Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu persyaratan untuk
meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
juga merupakan hak setiap tenaga kerja termasuk didalamnya terdapat ergonomi
yang juga perlu diperhatikan. Ergonomi dapat memainkan peran penting dalam
kesehatan dan keselamatan kerja dimana tujuan utama ergonomi adalah
mengurangi resiko cidera ataupenyakit sekaligus meningkatkan kualitas hidup
pekerja. Ergonomi yang baik di tempat kerja dapat meningkatkan produktivitas dan
moral pekerja dan cedera penurunan, cuti sakit, pergantian staf dan absensi. Dalam
ergonomi di tempat kerja perlu adanya pemeriksaan yang tidak hanya meliputi
aspek desain fisik pekerjaan atau perangkat kerasnya, tetapi juga bidang-bidang
lain seperti sebagai organisasi kerja dan desain tugas, pekerjaan konten dan kontrol
atas beban kerja, dukungan dan pelatihan. Namun dalam kenyatannya, masih
banyak perusahaan atau tempat kerja yang belum memprioritaskan ergonomi dan
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dalam merancang suatu lingkungan kerja
yang efisien. Hal tersebut terjadi karena ergonomi dianggap akan sebagai
pemborosan dana perusahaan. Pada kenyataannya sumber daya terpenting atau
faktor terpenting dalam suatu perencanaan manajemen adalah faktor pekerja atau
karyawan. Pekerja atau karyawan seharusnya dijamin aksesnya untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan guna mencapai kesehatan dan keselamatan dalam
melaksanakan tugasnya di tempat kerja.
Perkembangan dunia industri saat ini cukup tinggi dan sejalan dengan
meningkatnya kebutuhan manusia. Perkembangan industri akan diikuti dengan
bertambahnya jumlah tenaga kerja. Berdasarkan data tahun 2011, penyerapan
tenaga kerja di tingkat nasional sebesar 104.555.275 pada tahun 2009, dan pada
tahun 2010 sebesar 108.207.767 atau terjadi peningkatan sebesar 3,49% yang
menyebar di berbagai industri di Indonesia. Dengan meningkatnya jumlah tenaga
kerja, tentunya akan menambah permasalahan mengenai ketenagakerjaan yang
terkait dengan keamanan, kenyamanan dan kesehatan, sehingga tingkat
kecelakaan akibat kerja cenderung tinggi. Di Indonesia sendiri, tingkat kecelakaan
kerja relatif cukup tinggi dan mengalami kenaikan setiap tahunnya. Hal ini
disebabkan karena bertambahnya jumlah tenaga kerja tetapi tidak diikuti
pengawasan yang baik, sehingga muncul persoalan persoalan yang memicu
terjadinya kecelakaan kerja (Purnomo, 2013:1).
Berkaca dari masalah tersebut, perlu adanya peningkatan dan perkembangan
upaya promosi dan pencegahan preventif dalam menekan kemungkinan resiko
akibat kecelakaan kerja. Upaya yang dapat dilakukan salah satunya yakni
membenahi dari sektor ergonomi karena tingkat keamanan, kenyamanan, dan
kesehatan pekerja harus diperhatikan. Upaya tersebut semata-mata untuk
meningkatkan produktivitas kerja yang lebih ENASE (Efektif, Nyaman, Aman, Sehat,
dan Efisien) pada suatu perusahaan atau tempat kerja.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan ergonomi?
2. Bagaimanakah sejarah dan perkemangan ergonomi?
3. Apa sajakah ruang lingkup ergonomi?
4. Apa itu sistem manusia mesin?
5. Apakah yang dimaksud anthropometri dalam ergonomi?
6. Bagaimana aplikasi atau penerapan ergonomi?
7. Apa sajakah metode dari ergonomi?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan dan menjelaskan pengertian tentang ergonomi.
2. Mendeskripsikan dan menjelaskan sejarah serta perkembangan ergonomi.
3. Mendeskripsikan dan menjelaskan ruang lingkup ergonomi.
4. Mendeskripsikan dan menjelaskan sistem manusia mesin.
5. Mendeskripsikan dan menjelaskan ergonomi anthropometri.
6. Mendeskripsikan dan menjelaskan aplikasi atau penerapan ergonomi.
7. Mendeskripsikan dan menjelaskan metode-metode ergonomi.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Ergonomi
Ergonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu ergon yang artinya kerja dan nomos
yang artinya ilmu. Secara harfiah, ergonomi dapat dikatakan sebagai ilmu yang
mempelajari hubungan antara manusia dengan pekerjaannya. Jika dilihat dari
pengertian tersebut, ruang lingkus ergonomi terasa sempit, namun jika kita dapat
mencermati lebih dalam, maka ruang lingkup ergonomi akan sangat luas dan dapat
mencakup segala aspek, tempat, dan waktu. Jadi, ergonomi juga dapat diterapkan
apa aspek apa saja, dimana saja, dan kapan saja. Beberapa ahli mendefinisikan
ergonomi dengan penjabarannya sebagai berikut (Solichin, 2014) :
1. Ergonomi adalah disiplin ilmu atau pendekatan multidisipliner yang bertujuan
mengoptimalkan sistem manusia dengan pekerjaan dan tempat kerjanya, sehingga
tercapai alat, cara dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan efisien
(Manuaba, A, 1981).
2. Ergonomi adalah ilmu, seni, dan penerapan teknologi untuk menyerasikan dan
atau menyeimbangkan antara seluruh fasilitas yang digunakan baik dalam
beraktifitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik
fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik
(Tarwaka. dkk, 2004).
3. Ergonomi adalah ilmu yang berhubungan dengan manusia dalam usaha untuk
meningkatkan kenyamanan di lingkungan kerja (Nurmianto, 1996).
4. Ergonomi adalah ilmu dan penerapannya yang berusaha untuk menyerasikan
atau menyeimbangkan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya
dengan tujuan tercapainya produktifitas dan efisiensi yang tinggi melalui
pemanfaatan manusia secara optimal (Sumamur, 1987).
5. Ergonomi adalah praktek dalam mendesain peralatan dan rincian pekerjaan
sesuai dengan kapabilitas pekerja dengan tujuan untuk mencegah cidera dan
kecelakaan kerja pada pekerja. (OSHA, 2000).
Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa ergonomi berpusat pada
manusia. Konsep ergonomi adalah berdasarkan pada kesadaran, keterbatasan
kemampuan, dan kapabilitas manusia. Meningkatkan produktivitas, efisiensi dan
kenyamanan dibutuhkan penyerasian antara lingkungan kerja, pekerjaan dan
manusia yang terlibat dengan pekerjaan tersebut dilakukan dalam usaha untuk
mencegah cidera kecelakaan kerja.
Definisi lain menyebutkan bahwa ergonomi merupakan sebuah ilmu untuk fitting
the job to the worker sementara itu dari International Labour Organization (ILO)
menyatakan bahwa, sebagai terapan ilmu biologi manusia dan hubungannya
dengan ilmu teknik bagi pekerja atau karyawan dan lingkungan kerjanya, agar
mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya.
ILO juga menjabarkan mengenai maksud dari kualitas hidup manusai pekerja
sebagai berikut:
1. Work should respect the workers life and heath.
2. Work should leave the worker with free time for rest and eisure.
3. Work should enable the worker to serve society and achieve self fulfillment by
developing his personal capacities.
1. Pekerjaan harus menghormati kehidupan pekerja dan kesehatan pekerja.
2. Pekerjaan harus memberikan pekerja dengan waktu luang untuk beristirahat dan
rekreasi.
3. Pekerjaan harus mengaktifkan pekerja untuk melayani masyarakat dan mencapai
pemenuhan diri dengan mengembangkan kapasitas diri masing masing.
Penjabaran dari definisi ergonomi juga dilakukan dalam bentuk fokus, tujuan dan
pendekatan mengenai ergonomi (Mc Coinick, 1993) yang penjabaran secara garis
besar seperti berikut :
1. Secara fokus
Ergonomi akan menfokuskan diri pada manusia dan interaksinya dengan produk,
peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dimana manusia hidup dan bekerja
setiap harinya.
2. Secara tujuan
Ergonomi memiliki dua tujuan, yaitu peningkatan efektifitas dan efisiensi kerja serta
peningkatan nilai-nilai kemanusiaan, seperti peningkatan keselamatan dan
kesehatan kerja, pengurangan rasa lelah dan sebagainya.
3. Secara pendekatan
Pendekatan ergonomi adalah aplikasi informasi mengenai keterbatasan-
keterbatasan manusia, kemampuan, karakteristik tingkah laku dan motivasi untuk
merancang prosedur dan lingkungan tempat aktivitas manusia tersebut sehari-hari.
Berdasarkan ketiga pendekatan mengenai ergonomi tersebut diatas, definisi
ergonomi dapat dirangkum dalam definisi yang dikemukakan Chapanis (1985), yaitu
ergonomi adalah ilmu untuk menggali dan mengaplikasikan informasi-informasi
mengenai perilaku manusia, kemampuan, keterbatasan dan karakteristik manusia
lainnya untuk merancang peralatan, mesin, sistem, pekerjaan dan lingkungan untuk
meningkatkan produktivitas, keselamatan, kenyamanan dan efektifitas pekerjaan
manusia. Jadi dapat disimpulkan bahwa ergonomi merupakan ilmu yang menpelajari
manusaia dalam kaitan dengan pekerjaan dan tempat kerja yaitu penyesuaian
tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia yang berkaitan tentang aspek-aspek
manusia dalam lingkungan kerja yang ditinjau secara anatomi, psikologi,
enginering, dan manajemen.
B. Sejarah dan Perkembangan Ergonomi
Ergonomi mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan
dengan ergonomi telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya. Aktivitas yang
berkenaan dengan ergonomi seperti pola duduk dalam bekerja dan sebagainya
telah ada sebelum itu. Beberapa kejadian kejadian penting dapat diilustrasikan
sebagai berikut :
1. C.T. Thackrah, England, 1831
Trackrah adalah seorang dokter dari Inggris yang meneruskan pekerjaan dari orang
Italia bernama Ramazzini, dalam serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan
lingkungan kerja yang tidak nyaman yang dirasakan oleh operator-operator di
tempat kerjanya. Trackrah mengamati postur tubuh pada saat bekerja sebagai
bagian dari masalah kesehatan. Saat itu Trackrah mengamati seorang penjahit yang
bekerja dengan posisi dan dimensi kursi serta meja yang kurang sesuai secara
antropometri, serta pencahayaan yang tidak ergonomis sehingga mengakibatkan
menbungkuknya badan dan iritasi indera penglihatan.
2. F.W. Taylor, U.S.A., 1989
Frederick W. Taylor adalah seorang insinyur Amerika yang menerapkan metode
ilmiah untuk menentukan bagaimana cara yang terbaik dalam melakukan suatu
pekerjaan.
3. F.B. Gilbreth, U.S.A., 1911
Gilbreth juga mengamati dan mengoptimasi metode kerja. Dalam hal ini Gilbreth
lebih mendetail dalam Analisa Gerakan dibandingkan dengan Taylor. Dalam
bukunya Motion Study yang diterbitkan pada tahun 191, Gilbreth menunjukkan
bagaimana postur membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu sistem
meja yang dapat diatur turun maupun naik (adjustable).
4. Badan Penelitian untuk Kelelahan Industri (Industrial Fatique Research Board),
England, 1918
Badan Penelitian untuk Kelelahan Industri ini didirikan sebagai penyelesaian
masalah yang terjadi di pabrik amunisi pada Perang Dunia I. Mereka menunjukkan
bagaimana keluaran setiap harinya meningkat dengan jam kerja per hari-nya yang
menurun.
5. E. Mayo dan teman-temannya, U.S.A., 1933
Elton Mayo adalah seorang warga negara Australia. Ia memulai beberapa studi di
suatu Perusahaan Listrik. Tujuan studinya adalah untuk mengkuantifikasi pengaruh
dari variabel fisik yang ada pada tempat kerja seperti pencahayaan dan lamanya
waktu istirahat terhadap faktor efisiensi dari para operator kerja pada unit
perakitan.
6. Perang Dunia Kedua, England dan U.S.A
Masalah operasional yang terjadi pada peralatan militer yang berkembang secara
cepat (seperti misalnya pesawat terbang, tank, dll). Masalah yang ada pada saat itu
adalah penempatan dan identifikasi untuk mengendalikan pesawat terbang,
efektivitas alat peraga (display), handel pembuka, ketidak nyamanan karena terlalu
panas atau terlalu dingin, desain pakaian untuk suasana kerja yang terlalu panas
atau terlalu dingin dan pengaruhnya pada kinerja operator dalam tempat kerja.
7. Pembentukan Kelompok Ergonomi
Pembentukan Masyarakat Peneliti Ergonomi (The Ergonomics Research Society) di
Inggris pada tahun 1949 melibatkan beberapa profesional yang telah banyak
terlibat dan berpengalaman dalam bidang ini. Hal ini menghasilkan buku jurnal
(majalah ilmiah) pertama dalam bidang Ergonomi pada bulan November 1957.
Perkumpulan Ergonomi Internasional (The International Ergonomics Association)
terbentuk pada tahun 1957, dan The Human Factors Society di Amerika pada tahun
yang sama. Diketahui pula bahwa dalam Konferensi Ergonomi Australia yang
pertama diselenggarakan pada tahun 1964, konferensi tersebut mencetuskan
terbentuknya Masyarakat Ergonomi Australia dan New Zealand (The Ergonomics
Society of Australian and New Zealand).
Perkembangan ergonomi pertama kali dipublikasikan pada tahun 1949 sebagai
judul buku yang dikarang oleh Prof. Murrel. Sedangkan kata ergonomi tersebut
berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon (kerja) dan nomos (aturan atau prinsip atau
kaidah). Istilah ergonomi sering digunakan secara luas di Eropa. Di Amerika Serikat
sendiri dikenal istilah human factor atau human engineering. Kedua istilah tersebut
yaitu ergonomic dan human factor hanya berbeda pada penekanannya. Yang intinya
kedua kata tersebut sama-sama menekankan pada performansi dan perilaku
manusia. Menurut Hawkins (1987), untuk mencapai tujuan praktisnya, keduanya
dapat digunakan sebagai referensi untuk teknologi yang sama.
Ergonomi telah menjadi bagian dari perkembangan budaya manusia sejak empat
ribu tahun yang lalu (Dan Mac Leod, 1995). Perkembangan ilmu ergonomi dimulai
saat manusia merancang benda-benda sederhana, layaknya batu yng digunakan
untuk membantu tangan dalam melakukan pekerjaannya, sampai dilakukannya
perbaikan ataupun perubahan pada alat bantu tersebut untuk memudahkan
penggunanya. Pada awalnya perkembangannya masih tidak teratur dan tidak
terarah, bahkan terkadang terjadi secara kebetulan.
Perkembangan ergonomi yang modern dimulai kurang lebih seratus tahun yang lalu
pada saat Taylor (1880-an) dan Gilberth (1890-an) secara terpisah melakukan
penelitian tentang waktu dan gerakan. Penggunaan ergonomi secara nyata dimulai
pada Perang Dunia I untuk mengoptimalkan interaksi antara produk dengan
manusia. Pada tahun 1924 sampai dengan 1930 Hawthorne Works of Wertern
Electric di Amerika melakukan suatu percobaan tentang ergonomi yang selanjutnya
terkenal dengan sebutan Hawthorne Effects (Efek Hawthorne). Hasil percobaan ini
memberikan konsep uyang baru tentang motivasi di tempat kerja dan menunjukan
hubungan fisik dan langsung antara manusia dengan mesin. Kemajuan ergonomi
semakin pesat dan terasa setelah Perang Dunia II dengan adanya bukti nyata
bahwa penggunaan alat-alat yang sesuai dapat meningkatkan produktivitas
manusia untuk bekerja lebih efektif. Hal tersebut telah banyak dilakukan pada
perusahaan-perusahaan senjata perang pada masa Perang Dunia II.

C. Ruang Lingkup Ergonomi


Dari pengertian mengenai ergonomi yang sudah dibahas pada bab sebelumnya,
ergonomi dapat dikatakan memiliki ruang lingkup yang sangat luas. Meskipun
cakupan ergonomi sangat luas, tetapi ada batasan yang dapat dikatakan harus
menerapkan fungsi ergonomi. Ruang lingkup ergonomi berupa :
Ergonomi fisik
Ergonomi fisik berkaitan dengan anatomi tubuh manusia, karakteristik fisiologi,
anthropometri, dan karakteristik biomekanika yang erat hubungannya dengan
segala aktivitas fisik lainnya. Pembahasan mengenai ergonomi fisik meliputi posisi
tubuh duduk maupun berdiri, posisi tubuh saat mengangkat beban, dan menjinjing
beban.
a. Pengaturan tinggi landasan kerja pada posisi duduk yang perlu dipertimbangkan
adalha sebagai berikut :
Sebuah pekerjaan kiranya dilakukan pada wakti yang lama
Kalau bisa ada meja yang dapat diatur naik serta turun
Tinggi landasan san tidak memerlukan fleksi tulang belakan yang berlebihan
Landasan kerja harus memungkinkan lengan menggantung pada posisi rilkes dari
bahu, dan lengan bawah mendekati posisi horizontal atau sedikit menurun.
b. Aturan kerja posisi badan berdiri
Kerja posisi badan berdiri lebih membuat lelah daripada posisis duduk dan energi
yang kita keluarkan juga akan lebih banyak 10% sampai 15% dibangingkan dengan
posisi duduk.
Kketinggian landasaan keerja posisi berdiri adalah :
Pekerjaan yang membutuhkan ketelitian, tinggi landasan kirra-kira 5 sampai 10 cm
di atas tinggi siku berdiri.
Pekerjaan ringan, tiinggi landasan kira-kira 10 sampai 15 dibawah tinggi siku
berdiri.
Pekerjaan yang diharuskan ada penekanan, tinggi landasan kira-kira 15 sampai 40
cm di bawah tinggi siku berdiri,
c. Posisi duduk dan berdiri memiliki keuntungan secara biomekanis dimana tekanan
pada tulang belakang dan pinggang sebesar 30% lebih rendah dibanding dengan
posisi duduk dan berdiri secara terus menerus.
Pada saat bekerja hendaknya dilakukan dudk dan berdiri secar berkala
Meja kerja menjangkau sesuatu lebih dar 40 cm ke depan atau 15 cm diatas
landasan
d. Tujuan umum mengenai mangangkat beban
Ada berbagai macam cara dalam mengangkat beban berupa, dengan kepala,
tangan, bahu, punggung, dsb. Jika beban yang diangkat terlalu berat dapat
menimbulkan cidera tulang punggung, persendian dan otot akibat gerakan yang
berlebih.
Menjinjing beban
International Labour Organization telah menetapkan aturan mengenai beban yang
diperbolehkan diangkat oleh individu :
Laki-laki dewasa boleh mengangkat masimal 40 kg
Perempuan dewasa hanya boleh mengangkat maksimal 15 sampai 20 kg
Laki laki usai 16 sampai 18 tahun boleh mengangkat sampai 20 kg saja
Perenpuan usia 16 sampai 18 tahun hanya boleh mengangkat beban sampai 15 kg
e. Metode mengangkat beban
Prinsip-prinsip mengangkat beban yang perlu diketahui oleh pekerja melalui metode
kinetik dari pedoman penanganan harus dipakai berdasarkan :
Otot lengan harus lebih banyak digunakan dari pada otot punggung
Untuk memulai gerakan morizontal, harus menggunakan momentum berat badan
Metode mengangkat beban juga memiliki 5 faktor dasar :
Posisi lengat harus dekat dengan tubuh
Punggung harus kuat
Posisi kaki harus benar
Menggunakan berat badan
Mengangkat dengan benar
Ergonomi kognitif
Ergonomi kognitif berkaitan dengan proses mental dari manusia yang meliputi :
persepsi, reaksi, dan ingatan sebagai akibat dari interaksi manusia dengan sistem
pemakaian elemen manusia. Dalam ergonomi kognitif, pembahasan yang relevan
berupa : beban kerja, pengambialn keputusan, stress kerja, interaksi manusai
dengan komputer, performa manusia, dan keandalan manusia.
a. Beban kerja
Beban kerja merupakan salah satu yang menjadi anaisis dalam melakukan
perencanaan kerja. Beban kerja adalah usaha yang dikeluarkan oleh pekerja atau
karyawan untuk memenuhi dan menyelesaikan pekerjaan mereka. Beban kerja
tidak akan terlepas dari kapasitas, kapasitas sendiri merupakan kemampuan
manusia. Layaknya mesin, jika beban yang dikerjakan melebihi kapasitasnya maka
akan menurunkan usai pakai mesin tersebut sehingga menyebabkan kerusakan
pada mesin. Begitupun manusia yang dalam hal ini pekerja atau karyawan, jika
mereka diberikan beban kerja yang berlebihan, padahal kapasitas mereka masih
kecil, maka akan menurunkan kualitas hidup pekerja dan juga mempengaruhi
kesehatan dan keselamatan kerja. Turunnya kualitas hidup pekerja ditandai dengan
rasa kelelahan, keletihan yang berlebih, dan tingginya kesalahan saat melakukan
pekerjaan.
Anaisis yang digunakan kuntuk mengurangi beban kerja diantaranya, penentun
kebutuhan para pekerja, membuat analisis ergonomi, membuat analisis kesehtan
dan keselamatan kerja (k3), sampai pada perencanaan penghasilan atau gaji, dsb.
Aspek fisik, mental, dan penggunaaan waktu merupakan aspek yang digunakan
unruk perhitungan beban kerja. Aspek fisik mengacu pada perhitungan beban kerja
berdasarkan kriteria fisik pekerja. Aspek mental meliputi perhitungan beban kerja
dengan mmempertimbangkan aspek mental Atau psikologis dari pekerja. Dan aspek
pemanfaatan waktu lebih kepada mempertimbangkan pada aspek penggunaan
waktu untuk bekerja.
Beban kerja fisik juga bermacam , namun secara umum meliputi sisi fisiologis atau
faal tubuh dan biomedika. Sisi fisiologis dilihat dari kkondisi fisik tubuh meliputi
denyut jantung, pernafasan, dsb. Dan sisi biomedika lebih mengenai kepada aspek
proses mekanik yang terjadi pada tubuh, misalnya kekuatan otot, dan sebaginya.
Beban kerja dapat dihitung berdasarkan pemanfaatan waktu yang dibedakan antara
pekerjaab yang berulang atau repetitif, dan pekerjaan yang tidak berulang atau non
repetitif. Pekerjaan repetitif terjadi pada peerjaan dengan siklus pekerjaan pekrjaan
pendek dan berulang pada waktu yang sama. Contoh dari pekerjaan repetitif
berupa operator mesin di pabrik pabrik. Pekerjaan non repetotif memiliki pola yang
relatif tidak menentu. Contoh dari pekerjaan non repetitif meliputi pekerjaan
administrasi, tata usaha, sekrrtaris, dan pegawai kantor pada umumnya.
Menurut Rodahl (1989), Adiputra (1998) dan Manuaba (2000) bahwa secara umum
hubungan antara beban kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor
yang sangat kompleks, baik faktor darin dalam atau internal maupun faktor dari
luar atau eksternal.
Beban Kerja Karena Faktor Internal
Beban kerja karena faktor internal adalah salah satu faktor yang berasal dari dalam
tubuh itu sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi
tubuh dari beban kerja disebut sebagai strain. Berat maupun ringannya strain dapat
dinilai baik secara objektif maupun subjektif. Penilaian secara objektif dapat melalui
perubahan reaksi fisiologis. Sedangkan penilaian subjektif yaitu dilakukan melalui
perubahan reaksi psikologis dan perubahan perilaku. Karena itu, strain secara
subjektif berkaitan erat dengan harapan, keinginan, kepuasan, dan penilaian
subjektif lainnya. Faktor faktor internal meliputi:
a) Faktor tubuh : jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, status gizi .
b) faktor psikis : motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan dll.
Beban Kerja Karena Faktor Eksternal.
Beban kerja karena faktor eksternal merupakan beban kerja yang berasal dari luar
tubuh pekerja. Yang termasuk beban kerja eksternal adalah tugas ( task ) itu sendiri,
organisasi serta lingkungan kerja. Ketiga faktor ini sering disebut sebagai stressor.
a. Tugas- tugas (tasks) yang diberikan baik yang bersifat fisik seperti, stasiun kerja,
alat dan sarana kerja, tata ruang tempat kerja, beban yang diangkat-angkut, kondisi
atau medan kerja, sarana informasi termasuk displai dan control, sikap kerja, cara
angkat-angkut, alat bantu kerja, alur kerja dll. Sedangkan tugas-tugas yang bersifat
mental seperti, kompleksitas pekerjaan atau tingkat kesulitan pekerjaan yang
mempengaruhi tingkat emosi pekerja, serta tanggung jawab terhadap pekerjaan dll.
b. Organisasi kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja seperti, lamanya waktu
kerja, kerja bergilir, waktu istirahat, model struktur organisasi , kerja malam, sistem
kerja, sistem pengupahan, musik kerja, pelimpahan tugas dan wewenang dll.
c. Lingkungan atau tempat kerja yang mungkin dapat memberikan beban tambahan
kepada pekerja atau karyawan adalah:
o Lingkungan kerja fisik meliputi : mikroklimat (suhu udara, kelembaban udara,
kecepatan rambat udara, suhu radiasi), intensitas kontras penerangan, intensitas
suara atau kebisingan, getaran mekanis, dan tekanan udara pada tempat kerja.
o Lingkungan kerja kimiawi meliputi : debu, gas yang menyebabkan pencemar
udara, uap logam, dll.
o Lingkungan kerja biologis meliputi : bakteri, virus dan parasit, jamur, serangga,
dll.
o Lingkungan kerja psikologis atau mental meliputi : pemilihan dan penempatan
pekerja, hubungan antara pekerja dengan pekerja lain, pekerja dengan atasan atau
pimpinan, pekerja dengan keluarga dan pekerja dengan lingkungan sosial yang
berdampak kepada kualitas produktif kerja di tempat kerja.
b. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan merupakan metode yang digunakan untuk menentukan
hasil dan keluaran dari proses mental (kognitif) yang membawa pada pemilihan
suatu tindakan diantara banyaknya alternatif yang tersedia. Pengambilan keputusan
merupakan tindakan yang menghasilkan satu pilihan final. Keluaran dari
pemgambilan keputusan ini dapat berupa tindakan atau pendapat pilihan. Dalam
ergonomi kognitif, pekerja akan lebih dulu berfikir untuk mealukan suatu pekerjan.
Pengambilan keputusan yang bersifat final, akan menimbulkan suatu pemikiran
yang sangat matang, pekerja harus memilah dan menimbang untung serta ruginya
jika menggunakan alternatif pilihan. Dalam pengambilan keputusan, pekerja atau
yang bersangkutan juga harus melihat aspek lainnya.
Ergonomi organisasi
Ergonomi organisasi ini berkaitan dengan optimasi sistem dari sosioleknik, termasuk
didalamnya kebijakan, strukstur organiasasi dan proses serta manajemen.
Dalam ergonomi organisasi, dapat dilihat menegnai komunikasi di dalam lingkungan
pekerjaan, perencanaan waktu aktif kerja, dan organisasi di perusahaan yang dapat
membuaat pekerja atau karyawan merasa nyaman dalam bekerja di tempat kerja.
Ergonomi lingkungan
Ergomoni lingkungan ini berkaitan dengan temperatur, pencahayaan, getaran, dan
kebisingan suara pada tempat kerja.
a. Temperatur
Ada 2 faktor yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap suhu atau
temperature ditempat kerja yaitu sifat kerja yang dilakukan dan lamanya karyawan
mengalami suhu ekstrim. Pad pekerjaan mental dan kognitif subyek yang bekerja
dibawah pengaruh suhu tinggi yang berkepanjangan membuat lebih banyak
kesalahan dibandingkan dengan subyek yang berada di bawah suhu yang lebih
rendah. Akan tetapi pada pekerjaan manual biasanya akan lebih terpengaruh oleh
suhu yang sangat dingin, namun bila pekerjaan sangat berat, kebanyakan orang
terlihat lebih efisien dan nyaman dengan suhu dibawah suhu yang biasanya.
b. Pencahayan
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam iluminasi adalah kadar atau intensitas
cahaya, distribusi cahaya, serta sinar yang menyilaukan.
Kadar Cahaya
Kadar cahaya digunakan untuk pekerjaan tertentu yang memerlukan ketelitian
dalam penerangan. Pekerjaan yang meerlukan ketelitian tersebut seperti,
memperbaki arloji yang menuuntut kadar cahaya yang cukup tinggi.
Distribusi Cahaya
Pengaturan yang ideal dalam distribusi cahaya merupakan jika cahaya dapat
didistribusikan secara merata pada keseluruhan lapangan visual. Kelelahan mata
setelah jangkat waktu tertentu dapat ditimbulkan karena distribusi cahaya
penerangan pasa suatu daerah kerja yang lebih tinggi kadar cahaya daripada
daerah yang mengelilingi.
Sinar yang menyilaukan
Sinar dapat menimbulkan penigkatan kesalahan dalam kerja rinci selama 20 menit.
Selain menimbulkan ketegangan pada mata, silau juga dapat mengaburkan
pandangan.
Agar silau di tempat kerja dapat dihindari, hal-hal berikut ini harus menjadi
perhatian kepada semua karyawan maupun pekerja :
Dilarang ada cahaya yang masuk pada bidang visual dari operator atau pekerja
Ruang kerja jangan dipakai saat sumber sinar tidak tersaring
Penyaringan cahaya harus rata-rata terangnya tidak boleh melebihi 0.3 sb (umum),
dan 0.2 sb (pada ruang kerja)
Sudut antara garis pandang horizontal dengan garis penghubungnya harus lebih
dari 300 terhadap mata
Jika sudutnya kurang, lampu penerangan harus disaring atau memakai lampu
pendar, arah tabung harus menyilang garis pandang
Tempat kerja harus diletakkan dengan ketentuan garis pandang yang paling sering
dipakai jangan berhimpit dengan cahaya yang terpantul dan area pantulan dengan
konteras yang lebih 1:10 dan jangan sampai terjadi pada bidang visual. Hal tersebut
digunakan untuk menghindali silau karena pantulan
Pemakaian alat kerja berupa perabot, mesin, perkakas, papan wesel yang
berkilauan hendaknya dihindari.
c. Kadar Cahaya
Penentuan kadar cahaya digunakan untuk pekerjan tertentu. Pekerjaan yang
memerlukan kejelian dan ketelitian seerti memperbaiki jam tangan menuntut kadar
cahaya yang jauh lebih tinggi.
d. Desain ruang kerja
Ruang kerja yang ideal merupakan ruang kerja yang nyaman bagi pekerjanya dan
memenuhi syarat ergonomi. Desin yang ideal untuk ruang kerja yang banyak
digunakan adalah model terbuka dengan penyekat. Antara ekerja hanya dibatasi
didinding pemisah yang tidak terlalu tinggi yang biasanya terbuat dari tripleks,
sehingga pekerja masih dapat berinteraksi dengan rekan kerja lainnya. Akan tetapi
ruang kerja model ini membuat pekerja tidak memiliki privasi, mengalami gangguan
konsentrasi ketika rekan kerjanya berbicara dengan keras di telepon.
Akan tetapi, jika dibanging dengan ruang model tertutup dimana pekerjanya diberi
ruang sendiri, pekerja akan lebih cepat leleh dan jenuh, dismping itu dana dan
tempat yang cukup besar dibutuhkan untuk mendudungnya. Sehingga model rung
kerja yang seperti ini lebih banyak digunakan dalam perkantoran saat ini.
Subuah ruang kerja dapat dikatakan nyaman dan ergonomis jika memiliki faktor
diantaranya :
Semua perlengkapan maupun penunjang mudah diatur dan disesuaikan dengan
pekerja atau karyawan.
Desain dan semua perlengkapan disesuaikan dengan ukuran tubuh pekerja.
Tembok pemisah kurang dari 1,37 meter, sehingga pekerja masih bisa saling
berinteraksi satu sama lain.
Ruang kerja dpat mengakomodir semua pekerja dan tidak terlalu banyak sehingga
berkesan padat. Ukuran ruangan pribadi bisanya berkisar antara 2,4 m x 2,4 m
sampai 3,6 m x 3,6 m
Warna ruangan kerja dibuat kebih cerah dan terang. Jika ruang kerja diberi warna
hitam ataupun warna yang mencolok akan membuat pekerja tersebut mengalami
stress. Tetapi sebaliknya juka ruang kerja diberi warna yang soft akan menbuat
pekerja menjadi nyaman dan terkesan rileks dalam melakukan tugasnya.
Diusahakan tidak ada mesin-mesin yang menggangu pekerjaan karyawan atau
pekerja.
Tinngi langit-langit ruang kerja minimal 2.5 m.
Partisi penyekat yang digunakan terbuat dari bahan yang permanen dan tidak
mudah untuk dlepas. Dan dipasan tidak terlalu tinggi.
Jika suhu udara luar ruang kurang dari 180 C perlu menggunakan pemanas ruang.
Ini biasanya terdapat di ruangan kerja negara bagian selatan yang memiliki iklim
panas dan dingin
Bila suhu dalam ruangan mencapai lebih dari 280 C perlu menggunakan alat tata
udara seperti AC atau kipas angin.
e. Udara Ruang
Upaya yang dilakukan untuk penyehatan udara ryuang gara suuhu dan
kelembaban, debu, sirkulasi udara, bahan pencemaran dan mikroba di uang tempat
bekerja harus memenuhi syarat kesehatan.
Agar kandunga debu di alam ruang kerja mmenuhi persyaratan kesehatan makan
harus dilakukan upaya sebagai berikut :
Pembersihan dinding dilakukan secara bertahap 2 kali daam setahun da di cat
ulang 1 kali dalam setahun.
Kegiatan membersihkan ruang kerja dilakukan setiap hari bisa pagin dan sore haru
dengan menggunakan kain pel basah ataupun pompa hampa atau vacum cleaner.
Sistem ventilasi yang memenuhi persyaratan ergonomi.
D. Sistem Manusia Mesin
Pada industri pelayanan maupun industri manufaktur peran manusia masih sangat
penting sebagai komponen industri dalam proses produksi. Meskipun saat ini
seiriring dengan perkembangan teknologi produksi yang berkembang sangat pesat
dengan adanya otomasi industri misalnya, faktor manusia tetap sangat dibutuhkan
dalam mementukan produktivitas. Manusia merupakan komponen penting dalam
sistem manusia- mesin, kedua kompnen produksi tersebut akan saling berinteraksi
guna menghasilkan output berdasarkan input yang telah dirancang dan ditentukan.
Manusia akan memperoleh masukan (input) dengan melihat dan mendengar
(sensing) dari display mesin, dari informasi yang diperoleh kemudian akan diproses
oleh otak, kemudian otak akan memutuskan untuk melakukan reaksi melalui kontrol
mesin. Dari kontrol mesin akan membuat mesin tersebut dapat beroperasi, lalu
mesin dipasang display guna menginformasikan bahwa mesin sedang beroperasi,
kemudian setelah proses mesin sudah selesai, mesin tersebut akan otomatis mati.
Beroperasinya mesin akan memproses masukan (input) menjadi keluarang (output),
proses tersebut terjadi pada lingkungan kerja.
Setelah adanya hubungan manusia-mesin, kemudian akan dikelompokkan menjadi :
1. Sistem manual
Pada sistem manual ini masukan akan langsung menjadi keluaran. Alat tangan
berfungsi untuk menambah kemampuan atau kapabilitas dalam menyelesaikan
pekerjaan yang dibebankan padanya. Manusia hanya berfungsi sebagai sumber
tenaga dan juga kendali operasi.
2. Sistem mekanik
Sistem mekanik sering disebut dengan sistem semi otomatis. Pada sistem mekanik
ini tenaga pekerja dan beberapa fungsi lain sat proses produksi diganti mesin.
Manusia hanya akam memberi respon melalui sistem kontrol untuk mengoperasikan
mesin. Mesin akan beroperasi dan dikendaliakan penuh oleh manusia.
3. Sistem otomatis
Pada sistem otomatis ini, mesin cukup mampu melaksanakan semua fungsi yang
dilakukan manusia. Fungsi tersebut berupa sensor, pengambilan keputusan maupun
aksi. Dalam hal ini manusia bertugas memonitor agar mesin dapat bekerja dengan
dengan baik, dan manusia bertugas memasukkan data atau mengganti program
baru apabila diperlukan.
E. Metode Ergonomi
Departemen Kesehatan Republik Indonesia mengutarakan beberapa metode yang
digunakan dalam penerapan ergonomi. Dalam menilai tingkat ergonomi suatu
lingkungan kerja, yaitu :
Diagnosis
Metode diagnosis dapat dilakukan melalui wawancara denga pekerja yang
bersangkutan, inspeksi tempat kerja dengan cara penilaian fisik pekerja yang
selanjutnya dapat dilakukan treatment pada pekerja. Diagnosis lain berupa
pengujian pencshayaan, pengukuran lingkungan kerja , dan melakukan checklist
ergonomi atau yang sering disebut ergonomi check point. Variasi dari metode
diagnosis sendiri akan sangat luas, ada diagnosis yang sederhana sampai diagnosis
yang sangat kompleks.
Treatment
Dalam metode tteatment ini pemecahan masalah sangat bergantung pada data
dasar saat melakukan diagnosis. Jadi treatment disini lebih mengacupada
penerapan atau eksekusi yang akan dilakukan setelah diagnosis di dpatkan. Contoh-
contoh yang dapat dikatakan sebagai treatment seperti mengubah letak
pencahayaan atau jendela yang sesuai dengan kondisi kerja. Contoh lainnya berupa
tindakan preventif seperti membeli furniture atau perlengkapan ruang yang sesuai
dengan diimensi fisik pekerja berupa meja dan kursi yang nyaman misalnya.
Follow Up
Metode Follow Up disini lebih mengacu pada evaluasi yang subyektif maupun
obyektif. Evaluasi subyektif dapat dilakukan dengan cara menanyakan tentang
seberapa nyaman perkerja terhadap pekerjaannya. Atasan dapat menanyakan
apakah saat melakukan kerja pekerja merrasa kesakitan mislnya pada bagian bahu
atau siku, keletiihan, sakit kepala dan sebagainya. Untuk evaluasi secara obyektif,
dapat dikalaukan dengan mengukur parameter produk yang ditolak, mengecek
absensi sakit, menyurvei angka kecelakaan dan lain sebagainya.
F. Ergonomi Anthropometri
Kata anthropometri berasal dari kata anthro dan metry. Kata anthro yang
berarti manusia dan metry yang berarti ukuran. Dapat didefinisikan bahwa
anthropometri dapat dinyatakan sebagai studi yang berkaitan dengan pengukuran
dimensi tubuh manusia (Winjosoebroto, 2000). Hughes (2002) mendefinisikan
anthropometri sebagai ilmu mengukur dan mengoleksi data karakteristik fisik dan
aplikasinya untuk desain dan evaluasi sistem, peralatan, produk manufaktur,
fasilitas dan lingkungan manusia.
Antropometri dapat didefinisikan sebagai pengukuran manusia, pengukuran yang
dimaksud misalnya, tinggi, panjang siku-pergelangan tangan, dll. Faktor yang
mempengaruhi pengukuran antropometri meliputi gender, etnis, pertumbuhan dan
perkembangan, tren sekuler, penuaan, kelas sosial, dan pekerjaan, serta pakaian
dan peralatan pribadi. Survei antropometri merinci berbagai pengukuran yang telah
dilakukan untuk berbagai populasi (Pheasant,1986). Dewasa ini, sumber buku yang
paling banyak dirujuk adalah teks internasional dari International Labour Office
(Jurgens dkk., 1990). Teks ini telah disusun menjadi database antropometri yang
komprehensif. Tenaga kerja yang berbeda di berbagai belahan dunia dan beragam,
oleh karena itu, penting untuk merancang tempat kerja berdasarkan antropometri
dari pengguna atau pekerja itu sendiri.
Pengukuran antropometri pada setiap orang dibandingkan dengan nilai-nilai yang
diamati pada populasi umum dan dinyatakan sebagai persentil. Persentil
didefinisikan sebagai satu set divisi yang menghasilkan 100 bagian yang sama
dalam serangkaian nilai-nilai yang berlanjut. (Last, 1988) Dengan demikian orang
yang tingginya di atas persentil ke-90 adalah lebih tinggi dari 90% dari semua
orang di seri. Nilai terkecil dari pengukuran biasanya terkait dengan persentil
perempuan 5, dan terbesar nilai pengukuran biasanya berhubungan dengan 95
orang laki-laki persentil.
Dalam desain ergonomis, salah satu dapat menggunakan data antropometri di tiga
cara yang berbeda. Yang pertama adalah merancang untuk rentang (yang terkecil
sampai yang terbesar, biasanya dari persentil ke-5 untuk persentil ke-95), seperti
desain tinggi disesuaikan kursi berdasarkan tinggi poplitea. yang kedua adalah
merancang untuk ekstrim (terkecil atau terbesar, biasanya untuk 5 persentil atau
persentil ke-95), seperti desain ketinggian tiang pintu untuk perawakan orang
terbesar ini (ditambah cukup clearance) atau desain rak untuk terkecil jangkauan
fungsional seseorang. Yang ketiga adalah merancang untuk Rata-rata. Metode ini
hanya diterima ketika seseorang menggunakan tempat kerja untuk jangka waktu
yang sangat singkat. Metode ini biasanya dihindari oleh ergonomists, karena tidak
mengakomodasi segmen besar dari populasi pengguna. Sebuah Misalnya adalah
merancang ketinggian permukaan kerja di bank untuk tinggi siku pelanggan.
Telah dijelaskan bahwa anthropometri mengacu pada ukuran tubuh manusia.
Ukuran tubuh setiap manusia pun berbeda-beda tergantung faktor dari dalam
manusia. Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh manusia meliputi :
1. Usia
Ukuran tubuh manusia akan terus berkembang seiring dengan tambahnya usia.
Pada usia 0 sampai 25 tahun ukuran tubuh akan terus berkembang pesat, 25
sampai 40 tahun ukuran tubuh manusia relatif tetap, dan saat usia 40 tahun ke atas
cenderung mulai menyusut. Pada umur 50 sampai 60 tahun kekuatan otot tubuh
menurun sebesar 25%, kemampuan sensoris serta motoris menurun sebanyak 60%.
Kemampuan kerja fisik seseorang yang berumur lebih dari 60 tahun tinggal
mencapai 50% dari umur orang yang berumur 25 tahun. Bertambahnya umur akan
diikuti penurunan pada ; tajamnya penglihatan, VO2 max, kecepatan membedakan
sesuatu, pendengaran, membuat keputusan dan kemampuan mengingat jangka
pendek (short term memory).
2. Jenis Kelamin
Ukuran tubuh laki-laki pada umumnya cenderung lebiih besar dari pada ukuran
tubuh perempuan, kecuali pada bagian tubuh tertentu seperti pinggul dan
payudara. Umumnya perempuan memiliki kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan fisik
serta kekuatan otot pada laki-laki.
3. Suku Bangsa
Ukuran tubuh pada setiap suku bangsa ataun kelompok etheenik akan beragam dan
memiliki karakteristik tubuh yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Prinsip dasar penerapan anthropometri dalam desain yang ergonomis meliputi :
1. Desain untuk individual yang ekstrim (maksimal dan minimal)
Desain ini digunakan untuk gaya operasional alat kontrol yang mengunakan ekstrim
minimal. Desain untuk individual ini contohnya pada pengaplikasian tinggi pintu
yang seharusnya ukuran tinggi maksimal manusia.
2. Desain untuk rata-rata manusia
Pendekatan desain rata-rata manusia ini tergolong murah dan mudah. Namun
metode ini memiliki kelamahan yang besar karena hanya beberapa populasi yang
mampu mengoperasikan.
3. Desain yang dapat disetel
Desain anthropometri ini sangat baik, karena 95% dari keseluruhan populasi
mampu mengoperasikan aat tersebut, tetapi kelemahan dari desain ini
membutuhkan biaya yang mahal.
4. Desain untuk individu
Desain anthropometri ini dibuat untuk individu yang memiliki data yang digunakann
untuk mendesain. Desain seperti ini sangat ideal untuk individu tetapi tidak nyaman
digunakan untuk orang lain.
Anthropometri dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu :
1. Anthropometri statis atau struktural
Anthropometri statis atau struktural merupakan ukuran tubuh manusia pada saat
kondisi tidak bergerak, posisi standar baik posisi berdiri maupun duduk.
2. Anthropometri dinamis atau fungsional
Anthropometri dinamis atau fungsional merupakan ukuran tubuh manusia saat
melakukan aktivitas kerja di suatu lingkungan kerja.
Anthropometri secar luas digunakan sebagi bahan pertimbangan ergonimi dalam
interaksi manusai. Data antropometri yang diperoleh aan diaplikasikan secara luas
dalam hal :
1. Perencanaan area kerja seperti work station, interior mobin dan lain lain.
2. Perancangan lingkungan kerja fisik yang ideal
3. Perancangan alat kerja seperti mesin, perkakas, dan sebaginya
4. Peancangan produk konsumtif atau habis pakai seperti pakaian, kursi, meja dan
lain lain.
G. Aplikasi Ergonomi
Aplikasi ergonomi mengacu pada penerapan ergonomi itu sendiri. Pada sub bab ini
aka dibahas mengenai aplikasinya yang sebelumnya telah disinggung pada
ruanglingkup ergonomi.
a. Posisi Kerja
Posisi kerja terdiri dari kerja duduk dan kerja berdiri. Untuk penyabarannya sebagai
berikut :
Kerja Berdiri
Kerja berdiri adalah posisi kerja dimana tualng belakang vertikal dengan berat
badan yang bertumpu secara seimbang pada dua kaki.
Kerja duduk
Kerja duduk sendiri terjadi saat kaki tidak dibebani dengan berat tubuh pekerja, dan
memiiki posisi stabil selama bekerja. Kerja duduk dan tempat duduk merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Tempat duduk sendiri dibuat agar nilai
ergonomisnya dapat terpenuhi serta tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi
individu dan mengurangi kelelahan, serta untuk menfasilitasu postur tubuh yang
tepat.
Keuntungan dari duduk daripada berdiri adalah sebagai berikut :
Duduk hanya sedikit membutuhkan aktivitas otot, menundam kelelahan. Seorang
individu dapat duduk untuk sekitar satu jam tapi berdiri selama kurang lebih hanya
setengah jam sebelum terjadi kelelahan di tempat kerja.
Duduk memiliki stabilitas lebih, yang diperlukan untuk presisi atau tugas dengan
baik.
Ketika duduk, seorang pekerja atau karyawan dapat mengoperasikan kontrol kaki
lebih mudah sambil mempertahankan postur tubuh yang baik.
Faktor yang paling sering ditekankan saat membeli atau memilih kursi adalah biaya
dan penampilan. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam desain dan
pemilihan kursi meliputi :
(1) Faktor ergonomis:
antropometri dari pengguna; kenyamanan pengguna (tidak untuk pembeli).
(2) Faktor yang dapat disesuaikan:
berbagai penyesuaian dari pengguna;
kemudahan penyesuaian (misal berlabel, kontrol kede warna).
(3) Faktor ekonomi:
biaya awal pembelian dari kursi;
pemeliharaan kursi;
lama waktu kursi dapat digunakan.
(4) Faktor keamanan:
tipping;
meluncur;
lainnya.
(5) Faktor-faktor lain:
Mekanisme putar untuk mengurangi / menghilangkan canggung postur tubuh;
sandaran tangan (tinggi dan lebar disesuaikan);
kastor;
berat badan.
b. Proses Kerja
Proses kerja berkenaan dengan jangkauan pekerja terhadap peralatan kerja yang
sesuai dengan posisi saat bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya.
c. Tata Letak Tempat Kerja
Tata letak tempat kerja harus jelas, terutama pada tampilan yang teerlihat pada
ssat melakukan aktivitas kerja. Namun pada saat ini, banyak simbol-simbol yang
digunakan daripada kata -kata
d. Mengangkat Beban
Ada berbagai macam dalam mengangkat beban. Mengangkat beban dengan kepala,
bahu, tangan, punggung, dan sebagainya. Jika beban terlalu berat, maka dapat
menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan
yang berlebihan.
H. Ergonomy Check Point
Untuk dapat menentukan bahwa tempat kerja aman dan sesuai dengan persyaratan
ergonomi, maka perlu adanya pengecekan secara berkala terhadap tempat kerja.
International Labour Organization (ILO) telah menentukan standar mnegenai
ergonomi pada tempat kerja yang berupa Ergonomy Check Point. Standar yang
telah ditetapkan akan digunakan sebagai tolok ukur ke ergonomian dari tempat
kerja itu sendiri. ILO sendiri telah mengelompokkan poin poin tersebut dalam
beberapa bab yang sama.
Material Storage and Handling (Penyimpanan Bahan dan Penanganannya)
1. Memberikan tanda yang jelas tentang rute transportasi.
2. Jauhkan lorong dan koridor cukup lebar untuk memungkinkan dua arah
transportasi.
3. Membuat permukaan rute transportasi bahkan, tidak licin, dan tanpa hambatan.
4. Memberikan landai dengan kemiringan kecil bukannya kecil tangga atau
perbedaan ketinggian mendadak dalam tempat kerja.
5. Meningkatkan tata letak area kerja sehingga perlu memindahkan bahan
diminimalkan.
6. Gunakan gerobak, tangan-truk dan perangkat roda lainnya, atau rol, ketika
bergerak bahan.
7. Gunakan rak penyimpanan mobile untuk menghindari yang tidak perlu bongkar
muat.
8. Gunakan rak multi-level atau rak dekat area kerja di memesan untuk
meminimalkan transportasi manual bahan.
9. Gunakan perangkat mekanik untuk mengangkat, menurunkan dan bergerak
bahan berat.
10. Kurangi penanganan manual bahan dengan menggunakan conveyers, kerekan
dan cara mekanis lainnya mengangkut.
11. Alih-alih membawa beban berat, membagi mereka menjadi lebih kecil paket
ringan, wadah atau nampan.
12. Memberikan pegangan, grip atau poin holding baik untuk semua paket dan
kontainer.
13. Pindah barang secara horisontal saat bekerja sesuai berat barang
14. Hilangkan tugas yang memerlukan membungkuk atau memutar sementara
penanganan bahan.
15. Jauhkan benda dekat dengan tubuh ketika secara manual penanganan bahan.
16. Menggabungkan angkat berat dengan tugas-tugas fisik ringan untuk
menghindari cedera dan kelelahan dan meningkatkan efisiensi.
17. Memberikan kontainer sampah nyaman ditempatkan.
Hand Tools (Alat Tangan)
18. Pilih alat yang dirancang untuk persyaratan tugas tertentu.
19. Memberikan alat-alat listrik yang aman dan pastikan bahwa keselamatan
penjaga digunakan.
20. Gunakan menggantung alat untuk operasi diulang dalam yang sama tempat.
21. Gunakan keburukan dan klem untuk memegang bahan atau item pekerjaan.
22. Memberikan dukungan tangan saat menggunakan alat-alat presisi.
23. Minimalkan berat alat (kecuali untuk alat mencolok).
24. Untuk alat-alat tangan, menyediakan alat dengan pegangan dari tepat
ketebalan, panjang, bentuk dan ukuran untuk memudahkan penanganan.
25. Memberikan alat-alat tangan dengan grip yang memiliki cukup gesekan atau
dengan penjaga atau sumbat untuk menghindari slip dan terjepit.
26. Memberikan alat dengan isolasi yang tepat untuk menghindari luka bakar dan
sengatan listrik.
27. Minimalkan getaran dan kebisingan alat-alat tangan.
28. Menyediakan rumah untuk setiap alat.
29. Memeriksa dan memelihara alat-alat tangan secara teratur.
30. Pekerja kereta api sebelum mengizinkan mereka untuk menggunakan kekuatan
alat.
31. Sediakan ruang yang cukup untuk postur stabil.
Machine Safety (Keamanan Mesin)
32. Desain kontrol untuk mencegah operasi yang tidak disengaja.
33. Membuat kontrol darurat jelas terlihat dan mudah diakses dari posisi alami
operator.
34. Membuat kontrol yang berbeda mudah untuk membedakan dari masing-masing
lain.
35. Pastikan bahwa pekerja dapat melihat dan menjangkau semua mengontrol
nyaman.
36. Cari kontrol dalam urutan operasi.
37. Gunakan harapan alami untuk gerakan kontrol.
38. Batas jumlah pedal kaki dan, jika digunakan, membuat mereka mudah
dioperasikan.
39. menampilkan Membuat dan sinyal mudah untuk membedakan dari sama lain
dan mudah dibaca.
40. Gunakan tanda atau warna pada layar untuk membantu pekerja memahami apa
yang harus dilakukan.
41. Gunakan simbol hanya jika mereka mudah dipahami oleh orang-orang lokal.
42. Membuat label dan tanda-tanda yang mudah untuk melihat, mudah dibaca dan
mudah dimengerti.
43. Gunakan tanda-tanda peringatan bahwa pekerja memahami dengan mudah dan
benar.
44. Gunakan jig dan perlengkapan untuk membuat operasi mesin stabil, aman dan
efisien.
45. Pembelian mesin yang memenuhi kriteria keamanan.
46. Gunakan makan dan ejeksi perangkat untuk menjaga tangan jauh dari bagian
berbahaya dari mesin.
47. Gunakan benar penjaga atau hambatan untuk mencegah tetapm kontak dengan
bagian dari mesin yang bergerak.
48. Gunakan hambatan interlock untuk membuat mustahil bagi pekerja untuk
mencapai titik berbahaya ketika mesin beroperasi.
49. Menetapkan prosedur yang aman untuk forklift mengemudi oleh memodifikasi
tempat kerja dan memberikan yang memadai latihan.
50. Periksa, bersihkan dan menjaga mesin secara teratur.
Workstation Design (Desain Tempat Kerja)
51. Menyesuaikan tinggi bekerja untuk setiap pekerja di siku tingkat atau sedikit di
bawah itu.
52. Pastikan bahwa tempat kerja mengakomodasi kebutuhan pekerja yang lebih
kecil.
53. Pastikan bahwa tempat kerja mengakomodasi kebutuhan pekerja lebih tinggi.
54. Tempat yang sering digunakan bahan, alat dan kontrol mudah dijangkau.
55. Memberikan permukaan kerja multi-tujuan yang stabil pada setiap workstation.
56. Pastikan bahwa pekerja dapat berdiri secara alami, dengan berat pada kedua
kaki, dan melakukan dekat bekerja untuk dan di depan tubuh.
57. Biarkan pekerja bergantian berdiri dan duduk di tempat kerja sebanyak
mungkin.
58. Memberikan berdiri pekerja dengan kursi atau bangku untuk duduk sesekali.
59. Memberikan pekerja duduk dengan kursi disesuaikan baik dengan sandaran.
60. Gunakan tinggi meja komputer yang bisa disesuaikan dan mengatur peripheral
komputer terkait yang mudah untuk dijangkau.
61. Memberikan pemeriksaan mata dan tepat kacamata untuk pekerja
menggunakan unit tampilan visual (VDU) secara teratur.
62. Memberikan suara dan pijakan yang stabil dan mencukupi menjaga pengaturan
untuk bekerja di tempat-tempat tinggi.
63. Meningkatkan keamanan dan kenyamanan berkendara kabin dan kursi
kendaraan yang digunakan di tempat kerja.
Lighting (Pencahayaan)
64. Meningkatkan penggunaan siang hari dan memberikan pandangan luar.
65. Gunakan warna terang untuk dinding dan langit-langit ketika lebih banyak
cahaya diperlukan.
66. Penerangan pada koridor, tangga landai dan daerah lainnya di mana orang
dapat berjalan atau bekerja.
67. Penerangan pada area kerja secara merata untuk meminimalkan perubahan
kecerahan.
68. Memberikan pencahayaan yang cukup bagi pekerja sehingga mereka dapat
bekerja secara efisien dan nyaman setiap saat.
69. Memberikan lampu lokal untuk presisi atau pekerjaan inspeksi.
70. Relokasikan sumber cahaya atau berikan pelindung untuk menghilangkan silau
langsung dan tidak langsung.
71. Pilih latar belakang tugas visual yang tepat untuk tugas-tugas membutuhkan
dekat, perhatian terus menerus.
72. Bersihkan jendela dan memelihara sumber cahaya.
Premises (Tempat)
73. Melindungi pekerja dari panas yang berlebihan.
74. Lindungi pekerja dari lingkungan kerja dingin.
75. Isolasi atau melindungi sumber-sumber panas atau dingin.
76. Instal sistem pembuangan lokal yang efektif yang memungkinkan efisien dan
aman bekerja.
77. Meningkatkan penggunaan ventilasi alami bila diperlukan untuk meningkatkan
iklim dalam ruangan.
78. Gunakan sistem AC untuk memberikan ruangan iklim yang kondusif untuk
kesehatan dan kenyamanan orang.
79. Meningkatkan dan memelihara sistem ventilasi untuk menjamin kualitas udara
tempat kerja yang baik.
80. Jauhkan area kerja kantor di urutan yang baik untuk meningkatkan efisiensi dan
kenyamanan orang yang menggunakan daerah.
81. Memberikan alat pemadam kebakaran cukup mudah dijangkau dan pastikan
bahwa pekerja tahu bagaimana menggunakannya.
82. Daur ulang limbah untuk membuat lebih baik menggunakan sumber daya dan
untuk melindungi lingkungan.
83. Membuat tanda rute pelarian dan menjaga pekerja dari hambatan atau
membuat jalur evakuasi bagi pekerja.
84. Membangun rencana evakuasi untuk memastikan aman dan cepat jalan keluar
dari tempat kerja.
Hazzardous Substances and Agent (Zat Berbahaya dan Agen)
85. Isolasi atau tutup mesin yang menimbulkan suara keras atau bagian mesin yang
menimbulkan suara bising.
86. Menjaga alat dan mesin secara teratur untuk mengurangi kebisingan.
87. Pastikan bahwa suara tidak mengganggu lisan komunikasi dan sinyal
pendengaran.
88. Mengurangi getaran mempengaruhi pekerja dalam rangka meningkatkan
keselamatan, kesehatan dan efisiensi kerja.
89. Pilih peralatan genggam listrik yang baik terisolasi terhadap kejut listrik dan
panas.
90. Pastikan koneksi kabel yang aman untuk peralatan dan lampu.
91. Label dan menyimpan dengan baik kontainer berbahaya bahan kimia untuk
berkomunikasi peringatan dan untuk memastikan aman penanganan.
92. Lindungi pekerja dari risiko kimia sehingga mereka dapat melakukan pekerjaan
mereka dengan aman dan efisien.
93. Mengidentifikasi ruangan yang terbatas yang membutuhkan izin masuk dan
mengambil langkah-langkah pengendalian yang memadai untuk membuat ruang
aman untuk masuk dan bekerja.
94. Lindungi pekerja dari risiko biologis dengan meminimalkan paparan agen biologi
dan mengisolasi berpotensi daerah yang terkontaminasi.
Welfare Facilities (Fasilitas Kesejahteraan)
95. Memberikan dan mempertahankan perubahan yang baik, mencuci dan fasilitas
sanitasi untuk memastikan kebersihan dan kerapian.
96. Memberikan fasilitas minum dan makan daerah higienis untuk memastikan
kinerja yang baik dan kesejahteraan.
97. Menyediakan fasilitas istirahat untuk pemulihan dari kelelahan.
98. Memberikan akses mudah ke peralatan pertolongan pertama dan fasilitas
pelayanan kesehatan primer di tempat kerja.
99. Menyediakan tempat untuk pertemuan karyawan dan pelatihan.
100. Telah menandai daerah yang membutuhkan penggunaan pribadi alat
pelindung.
101. Menyediakan alat pelindung diri yang memberikan perlindungan yang
memadai.
102. Pastikan biasa menggunakan alat pelindung diri dengan instruksi yang tepat,
uji adaptasi dan pelatihan.
103. Pastikan bahwa setiap orang menggunakan alat pelindung diri di mana
diperlukan.
104. Pastikan bahwa alat pelindung diri adalah diterima oleh pekerja dan bahwa itu
dibersihkan dan dipertahankan.
105. Menyediakan penyimpanan yang tepat untuk pelindung diri peralatan.
Work Organization (Organisasi Kerja)
106. Memecahkan masalah pekerjaan sehari-hari dengan melibatkan kelompok
pekerja.
107. Konsultasikan pekerja pada peningkatan pengaturan kerja-waktu.
108. Libatkan pekerja di desain perbaikan tempat kerja sendiri.
109. Konsultasikan pekerja ketika ada perubahan produksi dan ketika perbaikan
yang diperlukan untuk lebih aman, lebih mudah dan lebih efisien bekerja.
110. Menginformasikan dan memberikan reward pekerja tentang hasil mereka kerja.
111. Latih pekerja untuk mengambil tanggung jawab dan memberi mereka berarti
untuk melakukan perbaikan dalam pekerjaan mereka.
112. Latih pekerja untuk operasi yang aman dan efisien.
113. Menyediakan pelatihan up-to-date untuk pekerja menggunakan komputer
sistem.
114. Memberikan kesempatan untuk memudahkan komunikasi dan saling
mendukung di tempat kerja.
115. Pertimbangkan keterampilan dan preferensi pekerja di menugaskan orang
untuk pekerjaan dan memberikan mereka kesempatan untuk belajar keterampilan
baru.
116. Mengatur kelompok kerja, yang masing-masing secara kolektif membawa
pekerjaan dan bertanggung jawab untuk hasil-hasilnya.
117. Meningkatkan pekerjaan yang sulit dan tidak menyukai untuk meningkatkan
produktivitas dalam jangka panjang.
118. Menggabungkan tugas untuk membuat pekerjaan lebih menarik dan
bervariasi.
119. Mengatur saham kecil produk yang belum selesai (buffer saham) antara
tempat kerja yang berbeda.
120. Ambil tanggung jawab untuk bersih-bersih setiap hari.
121. Menyediakan singkat, jeda sering selama kontinyu presisi atau kerja komputer
untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi kelelahan.
122. Memberikan kesempatan untuk latihan fisik untuk pekerja.
123. Doronglah partisipasi penuh perempuan dan laki-laki pekerja dalam
menemukan dan melaksanakan pekerjaan perbaikan.
124. Membantu pekerja migran untuk melakukan pekerjaan mereka dengan aman
dan efisien.
125. Pilih yang sesuai beban kerja, memfasilitasi kerja sama tim dan memberikan
pelatihan yang memadai bagi pekerja muda.
126. Mengadaptasikan fasilitas dan peralatan untuk pekerja dengan cacat sehingga
mereka dapat melakukan pekerjaan mereka dengan aman dan efisien.
127. Memberi perhatian terhadap keselamatan dan kesehatan hamil dan wanita
menyusui.
128. Mengambil langkah-langkah sehingga pekerja yang lebih tua dapat melakukan
bekerja dengan aman dan efisien.
129. Sesuaikan tempat kerja dengan budaya dan terkait preferensi pekerja dengan
mengambil pengguna berpusat pendekatan.
130. Melibatkan kedua manajer dan pekerja dalam melakukan penilaian risiko
terkait ergonomi sebagai bagian dari sistem keselamatan dan manajemen
kesehatan.
131. Membangun rencana darurat untuk memastikan bahwa ada operasi darurat,
akses mudah ke fasilitas dan evakuasi yang cepat.
132. Pelajari tentang bagaimana cara untuk meningkatkan diri dari contoh-contoh
yang baik dalam diri sendiri perusahaan atau di perusahaan-perusahaan lainnya.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ergonomi merupakan disiplin ilmu pengetahuan terapan yang mempelajari tentang
bagaimana masalha manusai dengan lingkungan kerjanya. Ergonomi yang dibahas
pada artikel ini mengenai konsepan dasar ergonomi, sejarah sertaa pengembangan
ergonomi, ruang lingkup ergonomi, metode ergonomi, sistem manusia-mesin,
ergonomi antropometri, penerapan ergonomi, serta pengecekan ergonomi pada
tempat kerja atau yang disebut ergonomy check point yang mana pekerja ataupun
atasan perusahaan harus mengecek secara berkala apakan tempat kerjanya sudah
memuhi persyaratan ergonomi.

SARAN
Penerapan ergonomi dalam perusahaan atau industri sering kali diabaikan karena
kurangnya pemahaman dan pengertian mengenai ergonomi itu sendiri. Disamping
itu, pengusaha ataupun pimpinan perusahaan sering mengabaikan masalah
ergonomi pada pekerjanya. Seharusnya, ergonomi harus diterapkan dalam tempat
kerja untuk memperbaiki produktivitas kerja, kesehatan dan keselamatan kerja bagi
para pekerjanya. Penerapan ergonomi tidak hanya pada sektor pekerjaan dalam
ruang saja, nelainkan juga pada sektor pekerjan luar seperti pembangunan,
tambang, dan sebagainya.
Ergonomi harus menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan sebuah usaha.
Maka perlu adanya penggalakan partisispasi semua pihak yang ada pada
perusahaan dan atau industri. Penerapan ergonomi dapat dimulai dengan membuat
kebijakan terkait dengan perancangan, teknis, dan sebagainya dpat tempat kerja.
Geraka ergonomi semdiri dapat menopang gerkan produktivitas dalam
pembangunaan nasional.
REFERENSI
Fernandez, Jeffrey E., Michael Goodman. 1999. Ergonomics In The Workplace.
Alexandria, VA: Exponent Health Group
Hilman, Windi . 2013. Ergonomi dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
http://mataratu22.blogspot.com/2013/10/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3-
dan.html#ixzz4APzmQwXV diakses pada 1 Juni 2016
International Labour Organization. 2010. Ergonomic Check Point (second edition).
Geneva: International Labour Office
International Labour Organization. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Tempat Kerja Sarana Untuk Produktivitas. Jakarta: ILO Office
Nipitupulu, Natassia. 2009. Gambaran Penerapan Ergonomi. FKM UI,
(http://www.digilib.ui.ac.id/file?file=digital/126790-S-5669-Gambaran
%20penerapan-Literatur.pdf), diakses 1 Juni 2016.
Scott, Pat, dkk. 2010. Ergonomics Guidelines. Germany: Institute for Science of
Labour
Setyawan, Febri Endra Budi. 2011. Penerapan Ergonomi dalam Konsep Kesehatan.
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang
Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press

Anda mungkin juga menyukai