Anda di halaman 1dari 47

BAB I

ERGONOMI

A. Pengertian Ergonomi

Ergonomi yaitu ilmu yang penerapannya berusaha untuk menyerasikan

pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan

tercapainya produktivitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui

pemanfaatan faktor manusia seoptimal-optimalnya (Suma’mur, 1989).

Ergonomi adalah komponen kegiatan dalam ruang lingkup hiperkes yang

antara lain meliputi penyerasian pekerjaan terhadap tenaga kerja secara timbal

balik untuk efisiensi dan kenyamanan kerja.

Ergonomi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu Ergon dan Nomos. Ergon

memiliki arti kerja dan Nomos memiliki arti hukum; jadi pengertian

Ergonomik itu sendiri secara garis besar adalah “Studi tentang manusia untuk

menciptakan system kerja yang lebih sehat, aman dan nyaman” (Arif, 2009).

Pusat dari ergonomi adalah manusia. Konsep ergonomi adalah

berdasarkan kesadaran, keterbatasan kemampuan, dan kapabilitas manusia.

Sehingga dalam usaha untuk mencegah cidera, meningkatkan produktivitas,

efisiensi dan kenyamanan dibutuhkan penyerasian antara lingkungan kerja,

pekerjaan dan manusia yang terlibat dengan pekerjaan tersebut.

Konsep ergonomi serta keselamatan kesehatan kerja merupakan

konsep penting untuk diterapkan dalam suatu industri, khususnya dalam

perancangan stasiun kerjanya. Kecenderungan yang ada saat ini adalah, pada

Bahaya Kerja Ergonomi 1


industri skala kecil menengah. Konsep tersebut kurang begitu diperhatikan,

sehingga dapat menimbulkan resiko kerja baik dari segi bahaya kondisi

lingkungan fisik, sikap dan cara kerja (Laksmiwaty, 2009).

Tujuan penerapan ergonomi adalah untuk peningkatan kualitas

kehidupan yang lebih baik. Dengan penerapan ergonomi ini, maka akan

tercipta lingkungan kerja aman, sehat dan nyaman sehingga kerja menjadi

lebih produktif dan efisien serta adanya jaminan kualitas kerja (Tim

Ergoinstitute, 2008).

Definisi ergonomi juga dapat dilakukan dengan cara menjabarkannya

dalam fokus, tujuan dan pendekatan mengenai ergonomi (Mc Coinick 1993)

dimana dalam penjelasannya disebutkan sebagai berikut:

a. Secara fokus

Ergonomi menfokuskan diri pada manusia dan interaksinya dengan

produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dimana sehari-hari

manusia hidup dan bekerja.

b. Secara tujuan

Tujuan ergonomi ada dua hal, yaitu peningkatan efektifitas dan

efisiensi kerja serta peningkatan nilai-nilai kemanusiaan, seperti

peningkatan keselamatan kerja, pengurangan rasa lelah dan sebagainya.

c. Secara pendekatan

Pendekatan ergonomi adalah aplikasi informasi mengenai

keterbatasan-keterbatasan manusia, kemampuan, karakteristik tingkah laku

Bahaya Kerja Ergonomi 2


dan motivasi untuk merancang prosedur dan lingkungan tempat aktivitas

manusia tersebut sehari-hari.

Berdasarkan ketiga pendekatan tersebut diatas, definisi ergonomi dapat

terangkumkan dalam definisi yang dikemukakan Chapanis (1985), yaitu

ergonomi adalah ilmu untuk menggali dan mengaplikasikan informasi-

informasi mengenai perilaku manusia, kemampuan, keterbatasan dan

karakteristik manusia lainnya untuk merancang peralatan, mesin, sistem,

pekerjaan dan lingkungan untuk meningkatkan produktivitas, keselamatan,

kenyamanan dan efektifitas pekerjaan manusia.

Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang memanfaatkan informasi-

informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam rangka

membuat sistem kerja yang ENASE (efektif, nyaman, aman, sehat dan

efisien). Ergonomi dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan

dua hal yang tidak dapat dipisahkan.Keduanya mengarah kepada tujuan yang

sama yakni peningkatan kualitas kehidupan kerja (quality of working life).

Aspek kualitas kehidupan kerja merupakan salah satu faktor penting yang

mempengaruhi rasa kepercayaan dan rasa kepemilikan pekerja kepada

perusahaan, yang berujung kepada produktivitas dan kualitas kerja (Arif,

2009).

Ergonomi mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan

pekerjaan manusia. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat

bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi

ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk

Bahaya Kerja Ergonomi 3


menurunkan stress atau tekanan yang akan dihadapi. Salah satu upaya yang

dilakukan antara lain menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi

tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembapan. Hal

ini bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Ada salah satu

definisi yang menyebutkan bahwa ergonomi bertujuan untuk “fitting the job to

the worker”. Ergonomi juga bertujuan sebagai ilmu terapan biologi manusia

dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya,

agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan

produktivitasnya.

Contoh : suatu perusahaan kerajinan mengubah cara kerja duduk di

lantai dengan bekerja di meja kerja, mengatur tata ruangan menjadi lebih baik,

mengadakan ventilasi, menambah penerangan, mengadakan ruang makan,

mengorganisasi waktu istirahat, menyelenggarakan pertandingan olahraga,

dan lain-lain. Dengan usaha ini, keluhan-keluhan tenaga kerja berkurang dan

produksi tidak pernah terganggu oleh masalah-masalah ketenagakerjaan.

Dengan begitu, produksi dapat mengimbangi perluasan dari pemasaran.

B. Perkembangan Ergonomi

Perkembang ergonomi dipopulerkan pertama kali pada tahun 1949

sebagai judul buku yang dikarang oleh Prof. K. F. H. Murrel (1949)

Sedangkan kata ergonomi itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon

(kerja) dan nomos (aturan/prinsip/kaidah). Istilah ergonomi digunakan secara

luas di Eropa. Di Amerika Serikat dikenal istilah human factor atau human

Bahaya Kerja Ergonomi 4


engineering. Kedua istilah tersebut (ergonomic dan human factor) hanya

berbeda pada penekanannya. Intinya kedua kata tersebut sama-sama

menekankan pada performansi dan perilaku manusia. Menurut Hawkins

(1987), untuk mencapai tujuan praktisnya, keduanya dapat digunakan sebagai

referensi untuk teknologi yang sama.

Ergonomi telah menjadi bagian dari perkembangan budaya manusia

sejak 4000 tahun yang lalu (Dan Mac Leod, 1995). Perkembangan ilmu

ergonomi dimulai saat manusia merancang benda-benda sederhana, seperti

batu untuk membantu tangan dalam melakukan pekerjaannya, sampai

dilakukannya perbaikan atau perubahan pada alat bantu tersebut untuk

memudahkan penggunanya. Pada awalnya perkembangan tersebut masih tidak

teratur dan tidak terarah, bahkan kadang-kadang terjadi secara kebetulan.

Perkembangan ergonomi modern dimulai kurang lebih seratus tahun

yang lalu pada saat Taylor (1880-an) dan Gilberth (1890-an) secara terpisah

melakukan studi tentang waktu dan gerakan. Penggunaan ergonomi secara

nyata dimulai pada Perang Dunia I untuk mengoptimasikan interaksi antara

produk dengan manusia. Pada tahun 1924 sampai 1930 Hawthorne Works of

Wertern Electric (Amerika) melakukan suatu percobaan tentang ergonomi

yang selanjutnya dikenal dengan “Hawthorne Effects” (Efek Hawthorne).

Hasil percobaan ini memberikan konsep baru tentang motivasi ditempat kerja

dan menunjukan hubungan fisik dan langsung antara manusia dan mesin.

Kemajuan ergonomi semakin terasa setelah Perang Dunia II dengan adanya

bukti nyata bahwa penggunaan peralatan yang sesuai dapat meningkatkan

Bahaya Kerja Ergonomi 5


kemauan manusia untuk bekerja lebih efektif. Hal tersebut banyak dilakukan

pada perusahaan-perusahaan senjata perang.

C. Prinsip – prinsip Ergonomi

Memahami prinsip ergonomi akan mempermudah evaluasi setiap tugas

atau pekerjaan meskipun ilmu pengetahuan dalam ergonomi terus mengalami

kemajuan dan teknologi yang digunakan dalam pekerjaan tersebut terus

berubah. Prinsip ergonomi adalah pedoman dalam menerapkan ergonomi di

tempat kerja, menurut Baiduri dalam diktat kuliah ergonomi terdapat 12

prinsip ergonomi yaitu:

a. Bekerja dalam posisi atau postur normal;

b. Mengurangi beban berlebihan;

c. Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan;

d. Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh;

e. Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan;

f. Minimalisasi gerakan statis;

g. Minimalisasikan titik beban;

h. Mencakup jarak ruang;

i. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman;

j. Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja;

k. Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti;

l. Mengurangi stres.

Bahaya Kerja Ergonomi 6


D. Rangkuman

Ergonomi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu Ergon dan Nomos. Ergon

memiliki arti kerja dan Nomos memiliki arti hukum; jadi pengertian

Ergonomik itu sendiri secara garis besar adalah “Studi tentang manusia untuk

menciptakan system kerja yang lebih sehat, aman dan nyaman” (Arif, 2009).

Perkembang ergonomi dipopulerkan pertama kali pada tahun 1949

sebagai judul buku yang dikarang oleh Prof. K. F. H. Murrel (1949)

Sedangkan kata ergonomi itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon

(kerja) dan nomos (aturan/prinsip/kaidah). Istilah ergonomi digunakan secara

luas di Eropa. Di Amerika Serikat dikenal istilah human factor atau human

engineering. Kedua istilah tersebut (ergonomic dan human factor) hanya

berbeda pada penekanannya. Intinya kedua kata tersebut sama-sama

menekankan pada performansi dan perilaku manusia.

Prinsip – prinsip ergonomi adalah sebagai berikut :

a. Bekerja dalam posisi atau postur normal;

b. Mengurangi beban berlebihan;

c. Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan;

d. Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh;

e. Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan;

f. Minimalisasi gerakan statis;

g. Minimalisasikan titik beban;

h. Mencakup jarak ruang;

i. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman;

Bahaya Kerja Ergonomi 7


j. Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja;

k. Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti;

l. Mengurangi stres.

Bahaya Kerja Ergonomi 8


E. Soal Latihan

1. Jelaskan yang dimaksud dengan ergonomi ?


2. Jelaskan prinsip prinsip tentang ergonomi ?
3. Jelaskan tujuan dari ergonomi ?
4. Jelaskan hal hal yang masuk dalam 3 pendektan ergonomi ?
5. Jelaskan sejarah perkembangan ergonomi ?
6. Ada salah satu definisi yang menyebutkan bahwa ergonomi bertujuan
untuk “fitting the job to the worker”. Jelaskan yang dimaksud dengan
“fitting the job to the worker” ?
7. Jelaskan mengapa ergonomi menfokuskan diri pada manusia dan
interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan
dimana sehari-hari manusia hidup dan bekerja ?
8. Jelaskan sejarah perkembangan ergonomi modern ?
9. Mengapa ergonomi secara tujuan memfokuskan pada peningkatan
efektifitas dan efisiensi kerja serta peningkatan nilai-nilai kemanusiaan,
seperti peningkatan keselamatan kerja, pengurangan rasa lelah .jelaskan ?
10. Dalam prinsip ergonomic ada yang disebut dengan meminimalisir gerakan
statis ,jelaskan yang dimaksud dengan meminimalisir gerakan statis ?

Bahaya Kerja Ergonomi 9


BAB II

PENERAPAN ERGONOMI DI TEMPAT KERJA

Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja di mulai dari yang

sederhana dan pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan ergonomi akan

dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja, serta dapat

menciptakan sistem serta lingkungan yang cocok, aman, nyaman dan sehat.

A. Tujuan Ergonomi

Adapun tujuan penerapan ergonomik adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental dengan meniadakan beban

kerja tambahan(fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan

meningkatkan kepuasan kerja.

2. Meningkatkan kesejahteraan social dengan jalan meningkatkan kualitas

kontak sesame pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan

menghidupkan system kebersamaan dalam tempat kerja.

3. Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik,

ekonomi, antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan

meningkatkan efisiensi sistem manusia-mesin.

B. Manfaat Penerapan Ergonomi di Tempat Kerja

Manfaat dari penerapan ergonomik adalah sebagai berikut :

1. Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.

2. Menurunnya kecelakaan kerja.

Bahaya Kerja Ergonomi 10


3. Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.

4. Stress akibat kerja berkurang.

5. Produktivitas membaik.

6. Alur kerja bertambah baik.

7. Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.

8. Kepuasan kerja meningkat

C. Ruang Lingkup Ergonomi

Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi:

a. Teknik

b. Fisik, berkaitan dengan anatomi tubuh manusia, anthropometri,

karakteristik fisiolgi dan biomekanika yang berhubungan dnegan aktifitas

fisik. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi fisik antara lain: postur

kerja, pemindahan material, gerakan berulan-ulang, MSD, tata letak

tempat kerja, keselamatan dan kesehatan.

c. Pengalaman psikis

d. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot

dan persendian

e. Sosiologi

f. Fisiologi, kaitanya dengan temperature tubuh, oxygen up take, dan

aktifitas otot

g. Desain

Bahaya Kerja Ergonomi 11


h. Ergonomi Kognitif: berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk di

dalamnya: persepsi, ingatan, dan reaksi, sebagai akibat dari interaksi

manusia terhadap pemakaian elemen sistem. Topik-topik yang relevan

dalam ergonomi kognitif antara lain: beban kerja, pengambilan keputusan,

performance, human-computer interaction, keandalan manusia, dan stres

kerja.

i. Ergonomi Organisasi, berkaitan dengan optimasi sistem sosioleknik,

termasuk sturktur organisasi, kebijakan dan proses. Topik-topik yang

relevan dalam ergonomi organisasi antara lain: komunikasi, perancangan

kerja, perancangan waktu kerja, timwork, perancangan partisipasi,

komunitas ergonomi, kultur organisasi, organisasi virtual, dll.

j. Ergonomi Lingkungan, berkaitan dengan pencahayaan, temperatur,

kebisingan, dan getaran. Topik-topik yang relevan dengan ergonomi

lingkungan antara lain: perancangan ruang kerja, sistem akustik,dll.

D. Aplikasi/ Penerapan Ergonomi di Tempat Kerja

Terdapat beberapa aplikasi / penerapan dalam pelaksanaan ilmu

ergonomik, antara lain:

1. Posisi Kerja

Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana

kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja.

Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat

badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.

Bahaya Kerja Ergonomi 12


a. Posisi Kerja Duduk

Keuntungan:

 Mengurangi kelelahan pada kaki.

 Terhindarnya sikap yg tidak alamiah.

 Berkurangnya pemakaian energi.

Kerugian:

 Melembeknya otot perut.

 Melengkungnya punggung.

 Efek buruk bagi organ bagian dalam

Gambar 1

Posisi kerja duduk

b. Posisi Kerja Berdiri

Keuntungan: Otot perut tidak kendor, sehingga vertebra (ruas tulang

belakang) tidak rusak bila mengalami pembebanan.

Bahaya Kerja Ergonomi 13


Kerugian: Otot kaki cepat lelah.

Gambar 2

Posisi Kerja Berdiri

2. Proses Kerja

Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan

posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus

dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.

Gambar 3 Jangkauan

Bahaya Kerja Ergonomi 14


3. Tata Letak Tempat Kerja

Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.

Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak

digunakan daripada kata-kata.

4. Mengangkat beban

Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan

kepala, bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat

menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat

gerakan yang berlebihan.

Gambar 4 Cara Mengangkat Beban

Beberapa faktor yang berpengaruh dalam mengangkat beban

a. Berat beban yang harus diangkat dan perbandingannya terhadap berat

badan operator.

b. Jarak horizontal dari beban relatif terhadap operator.

Bahaya Kerja Ergonomi 15


Gambar 5 Jarak antara benda terhadap operator

c. Ukuran beban yang harus diangkat (beban yang berukuran besar) akan

memiliki pusat massa (centre of gravity ) yang letaknya jauh dari

operator, hal tersebut juga akan mempengaruhi pandangan operator.

d. Ketinggian beban yang harus diangkat dan jarak perpindahan beban

(mengangkat beban dari permukaan lantai akan relatif lebih sulit

daripada mengangkat beban dari ketinggian pada permukaan

pinggang).

e. Beban puntir (twisting load) pada operator selama aktivitas angkat

beban.

f. Prediksi terhadap berat beban yang akan diangkat. Hal ini adalah untuk

mengantisipasi beban yang lebih berat dari yang diperkirakan.

g. Stabilisasi beban yang akan diangkat.

h. Kemudahan untuk dijangkau oleh pekerja.

i. Frekuensi angkat, yaitu banyaknya aktifitas angkat.

Ada 4 batasan yang dalam pengangkatan yaitu :

1. Batasan angkatan secara legal ( Legal Limitation )

Bahaya Kerja Ergonomi 16


Batasan ini dipakai sebagai batasan angkat secara internasional

yaitu :

 Pria di bawah usia 16 th, maksimum angkat 14 kg.

 Pria usia diantara 16 th dan 18 th, maksimum angkat 18 kg.

 Pria usia lebih dari 18 th, tidak ada batsan angkat.

 Wanita usia diantara 16 th dan 18 th, maksimum angkat 11 kg.

 Wanita usia lebih dari 18 th, maksimum angkat adalah 16 kg.

Batasan ini dapat membantu mengurangi rasa nyeri, ngilu

pada tulang belakang bagi para wanita. Batasan angkat ini akan

mengurangi ketidaknyamanan kerja pada tulang belakang, terutama

bagi operator untuk pekerjaan berat.

2. Batasan angkat dengan menggunakan biomekanika (Biomechanical

Limitation)

Nilai dari analisa biomekanika adalah rentang postur atau posisis

aktifitas kerja, ukuran beban dan ukuran manusia yang dievaluasi.

3. Batasan angkat secara fisiologis

Metode pendekatan ini dengan mempertimbangkan rata–rata beban

metabolisme dari aktifitas angkat yang berulang, sebagaimana dapat juga

ditentukan dari jumlah konsumsi oksigen. Hal ini haruslah benar–benar

diperhatikan terutama dalam rangka untuk menentukan batasan angkat.

Kelelahan kerja yang terjadi akibat dari aktifitas yang berulang–ulang akan

meningkatkan resiko nyeri pada tulang belakang.

4. Batasan angkat secara psiko–fisik

Bahaya Kerja Ergonomi 17


Metode ini didasarkan pada sejumlah eksperimen yang berupaya

untuk mendapatkan berat pada berbagai keadaan dan ketinggian beban

yang berbeda-beda. Ada tiga macam posisi angkat :

a) Dari permukaan lantai ke ketinggian genggaman tangan.

b) Dari ketinggian genggaman tangan dan ke ketinggian bahu.

c) Dari ketinggian bahu ke maksimuman jangkauan tangan vertikal.

E. Metode – Metode Ergonomi

Terdapat beberapa metode dalam pelaksanaan ilmu ergonomi. Metode-

metode tersebut antara lain:

1. Diagnosis

Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi

tempat kerja, penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomi checklist

dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. variasi akan sangat luas mulai

dari yang sederhana sampai kompleks.

2. Treathment

posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai,

Membeli furniture sesuai dengan dimensi fisik pekerja.

3. Follow up

Bahaya Kerja Ergonomi 18


Bisa dilakukan dengan cara menanyakan kenyamanan, bagian

badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan, sakit kepala dan lain-

lain.

F. Pengembangan penerapan ergonomi

1. Pengorganisasian kerja

a) Semua sikap tubuh membungkuk atau sikap tubuh yang tidak alamiah

harus dihindari. Fleksi tubuh atau kepala ke arah samping lebih

melelahkan dari sedikit membungkuk ke depan. Sikap tubuh yang

disertai paling sedikit kontraksi otot statis dirasakan paling nyaman.

b) Posisi ekstensi lengan yang terus-menerus baik ke depan, maupun ke

samping harus dihindari. Selain menimbulkan kelelahan, posisi lengan

seperti itu sangat mengurangi ketepatan kerja dan ketrampilan aktivitas

tangan.

c) Selalu diusahakan agar bekerja dilakukan sambil duduk. Sikap kerja

dan kemungkinan duduk dan berdiri silih berganti juga dianjurkan.

d) Kedua lengan harus bergerak bersama-sama atau dalam arah yang

berlawanan. Bila hanya satu lengan saja yang bergerak terus-menerus,

maka otot-otot tubuh yang lainnya akan berkontraksi statis. Gerakan

berlawanan memungkinkan pula pengendalian saraf yang lebih cermat

terhadap kegiatan pekerjaan tangan.

2. Bangku atau meja kerja

Bahaya Kerja Ergonomi 19


Pembuatan bangku dan meja kerja yang buruk atau mesin sering-

sering adalah penyebab kerja otot statis dan posisi tubuh yang tidak

alamiah. Maka syarat-syarat bangku kerja yang benar adalah sebagai

berikut :

a) Tinggi area kerja harus sesuai sehingga pekerjaan dapat dilihat dengan

mudah dengan jarak optimal dan sikap duduk yang enak. Makin kecil

ukuran benda, makin dekat jarak lihat optimal dan makin tinggi area

kerja.

b) Pegangan, handel, peralatan dan alat-alat pembantu kerja lainnya harus

ditempatkan sedemikian pada meja atau bangku kerja, agar gerakan-

gerakan yang paling sering dilakukan dalam keadaan fleksi.

c) Kerja otot statis dapat dihilangkan atau sangat berkurang dengan

pemberian penunjang siku, lengan bagian bawah, atau tangan.

Topangan-topangan tersebut harus diberi bahan lembut dan dapat di

stel, sehingga sesuai bagi pemakainya.

3. Sikap kerja

a) Tempat duduk

Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga orang

yang bekerja dengan sikap duduk mendapatkan kenyamanan dan tidak

mengalami penekanan-penekanan pada bagian tubuh yang dapat

mengganggu sirkulasi darah.

b) Meja kerja

Bahaya Kerja Ergonomi 20


Tinggi permukaan atas meja dibuat setinggi siku dan

disesuaikan dengan sikap tubuh pada saat bekerja.

c) Luas pandangan

Daerah pandangan yang jelas bila pekerja berdiri tegak dan

diukur dari tinggi mata adalah 0-30° vertical kebawah, dan 0-50°

horizontal ke kanan dan ke kiri

4. Proses kerja

Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan

posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus

dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.

5. Tata letak tempat kerja

Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.

Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak

digunakan daripada kata-kata.

6. Mengangkat beban

Bermacam cara dalam mengangkat beban yakni dengan kepala,

bahu, tangan, punggung , dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan

cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang

berlebihan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan mengangkat

dan mengangkut adalah sebagai berikut :

Bahaya Kerja Ergonomi 21


 Beban yang diperkenakan, jarak angkut dan intensitas pembebanan.

 Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan medan yang licin, kasar, naik

turun dll.

 Keterampilan bekerja

 Peralatan kerja beserta keamanannya

Bahaya Kerja Ergonomi 22


G. Rangkuman

Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja di mulai dari

yang sederhana dan pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan

ergonomi akan dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas

kerja, serta dapat menciptakan sistem serta lingkungan yang cocok, aman,

nyaman dan sehat.

Manfaat dari penerapan ergonomik adalah sebagai berikut :

a. Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.

b. Menurunnya kecelakaan kerja.

c. Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.

d. Stress akibat kerja berkurang.

e. Produktivitas membaik.

f. Alur kerja bertambah baik.

g. Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.

h. Kepuasan kerja meningkat.

Aplikasi penerapan ergonomi di tempat kerja adalah sebagai berikut :

a. Posisi kerja

b. Proses kerja

c. Tata letak tempat kerja

d. Mengangkat beban

Pengembangan penerapan ergonomi di tempat kerja :

a. Pengorganisasian kerja

b. Meja atau bangku kerja

Bahaya Kerja Ergonomi 23


c. Sikap kerja

d. Proses kerja

e. Tata letak tempat kerja

f. Mengangkat beban

Bahaya Kerja Ergonomi 24


H. Soal Latihan

1. Jelaskan tujuan dari penerapan ergonomi ?


2. Jelaskan manfaat penerapan ergonomi ?
3. Jelaskan yang menjadi ruang lingkup ergonomi ?
4. Dalam ruang lingkup ergonomi salah satunya ialah mengenai teknik.
Jelaskan mengapa teknik masuk dalam ruang lingkup ergonomi ?
5. Mengapa sosiologi masuk dalam ruang lingkup ergonomi. Jelaskan ?
6. Jelaskan keuntungan dan kerugian posisi kerja duduk ?
7. Jelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi dalam mengangkat beban ?
8. Jelaskan batasan angkat beban yang diterapkan secara internasional ?
9. Jelaskan beberapa metode dalam pelaksanaan ilmu ergonomi ?
10. Jelaskan keuntugan penepan posisi kerja berdiri?

Bahaya Kerja Ergonomi 25


BAB III

FAKTOR RISIKO BAHAYA ERGONOMI

Faktor-faktor Risiko ergonomi adalah unsur-unsur tempat kerja yang

berhubungan dengan ketidak nyamanan yang dialami pekerja saat bekerja, dan

jika diabaikan, lama-lama bisa menambah kerusakan pada tubuh pekerja

diakibatkan kecelakaan. (UCLA-LOSH)

Faktor resiko yang terpenting dari pengabaian faktor ergonomi dalam

tempat kerja adalah MSDs (musculoskeletal disorders). MSDs ini memungkinkan

timbul dalam waktu yang cukup lama (adanya kumulatif resiko).

A. Faktor Risiko Ergonomi Kerja

Menurut UCLA-LOSH (bagian K3 UCLA), ada beberapa faktor risiko

yang berhubungan dengan ergonomi, seperti dibawah ini :

1. Pengaturan kerja yang buruk (Poor Work Organization) : Aspek-aspek

diamana suatu pekerjaan diorganisasikan dengan buruk. Sebagai contoh

tugas yang membosankan, pekerjaan menggunakan mesin, jeda kerja yang

kurang, batas waktu yang banyak. Beban kerja yang proporsional, jeda

kerja yang cukup, penugasan yang bervariasi, otonomi individual.

2. Pengulangan Berkelanjutan (Continual Repetition) : Melakukan gerakan

yang sama secara terus menerus. Mendisain ulang pekerjaan sehingga

jumlah pergerakan yang berulang dapat berkurang, perputaran pekerjaan.

Bahaya Kerja Ergonomi 26


3. Gaya Berlebih (Excessive Force) : Pergerakan tubuh dengan penuh tenaga,

usaha fisik yang berlebih-menarik, memukul, dan mendorong. Kurangi gaya

dalam menyelesaikan pekerjaan, disain ulang pekerjaan, tambah pekerja,

gunakan bantuan mesin.

4. Postur Janggal (Awkward Posture) : Meperpanjang pencapaian dengan tangan,

twisting, berlutut, jongkok. Postur janggal lawan dari posisi netral. Disain

pekerjaan dan peralatan yang dapat menjaga posisi netral. Posisi netral tidak

semestinya memberikan tekanan pada otot, tulang sendi, maupun syaraf.

5. Posisi Tidak Bergerak (Stationary Positions) : Terlalu lama diam dalam satu

posisi, menyebabkan kontraksi otot dan lelah. Desain pekerjaan untuk

menghindari posisi tidak bergerak; berikan kesempatan untuk merubah posisi.

6. Tekanan Langsung Berlebih (Excessive Direct Pressure) :Tubuh kontak

langsung dengan permukaan keras atau ujung benda, seperti ujung meja atau

alat. Hindari tubuh berpijak pada permukaan yang keras seperti meja dan

kursi. Perbaharui peralatan atau sediakan bantalan; seperti pulpen ergonomis,

keset untuk berdiri.

7. Pencahayaan yang inadekuat

8. (Inadequate Lighting) : Sumber atau level dari pencahayaan yang terlalu

terang atau gelap. Setel pencahayaan yang pas, hindari pencahayaan langsung

dan tak langsung yang dapat mengakibatkan kerusakan mata. Gunakan sekat

cahaya silau, tirai untuk jendela.

Catatan:

Bahaya Kerja Ergonomi 27


 Tidak semua pekerja terpapar oleh faktor-faktor risiko diatas akan

menimbulkan dampak.

 Beberapa pekerjaan meliputi lebih dari satu dari semua faktor-faktor risiko

diatas.emakin banyak faktor risiko dan semakin lama anda terpapar, maka

semakin besar kemungkinan berkembang suatu gejala atau kecelakaan.

 Jumlah paparan (gerakan, tingkatan gaya) yang bisa mengakibatkan

kelainan/penyakit belum diketahui secara pasti.

B. Faktor Risiko Penyakit MSDs (Musculoskeletal Disorders)

Sedangkan menurut WHO, faktor-faktor risiko yang berhubungan

dengan ergonomi yang juga kerap menimbulkan MSDs (Musculoskeletal

Disorders) sebagai berikut:

1. Exertion of high-intensity force (Keram otot) : Mengangkat, Membawa,

mendorong, menarik objek yang berat. Hindari penanganan manual atas

objek yang berat.

2. Handling heavy loads over long periods of time (Penyakit degenerative

khususnya pada lumbar tulang belakang) : Mengenakan alat-alat berat

secara manual. Solusinya kurangi masa beban dan jumlah penanganan

setiap harinya

3. Frequently repeated manipulation of object (Lelah dan perubahan struktur

otot): Mengetik terlalu lama dan sousinya kurangi frequensi pengulangan.

Bahaya Kerja Ergonomi 28


4. Working in unfavorable posture (Gangguan pada tulang dan unsur-unsur

otot). Bekerja sambil jongkok, atau tangan diatas bahu. Solusinya bekerja

dengan tubuh yang tegak dan tangan dekat dengan tubuh

5. Static muscular load (Aktivitas otot yang tiada jeda dan memungkinkan

overload) : Bekerja di confined space dan solusinya relaksasi otot.

6. Muscular inactivity (Hilang kapasitas fungsional otot, tendon, tendon, dab

tulang) : Duduk lama tanpa adanya pergerakan dan solusinya sesekali berdiri,

peregangan otot, olahraga.

7. Monotonous repetitive manipulations (Keluhan tidak spesifik pada bagian

ekstremitas atas) : Pekerjaan berulang pada otot yang sama tanpa adanya

relaksasi dan solusinya jeda aktivitas dan kerja.

8. Application of vibration (Disfungsi sistem syaraf, menghambat aliran darah,

penyakit degenerative) : Menggunakan hand-tool, duduk diatas kendaraan

yang bergetar dan solusinya gunakan alat serta tempat duduk yang meredam

getaran.

9. Physical environmental factor (Interaksi dengan beban mesin serta

penambahan resiko) : Mengangkat es batu dengan tangan terbuka dan

solusinya menggunakan sarung tangan.

10. Psychosocial factors (Peningkatan tegangan fisik, meningkat pada ketidak

hadiran dalam bekerja) : Penentuan keputusan yang rendah dalam bekerja,

dukungan sosial yang rendah solusinya rotasi kerja, motivasi kerja,

pengurangan faktor negative dalam sosial

Bahaya Kerja Ergonomi 29


Secara garis besar, faktor-faktor ergonomi yang menyebabkan resiko

MSDs dapat dipaparkan sebagai berikut:

1. Repetitive Motion

Repetitive Motion atau melakukan gerakan yang sama berulang-ulang.

Resiko yang timbul bergantung dari berapa kali aktivitas tersebut dilakukan,

kecepatan dalam pergerakan/perpindahan, dan banyaknya otot yang terlibat

dalam kerja tersebut. Gerakan yang berulang-ulang ini akan menimbulkan

ketegangan pada syaraf dan otot yang berakumulatif. Dampak resiko ini akan

semakin meningkat apabila dilakukan dengan postur/posisi yang kaku dan

penggunaan usaha yang terlalu besar.

2. Awkward Postures

Sikap tubuh sangat menentukan sekali pada tekanan yang diterima otot

pada saat aktivitas dilakukan. Awkward postures meliputi reaching, twisting,

bending, kneeling, squatting, working overhead dengan tangan mauoun

lengan, dan menahan benda dengan posisi yang tetap. Sebagi contoh terdapat

tekanan/ketengan yang berlebih pada bagian low back seperti aktivitas

mengangkat benda yang dilakukan pada gambar.

3. Contact stresses

Tekanan pada bagian tubuh yang diakibatkan karena sisi tepi atau

ujung dari benda yang berkontak langsung. Hal ini dapat menghambat fungsi

kerja syaraf maupun aliran darah. Sebagai contoh kontak yang berulang-ulang

dengan sisi yang keras/tajam pada meja secara kontinu.

4. Vibration

Bahaya Kerja Ergonomi 30


Getaran ini terjadi ketika spesifik bagian dari tubuh atau seluruh tubuh

kontak dengan benda yang bergetar seperti menggunakan power handtool dan

pengoperasian forklift mengangkat beban.

5. Forceful exertions (termasuk lifting, pushing, pulling)

Force adalah jumlah usaha fisik yang digunakan untuk melakukan

pekerjaan seperti mengangkat benda berat. Jumlah tenaga bergantung pada

tipe pegangan yang digunakan, berat obyek, durasi aktivitas, postur tubuh dan

jenis dari aktivitasnya.

6. Duration

Durasi menunjukkan jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan

suatu pekerjaan. Semakin lama durasinya dalam melakukan pekerjaan yang

sama akan semakin tinggi resiko yang diterima dan semakin lama juga waktu

yang diperlukan untuk pemulihan tenaganya.

7. Static Posture

 Pada waktu diam, dimana pergerakan yang tak berguna terlihat,

pengerutan supplai darah, darah tidak mengalir baik ke otot. Berbeda

halnya, dengan kondisi yang dinamis, suplai darah segar terus tersedia

untuk menghilangkan hasil buangan melalui kontraksi dan relaksasi otot.

 Pekerjaan kondisi diam yang lama mengharuskan otot untuk menyuplai

oksigen dan nutrisi sendiri, dan hasil buangan tidak dihilangkan.

Penumpukan Local hypoxia dan asam latic meningkatkan kekusutan otot,

dengan dampak sakit dan letih (grandjean, 1980)

Bahaya Kerja Ergonomi 31


 Contoh dari ganguan statik termasuk didalamnya: meningkatkan bahu

untuk periode yang lama, menggenggam benda dengan lengan mendorong

dan memutar benda berat, berdiri di tempat yang sama dalam waktu yang

lama dan memiringkan kepala kedepan dalam waktu yang lama.

 Diperkirakan semua pekerjaan itu dapat di atur dalam beberapa jam per

hari tanpa gejala keletihan dalam jika menggunakan gaya yang besar tidak

boleh melebihi 8 % dari maksimum gaya otot (Graendjean, 1980)

8. Physical Environment; Temperature & Lighting

Pajanan pada udara dingin, aliran udara, peralatan sirkulasi udara dan

alat-alat pendingin dapat mengurangi keterampilan tangan dan merusak daya

sentuh. penggunaan otot yang berlebihan untuk memegang alat kerja dapat

menurunkan resiko ergonomik. tekanan udara panas dari panas, lingkungan

yang lembab dapat menurunkan seluruh tegangan fisik tubuh dan akibat di

dalam panas kelelahan dan heat stroke. Begitu juga dengan pencahayaan yang

inadekuat dapat merusak salah satu fungsi organ tubuh, seperti halnya

pekerjaan menjahit yang didukung oleh pencahayaan yang lemah

mengakibatkan suatu tekanan pada mata yang lama-lama membuat keruasakan

yang bisa fatal.

9. Other Condition

 Kekurangan kebebasan dalam bergerak adalah dipertimbangkan sebagai

faktor resiko, ketika pekerjaan operator dengan sepenuhnya telah di

Bahaya Kerja Ergonomi 32


perintah oleh orang lain. kandungan kerja dan pengetahuan

dipertimbangkan faktor resiko yang lain, ketiha operator hanya melakukan

satu tugas dan tidak memeliki kesempatan untuk belajar satu macam

kemampuan ataun tugas.

 Faktor tambahan dimasukkan organisasi asfek sosial, tidak dikontrol

gangguan, ruang kerja, beratnya bagian kerja, dan shift kerja.

C. Rangkuman

Faktor-faktor Risiko ergonomi adalah unsur-unsur tempat kerja yang

berhubungan dengan ketidak nyamanan yang dialami pekerja saat bekerja, dan

jika diabaikan, lama-lama bisa menambah kerusakan pada tubuh pekerja

diakibatkan kecelakaan. (UCLA-LOSH).

Faktor risiko yang berhubungan dengan ergonomi, seperti dibawah ini

a. Pengaturan kerja yang buruk (Poor Work Organization)

b. Pengulangan Berkelanjutan (Continual Repetition)

c. Gaya Berlebih (Excessive Force)

d. Postur Janggal (Awkward Posture)

e. Posisi Tidak Bergerak (Stationary Positions)

f. Tekanan Langsung Berlebih (Excessive Direct Pressure)

g. Pencahayaan yang inadekuat (Inadequate Lighting)

Faktor resiko yang terpenting dari pengabaian faktor ergonomi dalam

tempat kerja adalah MSDs (musculoskeletal disorders).

Bahaya Kerja Ergonomi 33


Menurut WHO, faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan ergonomi

yang juga kerap menimbulkan MSDs (Musculoskeletal Disorders) sebagai

berikut:

a. Exertion of high-intensity force (Keram otot) :

b. Handling heavy loads over long periods of time (Penyakit degenerative

khususnya pada lumbar tulang belakang)

c. Frequently repeated manipulation of object (Lelah dan perubahan struktur otot

d. Working in unfavorable posture (Gangguan pada tulang dan unsur-unsur

otot).

e. Static muscular load (Aktivitas otot yang tiada jeda dan memungkinkan

overload)

f. Muscular inactivity (Hilang kapasitas fungsional otot, tendon, tendon, dab

tulang)

g. Monotonous repetitive manipulations (Keluhan tidak spesifik pada bagian

ekstremitas atas)

h. Application of vibration (Disfungsi sistem syaraf, menghambat aliran darah,

penyakit degenerative)

i. Physical environmental factor (Interaksi dengan beban mesin serta

penambahan resiko)

j. Psychosocial factors (Peningkatan tegangan fisik, meningkat pada ketidak

hadiran dalam bekerja)

Bahaya Kerja Ergonomi 34


D. Soal Latihan

1. Jelaskan faktor faktor risiko yang berhubungan dengan ergonomi ?


2. Jelaskan menurut WHO faktor - faktor yang berhubungan dengan
ergonomi yang juga kerap menimbulkan MSDs (Musculoskeletal
Disorders) ?
3. Mengapa Pajanan pada udara dingin, aliran udara, peralatan sirkulasi udara
dan alat-alat pendingin dapat mengurangi keterampilan tangan dan
merusak daya sentuh ?
4. Mengapa Repetitive Motion dapat meningkatkan risiko MSDs?
5. Mengapa keterampilan kerja masuk dalam Faktor-faktor yang
mempengaruhi kegiatan-kegiatan mengangkat dan mengangkut ?
6. Jelaskan Batasan angkatan secara legal ( Legal Limitation ) yang di pakai
sebagai standar kerja internasional ?
7. Apakah ada hubungan antara hubungan antara karyawan dengan pimpinan
perusahaan dalam ergonomi di tempat kerja ?
8. Jelaskan mengapa MSDs (musculoskeletal disorders) menjadi faktor risiko
yang penting yang harus di perhatikan ?
9. Jelaskan hubungan antara ergonomic dengan Excessive Direct Pressure ?
10. Jelaskan perbedaan getaran spesifik dan getaran umum ?

Bahaya Kerja Ergonomi 35


BAB IV

PENYAKIT-PENYAKIT DI TEMPAT KERJA YANG BERKAITAN

DENGAN ERGONOMI DAN PENGENDALIANNYA

A. Penyakit di Tempat Kerja

Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi

kelelahan, dalam hal ini kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis

kelelahannya, beberapa ahli membedakan / membaginya sebagai berikut :

1. Kelelahan fisik

Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat

dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak

terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang

cukup.

a. Nyeri punggung,

b. Nyeri leher,

c. Nyeri pada pergelangan tangan, siku dan kaki.

2. Kelelahan yang patologis

Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya

muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.

3. Psikologis dan emotional fatique

Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan

sejenis “mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita

Bahaya Kerja Ergonomi 36


psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi

angka kejadiannya di tempat kerja.

Gejala Kelelahan Kerja

1. Gilmer(1966) dan Cameron (1973) :

2. Menurun kesiagaan dan perhatian,

3. Penurunan dan hambatan persepsi,

4. Cara berpikir atau perbuatan anti sosial,

5. Tidak cocok dengan lingkungan.

6. Depresi, kurang tenaga, dan kehilangan inisiatif,

7. Gejala umum (sakit kepala, vertigo, gangguan fungsi paru dan jantung,

kehilangan nafsu makan, gangguan pencemaan, kecemasan, pembahan

tingkah laku, kegelisahan, dan kesukaran tidur.

Akibat Kelelahan Kerja

1. Prestasi kerja yang menurun,

2. Fungsi fisiologis motorik dan neural yang menurun,

3. Badan terasa tidak enak,

4. Semangat kerja yang menurun (Bartley dan Chute, 1982)

Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun seseorang

mempunyai batas ketahanan, akan tetapi beberapa hal di bawah ini akan

mengurangi kelelahan yang tidak seharusnya terjadi :

a. Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan ventilasi harus

memadai dan tidak ada gangguan bising.

Bahaya Kerja Ergonomi 37


b. Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup

saat makan siang.

c. Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor.

d. Tempo kegiatan tidak harus terus menerus.

e. Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau

memungkinkan.

f. Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan semangat

kerja.

g. Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja.

h. Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja

i. Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya;

 Pekerja remaja

 Wanita hamil dan menyusui

 Pekerja yang telah berumur

 Pekerja shift

 Migrant.

j. Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat stimulan atau

zat addiktif lainnya perlu diawasi.

Pemeriksaan kelelahan :

Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan seperti tes

pada kelopak mata dan kecepatan refleks jari dan mata serta kecepatan

mendeteksi sinyal, atau pemeriksaan pada serabut otot secara elektrik dan

sebagainya.

Bahaya Kerja Ergonomi 38


Persoalan yang terpenting adalah kelelahan yang terjadi apakah ada

hubungannya dengan masalah ergonomi, karena mungkin saja masalah

ergonomi akan mempercepat terjadinya kelelahan.

B. Pengendalian Ergonomi

Untuk melakukan pengendalian terhadap sumber bahaya ada 3 strategi

yang dapat dilakukan meliputi:

1. Pengendalian secara teknis misalnya misalnya terhadap jalur pemindahan

material, komponen dan produk, merubah proses atau benda untuk

mengurangi paparan bahaya pada pekerja, merubah layout tempat kerja,

merekayasa bentuk desain komponen, mesin dan peralatan, memeprbaiki

merode kerja dan lainnya

2. Pengendalian secara administratif misalnya dengan memberikan pelatihan

kerja, variasi jenis pekerjaan, memberikan pelatihan tentang faktor-faktor

bahaya di tempat kerja, melakukan rotasi pekerjaan, mengurangi jam kerja

dan mengatur shift kerja, memberikan istirahat yang cukup dan lainnya

3. Menggunakan alat perlindungan diri misalnya masker, sarung tangan,

pelindung mesin dan lainnya.

Bahaya Kerja Ergonomi 39


C. Rangkuman

Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi

kelelahan, dalam hal ini kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis

kelelahannya, beberapa ahli membedakan / membaginya sebagai berikut :

a. Kelelahan fisik

b. Kelelahan yang patologis

c. Psikologis dan emotional fatique

Gejala yang di timbulkan akibat kelelahan kerja menurut Gilmer(1966)

dan Cameron (1973) :

a. Menurun kesiagaan dan perhatian,

b. Penurunan dan hambatan persepsi,

c. Cara berpikir atau perbuatan anti sosial,

d. Tidak cocok dengan lingkungan.

e. Depresi, kurang tenaga, dan kehilangan inisiatif,

f. Gejala umum (sakit kepala, vertigo, gangguan fungsi paru dan jantung,

kehilangan nafsu makan, gangguan pencemaan, kecemasan, pembahan

tingkah laku, kegelisahan, dan kesukaran tidur.

Untuk melakukan pengendalian terhadap sumber bahaya kerja ergonomi di

tempat kerja, ada 3 strategi yang dapat dilakukan meliputi:

a. Pengendalian secara teknis misalnya misalnya terhadap jalur pemindahan

material, komponen dan produk, merubah proses atau benda untuk

mengurangi paparan bahaya pada pekerja, merubah layout tempat kerja,

Bahaya Kerja Ergonomi 40


merekayasa bentuk desain komponen, mesin dan peralatan, memeprbaiki

merode kerja dan lainnya

b. Pengendalian secara administratif misalnya dengan memberikan pelatihan

kerja, variasi jenis pekerjaan, memberikan pelatihan tentang faktor-faktor

bahaya di tempat kerja, melakukan rotasi pekerjaan, mengurangi jam kerja dan

mengatur shift kerja, memberikan istirahat yang cukup dan lainnya

c. Menggunakan alat perlindungan diri misalnya masker, sarung tangan,

pelindung mesin dan lainnya.

Bahaya Kerja Ergonomi 41


D. Soal Latihan

1. Jelaskan yang dimaksud dengan penyakit akibat kerja ?


2. Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi
kelelahan.jelaskan pembagian kelelahan menurut para ahli ?
3. Untuk melakukan pengendalian terhadap sumber bahaya ada 3
strategi.jelaskan strategi tersebut ?
4. Jelaskan proses pemeriksaan tes kelelahan pada pekerja ?
5. Jelaskan beberapa keadaan yang dapat mengurangi kelelahan yang tidak
seharusnya terjadi ?
6. Sebutkan yang masuk dalam gejala kelelahan kerja ?
7. Mengapa Pekerja remaja dan Pekerja shift merupakan bagian yang masuk
dalam bagian rentan untuk diawasi ?
8. Dalam pengendalian ergonomic dikenal juga Pengendalian secara
administratif. Jelaskan proses pengendalian administrative ?
9. Jelaskan akibat dari kelelahan kerja yang berlebihan pada perusahaan ?
10. Apakah stress di tempat kerja menjadi pemicu munculnya berbagai
penyakit penyakit yang sifatnya degenerative ?

Bahaya Kerja Ergonomi 42


BAB V

KESIMPULAN

Ergonomi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu Ergon dan Nomos. Ergon

memiliki arti kerja dan Nomos memiliki arti hukum; jadi pengertian Ergonomik

itu sendiri secara garis besar adalah “Studi tentang manusia untuk menciptakan

system kerja yang lebih sehat, aman dan nyaman” (Arif, 2009).

Tujuan penerapan ergonomik adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental dengan meniadakan beban kerja

tambahan(fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan

meningkatkan kepuasan kerja.

b. Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas kontak

sesame pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan system

kebersamaan dalam tempat kerja.

c. Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik,

ekonomi, antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan

meningkatkan efisienssi sistem manusia-mesin.

Aplikasi penerapan ergonomi di tempat kerja adalah sebagai berikut :

a. Posisi kerja

b. Proses kerja

c. Tata letak tempat kerja

d. Mengangkat beban

Metode – metode dalam penerapan ergonomi :

a. Metode diagnosis

Bahaya Kerja Ergonomi 43


b. Treathment

c. Follow Up

Faktor risiko yang berhubungan dengan ergonomi, seperti dibawah ini :

a. Pengaturan kerja yang buruk (Poor Work Organization)

b. Pengulangan Berkelanjutan (Continual Repetition)

c. Gaya Berlebih (Excessive Force)

d. Postur Janggal (Awkward Posture)

e. Posisi Tidak Bergerak (Stationary Positions)

f. Tekanan Langsung Berlebih (Excessive Direct Pressure)

g. Pencahayaan yang inadekuat (Inadequate Lighting)

Faktor resiko yang terpenting dari pengabaian faktor ergonomi dalam

tempat kerja adalah MSDs (musculoskeletal disorders).

Menurut WHO, faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan ergonomi

yang juga kerap menimbulkan MSDs (Musculoskeletal Disorders) sebagai

berikut:

a. Exertion of high-intensity force (Keram otot) :

b. Handling heavy loads over long periods of time (Penyakit degenerative

khususnya pada lumbar tulang belakang)

c. Frequently repeated manipulation of object (Lelah dan perubahan struktur otot

d. Working in unfavorable posture (Gangguan pada tulang dan unsur-unsur

otot).

e. Static muscular load (Aktivitas otot yang tiada jeda dan memungkinkan

overload)

Bahaya Kerja Ergonomi 44


f. Muscular inactivity (Hilang kapasitas fungsional otot, tendon, tendon, dab

tulang)

g. Monotonous repetitive manipulations (Keluhan tidak spesifik pada bagian

ekstremitas atas)

h. Application of vibration (Disfungsi sistem syaraf, menghambat aliran darah,

penyakit degenerative)

i. Physical environmental factor (Interaksi dengan beban mesin serta

penambahan resiko)

j. Psychosocial factors (Peningkatan tegangan fisik, meningkat pada ketidak

hadiran dalam bekerja)

Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi

kelelahan, dalam hal ini kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis

kelelahannya, beberapa ahli membedakan / membaginya sebagai berikut :

a. Kelelahan fisik

b. Kelelahan yang patologis

c. Psikologis dan emotional fatique

Gejala yang di timbulkan akibat kelelahan kerja menurut Gilmer(1966)

dan Cameron (1973) :

a. Menurun kesiagaan dan perhatian,

b. Penurunan dan hambatan persepsi,

c. Cara berpikir atau perbuatan anti sosial,

d. Tidak cocok dengan lingkungan.

e. Depresi, kurang tenaga, dan kehilangan inisiatif,

Bahaya Kerja Ergonomi 45


f. Gejala umum (sakit kepala, vertigo, gangguan fungsi paru dan jantung,

kehilangan nafsu makan, gangguan pencemaan, kecemasan, pembahan

tingkah laku, kegelisahan, dan kesukaran tidur.

Untuk melakukan pengendalian terhadap sumber bahaya kerja ergonomi di

tempat kerja, ada 3 strategi yang dapat dilakukan meliputi:

a. Pengendalian secara teknis misalnya misalnya terhadap jalur pemindahan

material, komponen dan produk, merubah proses atau benda untuk

mengurangi paparan bahaya pada pekerja, merubah layout tempat kerja,

merekayasa bentuk desain komponen, mesin dan peralatan, memeprbaiki

merode kerja dan lainnya

b. Pengendalian secara administratif misalnya dengan memberikan pelatihan

kerja, variasi jenis pekerjaan, memberikan pelatihan tentang faktor-faktor

bahaya di tempat kerja, melakukan rotasi pekerjaan, mengurangi jam kerja

dan mengatur shift kerja, memberikan istirahat yang cukup dan lainnya

c. Menggunakan alat perlindungan diri misalnya masker, sarung tangan,

pelindung mesin dan lainnya.

Bahaya Kerja Ergonomi 46


DAFTAR PUSTAKA

Atin. 2015. Masalah ergonomi ditempat kerja. (Online). (http://atin-


kuliahku.blogspot.co.id/2012/05/makalah-masalah-ergonomi-di-
tempat.html?m=1, diakses tanggal 28 November 2016)

Dias. 2009. Definisi dan ruang lingkup ergonomi. (Online).


(http://diasrw.blogspot.com/2009/01/difinisi-dan-ruang-lingkup.html,
diakses tanggal 28 November 2016

Mangapan, Tobi. 2015. Pengenalan Ergonomi dan Faal Kerja. (Online),


(file:///E:/ergonomi/FKMUNHASREMPSmakalahergonomidankerja.htm
, diakses tanggal 28 November 2016)
www.scribd.com
www.academia.com

Bahaya Kerja Ergonomi 47

Anda mungkin juga menyukai