Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

TUBERCULOSIS (TBC)

Disusun dan ditulis untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal

Bedah

Disusun Oleh:

SUTRA CAMELIA
171030100233

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG


JURUSAN S.1 KEPERAWATAN
TAHUN 2021
A. Pengertian
Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit radang parenkim paru karena
infeksi kuman Mycobacterium Tuberculosis. Tuberkulosis adalah suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh basil mikrobacterium tuberkulosis masuk ke dalam
jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang
dikenal sebagai focus primer dari ghon. (Andra S.F & Yessie M.P, 2013)
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Sumber penularan yaitu pasien TB
BTA (bakteri tahan asam) positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya.
TB dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit
TB meskipun dengan tingkat penularan yang kecil (Kemenkes RI, 2015).

B. Anatomi dan Fisiologi


1. Anatomi
Anatomi Saluran pengantar udara hingga mencapai paru-paru adalah
hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus. Ketika udara masuk ke
dalam rongga hidung, udara tersebut disaring, dilembabkan dan dihangatkan
oleh mukosa respirasi, udara mengalir dari faring menuju ke laring, laring
merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan
mengandung pita suara. Trakea disokong oleh cincin tulang rawan yang
berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inci. Struktur
trakea dan bronkus dianalogkan dengan sebuah pohon oleh karena itu
dinamakan Pohon trakeabronkial. Bronkus utama kiri dan kanan tidak simetris,
bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dan merupakan kelanjutan dari 8
trakea yang arahnya hampir vertikal, sebaliknya bronkus kiri lebih panjang dan
lebih sempit dan merupakan kelanjutan dari trakea dengan sudut yang lebih
tajam. Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus
lobaris dan bronkus segmentalis, percabangan sampai kesil sampai akhirnya
menjadi bronkus terminalis. Setelah bronkus terminalis terdapat asinus yang
terdiri dari bronkiolus respiratorius yang terkadang memiliki kantng udara atau
alveolus, duktus alveoli seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan sakus alveolaris
terminalis merupakan
struktur akhir paru. Alveolus hanya mempunyai satu lapis sel saja yang
diameternya lebih kecil dibandingkan diameter sel darah merah, dalam setiap
paru-paru terdapat sekitar 300 juta alveolus (Price dan Wilson,2006)

Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks, yang
merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang 9dapat menahan
tekanan. Ventilasi membutuhkan gerakan dinding sangkar toraks dan dasarnya
yaitu diafragma. Bagian terluar paru-paru dikelilingi oleh membran halus, licin,
yang meluas membungkus dinding anterior toraks dan permukaan superior
diafragma. Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga toraks menjadi
dua bagian, mediastinum terbentuk dari dua lapisan pleura. Semua struktur
toraks kecuali paru-paru terletak antara kedua lapisan pleura. Setiap paru dibagi
menjadi lobus- lobus. Paru kiri terdiri dari lobus bawah dan atas, sementara
paru kanan mempunyai lobus atas, tengah, dan bawah. Setiap lobus lebih jauh
dibagi lagi menjadi dua segmen yang dipisahkan oleh fisura, yang merupakan
perluasan pleura. Terdapat beberapa divisi bronkus didalam setiap lobus paru.
Pertama adalah bronkus lobaris yaitu tiga pada paru kanan dan dua pada paru
kiri. Bronkus lobaris dibagi menjadi bronkus segmental terdiri dari 10 pada
paru kanan dan 8 pada paru kiri, bronkus segmental kemudian dibagi lagi
menjadi subsegmental, bronkus ini dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki
arteri, limfatik dan saraf. Bronkus segmental membentuk percabangan menjadi
bronkiolus yang tidak mempunyai kartilago pada dindingnya, bronkus dan
bronkiolus juga dilapisi oleh sel-sel yang permukaannya dilapisi oleh “rambut”
pendek yang disebut silia.
Bronkiolus kemudian membentuk percabangan yaitu bronkiolus terminalis ,
kemudian bronkus terminalis menjadi bronkus respiratori , dari bronkiolus
respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar
kemudian alveoli. Paru terbentuk dari 300 juta alveoli, yang tersusun
dalamkluster antara 15 – 20 alveoli, begitu banyaknya alveoli sehingga jika
mereka bersatu untuk membentuk satu lembar, akan menutupi area 70 meter
persegi yaitu seukuran lapangan tenis

2. Fisiologi
Proses pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari udara ke dalam
jaringan- jaringan, dan karbondioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat
dibagi menjadi tiga proses . Proses yang pertama yaitu ventilasi, adalah
masuknya campuran gas-gas ke dalam dan ke luar paru-paru. Proses kedua,
transportasi yang terdiri dari beberapa aspek yaitu difusi gas-gas antar alveolus
dan kapiler (respirasi eksternal), distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal.
Proses ketiga yaitu reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbondioksida
dengan darah.
a. Ventilasi
Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari paru karena
terdapat perbedaan tekanan antara intrapulmonal (tekanan intraalveoli dan
tekanan intrapleura) dengan tekanan intrapulmonal lebih tinggi dari tekanan
atmosfir
maka udara akan masuk menuju ke paru, disebut inspirasi. Bila tekanan
intapulmonal lebih rendah dari tekanan atmosfir maka udara akan bergerak
keluar dari paru ke atmosfir disebut ekspirasi.
b. Transportasi oksigen
Tahap kedua dari proses pernafasan mencakup proses difusi di dalam paru
terjadi karena perbedaan konsentrasi gas yang terdapat di alveoli kapiler
paru, oksigen mempunyai konsentrasi yang tinggi di alveoli dibanding di
kapiler paru, sehingga oksigen akan berdifusi dari alveoli ke kapiler paru.
Sebaliknya, karbondioksida mempunyai konsentrasi yang tinggi di kapiler
paru dibanding di alveoli, sehingga karbondioksida akan berdifusi dari
kapiler paru ke alveoli. Pengangkutan oksigen dan karbondioksida oleh
sistem peredaran dara, dari paru ke jaringan dan sebaliknya, disebut
transportasi dan pertukaran oksigen dan karbondioksida darah. Pembuluh
darah kapiler jaringan dengan sel-sel jaringan disebut difusi. Respirasi
dalam adalah proses metabolik intrasel yang terjadi di mitokondria, meliputi
penggunaan oksigen dan produksi karbondioksida selama pengambilan
energi dari bahanbahan nutrisi.
c. Reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah
Respirasi sel atau respirasi interna merupakan stadium akhir dari respirasi,
yaitu saat dimana metabolit dioksidasi untuk mendapatkan energi, dan
karbondioksida terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan
dikeluarkan oleh paru-paru.
C. Etiologi
TBC disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang dapat
ditularkan ketika seseorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan
organisme.Individu yang rentan menghirup droplet dan menjadi terinfeksi. Bakteria
di transmisikan ke alveoli dan memperbanyak diri. Reaksi inflamasi menghasilkan
eksudat di alveoli dan bronkopneumonia, granuloma, dan jaringan fibrosa
(Smeltzer&Bare, 2015).
Ketika seseorang penderita TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka
secara tak sengaja keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat
lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet atau
nuklei tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan
pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkulosis yang terkandung dalam
droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka
orang itu berpotensi terkena bakteri tuberkulosis (Muttaqin Arif, 2012).
Menurut Smeltzer&Bare (2015), Individu yang beresiko tinggi untuk
tertular virus tuberculosis adalah:
1. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.
2. Individu imunnosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang
dalam terapi kortikosteroid, atau mereka yang terinfeksi dengan HIV).
3. Pengguna obat-obat IV dan alkhoholik.
4. Individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma; tahanan; etnik
dan ras minoritas, terutama anak-anak di bawah usia 15 tahun dan dewasa muda
antara yang berusia 15 sampai 44 tahun).
5. Dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalkan diabetes, gagal
ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi).
6. Individu yang tinggal didaerah yang perumahan sub standar kumuh.
7. Pekerjaan (misalkan tenaga kesehatan, terutama yang melakukan aktivitas yang
beresiko tinggi.
D. Manifestasi Klinis
Menurut (Abd. Wahid, 2013) manifestasi klinis penderita tuberkulosis:
1. Batuk/ Batuk darah
Gejala batuk timbul paling dini. Gejala ini benyak ditemukan. Batuk terjadi
karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk-produk radang keluar. Keadaan yang lanjut adalah batuk darah
(hemoptoe) karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Berat ringannnya
batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah. Darah
yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau
bercakbercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat
banyak
2. Sesak napas
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian dari paru-paru. Gejala ini ditemukan bila
kerusakan parenkim paru sudah luas karena ada hal-hal yang menyertai seperti
efusi pleura, pneumothoraks, anemia dan lain-lain
3. Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini
timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena
4. Demam
Demam merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan
malam hari mirip demam influenza. Tapi kadang-kadang panas bahkan dapat
mencapai 40-41 ºC, keadaan ini sangat dipengaruhi daya tahan tubuh penderita
dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk
5. Malaise
Gejala malaise sering ditemukan berupa tidak ada nafsu makan, sakit kepala,
meriang, nyeri otot, keringat malam

E. Klasifikasi
klasifikasi TB paru dibagi sebagai berikut:
1. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:
a. Dengan atau tanpa gejala klinik
b. BTA positif:
mikroskopik positif 2 kali,
mikroskopik positif 1 kali disokong biakan positif satu kali atau disokong
radiologik positif 1 kali.
c. Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.
2. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:
a. Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan TB paru aktif.
b. BTA negatif, biakan negatif tapi radiologik positif.
3. Bekas TB Paru dengan kriteria:
a. Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif
b. Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
c. Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial foto
yang tidak berubah.
d. Ada riwayat pengobatan OAT yang lebih adekuat (lebih mendukung).

F. Patofisiologi
Tempat masuknya bakteri Mycobacterium tuberculosis adalah di saluran
pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi
terjadi melalui udara, (air bone), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung
kuman-kuman basil tuberkel yang terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai alveolus
dan diinhalasi biasanya terdiri atas satu sampai tiga gumpalan. Basil yang lebih
besar cenderung bertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus, sehingga
tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, kuman akan
mulai mengakibatkan peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak memfagosit
bakteri di tempat ini, namun tidak membunuh organisme tersebut.
Sesudah hari pertama, maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang
terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.
Pneumonia selular ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa
yang tertinggal atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau
berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju
getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu,
sehingga membentuk sel tuberkel epitoloit yang 11 dikelilingi oleh foist. Reaksi ini
biasanya membutuhkan waktu 10-20 jam (Ardiansyah, 2012).

G. Pathway
H. Penatalaksanaan Medis
1. Farmakologis
Tujuan pengobatan Tuberculosis ialah memusnahkan basil tuberkulosis dengan
cepat dan mencegah kambuh. Obat yang digunakan untuk Tuberculosis
digolongkan atas dua kelompok yaitu :
a. Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin,
Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang
masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan
obat-obat ini.
b. Obat sekunder : Exionamid, Paraminosalisilat, Sikloserin, Amikasin,
Kapreomisin dan Kanamisin (Depkes RI, 2011).
2. Non farmakologis
Tindakan yang dapat dilakukan pada pasien tuberkulosis dengan masalah
keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif yaitu latihan batuk efektif, napas
dalam dan pengaturan posisi (semi atau high fowler).
a. Batuk Efektif
Batuk Efektif merupakan suatu upaya untuk mengeluarkan dahak dan
menjaga paru-paru agar tetap bersih, di samping dengan memberikan
tindakkan nebulizer dan postural drainage. Batuk efektif dapat dilakukan
pada pasien dengan cara diberikan posisi yang sesuai agar pengeluaran dahak
dapat lancar. Batuk efektif ini merupakan bagian tindakkan keperawatan
untuk pasien dengan gangguan pernapasan akut dan kronik (Alie & Rodiyah,
2013).
b. Tujuan Batuk Efektif
Batuk efektif dan napas dalam merupakan teknik batuk efektif yang
menekankan inspirasi maksimal yang dimulai dari ekspirasi, yang bertujuan
untuk (Alie & Rodiyah, 2013):
 Merangsang terbukanya sistem kolateral
 Meningkatkan distribusi ventilasi
 Meningkatkan volume paru
 Memfasilitasi pembersihan saluran napas
c. Manfaat Batuk Efektif
Pemberian latihan batuk efektif beserta teknik melakukannya akan
memberikan manfaat. Manfaat dari batuk efektif yaitu untuk melonggarkan
dan melegakan saluran pernapasan maupun mengatasi sesak akibat adanya
lendir yang memenuhi saluran pernapasan.Lendir, baik dalam bentuk dahak
(sputum) maupun sekret dalam hidung, timbul akibat adanya infeksi pada
saluran pernapasan maupun karena sejumlah penyakit yang di derita
seseorang (Alie & Rodiyah, 2013).

I. Komplikasi
Komplikasi Tb paru apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan
komplikasi. Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada penderita Tb parudibedakan
menjadi dua (Sudoyo, 2009)
1. Komplikasi dini: plueuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus Poncet’s
arthropathy
2. Komplikasi stadium lanjut:
a. Hemoptisis masif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena sumbatan jalan nafas atau syok
hipovolemik
b. Kolaps lobus akibat sumbatan duktus
c. Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru
d. Pnemotoraks spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/blep yang pecah
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal, dan
sebagainya
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. B DENGAN DIAGNOSA TBC
(TUBERKULOSIS)

KASUS
Seorang pasien datang ke UGD RS Widya Dharma Husada Tangerang tanggal 13
Maret 2021 dengan keluhan batuk dan sesak berat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit, pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit tuberkulosis paru dan sedang
minum obat paru sudah 2 bulan, pasien mengatakan sudah kehilangan BB kurang lebih
sejak 2 bulan SMRS. Pasien masuk ruang rawat inap Anyelir tanggal 15 Maret 2021
dengan diagnosa TB Paru. Identitas pasien nama Tn. B, No RM 278034, umur 64 tahun,
agama Islam, Pendidikan SMA, pekerjaan buruh harian lepas, suku betawi, bangsa
Indonesia, alamat Jl. Pinus Barat II No. 38 RT 1/24, Pamulang Barat.
Saat ini pasien masih mengeluh batuk dan sesak. Pasien terpasang O2 10 LPM
NRM, tampak sesak dan kurang nyaman saat istirahat. Pasien mengatakan ibunya pernah
terkena penyakit yang sama dengan pasien. Pasien mengatakan tisak mempunyai alergi
obat atau makanan.
PENGKAJIAN
I. Biodata.
A. Identitas pasien.
 Nama :Tn. B (Laki-laki, 64 tahun).
 Suku/bangsa : Betawi/Indonesia.
 Agama : Islam
 Status perkawinan : kawin
 Pendidikan/pekerjaan : SMA/ buruh harian lepas
 Bahasa yang digunakan : Indonesia
 Alamat : Jl. Pinus Barat II No. 38 RT 1/24, Pamulang Barat
B. Penanggung jawab pasien : Anak

II. Alasan masuk rumah sakit


 Alasan dirawat : batuk dan sesak berat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit, pasien mempunyai riwayat penyakit tuberkulosis paru
 Keluhan utama : Saat ini pasien masih mengeluh batuk dan sesak nafas
III. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sebelum sakit ini : mempunyai riwayat tuberkulosis
 Riwayat kesehatan sekarang : mengeluh batuk dan sesak nafas
 Riwayat kesehatan keluarga : ibunya pernah terkena penyakit yang sama dengan
pasien.
IV. Aktivitas sehari-hari

Aktivitas sehari- Pre-masuk rumah sakit Di rumah sakit


hari
A. Makan dan
minum
1. Nutrisi Pola makan tidak teratur, makan 2 kali sehari dengan
tetapi tidak ada napsu porsi ½ dari porsi yang
makan. Bb berkurang disediakan rumah sakit,
Minum air putih dengan Minum air putih 2-3 gelas
2. Minum kalau haus saja dan teh hangat 2-3 gelas. +
1000 cc/hari
B. Eliminasi Bab lancar sehari sekali Pasien menggunakan
tidak ada gangguan atau pempers untuk kencing
kelainan. Bak sering karena merasa lemas dan
sesak untuk pergi ke kamar
mandi, jumlah urine +
2000cc
buang air besar 2 hari sekali,
konsistensi lunak, bau khas,
warna kuning kecoklatan
C. Istirahat dan tidur Pasien tidak bisa istirahat Pasien bisa istirahat di
dan tidur karena sesak tempat tidur walau
saat tiduran mengalami sesak tetapi telah
terpasang oksigen
D. Aktivitas Pasien buruh harian lepas, Pasien mengatakan tidak
sehari-hari hanya aktivitas bisa melakukan aktivitasnya
dirumah karena batuk dan sesak nafas
E. Kebersihan diri Mandi sehari 2 kali Pasien mengatakan belum
mandi sejak masuk ruang
rawat inap, sikat gigi 2 kali
sehari, kuku tampak bersih.
F. Rekreasi Tidak ada Hanya ingin bercerita dengan
petugas.
V. Psikososial.
 Psikologis : Pasien sudah mengetahui penyakitnya dan mempunyai semangat untuk
sembuh. Pasien selalu berdoa untuk kesembuhan dirinya
 Sosial : pasien dengan dengan istri dan anaknya, aktif dalam kegiatan pengajian di
masjid dekat rumahnya dan kegiatan di rtnya
 Spiritual : solat 5 kali dalam sehari dan rajin tadarus al-quran

VI. Pemeriksaan fisik ditemukan


 TTV
TD: 90/59 N: 90 S: 37,1 RR: 28, SPO2: 94% dengan menggunakan O2 10 LPM
dan 86% tidak menggunakan oksigen.
 Pernafasan
Pasien mengeluh sesak dan batuk, pola nafas tidak teratur, jenis pernapasan dipsneu,
auskultasi ronchi.
 Kardiovaskular
Irama jantung reguler, bunyi jantung normal, CRT kurang dari 2 detik, akral hangat.
 Persyarafan
GCS 15 (E=4 V=5 M=6)
 Persyarafan
Respek fisiologis normal, refleks patologis: normal. Pasien mengatakan agak
kurang nyaman saat istirahat karena batuk mengganggu, terkadang bangun dimalam
hari karena batuk tersebut.
 Penginderaan
Pasien mengatakan tidak mempunyai gangguan penglihatan. Pupil isokor,
konjungtiva tidak anemis/ ikterik, pasien tidak memiliki gangguan pendengaran dan
penciuman.
 Perkemihan
Kebersihan: bersih, pasien mengatakan jumlah urin selama 24 jam kurang lebih
2000 cc, warna kuning, bau khas. Pasien menggunakan pempers untuk kencing
karena merasa lemas dan sesak untuk pergi ke kamar mandi.
 Pencernaan
Pasien mengalami penurunan nafsu makan, BB 55 Kg, pasien mengatakan makan 2
kali sehari dengan porsi ½ dari porsi yang disediakan ruamah sakit, tetapi terkadang
tidak habis setengahnya. Pasien mengatakan minum kurang lebih sebanyak sebotol
besar/ 1liter perhari. Mulut tampak kering, tidak terdapat stomatitis, abdomen
tampak simetris, peristaltik 10x/ mnt, tidak terdapat pembesaran hepar dan lien.
Pasien mengatakan buang air besar 2 hari sekali, konsistensi lunak, bau khas, warna
kuning kecoklatan.
 Muskoloskeletal/ integument
Pasien mengeluh lemas, pergerakan sendi terbatas, kekuatan otot, warna kulit sawo
matang, turgor kulit sedang, tidak terdapat oedema dan luka.
 Endokrin
Tidak terdapat pembesaran tyroid, tidak mengalami hiperglikemia/ hipoglikemia.
 Personal hygiene
Pasien mengatakan belum mandi sejak masuk ruang rawat inap, sikat gigi 2 kali
sehari, kuku tampak bersih.
 Sosio-Psiko-Spiritual
Pasien mengatakan orang yang paling dekat dengannya adalah istri dan anaknya,
pasien selalu berdoa untuk kesehatan dirinya.

VII. Pemeriksaan penunjang:


Hasil Laboratorium tanggal 13 Maret 2021
HB : 11,3
Leukosit : 8,5
Ertrosit : 3,9
Hematokrit : 32
Trombosit : 405
SGOT : 393
SGPT : 188
D-Dimer : 1820
GDS Sewaktu : 131
Hasil Ronthen Thorax Tanggal 13 Maret 2021
- Cor sulit dinilai
- Sinuses dan diafragma berselubung
- Pulmo:
 Hili kabur
 Corakan bronkovaskuler sulit dinilai
 Tampak infiltrat pada kedua lapang paru
 Tampak rongga lusen avaskuler di hemithorak atas-basah kiri
Kesan:
TBC paru aktif dengan efusi pleura kanan
Pneumothorax sinistra
VIII. Terapi
Curcuma 3x1
OAT FDC 1X4
Levofloxacyn 1x750 mg
Flumucyl 3x1
Methilprednisolone 2x62,5 mg
Ondancentron 3x4 mg

DATA FOKUS

Data Subjektif Data Objektif


Pasien mengatakan batuk pola nafas tidak teratur
Pasien mengatakan sesak berat sejak 1 minggu terdapat sputum belebih
sebelum masuk rumah sakit jenis pernapasan dispnea
Pasien mengatakan mempunyai riwayat auskultasi ronchi
penyakit tuberkulosis paru dan sedang minum tampak sesak dan kurang nyaman saat istirahat
obat paru sudah 2 bulan Mulut tampak kering
Pasien mengatakan tidak nafsu makan dan mual peristaltik 10x/ mnt
Pasien mengatakan sudah kehilangan BB kurang Pasien menggunakan pempers untuk kencing
lebih sejak 2 bulan SMRS. karena merasa lemas dan sesak untuk pergi ke
Pasien mengatakan makan 2 kali sehari dengan kamar mandi
porsi ½ dari porsi yang disediakan ruamah sakit Pergerakan sendi tebatas
Pasien mengeluh lemas hasil TTV:
Pasien mengatakan tidak bisa melakukan TD: 90/59mmhg S: 37,1⁰C
aktivitasnya karena batuk dan sesak nafas N: 90x/ menit RR: 28x/menit
Kebutuhan oksigen
SPO2: 94% dengan menggunakan O2 10 LPM
86% tidak menggunakan oksigen.
Bb Sebelum Sakit : 60 Kg,
Selama Sakit : 55 Kg
Hitung BB pasien : BB Normal (Tinggi Badan –
100)
165 – 100 = 65kg
Jadi, BB pasien ≤ normal = pasien mengalami
penurunan BB sudah 10%

ANALISA DATA
Data Pendukung Masalah Etiologi
Data subjektif: Bersihan jalan nafas tidak Proses penyakit
 Pasien mengatakan batuk efektif (TBC)
 Pasien mengatakan sesak berat sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit
 Pasien mengatakan mempunyai
riwayat penyakit tuberkulosis paru
dan sedang minum obat paru sudah 2
bulan
Data objektif:
 Pola nafas tidak teratur
 Terdapat sputum berlebih
 Jenis pernapasan dipsneu
 Auskultasi ronchi
 Tampak sesak dan kurang nyaman
saat istirahat
 Kebutuhan oksigen
SPO2: 94% dengan menggunakan O2
10 LPM
86% tidak menggunakan oksigen
 Hasil TTV: RR: 28x/menit
Data Subjektif: Defisit Nutrisi Ketidakmampuan
 Pasien mengatakan tidak nafsu makan mencerna makanan
dan mual
 Pasien mengatakan sudah kehilangan
BB kurang lebih sejak 2 bulan SMRS.
 Pasien mengatakan makan 2 kali
sehari dengan porsi ½ dari porsi yang
disediakan rumah sakit
Data Objektif:
 Mulut tampak kering
 peristaltik 10x/ mnt
 Perhitungan BB
Selama Sakit : 55 Kg
Hitung BB pasien : BB Normal (Tinggi
Badan – 100)
165 – 100 = 65kg
Jadi, BB pasien ≤ normal = pasien
mengalami penurunan BB sudah 10%
Data Subjektif: Intoleransi Aktivitas Kelemahan
 Pasien mengeluh lemas
 Pasien mengatakan tidak bisa
melakukan aktivitasnya karena batuk
dan sesak nafas
Data Objektif :
 Pasien menggunakan pempers untuk
kencing karena merasa lemas dan
sesak untuk pergi ke kamar mandi
 Pergerakan sendi tebatas

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Proses Infeksi (TBC) ditandai
dengan Batuk dan Sesak Nafas (D.0001)
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan Mencerna Makanan ditandai
dengan Tidak Nafsu Makan dan Mual (D.0019)
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan ditandai dengan Mengeluh
Lemas (D.0056)
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama pasien : Tn. B Nama Mahasiswa : Sutra Camelia
Ruang : Anyelir NPM : 171030100233
No.M.R. : 278034

No Tanggal Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


dan jam Keperawata Hasil
n (PES)
1. 15/03/2021 Bersihan Jalan Nafas Setelah dilakukan Latihan batuk efektif
Jam 09.00 Tidak Efektif tindakan (I.01006)
berhubungan dengan keperawatan 1x Observasi
Proses Infeksi (TBC) 24jam diharapkan - Identifikasi kemampuan
ditandai dengan bersihan jalan nafas batuk
meningkat - Monitor adanya retensi
Data subjektif Kriteria Hasil sputum
 Pasien mengatakan Bersihan jalan nafas: - Monitor tanda dan gejala
batuk  Batuk efektif infeksi saluran nafas
 Pasien mengatakan meningkat (5) - Monitor input dan output
sesak berat sejak 1  Produksi sputum cairan (mis, jumlah dan
minggu sebelum menurun (5) karateristik)
masuk rumah sakit  Mengi menurun - Terapeutik
 Pasien mengatakan (5) - Atur posisi semi fowler atau
mempunyai riwayat  Dyspnea fowler
penyakit membaik (5) - Pasang perlak dan bengkok
tuberkulosis paru  Frekuensi nafas di pangkuan pasien
dan sedang minum membaik (5) - Buang sekret pada tempat
obat paru sudah 2  Pola nafas sputum
bulan membaik (5) Edukasi
(L.01001) - Jelaskan tujuan dan
Data objektif: prosedur batuk efektif
 Pola nafas tidak - Anjurkan tarik nafas dalam
teratur melalui hidung selama 4
 Terdapat sputum detik, ditahan selama 2
berlebih detik, kemudian keluarkan
 Jenis pernapasan dari mulut dengan bibir
dipsneu mencucu (dibulatkan)
 Auskultasi ronchi selama 8 detik
 Tampak sesak dan - Anjurkan mengulangi tarik
kurang nyaman saat nafas dalam hingga 3 kali
istirahat - Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik nafas
 Kebutuhan oksigen
dalam yang ke-3
SPO2: 94% dengan
menggunakan O2
10 LPM
86% tidak Kolaborasi
menggunakan - Kolaborasi pemberian
oksigen mukolitik atau ekspektoran
 Hasil TTV: RR: jika perlu
28x/menit

2. 15/03/2021 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi


Jam 09.00 berhubungan dengan tindakan (1.03119)
Ketidakmampuan keperawatan 1x Observasi :
Mencerna Makanan 24jam diharapkan - Identifikasi status nutrisi
ditandai dengan masalah Defisit - Identifikasi alergi dan
Nutrisi Membaik. intoleransi makanan
Data Subjektif: Kriteria Hasil - Identifikasi makanan yang
 Pasien mengatakan Status Nutrisi : disukai
tidak nafsu makan  Porsi makan - Identifikasi kebutuhan
dan mual yang dihabiskan kalori dan jenis nutrient
 Pasien mengatakan meningkat (5) - Identifikasi perlunya
sudah kehilangan  Frekuensi makan penggunaan selang
BB kurang lebih membaik (5) nasogastric
sejak 2 bulan  Nafsu makan - Monitor asupan makanan
SMRS. membaik (5) - Monitor berat badan
 Pasien mengatakan  Berat badan - Monitor hasil
makan 2 kali sehari membaik (5) Laboratorium
dengan porsi ½ dari  Membran Terapeutik
porsi yang mukosa membaik - Lakukan oral hygiene
disediakan rumah (5) sebelum makan. Jika perlu
sakit (L.03030) - Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis,
Data Objektif: piramida makanan)
 Mulut tampak - Sajikan makanan secara
kering menarik dan suhu yang
 Peristaltik 10x/ mnt sesuai
 Perhitungan BB - Berikan makanan tinggi
Selama Sakit : 55 serat untuk mencegah
Kg konstipasi
Hitung BB pasien : - Berikan makanan tinggi
BB Normal (Tinggi kalori dan tinggi protein
Badan – 100) - Berikan suplemen makan,
165 – 100 = 65kg jika perlu
Jadi, BB pasien ≤ Edukasi:
normal = pasien - Anjurkan posisi duduk,
mengalami jika mampu
penurunan BB - Ajarkan program diet yang
sudah 10% diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri
antlemetik) jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika perlu

3. 15/03/2021 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Terapi Aktivitas (1.05186)


Jam 09.00 berhubungan tindakan Observasi
dengan kelemahan keperawatan selama - Identifikasi defisit tingkat
ditandai dengan 2 x24 jam aktifitas
diharapkan - Identifikasi kemampuan
Data Subjektif: intoleransi aktivitas berpartisipasi dalam
 Pasien mengeluh meningkat dengan aktivitas tertentu
lemas kriteria hasil : - Identifikasi sumber daya
 Pasien mengatakan Toleransi aktivitas: untuk aktivitas yang
tidak bisa  Keluhan lelah diinginkan
melakukan menurun (5) - Identifikasi strategi
aktivitasnya karena  Perasaan lemah meningkatkan partisispasi
batuk dan sesak menurun (5) dalam aktivitas
nafas  Dipsnea saat - Identifikasi makna
aktivitas aktivitas rutin (mis.
Data Objektif : menurun (5) Bekerja) dan waktu luang
 Pasien  Kemudahan - Monitor respons
menggunakan dalam emosional, fisik, sosial,
pempers untuk melakukan dan spiritual terhadap
kencing karena aktivitas sehari- terhadap aktivitas
merasa lemas dan hari meningkat
sesak untuk pergi (5) Terapeutik
ke kamar mandi (L.05047) - Fasilitasi fokus pada
 Pergerakan sendi kemampuan, bukan defisit
tebatas yang dialami
- Sepakati komitmen untuk
meningkatkan frekuensi
dan rentang aktivitas
- Fasilitasi memilih aktivitas
dan tetapkan tujuan
aktivitas yang konsisten
sesuai kemampuan fisik
psikologi dan sosial
- Koordinasikan pemilihan
aktivitas sesuai usia
- Fasilitasi makna aktivitas
yang di pilih
- Fasilitasi pasien dan
keluarga dalam
menyesuaikan lingkungan
untuk mengakomodasi
aktivitas yang dipilih
- Fasilitasi aktivitas fisik
rutin (mis ambulasi,
mobilisasi, dan perawatan
diri) sesuai kebutuhan
- Fasilitasi aktivitas
pengganti saat mengalami
keterbatasan waktu, energi,
atau gerak
- Fasilitasi aktivitas motorik
kasar untuk pasien
hiperaktif
- Tingkatkan aktivitas fisik
untuk memelihara berat
badan, jika sesuai
- Fasilitasi aktivitas motorik
untuk merelaksasi otot
- Fasilitasi aktivitas dengan
komponen memori implisit
dan emosional untuk
pasien demensia, jika
sesuai
- Libatkan keluarga dalam
aktivitas, jika perlu
- Fasilitasi mengembangkan
motivasi dan penguatan
diri
- Fasilitasi pasien dan
keluarga memantau
kemajuaanya sendiri untuk
mencapai tujuan
- Jadwalkan aktivitas dalam
rutinitas sehari-hari
- Berikan penguatan positif
atas partisipasi dalam
aktivitas

Edukasi
- Jelaskan metode aktivitas
sehari-hari jika perlu
- Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
- Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, social,
spiritual, dan kognitif
dalam menjaga fungsi dan
kesehatan
- Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok atau
terapi jika sesuai
- Anjurkan keluarga untuk
memberi penguatan positif
atas partisipasi
dalamaktifitas
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan terapis
okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas, jika sesuai
- Rujuk pada pusat atau
program aktifitas
komunitas, jika perlu

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : Tn. B
Diagnosis Medis : TBC
Ruang Rawat : Anyelir

Tgl/ Jam No. Implementasi SOAP


DK
15/03/2021 1 Latihan batuk efektif (I.01006) S = Pasien
Observasi mengatakan masih
13.00
- Mengidentifikasi kemampuan batuk sesak nafas
Terapeutik
- Mengatur posisi semi fowler atau O = sputum belum
fowler keluar, Rr pasien
- Memasang perlak dan bengkok di
normal: 20x/menit
pangkuan pasien
- Membuang sekret pada tempat sputum
Edukasi A = Masalah belum
- Menjelaskan tujuan dan prosedur batuk teratasi
efektif
- Mengajurkan tarik nafas dalam melalui P = Lanjutkan
hidung selama 4 detik, ditahan selama intervensi.
2 detik, kemudian keluarkan dari mulut Anjurkan tarik nafas
dengan bibir mencucu (dibulatkan) dalam melalui
selama 8 detik hidung selama 4
- Menganjurkan mengulangi tarik nafas detik, ditahan selama
dalam hingga 3 kali 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut
- Menganjurkan batuk dengan kuat dengan bibir
langsung setelah tarik nafas dalam mencucu
yang ke-3 (dibulatkan) selama 8
detik
Anjurkan
mengulangi tarik
nafas dalam hingga 3
kali
Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung setelah
tarik nafas dalam
yang ke-3

15/03/2021 2 Manajemen Nutrisi (1.03119) S = pasien


13.00 Observasi mengatakan tidak
- Mengidentifikasi status nutrisi nafsu makan

- Memonitor asupan makanan O = pasien


- Memonitor berat badan menghabiskan 1/2
porsi makan,
Terapeutik
Membran mukosa
- Memberikan makanan tinggi lembab
kalori dan tinggi protein Belum ada kenaikan
BB
Edukasi
- Mengajarkan program diet sehat A = masalah belum
teratasi
Kolaborasi
- Berkolaborasi pemberian medikasi P = Lanjutkan
sebelum makan Pereda nyeri intervensi
Memonitor asupan
antilemetik makanan dan berat
badan, memberikan
makanan tinggi
kalori dan tinggi
protein
15/03/2021 3 Terapi Aktivitas (1.05186) S = Pasien
13.00 Observasi mengatakan masih
terasa Lelah
- Mengidentifikasi defisit tingkat
aktivitas O = pasien terlihat
bisa melakukan
Terapeutik aktivitas tanpa
- Menyepakati komitmen untuk dibantu (makan,
mandi)
meningkatkan frekuensi dan
rentang aktivitas A = masalah belum
- Memfasilitasi memilih aktivitas teratasi
dan tetapkan tujuan aktivitas yang
P = lanjutkan
konsisten sesuai kemampuan fisik intervensi
psikologi dan sosial Memfasilitasi
aktifitas fisik rutin
- Memfasilitasi aktivitas fisik rutin mobilisasi
mobilisasi sesuai kebutuhan
Edukasi
- Menjelaskan metode aktivitas
sehari-hari
- Mengajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
Kolaborasi
- Berkolaborasi dengan terapis
okupasi dalam merencanakan dan
memonitor program aktivitas

Tgl/ Jam No. Implementasi SOAP


DK
16/03/2021 1 Latihan batuk efektif (I.01006) S = Pasien
Observasi mengatakan sudah
13.00
- Mengidentifikasi kemampuan batuk tidak terlalu sesak
Terapeutik nafas
- Mengatur posisi semi fowler atau
fowler O = sputum keluar,
- Memasang perlak dan bengkok di Rr pasien normal:
pangkuan pasien
22x/menit
- Membuang sekret pada tempat sputum
Edukasi
- Menjelaskan tujuan dan prosedur batuk A = Masalah teratasi
efektif sebagian
- Mengajurkan tarik nafas dalam melalui
hidung selama 4 detik, ditahan selama P = Lanjutkan
2 detik, kemudian keluarkan dari mulut intervensi,
dengan bibir mencucu (dibulatkan) Anjurkan tarik nafas
selama 8 detik dalam melalui
- Menganjurkan mengulangi tarik nafas hidung selama 4
dalam hingga 3 kali detik, ditahan selama
- Menganjurkan batuk dengan kuat 2 detik, kemudian
langsung setelah tarik nafas dalam keluarkan dari mulut
yang ke-3 dengan bibir
mencucu
(dibulatkan) selama 8
detik
Anjurkan
mengulangi tarik
nafas dalam hingga 3
kali
Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung setelah
tarik nafas dalam
yang ke-3

16/03/2021 2 Manajemen Nutrisi (1.03119) S = pasien


13.00 Observasi mengatakan tidak
- Mengidentifikasi status nutrisi nafsu makan

- Memonitor asupan makanan O = pasien


- Memonitor berat badan menghabiskan 1/2
porsi makan,
Terapeutik
Membran mukosa
- Memberikan makanan tinggi lembab
kalori dan tinggi protein Belum ada kenaikan
BB
Edukasi
- Mengajarkan program diet sehat A = masalah teratasi
Sebagian
Kolaborasi
- Berkolaborasi pemberian medikasi P = Lanjutkan
sebelum makan Pereda nyeri intervensi
Memonitor asupan
antilemetik makanan dan berat
badan, memberikan
makanan tinggi
kalori dan tinggi
protein
16/03/2021 3 Terapi Aktivitas (1.05186) S = Pasien
13.00 Observasi mengatakan masih
terasa Lelah
- Mengidentifikasi defisit tingkat
aktivitas O = pasien terlihat
bisa melakukan
Terapeutik
aktivitas tanpa
- Menyepakati komitmen untuk dibantu (makan,
meningkatkan frekuensi dan mandi)

rentang aktivitas A = masalah teratasi


- Memfasilitasi memilih aktivitas Sebagian
dan tetapkan tujuan aktivitas yang
P = lanjutkan
konsisten sesuai kemampuan fisik intervensi
psikologi dan sosial Memfasilitasi
aktifitas fisik rutin
- Memfasilitasi aktivitas fisik rutin mobilisasi
mobilisasi sesuai kebutuhan
Edukasi
- Menjelaskan metode aktivitas
sehari-hari
- Mengajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
Kolaborasi
- Berkolaborasi dengan terapis
okupasi dalam merencanakan dan
memonitor program aktivitas

Tgl/ Jam No. Implementasi SOAP


DK
17/03/2021 1 Latihan batuk efektif (I.01006) S = Pasien
Observasi mengatakan sudah
16.00
- Mengidentifikasi kemampuan batuk tidak sesak nafas
Terapeutik
- Mengatur posisi semi fowler atau O = sputum sudah
fowler keluar, Rr pasien
- Memasang perlak dan bengkok di
normal: 22x/menit
pangkuan pasien
- Membuang sekret pada tempat sputum A = Masalah teratasi
Edukasi
- Menjelaskan tujuan dan prosedur batuk P = Intervensi
efektif dihentikan.
- Mengajurkan tarik nafas dalam melalui nafas dalam hingga 3
hidung selama 4 detik, ditahan selama kali
2 detik, kemudian keluarkan dari mulut Anjurkan batuk
dengan bibir mencucu (dibulatkan) dengan kuat
selama 8 detik langsung setelah
- Menganjurkan mengulangi tarik nafas tarik nafas dalam
dalam hingga 3 kali
yang ke-3
- Menganjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik nafas dalam
yang ke-3
17/03/2021 2 Manajemen Nutrisi (1.03119) S = pasien
16.00 Observasi mengatakan sudah
- Mengidentifikasi status nutrisi mulai nafsu makan

- Memonitor asupan makanan O = pasien


- Memonitor berat badan menghabiskan 1
porsi makan,
Terapeutik Membran mukosa
- Memberikan makanan tinggi lembab
kalori dan tinggi protein sudah ada kenaikan
BB
Edukasi A = masalah teratasi
- Mengajarkan program diet sehat
P = Intervensi
Kolaborasi
dihentikan
- Berkolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan Pereda nyeri
antilemetik
17/03/2021 3 Terapi Aktivitas (1.05186) S = Pasien
16.00 Observasi mengatakan terasa
lebih baik
- Mengidentifikasi defisit tingkat
aktivitas O = pasien terlihat
bisa melakukan
Terapeutik aktivitas tanpa
- Menyepakati komitmen untuk dibantu (makan,
mandi)
meningkatkan frekuensi dan
rentang aktivitas
A = masalah teratasi
- Memfasilitasi memilih aktivitas P = Intervensi
dihentikan
dan tetapkan tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai kemampuan fisik
psikologi dan sosial
- Memfasilitasi aktivitas fisik rutin
mobilisasi sesuai kebutuhan
Edukasi
- Menjelaskan metode aktivitas
sehari-hari
- Mengajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
Kolaborasi
- Berkolaborasi dengan terapis
okupasi dalam merencanakan dan
memonitor program aktivitas
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff, Hood & Abdul Mukty. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga
University Press.

Andra F.S & Yessie M.P. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta. Nuha Medika

Dwi Sarah Rahmaniar. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tuberkulosis Paru Di
Ruang Paru Rsup Dr. M. Djamil Padang. Poltekkes Kemenkes Padang. 25 (2005-2017)

Elin Arlina. 2020. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tb Paru Di Puskesmas Siak Hulu I
Kabupaten Kampar Tahun 2020. Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau

Fajar Bagaskara. 2019. Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Pada Ny. S Dan Ny. M Dengan
Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Di Ruang Melati Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2019. Fakultas Keperawatan Universitas
Jember

Liyandita Caesar Alfinri. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tb Paru Di Ruang
Seruni Rsud Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Kalimantan Timur

PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan indikator Keperawatan. Edisi
1 cetakan III. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Edisi 1 cetakan II. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan.
Edisi 1 cetakan II. Jakarta: DPP PPNI..

Sitti Maryam, Bachtiar. 2018. Penerapan Askep Pada Pasien Tn. B Dengan Tuberkulosis Paru
Dalam Pemenuhan Kebutuhan Keamanan Dan Keselamatan. Akper Muhammadiyah
Makassar

Anda mungkin juga menyukai