Anda di halaman 1dari 47

BAHAYA KERJA ERGONOMI

DI TEMPAT KERJA

RIDWAN RUSWENDI, S.Pd, M.Si


Ergonomi :
Di tinjau dari asal kata, berarti bidang
studi yang mempelajari tentang hukum-
hukum pekerjaan (dalam bahasa yunani,
ergos = pekerjaan, nomos = hukum)

Definisi secara bebas


Ergonomi adalah bidang studi
multidisiplin yang mempelajari prinsip-
prinsip dalam mendesain peralatan,
mesin, proses dan tempat kerja yang
sesuai dengan kemampuan dan
keterbatasan manusia yang
menggunakannya.
di USA dikenal dengan istilah hukum
faktor Engineering / engineering
psychology ergonomi dilaksanakan
dengan tujuan untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pekerjaan baik
dalam hal mempernyaman penggunaan,
mengurangi kesalahan dan meningkatkan
produktivitas.
ILO membuat definisi tujuan ergonomi
adalah efisiensi dan kesejahteraan
yang berkait erat dengan produksi
dan kesejahteraan pekerja berada
pada satu keseimbangan.
Contoh upaya untuk mencapai
titik temu tersebut adalah:
Beban kerja yang diberikan adalah
demi efisiensi dan tidak boleh
menimbulkan stress
Mesin dan alat kerja disesuaikan
dengan kapasitas tubuh manusia,
Ruang kerja di desain sedemikian
rupa sehingga posisi tubuh selama
bekerja dapat disesuaikan.
Kekuatan cahaya, kebisingan, panas
di tempat kerja diusahakan
senyaman mungkin bagi mereka.
Dan lain-lain.
Pendekatan Ergonomi mengacu pada konse
total sistem manusia, mesin dan lingkungan
dengan menggunakan beberapa disiplin
ilmu. dengan pendekatan itu diharapkan:
Beban kerja fisik dapat dikurangi,
Perbaikan sikap kerja,
Tersedianya sarana psiko sensorial pada
pemakaian instrumen.
Pekerja tidak perlu mengingat tll banyak
informasi yang tidak diperlukan.
Pekerja ditempatkan pada pekerjaan yang
sesuai.
Pengorganisasian pekerjaan adalah
cara mengorganisasikan tugas atau
pekerjaan, yaitu penjabaran dan
pembagian tugas dalam organisasi
kepada pekerjaannya.
Semua dipertimbangkan dari
beban kerja sesuai kapasitas pekerja
baik fisik, mental maupun
intelektual.
Budaya kerja Adalah seperangkat nilai dan
norma yang dianut bersama dalam
organisasi, serta pendukungnya dalam
bekerja, untuk mencapai nilai yang
dihargai bersama.

Budaya kerja merupakan refleksi sistem


nilao pokok yang diadopsi oleh
perusahaan tertentu. Budaya yg
demikian itu diwujudkan dalam praktek
sebagai sistem manajemen, kebijakan
personalia, prinsip partisipasi, kebijakan
pelatihan dan manajemen mutu dari
perusahaan.
Pengorganisasian kerja dan budaya
kerja bertujuan untuk
pengembangan pergorganisasian
pekerjaan dan budaya kerja ke arah
yang mendukung Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Juga meningkatkan
kondisi sosial yang positif dan oprasi
yang lancar dan dapat meningkatkan
produktivitas perusahaan.
Ergonomi dapat dibagi menjadi 3 kelompok
spesialisasi ilmu yaitu :
1. Ergonomi fisik, meliputi sikap kerja,
aktivitas mengangkat beban, gerakan
repetitif, penyakit muskuloskeletal
akibat kerja, tata letak tempat kerja,
keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Ergonomi kognitif, meliputi beban
mental akibat kerja, pengambilan
keputusan, penampilan keterampilan
kerja, interaksi manusia-mesin,
pelatihan yang berhubungan dengan
sistem perencanaan pekerja.
3. Ergonomi organisasi, meliputi
komunikasi, manajemen sumber daya
pekerja, perencanaan tugas,
perencanaan waktu kerja, perencanaan
partisipasi kerja, ergonomi komunitas,
paradigma kerja yang baru, pola kerja
jarak jauh dan manajemen kualitas
kerja.
ANTROPOMETRI
Antropometri adalah ilmu yang berhubungan
dengan pengukuran dimensi dan karakteristik
tubuh manusia lainnya seperti volume, pusat
gravitasi, dan massa segmen tubuh manusia.
Ukuran-ukuran bagian tubuh manusia sangat
bervariasi, bergantung pada :
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Ras
4. Pekerjaan
5. Periode dari masa ke masa
BAHAYA PSIKOLOGI DI
TEMPAT KERJA

RIDWAN RUSWENDI, S.Pd,


M.Si
PENDAHULUAN
Pekerjaan merupakan bagian yang memegang
peranan penting bagi kehidupan manusia.
Dalam kehidupan, pekerjaan dapat memberikan
kepuasan dan tantangan, sebaliknya dapat pula
menjadi gangguan dan ancaman. Terjadinya
gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja
fisik yang buruk telah lama diketahui juga telah
pula di pahami bahwa desain dan organisasi
kerja yang tidak memadai, seperti kecepatan
dan beban kerja yang berlebihan merupakan
faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan tersebut tidak murni faktor
fisik saja, tetapi juga disertai unsur psikologis.
Kemajuan teknologi yang mengurangi porsi
pekerjaan manual, meningkatnya pekerjaan-
pekerjaan disektor jasa, bertambahnya pekerja
wanita, merupakan beberapa faktor yang
mendorong peningkatan kasus-kasus stres
akibat kerja saat ini.hasil penelitian labour force
survey pada tahun 1990 menemukan adanya
182.700 kasus stres akibat kerja di inggris.
Sedangkan pada tahun 1995 menurut survey of
self reported work related III health (SWI) di
inggris menyatakan bahwa terdapat kurang lebih
500.000 individu yang percaya bahwa dirinya
menderita gangguan kesehatan akibat stres
ditempat kerjanya. Tetapi dari jumlah ini di duga
hanya 216.000 orang yang sesungguhnya benar-
benar sakit. Dengan mempertimbangkan adanya
perbedaan dalam metode penelitian,
diperkirakan dari tahun 1990 sampai tahun 1995
terjadi peningkatan kasus stres akibat kerja kira-
kira sebesar 30%.
Patogenesis
Setiap aktivitas normal akan membuahkan
stres, dan stres tak dapat di hindari. Stres dapat
di toleransi dalam waktu yang terbatas. Oleh
kerna tidak ada dua individu yang benar-benar
identik, maka stres yang sama tidak akan
memiliki pengaruh yang serupa pada masing-
masing individu, dan intensitasnya juga sangat
bervariasi.
Hubungan antara masing-masing perubahan
patologis seorang individu tidak banyak
diketahui secara mendetail, tetapi kebanyakan
peneliti mengakui bhwa rangsangan psikologis
(stresor) termasuk stres akibat pekerjaan
merupakan faktor pemicu yang penting untuk
timbulnya suatu penyakit tertentu seperti
penyakit jantung iskemik, hipertensi esensial,
gangguan saluran pencernaan, dan beberapa
penyakit neuropsikistris.
Peranan faktor psikologispun menjadi
jelas setelah mendapat penelitian lain
membuktikan adanya beberapa stresor
psikologis yang bermakna sebagai
penyebab terjadinya penyakit
penyumbatan pembuluh jantung seperti :
1. Perubahan jenis pekerjaan
2. Perubahan besar-besaran pada jadwal
kerja
3. Perubahan tingkat tanggung jawab
4. Ketidaksesuaian dengan atasan
5. Ketidaksesuaian dengan teman-teman
sekerja.
Tahapan reaksi tubuh
Dalam menghadapi stressor, manusia mengalami
3 tahap reaksi tubuh yaitu reaksi alarm, tahap
kebal dan tahap kelelahan.
• Tahap alarm (tanda bahaya)
reaksi merupakan respon yang datang dengan
cepat ketika manusia menghadapi suatu tantangan
atau ancaman. Pada hal ini tubuh belum dapat
beradaptasi terhadap pajanan suatu bahaya.
Terjadi mobilisasi dari sistem saraf otonom yang
mencetuskan respon stres dalam bentuk respon
perlawanan (fight) atau respon menghindar
(flight). Bermacam-macam sistem tubuh turut
mengordinasi kesiapsiagaan untuk bereaksi,
mempengaruhi kejiwaan (sistem limbik)
pengaturan sistem kardiovaskuler, pernapasan,
ketegangan otot, dan aktivitas motorik yang halus.
• Tahap kebal (resisten)
reksi alarm tidak dapat dijaga untuk jangka
waktu yang tidak terbatas. Pajanan yang
berkepanjangan terhadap stresor akan
menyebabkan individu menjadi kebal. Pada
tahap ini sesungguhnya tubuh sudah dapat
beradaptasi, ketika individu
mengembangkan suatu strategi perjuangan
untuk bertahan hidup dan membina daya
perlawanan justru untuk meredam respon
stresor yang telah dimulai pada tahap
sebelumnya. Mekanisme penanggulangan
ini nternyata dapat menguntungkan dan
dapat pula merugikan bagi perkembangan
mental individu.
Cara yang memadai Cara yang tidak memadai

Strategi penanggulangan : membicarakan pokok mulai minum alko


persoalan secara tegas

Pengaruh jangka pendek : negatif-perasaan kurang positif-tim


nyaman

Pengaruh jangka panjang : positif-peningkatan rasa negatif-m


percaya diri sekunder penyalahgunaan alkohol
menurunkan penampilan

Contoh mekanisme strategi penanggulangan stresor psikologis


berupa konflik dengan menejer.
Cara-cara yang memadai Cara-cara yang tidak memadai

Strategi penaggulangan : merencanakan dengan baik minta cuti den


metode mengangkat beban, alasan sakit pinggang
menggunakan alat bantu
angkat beban

Pengaruh jangka pendek : negatif-memerlukan lebih positif-n


banyak waktu sembuh

Pengaruh jangka panjang : positif-nyeri pinggang ringan negatif-kemung


rasa percaya diri meningkat diberhentikan (terlalu
banyak bolos)

Contoh mekanisme strategi penanggulangan stresor fisik


berupa pekerjaan mengangkat beban oleh perawat tua
Tahap Kelelahan
Respon terhadap stres pada dasarnya sehat
dan penting untuk menimbulkan daya
motivasi dan adaptasi seseorang. Bila
beban mental terlalu berat atau tidak dapat
menemukan solusi yang memadai, individu
tersebut akan menanggung banyak
kesukaran. Stress yang lama dan
berkelanjutan dapat menimbulkan masalah-
masalah yang menahun, sehingga individu
akan menderita suatu kelelahan yang berat
seakan-akan semua cadangan energi
menghilang dan menimbulkan depresi.
Gejala fisik dari tahap awal kelelahan tampak
sebagai perasaan lelah yang berlebihan, lemah,
dan tidak memiliki daya. Tanda-tanda non
spesifik lainnya biasanya dalam bentuk
penglihatan yang kabur, rasa pusing, vertigo,
tangan tremor, nyeri otot, palpitasi, nafas terasa
berat, nyri dada, sesak nafas atau gangguan
pernafasan yang lain. Gejala saluran pencernaan
seperti rasa kering di mulut, rasa leher tercekik,
mual atau muntah, konstipasi yang menahun,
diare atau sakit perut yang melilit. Berat badan
bertambah atau bahkan menjadi kurus.
Perubahan pola makan dalam bentuk
berkurangnya nafsu makan atau malah nafsu
makan menjadi lebih besar atau menurutkan
hati untuk makan cokelat secara berlebihan, dll.
Individu yang berada dalam tahap kelelahan
biasanya dapat menyembunyikan gejalanya jika
berada di tempat kerja, kecuali kalau terasa
sangat lelah maka individu tersebut cenderung
akan bolos kerja. Namun sayangnya gejala ini
tidak hanya timbul di tempat kerja, dapat juga
muncul saat individu berada di rumah atau
dimana saja, sehingga individu menjadi sangat
menderita.
Gejala emosi saat stress pada tahap kelelahan
berhubungan dengan sindrom depresi dan
frustasi, menifestasinya dalam bentuk tangisan
yang tak terkontrol, perasaan takut mati, tidak
berani bicara di depan publik, mudah terkejut,
tidak suka berteman atau bertemu keluarga, atau
menylaurkan hobinya, kurang perhatian pada hal-
hal personal seperti olahraga, pakaian, dan
makan.
Pada kasus-kasus yang ekstrim, individu dapat
merusak diri atau percoban bunuh diri, mudah
marah, dingin dan kaku pada orang lain, serta
diiringi perasaan bersalah yang berlebihan.
Serangan panik dan gelisah dapat mengakibatkan
kesulitan dalam melaksanakan pekerjaan sehingga
akan menambah stress di tempat kerja karena
gejala tersebut terlihat oleh teman-teman kerjanya.
Disfungsi mental pada saat kelelahan tampak
sebagai gangguan tidur, bangun tidur terlalu
diniyang disertai dengan mimpi buruk, hilangnya
daya konsentrasi dan koordinasi. Hal ini mendorong
timbulnya gangguan penampilan di tempat kerja
dan kemampuan untuk mempertimbangkan suatu
masalah, sehingga tidak jarang timbul perilaku
negatif dalam melaksanakan pekerjaan atau sering
kali timbul keragu-raguan dalam memutuskan suatu
masalah.
Sterssor dan Hubungannya dengan
Spesifikasi Pekerjaan

Stressor sering kali berhubungan


langsung dengan sistem tugas, volume
pekerjaan, lingkungan kerja, atau
sebagai akibat ketidak harmonisan
hubungan dengan individu lain di tempat
kerja dan faktor-faktor budaya organisasi
tempat kerja, beberapa stressor juga
berhubungan pada identifikasi peranan
seseorang di organisasi tempat kerja.
Sistem Tugas
Terdapat beberapa macam sistem tugas
yang menjadi stressor, yaitu :
1. Kerja lembur, menurut beberapa
penelitian, kerja lembur yang terlalu
sering, apa lagi jika jumlah jam kerja
menjadi berlebih, ternyata tidak hanya
mengurangi kuantitas dan kualitas hasil
kerja, tetapi juga sering meningkatkan
jumlah absensi dengan alasan sakit atau
kecelakaan kerja. Hal ini biasanya terjadi
pada pekerja industri pengalengan buah
yang biasanya banyak berhubungan
dengan musim buah.
2.Tugas kerja malam. Kerja malam
merupakan kerja yang berat bagi
pekerja, dan sering mengakibatkan
timbulnya gangguan fisik akibat kurang
tidur serta perubahan tingkah laku yang
dapat mendorong individu untuk
penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan
terlarang serta perubahan kebiasaan
mkan. Pekerjan yang memiliki stressor
tersebut, misalnya polisi, perawat,
satpam, anggota pemadam kebakaran,
dan pekerja di industri jasa (hotel,
transportasi, dll).
3. Kecepatan mesin. Kecepatan kerja yang
hanya berdasarkan pada kapasitas
kecepatan mesin, sangat menguras
energi fisik dan psikologis pekerja karena
harus terpaku untuk menyesuaikan
kecepatan mesin, dan berjalan atau
proses produksi sehingga pekerja tidak
mungkin meninggalkan tempatnya
sedetikpun tanpa digantikan atau di
tolong temannya. Hal ini terjadi pada
pekerja di tempat yang produknya di
kontrol oleh mesin-mesin yang
berkecepatan tinggi atau produksi produk
berdasarkan jadwal yang ketat.
4. Gerakan tangan yang berulang secara
monoton. Pekerjaan-pekerjaan yang
harus dilaksanakan dengan
menggerakkan anggota badan secara
berulang dan monoton, terkadang juga
disertai posisi kerja yang janggal, atau
sambil membawa atau menahan beban
sering kali sangat memberatkan pekerja.
Hal ini biasanya terjadi pada pekerjaan di
industri penggergajian kayu,
pengemasan, pemilihan, dan perakitan
yang menggunakan ban berjalan.
5. kekangan. Kekangan menyebabkan
tidak adanya kebebasan bekerja,
misalnya tahapan pekerjaan yang
mempunyai jadwal tugas yang ketat dan
mendetail. Pekerjaan yang memiliki
siresor tersebut,misalnya
pemeliharaan/perawatan/pengujian
mesin kapal terbang yang harus bekerja
berdasarkan checklist yang ketat,
pekerjaan
menocokkan/memasang/merakit elemen-
elemen jadi bangunan rumah/mesin, dan
pekerjaan akunting.
6. Komunikasi yang
menjemukan/membebankan. Pekerjaan
yang memerlukan kontak yang
memberatkan karena harus bernegosiasi
untuk prihal yang sulit diterima atau
tidak selaras dengan kehendak lawan
bicara. Pekerjaan yang memiliki stressor
tersebut, misalnya menejer pemasaran,
personil promosi obat-obatan.
Volume Pekerjaan
Volume kerja juga dapat menjadi stressor
yaitu :
1. Volume pekerjaan yang berlebihan,
volume pekerjaan yang terlalu banyak dan
dibatasi oleh waktu antara lain :
a. pekerjaan yang dilakukan dengan etrgesa-gesa
karena waktu yang terbatas, misalnya petugas
costemer service yang harus melayani
pelanggan dengan antrian yang panjang untuk
menunggu pelayanan, sekretaris dengan tugas
yang setumpuk.
b. Permintaan untuk pengambilan keputusan
yang rumit, misalnya petugas kendali mutu
atau pekerjaan yang membutuhkan banyak
masukan informasi.
2. Volume pekerjaan yang sangat kurang.
Volume pekerjaan yang sangat kurang
menyebabkan kurangnya rangsangan
untuk bekerja, kurangnya variasi, tidak
ada kreativitas atau tuntutan untuk
mengatasi masalah. Termasuk jenis
pekerjaan misalnya :
a. Tuntutan pekerjaan yang memerlukan
perhatian penuh tetapi kurang rangsangan
untuk bekerja.
b. Pekerjaan yang menuntut kejelian biasanya
membutuhkan konsentrasi, perasaan, dan
penglihatan yang intens.
Tanggung Jawab
Tanggung jawab untuk keselamatan dan
kesejahteraan diri sendiri mencakup tanggung
jawab untuk bekerja dengan aman merupakan
faktor stres psikis pada pekerja karena harus
bekerja dengan hati-hati agar tidak
membahayakan orang disekitarnya ataupun
membahayakn diri sendiri. Pekerjaan dengan
stressor semacam ini, misalnya operator mesin
derek, pekerja yang menangani bahan-bahan kimia
yang berbahaya atau mudah meledak dan pilot.
Tanggung jawab pekerjaan terhadapkesejahteraan
masyarakat misalnya pekerja di sektor kesehatan,
pendidikan dan kesejahteraan lainnya. Tanggung
jawab terhadap organisasi tempat kerja misalnya
tanggung jawab terhadap peralatan dan bahan-
bahan kerja yang bernilai tinggi.
Kondisi Fisik / Lingkungan Kerja
Adanya ancaman terpajan kondisi fisik
tempat kerja yang kurang
menyenangkan atau kontak dengan
bahan-bahan beracun, misalnya :
1. Bekerja pada tempat yang sunyi /
terpencil, seperti pekerjan yang
membutuhkan kesendirian dan tak
memiliki kesempatan berkomunikasi
dengan orang lain atau bekerja pada
situasi yang sulit atau terancam bahaya
sehingga tak memungkinkan pekerja
untuk mencari pertolongan dari teman
kerja atau siapapun.
2. Tempat kerja yang jauh atau sulit
terjangkau
3. Pajanan di tempat. Pajanan di tempat
kerja umumnya dalam bentuk pajanan
fisik dan kimiawi, seperti suhu yang
terlalu tinggi atau terlalu rendah, tempat
kerja yang sempit dan berdesakan,
ventilasi buruk, penerangan yang kurang
baik, vibrasi, masalah-masalah ergonomi,
tempat kerja yang bising, bau yang tidak
enak, debu kerja, dan substansi kimia
yang berbahaya.
Organisasi Tempat Kerja
1. Perubahan
perubahan yang terjadi di tempat kerja
merupakan salah satu penyebab utama
dari stress. Perubahan sering kali berarti
terjadi suatu kehilangan, seperti
diberlakukannya teknik baru di tempat
kerja, penggantian supervisor,
restrukturisasi organisasi, pemberian
tugas baru yang sukar dilaksanakan,
pindah bagian, atau di bebastugaskan
sebagai pimpinan.
2. Manajemen yang otokratis
pada perusahaan dengan manajemen
yang otokratis, biasanya komunikasi
atasan dan bawahan tidak berjalan
dengan baik. Sering kali para
pekerjadibebankan oleh 2 perasaan yang
berlawanan sehingga mendorong
timbulnya stress. Perasaan tersebut
biasanya timbul bila para pekerja
mengerti apa yang mereka harus
perbuat, padahal kenyataannya hal itu
tak dapat dilaksanakan.
Kerja
Dokter perusahaan sering kali sukar
mendiagnosis atau menggambarkan dengan
jelas perkembangannya stress seorang
individu di tempat kerja karena gejala yang
timbul, terutama dapat mempengaruhi
kondisi fisik. Oleh sebab itu, pada awal
diagnosis, sering kali penyakit-penyakit
organik dipertimbangkan sebagai
penyebabnya, misalnya gejala sakit kepala
biasanya di anggap sebagai akibat penyakit
tekanan darah tinggi, nafsu makan
berlebihan sebagai akibat riwayat obesitas
dalam keluarga, sakit pinggang akibat
pengapuran tulang belakang atau akibat
skoliosis, dsb.
Pelaksanaan diagnosis menjadi lebih sulit jika
para pasien itu sendiri menolak untuk
menghubungkan gejala yang timbul akibat stress
di tempat kerja. Perubahan perilaku di tempat
kerja sering kali mendapat cemoohan dari orang-
orang di sekitarnya, sehingga perubahan perilaku
tersebut biasanya tidak di ceritakan oleh pasien.
Jika seseorang memiliki gejala stress yang
berkepanjangan dan sukar untuk dicari akar
masalahnya atau pencetus timbulnya gejala-
gejala tersebut, pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan gejala dini (reaksi alarm)
dapat menolong untuk mengidentifikasi masalah
tersebut, seperti restukturisasi yang baru terjadi
di lingkungan kerja, kesulitan khusus terutama
dalam hubungan interpersonal, saat timbulnya
gejala dalam hubungannya terhadap stressor,
deskripsi menyeluruh tentang tempat kerja,
serta penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan
terlarang.
Guna mendorong terjadinya perubahan
perilaku kerja dan persepsi terhadap
respons biologis, pasien dinasehatkan
untuk datang diam-diam secara reguler,
biasanya 1 jam dalam seminggu. Untuk
bimbingan dan konseling oleh dokter
perusahaan terutama untuk kasus-ksus
dengan akar masalah psikologis seperti
kesulitan interpersonal atau perilaku
ketergantungan alkohol/ obat-obatan
terlarang.
Istilah “konseling” harus dibedakan
dengan “memberi nasehat” suatu
nasehat terbatas pada satu paket solusi
yang diberikan pada pasien untuk
mengatasi masalah, sedangkan seorang
konselor, yang memberikan konseling,
membantu pasien dengan memberikan
sejumlah pilihan terbaik dan selanjtnya
melaksanakannya dengan usaha dari
pasien itu sendiri.
Pelatihan manajemen stress dapat dilaksanakan
secara berkelompok pada 6 sampai 12 pekerja
yang memiliki indikasi adanya gejala stress
akibat kerja. Materi-materi pelatihan yang perlu
di ajarkan, seperti teknik fisiologis untuk
mengurangi serangan stress , misalnya teknik
relaksasi, biofeedback, meditasi atau latihan
pernafasan, dan teknik-teknik psikologis serta
kognitif, pembentukan diri kembali dan macam-
macam keterampilan kerja (mis. Manajemen
waktu, skala prioritas, dll), serta keterampilan
interpersonal (mis. Pelatihan berpidato,
presentasi, tat cara mengikuti rapat, dll).
Pasien perlu dianjurkan untuk menciptakan
keseimbangan stress ditempat kerja, sehingga
gaya hidup yang sehat dan aktivitas relaksasi di
tempat kerja sangat di butuhkan. Beberapa
teknik relaksasi di tempat kerja dapat disarankan,
seperti istirahat pendek tetapi sering, misalnya 5
menit setiap jam kerja lebih berguna daripada
istirahat panjang tetapi jarang, sedikit latihan
fisik secara reguler sangat berguna pada pekerja
komputer, olah pernafasan yang rutin bermanfaat
untuk mencegah serangan stress yang datangnya
mendadak atau serangan panik. Gaya hidup yang
sehat di luar tempat kerja yang harus di
sarankan, seperti olahraga rutin, makanan sehat,
berhenti merokok dan minum alkohol, penyaluran
hobi dan pasien di anjurkan untuk
memperbanyak komunikasi dengan keluarga dan
teman-temannya.
TERIMA KASIH
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai