Anda di halaman 1dari 75

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH VIDEO ANIMASI TERHADAP PENGETAHUAN


REMAJA TENTANG KESIAPSIAGAAN BANJIR DI KP.
PANGLIGARAN RW 02 GARUT

OLEH :
ERI IRIYANTO
NIM. 171030100161

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Penelitian dengan judul :

PENGARUH VIDEO ANIMASI TERHADAP PENGETAHUAN


REMAJA TENTANG KESIAPSIAGAAN BENJIR DI KP.
PANGLIGARAN RW 02 GARUT

Telah disetujui untuk diujikan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Program


Studi S-1 Keperawatan STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

Pamulang, 10 Maret 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Ni Bodro Ardi S. Kep., M.Kep Ns. Nita Ekawati S. Kep., M.Kep
NIDN. 0410048406 NIDN. 0418018403

Mengetahui
Ketua Program Studi S.1 Keperawatan

Ns. Dewi Fitriani, S.Kep., M.Kep


NIDN : 0317107603

I. LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Eri Iriyanto

NIM : 171030100161

Tempat dan tanggal lahir : Garut, 17 September 1998

Menyatakan bahwa Karya Ilmiah (Proposal Skripsi) yang berjudul


“Pengaruh Video Animasi Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang
Kesiapsiagaan Banjir Di Kp. Pangligaran Rw 02 Garut” adalah bukan karya
tulis ilmiah orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam
bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.

Demikian penyataan ini saya buat dengan sebenar dan apabila pernyataan
ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi akademis.

Tangerang, 25 Maret 2021

Yang membuat pernyataan,

Eri Iriyanto

NIM. 171030100161

II. KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas segala kuasa dan

karunia yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi

dengan judul “pengaruh vidio animasi terhadap pengetahuan remaja tentang

kesiapsiagaan banjir di kp. Pangligaran rw 02 garut”. Proposal Skripsi ini di

ajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana

Keperawatan pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Widya

Dharma Husada Tangerang.

Dalam menyelesaikan Proposal Skripsi ini penulis menyadari bahwa banyak

mendapat bantuan berupa bimbingan, arahan dan saran dari beberapa pihak.

Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih

kepada:

1. Dr (HC) Drs. H. Darsono selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Widya Dharma Husada Tangerang yang telah memberikan

sarana dan prasarana dalam memfasilitasi perkuliahan.

2. Ns. Riris Andriati, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Widya Dharma Husada Tangerang yang telah memberikan

pengarahan dan perizinan bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Dr. H. Hasan SKM., M.Kes selaku Wakil Ketua I Bidang akademik

STIKes Widya Dharma Husada Tangerang yang telah memberikan

saran – saran kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan proposal

skripsi ini.
4. Siti Novy Romlah, SST., M.Epid selaku Wakil Ketua II Bidang

Administrasi dan Keuangan yang telah memberikan motivasi dalam

penyusunan proposal skripsi ini.

5. Ida Listiana, SST., M.Kes selaku Wakil Ketua III Bidang

Kemahasiswaan yang telah memberi motivasi dan dukungan dalam

penyusunan proposal skripsi ini.

6. Ns. Dewi Fitriani, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan dan Pendidikan Profesi Ners STIKes Widya Dharma

Husada Tangerang yang telah memberi izin terkait penelitian ini.

7. Ns. Ni Bodro Ardi S.kep, M.Kep selaku Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan materi serta motivasi dalam penyusunan

Proposal Skripsi ini.

8. Ns. Nita Ekawati, S.Kep., M.Kep selaku Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan teknisi serta motivasi dalam penyusunan

Proposal Skripsi ini.

9. Seluruh dosen dan staf tata usaha STIKes Widya Dharma Husada

Tangerang yang telah memberikan bimbingan dan pengetahuan serta

fasilitas dalam mengikuti pendidikan hingga penyelesaian Proposal

Skripsi ini.

10. Kedua orangtua, kakak, adik beserta keluarga tercinta yang selalu

memberikan dukungan moril maupun materil, perhatian, nasihat, cinta

dan kasih sayang serta do’a dalam memudahkan setiap langkah penulis

sejak awal sampai akhir perkuliahan ini.


11. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan Proposal

Skripsi ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Terimakasih, semoga dengan bantuan dan dukungan yang telah kalian

berikan mendapat balasan pahala dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan

semoga Proposal Skripsi ini bermanfaat untuk orang banyak.

Dengan berbagai keterbatasan dalam pembuatan proposal skripsi ini,

penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih banyak

ditemukan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat

membanguan sangat diharapkan guna perbaikan laporan penelitian ini.

Akhir kata semoga hasil penlitian ini bermanfaat bagi perkembangan

ilmu pengetahuan pada umumnya dan profesi keperawatan khusunya.

Tangerang, 25 Maret 2021

Eri Iriyanto
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR BAGAN
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejadian bencana banjir menempati urutan pertama di dunia yang

mencapai 55% (Bakornas, 2015). Bencana banjir juga sering terjadi di

dunia dan mempengaruhi rata-rata sekitar 70 juta orang setiap tahun

(UNISDR, 2011, dalam Surminski, 2013).

Negara Indonesia adalah negara maritim yang wilayahnya terdiri dari

perairan kurang lebih 70,8% dari luas permukaan bumi (Wahyuningsih,

2014). Intensitas hujan yang tinggi menjadikan Indonesia sebagai

kawasan bencana banjir (BNPB, 2016). Banjir merupakan suatu

keadaan yang terjadi pada saat aliran air melebihi volume air (Mistra,

2015). Banjir membawa dampak bagi masyarakat seperti korban jiwa,

hilangnya mata pencaharian, hilangnya harta benda, kerusakan rumah,

dan fasilitas umum (Mistra, 2015).

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2018) di Jawa

Barat terjadi bencana banjir dengan 679 kejadian, sebanyak 119 korban

meninggal dan hilang, 221 korban luka-luka,1.547.822 yang

terdampak dan mengungsi, keadaan rumah rusak berat sebanyak 875

unit, rumah dengan keadaan rusak sedang sebanyak 330 unit, dengan

keadaan rusak ringan 3.015 unit, jumlah rumah yang terendam 228.130

unit, fasilitas kesehatan yang rusak sebanyak 35, fasilitas peribadatan


335 unit yang rusak, dan fasilitas pendidikan sebanyak 368 unit yang

rusak.

Dari hasil rekapitulasi data yang diperoleh dari Badan Penanggulangan

Bencana Daerah kabupaten Garut dari tahun 2014-2016. Pada tahun

2014 telah terjadi bencana banjir sebanyak 27 kali diantaranya di

wilayah Malangbong, Kadungora, Cikajang, Garut Kota, Tarogong

Kidul, Banjarwangi, Pangatikan, Pendeuy, dan Cibalong. Jumlah

korban yang terkena bencana banjir adalah sebanyak 727 kepala

keluarga yang berjumlah 1.216 jiwa, rumah dengan keadaan hancur 6

unit, rumah dengan keadaan rusak berat 65 unit, rumah dengan

keadaan rusak sedang 314 unit, rumah dengan keadaan rusak ringan

120 unit, rumah yang terancam rusak 14, unit, taksiran kerugian

mencapai Rp. 1.272.000.000,-.

Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah banjir terbesar

dan terparah di Garut terjadi pada tahun 2016 yang menerjang tujuh

kecamatan di Garut dengan 20 orang meninggal, 15 orang hilang, 59

orang luka-luka, dan 725 di ungsikan.

Menurut International Federation of Red Cross and Red Crescent

Societies (2017), kesiapsiagaan bencana mengacu pada tindakan yang

diambil untuk mempersiapkan dan mengurangi dampak bencana.

Artinya, untuk memprediksi dan, jika mungkin, mencegah bencana,

mengurangi dampaknya terhadap populasi rentan, dan merespons dan

secara efektif mengatasi konsekuensinya.


Kepala badan nasional penanggulangan bencana (BNPB) doni monardo

mengatakan kesiapsiagaan merupakan salah satu faktor penting bagi

masyarakat dalam menghadapi bencana, hal itu dikatakan saat

menerima kunjungan menteri kordinator pembangunan manusia dan

kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy dan rombongan ke

kantor Graha BNPB, Jakarta, Rabu (20/11).

Kesiapsiagaan merupakan salah satu proses manajemen bencana,

pentingnya kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting dari

kegiatan pencegahan pengurangan risiko bencana (Firmansyah, 2014).

Kegiatan yang dilakukan sebagai upaya antisipasi dan pengurangan

risiko bencana dapat berupa pengetahuan yang dimiliki seseorang dan

sikap yang dilakukan.

Dalam upaya kesiap siagaan diperlukanya pengetahuan mengenai

kesiapsiagaan bencana yang dimana hal tersebut dapat mempengaruhi

sikap dan kepedulian untuk siapsiaga dalam mengantisipasi bencana.

Pengetahuan adalah fenomena yang fundamental dalam kehidupan

manusia, Tingkat pengetahuan tentang kesiapsiagaan bencana yang

dimiliki tiap individu berbeda-beda sehingga akan menimbulkan respon

yang beragam saat individu menghadapi bencana banjir (LIPI-

UNESCO/ISDR, 2006).

Menurut Notoatmodjo dalam Yuliana (2017), pengetahuan adalah hasil

penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek

melalui indera yang dimiliki (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).


Jadi pengetahuan adalah berbagai macam hal yang diperoleh oleh

seseorang melalui panca indera.

Sosialisasi akan berjalan lebih efektif jika terdapat alat peraga atau

media yang mampu menunjang berlangsungnya pendidikan kesehatan.

Alat peraga mampu membantu promosi kesehatan agar pesan kesehatan

dapat disampaikan lebih jelas dan tepat. Prinsipnya panca indra

manusia dapat menangkap dan menerima pengetahuan melalui alat

peraga, semakin banyak dan semakin jelas pengertian atau pengetahuan

yang diperoleh maka semakin banyak indra yang digunakan

(Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan tentang bencana sudah seharusnya diberikan kepada

masyarakat terutama remaja karena remaja merupakan bagian dari

masyarakat yang memiliki peran penting dalam kehidupan

bermasyarakat. Peran remaja sebagai generasi muda dalam upaya

antisipasi maupun menangani keadaan bencana dianggap sangat

penting. (Pangesti, 2012 : 8) Salah satu peran remaja saat terjadi

bencana banjir adalah tanggap darurat, remaja selalu terlibat dalam

penyelamatan baik nyawa maupun harta benda, oleh karena itu

pengetahuan dalam menghadapi bencana banjir sangat bermanfaat bagi

remaja.

Elizabeth B. Hurlock Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata

latin (adolescene), kata bendanya adolescentia yang berarti remaja yang

berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa‟‟ bangsa orang-orang


zaman purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak

berbeda dengan periode-periode lain dalam rentang kehidupan anak

dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi.

Di kemukakan oleh Jhon W. Santrock, masa remaja (adolescence) ialah

periode perkembangan transisi dari masa kanak-kanak hingga masa

dewasa yang mencakup perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan

sosial emosional.

Begitu juga pendapat dari (World Health Organization) WHO 1974

remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat

pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksualitas sampai saat ini

mencapai kematangan seksualitasnya, individu mengalami

perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak

menjadi dewasa, dan terjadi peralihan dari ketergantungan sosial yang

penuh, kepada keadaan yang relatife lebih mandiri.

Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun.

Sedangkan menurut menteri peraturan kesehatan RI nomor 25 tahun

2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 sampai 18 tahun

dan menurut badan kependudukan dan keluarga berencana nasional

(BKKBN), rentang usia remaja adalah 10 sampai 24 tahun serta belum

menikah.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Choiriyyah & Wakhid (2018)

yang berjudul aplikasi media audiovisual sebagai upaya peningkatan

pengetahuan remaja bandarjo ungaran mengatakan bahwa audiovisual


merupakan salah satu metode yang efektif untuk meningkatkan

pengetahuan.

Video animasi termasuk jenis media audio visual, yang terdapat

gerakan gambar dan suara. Animasi memberikan pengalaman belajar

yang bermakna dan serta memberikan stimulus yang lebih besar

dibandingkan membaca buku teks karena pesan berbentuk audio visual

dan gerakan pada video animasi ini memberikan kesan impresif bagi

penontonnya (Wahyu, 2015). Salah satu cara yang dapat digunakan

untuk menumbuhkan tindakan kesiapsiagaan masyarakat khusunya

pada remaja adalah dengan penyajian video animasi kesiapsiagaan

(Ferawaty, 2017).

Berdasarkan penelitian sebelumnya populasi dalam penelitian adalah

siswa SMP Candirejo 01 ungaran sebanyak 125 siswa dengan sampel

penelitian sebanyak 68 responden yang di ambil dengan teknik

proporsional random sampling, hasil penelitian menunjukan

pengetahuan siswa sebelum pembelajaran bencana menggunakan video

animasi pada kategori kurang sebanyak 31 siswa (51,1%) dan setelah

diberikan pembelajaran menggunakan video animasi dalam kategori

baik sebanyak 37 siswa (55,5). Ada perbedaan yang signifikan antara

pengetahuan kesiap siagaan bencana sebelum dan sesudah diberikan

pembelajaran menggunakan video animasi pada siswa SMP Candirejp

01.
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka peneliti

tertarik melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Video Animasi

Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Kesiapsiagaan Banjir Di Kp.

Pangligaran RW 02 Garut”

B. Rumusan Masalah

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menumbuhkan tindakan

kesiapsiagaan remaja adalah dengan penyajian video animasi

kesiapsiagaan (Ferawaty, 2017). Oleh karena itu remaja perlu

melakukan suatu usaha penanggulangan bencana banjir. Terlebih

dahulu, remaja harus memiliki pengetahuan kesiapsiagaan banjir

setelah itu remaja baru bisa mengambil sikap (Purwoko, 2015). Maka

berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat

dinyatakan rumusan masalah maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan rumusan masalah “ Apakah Ada Pengaruh Video

Animasi Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Kesiapsiagaan Banjir

Di Kp. Pangligaran Rt/Rw 02/02 Garut”

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang

Kesiap Siagaan Banjir Di Kp. Pangligaran RW 02 Garut?

2. Bagaimana Gambaran Pengaruh Video Animasi Terhadap

Pengetahuan Kesiap Siagaan Banjir Pada Remaja Di Kp.

Pangligaran RW 02 Garut?
3. Adakah Hubungan Antara Pengaruh Video Animasi Dengan

Pengetahuan Remaja Tentang Kesiap Siagaan Banjir Di Kp.

Pangligaran RW 02 Garut?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini Untuk mengetahuai Ada Tidaknya

Pengaruh Video Animasi Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang

Kesiapsiagaan Banjir Di Kp. Pangligaran RW 02 Garut.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk Mengidentifikasi Gambaran Tingkat Pengetahuan

Remaja Mengenai Kesiap Siagaan Banjir Di Kp. Pangligaran

RW 02 Garut.

b. Untuk Mengidentifikasi Gambaran Pengaruh Video Animasi

Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Kesiap Siagaan Banjir

Di Kp. Pangligaran RW 02 Garut.

c. Untuk Mengidentifikasi Adak Tidaknya Hubungan Pengaruh

Video Animasi Dengan Pengetahuan Remaja Tentang Kesiap

Siagaan Banjir Di Kp. Pangligaran RW 02 Garut.

E. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Memberi wawasan baru tentang pengaruh video animasi terhadap

pengetahuan remaja tentang kesiap siagaan banjir.


2. Praktis

a. Bagi remaja

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dampak negatif

dan positif mengenai pengaruh video animasi tentang banjir

bagi remaja.

b. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan

pengetahuan baru bagi mahasiswa untuk dapat memberikan

edukasi kepada masyarakat tentang pengaruh video animasi

terhadap pengetahuan remaja mengenai kesiap siagaan banjir.

c. Bagi perawat

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada perawat

dalam menjalankan fungsinya sebagai pendidik dan konsultan

masyarakat dalam memberikan informasi mengenai pengaruh

video animasi terhadap pengetahuan remaja tentang kesiap

siagaan banjir.

d. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil peneliti ini dapat dijadikan sebagai acuan atau

pembanding bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan

pengaruh video animasi terhadap pengetahuan remaja tentang

kesiap siagaan banjir.


III. BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Teori Video Animasi

a. Definisi Video Animasi

Menurut Qirana (1990) dalam Saputra dan Shofia (2015) Kata

animasi berasal dari bahasa latin, “anima” yang bearti jiwa

hidup, semangat. Sedangkan karakter adalah orang, hewan,

maupun objek nyata lainnya yang di tuangkan dalam bentuk 2D

maupun 3D. Sehingga karakter animasi dapat diartikan sebagai

gambar yang memuat objek yang seolah-olah hidup, disebabkan

oleh kumpulan gambar yang beraturan dan bergantian

ditampilkan.objek gambar bisa berupa bentuk tulisan, bentuk

benda, warna dan spesial efek.

Menurut Utami (2011) animasi adalah rangkaian gambar yang

membentuk sebuah gerakan. Hal ini sangat membantu dalam

menjelaskan prosedur dan urutan kejadian.

Chandra (2002) mendeskripsikan menganimasi berarti

menggerakkan objek agar menjadi hidup. Membuat animasi

dapat berupa menggerakkan gambar kartun, lukisan, boneka

atau objek tiga dimensi.

Munir (2012) menyatakan bahwa animasi adalah suatu kegiatan

menghidupkan atau menggerakkan benda mati (gambar)

menjadi seolah-olah hidup, karena animasi mampu menjelaskan


suatu konsep atau proses yang sulit dijelaskan dengan media

lain sehingga menimbulkan motivasi pengguna untuk ikut

berperan aktif dalam proses pembelajaran.

b. Jenis-Jenis Animasi

Dalam perkembangan animasi, terdapat banyak jenis-jenis

animasi. Munir (2012) mengungkapkan bahwa animasi ada

beberapa jenis, diantaranya adalah :

1) Animasi 2D (Dua Dimensi)

Animasi 2D biasa disebut dengan video kartun. Kartun

berasal dari kata cartoon yang berarti gambar yang lucu.

2) Animasi 3D (Tiga Dimensi)

Animasi 3D adalah hasil pengembangan dari animasi 2D.

Perkembangan teknologi dan komputer membuat teknik

pembuatan animasi 3D semakin berkembang pesat, dengan

animasi 3D karakter yang diperlihatkan semakin hidup dan

nyata mendekati wujud aslinya.

3) Animasi Tanah Liat (Clay Animation)

Animasi clay ini dibuat dengan menggunakan plastisin yang

berbahan lentur seperti permen karet. Animasi clay

termasuk salah satu jenis dari stop-motion picture. Tokoh-

tokoh dalam animasi clay dibuat dengan kerangka khusus

sesuai kerangka tubuhnya.

4) Animasi Jepang (Anime)


Anime terdiri dari dari beberapa jenis yang membedakan

bukan cara pembuatannya melainkan formatnya yaitu serial

televisi, dan video bioskop.

5) Animasi Cell

Animasi sel merupakan lembaran-lembaran yang

membentuk animasi tunggal. Contohnya: Tom and Jerry.

6) Animasi Frame

Merupakan animasi yang paling sederhana, dimana

animasinya didapatkan dari gambar yang bergantian

ditunjukkan, pergantian gambar diukur dalam satuan fps

(frame per second)

7) Animasi Sprite

Animasi ini sering digunakan dalam Macromedia Director.

Contohnya : animasi rotasi planet, burung terbang, dan bola

yang memantul.

8) Animasi Path (Lintasan)

Adalah animasi dari objek yang gerakannya mengikuti garis

lintasan yang sudah ditentukan.

9) Animasi Spline

Animasi spline adalah animasi yang bergerak mengukuti

garis lintasan yang berbentuk kurva. Misalnya: objek

kumbang yang terbang dengan kecepatan tidak tetap dan

lintasan yang berubah-ubah.

10) Animasi Vector


Animasi ini menggunakan gambar vector dalam objek

spritenya.

11) Morphing

Adalah mengubah satu bentuk menjadi bentuk lain.

Morphing memperlihatkan serangkaian frame yang

meniptakan gerakan halus dari bentuk pertama yang

kemudian mengubah dirinya menjadi bentuk yang lain.

Menurut Erwin (2001) dalam artikelnya mengemukakan

animasi yang ada saat ini dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu :

1) Stop motion animation

sering disebut claymotion karena dalam perkembangannya

menggunakan clay (tanah liat) sebagai objek yang

digerakkan.

2) Animasi tradisional

animasi yang sering disebut cell animation karena teknik

pengerjaannya dilakukan dengan celluloid transparent yang

sekilas mirip dengan transparansi OHP yang sering kita

gunakan. Sekarang ini teknik pembuatan animasi tradisional

lebih dikenal dengan animasi 2 dimensi.

3) Animasi komputer

yaitu animasi yang secara keseluruhan pengerjaannya

menggunakan komputer. Mulai dari pembuatan karakter,

mengatur gerakan pemain dan kamera, pemberian suara

serta effect dikerjakan dengan menggunakan komputer.


c. Kelebihan Dan Kekurangan Video Animasi

Video animasi memiliki kemampuan untuk memaparkan

sesuatu yang rumit atau komplek untuk dijelaskan dengan

gambar dan kata-kata. Menurut Harun dan Zaidatun (2004)

animasi mempunyai peranan yang tersendiri dalam bidang

pendidikan khususnya untuk meningkatkan kualitas pengajaran

dan pembelajaran.

Kelebihan animasi menurut Harun dan Zaidatun (2004) adalah :

1) Animasi mampu menyampaikan suatu konsep yang

kompleks secara visual dan dinamik.

2) Animasi digital mampu menarik perhatian pebelajar dengan

mudah.

3) Animasi mampu menyampaikan suatu pesan dengan lebih

baik dibanding pengguna media yang lain.

4) Animasi digital juga dapat digunakan untuk membanti

menyediakan pembelajaran secara maya.

5) Animasi mampu menarik perhatian, meningkatkan motivasi

serta merangsang pemikiran pebelajar yang kebuh berkesan.

6) Animasi mampu menawarkan satu media pembelajaran yang

lebih menyenangkan.

7) Persembahan secara visual dan dinamik yang disediakan oleh

teknologi animasi mampu memudahkan dalam proses

penerapan konsep ataupun demonstrasi.


Kelemahan animasi menurut Harun dan Zaidatun (2004) adalah :

1) Membutuhkan peralatan yang khusus.

2) Materi dan bahan yang ada dalam animasi sulit untuk dirubah

jika sewaktuwaktu terdapat kekeliruan atau informasi yang

ada didalamnya sulit untuk ditambahkan.

3) Animasi dapat digunakan untuk menarik perhatian siswa jika

digunakan secara tepat, tetapi sebaliknya animasi juga dapat

mengalihkan perhatian dari subtansi materi yang

disampaikan ke hiasan animatif justru tidak penting.

4) Memerlukan kreatifitas dan ketrampilan yang cukup

memadai untuk mendesain animasi yang efektif digunakan

sebagai media pembelajaran.

5) Memerlukan software khusus untuk mengoperasikannya.

d. Manfaat video animasi sebagai metode pembelajaran

Menurut Ahmad Rival (2009) mengemukakan fungsi metode

video animasi adalah untuk melatih segala kegiatan

pengembangan keterampilan terutama yang berhubungan

dengan aspek-aspek keterampilan mendengarkan. Keterampilan

yang dapat dicapai dengan penggunaan metode video animasi

antara lain :

1) Pemusatan perhatian dan mempertahankan perhatian.


2) Mengikuti pengarahan.

3) Melatih daya analisis.

4) Memilah-milih informasi atau gagasan yang relevan dan

informasi yang tidak relevan.

5) Merangkum, mengemukakan kembali, atau mengingat

kembali informasi.

2. Tinjauan Umum Tentang Teori Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil pengindraan manusia, atau hasil

tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya

(mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya

pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan

tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan

persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan sesorang

diperoleh melalui indra pendegaran (telinga), dan indra

penglihatan (mata) Menurut Notoatmodjo (2014).

Menurut Elsa Barber dalam Angelina ( 2019) pengetahuan

adalah mengetahui keakraban yang diperoleh oleh pengalaman,

berbagai orang dari informasi, pemahaman teorititis atau

praktis, jumlah apa yang diketahui. Pengetahuan adalah fakta-

fakta, perasaan atau pengalaman yang dikenal oleh seseorang

atau sekelompok orang (Collins English Dictionary).


Pengetahuan berasal dari infomasi tetapi kaya dan lebih

bermakna daripada informasi ini termasuk keakraban,

kesadaran, dan pemahaman yang di peroleh melalui pengalaman

atau belajar.

Berdasarkan pengertian diatas peneliti menyimpulkan bahwa

pengetahuan adalah segala sesuatu yang dipengaruhi oleh

intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek dan segala

sesuatu yang diketahui oleh seseorang dan dapat berupa

pengalaman, berbagai informasi, percobaan baik secara sengaja

maupun tidak sengaja sebagai hasil dari penggunaan panca

indra yang dimilikinya pada setiap individu.

b. Proses Terjadinya Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2014) pengetahuan mengungkapkan

bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri

orang tersebut terjadi proses sebagai berikut :

1) Kesadaran (awareness), dimana orang tersebut menyadari

dalam arti mengetahui terlebih dahulu stimulasi (objek).

2) Merasa (interest), tertarrik terhadap stimulasi atau objek

tersebut disini sikap objek mulai timbul.

3) Menimbang-nimbang (evaluation), terhadap baik dan

tidaknya stimulasi tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap

respondent sudah lebih baik lagi.


4) Mencoba (trial), dimana subjek mulai mencoba melakukan

sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki.

5) Adaptasi, dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan

pengetahuan,kesadaran, dan sikap terhadap stimulus.

c. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2014) pengetahuan

seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat

yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi menjadi 6

tingkatan pengetahuan yakni :

1) Tahu (know)

Diartikan hanya sebagai recall (tertarik) memory yang telah

ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

2) Memahami (comprehension)

Memahami suatui objek bukan sekedar tahu terhadap objek

tersebut, tidak sekedar dapat disembuhkan, tetapi orang

tersebut harus dapat menginterprestasikan secara benar

tentang objek yang diketahui tersebut.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami

objek yang dimaksud menggunakan atau mengaplikasikan

prinsip yang diketahui tersebut pada situasinya yang lain.

4) Analisa (analisys)
Analisa adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan

dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan anatara

komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah

atau objek yang di ketahui.

5) Sintesis (synthensis)

Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakan dalam satu hubungan yang logis

dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu objek

tertentu.

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Rahayu dalam Hani Fauziah (2019) terdapat 8 hal

yang mempengaruhi pengetahuan yaitu :

1) Pendidikan

Pendidikan merupakan sebuah proses pengubahannya sikap

dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan bahwa sebuah

visi pendidikan yaitu untuk mencerdaskan manusia.

2) Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang

mendapatkan pengalaman dan pengetahuan, baik secara

langsung maupun tidak langsung.

3) Pengalaman

Pengalaman merupakan sebuah kejadian atau peristiwa yang

pernah dialami oleh seseorang dalam berinteraksi dengan

lingkungan.

4) Usia

Umur seseorang yang bertambah dapat membuat perubahan

pada aspek fisik psikologis, dan kejiwaan, dalam aspek

psikologis taraf berpikir seseorang semakin matang dan

dewasa.

5) Kebudayaan

Kebudayaan tempat dimana kita dilahirkan dan dibesarkan

mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap

terbentuknya cara berfikir dan perilaku kita.

6) Minat

Minat merupakan suatu bentuk keinginan dan ketertarikan

terhadap suatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba

dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya dapat diperoleh

pengetahuan yang lebih mendalam.

7) Paparan informasi

RUU teknologi informasi mengartikan informasi sebagai

suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, dan


menyimpan, manipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan

menyebarkan informasi dengan maksud dan tujuan tertentu

yang bisa didapatkan melalui media elektronik maupun

cetak.

8) Media

Contoh media yang didesain secara khususnya untuk

mencapai masyarakat luas seperti televisi, radio, Koran,

maajalah dan internet.

e. Kategori Tingkat Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin

diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman

pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas. Menurut

(Arikunto dalam Wawan dan Dewi, 2010) pengetahuan

seseorang dapat diketahui dan dinterprestasikan dengan skala

sebagai berikut :

1) Baik : bila responden bisa mengerjakan dengan tepat 76%-

100% dari seluruh pertanyaan.

2) Cukup : bila responden bisa mengerjakan dengan tepat 56%-

75% dari seluruh pertanyaan.


3) Kurang : bila responden bisa mengerjakan dengan tepat <

55% dari seluruh pertanyaan.

3. Tinjauan Umum Tentang Teori Remaja

a. Definisi Remaja

Kata “remaja” berasal dari bahasa yunani yaitu adolescere yang

bearti to grow atau to grow maturity (Gulinko, 1984 dalam

Saputra, 2008).

Menurut WHO (2014) Remaja adalah periode transisi dari masa

awal anak-anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada

usia kira-kira 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga

22 tahun. Pada masa ini remaja mengalami proses pematangan

fisik yang lebih cepat dari pada pematangan psikososialnya dan

semakin banyak menghabiskan waktu diluar keluarga.

Menurut DEPKES RI (2006) dan BKKBN (2006) batasan dari

remaja yaitu 10-19 tahun dan belum menikah, (Widiastuti, 2009

dalam Ristanti 2013)

Hurlock (2013) mengatakan bahwa dibandingkan dengan

kelompok anak dan orang tua, masa remaja merupakan masa

yang yang paling berat. Masa ini merupakan masa yang paling

penuh banyak perubahan , baik secara anatomis, fisiologis,

fungsi emosional dan intelektual serta hubungan di lingkungan

sosial.
b. Tahapan Remaja

Bobak (2004) dalam bukunya juga menjelaskan perkembangan

remaja terbagi menjadi 3 tahap, yaitu :

1) Remaja awal (11-14 tahun)

Secara fisik mengalami perubahan, semakin matangnya

fungsi organ dalam dan seksual serta memiliki porsi tubuh

yang seimbang. Sementara pada perkemban psikologis awal

dimulai dari sikap menerima pada perubahan kondisi fisik,

mulai berkembangnya cara berpikir, menyadari perbedaan

potensi individual, bersikap over estiamate, seperti

meremehkan masalah kemampuan orang lain dan terkesan

sombong yang menjadikan dia gegabah dan kurang waspada

serta bertindak kekanak-kanakan. Remaja awal memiliki

sikap egosentris, selalu bingung dalam status dan sikap

kritis dan banyak perubahan dalam kecerdasan dan

kemampuan mental.

2) Remaja tengah (15-17 tahun)

Bentuk fisik remaja tengah semakin sempurna dan mirip

dengan orang dewasa. Demikian juga perkembangan

intelektual, psikis dan sosial dia semakin ingin dapat status

bebas menentukan sikap, pendapat dan minat. Ingin

menlong dan di tolong orang lain, belajar bertanggung

jawab dan pola pergaulannya sudah mengarah pada


heteroseksual. Namun pada sisi lain dia terkadang bersikap

apatis terutama apabila dirinya dikekang atau sebaliknya

timbul prilaku agresif akibat di tentang atau sebaliknya

timbul perilaku agresif akibat di perlakukan seperti anak-

anak.

3) Remaja akhir (18-20 tahun)

Mulai memiliki kematangan emosional dan belajar

mengendalikan emosi dan dapat berfikir objektif sehingga

mulai mampu bersikap sesuai situasi dengan belajar

menyesuaikan diri pada norma-norma (Deasy hudaiva,

2017).

c. Ciri-Ciri Remaja

Menurut penjelasan Hurlock (1994) dalam polteks Depkes

(2010) mengemukakan bahwa ciri-ciri remaja sebagai berikut :

1) Masa remaja merupakan masa peralihan

Suatu peralihan dari satu tahap perkembangan

keperkembangan berikut secara berkesinambungan. Pada

masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan

seorang dewasa, masa ini merupakan mas ayang sangat

strategis karena memberi waktu kepada remaja untuk

membentuk gaya hidup dan menentukan pola prilaku, nilai-

nilai dan sifat yang sesuai dengan yang di inginkannya.

2) Masa remaja merupakan masa terjadi perubahan


Sejak awal remaja, perubahan fisik terjadi dengan pesat.

Perubahan perilaku dan sikap juga berkembang, ada empat

perubahan besar yang terjadi pada remaja yaitu perubahan

emosi, peran, minat, pola perilaku (perubahan sikap menjadi

ambivalen).

3) Masa remaja merupakan masa yang penuh masalah

Masa remaja yang sering menjadi masalah yang sulit untuk

diatasi, hal ini terjadi karena remaja belum terbiasa

menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa meminta bantuan

orang lain. Akibatnya terkadang terjadi penyelesaikan yang

tidak sesuai dengan yang diharapkan.

4) Masa remaja merupakan masa mencari identitas

Identitas diri yang di cari remaja adalah berupa kejelasan

siapa dirinya dan apa peran dirinya di masyarakat. Remaja

tidak puas dirinya sebagai individu, sementara pada saat

yang sama ia ingin mempertahankan dirinya terhadap

kelompok sebaya.

5) Masa remaja sebagai masa yang ingin menimbulkan

kekuatan

Ada stigma masyarakat bahwa remaja merupakan anak yang

tidak rapih, tidak dapat dipercaya, cenderung berperilaku

merusak, sehingga menyebabkan orang dewasa harus

bombing dan mengawasi kehidupan remaja. Stigma ini akan

membuat masa peralihan remaja dewasa menjadi sulit,


karena orangtua yang memiliki pandangan seperti ini akan

selalu dicurigai remaja sehingga menimbulkan pertentangan

dan membuat jarak antara orang tua dengan remaja.

6) Masa remaja tidak realistis

Remaja cenderung melihat kehidupan melalui kacamatanya

sendiri baik dalam dirinya maupun melihat orang lain,

mereka belum melihat apa adanya tetapi menginginkan

sebagaimana yang ia harapkan.

7) Masa remaja masa dewasa

Dengan perilaku usia belasan, remaja yang semakin matang

berkembang dan berusaha memberi kesan sebagai seseorang

yang hampir dewasa. Ia akan memutuskan dirinya pada

perilaku yang dihubungkan dengan status orang dewasa,

misalnya berpakain dan bertindak.

d. Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan remaja di fokuskan pada upaya

meninggalkan sikap dan perilaku kanak-kanak serta usaha untuk

mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa.

Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut

Hurlock (dalam Ali dan Chintya dkk, 2017) :

1) Mampu menerima keadaan fisiknya.

2) Mampu menerima dan memahami peran seks dewasa.


3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok,

yang berlainan jenis.

4) Mencapaai kemandirian emosional.

5) Mencapai kemandirian ekonomi.

6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang

sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota

masyarakat.

7) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang

dewasa dan orangtua.

8) Mengembangkan diri untuk memasuki perkawinan.

9) Memahami dan mempersiapkan sebagai tanggung jawab

kehidupan keluarga.

4. Tinjauan Umum Tentang Teori Kesiapsiagaan

a. Definisi Kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan adalah serangkain kegiatan yang dilakukan untuk

mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui

langkah tepat guna dan berdaya guna. Kesiapsiagaan dilakukan

untuk memastikan upaya yang cepat dan tepat dalam

menghadapi kejadian bencana (Aminudin, 3013)

Menurut Nick Carter dalam Nurjanah, dkk (2011) kesiapsiagaan

adalah tindakan-tindakan yang memungkinkan pemerintah,

organisasi, masyarakat dan individu untuk mampu menanggapi

suatu situasi bencana secara cepat dan tepat. Termasuk kedalam


tindakan kesiapsiagaan adalah penyusunan rencana

penanggulangan bencana, pemeliharaan sumber daya dan

pelatihan personil.

b. Tujuan Kesiapsiagaan

Menurut Gregg dalam (Dodon, 2013) kesiapsiagaan bertujuan

untuk meminimalkan efek samping bahaya melalui tindakan

pencegahan yang efektif, tepat waktu, memadai, efesiensi untuk

tindakan tanggap darurat dan bantuan saat bencana.

Upaya kesiapsiagaan juga bertujuan untuk memastikan bahwa

sumber daya yang di perlukan untuk tanggap dalam peristiwa

bencana dapat digunakan secara efektif pada saat bencana dan

tahy bagaimana menggunakannya (Sutton dan Tierney dalam

Dodon, 2013).

c.Usaha Peningkatan Kesiapsiagaan

Dalam mengembangkan kesiapsiagaan dari suatu masyarakat,

terdapat beberapa aspek yang memerlukan perhatian (LIPI-

UNESCO/IDR, 2006) yaitu :

1) Perencanaan dan organisasi : adanya arahan dan kebijakan,

perencanaan penanganan situasi darurat yang tepat dan

selalu diperbaharui (tidak tertinggal), struktur organisasi

penanggulangan bencana yang memadai.


2) Sumber daya : investariasi dari semua organisasi

sumberdaya secara lengkap dan pembagian tugas dan

tanggung jawab yang jelas.

3) Koordinasi : penguatan koordinasi antar

lembaga/oraganisasi serta menghilangkan friksi dan

meningkatkan kerjasama antara lembaga/organisasi terkait.

4) Kesiapan : unit organisasi penanggulangan bencana harus

bertanggung jawab penuh untuk memantau dan menjaga

standar kesiapan semua elemen.

d.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapsiagaan

Perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan

oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek.

Notoatmodjo (2007) perilaku kesehatan terbagi menjadi 3 teori

penyebab masalah kesehatan yang meliputi :

1) Faktor predisposisi (predisposing factors)

Merupakan faktor yang mempermudah atau

mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain

pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai,

tradisi.

2) Faktor pemungkin (Enabling factors)

Merupakan faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi

perilaku atau tindakan artinya bahwa faktor pemungkin


adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya

perilaku kesehatan.

3) Faktor penguat (Reinforcing factors)

Faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya

perilaku antara lain, dukungan petugas.

e.Unsur-Unsur Perilaku Kesiapsiagaan

Perilaku muncul sebagai hasil interaksi antara tanggapan dari

individu terhadap stimulus yang datang dari lingkungannya,

agar bisa beradaptasi dan tetap survive. Yang mendasari

timbulnya perilaku adalah dorongan yang ada dalam diri

manusia, jadi perilau munculnya krena adanya dorongan untuk

survive, menurut Notoatmodjo (2007) ada tiga unsur utama

dalam perilaku, yaitu :

1) Adanya afektif (perasaan atau penilaian pada berbagai hal).

2) Kognitif (pengetahuan kepercayaan atau pendapat tentang

suatu obyek).

3) Psikomotor (niat serta tindakan yang berkaitan dengan

obyek).

4) Perilaku memiliki hubungan yang cukup besar dalam

menentukan tingkat pemanfaatan sarana kesehatan.


Teori Adopsi perilaku dari Rogers yang dikutip oleh

Notoatmodjo (2007) mengemukakan bahwa untuk mengubah

perilaku seseorang akan melewati 5 tahapan yaitu awareness

(kesadaran), interest (perhatian atau ketertarikan dengan ide),

evolotion (perilaku terhadap ide), trial (usaha untuk mencoba)

dan terakhir adoption (bila menerima ide baru).

f. Perencanaan Kesiapsiagaan Banjir

Program perencanaan kesiapsiagaan dan mitigasi banjir (ADPC,

2007) sebagai berikut :

1) Program fase 1 : pembangunan kapasitas untuk perencanaan

kesiapsiagaan banjir dan tanggapan melalui penggunaan

media informasi banjir.

2) Program fase 2 : membangun kapasitas untuk perencanaan

dan pelaksanaan program kesiapsiagaan banjir di tingkat

provinsi dan kabupaten, serta mempertahankan keberhasilan

pada fase sebelumnya.

3) Program fase 3 : mendorong pelaksanaan program

kesiapsiagaan banjir di tingkat provinsi, kabupate dan

berbasis di hilir sungai.

g. Upaya Kesiapsiagaan Banjir

Berikut ini adalah contoh upaya kesiapsiagaan yang biasanya

dilakukan oleh pemerintah di tingkat lokal (ADPC, 2007).


1) Memasang tanda ancaman pada jembatan yang rendah agar

tidak dilalui masyarakat pada saat banjir.

2) Mempersiapkan keperluan darurat selama banjir, seperti

peralatan untuk tindakan penyelamatan, misalnya perahu

karet, kendaraan dan bahan bakarnya, persedian bahan

pokok, obat-obatan, air bersih, selimut, peralatan memasak

untuk di tempat evakuasi.

3) Melakukan perencanaan untuk melakukan evakuasi. Hal ini

terkait dengan koordinasi antara satu dengan yang lainnya,

menentukan jalur evakuasi dan tempat evakuasi, serta

melakukan latihan evakuasi.

4) Mengorganisasikan sistem keamanan pada keadaan darurat,

khusunya rumah hunian yang tertinggal mengungsi.

5. Tinjauan Umum Tentang Teori Banjir

a.Definisi Banjir

Banjir adalah bencana akibat curah hujan yang tinggi dengan

tidak diimbangi dengan saluran pembuangan air yang memadai

sehingga merendam wilayah-wilayah yang tidak dikehendaki

oleh orang-orang yang ada di sana. Banjir bias juga terjadi

karena jebolnya sistem aliran air yang ada sehingga daerah yang

rendah terkena dampak kiriman banjir (Aminudin, 2013).


Menurut (Gultom, 2012) Banjir merupakan satu bahaya alam

yang terjadi di alam dimana air mengenang lahan-lahan rendah

di sekitar sungai akibat ketidakmampuan alur sungai

menampung dan mengalirkan air, sehingga meluap keluar alur

melampaui tanggul dan mengenai daerah sekitarnya.

Banjir merupakan bencana alam yang perlu mendapat perhatian,

karena mengancam jiwa dan ekonomi masyarakat dan

merupakan bencana alam yang ke tiga terbesar di dunia yang

telah banyak menelan korban jiwa dan kerugian harta benda

(Aryono D P, 2011).

b.Jenis Banjir

Pada wilayah bertopografi datar banyak menghadapi masalah

banjir dan pembuangan air hujan. Menurut Mulyono (2009), ada

dua tipe banjir yaitu sebagai berikut :

1) Banjir dari air setempat yang menggenang karena drainase

pada lokasi tersebut tidak baik.

2) Banjir dari luapan air hulu sungai yang mengalir dari daerah

hulu. Banjir ini biasanya terjadi apabila terjadi apabila

terjadi hujan pada daerah setempat dan daerah hulu secara

bersamaan.
Jenis-jenis banjir dalam buku Pedoman Latihan Kesiapsiagaan

Bencana Nasional (2018: 75) terdapat beberapa jenis banjir,

yaitu:

1) Banjir Air Sungai

Merupakan banjir yang disebabkan oleh meluapnya air

sungai.

2) Banjir Air Danau

Merupakan banjir yang disebabkan oelh meluapnya air

danau.

3) Banjir Bandang

Merupakan banjir di daerah permukaan rendah akibat hujan

yang turun secara terus-menerus. Banjir Bandang mucul

secara tiba-tiba yang dikarenakan banyaknya air yang

berada di wilayah tersebut yang berlangsung secara cepat,

sehingga tanah tidak mampu lagi untuk menyerap air.

4) Banjir Lumpur

Peristiwa penyemburan lumpur panas dari dalam perut bumi

menuju permukaan bumi.

5) Banjir Missoula

Banjir yang bersifat periodik dan terjadi di wilayah Amerika

Serikat. Banjir ini terjadi pada musim dingin dan musim

kemarau.

6) Banjir Laut Pasang/Rob


Banjir yang terjadi antara lain akibat pasangnya air laut,

adanya badai atau gempa bumi seperti tsunami.

c.Faktor-Faktor Penyebab Banjir

Pada umumnya banjir di sebabkan oleh curah hujan yang tinggi

di atas normal, sehingga sistem pengaliran air yang terdiri dari

sungai dan anak sungai alamiah serta sistem saluran drainase

dan kanal penampung banjir buatan yang ada tidak mampu

menampung akumulasi air hujan tersebut sehingga meluap.

Kemampuan/ daya tampung sistem pengaliran air dimaksud

tidak selamanya sama, tetapi berubah akibat adanya

sedimentasi, penyempitan sungai akibat fenomena alam dan

ulah manusia, tersumbat sampah serta hambatan lainya

(Bakomas, 2007/2008).

Pada daerah pemukiman yang padat bangunan sehingga

menyebabkan tingkat resapan air kedalam tanah berkurang.

Pada curah hujan yang tinggi sebagian besar air akan menjadi

aliran permukaan yang langsung masuk kedalam sistem

pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui dan

mengakibatkan banjir (Gultom, 2012).

Faktor penyebab banjir menurut Yulaelawati (2008, dalam

Gultom, 20012), dapat dibedakan menjadi 3 faktor yaitu :


1) Pengaruh aktivitas manusia, seperti :

a) Pemanfaatan daratan banjir yang digunakan untuk

pemukiman dan industri.

b) Pengundulan hutan dan yang kemudian mengurangi

resapan pada tanah dan meningkatkan larian tanah

permukaan. Erosi yang terjadi kemudian bisa

menyebabkan sedimentasi di terusan-terusan sungai

yang kemudian mengganggu jalannya air.

c) Permukiman di daratan banjir dan pembangunan di

daerah daratan banjir dengan mengubah saluran-saluran

air yang tidak direncanakan dengan baik. Bahkan tidak

jarang alur sungai diurung untuk dijadikan pemukiman.

Kondisi demikian banyak terjadi di perkotaan di

Indonesia. Akibatnya adalah sungai saat musim hujan

menjadi tidak lancar dan menimbulkan banjir.

d) Membuang sampah sembarangan dapat menyumbat

saluran-saluran air, terutama di perumahan-perumahan.

2) Kondisi alam yang bersifat (statis) seperti :

a) Kondisi geografi yang berada pada daerahnya yang

sering terkena badai atau siklon, misalnya beberapa

kawasan di Banglandesh kondisi topografi yang cekung,

yang merupakan daratan banjir, seperti kota Bandung

yang berkembang pada Cekungan Bandung.


b) Kondisi alur sungai, seperti kemiringan dasar sungai

yang datar, berkelok-kelok, timbulnya sumbatan atau

bentuk seperti botol (Bottle neck), dan adanya

sedimentasi sungai membentuk sebuah pulau (ambal

sungai).

3) Peristiwa alam yang bersifat dinamis, yaitu :

a) Curah hujan yang tinggi

b) Terjadinya pembendungan atau arus balik yang sering

terjadi di muara sungai atau pertemuan sungai besar.

c) Penurunan muka tanah atau amblesan, misal disekitar di

sekitar pantai Utara Jakarta yang mengalami amblesan

setiap tahun akibat pengambilan air tanah yang

berlebihan sehingga menimbulkan muka tanah menjadi

lebih rendah. Pendangkalan dasar sungai karena

sedimentasi yang cukup tinggi.

d. Dampak Banjir

Menurut Mistra (2007), dampak banjir akan terjadi pada

beberapa aspek dengan tingkat kerusakan berat pada aspek-

aspek berikut ini :

1) Aspek penduduk, antara lain berupa korban jiwa/

meninggal, hanyut, tenggelam, luka-luka, korban hilang,

pengungsian, berjangkitnya wabah dan penduduk terisolasi.


2) Aspek pemerintahan, antara lain berupa kerusakan atau

hilangnya dokumen, arsip, peralatan dan perlengkapan

kantor dan terganggunya jalannya pemerintahan.

3) Aspek ekonomi, antar lain berupa hilangnya mata

pencahariannya, tidak berfungsinya pasar tradisional,

kerusakan, hilangnnya harta benda, ternak dan terganggunya

perekonomian masyarakat.

4) Aspek Sarana/Prasarana, antar lain berupa kerusakan rumah

penduduk, jembatan, jalan, bangunan gedung perkantoran,

fasilitas sosial dan fasilitas umum, instalasi listrik, air

minum dan jaringan komunikasi.

e. Cara Mengatasi Banjir

Menurut Aminudin (2013) untuk mengantisipasi bencana banjir

banyak hal yang harus di lakukan, diantaranya adalah :

1) Membersihkan saluran air dari sampah yang dapat

menyumbat aliran air sehingga menyebabkan terjadinya

banjir.

2) Mengeruk sungai-sungai dari endapan untuk menambah

daya tampung air.

3) Membangun rute-rute drainase alternative (kanal-kanal

sungai baru, sistem-sistem piapa) sehingga dapat mencegah

beban yang berlebhan terhadap sungai.


4) Tidak mendirikan bangun pada wilayah (area) yang menjadi

daerah lokasi penyerapan air.

5) Tidak menebangi pohon-pohon di hutan, karena hutan yang

gundul akan sulit menyerap air, sehingga jika terjadi hujan

lebat secara terus-menerus air tidak dapat di serap secara

langsung oleh tanah bahkan menggerus tanah, hal ini pula

dapat menyebabkan tanah longsor.

6) Membuat tembok-tembok penahan dan tanggul-tanggul di

sepanjang sungai, tembok-tembok laut di sepanjang pantai-

pantai dapat menjaga tingkat ketinggian air agar tidak

masuk ke dalam daratan.

B. Penelitian Terkait
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mereferensi dari penelitian –

penelitian sebelemunya yang berkaitan dengan latar belakang masalah

pada skripsi ini. Berikut ini penlitian terdahulu yang berhubungan

dengan skripsi ini antara lain :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Mona Saparwati, Trimawati, dan

Fiki Wijayanti (2020) yang meneliti tentang Peningkatan

Pengetahuan Kesiapsiagaan Bencana Dengan Video Animasi Pada

Anak Usia Sekolah. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan

sebelum diberikan video animasi kesiapsiagaan bencana dalam

kategori cukup sebanyak 35 siswa (51,5%) dan pengetahuan

sesudah dalam kategori baik sebanyak 37 siswa (54,4%). Ada


perbedaan yang signifikan antara pengetahuan kesiapsiagaan

bencana sebelum dan sesudah diberikan video

animasikesiapsiagaanbencana pada siswa SDN Candirejo 01 P-

value 0,000 (<0,05).

2. Penelitian yang dilakukan Tunak Meyla Tiara, Siti Romadoni, dan

Imardiani (2019) yang meneliti tentang Pengaruh Penggunaan

Video Animasi Terhadap Pengetahuan Masyarakat Tentang

Kesiapsiagaan Banjir Di Kelurahan Silaberanti Lorong Dahlia

Palembang. Hasil : Nilai median pengetahuan kesiapsiagaan banjir

sebelum diberikan pendidikan kesehatan melalui video animasi

40,00. Skor terendah 8 dan tertinggi 56. Nilai tengah pengetahuan

kesiapsiagaan banjir setelah diberikan pendidikan kesehatan 88,00.

Skor terendah 56 dan tertinggi 96. Kesimpulan: Ada pengaruh

sebelum dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan melalui video

animasi terhadap pengetahuan tentang kesiapsiagaan banjir pada

masyarakat di Kelurahan Silaberanti Lorong Dahlia Palembang (ρ =

0,000).

3. Penelitian yang dilakukan oleh Fajar Wulandari (2018) yang

meneliti tentang Pengaruh Media Video Terhadap Kesiapsiagaan

Siswa Dalam Menghadapi Bencana Gempabumi Di Sma Negeri 1

Gantiwarno, Klaten. Hasil penelitian menyimpulkan 1) Hasil data

diketahui dapat meningkatkan kesiapsiagaan siswa SMA Negeri 1

Gantiwarno menghadapi bencana gempabumi. Nilai indeks

gabungan kesiapsiagaan siswa sebelum diberikan media video


adalah 63,83 termasuk kategori hampir siap dengan presentase

sangat siap (10%), siap (32%), hampir siap (44%), kurang siap

(12%) belum siap (2%), sedangkan tingkat kesiapsiagaan siswa

SMA Negeri 1 Gantiwarno menghadapi bencana gempabumi

sesudah diberikan media video dengan perolehan nilai 78,79

termasuk kategori siap dengan presentase sangat siap (46%), siap

(36%), hampir siap (16%), kurang siap (2%) belum siap (0%). 2)

Penggunaan media video dapat meningkatkan kesiapsiagaan siswa

menghadapi bencana gempabumi.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Suzan Adella Andhariska (2019)

yang meneliti tentang Pengembangan video pembelajaran

kesiapsiagaan bencana gempa bumi untuk meningkatkan

pengetahuan siswa pada ekstrakurikuler sekolah siaga bencana di

smp negeri 1 klaten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Proses

pembuatan media video pembelajaran menggunakan bantuan 2

software yaitu Adobe Ilustrator dan Adobe After Efect CC 2015.

Pengembangan video pembelajaran melalui tahap validasi ahli

materi dengan rata-rata 4,28 termasuk kategori “Baik” dan ahli

media dengan rata- rata 4,59 termasuk kategori “Sangat baik”.

Perbedaan hasil pemahaman materi kesiapsiagaan bencana gempa

bumi mengalami peningkatan sebesar 21.00. Hasil uji T-test pada

nilai pretest dan postest terhadap pengetahuan materi kesiapsiagaan

bencana gempa bumi menunjukan nilai signifikan 0,000 < 0,05


maka Ho ditolak dan Hi diterima yang berarti terdapat pengetahuan

peserta didik sebelum dan sesudah menggunakan.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Alwi Mubarok, Siti Azizah

Susilawati (2020) yang meneliti tentang Pengembangan Media

Pembelajaran Video Animasi Materi Erosi Sebagai Dasar

Pengetahuan Bencana Di Kelas X SMA Muhammadiyah 5

Karanganyar. Penelitian ini menggunakan pretest-posttest control

group design, dengan menggunakan 2 kelas yaitu kelas kontrol 27

siswa pada kelas x 1 dan kelas experimen sebanyak 27 siswa pada

kelas x2. Teknik pengumpulan data berupa observasi, angket, dan

tes dengan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil peneitian ini

menunjukan define berisi tentang rancangan video yang telah di

analisis sesuai dengan uji kebutuhan, dan development berisi

tentang validasi untuk mengetahui video tersebut layak digunakan.

Pengembangan media ajar melalui penilaian produk yang dilakukan

oleh ahli materi memiliki rata-rata 4,2 yang termasuk kategori

(baik), ahli media dengan rata-rata 4,1 yang termasuk kategori

(baik). Hasil faired samles T-test kelas kontrol dan eksperimen yang

menunjukan nilai signifikan 0,000 sehingga <0,5 maka H1 diterima,

yakni terjadi perbedaan hasil belajar siswa pada kelas kontrol dan

kelas eksperimen pada ateri erosi. Hasil belajar siswa pada kelas

kontrol yang yang diberikan dengan metode ceramah menunjukan

nilai pretest sebesar 60,18 dan prosttest sebesar 74,25. Hasil belajar

siswa kelas eksperimen yang menggunakan media video


pembelajaran animasi hasil pengembangan produk dari penelitian

ini menunjukan pretest sebesar 62.03 dan prosttest sebesar 76,29.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran video

animasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Kelebihan : Kekurangan :
Jenis-jenis video animasi :
a) Animasi mampu a) Membutuhkan peralatan
a) Animasi 2D menyampaikan suatu konsep yang khusus.
b) Animasi 3D yang kompleks secara visual b) Memerlukan kreatifitas
c) Animasi Tanah Liat (clay dan dinamik. dan ketrampilan yang
animation) b) Animasi digital mampu cukup memadai untuk
d) Animasi jepang (Anime) menarik perhatian pebelajar mendesain animasi yang
e) Animasi cell dengan mudah. efektif digunakan sebagai
f) Animasi frame c) Animasi mampu media pembelajaran.
g) Animasi path (lintasan) menyampaikan suatu pesan c) Memerlukan software
h) Animasi spline dengan lebih baik dibanding khusus untuk
i) Animasi vektor pengguna media yang lain. mengoperasikannya.

Usaha peningkatan
Tingkat-tingkat kesiapsiagaan :
pengetahuan :
Video Animasi
a) Tahu (know) a) Perencanaan dan organisasi.
b) Memahami b) Sumberdaya.
(comprehension) c) Koordinasi.
c) Analisa (analisys) Pengetahuan d) Kesiapan.
d) Sintesis
(syntehsis) Faktor-faktor yang
e) Evaluasi
mempengaruhi kesiapsiagaan:
(evaluation) Kesiapsiagaan
a) Faktor predisposisi
Faktor-faktor yang (predisposing factors)
mempengaruhi b) Faktor pemungkin
pengetahuan : (enabling factors)
a) Pendidikan c) Faktor penguat (reinforcing
b) Pekerjaan factors)
c) Pengalaman
d) Usia
e) Kebudayaan
Perencanaan kesiapsiagaan :

a) Program 1
b) Program 2
c) Program 3

Sumber : Munir 2012 ; Harun 2004 ; Notoatmodjo 2014 ; Rahayu 2019 ;


LIPI-UNESCO/IDR 2006 ; Notoatmodjo 2007 ; ADPC 2007.
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPRASIONAL, DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep ialah visualisasi hubungan antara vaiabel-variabel,

yang dirumuskan oleh peneliti sesudah membaca banyak teori yang ada

lalu menyusun teorinya sendiri yang akan digunakan menjadi landasan

untuk penelitiannya. Kerangka konsep juga dapat diartikan sebagai

kerangka hubungan antara konsep-konsep yang akan diukur atau diamati

melalui penelitian yang akan dilakukan (Masturoh, 2018).

Kerangka konsep merupakan suatu uraian dan visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainya atau antara

variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin di

teliti (Notoatdmojo, 2012).

Menurut (Nursalam, 2017), variabel adalah perilaku atau karakteristik

yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu. Variabel dari penelitian

ini adalah :

1) Variabel bebas (variable independent)


Variabel bebas (variable independent) adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya

variabel terikat (variable dependen) (Sugiyono, 2015).

2) Variabel terikat (variable dependent)

Variabel terikat (variable dependent) adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas

(variable independent) (Sugiyono, 2015).

Bagan 3.1 Keangka Konsep

Variaben Independen Variabel Dependen

Pengetahuan
Video Animasi Kesiapsiagaan
Banjir

Keterangan :

: Diteliti

: Ada hubungan

B. Definis Operasional

Definisi operasional merupakan definisi antarvariabel yang akan diteliti

secara operasional di lapangan. Definisi operasional ini untuk


memudahkan pelaksanaan pengumpulan data dan pengolahan serta

analisis data (Masturoh, 2018).

Table 3.1 Definisi Operasional

Variable Definisi Indikator Alat Ukur Cara Ukur Skala Ukur


Operasional
Variable Independen

Pengaruh Keadaan yang Manfaat video 1. Video Responden Ordinal


Video Animasi menunjukan animasi animasi mengisi lembar
pengaruh 2. Kuesioner quesioner yang
penggunaan video Kuesioner telah dibuat
animasi pada dalam oleh peneliti,
responden dalam bentuk teridri dari 15
meningkatkan pertanyaan pertanyaan,
pengetahuan dengan dengan skor :
skala Sangat Baik =
likert 85-100%,
Yang di Baik = 69-84%,
beri yaitu : Cukup = 53-
SS = 5 68%,
S =4 Kurang Baik =
KS = 3 37-52%,
TS = 2 Tidak Baik =
STS =1 20-36%
(Bastiar, 2016)
Variable Dependen
Pengetahuan Merupakan 1. pemahaman Kuesioner Responden Ordinal
Kesiapsiagaan sesuatu yang tentang banjir. dalam mengisi lembar
Banjir diketahui berkaitan 2. Faktor bentuk quesioner yang
dengan penyebab pertanyaan telah dibuat
kesiapsiagaan banjir dengan skala oleh peneliti,
banjir 3. Dampak likert yang teridri dari 15
banjir. di beri pertanyaan
4. Pengertian yaitu : dengan skor :
kesiapsiagaan 1 : Benar baik = 11-15,
terhadap 0 : Salah sedang = 6-
bencana banjir. 10kurang = 0-5
5. tujuan (Bastiar, 2018)
rencana
kesiapsiagaan.
6. Upaya
menghindari
resiko banjir.

C. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara dari rumusan masalah

yang akan diteliti (Nursalam, 2017). Penelitian ini menggunakan

hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis alternatif dapat diartikan sebagai

lawan dari hipotesis nol (H0). Hipotesis alternatif berfungsi untuk

menyatakan adanya hubungan, perbedaan, dan pengaruh dari dua atau

lebih variabel yang akan diteliti (Nursalam, 2017).

Pada penelitian ini hipotesis yang ditetapkan adalah :

Ha : Ada Pengaruh Video Animasi Terhadap Pengetahuan Remaja

Tentang Kesiapsiagaan Banjir Di Kp. Pangligaran RW 02 GARUT


Ho : Tidak Ada Pengaruh Video Animasi Terhadap Pengetahuan

Remaja Tentang Kesiapsiagaan Banjir Di Kp. Pangligaran RW 02

GARUT

Hipotesis yang diharapkan peneliti dalam penelitian ini yaitu :

Ha : Ada Pengaruh Video Animasi Terhadap Pengetahuan Remaja

Tentang Kesiapsiagaan Banjir Di Kp. Pangligaran RW 02 GARUT

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan rancangan

penelitian pre eksperimen yaitu dengan pendekatan one group pre test–

post test dengan pelaksanaan melibatkan 1 kelompok intervensi yang

diberikan edukasi video animasi tentang kesiapsiagaan banjir, sebelum

dan setelah pemberian edukasi video animasi responden dilakukan

penilaian pengetahuan dengan menggunakan kuesioner.


Hal ini untuk mengetahui apakah ada Pengaruh Video Animasi

Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Kesiapsiagaan Banjir Di Kp.

Pangligaran RW 02 Garut.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Lokasi yang di pilih dalam penelitian ini adalah di Kp. Pangligaran

RW 02 Garut

2. Waktu Peneltian

Penelitian dilakukan pada bulan Januari – Mei tahun 2021.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generelisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk di pelajari dan kemuadian ditarik kesimpulan

(Jiwantoro, 2015).

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja di kp. Pangligaran RW

02 Garut yang berjumlah 43 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yan dimiliki oleh

populasi tersebut (Jiawnato, 2015). Jika jumlah populasinya kurang

dari 100 orang responden, maka jumlah sampelnya diambil secara

total (keseluruhan), namun jika populasinya lebih besar dari 100

orang responden, maka boleh diambil 10-15% ataupun 20-25% dari

jumlah populasinya Arikunto (2012).


Pada penelitian ini berdasarkan jumlah populasi yang kurang dari

100 orang, maka peneliti mengambil 100% dari jumalh populasi

yang ada di kp. Pangligaran RW 02 Garut yang sebanyak 43 orang.

Dengan demikian menggunakan seluruh atau total populasi tanpa

perlu mengambil sampel penelitian sebagai unit observasi disebut

sebagai teknik sensus (keseluruhan).

3. Teknk Sampling

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini diambil secara non

probability dengan metode sampling jenuh (total sampling), yaitu

teknik penentuan sampel jika kelompok populasinya digunakan

sebagai sampel (Sugiyono, 2016).

Sampel dalam penelitian tersebut harus memenuhi kriteria sebagai

berikut :

a. Kriteria inklusi

1) Remaja di kp. Pangligaran rw 02 garut, mampu

berkomunikasi dengan baik.

2) Remaja yang pernah mengalami banjir.

3) Remaja yang dalam keadaan sadar dan tidak terganggu

kejiwaanya.

b. Kriteria eksklusi

1) Remaja yang sedang sakit pada saat penelitian berlangsung.

2) Remaja yang tidak ada di tempat atau keluar kota sewaktu

penelitian dilaksanakan.

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data


1. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara

spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian (Sugiyono,

2016).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner.

Kuesioner terdiri dari seperangkat pertanyaan yang ditujukan

kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2014).

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 bagian

yaitu :

a. Kuesioner Pengaruh Video Animasi

Kuesioner tentang pengaruh video animasi menggunakan

kuesioner dalam bentuk cheklist. Terdiri dari 15 peraatnyaan

menggunakan skala likert, Sangat Baik = 85-100%, Baik = 69-

84%, Cukup = 53-68%, Kurang Baik = 37-52%, Tidak Baik =

20-36%

Sumber : Bastiar Ismail Adkhar (2016)

b. Kuesioner Pengetahuan Kesiapsiagaan Banjir

Kuesioner tentang pengetahuan kesiapsiagaan banjir

menggunkan kuesioner dalam bentuk cheklist. Terdiri dari 15

pertanyaan menggunakan skala likert, di beri nilai 1 jika

menjawab benar dan di beri nilai 0 jika menjawab salah. Dalam

kategori baik = 11-15, sedang = 6-10, kurang = 0-5.

sumber : Bastiar Ismail Adkhar (2018)


2. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer. Menurut Suntoyo

(2012), data primer adalah data asli yang di kumpulkan sendiri oleh

peneliti untuk menjawab masalah penelitianya secara khusus.

Data primer dalam penelitian ini didapatkan dari remaja di Kp.

Pangligaran RW 02 Garut yang dimana dari hasil pretest-posttest

untuk mengukur pengetahuan serta pengaruh video animasi dan dari

kuesioner yang diberikan pada responden penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data (Sugiyono, 2014)

a. Sebelum melakukan penelitian, peneliti membuat sebuah surat

studi pendahuluan dan izin penelitian yang diberasal dari STIKes

Widya Dharma Husada Tangerang.

b. Kemudian mengajukan surat permohonan izin untuk

melakukan studi pendahuluan dan izin penelitian kepada ketua

RW 02 Kp. Pangligaran Garut, berdasarkan surat pengantar

dari STIKes Widya Dharma Husada Tangerang.

c. Setelah peneliti mendapat izin studi pendahuluan dan izin

penelitian dari RW 02 Kp. Pangligaran Garut, selanjutnya

peneliti melakukan pengumpulan data.

d. Peneliti membuat video animasi kesiapsiagaan banjir.


e. Setelah itu peneliti melakukan tes pretest-posttest dengan

beberapa pertanyaan dalam bentuk kuesioer pada tahap

pretest,lalu dengan penayangan video animasi kesiapsiagaan

banjir kepada sampel kelas eksperimen dalam penelitian ini,

lalu peneliti memberikan kuesioner seluruh sampel dalam

penelitian ini pada tahap posttest. Dengan metode ini, peneliti

mendapatkan data yang dapat digunakan untuk mengukur

pengetahuan kesiapsigaan remaja, adanya tes ini terlihat

perbedaan pengetahuan sebelum dan setelah diberi perlakuan

antara remaja kelas kontrol dan kelas eksperimen.

f. Daftar pertanyaan yang telah dilengkapi jawaban dikumpulkan

untuk pengolahan data melalui proses tabulasi dan kemudian

dianalisa dengan alat bantu computer.

E. Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah salah satu langkah yang penting hal ini

disebabkan karena data yang diperoleh langsung dari penelitian

masih merupakan data mentah belum memberikan informasi apapun

dan belum siap untuk disajikan. Untuk memperoleh penyajian data

sebagai hasil yang berarti dan kesimpulan yang baik, diperlukan

pengolahan data (Notoatmodjo, 2015).

a. Editing
Suatu kegiatan yang dilakukan ialah memeriksa dan juga

mengamati apakah seluruh pertanyaan sudah terjawab yang

tertulis bisa dibaca atau dipahami secara kuesioner.

b. Coding

Suatu kegiatan pemberian kode numerik atau angka terhadap

data yang berwujud kalimat (huruf) menjadi data angka ataupun

bilangan. Pada penelitian ini yang terdapat di dalam variabel

pola asuh orang tua dikategorikan menjadi 3 kategori, yakni 1

demokratis, 2 otoriter, dan permisif 3. Dalam variabel intensitas

penggunan gadget dikategorikan 3 kategori, yakni 1 tinggi, 2

sedang, dan 3 rendah.

c. Entri data

Merupakan jawaban dari tiap-tiap responden yang dalam wujud

atau bentuk “kode” (angka maupun huruf) dimasukan kedalam

program “software computer” atau sering disebut software SPSS

(Statistical Product and Service Solutions).

d. Cleaning

Suatu kegiatan pengecekan data. Dengan cara dicek kembali

untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-

kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya. Selanjutnya

dilakukan pembenaran atau pembetulan serta koreksian terhadap

data tersebut.

2. Analisa Data
Analisis Data Pada penelitian ini analisis data yang digunakan oleh

peneliti adalah analisis uji statistik menggunakan teknik analisis

kuantitatif yang menggambarkan hasil penelitian berupa kuesioner

dari responden pada remaja di Kp. Pangligaran rw 02 Garut Teknik

analisis data yang digunakan yakni uji statistik dengan menggunakan

program SPSS.

a. Analisis Univariat

Analisis univariat pada penilitian ini bertujuan untuk

menjelaskan dan mendiskripsikan karakteristik tiap variabel baik

variabel bebas maupun variabel terikat. Analisis ini

menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari setiap

variabel (Notoatmojo, 2012). Penelitian ini bertujuan untuk

mendiskripsikan karakteristik responden yaitu pengetahuan.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap variabel yang diduga

berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2012). Analisis

data yang digunakan peneliti yaitu Uji Wilcoxon Signed Ranks

Test, yaitu uji nonparametrik berbasis peringkat yang tujuannya

untuk menentukan adakah perbedaan signifikan secara statistik

antara dua atau lebih kelompok variabel independen pada

variabel dependen yang berskala data numerik (interval/rasio)

dan skala ordinal. Uji Wilcoxon Signed Ranks Test ini digunakan

untuk mengetahui perbedaan dari pengetahuan responden

sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan media video


animasi kesiapsiagaan banjir. Sedangkan pengaruh video animasi

kesiapsiagaan banjir didapatkan berdasar kan beberapa kriteria

antara lain sensitivitas butir soal.

F. Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2014), etika penelitian diperlukan untuk menghindari

terjadinya tindakan yang tidak etis dalam melakukan penelitian, maka

dilakukan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Lembar Persetujuan (Informed consent)

Lembar persetujuan berisi penjelasan mengenai penelitian yang

dilakukan, tujuan penelitian, tata cara penelitian, manfaat yang

diperoleh responden, dan resiko yang mungkin terjadi. Pernyataan

dalam lembar persetujuan jelas dan mudah dipahami sehingga

responden tahu bagaimana penelitian ini dijalankan. Untuk

responden yang bersedia maka mengisi dan menandatangani lembar

persetujuan secara sukarela.

2. Anonimitas

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak mencantumkan nama

responden, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Confidentiality yaitu tidak akan menginformasikan data dan hasil

penelitian berdasarkan data individual, namun data dilaporkan

berdasarkan kelompok.

4. Sukarela
Bersifat sukarela dan tidak ada unsur paksaan atau tekanan secara

langsung maupun tidak langsung dari peneliti kepada calon

responden atau sampel yang akan diteliti.

G. Keterbatasan Penelitan

Penelitian dilakukan hanya sebatas mengetahui apakah ada pengaruh

Video Animasi Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Kesiapsiagaan

Banjir Di Rw 02 Kp. Pangligaran Garut.dalam hal ini peneliti

menentukan keterbatasan nya dalam melakukan penelitiannya, antara

lain.

1. Keterbatasan dalam membuat media video animasi yang masih

belum baik dari segi naskah, penampilan gambar serta materi.

Semoga peneliti selanjutnya dapat mengembangkan kembali

pembuatan video animasi kesiapsiaganan banjir yang lebih baik.

2. Penggunaan kuesioner dalam pengumpulan data mungkin membuat

para responden menjawab asal, atau hal yang lain sehingga membuat

pengumpulan data beresiko tidak sesuai dengan tujuanya.

3. Keterbatasan dalam pembuatan isi teori dalam penelitin ini sehingga

isi materi mungkin belum begitu baik, sehingga di harapkan ada

penelitian lanjut dengan isi teori yang lebih baik oleh peneliti

selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Umar, Nurlailah. "Pengetahuan dan kesiapsiagaan masyarakat


menghadapi bencana banjir di bolapapu kecamatan kulawi sigi
sulawesi tengah." Jurnal Keperawatan Soedirman 8.3 (2013): 105-
119
Rosyida, Fatiya, and Khofifatu Rohmah Adi. "Studi eksplorasi
pengetahuan dan sikap terhadap kesiapsiagaan bencana banjir di
SD Pilanggede Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro." Jurnal
Teori dan Praksis Pembelajaran IPS 2.1 (2017): 1-5
Erlia, Devy, Rosalina Kumalawati, and Nevy Farista Aristin. "Analisis
kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah menghadapi bencana
banjir di Kecamatan Martapura Barat Kabupaten Banjar." JPG
(Jurnal Pendidikan Geografi) 4.3 (2017).
Sari, Sultia Linika, Anton Widyanto Widyanto, and Samsul Kamal.
"Pengembangan media pembelajaran berbasis video animasi dalam
Smartphone pada materi sistem kekebalan tubuh manusia untuk
siswa kelas xi di SMA Negeri 5 Banda Aceh." Prosiding Biotik 4.1
(2018).
Lingga, Nurul Lolona. "Pengaruh Pemberian Media Animasi Terhadap
Perubahan Pengetahuan Dan Sikap Gizi Seimbang Pada Siswa
Kelas Vi Sekolah Dasar Negeri Tanjung Duren Utara 01 Pagi
Jakarta Barat." Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Esa Unggul Jakarta (2015).
AGUSTINA, R. (2019). PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA
VIDEO ANIMASI TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS III D DI MIN 2
KOTAPALEMBANG (Doctoral dissertation, UIN RADEN
FATAH PALEMBANG).
Prasetyo, Dwi Nova Hadi, and Rahma Hayati. "Peningkatan
Pengetahuan Kesiapsiagaan Banjir Pengurus Karang Taruna
dengan Metode Diskusi Berbantuan Media Audio Visual di
Kelurahan Sawah Besar Tahun 2018." Edu Geography 7.3 (2019):
222-231
Amaliyah Wahidah, Dewi. "FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KESIAPSIAGAAN PERAWAT DALAM
MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KECAMATAN
GUMUKMAS KABUPATEN JEMBER." (2016).
Mubarok, Alwi, and Siti Azizah Susilawati. Pengembangan Media
Pembelajaran Video Animasi Materi Erosi Sebagai Dasar
Pengetahuan Bencana Di Kelas X SMA Muhammadiyah 5
Karanganyar. Diss. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2020.
Sari, Vina Amelia Tunnikmah Desya Cournia. Efektivitas Media Video
Edukasi Bencana dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap
Kebencanaan pada Warga Sekolah SMP 1 Sumbermalang
Situbondo. Diss. Bagian Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.
Megasari, Ruth Evilia. Pengaruh Penyuluhan Penanggulangan Bencana
Tanah Longsor Dengan Media Audiovisual Terhadap
Kesiapsiagaan Masyarakat Di Kelurahan Gadang Kota Malang.
Diss. Universitas Brawijaya, 2018.

IV. Lampiran 1

SURAT STUDI PENDAHULUAN


Lampiran 2
PENJELASAN PENELITIAN
Kepada
Yth, Responden
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Eri Iriyanto
NIM : 171030100161
Adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Dharma Husada
Tangerang Program Studi S1 Keperawatan yang sedang Melakukan
Penelitian sebagai syarat memenuhi Mata Ajar Skripsi Keperawatan ,
Adapun judul dalam penelitian saya adalah : ‘‘Pengaruh Video Animasi
Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Kesiapsiagaan Banjir Di Kp.
Pangligaran Rw 02 Garut”

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengindentifikasi pengaruh video


animasi terhadap pengetahuan remaja tentang kesiapsiagaan banjir. Saya
bersedia ditanya oleh Anda apabila memilih ikut atau tidak ataupun mundur
dalam penelitian ini tanpa ada sanksi apapun. Saya memohon kesedian
Saudara dan Saudari untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dan
menandatangani lembar persetujuan.

Jika Anda menyetujuinya, silahkan mengisi data yang tersedia dan


mengikuti penelitian yang akan dilakukan. Dan yang Anda berikan pada
penelitian ini akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian, Saya sangat menghargai kesedian atau tidaknya Anda dalam
berpartisipasi dalam penelitian ini.

Pamulang, 25 Maret 2021


Hormat Saya

Eri Iriyanto

Lampiran 3

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


Kepada,

Yth. Responden

Dengan hormat,

Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, saya Engga Erlangga Program


Studi S1 Keperawatan STIKes Widya Dharma Husada Tangerang
mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Video Animasi Terhadap
Pengetahuan Remaja Tentang Kesiapsiagaan Banjir Di Kp. Pangligaran Rw
02 Garut”. Sehubung dengan keperluan tersebut, saya berharap bantuan
teman – teman untuk meluangkan waktu mengisi kuesioner ini. Kejujuran
dan ketelitian dalam mengisi kuesioner ini akan sangat membantu dalam
memberikan kebenaran data yang akan saya peroleh sehingga bermanfaat
bagi tujuan penelitian tugas akhir saya. Data-data teman – teman akan saya
jamin kerahasiaannya.

Demikian permohonan saya. Atas perhatian dan kerjasamanya, saya


ucapkan terimakasih.

Pamulang, 25 Maret 2021

Peneliti

Eri Iriyanto

Lampiran 4
SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
PENELITIAN
(Informed Consent)
Saya yang bertandatangan dibawah ini:
Nama : ........................................................................................................
Alamat: ........................................................................................................
Menyatakan bahwa:

1. Telah mendapatkan penjelasan tentang penelitian mengenai “Pengaruh


Video Animasi Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Kesiapsiagaan
Banjir Di Kp. Pangligaran Rw 02 Garut”.
2. Telah mengetahui tujuan dan dampak yang akan mungkin muncul dari
penelitian tersebut.
3. Telah memahami prosedur penelitian dan diberikan kesempatan untuk
bertanya.

Berdasarkan pertimbangan diatas, dengan ini saya memutuskan tanpa


paksaan dari pihak manapun bahwa saya bersedia/tidak bersedia untuk
berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini.
Demikian surat ini saya buat dengan sebenar – benarnya untuk dapat
digunakan sebagaimana mestinya.
Tangerang Selatan, Juni 2020
Peneliti yang membuat pernyataan

(Eri Iriyanto) (......................................... )

*Keterangan: Coret yang tidak perlu

Lampiran 5
KUESIONER VIDEO ANIMASI

Petunjuk Pengisian :
1. Tulis identitas pada lembar jawab yang telah
disediakan
2. Baca pernyataan sebelum menjawab.

3. Jawablah semua pernyataan yang ada.

4. Berilah tanda (√) pada pada salah satu kolom yang


sesuai dengan keadaan anda,
dengan ketentuan sebagai berikut :

No Pernyataan SS S KS TS STS
1 Tampilan program menarik

Penyajian animasi menarik dan


2
mudah dipahami
Tampilan suara/audio jelas dan
3 menambah pemahaman materi

Cerita dalam media video animasi


4 pembelajaran menarik dan materinya
mudah di pahami

Bahasa/Perintah dalam media


5 sederhana dan mudah dipahami

Bahasa dalam media jelas dan


6 sesuai

Penggunaan media video animasi


7
praktis dalam pembelajaran
media video animasi ini dapat
8 digunakan berulang-ulang

Bahasa yang digunakan dalam media


9 video animasi ini mudah dimengerti
saya

media video animasi ini


10 meningkatkan pengetahuan saya
tentang kesiapsiagaan banjir

media video animasi pembelajaran


11 dapat memperjelas saya dalam
belajar
media video animasi pembelajaran
12 dapat memudahkan saya dalam
belajar
media video animasi pembelajaran
13 dapat meningkatkan motivasi dan
gairah belajar saya

media video animasi memungkinkan


14 saya belajar secara mandiri

media video animasi ini dapat


mempermudah saya dalam
15 memahami tentang kesiapsiagaan
banjir

Sumber : Bastiar Ismail Adkhar (2016)

KUESIONER PENGETAHUAN KESIAPSIAGAAN BANJIR


No Pertanyaan Benar Salah
1 Bencana alam merupakan fenomena alam
yang luar biasa yang menyebabkan korban
jiwa, lingkungan, dan tidak dapat diatasi
oleh masyarakat.
2 Menghindari atau mengurangi resiko dan
mempersiapkan diri untuk melakukan
upaya tanggap darurat yang efektif adalah
bentuk kesiapsiagaan.
3 Banjir merupakan bencana alam yang
disebabkan oleh faktor manusia
4 Mengurangi bahaya yang terjadi akibat
bencana banjir dengan serangkaian
upayaupaya yang dilakukan secara cepat
dan tepat merupakan tujuan utama
kesiapsiagaan terhadap bencana banjir.
5 Pengadaan pemantauan secara tehnis untuk
mengevaluasi dan merencanakan
pemulihan kondisi masyarakat merupakan
faktor utama yang menentukan area mana
yang harus diberikan prioritas yang
pertama untuk dilakukan tindakan.
6 Mengembangkan program informasi dan
pendidikan gawat darurat bagi masyarakat
merupakan langkah pertama untuk
mengembangkan program tetap
penanganan gawat darurat.
7 Bencana yang berisiko tinggi dapat
berpotensi menyebabkan terhentinya
kegiatan ekonomi.
8 Kerusuhan politik merupakan kasus yang
disebabkan oleh bencana banjir dengan
tingkat ancaman dan risiko yang tinggi.
9 Bencana banjir yang parah dapat
menyebabkan berbagai penyakit seperti
diare, typhus, penyakit kulit dan kanker.
10 Makan makanan yang telah terkontaminasi
dengan air banjir, yang telah basi, atau
yang telah jamuran dapat menyebabkan
keracunan dan penyakit perut.
11 Panel listrik tidak perlu dimatikan saat
banjir terjadi.
12 Penyakit Diare dan gangguan pencernaan
lainnya pada saat banjir dapat dicegah
dengan cara menggunakan air bersih untuk
keperluan minum, memasak dan
kebersihan pribadi.
13 Untuk menghindari risiko bencana banjir
yang tinggi, sebaiknya kita tetap menunggu
di dalam rumah.
14 Untuk mengurangi risiko ekonomi yang
ditimbulkan akibat bencana, keluarga perlu
mempersiapkan tabungan, asuransi
jiwa/harta/benda
15 Untuk mengurangi risiko yang ditimbulkan
akibat bencana banjir, maka saranasarana
mitigasi struktural/fisik yang sebaiknya
dibangun adalah pembuatan tanggul di
sepanjang sungai.

sumber : Bastiar Ismail Adkhar (2018)

Anda mungkin juga menyukai