TUBERCULOSIS (TBC)
Disusun dan ditulis untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal
Bedah
Disusun Oleh:
SUTRA CAMELIA
171030100233
Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks, yang
merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang 9dapat menahan
tekanan. Ventilasi membutuhkan gerakan dinding sangkar toraks dan dasarnya
yaitu diafragma. Bagian terluar paru-paru dikelilingi oleh membran halus, licin,
yang meluas membungkus dinding anterior toraks dan permukaan superior
diafragma. Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga toraks menjadi
dua bagian, mediastinum terbentuk dari dua lapisan pleura. Semua struktur
toraks kecuali paru-paru terletak antara kedua lapisan pleura. Setiap paru dibagi
menjadi lobus- lobus. Paru kiri terdiri dari lobus bawah dan atas, sementara
paru kanan mempunyai lobus atas, tengah, dan bawah. Setiap lobus lebih jauh
dibagi lagi menjadi dua segmen yang dipisahkan oleh fisura, yang merupakan
perluasan pleura. Terdapat beberapa divisi bronkus didalam setiap lobus paru.
Pertama adalah bronkus lobaris yaitu tiga pada paru kanan dan dua pada paru
kiri. Bronkus lobaris dibagi menjadi bronkus segmental terdiri dari 10 pada
paru kanan dan 8 pada paru kiri, bronkus segmental kemudian dibagi lagi
menjadi subsegmental, bronkus ini dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki
arteri, limfatik dan saraf. Bronkus segmental membentuk percabangan menjadi
bronkiolus yang tidak mempunyai kartilago pada dindingnya, bronkus dan
bronkiolus juga dilapisi oleh sel-sel yang permukaannya dilapisi oleh “rambut”
pendek yang disebut silia.
Bronkiolus kemudian membentuk percabangan yaitu bronkiolus terminalis ,
kemudian bronkus terminalis menjadi bronkus respiratori , dari bronkiolus
respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar
kemudian alveoli. Paru terbentuk dari 300 juta alveoli, yang tersusun
dalamkluster antara 15 – 20 alveoli, begitu banyaknya alveoli sehingga jika
mereka bersatu untuk membentuk satu lembar, akan menutupi area 70 meter
persegi yaitu seukuran lapangan tenis
2. Fisiologi
Proses pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari udara ke dalam
jaringan- jaringan, dan karbondioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat
dibagi menjadi tiga proses . Proses yang pertama yaitu ventilasi, adalah
masuknya campuran gas-gas ke dalam dan ke luar paru-paru. Proses kedua,
transportasi yang terdiri dari beberapa aspek yaitu difusi gas-gas antar alveolus
dan kapiler (respirasi eksternal), distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal.
Proses ketiga yaitu reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbondioksida
dengan darah.
a. Ventilasi
Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari paru karena
terdapat perbedaan tekanan antara intrapulmonal (tekanan intraalveoli dan
tekanan intrapleura) dengan tekanan intrapulmonal lebih tinggi dari tekanan
atmosfir
maka udara akan masuk menuju ke paru, disebut inspirasi. Bila tekanan
intapulmonal lebih rendah dari tekanan atmosfir maka udara akan bergerak
keluar dari paru ke atmosfir disebut ekspirasi.
b. Transportasi oksigen
Tahap kedua dari proses pernafasan mencakup proses difusi di dalam paru
terjadi karena perbedaan konsentrasi gas yang terdapat di alveoli kapiler
paru, oksigen mempunyai konsentrasi yang tinggi di alveoli dibanding di
kapiler paru, sehingga oksigen akan berdifusi dari alveoli ke kapiler paru.
Sebaliknya, karbondioksida mempunyai konsentrasi yang tinggi di kapiler
paru dibanding di alveoli, sehingga karbondioksida akan berdifusi dari
kapiler paru ke alveoli. Pengangkutan oksigen dan karbondioksida oleh
sistem peredaran dara, dari paru ke jaringan dan sebaliknya, disebut
transportasi dan pertukaran oksigen dan karbondioksida darah. Pembuluh
darah kapiler jaringan dengan sel-sel jaringan disebut difusi. Respirasi
dalam adalah proses metabolik intrasel yang terjadi di mitokondria, meliputi
penggunaan oksigen dan produksi karbondioksida selama pengambilan
energi dari bahanbahan nutrisi.
c. Reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah
Respirasi sel atau respirasi interna merupakan stadium akhir dari respirasi,
yaitu saat dimana metabolit dioksidasi untuk mendapatkan energi, dan
karbondioksida terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan
dikeluarkan oleh paru-paru.
C. Etiologi
TBC disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang dapat
ditularkan ketika seseorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan
organisme.Individu yang rentan menghirup droplet dan menjadi terinfeksi. Bakteria
di transmisikan ke alveoli dan memperbanyak diri. Reaksi inflamasi menghasilkan
eksudat di alveoli dan bronkopneumonia, granuloma, dan jaringan fibrosa
(Smeltzer&Bare, 2015).
Ketika seseorang penderita TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka
secara tak sengaja keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat
lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet atau
nuklei tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan
pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkulosis yang terkandung dalam
droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka
orang itu berpotensi terkena bakteri tuberkulosis (Muttaqin Arif, 2012).
Menurut Smeltzer&Bare (2015), Individu yang beresiko tinggi untuk
tertular virus tuberculosis adalah:
1. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.
2. Individu imunnosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang
dalam terapi kortikosteroid, atau mereka yang terinfeksi dengan HIV).
3. Pengguna obat-obat IV dan alkhoholik.
4. Individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma; tahanan; etnik
dan ras minoritas, terutama anak-anak di bawah usia 15 tahun dan dewasa muda
antara yang berusia 15 sampai 44 tahun).
5. Dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalkan diabetes, gagal
ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi).
6. Individu yang tinggal didaerah yang perumahan sub standar kumuh.
7. Pekerjaan (misalkan tenaga kesehatan, terutama yang melakukan aktivitas yang
beresiko tinggi.
D. Manifestasi Klinis
Menurut (Abd. Wahid, 2013) manifestasi klinis penderita tuberkulosis:
1. Batuk/ Batuk darah
Gejala batuk timbul paling dini. Gejala ini benyak ditemukan. Batuk terjadi
karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk-produk radang keluar. Keadaan yang lanjut adalah batuk darah
(hemoptoe) karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Berat ringannnya
batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah. Darah
yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau
bercakbercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat
banyak
2. Sesak napas
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian dari paru-paru. Gejala ini ditemukan bila
kerusakan parenkim paru sudah luas karena ada hal-hal yang menyertai seperti
efusi pleura, pneumothoraks, anemia dan lain-lain
3. Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini
timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena
4. Demam
Demam merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan
malam hari mirip demam influenza. Tapi kadang-kadang panas bahkan dapat
mencapai 40-41 ºC, keadaan ini sangat dipengaruhi daya tahan tubuh penderita
dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk
5. Malaise
Gejala malaise sering ditemukan berupa tidak ada nafsu makan, sakit kepala,
meriang, nyeri otot, keringat malam
E. Klasifikasi
klasifikasi TB paru dibagi sebagai berikut:
1. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:
a. Dengan atau tanpa gejala klinik
b. BTA positif:
mikroskopik positif 2 kali,
mikroskopik positif 1 kali disokong biakan positif satu kali atau disokong
radiologik positif 1 kali.
c. Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.
2. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:
a. Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan TB paru aktif.
b. BTA negatif, biakan negatif tapi radiologik positif.
3. Bekas TB Paru dengan kriteria:
a. Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif
b. Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
c. Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial foto
yang tidak berubah.
d. Ada riwayat pengobatan OAT yang lebih adekuat (lebih mendukung).
F. Patofisiologi
Tempat masuknya bakteri Mycobacterium tuberculosis adalah di saluran
pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi
terjadi melalui udara, (air bone), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung
kuman-kuman basil tuberkel yang terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai alveolus
dan diinhalasi biasanya terdiri atas satu sampai tiga gumpalan. Basil yang lebih
besar cenderung bertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus, sehingga
tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, kuman akan
mulai mengakibatkan peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak memfagosit
bakteri di tempat ini, namun tidak membunuh organisme tersebut.
Sesudah hari pertama, maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang
terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.
Pneumonia selular ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa
yang tertinggal atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau
berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju
getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu,
sehingga membentuk sel tuberkel epitoloit yang 11 dikelilingi oleh foist. Reaksi ini
biasanya membutuhkan waktu 10-20 jam (Ardiansyah, 2012).
G. Pathway
H. Penatalaksanaan Medis
1. Farmakologis
Tujuan pengobatan Tuberculosis ialah memusnahkan basil tuberkulosis dengan
cepat dan mencegah kambuh. Obat yang digunakan untuk Tuberculosis
digolongkan atas dua kelompok yaitu :
a. Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin,
Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang
masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan
obat-obat ini.
b. Obat sekunder : Exionamid, Paraminosalisilat, Sikloserin, Amikasin,
Kapreomisin dan Kanamisin (Depkes RI, 2011).
2. Non farmakologis
Tindakan yang dapat dilakukan pada pasien tuberkulosis dengan masalah
keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif yaitu latihan batuk efektif, napas
dalam dan pengaturan posisi (semi atau high fowler).
a. Batuk Efektif
Batuk Efektif merupakan suatu upaya untuk mengeluarkan dahak dan
menjaga paru-paru agar tetap bersih, di samping dengan memberikan
tindakkan nebulizer dan postural drainage. Batuk efektif dapat dilakukan
pada pasien dengan cara diberikan posisi yang sesuai agar pengeluaran dahak
dapat lancar. Batuk efektif ini merupakan bagian tindakkan keperawatan
untuk pasien dengan gangguan pernapasan akut dan kronik (Alie & Rodiyah,
2013).
b. Tujuan Batuk Efektif
Batuk efektif dan napas dalam merupakan teknik batuk efektif yang
menekankan inspirasi maksimal yang dimulai dari ekspirasi, yang bertujuan
untuk (Alie & Rodiyah, 2013):
Merangsang terbukanya sistem kolateral
Meningkatkan distribusi ventilasi
Meningkatkan volume paru
Memfasilitasi pembersihan saluran napas
c. Manfaat Batuk Efektif
Pemberian latihan batuk efektif beserta teknik melakukannya akan
memberikan manfaat. Manfaat dari batuk efektif yaitu untuk melonggarkan
dan melegakan saluran pernapasan maupun mengatasi sesak akibat adanya
lendir yang memenuhi saluran pernapasan.Lendir, baik dalam bentuk dahak
(sputum) maupun sekret dalam hidung, timbul akibat adanya infeksi pada
saluran pernapasan maupun karena sejumlah penyakit yang di derita
seseorang (Alie & Rodiyah, 2013).
I. Komplikasi
Komplikasi Tb paru apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan
komplikasi. Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada penderita Tb parudibedakan
menjadi dua (Sudoyo, 2009)
1. Komplikasi dini: plueuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus Poncet’s
arthropathy
2. Komplikasi stadium lanjut:
a. Hemoptisis masif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena sumbatan jalan nafas atau syok
hipovolemik
b. Kolaps lobus akibat sumbatan duktus
c. Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru
d. Pnemotoraks spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/blep yang pecah
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal, dan
sebagainya
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. B DENGAN DIAGNOSA TBC
(TUBERKULOSIS)
KASUS
Seorang pasien datang ke UGD RS Widya Dharma Husada Tangerang tanggal 13
Maret 2021 dengan keluhan batuk dan sesak berat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit, pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit tuberkulosis paru dan sedang
minum obat paru sudah 2 bulan, pasien mengatakan sudah kehilangan BB kurang lebih
sejak 2 bulan SMRS. Pasien masuk ruang rawat inap Anyelir tanggal 15 Maret 2021
dengan diagnosa TB Paru. Identitas pasien nama Tn. B, No RM 278034, umur 64 tahun,
agama Islam, Pendidikan SMA, pekerjaan buruh harian lepas, suku betawi, bangsa
Indonesia, alamat Jl. Pinus Barat II No. 38 RT 1/24, Pamulang Barat.
Saat ini pasien masih mengeluh batuk dan sesak. Pasien terpasang O2 10 LPM
NRM, tampak sesak dan kurang nyaman saat istirahat. Pasien mengatakan ibunya pernah
terkena penyakit yang sama dengan pasien. Pasien mengatakan tisak mempunyai alergi
obat atau makanan.
PENGKAJIAN
I. Biodata.
A. Identitas pasien.
Nama :Tn. B (Laki-laki, 64 tahun).
Suku/bangsa : Betawi/Indonesia.
Agama : Islam
Status perkawinan : kawin
Pendidikan/pekerjaan : SMA/ buruh harian lepas
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Alamat : Jl. Pinus Barat II No. 38 RT 1/24, Pamulang Barat
B. Penanggung jawab pasien : Anak
DATA FOKUS
ANALISA DATA
Data Pendukung Masalah Etiologi
Data subjektif: Bersihan jalan nafas tidak Proses penyakit
Pasien mengatakan batuk efektif (TBC)
Pasien mengatakan sesak berat sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit
Pasien mengatakan mempunyai
riwayat penyakit tuberkulosis paru
dan sedang minum obat paru sudah 2
bulan
Data objektif:
Pola nafas tidak teratur
Terdapat sputum berlebih
Jenis pernapasan dipsneu
Auskultasi ronchi
Tampak sesak dan kurang nyaman
saat istirahat
Kebutuhan oksigen
SPO2: 94% dengan menggunakan O2
10 LPM
86% tidak menggunakan oksigen
Hasil TTV: RR: 28x/menit
Data Subjektif: Defisit Nutrisi Ketidakmampuan
Pasien mengatakan tidak nafsu makan mencerna makanan
dan mual
Pasien mengatakan sudah kehilangan
BB kurang lebih sejak 2 bulan SMRS.
Pasien mengatakan makan 2 kali
sehari dengan porsi ½ dari porsi yang
disediakan rumah sakit
Data Objektif:
Mulut tampak kering
peristaltik 10x/ mnt
Perhitungan BB
Selama Sakit : 55 Kg
Hitung BB pasien : BB Normal (Tinggi
Badan – 100)
165 – 100 = 65kg
Jadi, BB pasien ≤ normal = pasien
mengalami penurunan BB sudah 10%
Data Subjektif: Intoleransi Aktivitas Kelemahan
Pasien mengeluh lemas
Pasien mengatakan tidak bisa
melakukan aktivitasnya karena batuk
dan sesak nafas
Data Objektif :
Pasien menggunakan pempers untuk
kencing karena merasa lemas dan
sesak untuk pergi ke kamar mandi
Pergerakan sendi tebatas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Proses Infeksi (TBC) ditandai
dengan Batuk dan Sesak Nafas (D.0001)
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan Mencerna Makanan ditandai
dengan Tidak Nafsu Makan dan Mual (D.0019)
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan ditandai dengan Mengeluh
Lemas (D.0056)
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama pasien : Tn. B Nama Mahasiswa : Sutra Camelia
Ruang : Anyelir NPM : 171030100233
No.M.R. : 278034
Edukasi
- Jelaskan metode aktivitas
sehari-hari jika perlu
- Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
- Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, social,
spiritual, dan kognitif
dalam menjaga fungsi dan
kesehatan
- Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok atau
terapi jika sesuai
- Anjurkan keluarga untuk
memberi penguatan positif
atas partisipasi
dalamaktifitas
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan terapis
okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas, jika sesuai
- Rujuk pada pusat atau
program aktifitas
komunitas, jika perlu
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : Tn. B
Diagnosis Medis : TBC
Ruang Rawat : Anyelir
Andra F.S & Yessie M.P. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta. Nuha Medika
Dwi Sarah Rahmaniar. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tuberkulosis Paru Di
Ruang Paru Rsup Dr. M. Djamil Padang. Poltekkes Kemenkes Padang. 25 (2005-2017)
Elin Arlina. 2020. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tb Paru Di Puskesmas Siak Hulu I
Kabupaten Kampar Tahun 2020. Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau
Fajar Bagaskara. 2019. Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Pada Ny. S Dan Ny. M Dengan
Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Di Ruang Melati Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2019. Fakultas Keperawatan Universitas
Jember
Liyandita Caesar Alfinri. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tb Paru Di Ruang
Seruni Rsud Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Kalimantan Timur
PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan indikator Keperawatan. Edisi
1 cetakan III. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Edisi 1 cetakan II. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan.
Edisi 1 cetakan II. Jakarta: DPP PPNI..
Sitti Maryam, Bachtiar. 2018. Penerapan Askep Pada Pasien Tn. B Dengan Tuberkulosis Paru
Dalam Pemenuhan Kebutuhan Keamanan Dan Keselamatan. Akper Muhammadiyah
Makassar