Anggota Kelompok 1:
1. Identifikasi;
2. Interdependensi;
3. Tingkat diferensiasi kemampuan;
4. Jalinan sosial;
5. Manajemen konflik;
6. Proses negosiasi;
7. Ketahanan kelompok;
8. Proximity; dan
9. Anggota jarak jauh.
Perbedaan individu dalam sebuah industri atau organisasi, menurut
Individual Robbins dan Judge (2015) dapat diidentifikasi melalui dua level
Differences keragaman, yaitu surface-level diversity dan deep-level diversity).
Notoatmodjo (2020) menerangkan bahwa ada dua faktor pembentuk perilaku individu yang menjadikan
individu unik:
1. Faktor internal: motivasi, persepi, minat, kebiasaan, dan segala hal yang datang dari dalam individu
2. Faktor eksternal: sosial, budaya, politik, dan lingkungan (tempat tinggal, kerja, sekolah, dsb.)
B. Dasar- Dasar
Perbedaan Individu
SIKAP
DORONGAN PEMBAWAAN
ATAU ERG
SENTIMEN
Selain dinamika traits, Cattle juga mencetuskan Law of Coercion to Biosocial Mean,
yaitu hukum pemaksaan ke arah rerata sosial. Berikut beberapa hal yang
membentuk kepribadian seorang individu sehingga timbul apa yang disebut dinamika
traits:
Menurut Wicaksana dkk. (2020) keberagaman dalam organisasi dapat didefinisikan sebagai orang-orang
yang berada didalam organisasi yang memiliki perbedaan dan kesamaan satu sama lain. Keberagaman
dapat membawa hal positif atau negative bergantung pada bagaimana individu di lingungan tersebut
mengahadapi keberagaman yang ada.
Menurut Robin (dalam Wicaksana dkk., 2020) keberagaman dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Surface Level Diversity (SLD): Yaitu keragaman yang dapat diketahui secara fisik.
2. Deep Level Diversity (DLD), Pada DLD, keragaman berupa hal-hal yang tidak bias dilihat secara fisik.
Menurut Kreitner dan Kinicki (dalam Arbiyanti & Sudibjo, 2020) langkah
yang tepat untuk menyikapi keberagaman individu pada organisasi yaitu
dengan mengelola keberagaman (managing diversity). Managing diversity
merupakan menciptakan suatu prosedur agar para karyawan dapat
menunjukan potensi dirinya secara maksimal. Menurut Wicaksana dkk. (2020)
beberapa manfaat dari adanya Managing Diversity antara lain:
Melalui program Alfability, Alfamart dan anak perusahaan secara aktif mengajak penyandang disabilitas untuk
bergabung sebagai karyawan sejak 2016.
Presiden Direktur Alfamart Anggara Hans Prawira mengatakan sampai November 2020, ada 755 orang telah
bergabung sebagai karyawan Alfamart dan anak perusahaannya. “Melalui program Affability, Alfamart percaya bahwa
setiap orang punya kemampuan (ability) termasuk kepada penyandang disabilitas. Mengajak untuk fokus pada
kemampuan yang dimiliki dan tumbuh bersama, dan bukan fokus pada hambatannya,” ujarnya dalam keterangan
resmi, Kamis (3/12).
Menurutnya Alfamart ingin menjadi perusahaan inklusi, yakni perusahaan yang mengakomodir dan menghargai
keberagaman karyawannya, untuk memungkinkan kontribusi mereka secara penuh dan tanpa diskriminasi. “Setiap
orang pasti punya kekurangan dan kelebihan, mari kita berfokus kepada kemampuan atau ability yang dimiliki,”
ucapnya.
Analisa Kasus