliah standarisasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Pengertian OHSAS 18001
OHSAS ( Occupational Health and Safety Assesment Series ) 18001 merupakan standar internasional untuk penerapan system manajemen kesehatan dan keselamatan kerja ( SMK3 ). Tujuan dari OHSAS ini sendiri tidak jauh berbeda dengan tujuan SMK3 Permenaker, yaitu meningkatkan kondisi kesehatan kerja dan mencegah terjadinya potensi kecelakaan kerja dan mencegah terjadinya potensi kecelakaan kerja karena kondisi K3 tidak saja menimbulkan kerugian secara ekonomis tetapi juga kerugian non ekonomis seperti menjadi buruknya citra perusahaan. 2.2

2.1

Sejarah OHSAS 18001


Usaha pemerhati K3 dunia untuk menurunkan angka kecelakaan kerja melalui suatu pedoman terhadap pelaksanaan K3 telah ada sejak beberapa tahun yang lalu. Awalnya adalah dengan penerbitan suatu pendekatan sistem manajemen yaitu Health and Safety Management-HS(G)65 yang dikembangkan oleh Health and Safety Executive Inggris yang diterbitkan terakhir pada tahun 1977. Mei 1996 muncul standar pelaksanaan K3, BS 8800 (British Standard 8800) yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja organisasi K3 melalui penyediaan pedoman bagaimana manajemen K3 berintegrasi dengan manajemen dari aspek bisnis yang lain. Hingga tahun 1999 muncul standar baru yaitu OHSAS 18001 yang dikeluarkan sebagai spesifikasi dan didasarkan pada model

yang sama dengan ISO 14001, bersamaan dengan itu diterbitkan pula OHSAS 18002 sebagai pedoman pada penerapan OHSAS 18001. Cikal bakal OHSAS 18001 adalah dokumen yang dikeluarkan oleh British Standards Institute (BSI) yaitu Occupational Health and Safety Management SistemSpecification (OHSAS) 18001:1999. OHSAS 18001 diterbitkan oleh BSI dengan tim penyusun dari 12 lembaga standarisasi maupun sertifikasi beberapa negara di dunia seperti, Standards Australia, SFS Certification dan International Certification Services. OHSAS ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1999 oleh Lembaga Sertfikasi Lloyd Register Quality Assurance (LRQA) dan didasarkan pada model ISO 14001. Standar OHSAS mengandung beberapa komponen utama yang harus dipenuhi oleh perusahaan dalam penerapan SMK3 demi pelaksanaan K3 yang berkesinambungan. Komponen utama standar OHSAS 18001 dalam penerapannya di perusahaan meliputi: 1. Adanya komitmen perusahaan tentang K3. 2. Adanya perencanaan tentang program-program K3 3. Operasi dan Implementasi K3 4. Pemeriksaan dan tindakan koreksi terhadap pelaksanaan K3 di perusahaan 5. Pengkajian manajemen perusahaan tentang kebijakan K3 untuk pelaksanaan berkesinambungan.

2.3 Persyaratan Standar Sistem Manajemen K3 - OHSAS 18001:2007


2.1.1 Ruang Lingkup Seri persyaratan penilaian keselamatan dan keselamatan kerja ini memuat persyaratan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) agar organisasi mampu mengendalikan resiko-resiko K3 dan dapat meningkatkan kinerja K3. Persyaratan ini tidak secara khusus menyatakan kriterira kinerja K3 (yang harus dipenuhi), juga tidak

memberikan spesifikasi detil tentang sistem manajemen. Standar OHSAS ini dapat diterapkan oleh organisasi yang ingin: 1. Menerapkan sistem manajemen K3 untuk mengurangi atau menghilangkan resiko kecelakaan dan keselamatan terkait aktifitas organisasi pada personil dan pihak lain yang berkepentingan. 2. Menerapkan, memelihara dan terus meningkatkan sistem manajemen K3 3. Menjamin bahwa organisasi sesuai dengan kebijakan K3 yang dibuat sendiri oleh organisasi. 4. Menunjukkan kesesuai dengan standar OHSAS ini dengan cara: a. Melakukan penilaian diri sendiri dan mendeklarasikan diri sendiri (sesuai dengan standar OHSAS) b. Mendapat pengakuran kesesuaian (dengan standar OHSAS ini) dari pihak-pihak yang berkepentingan seperti pelanggan. c. Mendapat pengakuan untuk menguatkan deklarasi (point a) dari pihak ketiga. d. Mendapatkan sertifikat sistem manajemen K3 Standar OHSAS ini dimaksudkan untuk hanya mencakup kesehatan dan keselamatan kerja, dan tidak dimaksudkan untuk mencakup area lain seperti program kesehatan karyawan keamanan produk, kerusakan properti dan dampak lingkungan. 2.1.2 Istilah dan Definisi Berikut ini adalah Istilah yang definisi yang berlaku yang digunakan dalam dokumen OHSAS 18001 ini:
1. Resiko yang dapat diterima yaitu Resiko yang telah diturunkan hingga mencapai

tingkat yang dapat ditoleransi dengan mempertimbangkan peraturan legal dan kebijakan K3 organisasi.
2. Audit yaitu Proses sistematic, independen dan terdokumentasi unutk memperleh bukti

audit dan mengevaluasinya secara objective untuk menentukan sejauh mana kriteria audit terpenuhi.

3. Peningkatan berkelanjutan yaitu Proses berulang untuk meningkatkan sistem

manajemen K3 untuk mencapai peningkatan dalam kinerja K3 secara keseluruhan yang selaras dengan kebijakan K3 organisasi.
4. Tindakan koreksi yaitu Tindakan untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian

atau situasi yang tidak diinginkan yang terdeteksi.


5. Dokumen yaitu Informasi dan media pendukungnya. ( Media dapat berupa kerjtas,

magnetik, CD, foto atau sample master atau kombiasi dari hal hal tersebut)
6. Bahaya (hazard) yaitu Sumber, situasi, tindakan yang potensial menimbulkan cedera

atau penyakit atau kombinasi keduanya terhadap manusia.


7. Identifikasi bahawa yaitu Proses untuk mengetahui adanya bahaya dan menentukan

sifat-safatnya.
8. Penyakit yaitu Kondisi fisik atau mental yang meburuk yang dapat diketahui yang

mucul dari dan/atau diperburuk oleh aktifitas dalam pekerjaan dan/atau situasi yang berhubungan dengan pekerjaan.
9. Insiden yaitu Kejadian terkait dengan pekerjaan dimana terjadi atau dapat saja terjadi

cedera atau penyakit (terlepas dari tingkat bahayanya) atau terjadinya kamatian.
10. Pihak-pihak terkait yaitu Individu atau kelompok, di dalam dan diluar lokasi kerja

yang berkepentingan atau yang dipengaruhi oleh kinerja K3 organisasi.


11. Ketidaksesuaian yaitu Tidak terpenuhinya persyaratan 12. Keselamatan dan kesehatan kerja yaitu Kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi

atau dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan karyawan atau pekerja (termasuk pekerja sementara dan personal kontraktor), pengunjung atau orang lain dalam lokasi kerja.
13. Sistem Manajemen K3 yaitu Bagian dari sistem manajemen organisasi untuk

membangun dan menerapkan kebijakan K3 dan mengelola resiko resiko K3. Catatan1: Sistem manajemen adalah sekumpulan elemen yang berkaitan yang digunakan untuk menetapkan kebijakan dan sasaran dan untuk mencapai sasaran tersebut.

Catatan 2: Sistem manajemen mencakup struktur organisasi, aktifitas perencanaan (termasuk, sebagai contoh, penilaian resiko dan penetapan sasaran), tanggung jawab, praktek-praktek, prosedur-prosedur, proses-proses dan sumber daya.
14. Sasaran K3 yaitu Sasaran terkait dengan kinerja K3 yang ditetapkan organisasi untuk

dicapai.
15. Kinerja K3 yaitu Hasil terukur dari pengelolaan organisasi terhadap resiko-resiko

K3.
16. Kebijakan K3 yaitu Arahan yang bersifat menyeluruh bagi organisasi terkait dengan

kinerja K3 dan secara formal diungkapkan oleh manajemen puncak.


17. Organisasi yaitu Perusahaan, korporasi, firma, kelompok perusahaan, lembaga,

instituis atau kombinasi dari hal tersebut, kelompok atau bukan, publik ataupun pribadi yang mempunyai fungsi dan adminsitrasi sendir.
18. Tindakan Pencegahan yaitu Tindakan untuk menghilangkan

penyebab dari

ketidaksesuaian yang potensial terjadi atau situasi atau kondisi yang tidak diinginkan yang potensial terjadi.
19. Prosedur yaitu Cara untuk melakukan aktifitas atau untuk melakukan proses. 20. Catatan yaitu Dokumen yang yang menggambarkan hasil yang dicapai dari aktifitas

yang dilakukan atau menggambarkan bukti dari aktifitas yang dilakukan.


21. Resiko yaitu Kombinasi dari tingkat kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang

berbahaya atau yang mengakibatkan bahaya dan tingkat keparahan dari cedera atau penyakit yang diakibatkan.
22. Penialian resiko yaitu Proses untuk mengavaluasi resiko yang muncul dari suatu

bahaya, dengan mempertimbangkan kelayakan kontrol yang ada, dan memutuskan apakah resiko tersebut dapat diterima atau tidak.
23. Area kerja yaitu Suatu lokasi fisik dimana aktifitas terkait dengan pekerjaan

dilakukan dibawah kontrol organisasi. Catatan: Untuk menentukan mana yang termasuk area kerja', organisasi perlu mempertimbangkan dampak K3 terhadap personil yang, misalnya, melakukan perjalanan atau transit (mengemudi, melakukan perjalan dengan pesawat terbang, kapal laut ataupun kerena), bekerja di tempat klien atau pelanggan, bekerja dirumah.

2.1.3

Tahapan Penyusunan SMK3 Menurut OHSAS 18001 Berdasarkan 5 komponen utama diatas, tahapan dalam penyusunan SMK3 menurut OHSAS 18001 melalui 6 tahapan yaitu :
1. Mengindentifikasi resiko dan bahaya, 2. Mengidentifikasi ketetapan UU dan peraturan hukum yang berlaku 3. Menentukan target dan pelaksana program, melancarkan program perencanaan

untuk mencapai target dan objek yang telah ditentukan


4. Mengadakan perencanaan terhadap kejadian darurat, 5. peninjauan ulang terhadap target dan para pelaksana system 6.

penetapan kebijakan sebagai usaha untuk mencapai kemajuan yang berkesinambungan. Tahapan penerapan ini lebih panjang jika dibandingkan dengan penerapan SMK3 menurut permenaker tetapi dari segi isi tidak ada perbedaan yang signifikan. Seiring dengan upaya pelaksanaan OHSAS dalam perusahaan, munculah suatu konsep baru sebagai akibat praktek OHSAS 18001 dalam manajemen perusahaan.

2.1.4

Proses Sertifikasi OHSAS 18001 Adapun hal-hal yang perlu disiapkan untuk Program Sertifikasi OHSAS 18001 meliputi tahapan sebagai berikut : 1. Pendefinisian ruang lingkup sertifikasi Kunjungan pendahuluan untuk melihat analisis gap dan diagnosis antara standar yang diterapkan oleh organisasi terhadap standar OHSAS 18001 2. Sertifikasi audit dalam 2 tahap yaitu :

Stage 1 :

Audit pendahuluan, yakni audit dokumen dan pre-audit untuk

menguji tingkat penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di organisasi, guna persiapan pelaksanaan audit sertifikasi.

Stage 2 :

Audit sertifikasi, yakni

audit komprehensif untuk menilai

efektivitas penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

berdasarkan sistem dokumentasi yang telah dibuat dan ruang lingkup aplikasi sistem OHSAS 18001 Sertifikasi diterbitkan oleh SUCOFINDO ICS sesuai dengan ruang lingkup penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan standar yang diaplikasikan oleh perusahaan serta berlaku selama 3 tahun sejak tanggal pengesahannya. Sertifikat baru bisa diterbitkan setelah organisasi melakukan corective action (CA) terhadap hasil temuan audit. Audit pengawasan akan dilakukan oleh SUCOFINDO ICS untuk memantau tingkat pemeliharaan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja organisasi. Audit sertifikasi-ulang, setelah 3 tahun SUCOFINDO ICS akan melakukan audit sertifikasi secara keseluruhan terhadap organisasi yang telah disertifikasi. Keuntungan dari penerapan OHSAS 18001;2007 ini adalah : 1. Meningkatkan kesadaran keselamatan dan kesehatan kerja 2. Menekan resiko kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan kerusakan aset perusahaan 3. Sistem dokumentasi kesehatan dan keselamatan kerja menjadi lebih baik 4. Menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang berada ditempat kerja 5. Ketidaksesuaian penyebab kecelakaan kerja dan terganggunya kesehatan pekerja terdeteksi lebih awal
6. Peluang untuk perbaikan sistem penanganan keselamatan dan kesehatan kerja

lebih baik.
7. Meningkatkan effisiensi ( dgn turunnya medical claim ).

8. Pemenuhan peraturan / undang-undang yang berlaku. 9. Meningkatkan rasa aman bagi seluruh jajaran dari level paling bawah sampai ke Top Management.

Program-program yang diimplentasikan untuk menunjang Zero Accident seperti : 1. Identifikasi Potensi Bahaya (Safety Mapping) 2. Program Patrol Safety 3. Program Safety Rule 4. Program Safety Campaign 5. Program Training K3 Implementasi Penerapan OHSAS 18001;2007 misalnya :
1. Tersedianya jalur khusus untuk pejalan kaki, baik untuk di dalam plant maupun di

area luar. 2. Pengaturan arah menghadap kendaraan di area parkir. 3. Pemasangan rambu-rambu peringatan di lingkungan pabrik. 4. Pemasangan slogan-slogan di lingkungan pabrik. 5. Dikeluarkannya aturan main untuk kontraktor yang bekerja dilingkungan Pako group harus memenuhi kriteria K3. 6. Dikeluarkannya aturan main penggunaan APD berdasarkan potensi

bahaya dimasing-masing aktifitas.

2.4 Tahap-

tahap Penerapan OHSAS-18001

Pada intinya, penerapan sistem manajemen apapun sama. Dimulai dari komitmen top level manajemen, perencanaan, penerapan, pemeriksaan sampai pada tindak lanjut. Bedanya tentu pada fokus. Untuk sistem manajemen K3, fokusnya adalah keselamatan dan kesehatan kerja. Berikut adalah tahap yang yang perlu dilakukan dalam penerapan sistem manajemen K3

1. Membuat kebijakan K3 Tiga komitmen yang harus ada dalam kebijakan K3 dalam OHSAS-18001 adalah komitmen untuk mencegah cidera dan gangguan kesehatan, peningkatan berkelanjutan dan mencapai kesesuaian dengan persyaratan yang berlaku terkait K3. 2. Membentuk team Ada banyak pekerjaan dalam pengembangan sistem manajemen keselamatan yang perlu dilakukan bersama-sama. Misalnya, dalam mengidentifikasi proses-proses yang dilakukan organisasi, dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi resiko bahaya, menentukan pengendalian dan sebagainya. Aktifitas-aktifitas tersebut membutuhkan pengetahuan dan pertimbangan dari beberapa pihak. 3. Pelatihan dasar Pelatihan dasar perlu diberikan pada team untuk membekali mereka dalam tugas-tugas selanjutnya terkait pengembangan sistem manajemen K3. Paling tidak, team harus dibekali dengan pemahaman yang baik tentang persyaratan-persyaratan yang terkandung dalam OHSAS-18001, metoda-metoda dalam identifikasi dan penilaian resiko bahaya, aspek-aspek keselamatan yang relevan dengan aktifitas organisasi. 4. Mengidentifikasi dan menilai resiko bahaya Bahaya keselamatan bisa datang dari berbagai aktifitas yang dilakukan organisasi, penggunaan peralatan, ataupun elemen-elemen yang datang dari luar organisasi. Semuanya harus dinilai untuk menentukan tingkat resikonya terhadap pekerja. Tahap pertama adalah identifikasi bahaya. Untuk organisasi yang sudah menerapkan ISO-9001 dan/atau 14001, akan lebih mudah bila identifikasi bahaya dilakukan dengan melihat proses-proses yang dilakukan. 5. Menetapkan pengendalian operasional.

Setelah mengetahui tingkat resiko dari setiap bahaya yang teridentifikasi, selanjutnya adalah menetapkan bagaimana cara pengendalian resiko.Tentu, prioritas harus diberikan kepada bahaya dengan tingkat resiko tinggi. Itulah gunalah penilaian resiko: menentukan prioritas. Sejauh memungkinkan, cara pengendalian yang harus dipilih adalah menghilangkan resiko. Pilihan terakhir adalah penggunaan peralatanperalatan pengaman. 6. Menetapkan dan menerapkan prosedur untuk mengidentifikasi persyaratanpersyaratan K3 Pertama organisasi harus menentukan cara bagaimana mengakses/memperolah persyaratan-persyaratan legal terkait K3. Kedua organisasi harus memilah mana persyaratan-persyaratan yang harus diberlakukan. 7. Menetapkan sasaran dan program Dasar dari penetapan sasaran adalah persyaratan-persyaratan K3 yang berlaku dan tingkat resiko dari bahaya yang ada. Sasaran kinerja bisa terkait lagging indicator (hasil akhir yang ingin dicapai) seperti penurunan tingkat kecelakaan karena bahan kimia, penurunan tingkat kecelakaan dalam proses produksi, Penurunan tingkat kecelakaan terkait listrik dan sebagainya. 8. Menyediakan infrastruktur dan teknologi yang diperlukan untuk penerapan sistem manajemen K3. Fokus tentu saja harus diberikan pada Sumber daya yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan, berdasarkan tingkat resiko bahaya yang ada. Masalah keselamatan adalah tanggung jawab semua pihak. Top level management memberikan komitem dan sumber daya, tetapi yang menjalan sistem adalah karyawan di semua tingkatan. 9. Menunjuk Management Representative

Tugas utama MR dalam sistem manajemen K3 sama saja dengan MR di sistem manajemen mutu maupun lingkungan: menjamin sistem diterapkan dan diperlihara dan melaporkan kinerja sistem kepada pihak menajemen. 10. Mengembangkan kompetensi yang diperlukan personil, baik lewat pelatihan ataupun cara lain 11. Menetapkan dan menerapkan prosedur untuk mengembangkan kesadaran K3 Yang bisa dilakukan oleh organisasi adalah menentukan berbagai upaya yang dapat menstimulir berkembangnya kesadaran tentang pentingnya K3. Poster, penyebaran informasi perlu untuk 'mengenalkan' dan mengingatkan. Pelatihan dan briefingbriefing perlu sebagai alat rational persuation. Keterlibatan karyawan dalam beberapa bagian pekerjaan perencanaan aturan juga perlu untuk membangkitkan rasa tanggung jawab yang muncul dari dalam diri sendiri. 12. Menetapkan dan menerapkan prosedur komunikasi internal dan eksternal terkait K3 Persyaratan ini similar dengan apa yang ada dalam ISO-14001. Organisasi harus menentukan cara-cara untuk mengkomunikasikan hal-hal terkait K3 ke internal organisasi. Misalnya, penggunaan bulletion board, atau newsletter untuk menyebarkan informasi tentang kinerja sistem manajemen K3. 13. Menetapkan prosedur untuk mengembangkan keterlibatan karyawan dan konsultasi Terkait konsultasi, intinya adalah pihak manajemen perlu berkonsultasi dengan pihakpihak karyawan dalam mengambil keputusan-keputusan penting terkait K3. Tentu yang dimaksud konsultasi disini adalah pertukaran pandangan dan pertukaran gagasan. 14. Penyusunan manual K3.

Sebetulnya OHSAS-18001 tidak secara eksplisit mensyaratkan adanya manual tetapi dokumen ini dapat digunakan untuk memuat kebijakan K3, lingkup sistem manajemen K3 dan juga elemen-elemen inti yang terdapat dalam sistem serta acuannya ke dokuman-dokumen lain. 15. Menetapkan dan menerapkan prosedur pengendalian dokumen Ini tentu mudah untuk organisasi yang sudah menerapkan ISO-9001 atau standar sistem manajemen lainnya. Yang diperlukan hanyalah merubah lingkup prosedur pengendalian dokumen yang sudah ada sehingga mencakup pula dokumen-dokumen yang diperlukan dalam sistem manajemen K3.

16. Menetapkan dan menerapkan prosedur untuk mengidentifikasi keadaan darurat. Proses ini adalah kelanjutan dari proses identifikasi dan penilaian resiko bahaya. Bahaya apa saja yang dianggap beresiko dan dapat menimbulkan kondisi darurat? Dalam mengidentifikasi ini, organisasi juga perlu melihat kondisi yang pernah terjadi dan juga pengalaman-pengalaman dari organisasi yang similar. Kondisi darurat apa yang pernah mereka alami yang dapat diambil pelajaran. 17. Menetapkan dan menguji secara berkala prosedur-prosedur tanggap darurat Setelah organisasi mengidentifikasi kondisi darurat apa saya yang mungkin terjadi, selanjutnya adalah merancang rencana tanggap darurat. Siapa harus melakukan apa pada saat kondisi darurat terjadi dan bagaimana melakukannya. Prosedur ini harus disimulasikan secara berkala untuk memelihara kesiapan setiap personil dalam menghadapi kondisi darurat sekaligus ntuk menguji apakah prosedur dapat berjalan dengan baik atau tidak, apakah prosedur perlu diperbaiki atau tidak, apakah perlu adanya perubahan dalam pengaturan peralatan yang diperlukan atau tidak dan sebagainya.

18. Menetapkan dan menerapkan prosedur pemantauan dan pengukuran kinerja K3.

Bila organisasi menggunakan peralatan tertentu (misalnya mempunyai alat sendiri untuk mengukur tingkat kebisingan atau peralatan untuk mengukur suatu parameter variable yang mempengaruhi keselamatan), organisasi harus mengkalibrasi dan memelihara alat tersebut untuk menjamin kemampuannya dalam mengukur. Ini bisa dimasukkan dalam prosedur kalibrasi yang biasanya sudah ada dalam sistem manajemen mutu. 19. Menetapkan dan menerapkan prosedur untuk mengevaluasi pemenuhan persyaratan-persyaratan terkait K3. Persyaratan ini similar dengan persyaratan untuk mengevaluasi pemenuhan persyaratan lingkungan dalam ISO-14001. Tentu, acuan dalam OHSAS-18001 adalah persyaratan dan perundangan terkait K3. 20. Menetapkan prosedur tindakan koreksi dan pencegahan Tahapan yang diperlukan dalam tindakan koreksi dan pencegahan sama saja, apapun masalahnya, baik terkait mutu, lingkungan ataupun K3. Yang berbeda tentunya adalah kejadian-kejadian yang men-trigger diperlukannya tindakan koreksi dan pencegahan: Tahap identifikasi non-conformities. Prosedur ini dapat disatukan dengan prosedur yang sudah ada dalam sistem manajemen mutu, dengan pengubahan lingkup dan penambahan dalam tahap identifikasi masalah. Dalam tindakan koreksi terkait 'nonconformities' di sistem manajemen K3, salah satu identifikasi masalah adalah terkait dengan proses investigasi kecelakaan. 21. Menetapkan dan menerapkan prosedur pengendalian catatan Prosedur yang dibutuhkan sama saja dengan prosedur pengendalian catatan dalam ISO-9001. Organisasi hanya perlu menambah lingkup dari prosedur sehingga juga mencakup catatan-catatan terkait sistem manajemen K3. 22. Menetapkan dan menerapkan prosedur audit internal K3.

Prinsip-prinsip audit dalam OHSAS-18001 sama dengan ISO-9001 maupun ISO14001. Organisasi tak perlu lagi membuat prosedur baru, cukup memperluas lingkup dari prosedur yang sudah ada. 23. Melakukan tinjauan manajemen Tinjauan manajemen dilakukan agar pihak manajemen mengetahui perkembangan dalam sistem manajemen K3 yang telah dibangun. Pihak manajemen harus tahu hasil audit yang telah dilakukan, kinerja sistem, kecelakaan-kecelakaan yang terjadi dan sebagainya. Persyaratan tentang tinjauan manajemen juga similar dengan persyaratan dengan judul yang sama dalam ISO-9001 dan ISO-14001. Yang menarik dalam OHSAS-18001 adalah bahwa pihak manajemen juga harus mengetahui bukti-bukti hasil dari partisipasi dan konsultasi. Ini semacam penegasan bahwa partisipasi dan konsultasi (pertukaran ide dan gagasan antar karyawan dan pihak manajemen) penting sekali dalam penerapan sistem manajemen K3.

2.5

Studi Kasus Penerapan SMK3


PT. Wijaya Karya atau WIKA merupakan salah satu perusahaan BUMN yang telah menerapkan OHSAS 18001 dalam manajemennya. WIKA adalah sebuah BUMN yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi. Bidang pekerjaan dengan tingkat resiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Karena alasan itulah, manajemen WIKA sangat berkomitmen dalam imlementasi SMK3 dan pengawasan terhadap pelaksanaannya secara terus menerus di seluruh jajaran unit kerjanya. Komitmen WIKA dalam pelaksanaan SMK3 telah mengantarnya sebagai pelopor penerapan SMK3 sesuai standard internasional OHSAS 18001 untuk perusahan jasa konstruksi. Bahkan pada November 2005 WIKA memperoleh penghargaan sebagai Indonesias Most Caring Companies for Safety Award 2005.

Apabila ditilik pada kegiatan-kegiatan rutinnya, memang beberapa penghargaan tersebut tidak salah tangan. Sebut saja kegiatan sebagai sosialisasi manajemen resiko yang diadakan oleh WIKA sebagai tahapan perencanaan penerapan SMK3 . Kegiatan ini diikuti oleh semua unit kerjanya sebagai upaya untuk mempopulerkan budaya manajemen resiko di lingkungan kerja WIKA seperti menghindari, mengontrol dan mentransfer resiko yang ada dan mungkin bisa ada dalam kegiatan operasi. Ada lagi kegiatan rutin yang dilakukan WIKA sebagai upaya untuk mensosialisasikan dan mengkomunikasikan berbagai kegiatan K3 dalam perusahaan, Safety Talk, yang diadakan tiap bulannya . Pelaksanaan K3 WIKA di lapangan, diukur dengan Safety Implementation Level (SIL) yang berisi tentang kriteria dan standar pengukuran yang telah ditetapkan hingga nantinya ada penilaian atau audit terhadap pelaksanaan kriteria-kriteria yang harus ada. Proses audit dilakukan dengan suatu acara yang disebut Surveillance Audit OHSAS 18001 yang dapat digabung dengan audit ISO 9001:2000 dengan tim auditor yang terdiri dari Tim Audit Eksternal OHSAS 18001:1999 dari PT. Sucofindo dan tim Auditor ISO 9001:2000. Hasil audit ini digunakan oleh WIKA untuk perbaikan manajemen K3 dan evaluasi diri untuk mengukur kinerja perusahaan demi pengembangan SMK3 yang berkesinambungan. Pengkajian ini dilakukan sebagai usaha untuk lebih concern terhadap K3 dan tetap menjaga komitmen Good Safety is Good Bussiness. HasilnyaJanuari 2006 WIKA mendapatkan penghargaan Zero Accident dari Depnaker dan Bendera Emas dari PT. Sucofindo sebagai perusahaan yang peduli terhadap penerapan SMK3. Bahkan berbagai proyek baru mengalir untuk WIKA salah satunya karena komitmen WIKA ini, sebuah keuntungan yang patut dipertahankan. Begitu membanggakan jika perusahaan di Indonesia yang belum menerapkan OHSAS 18001 mulai tergerak hati untuk mencoba. Akan banyak nyawa terselamatkan dan banyak keuntungan yang dapat diraup. Jadi tidak ada salahnya perusahan mulai mengenal dan mengakrabkan diri dengan OHSAS 18001:1999, semua terasa lebih indah dan lebih hidup.

KESIMPULAN

Kesimpulan- kesimpulan yang dapat diperoleh dari pembahasan tersebut yaitu 1. OHSAS ( Occupational Health and Safety Assesment Series ) 18001 merupakan standar internasional untuk penerapan system manajemen kesehatan dan keselamatan kerja ( SMK3 ). 2. Cikal bakal OHSAS 18001 adalah dokumen yang dikeluarkan oleh British Standards Institute (BSI) yaitu Occupational Health and Safety Management Sistem-Specification (OHSAS) 18001:1999.

3. Seri persyaratan penilaian keselamatan dan keselamatan kerja ini memuat persyaratan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) agar organisasi mampu mengendalikan resiko-resiko K3 dan dapat meningkatkan kinerja K3. 4. Pada intinya, penerapan sistem manajemen apapun sama. Dimulai dari komitmen top level manajemen, perencanaan, penerapan, pemeriksaan sampai pada tindak lanjut. 5. PT. Wijaya Karya atau WIKA merupakan salah satu perusahaan BUMN yang telah menerapkan OHSAS 18001 dalam manajemennya. 6. Pelaksanaan K3 WIKA di lapangan, diukur dengan Safety Implementation Level (SIL) yang berisi tentang kriteria dan standar pengukuran yang telah ditetapkan hingga nantinya ada penilaian atau audit terhadap pelaksanaan kriteria-kriteria yang harus ada.

Anda mungkin juga menyukai