Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

DASAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


“Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
Pada Pekerja Sablon ”

Makalah ini dibuat sebagai Ujian Tengah Semester


Mata Kuliah Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Disusun oleh:
RATIH SARI UTAMI
N1A1319019

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JAMBI
2019

1
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Kami dengan ini menyatakan bahwa makalah ini dibuat dengan sejujurnya
dengan mengikuti kaidah etika akademik UNJA serta menjamin bebas
Plagiarisme.

Kami juga menyadari bahwa jika diantara kami tidak menandatangani surat
pernyataan ini berarti tidak berkontribusi dalam pembuatan makalah serta
bersedia tidak memperoleh nilai karena keteledoran tersebut.

Bila kemudian diketahui kami melanggar pernyataan ini maka Kami bersedia
dinyatakan tidak lulus/gagal.
Jambi,10 November 2019

RATIH SARI UTAMI


N1A1319019

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME.......................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. LATAR BELAKANG............................................................................1

B. TUJUAN ................................................................................................2

C. MANFAAT.............................................................................................2

D. METODE PENELITIAN........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. PROSES KERJA.....................................................................................3

B. IDENTIFIKASI HAZARD DAN RISIKO.............................................4

C. EFEK KESEHATAN..............................................................................5

D. METODE PENGENDALIAN................................................................5

BAB III PENUTUP................................................................................................8

A. KESIMPULAN........................................................................................8

B. REKOMENDASI.....................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9

DOKUMENTASI

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan hal yang tidak
terpisahkan dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja tidak saja sangat penting dalam
meningkatkan jaminan sosial dan kesejahteraan para pekerjanya akan tetapi
jauh dari itu keselamatan dan kesehatan kerja berdampak positif atas
keberlanjutan produktivitas kerjanya.
Keselamatan kerja dalam istilah sehari hari sering disebut dengan safety,
secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja
pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya.
Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya
dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
Dalam melakukan suatu pekerjaan tentu saja harus memperhatikan
keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja sebagai
tukang sablon pada industri konveksi memang merupakan salah satu aspek
penting di lingkungan kerja. Setiap orang yang bekerja sebagai tukang sablon
pada industri konveksi seharusnya memahami pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja. Selain pekerjaan harus terselesaikan juga harus dapat
menjamin kesehatan dan keamanannya, dibutuhkan kesadaran tenaga
kerjanya dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja, dan melaksanakan
pekerjaannya sesuai dengana prosedur yang ada.
Pelaksanaan keamanan dan kesehatan kerja harus memenuhi sasaran yaitu
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, mencegah timbulnya penyakit
akibat kerja, mencegah/mengurangi kematian dan cacat tetap, pemeliharaan
terhadap peralatan kerja, dapat meningkatkan produktifitas kerja sehingga
tenaga kerja tidak harus memeras tenaganya, dapat menjamin keadaan
kempat kerja yang aman dan sehat, dapat memperlancar kegiatan dan
pekerjaan pada industri konveksi tersebut.

4
Sama halnya dengan pekerjaan lain, usaha penyablonan memiliki
berbagai kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini dapat disebabkan
karena kurangnya pengetahuan pekerja terhadap kesehatan dan keselamatan
kerja itu sendiri.
Selain kemungkinan besar terjadinya kecelakaan kerja pada penyablon,
penyakit akibat kerja juga tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada
pekerja (penyablon) apalagi pada usaha yang informal. Hal ini disebabkan
karena pada biasanya mereka bekerja dengan peralatan apa adanya tanpa
memenuhi syarat ergonomic alat tersebut serta jam kerja yang tidak menentu.
Tak ubahnya usaha formal, usaha informal juga memerlukan pelayanan
kesehatan okupasi. Pelayanan kesehatan primer kedokteran okupasi adalah
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pkerja, baik sebagai individu
maupun komunitas pekerja pada tingkat primer.
Penyablon pada industri rumah tangga merupakan sampel yang dipilih,
dimana kegiatan penyablon dalam melakukan usahanya menghasilkan
pakaian jadi mereka masih menggunakan tenaga manusia dan peralatan
tradisional.
Berdasarkan landasan diatas maka timbul pemikiran dan keinginan untuk
mensurvei kesehatan dan keselamatan kerja pada sektor usaha informal yaitu
usaha penyablonan. Selain itu survai ini juga merupakan salah satu kewajiban
untuk memenuhi tugas mata kuliah K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).
B. TUJUAN
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi hazard atau bahaya dan resiko
yang mungkin dapat terjadi pada Pekerja penyablonan serta untuk
mengidentifikasi masalah dan efek kesehatan yang dialami oleh Pekerja
penyablonan tersebut.
C. MANFAAT
Setelah melakukan identifikasi terhadap hazard, resiko,masalah, dan efek
kesehatan yang ada terhadap pekerjaan penyablonan, kami berharap dapat
membantu Pekerja penyablonan agar mendapatkan referensi terhadap potensi
bahaya yang terjadi yang diakibatkan oleh pekerjaannya sehingga para
penyablonan menjadi lebih hati hati dan peduli terhadap keselamatan dan

5
kesehatan dirinya akan resiko dan bahaya akan pekerjaannya dengan
menggunakan pelindung diri dan bekerja sesuai dengan prosedur kerja
sehingga bahaya/hazard, resiko, masalah, dan efek kesehatan yang ada
ataupun yang dialami tidak terjadi lagi.
D. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan pada makalah ini yaitu dengan metode
wawancara dan observasi yang di lakukan pada Pekerja penyablonan. Penulis
mendapat informasi tentang pekerjaan penyablonan dari pengalaman pekerja
dan dari sumber internet yang relevan.

6
BAB II
PEMBAHASAN
A. PROSES KERJA
Deskripsi pekerjaan :
Sablon adalah teknik mencetak dalam berbagai media seperti kaos, kaos,
plastik, kertas, kaca, kayu dan sebagainya dengan menggunakan alat bantu
berupa screen sablon (atau sering juga disebut film sablon). Kegiatan
menyablon sekilas tampak mudah dan sederhana, pada prakteknya menyablon
membutuhkan kemampuan khusus untuk mendapatkan hasil yang berkualitas.

1. Peralatan Dalam Penyablonan


a) Screen (kain gasa terbuat dari polyster/nylon), ada banyak jenis screen,
untuk menyablon kaos/kain maka cocok menggunakan screen berpori-
pori kasar dengan type T48,T54,T61,T77,T90 (nilai screen semakin besar
maka kerapatannya semakin tinggi, biasanya pakai T54)
b) Rakel (alat sapu terbuat dari karet sintesis) harganya sekita 1000-
1500/cm, dapat dibeli di toko sablon
c) Obat afdruk (cairan kental/emulsion) untuk pemula biasanya
menggunakan obat afdruk jenis ulano (meskipun mahal) karena mudah
untuk digunakan dan sebelum menggunakan campur dengan sentitizer
yang telah disediakan.
d) Mika/kuas cat/coater (alat pemoles obat afdruk)
e) Bantalan Hitam (buat sendiri, untuk mengepress film pada screen)
f) Kaca dengan tebal 0.2-0.5mm
g) Semprotan Air (pengembang gambar hasil afdruk)
h) Tinta/cat (khusus sablon) untuk kaos biasanya menggukanan pasta warna
(rubber), bewarna dasar putih kentar dan dapat dicampur pigment untuk
membuat cat dengan warna yang diinginkan.
2. Proses Pengafdrukan
Proses pengafdrukan biasanya dilakukan sebelum melakukan pencetakan,
tujuannya adalah menciptakan bentuk yang sesuai dengan yang kita inginkan
diatas kain saring(screen). Untuk menghasilkan cetak sablon yang baik maka
diperlukan keahlian dalam proses afdruk. Prosesnya yaitu :

7
a) Bersihkan screen yang ingin kita gunakan, meskipun baru screen
berpotensi terkena debu yang dapat mempengaruhi hasil afdrukan.
Bersihkan dengan sabun colek/krim+kain perca lalu keringkan dengan
matahari dengan posisi screen berdiri, jangan dengan kipas Karena bisa
kena debu lagi.
b) Oleskan obat afdruk / stencil / photo emulsion screen secukupnya ke
dibagian belakang dan depan screen. Ratakan obat tersebut menggunakan
Rakel / penggaris / coater/kuas cat,jangan terlalu tebal/tipis. Keringkan
dengan hair dryer saja karena keringnya lama sekali,bisa juga diangin-
angin saja namun usahakan berada di tempat yang tidak terlalu terekspos
oleh cahaya
c) Setelah kering, siapkan film sablon yang telah anda buat dan rekatkan
pada screen tersebut di posisi yang anda inginkan (biasanya di posisi
center/tengah)
d) Ada dua pilihan dalam melakukan penyinaran / exposing, yaitu ;
menggunakan cahaya matahari ( bagus tapi kagak stabil, soalnya
tergantung sama kemurahan hati sang surya, kalo terang waktunya bisa
cepet, klo mendung bisa kagak jadi ), atau dengan cahaya buatan ( bisa
lampu neon / lampu UV ). Tahapan ini memerlukan timing yang tepat,
karena obat afdruk bersifat peka cahaya, sehingga ia akan bereaksi sesuai
dengan intensitas cahaya yang diterimanya ( perhatian : tidak semua obat
afdruk yang tersedia di pasaran memerlukan waktu penyinaran yang
sama, sebaiknya anda tanyakan kepada toko penjual obat tersebut
mengenai waktu penyinaran yang tepat untuk obat yang anda beli ).
Urutan untuk penyinaran dengan matahari : kaca,film,screen,bantal kain
hitam (tekan bantalan hitam agar tak ada cahaya masuk lewat sela-sela
yang mengakibatkan proses afdruk gagal), dengan Lampu neon
2x40watt, urutannya sama tapi ga pake kaca karena sudah menggukanan
meja afdruk.
e) Setelah proses penyinaran, maka image / bentuk yang anda inginkan akan
terlihat ( agak samar – samar ) di atas screen yang telah diberi obat
afdruk tersebut,

8
f) Segera siram dengan air bertekanan tinggi atau benamkan dalam air
untuk merontokkan obat tersebut,
g) Idealnya setelah anda menyiram atau membenamkan screen tersebut
dalam air, maka obat afdruk yang telah terekspos cahaya tersebut akan
merontokkan diri, sehingga membentuk image / bentuk yang anda
inginkan, namun terkadang karena waktu penyinaran yang kurang tepat,
maka bisa saja ada obat yang masih tertinggal, bila anda menyiram
dengan air bertekanan tinggi, biasanya obat ini akan rontok sendiri pada
akhirnya, namun bila masih tetap membandel, mau tidak mau anda perlu
mengulang proses ini dari awal,
h) Setelah image / bentuk yang anda inginkan bersih sempurna dari
gangguan obat yang masih tersisa di screen, anda dapat mengeringkan
screen tersebut, atau mengoleskan obat penguat screen
3. Tahap Penyablonan
a) Pinggiran gambar yang akan disablon diplester agar cat tidak mengalir
kemana-mana.
b) Letakkan pasta/rubber yang sudah dicampur pigment/warna yang
diinginkan.
c) Sebelumnya gunakan alat papan triplex pada bagian dalam kaos agar cat
tidak tembus kebelakang.
d) Gunakan rakel untuk menyapu cat. Lalu keringkan kaos.
e) Jika sudah selesai, sebaiknya screen langsung dicuci dengan sabun krim
tentu dengan kain perca sebagai sikatnya. Walaupun menggukanan tinta
berbasir air, apabila screen tidak langsung dibersihkan akan sesulit
membersihkan tinta berbasi minyak.
B. IDENTIFIKASI HAZARD DAN RESIKO
1. Hazard lingkungan kerja
Hazard lingkungan kerja dapat berupa fisik, kimia, dan biologi
( Kurniawidjaja,2010 )
Yang dimaksud dengan Hazard atau potensi bahaya menunjukan adanya
sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan cedera atau penyakit,
kerusakan atau kerugian yang dapat dialami oleh tenaga kerja atau

9
instansi. Sedangkan kemungkinan potensi bahaya menjadi manifest,
sering disebut resiko. Baik “hazard” maupun “resiko” tidak selamanya
menjadi bahaya, asalkan upaya pengendaliannya dilaksanakan dengan
baik.
Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada Pasal
1 menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan,
tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang
sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana
terdapat sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua
ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-
bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
Pada dasarnya, terdapat ruang lingkup dalam penentuan bahaya atau
hazard di tempat kerja. Yakni mencakup pengenalan, evaluasi dan
pengendalian. Didalam usaha penyablonan terdapat faktor-faktor yang
dapat mengganggu keselamatan kerja. Faktor yang dapat menimbulkan
resiko diantaranya 1) faktor Fsik, 2) faktor ergonomik 3) faktor
psikososial, 4) faktor kimia l. 4
a. Fisik :
1. Sinar matahari yang panas yang juga menyebabkan suhu udara
menjadi panas dapat menimbulkan resiko pusing dan sakit pada
kepala, dehidrasi yang akan dialami oleh tubuh, kelelahan.
Selain itu bisa menyebabkan biang keringat yang berdampak
pada kesehatan kulit seperti gatal-gatal, kulit yang kering.
2. Debu yang diakibatkan oleh semen dapat beresiko batuk, dapat
menyebabkan infeksi pada tenggorokan dan dapat menyebabkan
sesak serta radang paru-paru.
3.Faktor fisik antaranya kebisingan akibat penggunaan mesin,
temperature pada tempat kerja.
b. Kimia :
Faktor kimia yang terdapat pada usaha penyablonan adalah dalam
bentuk larutan yaitu tinta sablon.
Faktor kimia

10
Jenis bahan: cairan
Nama bahan :
Sablon baju
- Pewarna tekstil
- Pasta
Sablon Kertas
- Ulano
- M3 (Cairan)
- Soda api
- Tinta
- Minyak
c. Biologis
1. Keringat berlebih yang disebabkan oleh jamur dapat beresiko
infeksi pada kulit seperti kurap ,panu dan kudis.
2. Bakteri akibat keringat berlebih dapat beresiko infeksi dan dapat
menyebabkan gatal-gatal pada tubuh.
3. Infeksi virus, jamur, dan bakteri dari lingkungan kerja yang
kotor juga akan menyebabkan munculnya penyakit seperti diare.
2. Hazard Ergonomi
Hazard ergonomi berkaitan dengan kondisi pekerjaan dan peralatankerja
yang digunakan oleh pekerja termasuk work station
(Kurniawidjaja,2010). Berikut adalah hazard ergonomi yang dialami oleh
penyablonan. Posisi tubuh saat melakukan pekerjaan penyablonan dapat
mempengaruhi kesehatan, contohnya berdiri terlalu lama atau duduk
terlalu lama.
3. Hazard Pengorganisasian dan Budaya Kerja
Kelelahan dan stress dalam bekerja yang ditimbulkan karena
lamanya waktu bekerja serta kurangnya waktu untuk beristirahat dan
tuntutan untuk menyelesaikan pekerjaan penyablonan dengan tepat
waktu.

C. EFEK KESEHATAN

11
Bahan hazard dapat menyebabkan gangguan kesehatan terhadap orang-
orang di tempat kerja. Gangguan tersebut dapat terjadi secara langsung dalam
proses kerja, yang dihasilkan oleh aktivitas kerja atau yang terjadi secara
alami. Cat jenis tertentu diduga mengandung beberapa zat yang bersifat
karsinogenik. Sebagian besar pajanan cat melalui inhalasi walaupun dapat
juga melalui kontak kulit atau oral. Beberapa bahan dalam cat yang dapat
menyebabkan kanker paru antara lain timah, kromium, molybdenum,
asbestos, arsenik, titanium dan mineral oil (polycyclic aromatic hydrocarbon).
Arsen dan pewarna cat yang mengandung metal seperti titanium oksida,
kromium dan besi saat ini jarang digunakan karena sejak tahun 1960
digunakan cat dengan berbahan dasar air yang hanya sedikit mengandung
pelarut dan kurang berbahaya.
Isosianat sering diidentifikasi sebagai penyebab asma kerja pada pekerja
cat semprot yang dikenal sebaga isocyanate-induced asthma. Prevalensi
isocyanate-induced asthma diperkirakan berkisar antara 5-15% dan sering
dijumpai di negara berkembang. Isosianat merupakan bahan utama cat
semprot, selain itu dapat juga dijumpai pada varnis, lem dan polyurethane.
Isosianat merupakan bahan kimia reaktif yang dapat mengiritasi saluran
napas dan membran mukosa. Dahulu toluene diisocyanate (TDI) sering
digunakan dalam komponen cat semprot kendaraan bermotor; saat ini
digantikan oleh 1,6 hexamethylene diisocyanate (OCN(CH2)6NCO (HDI)
dan methylene diphenyl diisocyanate (MDI). HDI merupakan diisosianat
alifatik; HDI monomer sangat mudah menguap, sehingga sebagian besar HDI
dalam bentuk prepolimer.
Pajanan isosianat yang tinggi dapat menyebabkan iritasi mata, sensitisasi
dan inflamasi kulit serta edema paru. Pada pekerja yang telah tersensitisasi
oleh isosianat, pajanan dosis kecil (kurang dari 1 ppb = parts per billion)
dapat menyebabkan asma yang dapat tetap diderita bertahun-tahun setelah
pajanan dihentikan. Tanda dan gejala yang sering yaitu batuk dengan atau
tanpa produksi sputum, sesak atau rasa berat di dada, mengi, mengigil,
malaise, nyeri otot, dan gejala seperti flu (flu like symptoms) pada saat
bekerja. Demam disertai lekositosis dapat juga dijumpai pada asma kerja

12
(5%). Pada beberapa pasien dapat dijumpai gejala yang tidak khas seperti
batuk kronik atau bronkitis. Foto dada biasanya normal walaupun dapat juga
ditemukan infiltrat interstisial atau menyebar. Pada pemeriksaan arus paksa
ekspirasi serial (APE) didapatkan nilai APE yang lebih rendah saat berada di
lingkungan pekerjaan.
Isosianat merupakan senyawa dengan berat molekul rendah (kurang dari
5000 dalton); mekanismenya sebagai penyebab asma belum jelas;
diperkirakan melalui mekanisme imunologi dan nonimunologi. Mekanisme
isocyanate-inducedasthma melalui non-IgE dependent karena antibodi IgE
(imunoglobulin E) yang spesifik terhadap protein konjugat hanya sedikit
dijumpai (10-30%).
Eosinofil jarang dijumpai pada asma kerja; berhubungan dengan beratnya
penyakit dan peningkatan reversibilitas terhadap bronkodilator Hidrokarbon
adalah bahan kimia yang terdapat di dalam cat, lem, pelarut dan bahan bakar
(bensin); merupakan komponen organik yang terdiri atas molekul karbon dan
hidrogen; terbagi atas jenis hidrokarbon aromatik dan alifatik.
Toksisitas hidrokarbon disebabkan karena bahan ini mudah menguap
(volatil) sehingga mempengaruhi organ respirasi (paru); di samping itu dapat
juga mempengaruhi sistem saraf, jantung, ginjal, hati dan gastrointestinal.
Hidrokarbon volatil seperti bensen, toluen dan silen dapat memberikan
sensasi euforia dan halusinasi sehingga sering disalahgunakan (abuse). Sejak
dua dekade terakhir terjadi peningkatan penyalahgunaan cat semprot yang
mengandung hidrokarbon pada remaja dengan sosial ekonomi rendah karena
murah dan mudah didapat.Teknik inhalasi melalui hidung, mulut atau cat
disemprotkan ke kantong kemudian dihirup. Cat semprot yang disukai adalah
cat semprot warna metalik karena mengandung toluene konsentrasi tinggi.
Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan,
ukuran, dan tata letak peralatan, penempatan alat petunjuk, cara
memperlakukan peralatan seperti macam gerak, arah, dan kekuatan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh
dalam melakukan pekerjaan, yaitu semua pekerjaan hendaknya dilakukan
dalam sikap duduk atau berdiri secara bergantian. Lalu semua sikap tubuh

13
yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini tidak memungkinkan,
hendaknya diusahakan agar beban statis diperkecil. Tempat duduk harus
dibuat sedemikian rupa sehingga tidak membebani melainkan dapat
memberikan relaksasi pada otot yang sedang tidak dipakai untuk bekerja dan
tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh (paha). Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gangguan sirkulasi darah dan
sensibilitas pada paha, mencegah keluhan kesemutan yang dapat mengganggu
aktivitas.
Pada posisi duduk, berat badan seseorang secara parsial ditopang oleh
tempat duduk tetapi konsumsi energi dan ketegangan saat posisi duduk lebih
tinggi bila dibandingkan dengan posisi berbaring karena tangan bisa bergerak
bebas tapi ruang gerak sangat terbatas oleh luas tempat duduk.
Beberapa penyebab kelelahan pada industri adalah intensitas dan
lamanya kerja fisik atau mental, lingkungan (iklim, pencahayaan, dan
kebisingan), irama circardian, masalah psikis (seperti tanggung jawab, pikiran
dan konflik), penyakit yang dialami dan nutrisi. Gejala kelelahan yang
penting perasaan letih, mengantuk, pusing, dan tidak enak dalam bekerja.
Gejala kelelahan lainnya adalah semakin lamban dalam berpikir, menurunnya
kewaspadaan, persepsi yang lemah dan lambat, tidak semangat bekerja,
penurunan kinerja tubuh dan mental. Apabila kelelahan tidak disembuhkan,
suatu saat akan menjadi kelelahan kronis yang menyebabkan meningkatnya
ketidakstabilan psikis, depresi, tidak semangat dalam bekerja, dan
meningkatnya kecenderungan sakit.
D. METODE PENGENDALIAN HAZARD
Pada metode pengendalian menggunakan Hierarki pengendalian resiko :
1. Menghilangkan (Eliminasi)
Eliminasi adalah salah satu metode pengendalian dengan cara
mengilangkan sumber hazard. Sumber hazard yang ada berasal dari
pekerjaan yang dilakukanoleh Pekerja penyablonan. Akan tetapi pekerjaan
sebagai pekerja buruh bangun tidak dapat dihilangkan karna pekerjaan itu
sangat penting.

14
a. Dengan menggunakan kacamata, para tukang sablon diharapkan
dapat terlindung dari zat pewarna yang digunakan pada proses
pewarnaan pakaian yang dapat mengakibatkan perih pada mata.
b. Kursi yang dilengkapi dengan sandaran Agar sewaktu-waktu jika
punggung terasa lelah, dapat direfleksikan pada bantalan kursi
2. Metode Subtitusi
Subtitusi adalah metode pengendalian dengan cara mengganti alat
manual kerja agar mengurangi terjadinya hazard.
3. Engineering/rekayasa
Engineering/rekayasa adalah salah satu metode pengendalian
dengan cara merekayasa alat kerja agar mengurangi risiko terjadinya
hazard. Berdasarkan alat-alat yang di gunakan dalam pekerjaan
penyablonan metode engineering ini hanya dapat diterapkan pada
beberapa alat yaitu :
Alat-alat yang di gunakan oleh Pekerja penyablonan yaitu :
Sprayer cat elektrik ini merupakan produk yang bisa mengecat menjadi
lebih praktis dan tanpa belepotan. Menggunakan teknologi spray dengan
power menggunakan listrik, sprayer cat ini sangat praktis.
4. Administrasi
Administrasi adalah salah satu metode pengendalian dengan cara
pengaturan jam kerja dan rotasi kerja, pelaksanaan SOP, dan lain-lain.
Metode administrasi yang digunaan pada Pekerja penyablonan yaitu
penerapan dan pelaksanaan prosedur kerja atau SOP dengan baik.
5. Alat pelindung diri
Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan
tempat, peralatan dan lingkungan kerja. Namun terkadang keadaan bahaya
masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya, sehingga digunakan alat-alat
pelindung diri (personal protective devices). Alat-alat demikian harus
memenuhi persayaratan:
 Enak dipakai
 Tidak mengganggu kerja
 Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya.

15
Alat pelindung diri mencakup bagian kepala, mata, muka, tangan dan
jari-jari, kaki, alat pernafasan, telinga dan tubuh.
Para pekerja yang beraktivitas dan melakukan pekerjaannya, tidak
menggunakan APD (alat pelindung diri) dalam bentuk apapun. Alat
pelindung diri diklasifikasikan berdasarkan target organ tubuh yang
berpotensi terkena resiko dari bahaya. Pada bidang konveksi ini, APD
yang seharusnya digunakan yaitu:
a. Kacamata
Dengan menggunakan kacamata, para tukang sablon diharapkan
dapat terlindung dari zat pewarna yang digunakan pada proses
pewarnaan pakaian yang dapat mengakibatkan perih pada mata.
b. Sarung tangan.
Dengan menggunakan sarung tangan, para tukang sablon dapat
melindungi bagian tangan dari benda tajam, resiko terbakar atau
tersengat listrik, bahan kimia, ataupun infeksi kulit.
c. Masker
Dengan pemakaian masker di mulut dan hidung akan terlindung dari
debu.
d. Pakaian lengan panjang
Menggunakan pakain lengan panjang saat bekerja sangat penting
pada perlindungan diri yaitu dapat terlindung dari penetrasi benda
tajam (jarum jahit, gunting).
e. Alat pelindung kaki
Pada alat pelindung kaki biasa yang digunakan ada pemakaian
sepatu yang nyaman agar terhindar dari lantai licin, lantai basah,
benda tajam, dan benda jatuh.
f. Kursi yang dilengkapi dengan sandaran
Agar sewaktu-waktu jika punggung terasa lelah, dapat direfleksikan
pada bantalan kursi

16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pekerja sablon secara keseluruhannya terpapar pada hazard umum di tempat
kerja berupa faktor fisik berupa kebisingan yang berasal dari lokasi yang
terletak di depan jalan raya dan cuaca yang panas, faktor kimia yaitu bahan
baku yang dapat mengakibatkan iritasi pada kulit, faktor ergonomic yaitu
sebagian besar pekerja bekerja dengan posisi berdiri atau duduk dan
psikososial yaitu beban kerja dan gaji yang bervariasi tergantung jumlah
orderan.
2. Alat yang digunakan memiliki tingkat resiko rendah yang dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja.
3. Pekerja sablon tidak memakai alat pelindung diri yang lengkap. Pekerja
hanya menggunakan masker.
4. Pekerja sablon mengetahui tentang pentingnya kotak P3K
5. Pekerja sablon tidak pernah melakukan pemeriksaan kesehatan berkala,
namun pemilik usaha menjamin pengobatan pekerja apabila terdapat
kecelakaan kerja.
6. Pekerja sablon belum memiliki keluhan terkait pekerjaan yang dilakukannya.
7. Secara keseluruhannya, pekerja sablon belum memiliki pengetahuan, belum
mendapat pelatihan, tidak pernah dilakukan pemantauan hazard dan tidak
pernah mendapatkan penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan kerja.
B. REKOMENDASI
1 Perlunya pemakaian penutup telinga apabila kebisingan dari alat yang
digunakan dapat mengganggu pekerjaan dan ruangan yang dilengkapi dengan
ventilasi yang baik, desain tempat duduk yang sesuai dengan tinggi alat yang
digunakan.
2 Perlunya penggunaan alat pelindung diri dalam hal ini masker dan sarung
tangan yang digunakan secara rutin.
3 Sebaiknya dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk memantau
kesehatan pekerja.

17
DAFTAR PUSTAKA
1. Hughes, Phill, Ed Ferret. Introduction to Health and Safety at Work, 5th
edition. Oxford and Massachusets: Elsevier, 2011.
2. Musoffan, Wildan. Analisa Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam
Upaya Identifikasi Potensi Bahaya. Jakarta: Universitas Gunadarma, 2007.
3. Sakinah, Rifah. Penilaian Resiko Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di
Industri Informal (Konveksi). http://k3kesmasauinalauddin.com/2012/04/k3-
rifah-sakinah.html, diakses pada 02 November 2019
4. Leaflet dari Asosiasi Hiperkes & Keselamatan Kerja Indonesia, dalam
PROGRAM PELATIHAN & SERTIFIKASI HIGIENIS INDUSTRI MUDA
(HIMU). Jakarta. 2010.
5. Iman, Fajar. Cara Penyablonan.
http://nyablonbaju.blogspot.com/2012/10/tahap-penyablonan.html, diakses
pada 02 November 2019
6. Ibrahim Jati Kusuma. Pelaksanaan Program Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja Karyawan Pt. Bitratex Industries Semarang.
http://eprints.undip.ac.id/26498/2/Jurnal.pdf, diakses pada 02 November 2019
7. Putri, DRO. Penerapan K3 pada Industri Konveksi.
http://k3tium.wordpress.com/2012/11/14/makalah-observasi-k3-di-konveksi-
busana/html, diakses pada 02 November 2019
8. Azhar, Rofa Y. Proses pembuatan cat dan bahaya yang ditimbulkannya.
http://www.rofayuliaazhar.com/2012/06/artikel-proses-pembuatan-cat-dan-
bahaya.html, diakses pada 02 November 2019

18
DOKUMENTASI

19

Anda mungkin juga menyukai