Anda di halaman 1dari 65

PROPOSAL LITERATUR REVIEW

HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT DENGAN


MANAJEMEN MITIGASI TERJADINYA
BENCANA BANJIR

REGA YOGA PRADANA


NIM 192102128

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN MALANG WIDYA CIPTA


HUSADA
FAKULTAS KEBIDANAN & KEPERAWATAN
SUB DEPARTEMEN S1 – ILMU KEPERAWATAN
MALANG
2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL

Nama : Rega Yoga Pradana

Nim : 192102128

Sub Departemen : S1 Keperawatan

Judul : Hubungan Pengetahuan Masyarakat dengan Manajemen

Mitigasi Terjadinya Bencana Banjir

Bali, 19 Januari 2023,

Disetujui Untuk Dilaksanakan Seminar Proposal

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Icca Presilia A, S.Kep.,Ns.,M.Kep LILIS SULISTYA NENGRUM, S.Kep.


,Ns.,M.Kep.Trop

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan penyusunan proposal skripsi ini yang

dilakukan dalam rangka untuk memenuhi tugas akhir.

Proposal skripsi dengan judul “HUBUNGAN KESADARAN

MASYARAKAT TENTANG TANDA TANDA AKAN TERJADINYA

BENCANA BANJIR DENGAN KESIAPAN MANAJEMEN RESIKO

BENCANA BANJIR”. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan penyusunan

proposal ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Tayubi Hariyanto, SE,MM, selaku Ketua Yayasan ITKM Widya Cipta

Husada Malang

2. Eni Yuniati, S.Sos, MAB selaku Rektor Yayasan ITKM Widya Cipta Husada

Malang yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami.

3. Wyssie Ika Sari, S.Kep. Ns., M.Kep selaku Kaprodi S1 Keperawatan Yayasan

ITKM Widya Cipta Husada Malang dan selaku dosen penguji yang telah

menguji dan memberi masukkan kepada penulis.

4. Icca Presilia Anggreyanti, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dosen Pembimbing I

yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dengan sabar serta

masukan kepada penulis dalam menyelesaikan Proposal Skripsi ini.

5. Lilis Sulistya Negrum,S.Kep.,M.Kep.Trop selaku Dosen Pembimbing II yang

telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dengan sabar serta

masukan kepada penulis dalam menyelesaikan Proposal Skripsi ini.

ii
6. Ririn Kurniawati, S.Psi.,Ns.,M.Psi.Psikologi selaku Dosen Penguji yang telah

meluangkan waktu untuk menguji seminar proposal ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

diharapkan untuk menyempurnakan proposal ini.

Bali, 19 Januari 2022

Penulis,

REGA YOGA PRADANA


NIM: 192102128

iii
DAFTAR ISI

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bencana merupakan peristiwa yang tidak diharapkan oleh

masyarakat karena dapat menyebabkan kerugian fisik, psikis maupun

material. Bencana yang disebabkan oleh faktor alam menjadi momok

ditengah masyarakat karena kedatanganya sulit bahkan hampir tidak bisa

diprediksi. Salah satu bencana yang disebabkan oleh faktor alam adalah

banjir. Banjir adalah suatu peristiwa yang terjadi akibat adanya

penumpukan air yang jatuh dan tidak dapat ditampung oleh tanah.

Peristiwa alam, seperti banjir ini bukanlah hal yang baru terjadi pada suatu

wilayah perkotaan (Eldi, 2020). Banjir adalah suatu bencana yang

mengganggu kehidupan manusia berupa genangan air dari yang terkecil

sampai terbesar yang disebabkan faktor-faktor baik manusia maupun alam

atau aliran air yang tinggi, dan tidak tertampung oleh aliran sungai

sehingga air itu meluap ke daratan yang lebih rendah (Arsyad, 2017).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), banjir adalah peristiwa

terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang

meningkat. Definisi kedua dari kamus tersebut, banjir adalah berair

banyak dan deras, kadang-kadang meluap. (Sulaiman et al., 2020).

Menurut WHO pada 2014 di dalam (Yunus & Umar, 2021)

kejadian banjir dari Tahun 2010-2016 mencapai 31,5 % diikuti dengan

1
bencana angin puting beliung 26% dan tanah longsor 8,3% dari seluruh

kejadian bencana. Indonesia merupakan salah satu Negara yang rawan

mengalami bencana alam. Badan Nasional Penanggulangan Bencana

(BNPB) mencatat 3.622 bencana terjadi di Indonesia sepanjang Januari

2019 sampai 16 Desember 2019. Secara umum, dari data tersebut terjadi

kenaikan jumlah bencana jika dibandingkan dengan beberapa tahun ini,

artinya sepanjang 2009-2019 terjadi peningkatan bencana dimana

antaranya meliputi bencana banjir, puting beliung paling yang setiap

tahunnya semakin meningkat. Badan Nasional Penanggulangan Bencana

(BNPB) 2019 Jawa Timur dengan 582 kejadian berada diuruatan ketiga.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang,

mencatat di tahun 2018 lalu sebanyak 71 bencana alam didominasi oleh

banjir dan longsor.

Menurut BPBD, 2020 pada awal tahun 2020 berbagai peristiwa

banjir telah terjadi di wilayah kabupaten Malang Selatan yang menjadi

langganan setiap tahunnya. Dampak yang ditimbulkan akibat bencana

yang merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan dan biasanya terjadi

secara mendadak serta menimbulkan korban jiwa. Salah satu kendala yang

sering dijumpai dalam penanggulangan krisis di daerah bencana adalah

kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) (Nengrum, 2020). Banjir

memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak, karena berkontribusi

sebesar 37 % atas keseluruhan bencana yang terjadi secara nasional. Banjir

terjadi bila volume air yang mengalir pada saluran drainase atau sungai

melebihi kapasitas aliran dan daya serap lahan kering disekitarnya. Setiap

2
tahunnya, intensitas maupun luasan area banjir senantiasa meningkat

akibat kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh manusia, sehingga

laju aliran permukaan meningkat dan luas lahan resapan air berkurang

yang hampir terjadi diseluruh kawasan daerah aliran sungai (DAS) di

Indonesia.(Yudistira et al., 2021)

Menurut Nugroho Rahardjo penyebab banjir diperkotaan ada 7

yaitu; 1. Pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan, 2. Tidak

adanya pola hidup bersih di masyarakat, 3. Tidak adanya perencanaan dan

pemeliharaan sistem drainase yang baik, 4. Tidak adanya konsistensi pihak

berwenang dalam RTRW, 5. Tidak adanya upaya konservasi faktor

penyeimbang lingkungan air, 6. Terjadinya penurunan muka tanah, 7.

Curah hujan yang sangat tinggi pada musim penghujan(Nugro et al.,

2014).

Selain korban jiwa, bencana banjir juga merusak tatanan

masyarakat baik dari segi sosial, spiritual, ekonomi dan juga psikologis.

Beberapa dampak yang ditimbulkan karena adanya banjir antara lain :

Menimbulkan kerugian material, Merusak bangunan, Menyebabkan

lingkungan menjadi kotor dan becek, Menyebarnya bibit penyakit,

Mengganggu lalu lintas, Kelangkaan air bersih, Bencana banjir

mengurangi tingkat kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat.(M. Afif

Salim & Agus B Siswanto, 2021). Resiko yang di timbulkan akibat

bencana banjir sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia, maka di

perlukan perencanaan wilayah yang baik dan penyediaan media informasi

3
dan komunikasi yang kritis dan terbari sebagai sarana untuk meningkatkan

respon terhadap bencana.(Arsyad, 2017)

Manajemen Risiko Bencana Adalah pengaturan/manejemen

bencana dengan penekanan pada faktor-faktor yang bertujuan mengurangi

risiko saat sebelum terjadinya bencana. Pencegahan bencana adalah

serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan

dan/atau mengurangi ancaman bencana. Mitigasi adalah serangkaian

upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik

maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman

bencana. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah

yang tepat guna dan berdaya guna. Kesiapsiagaan ini sebenarnya masuk

manajemen darurat, namun letaknya di pra bencana. Dalam fase ini juga

terdapat peringatan dini yaitu serangkaian kegiatan pemberian peringatan

sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya

bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.(Arsyad, 2017)

Berdasarkan penelitian oleh (Dwi et al., 2019) dengan judul ”

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Kesadaran Masyarakat Dengan

Kebersihan Lingkungan Di Kelurahan Nanggala Sangpiak Salu

Kecamatan Nanggala Kabupaten Toraja Utara Tahun 2019” yaitu di

dapatkan hasil bahwa ada hubungan yang positif antara pengetahuan dan

kesadaran masyarakat dengan kebersihan lingkungan di kelurahan

Nanggala Sangpiak salu, kecamatan Nanggala, kabupaten Toraja Utara

tahun 2019. Berdasarkan penelitian oleh (Ayub et al., 2020) dengan judul

4
“Kesadaran Kebencanaan Pada Perilaku Kesiapsiagaan Siswa” yaitu

didapatkan Hasil penelitian menunjukkan tingkat kesadaran kebencanaan

siswa berada pada kategori sedang. Perilaku kesiapsiagaan siswa dalam

menghadapi bencana pada kategori tinggi. Data ini memberikan indikasi

bahwa kesadaran kebencanaan mempengaruhi perilaku kesiapsiagaan

siswa menghadapi bencana.

Di Indonesia pelaksanaan manajemen bencana dilakukan oleh

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui bebarapa

program yang tersedia seperti Program Pramuka Sigap Bencana dan telah

terbitnya buku saku tanggap tangkas tangguh menghadapi bencana. Hal

tersebut memberikan edukasi yang yang berguna dalam manajemen

kejadian bencana di Indonesia. Akan tetapi, hal tersebut harus diikuti oleh

kesadaran dari masyarakat untuk mendukung manajemen resiko bencana

di Indonesia sehingga dapat mengurangi dampak apabila terjadi bencana.

Persiapan yang mumpuni tidak hanya pada sumber daya manusia tetapi

juga program dan pendekatan yang tepat sangat membantu dalam

persiapan terjadinya bencana.(Arsyad, 2017)

Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian

mengenai hubungan kesadaran dengan kesiapan dalam manajemen resiko

bencana gempa bumi, oleh karena itu peneliti ini merangkum literatur

yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan

kesadaran dengan kesiapan dalam manajemen resiko bencana banjir.

5
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk

melakukan rangkuman literatur mengenai “Apakah terdapat hubungan

pengetahuan masyarakat dengan manajemen mitigasi terjadinya bencana

banjir?”.

1.3 Tujuan Penulisan

1.4.2. Tujuan Umum

Rangkuman literatur ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan pengetahuan masyarakat dengan manajemen mitigasi

terjadinya bencana banjir.

1.4.3. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat dalam

manajemen resiko bencana banjir.

b. Mengetahui tingkat kesiapan masyarakat dalam manajemen

resiko bencana banjir.

1.4 Manfaat Penulisan

6
1.4.1. Manfaat Teoritis

Rangkuman literatur ini diharapakan dapat memberikan

informasi tentang hubungan pengetahuan masyarakat dengan

manajemen mitigasi terjadinya bencana banjir.

1.4.2. Manfaat Praktis

a. Bagi Profesi Keperawatan

Sebagai bahan masukan bagi tenaga keperawatan

khususnya yang bekerja di bidang kegawatdaruratan dan

kebencanaan.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan referensi tambahan pemikiran dalam

perkembangan pengetahuan sehingga dapat mengembangkan

penelitian tentang hubungan pengetahuan masyarakat dengan

manajemen mitigasi terjadinya bencana banjir.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapakan dapat bermanfaat sehingga bisa

menambah kepustakaan mengenai hubungan pengetahuan

masyarakat dengan manajemen mitigasi terjadinya bencana

banjir.

7
BAB II

TUNJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Manajemen

2.1.1. Pengertian manajemen

Manajemen penanggulangan bencana dapat didefinisikan

sebagai segala upaya atau kegiatan yang dilaksanakan dalam

rangka upaya pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap

darurat dan pemulihan berkaitan dengan bencana yang

dilakukan pada tahapan sebelum, saat dan setelah bencana.

Manajemen penanggulangan bencana merupakan suatu

proses yang dinamis, yang dikembangkan dari fungsi

manajemen klasik yang meliputi perencanaan,

pengorganisasian, pembagian tugas, pengendalian dan

pengawasan dalam penanggulangan bencana. Proses tersebut

juga melibatkan berbagai macam organisasi yang harus

8
bekerjasama untuk melakukan pencegahan, mitigasi,

kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan akibat bencana.

(Arsyad, 2017)

gambar 1.1 Proses Manajemen Bencana

2.1.2. Tahapan manajemen bencana

Dalam upaya menerapkan manajemen penanggulangan

bencana, dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahapan sebagai berikut:

a. Tahap pra-bencana yang dilaksanakan ketika tidak

terjadi bencana dan terdapat potensi bencana.

b. Tahap tanggap darurat yang diterapkan dan dilaksanakan

pada saat sedang terjadi bencana.

c. Tahap pasca bencana yang diterapkan setelah terjadi

bencana.

Dalam keseluruhan tahapan penanggulangan bencana

tersebut, ada 3 (tiga) manajemen yang dipakai yaitu :

9
a. Manajemen Risiko Bencana

Adalah pengaturan/manejemen bencana dengan

penekanan pada faktor-faktor yang bertujuan

mengurangi risiko saat sebelum terjadinya bencana.

Manajemen risiko ini dilakukan dalam bentuk :

1) Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan

yang dilakukan sebagai upaya untuk

menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman

bencana.

2) Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk

mengurangi risiko bencana, baik melalui

pembangunan fisik maupun penyadaran dan

peningkatan kemampuan menghadapi ancaman

bencana.

3) Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui

pengorganisasian serta melalui langkah yang

tepat guna dan berdaya guna. Kesiapsiagaan ini

sebenarnya masuk manajemen darurat, namun

letaknya di pra bencana. Dalam fase ini juga

terdapat peringatan dini yaitu serangkaian

kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin

kepada masyarakat tentang kemungkinan

10
terjadinya bencana pada suatu tempat oleh

lembaga yang berwenang.

b. Manajemen Kedaruratan

Manajemen Kedaruratan adalah pengaturan

upaya penanggulangan bencana dengan penekanan pada

faktor-faktor pengurangan jumlah kerugian dan korban

serta penanganan pengungsi saat terjadinya bencana

dengan fase nya yaitu tanggap darurat bencana .

Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan

yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian

bencana untuk menangani dampak buruk yang

ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan

evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan

dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,

penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.

c. Manajemen Pemulihan

Manajemen Pemulihan adalah pengaturan upaya

penanggulangan bencana dengan penekanan pada faktor-

faktor yang dapat mengembalikan kondisi masyarakat

dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan

memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan

11
sarana secara terencana, terkoordinasi, terpadu dan

menyeluruh setelah terjadinya bencana dengan fase-

fasenya nya yaitu :

1) Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan

semua aspek pelayanan publik atau masyarakat

sampai tingkat yang memadai pada wilayah

pascabencana dengan sasaran utama untuk

normalisasi atau berjalannya secara wajar semua

aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat

pada wilayah pascabencana.

2) Rekonstruksi adalah pembangunan kembali

semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada

wilayah pascabencana, baik pada tingkat

pemerintahan maupun masyarakat dengan

sasaran utama tumbuh dan berkembangnya

kegiatan perekonomian, sosial dan budaya,

tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya

peran serta masyarakat dalam segala aspek

kehidupan bermasyarakat pada wilayah

pascabencana.(Arsyad, 2017)

2.2 Konsep Banjir

2.2.1. Definisi banjir

12
Banjir merupakan suatu peristiwa meluapnya air dari

batas tebing sungai dalam jangka waktu relatif pendek atau

suatu peristiwa menggenangnya air di permukaan tanah sampai

melebihi batas waktu tertentu yang mengakibatkan kerugian.

Di wilayah-wilayah Indonesia, peristiwa bencana banjir paling

sering terjadi dan berulang setiap tahunnya, terutama pada saat

musim penghujan. Hingga saat ini, permasalahan banjir belum

dapat terselesaikan dan bahkan cenderung meningkat

frekuensinya, luasannya, kedalamannya, maupun durasinya.

Bencana banjir dipengaruhi oleh 3 (tiga) elemen, yaitu

elemen meteorologi, elemen karakteristik fisik DAS dan

elemen manusia. Untuk faktor meteorologi, yang berpengaruh

menimbulkan banjir adalah intensitas curah hujan, distribusi

curah hujan, frekuensi dan lamanya hujan berlangsung.

Sedangkan karakteristik fisik DAS yang berpengaruh terhadap

terjadinya banjir adalah luas DAS, kemiringan lahan,

ketinggian lahan, penggunaan lahan, dan tekstur tanah. Dan

manusia berperan terhadap percepatan perubahan karakteristik

fisik DAS

Bencana banjir terjadi setelah memenuhi sejumlah

kondisi, antara lain intensitas hujan yang melampaui kapasitas

infiltrasi dan hujan deras yang berlangsung relatif lama

(mencapai atau melampaui waktu konsentrasi sungai) dan

terjadi pada wilayah yang luas, sehingga tercapai akumulasi

13
debit aliran yang melampaui daya tampung sungai.

(Sandhyavitri et al., 2015)

2.2.2. Penyebab banjir

Menurut (Sandhyavitri et al., 2015) penyebab banjir

dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :

a. Banjir kiriman

Aliran banjir yang datangnya dari daerah hulu di

luar kawasan yang tergenang. Hal ini terjadi jika hujan

yang terjadi di daerah hulu menimbulkan aliran banjir yang

melebihi kapasitas sungainya atau banjir kanal yang ada,

sehingga mengakibatkan terjadinya limpasan.

b. Banjir lokal (banjir genangan)

Genangan air yang timbul akibat hujan yang jatuh di

daerah itu sendiri. Hal ini dapat terjadi kalau hujan yang

terjadi melebihi kapasitas sistem drainase yang ada. Pada

banjir lokal, ketinggian genangan air antara 0,2 – 0,7 m dan

lama genangan 1 – 8 jam. Banjir ini terdapat pada daerah

yang rendah.

c. Banjir rob (banjir air pasang)

Banjir yang terjadi baik akibat aliran langsung air

pasang dan/ atau air balik dari saluran drainase akibat

terhambat oleh air pasang.

Sedangkan penyebab banjir di perkotaan menurut (Nugro

et al., 2014) yaitu

14
a. Pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan

Pertumbuhan dan perkembangan kota-kota besar di

Indonesia sebenarnya tergolong cukup pesat. Propinsi DKI

Jakarta yang merupakan satu propinsi kaya dan menjadi

tolok ukur pertumbuhan ekonomi untuk skala nasional,

terus menerus melaksanakan pembangunan di segala

bidang. Pembangunan perumahan/pemukiman ataupun

untuk areal usaha yang terus berlangsung hingga kini, baik

pada bagian selatan (hulu) maupun pada bagian hilir

(daerah pesisir) seolah tidak pernah berhenti. Dengan

kondisi seperti itu, maka semakin banyak kawasan-kawasan

lain yang akhirnya menerima luapan air kali yang banjir

dan kawasan- kawasan tersebut menjadi daerah genangan-

genangan yang seolah-olah terjebak di tengah- tengah

antara daerah hulu dan hilir.

b. Tidak adanya pola hidup bersih di masyarakat

Tidak adanya budaya bersih dan disiplin tinggi dari

penduduk atau warga umumnya dalam hal pengelolaan

sampah padat, mengakibatkan masalah yang sangat pelik

bagi penyaluran air limbah atau air kotor. Pada saat hujan

turun, air yang melimpas di permukaan tanah dan masuk ke

saluran drainase tidak dapat optimal terakomodasi oleh

sistem drainase yang ada. Sistem drainase tersebut selain

tidak terencana dengan baik, juga dipenuhi oleh sampah

15
yang menghambat laju alir pengaliran air hujan yang

melimpas tersebut.

c. Tidak adanya perencanaan dan pemeliharaan sistem

drainase yang baik

Tidak adanya sistem drainase yang baik dan

terencana untuk suatu daerah atau kota-kota muda yang

sedang tumbuh dengan pesat, seperti Kecamatan Pondok

Aren, Ciputat, Serpong. Banyak bagian-bagian lahan yang

terletak di suatu cekungan yang rendah dan semula adalah

daerah resapan atau tangkapan air hujan, sekarang ini telah

berkembang menjadi daerah pemukiman yang padat,

sehingga setiap kali turun hujan maka air dalam jumlah

yang besar akan tergenang dan tidak dapat keluar dari

daerah cekungan tersebut. Dengan demikian masalah banjir

menjadi masalah sistem yang semakin kompleks. Sistem

drainase berdiri sendiri-sendiri dan tidak terpadu, sehingga

bahkan secara bersama-sama akan menimbulkan masalah

yang sama, yaitu banjir.

d. Tidak adanya konsistensi pihak berwenang dalam RTRW

Berkaitan dengan butir kedua di atas, Pihak

PEMDA (Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau bahkan

sampai tingkat Propinsi) harus mempunyai ketegasan dalam

hal peruntukkan lahan yang sesuai dengan RTRW

(Rencana Tata Ruang Wilayah) atau dulu dikenal dengan

16
RUTR (Rencana Umum Tata Ruang). Penyusunan tata

ruang dari pihak Pemda juga masih belum menerapkan

konsep pembangunan berwawasan lingkungan.

e. Tidak adanya upaya konservasi faktor penyeimbang

lingkungan air,

Perambahan lahan-lahan basah atau bantaran

kali/sungai menjadi pemukiman merupakan gejala umum

yang semula dibiarkan berlangsung sedikit demi sedikit dan

akhirnya akan semakin mempersempit alur kali atau sungai.

Dengan perlakuan-perlakuan seperti tersebut, maka upaya-

upaya untuk konservasi demi menjaga keseimbangan

lingkungan air sudah sangat jarang dilaksanakan oleh

pihak-pihak yang berwenang.

f. Terjadinya penurunan muka tanah

Turunnya permukaan tanah (land subsidence) dapat

terjadi karena tidak seimbangnya kecepatan pengambilan

air tanah dengan kecepatan pengisiannya kembali. Kondisi

lapisan yang semula banyak mengandung air tanah

mengalami peningkatan kepadatan, karena rongga-rongga

kosong yang terjadi akibat pengambilan air tanah dengan

cepat, secara alamiah melakukan restrukturisasi yang

mengakibatkan berkurangnya rongga-rongga kosong

tersebut. Proses pemadatan ini tidak reversible, artinya

pengisian kembali rongga- rongga kosong dengan air tanah

17
yang baru tidak mungkin sama persis dengan kapasitasnya

semula. Sehingga terjadi pengurangan potensi air tanah dan

kondisi ini bila tidak ditanggulangi akan menyebabkan

kondisi yang kritis, khususnya potensi air tanahnya.

g. Curah hujan yang sangat tinggi pada musim penghujan.

2.2.3. Dampak banjir

Beberapa dampak yang ditimbulkan karena adanya banjir

antara lain :

a. Menimbulkan kerugian material

Dampak yang sudah pasti dirasakan bagi masyarakat

yang mengalami banjir adalah berupa kerugian material.

Kerugian material ini merupakan dapat timbul karena banyak

rumah warga yang terendam banjir, kemudian tidak hanya

rumah saja namun juga perabotan rumah tangga ikut

terendam banjir. Hal ini akan mengakibatkan adanya kergian

material yang cukup besar untuk dapat memulihkan seperti

kondisi semula.

b. Merusak bangunan

Dampak yang juga sangat dirasakan oleh masyarakat

akibat banjir adalah rusaknya bangunan yang terendam

banjir. Bangunan yang terlalu lama tergenang air memang

akan mengalami kerusakan, baik banyak maupun sedikit.

serapan bangunan yang berpotensi rusak adalah lantai atau

keramik, kusen pintu, maupun tembok bagian bawah.

18
c. Menyebabkan lingkungan menjadi kotor dan becek

Dampak yang pasti terjadi ketik banjir datang adalah

lingkungan menjadi kotor dan becek. Hal ini karena air yang

meluap tidak hanya melintas namun juga menggenangi.

Akibatnya, hal ini akan membuat lingkungan yang digeangi

air menjadi becek dan tidak nyaman, sehingga akan menjadi

kotor.

d. Menyebarnya bibit penyakit

Banjir secara tidak langsung baik cepet maupun

lambat akan menyebarkan bibit penyakit. Hal ini seperti

sudah menjadi paket dan kita semua pun mengerti bahwa

banjir akan menjadi penyebab timbulnya berbagai jenis

penyakit. Beberapa penyakit yang dapat ditimbulkan dari

banjir ini antara lain adalah diare, ISPA, gatal- gatal, hingga

demam berdarah. Maka dari itulah ketika banjir datang

menyerang akan banyak orang- orang yang terkena penyakit.

e. Mengganggu lalu lintas

Dampak negatif dari banjir yang selanjutnya adalah

mengganggu kelancaran lalu lintas. Hal ini karena air yang

menggenangi akibat banjir tidak hanya menggenangi

pemukiman penduduk seperti perumahan, namun juga jalan

raya. Sehingga hal ini akan menyebabkan terganggunya lalu

lintas

f. Kelangkaan air bersih

19
Satu hal yang selalu muncul ketika banjir tiba adalah

kelankaan air bersih. Bagaimanapun juga air banjir tidak

hanya menggenangi rumah masyarakat saja, namun juga

sumber air bersih bagi masyarakat. Akibatnya air bersih yang

seharusnya digunakan untuk konsumsi warga sehari- hari

dapat bercampur dengan air banjir. Belum lagi septiktank

warga yang juga terendam air banjir dapat berpotensi

membuat tinja menjadi keluar dan bercampur dengan air

warga. Hal ini sungguh menimbulkan krisis air bersih.

g. Bencana banjir mengurangi tingkat kualitas hidup dan

kesejahteraan masyarakat

2.2.4. Daerah yang sering terkena banjir

Menurut Isnugroho (2006) dalam (Sandhyavitri et al.,

2015) kawasan rawan banjir genangan merupakan kawasan

yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana banjir

genangan sesuai karakteristik penyebab banjir. Kawasan banjir

dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) tipologi, yaitu sebagai

berikut.

a. Daerah pantai

Daerah pantai merupakan daerah yang rawan banjir

karena daerah tersebut merupakan dataran rendah yang

elevasi permukaan tanahnya lebih rendah atau sama dengan

elevasi air laut pasang rata-rata (mean sea level) dan tempat

20
bermuaranya sungai yang biasanya mempunyai

permasalahan penyumbatan muara.

b. Daerah dataran banjir (floodplain area)

Daerah dataran banjir (floodplain area) adalah

daerah di kanan dan kiri sungai yang muka tanahnya sangat

landai dan relatif datar, sehingga aliran air menuju sungai

sangat lambat yang mengakibatkan daerah tersebut rawan

terhadap banjir baik oleh luapan air sungai maupun karena

hujan lokal. Kawasan ini umumnya terbentuk dari endapan

lumpur yang sangat subur sehingga merupakan daerah

pengembangan (pembudidayaan) seperti perkotaan,

pertanian, pemukiman dan pusat kegiatan perekonomian,

perdagangan, industri, dan lain-lain.

c. Daerah sempadan sungai

Daerah ini merupakan kawasan rawan banjir, akan

tetapi di daerah perkotaan yang padat penduduk daerah

sempadan sungai sering dimanfaatkan oleh manusia sebagai

tempat hunian dan kegiatan usaha sehingga apabila terjadi

banjir akan menimbulkan dampak bencana yang

membahayakan jiwa dan harta benda.

d. Daerah cekungan

Daerah cekungan merupakan daerah yang relatif

cukup luas baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi.

Apabila penataan kawasan tidak terkendali dan sistem

21
drainase yang kurang memadai, dapat menjadi daerah

rawan banjir.

2.3 Konsep Mitigasi

2.3.1. Pengertian mitigasi

Menurut (Coburn, et al. 1994) dalam (Setyowati,

2019)Mitigasi berarti mengambil tindakan-tindakan untuk

mengurangi pengaruh-pengaruh dari satu bahaya sebelum bahaya

itu terjadi. Istilah mitigasi berlaku untuk cakupan yang luas dari

aktivitas-aktivitas dan tindakan-tindakan perlindungan yang

mungkin diawali, dari yang fisik, seperti membangun bangunan-

bangunan yang lebih kuat, sampai dengan yang prosedural,

seperti teknik-teknik yang baku untuk menggabungkan penilaian

bahaya di dalam suatu perencanaan.

Mitigasi adalah sebuah upaya untuk melakukan

perencanaan yang tepat untuk meminimalkan dampak bencana.

Mitigasi bukanlah sebuah strategi akhir, namun diperlukan agar

resiko-resiko yang ada dapat diminimalisir. Untuk itu diperlukan

berbagai bentuk pendekatan dalam menetapkan strategi mitigasi

yang diperlukan. Upaya pencegahan (prevention) terhadap

munculnya dampak adalah perlakuan utama.

22
Kegiatan-kegiatan pada tahap pra bencana erat kaitannya

dengan istilah mitigasi bencana yang merupakan upaya untuk

meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana. Mitigasi

bencana mencakup baik perencanaan dan pelaksanaan tindakan

untuk mengurangi resiko-resiko dampak dari suatu bencana yang

dilakukan sebelum bencana itu terjadi, termasuk kesiapan dan

tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka panjang. Terdapat

dua (2) bentuk mitigasi, yaitu mitigasi struktural dan mitigasi non

struktural. Mitigasi struktural dilakukan untuk memperkuat

bangunan dan infrastruktur yang berpotensi terkena bencana,

seperti membuat kode bangunan, desain rekayasa, dan konstruksi

untuk menahan serta memperkokoh struktur ataupun membangun

struktur bangunan penahan longsor, penahan dinding pantai, dan

lain-lain. Mitigasi non struktural berupa penyusunan peraturan,

pengelolaan tata ruang, pelatihan perencanaan tata ruang wilayah,

serta upaya memberdayakan masyarakat dan pemerintah daerah.

(Setyowati, 2019)

2.3.2. Pendidikan Mitigasi Bencana

Pemahaman masyarakat akan karakter bencana

merupakan modal awal keselamatan hidup di masa depan,

mengingat pengalaman sejarah dan peristiwa bencana lebih

banyak menyisakan kepiluan dan penderitaan. Kejad ian

bencana yang terjadi di Indonesia merupakan kejadian yang

23
berulang hampir tiap tahunnya, akan tetapi masyarakat mudah

untuk melupakan kejadian yang terkadang menghancurkan dan

mengakibatkan kerugian baik material, fisik, maupun korban

jiwa. Arti dari pendidikan kebencanaan yakni sebagai upaya sadar

untuk menciptakan suatu masyarakat yang peduli, memiliki

pengetahuan, dan keterampilan dalam mengatasi permasalahan

kebencanaan, serta menghindari permasalahan kebencanaan yang

mungkin akan muncul di saat mendatang.

Adapun sasaran pendidikan kebencanaan sesuai dengan

yang disampaikan Resolusi Belgrad International Conference On

Environmental Education (Soetaryono, 1999) dalam (Setyowati,

2019), diuraikan sebagai berikut :

a. Kesadaran, membantu individu ataupun kelompok untuk

memiliki kesadaran dan kepekaan terhadap lingkungan

keseluruhan berikut permasalahan yang terkait,

b. Pengetahuan, membantu individu atau kelompok sosial

memiliki pemahanam terhadap lingkungan total,

permasalahan yang terkait serta kehadiran, manusia yang

menyandang peran dan tanggung jawab penting di dalamnya,

c. Sikap, membantu individu atau kelompok sosial memiliki

nilai-nilai sosial, rasa kepedulian, yang kuat terhadap

lingkungannya, serta motivasi untuk berperan aktif dalam

upaya perlindungan dan pengembangan lingkungan.

24
d. Ketrampilan, membantu individu atau kelompok sosial

mengevaluasi persyaratan-persyaratan lingkungan dengan

program pendidikan dari segi ekologi, politik, ekonomi,

sosial, estetika dan pendidikan.

e. Peran serta, membantu individu atau kelompok sosial untuk

dapat mengembangkan rasa tanggng jawab, dan urgensi

terhadapa suatu permasalahan lingkungan sehingga dapat

mengambil tindakan relevan untuk pemecahannya.

2.3.3. Mitigasi Bencana Banjir

Strategi-strategi mitigasi utama terhadap banjir adalah,

mengatur tata guna tanah dan perencanaan lokasi untuk

menghindari dataran berpotensi banjir menjadi tempat dari

elemen-elemen yang rentan. Rekayasa bangunan di dataran banjir

untuk menahan kekuatan banjir dan rancangan lantai yang

ditinggikan. Infrastruktur yang tahan rembesan. Partisipasi

masyarakat, dapat digiatkan dalam bentuk pembersihan

sedimentasi, konstruksi parit. Kesadaran akan adanya denah

banjir. Rumah-rumah yang dibangun tahan terhadap banjir

(material tahan banjir, pondasi-pondasi yang kuat) Praktek-

praktek pertanian yang cocok dengan banjir. Kesadaran akan

penebangan hutan. Praktek-praktek yang ada merefleksikan

kesadaran: daerah-daerah penyimpanan dan ruang tidur yang

25
berada tinggi dari permukaan tanah. Kesiapan evakuasi banjir,

perahu-perahu dan peralatan penyelamatan.(Setyowati, 2019)

2.4 Konsep Kesadaran Masyarakat

2.4.1. Pengertian kesadaran masyarakat

Kesadaran menurut (Carl G Jung) Dalam buku Widjaja

(1984:56) dalam (Muttaqien et al., 2019) terdiri dari tiga system

yang saling berhubungan yaitu kesadaran atau biasa disebut ego,

ketidaksadaran pribadi (personal unconsciousness) dan

ketidaksadaran kolektif (collective unconscious). Kesadaran

menurut Sigmeud Freud menjelaskan bahwa alam sadar adalah

satu-satunya bagian yang memiliki kontak langsung dengan

realitas. Terkait dengan alam sadar ini adalah apa yang

dinamakan oleh Freud sebagai alam pra-sadar (Preconcius

mind), yaitu jembatan antara Conciuos dan Unconscious,

berisikan segala sesuatu yang dengan mudah dipanggil kea lam

sadar, seperti kenang-kenangan yang walaupun tidak kita ingat

ketika kita berpikir, tetapi dapat dengan mudah dipanggil lagi

atau seringkali disebut “kenangan yang sudah tersedia”

(available memory). Freud berpendapat bahwa alam bawah

sadar adalah sumber dari motivasi dan dorongan yang ada

dalam diri kita, freud mengembang konsep stuktur mind diatas

dengan mengembangkan “ mind apparatus”, yaitu yang dikenal

26
dengan struktur kepribadian Freud dan menjadi kontruksi yang

terpenting, yaitu id , ego dan super ego.

2.4.2. Faktor faktor yang mebuat tubuhnya kesadaran masyarakat

Secara konseptual, faktor-faktor yang mempengaruhi

terhadap tumbuh dan berkembangnya kesadaran dapat didekati

dengan beragam pendekatan disiplin ilmu. Menurut konsep

proses pendidikan, partisipasi merupakan bentuk tanggapan atau

responses atas rangsangan-rangsangan yang diberikan, yang

dalam hal ini tanggapan merupakan fungsi dari manfaat

(rewards) yang dapat diharapkan menurut Mardikanto dan

soebiato ( 2013 : 90-91) dalam (Muttaqien et al., 2019)

Tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat

dalam pembangunan, sangat ditentukan oleh tiga unsure pokok,

yaitu :

a. Adanya kesempatan yang diberikan kepada

masyarakat, untuk berpartisipasi.

b. Adanya kemauan masyarakat untuk berpartisipasi.

c. Adanya kemampuan masyarakat untuk

berpartisipasi.(Muttaqien et al., 2019)

27
BAB III

DESAIN PENELITIAN

3.1. Strategi Pencarian Literature

3.1.1. framework yang digunakan (PICOS)

Strategi yang digunakan untuk mencari artikel menggunakan

PICOS framework.

No PICOS Keterangan

Population/Problem Populasi adalah masyarakat


1 pada pemukiman/ daerah yang
pernah,sedang atau berseiko
banjir
2 Intervention tindakan sebagai upaya
pencegahan bencana banjir
3 Comparation -

4 Outcome Adanya hubungan antara


mitigasi bencana banjir dan
kesadaran masyarakat tentang

28
tanda tanda bencana banjir
5 Study Design Kuantitatif

3.1.2. Kata kunci yang digunakan

Pencarian artikel atau jurnal menggunakan keyword dan

boolean operator (AND, OR NOT or AND NOT) yang digunakan

untuk memperluas atau menspesifikkan pencarian, sehingga

mempermudah dalam penentuan artikel atau jurnal yang

digunakan. Kata kunci yang digunakan dalam penelitian ini yaitu,

“Citizen’s awareness” AND “flood” AND, “mitigation”

29
3.1.3. Database atau search engine yang digunakan

Data yang digunakan dalam pelitian ini adalah data

sekunder yang diperoleh bukan dari pengamatan langsung, akan

tetapi diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti-peneliti terdahulu. Sumber data sekunder yang didapat

berupa artikel atau jurnal yang relevan dengan topik dilakukan

menggunakan database melalui Pub Med dan Google Scholar.

3.2. Kriteria Inklusi Dan Eksklusi

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam literature review ini dijelaskan

pada tabel berikut :

Kriteria Inklusi Eksklusi


Population/ Anak – anak usia sekolah Anak – anak di bawah usia
sampai dewasa akhir yang sekolah dan juga lansia
problem di sekitar daerahnya yang daerahnya tidak
pernah, masih, terancam pernah, masih, terancam
terkena dampak banjir. terdapak banjir
Intervention Studi yang meneliti Studi yang meneliti
tentang pengetahuan tentang kesadaran
Masyarakat Tentang Masyarakat Tentang
Tanda Tanda Akan Tanda Tanda Akan
Terjadinya Bencana Banjir Terjadinya Bencana Banjir
Comparatio Tidak ada faktor Tidak ada faktor
pembanding pembanding
n

Outcome Studi yang menjelaskan Studi yang tidak


tentang pengetahuan menjelaskan tentang
masyarakat tentang kesadaran masyarakat
mitigasi terjadinya tentang mitigasi akan
bencana banjir terjadinya bencana banjir

30
Study design cross-sectional studies Literature review/
systematic review, quasy
experiment dan penelitian
kualitatif
Tahun terbit Artikel atau jurnal yang Artikel atau jurnal yang
terbit 2017 – 2023 terbit sebelum tahun 2017
Bahasa Bahasa inggris dan bahasa Selain bahasa inggris dan
indonesia bahasa indonesia

3.3. Seleksi Studi Dan Penilaian Kualitas

3.3.1. Hasil pencarian dan seleksi studi

Berdasarkan hasil pencarian literature melalui publikasi di

dua database dlam rentang waktu 2017 hingga tahun 2023 di

dapatkan artikel yakni pub med sejumlah 67 artikel, dan Google

Scholar sejumlah 187 artikel, menggunakan kata kunci “Citizen’s

awareness” AND “flood” AND, “mitigation”. Didapatkan artikel

sejumlah 254. Jurnal penelitian tersebut kemudian diseleksi

berdasarkan duplikasi dan judul diperoleh sejumlah 37. Diskrining

sebanyak 18 jurnal sesuai dengan PICOS dan identifikasi abstrak

diekslusi karena menggunakan bahasa selain bahasa inggris dan

bahasa indonesia. Assessment kelayakan terhadap 14 jurnal, jurnal

yang duplikasi dan jurnal yang tidak sesuai dengan kriteria inklusi

dilakukan eksklusi, sehingga didapatkan 11 jurnal. Dilakukan

seleksi kelayakan menggunakan critical apprisial didapatkan 9

jurnal yang dilakukan analisis review yang hanya sesusia kriteria

inklusi dan ekslusi serta kata kunci.

3.3.2. Daftar artikel hasil pencarian

31
Literature review ini di sintesis menggunakan metode

naratif dengan mengelompokkan data-data hasil ekstraksi yang

sejenis sesuai dengan hasil yang diukur untuk menjawab tujuan.

Jurnal penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi kemudian

dikumpulkan dan dibuat ringkasan jurnal meliputi nama peneliti,

tahun terbit, judul, metode dan hasil penelitian serta database.

Sesuai dengan kerangka gambar yang telah disebutkan Berikut

32
33
3.4. Daftar Artikel Hasil Pencarian

No Author Tahun Volume, judul Metode (design, Hasil penelitian Database

Angka sampel, variabel,

instrumen analisis)

1 Pipin 2019 ISSN : 2301-5691 PENGETAHUAN Design : - Analisa Univaria Scholar


Yunus, DENGAN penelitian ini : Pengetahuan
2Arifin PREVENTION menggunakan Masyarakat yang
Umar MASYARAKAT deskriptif baik sebanyak 49
DALAM kuantitatif responden
MENGHADAPI Sampel : (53,3%).
BENCANA jumlah sampel Sedangkan
BANJIR DI DESA sebanyak 92 pengetahuan
TOLITE responden yang kurang
KECAMATAN Variabel : yaitu 43
BOLIYOHUTO Pengetahuan responden
Masyarakat, (46,7%).
Prevention,Bencana Menurut hasil
banjir. penelitian
Instrumen : pengetahuan baik

34
Wawancara sebanyak 49
langsung dan (53,3%)
observasi responden karena
masyarakat pada
Analisis : dasarnya
analisis univariat memiliki
dan analisis bivariat pengetahuan
denggan namun akan
mengggunakan uji tetapi dalam
chi-square upaya sikap
pencegahan
mereka hanya
mengandalkan
sistim
pencegahan yang
sudah dibuat
baik oleh
pemeritah
ataupun
masyarakat itu
sendiri namun
tidak
menambahkan
aspek
pencegahan yang

35
lebih kuat
sedangkan
pengetahuan
masyarakat yang
kurang sebanyak
43 (46,7%)
responden
karenan
masyarakat
masih banyak
yang kurang
memahami
tentang tindakan
pencegahan
banjir dan hanya
memahami saat
evakuasi banjir.
- Analisis Bivariat
sebanyak 42
responden
(45,7%),
dibandingkan
dengan dengan
pengetahuan
masyarakat

36
kurang dengan
pencegahan
banjir kategori
baik yaitu
sebanyak 2
responden
(2,2%).
Sedangkan
pengetahuan
masyarakat baik
dengan
pencegahan
banjir kategori
kurang yaitu
sebanyak 7
responden
(7,6%),
dibandingkan
dengan
pengetahuan
masyarakat
kurang dengan
pencegahan
banjir kategori
kurang yaitu

37
sebanyak 41
responden
(44,6%).Dalam
penanggulangan
bencana banjir
masyarakat
bertanggung
jawab bukan
hanya pemeirinta
saja, masyarakat
menjaga
kebersihan
saluran air
sungai dan tidak
membuang
sampah disungai
dan masyarakat
bekerja sama
saat
mengantisipasi
banjir.
- SIMPULAN
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa dapat

38
disimpulkan ada
hubungan
pengetahuan
dengan
Prevention
(Pencegahan)
Masyarakat
Dalam
Menghadapi
Bencana Banjir
di Desa Tolite
kecamatan
Boliyohuto.
2 Dwi 2022 Vol. 1 No. 4 (Oktober 2022) Hubungan Desain : - Analisis Scholar
Rahmawati, 513-522 Pengetahuan Jenis penelitian Univariet
Siti p-ISSN 2810-049 dengan Sikap Usia : mayoritas
Fatmawati Kesiapsiagaan yang digunakan responden
Bencana Banjir di berusia
adalah kuantitatif
Desa Koripan terbanyak dalam
Kecamatan dengan metode kategori >40
Polanharjo tahun sebanyak
Kabupaten Klaten penelitian Analitik. 73 responden
(82,0 %) dan
Sampel : responden yang
mempunyai usia

39
random sampling a kecil dalam
15 warga desa kategori 22-30
koripan tahun sebanyak 7
Variabel : responden (7.9
Pengetahuan, %).
Sikap, Jenis kelamin :
Kesiapsiagaan, 49 responden
Bencana Banjir (55.1%) dan
Instrumen : jenis kelamin
kuesioner yang paling kecil
Analisis: perempuan
analisa univariat dalam kategori
dan bivariat sebanyak 40
responden (44.9
%).
Tingkat
penegtahuan :
mayoritas
responden
mempunyai
tingkat
pengetahuan
dalam kategori
baik sebanyak 85
responden (95.5

40
%).
Sikap
Kesiapsiagaan
Bencana Banjir :
mayoritas
responden
mempunyai
sikap dalam
kategori positif
sebanyak 88
responden
(98.9%).
- Analisa bivariat
Hasil analisa
dengan uji che-
square diperoleh
1.00 lebih dari
0,05 maka
disimpulkan
bahwa tidak ada
hubungan
pengetahuan
dengan sikap
kesiapsiagaan

41
bencana banjir
- Kesimpulan
tidak terdapat
hubungan
Pengetahuan
dengan Sikap
Kesiapsiagaan
Bencana Banjir
di Desa Koripan
Kecamatan
Polanharjo
Kabupaten
Klaten

3 Jahirin , 2021 e-ISSN: 2829-4769/p-ISSN: Hubungan Design : - Kategori Scholar


Sunsun, 2339-1383 Vol. 10 No 1. Pengetahuan penelitian pengetahuan
Deli Rizki (2021) Mitigasi Bencana kuantitatif, dengan mitigasi bencana
Iraki dengan rancangan responden dapat
Lukman Kesiapsiagaan operasional silang dilihat dari hasil
Masyarakat dalam (cross sectional) perhitungan,
Menghadapi Sampling : dimana memiliki
Bencana Banjir insidental sampling hasil hitung
h 30 orang sebesar 66,39%
masyarakat yang artinya
Variabel : hampir secara

42
Pengetahuan, keseluruhan
Kesiapsiagaan, pengetahuan
Mitigasi, Bencana responden
Banjir tersebut
Instrumen : termasuk dalam
kuesioner dengan kategori tinggi.
uji validitas dan - pengetahuan
reabilitas mitigasi bencana
Aanalisis : dari 30
Rank Spearman responden
sebagian besar
termasuk ke
dalam
pengetahuan baik
sebanyak 18
responden
(60%).).
- kesiapsiagaan
masyarakat dari
30 responden
sebagian besar
termasuk ke
dalam kategori
kesiapsiagaan
sedang sebanyak

43
14 responden
(46,7%).
- dilihat koefisien
Rank Spearman
adalah sebesar
0,401*. Hasil uji
signifikan
diperoleh nlai ρ-
value sebesar
0,028. Maka
dapat dilihat
bahwa ρ-value
(0,028) < α =
(0,05) sehingga
H0 ditolak.
Dengan
demikian dapat
disimpulkan
bahwa terdapat
hubungan yang
positif dan
signifikan antara
pengetahuan
mitigasi bencana
dengan

44
kesiapsiagaan
masyarakat
dalam
menghadapi
bencana banjir.
- Kesimpulan :
terdapat
hubungan yang
positif dan
signifikan antara
pengetahuan
mitigasi bencana
dengan
kesiapsiagaan
masyarakat
dalam
menghadapi
bencana banjir.
4 Jahirin , 2021 Vol. IX No. 1 , Maret 2021 HUBUNGAN Design : - Kategori Scholar
Sunsun ISSN 2339-1383 PENGETAHUAN kuantitatif dengan pengetahuan
MITIGASI rancangan mitigasi bencana
BENCANA operasional silang responden dapat
DENGAN (cross sectional) dilihat dari hasil
KESIAPSIAGAAN Sampling : perhitungan,
MASYARAKAT insidental sampling dimana memiliki

45
DALAM (30 orang hasil hitung
MENGHADAPI masyarakat) sebesar 66,39%
BENCANA Variabel : yang artinya
BANJIR Pengetahuan, sebagian besar.
Kesiapsiagaan, Maka dapat
Mitigasi, Bencana disimpulkan
Banjir hampir secara
Instrumen : keseluruhan
kuesioner dengan pengetahuan
uji validitas dan responden
reabilitas. tersebut
Aanalisis : termasuk dalam
uji analisis Rank kategori tinggi.
Spearman. - Berdasarkan data
yang diperoleh
dari 30
responden maka
jumlah total skor
yang diperoleh
adalah 1.138.
Kategori
kesiapsiagaan
responden dapat
dilihat dari hasil
perhitungan,

46
dimana memiliki
hasil hitung
sebesar 51,62%
yang artinya
sebagian besar.
Maka dapat
disimpulkan
hampir secara
keseluruhan
kesiapsiagaan
responden
tersebut
termasuk dalam
kategori sedang.
- koefisien Rank
Spearman adalah
sebesar 0,401* .
Hasil uji
signifikan
diperoleh nlai ρ-
value sebesar
0,028. Maka
dapat dilihat
bahwa ρ-value
(0,028) < α =

47
(0,05) sehingga
H0 ditolak. a
terdapat
hubungan yang
positif dan
signifikan antara
pengetahuan
mitigasi bencana
dengan
kesiapsiagaan
masyarakat
dalam
menghadapi
bencana banjir.
5 Edo 2017 ISSN:2580-8796 ANALISIS Design : - Berdasarkan Scholar
Cahyandri HUBUNGAN metode survei hasil uji
Utama , PENGETAHUAN Sampling : normalitas,
Miftahul DAN SIKAP total sampling (41 karena
Arozaq , TERHADAP responden) signifikansi lebih
Rizki RENCANA Variabel : dari 0,05 jadi
Titania TANGGAP variabel bebas yaitu data KAP
Galuh , DARURAT pengetahuan dan (Pengetahuan
Herdiani BENCANA sikap, dan variabel dan Sikap) dan
Wira Wati , BANJIR PADA terikat atau EP (Rencana
Arum IBU RUMAH terpengaruh adalah Tanggap

48
Widiastuty TANGGA DI rencana tanggap Darurat)
KELURAHAN darurat bencana dinyatakan
SRAGEN banjir Instrumen : berdistribusi
TENGAH kuisioner, normal.
KECAMATAN wawancara,studi - Berdasarkan uji
SRAGEN dokumentasi, studi Linieritas, karena
KABUPATEN literatur, observasi signifikansi
SRAGEN lapangan kurang dari 0,05
Analisis : jadi hubungan
- Uji antara KAP
persyaratan (Pengetahuan
analisis : Uji dan Sikap ) dan
Normalitas, EP (Rencana
Uji Tanggap
Linieritas. Darurat)
- Teknik dinyatakan linier.
analisis data Berdasarkan
: Analisis hasil analaisis
Kuantitatif, korelasi Product
Analisis Moment, dapat
Korelasi diketahui bahwa
Product signifikansi
Moment, sebesar 0,001≤
Analisis 0,05 maka
Indeks hipotesis nol

49
ditolak,
kesimpulannya
yaitu ada
hubungan yang
signifikansi
antara
pengetahuan dan
sikap dengan
rencana tanggap
darurat bencana,
semakin siap
pengetahuan dan
sikap ibu rumah
tangga maka
semakin siap
pula rencana
tanggap darurat.
6 Ita Aristia 2019 Vol.14 No.3 Oktober 2019 ANALISIS Design : - Dari pemetaan Scholar
Sa’ida & KERUANGAN Penelitian ini tingkat
Mochamad TINGKAT menggunakan 2 kesiapsiagaan
Nizar Palefi KESIAPSIAGAAN macam metode masyarakat
Ma’ady MASYARAKAT Penelitian yakni terhadap
TERHADAP Metode Deskriptif berbagai fase
BENCANA Kuantitatif dan banjir di
BANJIR Metode Analisis kabupaten

50
BERBASIS GIS DI Spasial Bojonegoro
KABUPATEN menggunakan GIS dapat diketahui
BOJONEGORO Sampling : dari 8 desa di 6
Variabel : kecamatan
Kesiapsiagaan sebanyak 6 desa
Masyarakat, mempunyai
Bencana Banjir & Tingkat
SIG Instrumen : kesiapsiagaan
wawancara masyarakat
Aanalisis : Tinggi dan 2
Sedangkan Analisis desa mempunyai
Spasial Tingkat
kesiapsiagaan
rendah.
7 Ramisa 2021 Volume 02 Nomor 01 | Faktor – Faktor Design : - Berdasarkan
November 2021 yang Berhubungan Rancangan Hasil Uji
, Muh. E-ISSN : 2747-2108 dengan penelitian ini Statistik
Pengetahuan adalah menunjukkan
Syaiful
Masyarakat tentang rancangan cross bahwa
Saehu Mitigasi sectional Study sumber
Bencana Banjir Sampling : informasi
, I Wayan disekitar Sungai masyarakat memiliki
Wanggu Kelurahan kelurahan lepo- hubungan
Romantika Lepo-Lepo lepo yang kuat terhadap
Kecamatan Baruga bertempat tinggal pengetahuan

51
Kota Kendari disekitar sungai responden
Wanggu tentang
yang terkena kejadian
dampak banjir Mitigasi
yaitu 160 KK bencana
dimana pada saat Banjir di
penelitian Kelurahan
berlangsung. Lepo-Lepo
Sampel dalam Kecamatan
Baruga.Hal
penelitian ini ini
disebabkan
adalah 62 KK
karena
(Teknik mayoritas
masyarakat
Purposive setempat
kurang
Sampling mengakses
informasi
.Purposive
terkait
sampling) mitigasi
bencana
Variabel : banjir, hal ini
Bencana Banjir, disebabkan
Mitigasi, karena factor

52
Pengetahuan. pekerjaan
Instrumen : yang
kuesioner mayoritas
Aanalisis : wiraswasta
Analisis univariat sehingga
masyarakat
setempat
kurang
memahami
terkait
mitigasi
bencana
banjir serta
pendidikan
masyarakat
yang relative
rendah
sehingga
masih
terkendala
dalam
mengakses
teknologi.
- Ada
hubungan

53
antara
pendidikan,
Pengalaman
dan Sumber
Informasi
terhadap
pengetahuan
responden
tentang
Mitigasi
Bencana
Banjir di
Kelurahan
Lepo-Lepo
Kecamatan
Baruga
dengan nilai
P-Value
0,000.
8 Yarwin Yari 2021 Volume 5, Nomor 2 Juli 2021 HUBUNGAN Design : - Setelah Scholar
(ISSN: 2548-1843, EISSN: TINGKAT Jenis penelitian ini dilakukan
1 , Hardin 2621-8704) PENGETAHUAN adalah kuantitatif analisis
DAN SIKAP dengan desain Descriptive
La Ramba ,
DENGAN Cross-Sectional. Statistics
KESIAPSIAGAAN Crosstabs

54
Fendy BENCANA Sampling : menggunakan
BANJIR PADA uji Chi Square
Yesayas MAHASISWA Confinience/ Test, maka
KESEHATAN DI Accidental berdasarkan
DKI JAKARTA Sampling (154 Correction
Orang) Pearson Chi
Square
Variabel :
didapatkan
Banjir,
nilai p value
Kesiapsiagaan,
sebesar 0,006,
Pengetahuan, Sikap
yang berarti p
Instrumen :
value 0,006 <
kuesioner
α 0,05.
Aanalisis :
Dengan
n uji Chi Square
demikian
Test
maka Ha
dalam
penelitian ini
dapat
dinyatakan
ada hubungan
yang
signifikan
antara tingkat
pengetahuan

55
dengan
kesiapsiagaan
mahasiswa
dinyatakan
diterima dan
H0 di tolak.
- Terdapat
hubungan
yang
signifikan
antara tingkat
pengetahuan
dengan
kesiapsiagaan
mahasiswa
dalam
mengahadapi
becana banjir
(p value 0.010
< α 0.05).
9 Mohd Tariq 2022 PLoS ONE 17(11): e0271258. Facing flood Design : - program PubMed
https://doi.org/10.1371/journal disaster: A cluster This study was a kesiapsiagaan
Mhd Noor , . pone.0271258 randomized trial two-arm, parallel, bencana
assessing single-blind nasional
Hayati
communities’ sebagai

56
Kadir knowledge, skills Sampling : bagian dari
and preparedness Malaysian citizens modul
ShaharID, utilizing a health aged 18 and up konseling,
model intervention Variabel : dengan
Mohd Rafee
- contoh
Baharudin , Instrumen : Kementerian
- lainnya di
Sharifah Aanalisis : Kementerian
- Kesehatan
Norkhadijah Malaysia.
Intervensi
Syed
akan
Ismail , mendorong
masyarakat
Rosliza untuk bersiap
dan mencoba
Abdul lagi sampai
mereka
Manaf ,
berhasil
Salmiah Md dengan
sumber daya
Said , yang cukup.
Modul HEBI
Jamilah ini juga dapat
digabungkan

57
AhmadID , dengan modul
pembuat
Sri Ganesh kebijakan
lainnya,
Muthiah
seperti Badan
Kesiapsiagaan
Bencana
Nasional
Malaysia
(NADMA)
atau
Kementerian
Kesehatan
Malaysia
(MOH).
Harus
dipastikan
bahwa setiap
persepsi
teridentifikasi,
dan bahwa
masyarakat
memiliki
pengetahuan,
keterampilan,

58
dan kesiapan
yang
diperlukan
untuk
menghadapi
bencana
banjir.

59
DAFTAR PUSTAKA

60

Anda mungkin juga menyukai