PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu persyaratan untuk
meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
juga merupakan hak setiap tenaga kerja termasuk didalamnya terdapat ergonomi
yang juga perlu diperhatikan. Ergonomi dapat memainkan peran penting dalam
kesehatan dan keselamatan kerja dimana tujuan utama ergonomi adalah
mengurangi resiko cidera ataupenyakit sekaligus meningkatkan kualitas hidup
pekerja. Ergonomi yang baik di tempat kerja dapat meningkatkan produktivitas dan
moral pekerja dan cedera penurunan, cuti sakit, pergantian staf dan absensi. Dalam
ergonomi di tempat kerja perlu adanya pemeriksaan yang tidak hanya meliputi
aspek desain fisik pekerjaan atau perangkat kerasnya, tetapi juga bidang-bidang
lain seperti sebagai organisasi kerja dan desain tugas, pekerjaan konten dan kontrol
atas beban kerja, dukungan dan pelatihan. Namun dalam kenyatannya, masih
banyak perusahaan atau tempat kerja yang belum memprioritaskan ergonomi dan
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dalam merancang suatu lingkungan kerja
yang efisien. Hal tersebut terjadi karena ergonomi dianggap akan sebagai
pemborosan dana perusahaan. Pada kenyataannya sumber daya terpenting atau
faktor terpenting dalam suatu perencanaan manajemen adalah faktor pekerja atau
karyawan. Pekerja atau karyawan seharusnya dijamin aksesnya untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan guna mencapai kesehatan dan keselamatan dalam
melaksanakan tugasnya di tempat kerja.
Perkembangan dunia industri saat ini cukup tinggi dan sejalan dengan
meningkatnya kebutuhan manusia. Perkembangan industri akan diikuti dengan
bertambahnya jumlah tenaga kerja. Berdasarkan data tahun 2011, penyerapan
tenaga kerja di tingkat nasional sebesar 104.555.275 pada tahun 2009, dan pada
tahun 2010 sebesar 108.207.767 atau terjadi peningkatan sebesar 3,49% yang
menyebar di berbagai industri di Indonesia. Dengan meningkatnya jumlah tenaga
kerja, tentunya akan menambah permasalahan mengenai ketenagakerjaan yang
terkait dengan keamanan, kenyamanan dan kesehatan, sehingga tingkat
kecelakaan akibat kerja cenderung tinggi. Di Indonesia sendiri, tingkat kecelakaan
kerja relatif cukup tinggi dan mengalami kenaikan setiap tahunnya. Hal ini
disebabkan karena bertambahnya jumlah tenaga kerja tetapi tidak diikuti
pengawasan yang baik, sehingga muncul persoalan persoalan yang memicu
terjadinya kecelakaan kerja (Purnomo, 2013:1).
Berkaca dari masalah tersebut, perlu adanya peningkatan dan perkembangan
upaya promosi dan pencegahan preventif dalam menekan kemungkinan resiko
akibat kecelakaan kerja. Upaya yang dapat dilakukan salah satunya yakni
membenahi dari sektor ergonomi karena tingkat keamanan, kenyamanan, dan
kesehatan pekerja harus diperhatikan. Upaya tersebut semata-mata untuk
meningkatkan produktivitas kerja yang lebih ENASE (Efektif, Nyaman, Aman, Sehat,
dan Efisien) pada suatu perusahaan atau tempat kerja.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan ergonomi?
2. Bagaimanakah sejarah dan perkemangan ergonomi?
3. Apa sajakah ruang lingkup ergonomi?
4. Apa itu sistem manusia mesin?
5. Apakah yang dimaksud anthropometri dalam ergonomi?
6. Bagaimana aplikasi atau penerapan ergonomi?
7. Apa sajakah metode dari ergonomi?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan dan menjelaskan pengertian tentang ergonomi.
2. Mendeskripsikan dan menjelaskan sejarah serta perkembangan ergonomi.
3. Mendeskripsikan dan menjelaskan ruang lingkup ergonomi.
4. Mendeskripsikan dan menjelaskan sistem manusia mesin.
5. Mendeskripsikan dan menjelaskan ergonomi anthropometri.
6. Mendeskripsikan dan menjelaskan aplikasi atau penerapan ergonomi.
7. Mendeskripsikan dan menjelaskan metode-metode ergonomi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Ergonomi
Ergonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu ergon yang artinya kerja dan nomos
yang artinya ilmu. Secara harfiah, ergonomi dapat dikatakan sebagai ilmu yang
mempelajari hubungan antara manusia dengan pekerjaannya. Jika dilihat dari
pengertian tersebut, ruang lingkus ergonomi terasa sempit, namun jika kita dapat
mencermati lebih dalam, maka ruang lingkup ergonomi akan sangat luas dan dapat
mencakup segala aspek, tempat, dan waktu. Jadi, ergonomi juga dapat diterapkan
apa aspek apa saja, dimana saja, dan kapan saja. Beberapa ahli mendefinisikan
ergonomi dengan penjabarannya sebagai berikut (Solichin, 2014) :
1. Ergonomi adalah disiplin ilmu atau pendekatan multidisipliner yang bertujuan
mengoptimalkan sistem manusia dengan pekerjaan dan tempat kerjanya, sehingga
tercapai alat, cara dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan efisien
(Manuaba, A, 1981).
2. Ergonomi adalah ilmu, seni, dan penerapan teknologi untuk menyerasikan dan
atau menyeimbangkan antara seluruh fasilitas yang digunakan baik dalam
beraktifitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik
fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik
(Tarwaka. dkk, 2004).
3. Ergonomi adalah ilmu yang berhubungan dengan manusia dalam usaha untuk
meningkatkan kenyamanan di lingkungan kerja (Nurmianto, 1996).
4. Ergonomi adalah ilmu dan penerapannya yang berusaha untuk menyerasikan
atau menyeimbangkan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya
dengan tujuan tercapainya produktifitas dan efisiensi yang tinggi melalui
pemanfaatan manusia secara optimal (Sumamur, 1987).
5. Ergonomi adalah praktek dalam mendesain peralatan dan rincian pekerjaan
sesuai dengan kapabilitas pekerja dengan tujuan untuk mencegah cidera dan
kecelakaan kerja pada pekerja. (OSHA, 2000).
Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa ergonomi berpusat pada
manusia. Konsep ergonomi adalah berdasarkan pada kesadaran, keterbatasan
kemampuan, dan kapabilitas manusia. Meningkatkan produktivitas, efisiensi dan
kenyamanan dibutuhkan penyerasian antara lingkungan kerja, pekerjaan dan
manusia yang terlibat dengan pekerjaan tersebut dilakukan dalam usaha untuk
mencegah cidera kecelakaan kerja.
Definisi lain menyebutkan bahwa ergonomi merupakan sebuah ilmu untuk fitting
the job to the worker sementara itu dari International Labour Organization (ILO)
menyatakan bahwa, sebagai terapan ilmu biologi manusia dan hubungannya
dengan ilmu teknik bagi pekerja atau karyawan dan lingkungan kerjanya, agar
mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya.
ILO juga menjabarkan mengenai maksud dari kualitas hidup manusai pekerja
sebagai berikut:
1. Work should respect the workers life and heath.
2. Work should leave the worker with free time for rest and eisure.
3. Work should enable the worker to serve society and achieve self fulfillment by
developing his personal capacities.
1. Pekerjaan harus menghormati kehidupan pekerja dan kesehatan pekerja.
2. Pekerjaan harus memberikan pekerja dengan waktu luang untuk beristirahat dan
rekreasi.
3. Pekerjaan harus mengaktifkan pekerja untuk melayani masyarakat dan mencapai
pemenuhan diri dengan mengembangkan kapasitas diri masing masing.
Penjabaran dari definisi ergonomi juga dilakukan dalam bentuk fokus, tujuan dan
pendekatan mengenai ergonomi (Mc Coinick, 1993) yang penjabaran secara garis
besar seperti berikut :
1. Secara fokus
Ergonomi akan menfokuskan diri pada manusia dan interaksinya dengan produk,
peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dimana manusia hidup dan bekerja
setiap harinya.
2. Secara tujuan
Ergonomi memiliki dua tujuan, yaitu peningkatan efektifitas dan efisiensi kerja serta
peningkatan nilai-nilai kemanusiaan, seperti peningkatan keselamatan dan
kesehatan kerja, pengurangan rasa lelah dan sebagainya.
3. Secara pendekatan
Pendekatan ergonomi adalah aplikasi informasi mengenai keterbatasan-
keterbatasan manusia, kemampuan, karakteristik tingkah laku dan motivasi untuk
merancang prosedur dan lingkungan tempat aktivitas manusia tersebut sehari-hari.
Berdasarkan ketiga pendekatan mengenai ergonomi tersebut diatas, definisi
ergonomi dapat dirangkum dalam definisi yang dikemukakan Chapanis (1985), yaitu
ergonomi adalah ilmu untuk menggali dan mengaplikasikan informasi-informasi
mengenai perilaku manusia, kemampuan, keterbatasan dan karakteristik manusia
lainnya untuk merancang peralatan, mesin, sistem, pekerjaan dan lingkungan untuk
meningkatkan produktivitas, keselamatan, kenyamanan dan efektifitas pekerjaan
manusia. Jadi dapat disimpulkan bahwa ergonomi merupakan ilmu yang menpelajari
manusaia dalam kaitan dengan pekerjaan dan tempat kerja yaitu penyesuaian
tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia yang berkaitan tentang aspek-aspek
manusia dalam lingkungan kerja yang ditinjau secara anatomi, psikologi,
enginering, dan manajemen.
B. Sejarah dan Perkembangan Ergonomi
Ergonomi mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan
dengan ergonomi telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya. Aktivitas yang
berkenaan dengan ergonomi seperti pola duduk dalam bekerja dan sebagainya
telah ada sebelum itu. Beberapa kejadian kejadian penting dapat diilustrasikan
sebagai berikut :
1. C.T. Thackrah, England, 1831
Trackrah adalah seorang dokter dari Inggris yang meneruskan pekerjaan dari orang
Italia bernama Ramazzini, dalam serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan
lingkungan kerja yang tidak nyaman yang dirasakan oleh operator-operator di
tempat kerjanya. Trackrah mengamati postur tubuh pada saat bekerja sebagai
bagian dari masalah kesehatan. Saat itu Trackrah mengamati seorang penjahit yang
bekerja dengan posisi dan dimensi kursi serta meja yang kurang sesuai secara
antropometri, serta pencahayaan yang tidak ergonomis sehingga mengakibatkan
menbungkuknya badan dan iritasi indera penglihatan.
2. F.W. Taylor, U.S.A., 1989
Frederick W. Taylor adalah seorang insinyur Amerika yang menerapkan metode
ilmiah untuk menentukan bagaimana cara yang terbaik dalam melakukan suatu
pekerjaan.
3. F.B. Gilbreth, U.S.A., 1911
Gilbreth juga mengamati dan mengoptimasi metode kerja. Dalam hal ini Gilbreth
lebih mendetail dalam Analisa Gerakan dibandingkan dengan Taylor. Dalam
bukunya Motion Study yang diterbitkan pada tahun 191, Gilbreth menunjukkan
bagaimana postur membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu sistem
meja yang dapat diatur turun maupun naik (adjustable).
4. Badan Penelitian untuk Kelelahan Industri (Industrial Fatique Research Board),
England, 1918
Badan Penelitian untuk Kelelahan Industri ini didirikan sebagai penyelesaian
masalah yang terjadi di pabrik amunisi pada Perang Dunia I. Mereka menunjukkan
bagaimana keluaran setiap harinya meningkat dengan jam kerja per hari-nya yang
menurun.
5. E. Mayo dan teman-temannya, U.S.A., 1933
Elton Mayo adalah seorang warga negara Australia. Ia memulai beberapa studi di
suatu Perusahaan Listrik. Tujuan studinya adalah untuk mengkuantifikasi pengaruh
dari variabel fisik yang ada pada tempat kerja seperti pencahayaan dan lamanya
waktu istirahat terhadap faktor efisiensi dari para operator kerja pada unit
perakitan.
6. Perang Dunia Kedua, England dan U.S.A
Masalah operasional yang terjadi pada peralatan militer yang berkembang secara
cepat (seperti misalnya pesawat terbang, tank, dll). Masalah yang ada pada saat itu
adalah penempatan dan identifikasi untuk mengendalikan pesawat terbang,
efektivitas alat peraga (display), handel pembuka, ketidak nyamanan karena terlalu
panas atau terlalu dingin, desain pakaian untuk suasana kerja yang terlalu panas
atau terlalu dingin dan pengaruhnya pada kinerja operator dalam tempat kerja.
7. Pembentukan Kelompok Ergonomi
Pembentukan Masyarakat Peneliti Ergonomi (The Ergonomics Research Society) di
Inggris pada tahun 1949 melibatkan beberapa profesional yang telah banyak
terlibat dan berpengalaman dalam bidang ini. Hal ini menghasilkan buku jurnal
(majalah ilmiah) pertama dalam bidang Ergonomi pada bulan November 1957.
Perkumpulan Ergonomi Internasional (The International Ergonomics Association)
terbentuk pada tahun 1957, dan The Human Factors Society di Amerika pada tahun
yang sama. Diketahui pula bahwa dalam Konferensi Ergonomi Australia yang
pertama diselenggarakan pada tahun 1964, konferensi tersebut mencetuskan
terbentuknya Masyarakat Ergonomi Australia dan New Zealand (The Ergonomics
Society of Australian and New Zealand).
Perkembangan ergonomi pertama kali dipublikasikan pada tahun 1949 sebagai
judul buku yang dikarang oleh Prof. Murrel. Sedangkan kata ergonomi tersebut
berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon (kerja) dan nomos (aturan atau prinsip atau
kaidah). Istilah ergonomi sering digunakan secara luas di Eropa. Di Amerika Serikat
sendiri dikenal istilah human factor atau human engineering. Kedua istilah tersebut
yaitu ergonomic dan human factor hanya berbeda pada penekanannya. Yang intinya
kedua kata tersebut sama-sama menekankan pada performansi dan perilaku
manusia. Menurut Hawkins (1987), untuk mencapai tujuan praktisnya, keduanya
dapat digunakan sebagai referensi untuk teknologi yang sama.
Ergonomi telah menjadi bagian dari perkembangan budaya manusia sejak empat
ribu tahun yang lalu (Dan Mac Leod, 1995). Perkembangan ilmu ergonomi dimulai
saat manusia merancang benda-benda sederhana, layaknya batu yng digunakan
untuk membantu tangan dalam melakukan pekerjaannya, sampai dilakukannya
perbaikan ataupun perubahan pada alat bantu tersebut untuk memudahkan
penggunanya. Pada awalnya perkembangannya masih tidak teratur dan tidak
terarah, bahkan terkadang terjadi secara kebetulan.
Perkembangan ergonomi yang modern dimulai kurang lebih seratus tahun yang lalu
pada saat Taylor (1880-an) dan Gilberth (1890-an) secara terpisah melakukan
penelitian tentang waktu dan gerakan. Penggunaan ergonomi secara nyata dimulai
pada Perang Dunia I untuk mengoptimalkan interaksi antara produk dengan
manusia. Pada tahun 1924 sampai dengan 1930 Hawthorne Works of Wertern
Electric di Amerika melakukan suatu percobaan tentang ergonomi yang selanjutnya
terkenal dengan sebutan Hawthorne Effects (Efek Hawthorne). Hasil percobaan ini
memberikan konsep uyang baru tentang motivasi di tempat kerja dan menunjukan
hubungan fisik dan langsung antara manusia dengan mesin. Kemajuan ergonomi
semakin pesat dan terasa setelah Perang Dunia II dengan adanya bukti nyata
bahwa penggunaan alat-alat yang sesuai dapat meningkatkan produktivitas
manusia untuk bekerja lebih efektif. Hal tersebut telah banyak dilakukan pada
perusahaan-perusahaan senjata perang pada masa Perang Dunia II.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ergonomi merupakan disiplin ilmu pengetahuan terapan yang mempelajari tentang
bagaimana masalha manusai dengan lingkungan kerjanya. Ergonomi yang dibahas
pada artikel ini mengenai konsepan dasar ergonomi, sejarah sertaa pengembangan
ergonomi, ruang lingkup ergonomi, metode ergonomi, sistem manusia-mesin,
ergonomi antropometri, penerapan ergonomi, serta pengecekan ergonomi pada
tempat kerja atau yang disebut ergonomy check point yang mana pekerja ataupun
atasan perusahaan harus mengecek secara berkala apakan tempat kerjanya sudah
memuhi persyaratan ergonomi.
SARAN
Penerapan ergonomi dalam perusahaan atau industri sering kali diabaikan karena
kurangnya pemahaman dan pengertian mengenai ergonomi itu sendiri. Disamping
itu, pengusaha ataupun pimpinan perusahaan sering mengabaikan masalah
ergonomi pada pekerjanya. Seharusnya, ergonomi harus diterapkan dalam tempat
kerja untuk memperbaiki produktivitas kerja, kesehatan dan keselamatan kerja bagi
para pekerjanya. Penerapan ergonomi tidak hanya pada sektor pekerjaan dalam
ruang saja, nelainkan juga pada sektor pekerjan luar seperti pembangunan,
tambang, dan sebagainya.
Ergonomi harus menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan sebuah usaha.
Maka perlu adanya penggalakan partisispasi semua pihak yang ada pada
perusahaan dan atau industri. Penerapan ergonomi dapat dimulai dengan membuat
kebijakan terkait dengan perancangan, teknis, dan sebagainya dpat tempat kerja.
Geraka ergonomi semdiri dapat menopang gerkan produktivitas dalam
pembangunaan nasional.
REFERENSI
Fernandez, Jeffrey E., Michael Goodman. 1999. Ergonomics In The Workplace.
Alexandria, VA: Exponent Health Group
Hilman, Windi . 2013. Ergonomi dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
http://mataratu22.blogspot.com/2013/10/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3-
dan.html#ixzz4APzmQwXV diakses pada 1 Juni 2016
International Labour Organization. 2010. Ergonomic Check Point (second edition).
Geneva: International Labour Office
International Labour Organization. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Tempat Kerja Sarana Untuk Produktivitas. Jakarta: ILO Office
Nipitupulu, Natassia. 2009. Gambaran Penerapan Ergonomi. FKM UI,
(http://www.digilib.ui.ac.id/file?file=digital/126790-S-5669-Gambaran
%20penerapan-Literatur.pdf), diakses 1 Juni 2016.
Scott, Pat, dkk. 2010. Ergonomics Guidelines. Germany: Institute for Science of
Labour
Setyawan, Febri Endra Budi. 2011. Penerapan Ergonomi dalam Konsep Kesehatan.
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang
Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press