Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN HASIL PENGABDIAN

MEWUJUDKAN DESA SIAGA BENCANA MELALUI PELATIHAN


TANGGAP DARURAT BENCANA DI DESA BONGOMEME
KEC. DUNGALIYO KAB. GORONTALO

TIM PENGUSUL
Ns. Pipin Yunus.,S.Kep.,M.Kep (NIDN : 0905058503)
Sri Hantuti Paramata, SE, M.Pd (NIDN : 0921036404)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2022
i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya
kepada kita semua sehinga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil pengabdian
dengan judul “Mewujudkan Desa Siaga Bencana Melalui Pelatihan Tanggap
Darurat Bencana”.
Dalam penyusunan laporan ini cukup banyak hambatan dan kesulitan yang
dihadapi oleh penulis, namun berkat bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai
pihak serta kerja sama yang tulus maka hambatan dan kesulitan tersebut dapat
diatasi. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini perkenankanlah penulis untuk
menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada :
1. Prof. DR. Kadim Masaong.,M.Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Gorontalo.
2. Dr. Salahudin Pakaya S.Ag, MH selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan.
3. Ns. Andi Akifa Sudirman, S.Kep.,M.Kep Selaku Ketua Jurusan Keperawatan
dan Ketua Program Studi Profesi Ners
4. Ns. Harismayanti, S.Kep.,M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan.
5. Kepala Desa Bongomeme yang telah memberikan izin untuk melakukan
pelatihan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini.
6. Bhabinkamtibmas Desa Bongomeme Yang telah meluangkan waktu
Menghadiri Acara Kami.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu kritik dan saran penulis harapkan demi kesempurnaan
laporan ini selanjutnya.

Gorontalo, November 2022

Penulis

ii
Daftar Mahasiswa

Kelas A Keperawatan 2019

1 Fahrianti Djamadi 20 Nerlanti Adam


2 Resky Naway 21 Nurdiyanti R. Sally
3 Adeliawati Malapo 22 Nuniarti S. Tahir
4 Andra Andani Hanapi 23 Pebriani RL Sappe
5 Asri Caesariani Kamali 24 Randy Pratama Ano
6 Ayu Ashari 25 Raflin Abdullah
7 Budiman Mokodompit 26 Rizqia Nur’aini Hasan
8 Desriani Saleh 27 Ririn A. Tolohula
9 Dini Aminarti Abdullah 28 Sakinah Talango
10 Dewi Mustapa 29 Septiani Fajria Kaluku
11 Fajriani Jusuf 30 Sindi C. Mo’oduto
12 Ferawati laubihi 31 Sirlan Nasibu
13 Galang Arwana Tayabu 32 Siti Magfirah Djafar
14 Husain Rahmat 33 Sri Lismawati Lasangole
15 Irmawati H. Naki 34 Sri Rahayu Yusuf
16 Kelvin Polapa 35 Sriwin Abas
17 Lisnawati Lasale 36 Tassya A. Dehimeli
18 Meis Kilo 37 Vidya Ningsi Djafar
19 Moh. Wahyu Amili 38 Widya Ningsih Djafar
20 Miranda putri D. Tiopo 39 Yelan Lapajili

iii
RINGKASAN

Bencana dapat terjadi kapan saja dan di mana saja, seperti Indonesia
dimana secara geografis dan geologis rawan terhadap terjadinya bencana seperti
gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, kebakaran hutan, tanah longsor,
banjir bahkan angina kencang. Bencana ini dapat terjadi karena kondisi alam,
atau bahkan perbuatan manusia. Maka bencana dapat menimbulkan suatu
kerugian material , kerusakan yang besar baik terhadap bangunan,lingkungan
bahkan terjadinya kecacatan serta kehilangan nyawa.Oleh karena itu, bencana
atau dampak buruk yang di sebabkan oleh bencana dapat di cegah dengan
memahami tentang Manajemen Bencana (Adventina et al., 2021).
Pelaksanaaan kegiatan Pelatihan Penanggulangan Bencana yang
dilaksanakan oleh mahasiswa Keperawatan A 2019 bekerja sama dengan dosen
keperawatan pada Hari Sabtu , 05 November 2022 Pukul 14.30-17.00 wita
dengan tujuan agar bisa melakukan pengabdian masyarakat. Pengabdian ini di
hadiri oleh 22 warga yang antusias dalam mengikuti kegiatan pelatihan ini.
Hasil pelaksanaan Kegiatan Pelatihan Tanggap darurat Bencana di Desa,
di harapkan Masyrakat dapat Memahami serta meningkatkan Kesiasiagaan Serta
mampu mengaplikasikan Praktik Pelatihan yang telah di dapatkan Baik Pelatihan
Evakuasi, Triase (Memilah korban), dan Pelatihan memberikan Pertolongan
Pertama (BHD) dalam Menghadapi Bencana.
Kata Kunci :Bencana, dan penanggulangan Bencana Banjir

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................i

KATA PENGANTAR……………………………………………………...........ii

DAFTAR NAMA MAHASISWA .......................................................................iii

RINGKASAN……………....................................................................................iv

DAFTAR ISI......................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1


1.2 Tujuan..............................................................................................................3
1.3 Manfaat ...........................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bencana Banjir…………..............................................................4


2.2 Jenis Jenis Bencana Banjir.............................................……………….........4
2.3 Daerah Rawan Banjir......................................................................................6
2.4 Dampak Bencana Banjir…………………………………………..................6
2.5 Penanggulangan Bencana Banjir………………………………………….....7
2.6 Evakuasi……………………………………………......................................9
2.7 Triase…………………………………………...............................................12
2.8 Pertolongan Pertama (BHD)............................................................................13

BAB III HASIL KEGIATAN

3.1 Letak Karakteristik Tempat penelitian……………………………………...16


3.2 Tempat dan Waktu Penelitian…………………............................................18
3.3 Hasil Kegiatan……………………................................................................18
3.4 Output…………………………………………………….............................25
3.5 Outcame……………………………………………………..........................25
3.6 Rekomendasi Tindak Lanjut……………………………………………......25

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan.....................................................................................................26
4.2 Saran...............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia terletak di wilayah Rawan terhadap berbagai kejadian bahaya alam,
yaitu Bencana Geologi seperti Gempa, Gunung Api , longsor, tsunami dan hidro
meteorology seperti banjir, kekeringan, pasang surut, gelombang besar dan
sebagainya. Dalam (Undang Undang No. 24 Tahun 2007, n.d.)tentang
Penanggulangan Bencana bahwa bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa berpotensi mengganggu dan mengancam kehidupan masyarakat orang
banyak yang di akibatkan oleh factor alam serta factor non alam dan sehingga
menyebabkan munculnya korban jiwa, lingkungan rusak, dampak psikologis,
kerugian dan kerusakan harta benda (Saputra et al., 2020).
Bencana Banjir merupakan salah satu bencana alam yang selalu terjadi di
berbagai wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.Setiap musim hujan
datang bencana banjir selalu terjadi. Berdasarkan Nilai kerusakan dan kerugian di
timbulkan dari bencana banjir terlihat masyarakat cukup resah dengan dampak
yang di terima dari bencana ini.Intensitas curah hujan yang lebih rendah
dibandingkan tinggi muka air laut menjadi salah satu factor alam mempengaruhi
terjadinya bencana Banjir.Sudah sewajarnya hal ini menjadikan bencana banjir
sebagai isu Nasional yang harus di tanggulangi.
Berdasarkan Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),
sebanyak 2788 bencana alam telah melanda Indonesia sejak 1 januari -12 oktober
2022. Dari jumlah itu, banjir menjadi bencana alam yang paling sering terjadi di
indonesia yakni 1.118 kejadian.
Ada Beberapa daerah di Indonesia yang sering terkena Dampak banjir yaitu
DKI Jakarta, Bekasi, Jawa Barat, Kota Bitung, Sulawesi Utara,Kabupaten Lebak,
Pandeglang, Banten, Bangka Barat, Bangka Belitung, Gorontalo Utara, Gorontalo
(Wahyudi et al., 2021).
Bencana Banjir yang rutin terjadi di kalangan masyarakat Gorontalo
khususnya Desa Bongomeme Kecamatan Dungaliyo sejak dahulu, namun tidak di

1
ketahui pada tahun berapa banjir mulai terjadi. Data Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Gorontalo Tahun 2021 Korban Banjir di Desa
Bongomeme Kecamatan Dungaliyo Sebanyak 334 Kepala Keluarga (KK) atau
1.049 jiwa. Ada beberapa Dampak Banjir di desa Bongomeme yaitu rusaknya
Perabotan warga karena terendam air, banyak warga mengalami penyakit kulit
dan diare.
Bentuk Edukasi mitigasi Bencana banjir di antaranya adalah dengan
melakukan Penyuluhan dan Pelatihan kepada masyarakat mengenai penyebab
banjir, dan cara menghadapi serta cara menangani Korban Banjir.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan
masalah Pentingnya penanganan Bencana banjir untuk mengurangi resiko yang
di timbulkan Bencana maka perlu di lakukan Pelatihan Penanggulangan
Tanggap Darurat Bencana.
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam pengabdian ini
adalah untuk Mewujudkan Desa Siaga Bencana Melalui Pelatihan Tanggap
Darurat Bencana di Desa Bongomeme Kec. Dungaliyo
1.3 Manfaat Penelitian
Pengabdian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat
dalam mencegah dan menanggulangi Bencana Banjir Melalui pelatihan sebagai
bentuk tindakan yang dapat dilakukan dalam menghadapi bencana banjir.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Bencana Banjir
2.1.1 Pengertian Bencana Banjir
Menurut (Perka No. 2 Tahun 2012 (BNPB 2012), n.d.), bencana merupakan
suatu peristiwa yang dapat mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat, baik oleh factor alam atau non alam, maupun factor
manusia sehingga muncul korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
dalam harta benda dan dampak psikologis (Adventina et al., 2021)
Dalam Wikipedia, banjir di maknai sebagai peristiwa bencana alam yang
terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan(Raharjo, 2021).
Di kutip dari situs BNPB, banjir adalah perstiwa atau kejadian alami dimana
sebidang tanah atau area yang biasanya merupakan lahan kering, tiba- tiba
terendam air karena volume air meningkat.
Menurut Encyclopedia Britannica, banjir adalah tahap air tinggi di mana air
meluap ke tepi alami atau buatan ke tanah yang biasanya kering (Raharjo, 2021)
Bencana Banjir ialah limpasan air yang melebihi tinggi muka air normal
sehingga melimpas dari palung sungai yang menyebabkan genangan pada lahan
rendah disisi sungai. Bahaya banjir merupakan salah satu dari bahaya hidrologi
yang paling sering terjadi di dunia.
2.1.2 Jenis Jenis Banjir
a. Jenis Banjir berdasarkan Tempat / Keadaan
Severe Storms Laboratory (NSSL), National Oceanic & Atmospheric
Administration (NOAA) Amerika Serikat membedakan banjir menjadi 5 jenis,
yaitu:
1. Banjir Sungai (River Flood)
Banjir sungai terjadi ketika permukaan air naik di atas tepian sungai
(riverbanks) karena hujan berlebihan. Banjir sungai terjadi akibat badai terus
menerusyangterjadididaerah yang sama dalam periode waktu lama, gabungan
curah hujan dan pencairan salju atau sumbatan akibat es. Banjir sungai adalah
salah satu jenis banjir pedalaman yang paling umum terjadi ketika badan air

3
melebihi kapasitasnya. Ketika sebuah sungai meluap ke tepiannya, biasanya
karena curah hujan yang tinggi dalam periode waktu yang lama.
2. Banjir Pantai (Coastal Flood)
Banjir pantai di Indonesia sama dengan disebut banjir rob atau banjir laut
pasang. Banjir pantai atau penggenangan area daratan di sepanjang pantai,
disebabkan oleh pasang naik yang lebih tinggi dari rata-rata dan diperburuk
curah hujan tinggi dan angin yang bertiup ke arah darat dari laut.
3. Gelombang Badai (Storm Surge)
Gelombang badai adalah kenaikan permukaan air yang tidak normal di daerah
pantai, di atas dan di atas gelombang astronomis biasa. Gelombang badai
disebabkan oleh kekuatan yang dihasilkan dari angin badai yang hebat,
gelombang dan tekanan atmosfer yang rendah.
4. Banjir di Daratan (Inland Flooding)
Masuknya air dari daratan dalam jumlah yang berlebihan, baik melalui aliran
sungai ke muara ataupun limpasan air permukaan ke pesisir pantai karena
besarnya curah hujan di daratan dapat mengakibatkan perubahan kondisi
lingkungan perairan secara drastiserubahan ini akan berdampak pada
ketidakseimbangan peran ekosistem di perairan.
5. Banjir Bandang (Flash Flood)
Banjir bandang disebabkan curah hujan yang derasdantiba-tiba, kadang terjadi
ketika tanah tidak dapat menyerap air secepat jatuhnya. Banjir bandang
disebabkan hujan lebat atau berlebihan dalam waktu singkat, umumnya kurang
dari enam jam.
b. Jenis banjir Berdasarkan Jenis Air atau Materialnya
Sementara dikutip dari Environmental Technology, jenis banjir lainnya
berdasarkan jenis air atau material, yaitu:
1. Banjir Air Tanah (Groundwater Flood)
Banjir air tanah berbeda dengan banjir bandang, sebab membutuhkan waktu
untuk bisa terjadi. Saat hujan turun dalam waktu yang lama, tanah menjadi
jenuh dengan air sampai tidak dapat menyerap lagi. Ketika ini terjadi, air naik

4
di atas permukaan tanah dan menyebabkan banjir. Jenis banjir ini dapat
bertahan selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan.
2. Banjir Selokan (Drain and Sewer Flooding)
Banjir selokan tidak selalu terkait dengan cuaca seperti halnya curah hujan.
Banjir selokan dapat terjadi akibat penyumbatan atau kegagalan dalam sistem
drainase. Banjir selokan bisa bersifat internal di dalam bangunan atau
eksternal.
3. Banjir Lahar
Banjir lahar adalah banjir akibat lahar dari erupsi atau letusan gunung berapi
yang masih aktif. Akibat letusan gunung berapi tersebut, lahar dingin akan
dimuntahkan kemudian menyebar ke lingkungan sekitarnya. Akibatnya, air
dalam sungai akan mengalami pendangkalan sehingga ikut meluap kemudian
merendam daratan(Purnayenti, 2019).
2.1.3 Daerah Rawan Banjir
1. Daerah sekitar bantaran Kali
Daerah ini menjadi rawan banjir jika terjadi pendangkalan sungai oleh sampah
yang dibuang secara sembarangan ke sungai. Di saat musim hujan, sungai yang
dangkal karena penumpukan sampah akan cepat meluap dan menggenangi bahkan
menenggelamkan pemukiman warga yang ada di sekitar bantaran kali.
2. Daerah Pinggir Pantai
Daerah ini menjadi rawan banjir jika terjadi pasang air laut dan meluapnya
sungai yang bermuara kedekatpantaitersebut.
3. Daerah Pemukiman padat dengan saluran air yang buruk
Daerah ini menjadi rawan banjirkarena tersumbatnya saluran air saat musim
hujan. Saluran air yang tersumbat dan tidak tertata itu dapat menyebabkan
meluapnya air pada saluran tersebut sehingga menggenangi pemukiman warga.
2.1.4 Dampak Bencana Banjir
1. Kematian
Bencana banjir dapat mengakibatkan kematian, terutama jika terjadi banjir
besar. Oleh karena itu, warga yang bertempat tinggal di daerah yang sering
terkena banjir perlu diberi pelatihan untuk menghadapi bahaya banjir.

5
2. Kerusakan pada sarana dan Pra sarana Umum
Banjir dapat menyebabkan rusaknya sarana dan prasarana umum. Arus air bah
yang deras dapat merusak bangunan-bangunan yang ada. Arus itu juga dapat
merusak taman, lampu lalu lintas, jalan raya, dan kendaraan umum.
3. Materi
Banjir menyebabkan rumah dan bangunan digenangi dan dimasuki oleh air.
Bangunan atau rumah juga dapat hancur dan roboh jika air banjir berarus deras.
Peristiwa ini jelas mengakibatkan kerugian materi yang cukup banyak, baik itu
rusaknya barang-barang pengisi rumah, maupun rusaknya surat-surat berharga
seperti ijazah, sertifikat rumah, dan tabungan. Dengan kejadian ini, warga pun
terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman.
4. Berjangkitnya Penyakit menular
Berbagai penyakit dapat muncul karena genangan air banjir, Beberapa di
antaranya adalah muntaber, kolera, dan disentri. Penyakit ini sangat mudah
menular terutama pada warga yang berada di tempat pengungsian. Penyakit lain
yang sering mewabah pasca banjir adalah demam berdarah. Wabah ini seakan
terulang setiap tahun. Warga dan pengelola akan sulit memutus rantai
perkembangbiakan sumber penyakit ini jika keduanya tidak bekerja sama menjaga
lingkungan. Penyakit demam berdarah adalah penyakit yang paling sering
merenggut nyawa manusia saat musim hujan dan pasca banjir. Pada umumnya,
pencegahan penyakit demam berdarah sulit dilakukan, karena terkait dengan
karakteristik sosial warga dan kondisi lingkungannya. Beberapa hal yang dapat
dilakukan pemerintah untuk menanggulangi penyakit ini adalah dengan
memberikan biaya pengobatan gratis bagi warga yang kurang
mampu,penyemprotan lingkungan, penyuluhan, dan pembagian serbuk
abate(Purnayenti, 2019).
2.1.5 Penanggulangan Bencana Banjir
a. Dasar hukum
1. (Undang Undang No. 24 Tahun 2007, n.d.)
2. (Undang Undang No. 11 Tahun 2009, n.d.) , tentang kesejahteraan sosial, pasal
1, poin 9 : perlindungan sosial adalah semua upaya yang diarahkan untuk

6
mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial (yang
dimaksud dengan “guncangan dan kerentanan sosial” yaitu keadaan tidak stabil
yang terjadi secara tiba-tiba sebagai akibat dari situasi krisis sosial, ekonomi,
politik, bencana, dan fenomena alam)
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan , baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia shg mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis (Undang Undang No. 24 Tahun 2007, n.d.).
Penyelenggaraan penanggulangan Bencana adalah serangkaian upaya yang
meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi.
Relawan sosial adalah seseorang dan/atau kelompok masyarakat, baik yang
berlatar belakang pekerjaan sosial maupun bukan berlatar belakang pekerjaan
sosial, tetapi melaksanakan kegiatan penyelenggaraan di bidang sosial bukan di
instansi sosial pemerintah atas kehendak sendiri dengan atau tanpa imbalan.
b. Tanggung Jawab Pemerintah
Tanggung jawab :
1. melakukan pengurangan risiko bencana
2. perlindungan masyarakat dari dampak bencana
3. menjamin pemenuhan hak masyarakat
4. pemulihan kondisi masyarakat
5. pengalokasian anggaran
c. Tagana
tagana adalah relawan sosial atau TKS berasal dari masyarakat yang memiliki
kepedulian dan aktif dalam penanggulangan bencana bidang perlindungan sosial.
(Permensos No. 28 Tahun 2012, n.d.): mendayagunakan dan memberdayakan
generasi muda dalam penanggulangan bencana.tujuan : meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam PB baik sebelum dan sesudah bencana. Tugas : melaksanakan
penanggulangan bencana, baik pada pra bencana, saat tanggap darurat, maupun
pasca benca dan tugas-tugas penanganan permasalahan sosial lainnya yang terkait

7
dengan penanggulangan bencana.Fungsi Prabencana : pendataan dan pemetaan
rawan bencana, peningakatan kapasitas masyarakat dalam PRB, kegiatan PRB di
lokasi rawan bencana, peningkatan kesiapsiagaan masyarakat, fasilitasi dalam
pembentukan KSB, sistem deteksi dini, evakuasi bersama pihak terkait, upaya PRB
lainnya.Fungsi saat tanggap darurat : mengkaji cepat dan melaporkan hasil
identifikasi dan rekomendasi kepada TRC, melaksanakan operasi TD bidang
penyelamatan,bidang penampungan sementara, bidang dapur umum, bidang
logistik, bidang psikososial, mobilisasi masy dlm PRB, dan upaya TD lainnya.
Fungsi pasca bencana : mengidentifikasi kerugian material, kerugian rumah
korban, melaksanakan penanganan psikososial, melaksanakan penguatan dan
pemulihan sosial, melaksanakan pendampingan.
d. KSB (Kampung Siaga Bencana )
Kampung siaga bencana : wadah penanggulangan bencana berbasis masyarakat
yang dijadikan kawasan/tempat untukprogram penanggulangan bencana (Undang
Undang No. 128 Tahun 2012, n.d.) maksud : memberikan perlindungan kepada
masyarakat dari ancaman dan risiko bencana dengan cara menyelenggarakan
kegiatan pencegahan dan penanggulangan bencana berbasis masyarakat melalui
pemanfaatn sumber daya alam da/n manusia yang ada pada lingkungan setempat.
e. Langkah Darurat
1. Pembuatan posko/pos layanan
2. Lakukan upaya responship (evakuasi, bantuan tindakan awal, dll)
3. TRC Rencana Tindakan
2.1.6 Evakuasi
a. Pengertian Evakuasi
Menurut (Aty et al., 2021) Evakuasi merupakan suatu tindakan pemindahan
korban dari lokasi kejadian/bencana ke lokasi yang lebih aman. Evakuasi medis
adalah proses pemindahan pasien yang terluka atau sakit dari lokasi kejadian
menuju rumah sakit terdekat. Pada situasi yang berbahaya, perlu tindakan yang
tepat, cepat dan waspada/cermat.Prinsip evakuasi jangan dilakukan jika tidak
mutlak perlu di lakukan sesuai dengan teknik yang baik dan benar. Lokasi

8
evakuasi dipimpin oleh seorang Perawat/tenaga medis gawat darurat
berpengalaman yang mampu:
1. Melakukan pemeriksaan kondisi dan stabilitas pasien dengan memantau tanda-
tanda vital
2. Melakukan pemeriksaan peralatan yang melekat pada tubuh pasien seperti
infus, pipa ventilator/oksigen, peralatan immobilisasi dan lain-lain.
3. Monitoring korban sebelum dilakukan pemindahan ke fasilitas lain.
4. Supervisi pengangkutan korban
5. Menyediakan / mengatur pengawalan.
b. Tehnik Evakuasi :
1. Dengan satu penolong
1). Human crutch
Kondisi pasien sadar dan dapat berjalan dengan dipapah.
a) Dapat dikerjakan dengan 1 atau 2 penolong.
b) Teknik: penolong berdiri disamping bagian yang sakit (kecuali pada cedera
ekstremitas atas), lingakarkan tangan penolong pada pinggang korban, kalungkan
lengan korban pada leher penolong, lalu genggang pergelangan tangan korban
dengan tangan lain, setelah itu berjalan secaran perlahan mengikuti langhkah
korban.
2) Cradle method
Kondisi pasien sadar, dapat dilakukan dengan satu atau dua penolong, Berat
badan korban lebih ringan dari berat penolong, Perhatikan bila ada cedera spinal,
Teknik: penolong jongkok atau melutut disamping anak/korban, satu lengan
dipegang dengan mantap dan didekapkan ke tubuh, penolong berdiri dengan
meluruskan lutut dan pinggul.
1. Pick a bag
Korban dalam keadaan sadar. Berat badan korban lebih ringan dari penolong
Teknik: penolong berjongkok membelakangi korban, minta korban untuk
mengalungkan lengannya ke leher penolong. Angkat korban secara perlahan,
tangan penolong menyangga korban pada paha. Usahakan agar punggung
penolong tetap lurus.

9
2. Fireman lift
Digunakan untuk pasien sadar maupun tidak sadar, dengan syarat tidak
terdapat cedera pada servikal, dan fraktur pada ekstremitas ataupun vertebrae.
Berat badan korban lebih ringan dari penolong.
3. One rescuer drag
Digunakan untuk korban sadar maupun tidak sadar. Lantai dalam kondisi licin
dan bebas hambatan. Tidak untuk pasien cedera servikal maupun fraktur pada
ektremitas atas serta scapulae.
4. Pack-strap carry
Untuk korban yang cukup berat dengan jarak yang cukup jauh. Tidak
digunakan untuk korban cedera thorax, servikal, vertebrae, dan lengan.
2. Dengan dua atau lebih penolong
1. Human crutch dengan dua penolong
1) Fore-and-aft carry
Dilakukan oleh dua penolong dari depan dan belakang korban. Tidak dilakukan
pada korban dengan cedera bahu atau tangan. Teknik: dudukkan korban, penolong
satu berada di antara kedua paha korban menghadap depan memegang bawah
lutut korban, penolong kedua berada di belakang memegang korban dari ketiak.
Mengangkat korban bergiliran dari penolong di belakang diikuti penolong di
depan dengan jeda sementara.
2) Cradle method dengan dua penolong
3) Two-handed seat
Korban sadar Dilakukan dengan dua penolong.
Teknik: kedua berjongkok berhadapan penolong dengan tangan menyilang
membentuk kotak untuk dudukan korban. Tangan korban memeluk leher
penolong dari belakang.
3. dengan Menggunakan Tandu
1) Digunakan terutama pada korban- korban yang tidak sadar atau fraktur pada
ektrmitas bawah, terutama pada korban cedera servikal.

10
2) Curiga korban dengan curiga cedera spinal: Korban jatuh dari ketinggian dan
kecelakaan kecepatan tinggi, Terdapat cedera supraclavicula, Pernapasan
paradoksal, Kelumpuhan anggota gerak, Terdapar multiple trauma.
3) Ciri-ciri pasien cedera servikal Pasien tidak sadar, Keluar darah dari lelinghan
dan hidung, Luka jejas di sekitar bahu / clavicula, Pernafasan tidak teratur .
4) Lakukan teknik berikut jika dicurigai terdapat trauma spinal.
a. Inline immobilization
Posisi leher dan batang badan harus segaris, Amankan leher dengen neck collar
atau yang sejenis (sandal bag). Jika tidak tesedia, amankan dengan di pegang .
b. Pindahkan dengan log roll korban, Untuk meposisikan krban sebelum pindah
ke stretcher, Untuk memeriksa bagian bawah dikerjakan oleh sekurang-
kurangnya tiga penolong
c. Gunakan scoop stretcher atau spine board untuk memindahkan korban.
d. Langkah-langkah dalam mengangkat tandu.
1) Seorang pengangkat berdiri di keempat ujung tandu. Jika ada tiga orang, dua
berdiri dekat kepala dan satu kaki.
2) Semua pengangkat jongkok dan memegang mengikuti aba-aba, bangkit
serentak dan berdiri memegang tandu secara rata.
3) Aba-aba selanjutnya semua pengangkat melangkahkan kaki sebelah dalam
dengan langkah pendek.
4) Untuk menurunkan korban, para pengangkat berhenti kalau aba-aba. Pada aba-
aba berikutnya ada semua jongkok dan meletakkan tandu hati-hati
2.1.7 Triase
Triase adalah proses khusus memilah dan memilih pasien berdasarkan beratnya
penyakit menentukan prioritas perawatan gawat medik serta prioritas transportasi.
Artinya memilih berdasarkan prioritas dan penyebab ancaman hidup (Nusdin,
2020)
a. Tujuan Triase yaitu :
1. Untuk mengidentifikasi kondisi pasien/korban yang mengancam nyawa
2. Mengidentifikasi cepat pasien/korban yang memerlukan stabilisasi segera,
3. Untuk memprioritaskan pasien/korban menurut keakutannya,

11
4. Untuk mengurangi jatuhnya korban jiwa dan kecacatan.
b. Pengelompokan Triase berdasarkan Tag Label (Nusdin, 2020) :
1. Prioritas Pertama (Merah)
Kriteria pasien/penderita pada prioritas pertama yaitu pasien/penderita dengan
cedera berat dan memerlukan penilaian cepat dan tindakan medik atau transport
segera untuk menyelamatkan hidupnya. Misalnya penderita gagal napas, henti
jantung, luka bakar berat, pendarahan parah dan cedera kepala berat. Waktu
tunggu dalam melakukan penanganan nol detikyang berarti pada saatpasien/
korban dinyatakan masuk dalam prioritas pertama(P1) maka dengan segera
langsung diberikan pertolongan dan dilakukan monitoring atau evaluasi setiap 5-
10 menit.
2. Prioritas Kedua (Kuning)
Pasien memerlukan bantuan, namun dengancedera dan tingkat yang kurang
berat dan dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam
waktudekat.misalnyaluka sayatan dangkal, cedera abdomen tanpa syok,
lukabakar, ringan, penyakit dengan fraktur prioritas lain.
3. Prioritas Ketiga (Hijau)
Pasien dengan cedera minor dan tingkat penyakit yang tidak membutuhkan
pertolongan segera serta tidak mengancam nyawa dan tidak menimbulkan
kecacatan.
4. Prioritas Nol (Hitam)
Pasien yang datang contoh dengan bentuk keadaan tag label meninggal untuk
(Deathpasien Of Arrival).
2.1.8 Pertolongan Pertama (BHD)
Pada tatalaksana awal pertolongan korban bencana dilakukan mulai dari
tindakan pengkajían (assessment), intervensi/tindakan dan evaluasi. Tindakan
pertolongan pertama pada kondisi bencana mencakup manajemen airway (jalan
napas), breathing (pernapasan), circulation Sirkulasi), disability (kesadaran) dan
exposure serta tindakan lainnya seperti tindakan pembalutan dan pembidalan,
perawatan uka dan lainnya yang memerlukan kecepatan dan ketepatan penolong
dalam memberikan pertolongan pada korban, sebelum dilakukan tindakan

12
pertolongan pertama (first aid) pastikan kondisi penolong dan korban aman,
sehingga korban yang dalam lingkungan atau kondisi tidak memungkinkan harus
segera dievakuasi, dalam kondisi bencana pertolongan yang dilakukan oleh tenaga
pengkajian terhadap PMS (Pulsasi, Motorik dan Sensorik di area trauma), perlu
dilakukan pemberian analgetic atau perawatan luka jika ada ada luka terbuka.
Adapun alat-alat yang dapat digunakan untuk pembalutan dan pembidaian antara
lain: mitela, bidai rigid atau soft, elastic bandage, balut cepat (luka yang terbuka)
(fammondand Zimmermann, 2013) dalam (Martini et al., 2021)
a. Tindakan Bantuan Hidup Dasar Pada Kasus Henti Jantung di Luar Rumah
Sakit (0HCA/Out of Hospital Cardiac Arrest)
Pada panduan American HeartAssociation dalam (Martini et al., 2021), rantai
kelangsungan hidup di luar rumah sakit (OHCA/ Out of Hospital Cardiac Arrest)
meliputu pengawasan dan pencegahan cardiac arrest (pastikan 3A/Aman Diri,
Aman Lingkungan dan Pasien kemudian cek respons), aktivasi gawat darurat/ call
for Help, dalam hitungan kurang dari 10 detik cek nadi dan pernapasan jika tidak
ada nadi dan napas segera lakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP),
Lakukan tindakan Defibrilasi segera dengan AED dan transfer dengan ambulans
untuk mendapatkan bantuan lanjutan dan perawatan pasca serangan jantung.

Gambar 1 : Chain of Survival Cardiac Arrest di luar RS (Out Hospital


CardiacAmest)(Martini et al., 2021)

Pada tatalaksana up-date terkait henti jantung menurut AHA 2020


ditambahkan pada fase setelah post cardiac arrest care yaitu pemantauan ketat
dan tatalaksana pada fase pemulihan atau recovery serta mengobservasi tanda-

13
tanda 5H (Hypovolemia, Hypoxemia, Hiypo/ Hyperkalemia, Hydrogen ion/
Acidosis, Hypothermia) dan 5 T (Tension Pneumothorax, Tamponade Jantung,
TnromboSIs M, Thrombosis Pulmonary embolism, Toxin), sebagai penyebab dari
henti Jantung dan mencegah kondisi kembali lagi ke cardiac arrest, pasien post
cardiac arrest yang telah ROSC (Return of Spontaneous Circulation) dapat
Kembali ke kondisi cardiac arrest.

Gambar 2 : Tahapan secara umum tindakan pertolongan pertama pasien henti


jantung di luar Rumah Sakit (OHCA) (Martini et al., 2021)

14
BAB III

HASIL KEGIATAN

3.1 Letak Karakteristik Tempat Penelitian


a. Peta Desa Bongomeme

Gambar 1. Lokasi Penelitian Peta Desa Bongomeme

Gambar 2 : Lokasi Penelitian Peta Desa Bongomeme


Desa Bongomeme merupakan salah satu Desa yang terdapat di kecamatan
Dungaliyo Kabupaten Gorontalo. Tak lepas dari sejarah, Bongomeme dulunya
adalah salah satu desa pertama di kecamatan Dungaliyo pada waktu itu masih
kecamatan batudaa. Nama Bongomeme diambil dari pohon bongo (Kelapa) dan
pohon meme (nama pohon yang dipakai untuk menanak nasi).Desa bongomeme
berdiri sejak tahun 1970 kemudian pada tahun 1987 desa Bongomeme terbagi

15
atas beberapa desa, desa Pilolalenga, desa Dulamayo, dan desa Batulayar dengan
kecamatan Batudaa.
Tahun 1976 desa Bongomeme telah memiliki kantor desa tersendiri dengan
kepala desa pada waktu itu bapak Aziz Umar pada tahun 1976/1988. Kemudian
digantikan oleh bapak Mohamad Abdul tahun 1988/1990. Kemudian digantikan
oleh Ny. Wara Borong Maliki 1990/1999. Dan kemudian digantikan oleh bapak
Halim K. Paramata sejak tahun 1999/2015. Kemudian digantikan oleh Ny.
Yureta Ali 2015/2021 dan sekarang adalah bapak Iwan Tamrin Bukoi periode
2021/2027 (Desa, 2022).
b. Kondisi Umum Desa
1. Geografis
Desa Bongomeme adalah salah satu desa di kecamatan Dungaliyo terletak
membujur dari arah Barat Timur denga batas-batas Sbb :
1) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Limboto Barat
2) Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Dungaliyo Kec.Dungaliyo
3) Sebelah timur berbatasan dengan Desa Duwanga Kec.Dungaliyo
4) Sebelah barat berbatasan dengan Desa Kaliyoso Kec.Dungaliyo
Desa bongomeme memiliki luas wilayah 387 Herktar dan secara administratif
wilayah pemerintah desa terdiri dari 5 ( lima ) Dusun yaitu : Dusun Pohu, Dusun
Tonuliita, Dusun Bintala dulaa, Dusun Olipoluwa dan Dusun Tohehuuwa. Jarak
tempuh ke pusat pemerintah Kecamatan Dungaliyo 04 Km dan waktu tempuh 05
Menit dengan kenderaan bermotor, ke Pusat Pemerintah Kabupaten 23 Km dan
waktu tempuh 30 Menit dengan kenderaan bermotor serta ke Pemerintah Provinsi
30 Km dan waktu tempuh 60 Menit dengan kenderaan bermotor.
Lahan di Desa sebagian besar adalah Tanah Basah/Tanah Sawah yaitu
sejumlah 70% dan Tanah Kering sejumlah 30%.
2. Demografi
1) Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk Desa Bongomeme berdasarkan Profil Desa tahun 2020
sebesar 2516 jiwa yang terdiri dari 1261 laki laki dan 1255 perempuan.
2) Mata Pencaharian Penduduk

16
Sebagian besar penduduk Desa Bongomeme bekerja pada sektor Pertanian
disusul sektor industri secara detail mata pencahariaan penduduk Desa
Bongomeme adalah sebagai berikut : Pertanian, perdagangan, jasa ,PNS, Industri,
Polri, TNI, Swasta, Honorer.
3) Tingkat Pendidikan Penduduk : SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi
4) Sarana Pendidikan : Paud 3 Unit, TK 3 Unit, SD 2 Unit
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat kegiatan dilaksanakan diDesa Bongomeme Kec, Dungaliyo
Kabupaten Gorontalo yang dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 05 November
2022, Pukul 14.30-17.00 Wita.
3.3 Hasil Kegiatan
Pelaksanaaan kegiatan Pelatihan Penanggulangan Bencana yang
dilaksanakan oleh mahasiswa Keperawatan A 2019 bekerja sama dengan dosen
keperawatan pada Hari Sabtu , 05 November 2022 Pukul 14.30-17.00 wita
dengan tujuan agar bisa melakukan pengabdian masyarakat. Pengabdian ini di
hadiri oleh 22 warga yang antusias dalam mengikuti kegiatan pelatihan ini.
Kegiatan pelatihan ini dilakukan karena Didesa Bongomeme Kecamatan
Dungaliyo didapatkan rata-rata masyarakat mengeluh cemas jika hujan turun
sangat deras, dan khawatir ketika malam hari air masuk ke dalam rumah dan
merendam semua peralatan Rumah Tangga. Pelaksanaan Pelatihan ini sangat
antusias diikuti oleh masyarakat, hal ini dikarenakan jarang sekali kegiatan
Pelatihan Penanggulangan Bencana yang dilakukan di Desa Bongomeme.
Adapun hasil kegiatan yaitu :

17
1. Ibu Sri Hantuti Paramata SE, M.Pd Memberikan Materi Pertama Tentang
Penanggulangan Bencana

Gambar 1 : Ibu Sri Hantuti Paramata, SE. M.pd memberikan materi


penyuluhan penanggulangan Bencana
Beliau Menjelaskan Terkait Penyelenggaraan penanggulangan Bencana
adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang
berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan
rehabilitasi. Sedangkan Tanggung Jawab Pemerintah melakukan pengurangan
risiko bencana, perlindungan masyarakat dari dampak bencana, menjamin
pemenuhan hak masyarakat, pemulihan kondisi masyarakat, pengalokasian
anggaran. Dan Kampung Siaga Bencana Merupakan wadah penanggulangan
bencana berbasis masyarakat yang dijadikan kawasan/tempat untuk program
penanggulangan bencana. Dan terakhir Beliau mengusulkan jika desa bongomeme
di jadikan Sebagai Desa Siaga Bencana.
Berdasarkan Evaluasi: Masyarakat Memahami dan Mampu Mengaplikasikan
Penanggulangan Tanggap Darurat Bencana.

18
2. Pelaksanaan Pelatihan Evakuasi 1 Orang,

Gambar 2 : Pelatihan Evakuasi 1 orang Penolong


Pemateri Menjelaskan Tehnik Mengangkat Korban : Yang pertama Fiksasi
kepala dengan kedua tangan memegang bahu, Angkat korban hingga posisi
duduk, Silangkan kedua tangan korban kemudian angkat korban hingga posisi
berdiri , Lingkari kepala ke lengan korban Kemudian biarkan kaki korban
menginjak kaki dan bantu korban untuk berjalan. Ke dua : Korban dalam posisi
berbaring kemudian tekuk kaki korban dan angkat korban hingga posisi berdiri
selipkan tangan ke paha korban dan angkat korban posisi ini dilakukan ketika
berada di tempat evakuasi yang jauh, Yang ketiga Korban dalam posisi berbaring
kemudian angkat korban hingga pada posisi duduk lalu kalungkan lengan korban
ke bahu dengan tangan kanan memegang paha dan angkat korban ke depan, Yang
ke empat Korban dalam posisi berbaring kemudian tangan di silangkan dan bantu
korban hingga posisi berdiri kalungkan lengan korban ke leher penolong dan
berdiri di depan korban angkat korban dengan tangan memegang paha.
Berdasarkan Evaluasi, Masyarakat mampu mengaplikasikan dan Melakukan
pelatihan Evakuasi dengan 1 orang.

19
3. Pelatihan Evakuasi 2 orang,

Gambar 3 : Praktik pelatihan Evakuasi dengan 2 orang


Pemateri menjelaskan Jika Penolong Pertama memfiksasi kepala korban dan
mengangkat korban, penolong ke dua merapikan ekstremitas korban, penolong
pertama mengangkat korban hingga posisis duduk, penolong ke-2 tetap
merapikan ekstremitas korban, penolong pertama menyilangkan tangan korban di
depan dada korban dan mengangkat korban hingga berdiri, kedua penolong
mengalungkan lengan masing masing korban, korban menginjak masing masing
kaki penolong sebagai penopang untuk berjalan. Tehnik ke-2 : penolong pertama
memfiksasi kepala dan mengangkat korban , penolong ke-2 merapikan
ekstremitas, penolong pertama melalui sela sela ketiak menyilangkan tangan
korban ke depan dada korban, penolong ke 2 bersiap memegang kaki dengan
melingkari lipatan bawah lutut, ke dua penolong secara bersamaan mengangkat
korban.
Berdasarkan Evaluasi Masyarakat Mampu Mengaplikasikan praktik Pelatihan
evakuasi dengan 2 orang penolong.

20
4. Praktik Pelatihan Evakuasi 3 Orang,

Gambar 4 : Praktik Pelatihan Evakuasi dengan 3 orang Penolong


Pemateri Menjelaskan Kepada Masyakat : Teknik 3 penolong atau
lebih,secara umum diprioritaskan bagi korban tak sadar. selebihnya, untuk
mengatasi jarak evakuasi yang jauh, maka digunakan alat bantu berupa tandu dan
peralatan-peralatan lain dengan jumlah penolong variatif.para penolong turun
mendekati korban,satu kaki sebagai tumpuan,satu kaki lagi di bengkokkan untuk
menopang berat badan korban, satu penolong melakukan fiksasi pada kepala
korban, penolong lainnya yang berada di bagian bawah kepala korban
memasukkan tangannya ke bagian bawah tubuh korban tangan antar penolong
yang berada di badan pasien saling menyilang (salah satu tangan penolong berada
di atas tangan penolong lainnya), korban di angkat ke atas lutut penolong dengan
posisi seperti di peluk, korban didekapkan ke dada penolong, penolong
berdiri,korban di angkat.
Berdasarkan Evaluasi Masyarakat Mampu Mengaplikasikan Pelatihan
evakuasi dengan 3 orang penolong.

5. Pelatihan Evakuasi Menggunakan Alat,

21
Gambar 5 : Praktik Pelatihan Mengangakat Korban dengan Menggunakan Alat
(Tandu) dan bantuan 4 Penolong
Pemateri Menjelaskan : Tandu Merupakan alat Transportasi jarak dekat yang
menggunakan Tenaga Manusia. Tandu dapat mengangkut 1 orang korban
berbentuk kotak dipikul oleh orang atau lebih. Tehnik menggunakan yaitu
memposisikan 3 orang penolong berada di samping kiri korban, penolong berada
dalam posisi jongkok dengan tumpuan kaki yang paling kuat yakni kaki kanan
berada di atas dan kaki kiri di bawah, masing masing ke dua tangan para penolng
berada di bawah tubuh korban dalam hitungan ketiga angkat korban dan letakan
di atas paha penolong serta setelah itu dekatkan tandu kea arah korban. Dalam
hitungan ke tiga korban di letakan di atas tandu, setelah korban berada di atas
tandu, para penolong mengambil posisinya masing masing dengan penolong 1
berada di kanan atas, penolong 2 berada dikanan bawah, penolong 3 berada dikiri
atas dan penolong 4 berada dikiri bawah posisi penolong tetap sama dengan
tumpuan kaki paling kuat, kaki kanan di atas dan kaki kri dibawah dalam
hitungan ke 3 dengan serentak mengangkat tandu.
Berdasarkan Evaluasi, Masyarakat Mampu Mengaplikasikan Praktik Pelatihan
Korban menggunakan alat tandu dengan Bantuan 4 Penolong.

6. Pelatihan Triase (Memilah Korban) Berdasarkan Prioritas

22
Gambar 6 : Praktik Pelatihan Memilah Korban ( Triase)
Pemateri menjelaskan Terkait : pemilahan Pasien berdasarkan Prioritas gawat
darurat. Kriteria pasien/penderita pada prioritas pertama yaitu pasien dengan
cedera berat dan memerlukan penilaian cepat dan tindakan medik atau transport
segera untuk menyelamatkan hidupnya. Misalnya penderita gagal napas, henti
jantung, luka bakar berat, pendarahan parah dan cedera kepala berat. Waktu
tunggu dalam melakukan penanganan nol detikyang berarti pada saat korban
dinyatakan masuk dalam prioritas pertama (P1) maka dengan segera langsung
diberikan pertolongan dan dilakukan monitoring atau evaluasi setiap 5-10 menit.
Prioritas Kedua (Kuning) : Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera
dan tingkat yang kurang berat dan dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa

23
dalam waktu dekat. misalnyaluka sayatan dangkal, cedera abdomen tanpa syok,
lukabakar, ringan, penyakit dengan fraktur prioritas lain. Prioritas Ketiga (Hijau) :
Pasien dengan cedera minor dan tingkat penyakit yang tidak membutuhkan
pertolongan segera serta tidak mengancam nyawa dan tidak menimbulkan
kecacatan. Prioritas Nol (Hitam) Pasien yang datang contoh dengan bentuk
keadaan tag label meninggal untuk (Deathpasien Of Arrival).
Berdasarkan Evaluasi, Masyarakat Mampu Mengaplikasikan dan Melakukan
bagaimana cara memilah korban pada saat terjadi bencana.
7. Pelatihan Pertolongan Pertama (BHD),

Gambar 7 : Praktik Pelatihan Memberikan Pertolongan Pertama (BHD) pada


korban
Pemateri Menjelaskan kepada masyarakat tentang bagaimana cara
Memberikan Pertolongan pertama (BHD) dengan memperhatikan 3A (Aman Diri,
Aman Korban, Aman Lingkungan) dan Tehnik melakukan RJP (Resusitasi
Jantung Paru), ketika pertama kali melihat korban , hal yang harus di lakukan
adalah memastikan keamanan terhadap lingkungan sekitar dan keamanan
terhadap diri sendiri sebagai penolong kemudian cek Respon korban dengan cara
menepuk pundak dan memangil korban, cek Nadi karotis dan Nafas > 10 detik
jika tidak ada respon,aktifkan SPGDT panggil bantuan ambulance gawat darurat
118. Sedangkan Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau Cardiopulmonary Resusitasi
(CPR) adalah upaya mengembalikan fungsi napas dan atau sirkulasi yang
berhenti oleh berbagai sebab dan boleh membantu memulihkan kembali kedua-

24
dua fungsi jantung dan paru ke keadaan normal. Bantuan Resusitasi napas
jantung dengan paru perbandingan terdiri dari penekanan 30:2, berarti dada 30
kali penekanan dada kemudian dilanjutkan dengan memberikan 2 kali bantuan
napas. Bantuan napas diberikan jika yakin melakukannya. Penekanan dada yang
efektif dilakukan dengan prinsip tekan kuat, tekan cepat, mengembang
sempurna ,dan interupsi minimal. Untuk memaksimalkan efektivitas penekanan
dada korban harus berada di tempat yang permukaannya rata, Penolong berlutut
di samping korban apabila lokasi kejadian diluar rumah sakit. Penolong
meletakkan pangkal telapak tangan di tengah dada korban dan meletakkan tangan
yang lain diatas tangan yang pertama dengan jari-jari saling mengunci dan lengan
tetap lurus. Setelah dilakukan kompresi dada selama 30 kali, maka dilanjutkan
dengan pemberian bantuan napas. Bantuan napas diberikan setelah membuka
jalan napas korban dengan teknik menengadahkan kepala dan mengangkat dagu
(hedtilt - chin lift). RJP dilakukan selama 5 siklus (kompresi dada dan napas
buatan diberikan masing-masing 5 kali) setelah itu dilakukan evaluasi dengan
mengeceknadikarotis, bila belum teraba maka RJP dilanjutkan lagi.
Berdasarkan Evaluasi, Masyarakat Mampu mengaplikaskan Praktik Pelatihan
Resusitasi jantung paru (RJP).
3.4 Output
Output yang didapat dari kegiatan Pelathan ini diantaranya adalah:
a. Pelaksanaan Penyuluhan Penanggulangan Tanggap darurat Bencana di desa
Bongomeme, Masyarakat di ajarkan tentang Bagaimana Siaga Menghadapi
Bencana, Tanggung Jawab Pemerintah terhadap korban Bencana, Tugas Dan
Fungsi Tagana Serta Kampung Siaga Bencana.
b. Pelaksanaan Praktik Evakuasi di desa Bongomeme, Masyarakat di ajarkan
Bagaimana Cara Mengangkat korban 1 orang, 2 orang, 3 orang dan
menggunakan alat Tandu.
c. Pelaksanaan Pelatihan Triase : Masyarakat di ajarkan Praktik bagaimana cara
memilah korban Berdasarkan Prioritas , Prioritas 1 (Merah) kategori Korban
kritis, Prioritas 2 (kuning) Cedera kurang berat, Prioritas 3 (Hijau) Pasien

25
dengan cedera minor dan tingkat penyakit yang tidak membutuhkan
pertolongan serta Prioritas 4 (Hitam) korban Meninggal.
d. Pelaksanaan Pelatihan Pertolongan Pertama : masyarakat di ajarkan Praktik
tentang bagaimana cara Memberikan Pertolongan pertama (BHD) dengan
memperhatikan 3A (Aman Diri, Aman Korban, Aman Lingkungan) dan
Tehnik melakukan RJP (Resusitasi Jantung Paru)
e. Setelah dilakukan Evaluasi : Masyarakat Mampu Mengaplikasikan dan
melakukan Pelatihan Baik Pelatihan Evakuasi Mengangkat Korban dengan
penolong 1 orang, 2 orang atau lebih, Menggunakan alat (Tandu), Triase
(Memilah Korban), dan Pelatihan Pertolongan Pertama (BHD).
3.5 Outcome
Dengan di adakanya Kegiatan Pelatihan Tanggap Darurat Bencana Ini di
harapkan Masyrakat dapat Memahami serta meningkatkan Kesiasiagaan Serta
mampu mengaplikasikan Praktik Pelatihan yang telah di dapatkan Baik
Pelatihan Evakuasi, Triase (Memilah korban), dan Pelatihan memberikan
Pertolongan Pertama (BHD) dalam Menghadapi Bencana.
3.6 Rencana Tindak Lanjut
Rekomendasi yang kami ajukan bagi kegiatan ini adalah :
a. Membentuk Kampung Siaga Bencana (KSB)
b. Membentuk Relawan Siaga Bencana
c. Menyediakan Fasilitas/alat dan Perlengkapan Pertolongan Pertama
d. Dapat Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) Pelatihan baik Pelatihan
Evakuasi, Triase dan Pertolongan Pertama Untuk Siaga Bencana.

26
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Menurut (Perka No. 2 Tahun 2012 (BNPB 2012), n.d.), bencana merupakan
suatu peristiwa yang dapat mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat, baik oleh factor alam atau non alam, maupun factor
manusia sehingga muncul korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
dalam harta benda dan dampak psikologis (Adventina et al., 2021).
Penanggulangan bencana dapat di definisikan sebagai segala upaya atau
kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka upaya pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan berkaitan dengan bencana yang
dilakukan pada tahapan sebelum, saat dan setelah bencana.
Hasil pelaksanaan Kegiatan Pelatihan Tanggap darurat Bencana di Desa
Bongomeme Sabtu, 05 November 2022 Pukul 14.30- 17.00 Wita, di harapkan
Masyrakat dapat meningkatkan Kesiasiagaan Serta memahami dan mampu
mengaplikasikan Praktik Pelatihan yang telah di dapatkan Baik Pelatihan
Evakuasi, Triase (Memilah korban), dan Pelatihan memberikan Pertolongan
Pertama (BHD) dalam Menghadapi Bencana.
4.2 Saran
1. Bagi Desa Bongomeme
Diharapkan Pemerintah Desa berkoordinasi dengan Pemeirntah Kecamatan
Mengusulkan pada BNPB agar Desa Bongomeme menjadi Kampung Siaga
Bencana (KSB)
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan agar Mengimplementasikan Pelatihan yang telah di dapatkan
pada saat terjadi Bencana.

27
DAFTAR PUSTAKA

Adventina, H., Purba, D., & Dkk. (2021). keperawatan Bencana (R. Watranthos
(Ed.)). Yayasan Kita Menulis.
Aty, yoani maria P. B., Gonsalves, D., & Blasius, G. (2021). Keperawatan gawat
Darurat (E. D. Kale, M. agustina Making, & E. Et.akoit (Eds.)). Media Sains
Indonesia.
Desa, T. K. P. (2022). Profile Desa Bongomeme.
Martini, M., Suwaryo, P., & Dkk. (2021). Manajemen Bencana (I. wayan
Antariksawan (Ed.)). CV Media Sains Indonesia.
Nusdin. (2020). Keperawatan Gawat Darurat (S. Diah (Ed.)). CV Jakad Media
Publlishing.
Perka No. 2 tahun 2012 (BNPB 2012). (n.d.).
Permensos No. 28 Tahun 2012. (n.d.).
Purnayenti, S. (2019). Banjir dan kebakaran, Bencana Klasik di Kota Besar (A.
Rahmawati (Ed.)). Duta.
Raharjo, R. (2021). Panduan keselamatan Saat bencana Banjir (Yanur (Ed.)).
Diva Press.
Saputra, N. G., Rifai, M., & Marsingga, P. (2020). Strategi Penanggulangan
Bencana Banjir Kabupaten Karawang di Desa Karangligar sebagai Desa
Tangguh Bencana. Jurnal Analisis Kebijakan Dan Pelayanan Publik, 8(1),
62–76.
Undang Undang No. 11 tahun 2009. (n.d.).
Undang Undang No. 128 tahun 2012. (n.d.).
Undang Undang No. 24 Tahun 2007. (n.d.).
Wahyudi, R., Deswantori, Hidayat, F. muhammad, & Sumargono. (2021).
Mitigasi Bencana Banjir Berbasis Kearifan Lokal Kebudayaan Ngoyok
(Andriyanto (Ed.)). Lakeisha (Anggota IKAPI No. 181/JTE/2019).

28
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Topik : Penanggulangan Bencana , Evakuasi , Triase, Dan
Bantuan Hidup Dasar

Hari/Tanggal : Sabtu / 05 Novemver 2022


Waktu : 2 Jam 30 Menit
Tempat : Aula Kantor Desa Bongomeme
Sasaran : Masyrakat
Metode : Penyuluhan dan Pelatihan
Media : Leaflet/LCd Proyektor
Materi : Terlampir

A. LATAR BELAKANG
Bencana telah menjadi bagian integral dari pengalaman manusia sejak awal
zaman yang menyebabkan kematian dini, gangguan kualitas hidup, terjadinya
dislokasi, dan perubahan status kesehatan. Menurut (Perka No. 2 Tahun 2012
(BNPB 2012), n.d.), bencana merupakan satu peristiwa yang dapat mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, baik oleh factor alam
atau non alam, maupun factor manusia, sehingga muncul korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian dalam harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana juga dapat didefinisikan sebagai peristiwa perusak yang mengganggu
fungsi normal dalam komunitas. Hal ini dapat dipandang sebagai gangguan
ekologis, maupun keadaan darurat, dengan tingkat keperahan yang mengakibatkan
kematian, cedera, penyakit dan bahkan kerusakan property yang tidak dapat
dikelola secara efektif dengan menggunakan suatu prosedur atau sumber daya
yang memerlukan bantuan dari luar. Oleh karena itu, penyedia pelayanan
kesehatan mengkarakterisasi bencana dengan apa yang mereka lakukan terhadap
orang-orang, yang berakibat kepada kesehatan dan pelayanan kesehatan.

29
Triase (Triage) merupakan suatu system yang digunakan dalam
mengidentifikasi korban dengan cedera yang mengancam jiwa untuk kemudian
diberikan prioritas untuk dirawat dan dievakuasi ke fasilitas kesehatan.
Evakuasi adalah strategi pengelolaan resiko yang dapat digunakan untuk
mengurangi dampak dari sebuah keadaan darurat atau bencana yang terjadi pada
suatu masyarakat.
B. TUJUAN INTRUKSIONAL
1. Tujuan umum
Setelah di berikan penyuluhan dan pelatihan tanggap darurat bencana,
masyarakat dapat mengetahui tentang penanggulangan bencana, Triage, teknik
evakuasi, dan pemberian Bantuan Hidup Dasar (BHD) pada korban bencana.
2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti penyuluhan dan pelatihan tanggap darurat bencana, masyarakat
mampu:
a) Memahami langkah penanggulangan bencana
b) Mengetahui prinsip pemberian warna Triage
c) Memahami teknik evakuasi pada korban bencana
d) Memahami teknik pemberian pertolongan pertama dan Bantuan Hidup Dasar
(BHD) pada korban bencana
e) Mampu Mengaplikasikan Pelatihan Evakusi, Triase, dan Pertolongan Pertama
(BHD)
C. SUB POKOK BAHASAN
1) Penjelasan terkait Penanggulangan Bencana
2) Prinsip pemberian warna Triage
3) Teknik Evakuasi pada korban bencana
4) Teknik Pemberian Pertolongan Pertama dan Bantuan Hidup Dasar (BHD)
D. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Topik Penyuluhan
Penanggulangan Bencana, Triage, Evakuasi, dan Bantuan Hidup Dasar (BHD)

30
2. Sasaran
Seluruh masyarakat Bongomeme
3. Metode Penyuluhan
1) Ceramah/Pemberian Materi
2) Pelatihan tanggap darurat bencana
4. Media dan Peralatan
Leaflet dan alat peraga latihan Triage, Evakuasi, dan BHD
5. Tempat
Aula kantor Desa Bongomeme
6. Waktu
1) Hari/ tanggal : Sabtu, 05 November 2022
2) Jam : 14.30 – 17.00
7. SETTING TEMPAT
Alamat lokasi : Desa Bongomeme, Kec. Dungaliyo
Posisi penyuluhan : Aula Kantor Desa Bongomeme
Moderator : Meis kilo
Pemateri 1 : Sri Hantuti Paramata SE, M.Pd
Pengantar Materi Pelatihan : Sirlan Nasibu
Tim Pelatihan Siaga Bencana : Mahasiswa Kelas A Kep. 2019
8. KEGIATAN PENYULUHAN
No Tahapan Kegiatan Respon
Masyarakat

1 Pembukaan a. Memberi salam Menjawab


b. Membuka acara salam
( 20 menit )
c. Sambutan Kepala Desa
Bongomeme
d. Sambutan Dosen
Pengampuh MK
Keperawatan Bencana

31
2 Pelaksanaan Penyuluhan: Menyimak
penyuluhan
( 20 menit ) a. Menjelaskan langkah
yang di berikan
penanggulangan bencana

b. Menjelaskan prinsip
pemberian warna Triage
Pelatihan :
a. Pelatihan pemberian
warna Triage
b. Pelatihan teknik
evakuasi baik dengan
penolong 1 orang, 2
orang, 3 orang, maupun
evakuasi menggunakan
alat pada korban
bencana
c. Pelatihan pemberian
pertolongan pertama
dan Bantuan Hidup
Dasar (BHD) pada
korban bencana.
3 Penutup a. Menyimpulkan materi. Menjawab
(10 menit) b. Penyerahan salam ,
Bantuan Sosial Menerima
c. Foto bersama bantuan sosial
dan foto
bersama

32
E. EVALUASI
1. Evaluasi proses
a. Kegiatan penyuluhan dan pelatihan berjalan lancar sesuai dengan rencana awal
yang telah direncanakan
b. Perubahan Perilaku Masyarakat dalam hal menyikapi penanggulangan bencana
banjir

33
Pengabdian Masyarakat PENANGGULANGAN BENCANA aktif dalam penanggulangan bencana bidang
perlindungan sosial. (Permensos No. 28 Tahun 2012,
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian
Penanggulangan Bencana peristiwa yang mengancam dan mengganggu n.d.). Tugas: melaksanakan penanggulangan bencana,
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang baik pada pra bencana, saat tanggap darurat, maupun
disebabkan , baik oleh faktor alam dan/atau pasca benca dan tugas-tugas penanganan
faktor nonalam maupun faktor manusia shg permasalahan sosial lainnya yang terkait
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis (Undang Undang No. 24
Tahun 2007, n.d.)

Kampung Siaga Bencana : wadah penanggulangan


bencana berbasis masyarakat yang dijadikan kawasan
/ tempat untukprogram penanggulangan bencana
(Undang Undang No. 128 Tahun 2012, n.d.)
Di susun oleh :
Tanggung Jawab Pemerintah : melakukan
Nerlanti Adam pengurangan risiko bencana, perlindungan

Kelas A keperawatan 2019 masyarakat dari dampak bencana, menjamin


pemenuhan hak masyarakat,pemulihan kondisi
Universitas Muhammadiyah Gorontalo
masyarakat, pengalokasian anggaran.

Tagana adalah relawan sosial atau TKS berasal


dari masyarakat yang memiliki kepedulian dan
Pengabdian Masyarakat 1. Evakuasi 1 orang Penolong
TRIASE
Triase dan Evakuasi
Triase adalah proses khusus memilah dan memilih
pasien berdasarkan beratnya penyakit menentukan
prioritas perawatan gawat medik serta prioritas
transportasi. Artinya memilih berdasarkan prioritas
dan penyebab ancaman hidup (Nusdin, 2020).
Pembagian Triase berdasarkan prioritas:

2. Evakuasi 2/3 Orang Penolong

Di susun oleh :

Nerlanti Adam
EVAKUASI
Kelas A keperawatan 2019
3. Evakuasi Menggunakan alat (Tandu)
Evakuasi merupakan suatu tindakan
Universitas Muhammadiyah Gorontalo pemindahan korban dari lokasi kejadian/
bencana ke lokasi yang lebih aman.

Tehnik Evakuasi :
Pengabdian Masyarakat Pertolongan Pertama pada Korban Cara Memberikan Pertolongan pertama (BHD)
dengan memperhatikan 3A (Aman Diri, Aman
Bencana (BHD)
Pertolongan Pertama (BHD) Korban, Aman Lingkungan) dan Tehnik melakukan
RJP (Resusitasi Jantung Paru), ketika pertama kali
Pada tatalaksana awal pertolongan korban
melihat korban , hal yang harus di lakukan adalah
bencana dilakukan mulai dari tindakan memastikan keamanan terhadap lingkungan sekitar
pengkajían (assessment), intervensi/ dan keamanan terhadap diri sendiri sebagai
tindakan dan evaluasi. Tindakan penolong kemudian cek Respon korban dengan
pertolongan pertama pada kondisi bencana cara menepuk pundak dan memangil korban, cek
mencakup manajemen airway (jalan Nadi karotis dan Nafas > 10 detik jika tidak ada
respon,aktifkan SPGDT panggil bantuan
napas), breathing (pernapasan), circulation
ambulance gawat darurat 118
Sirkulasi), disability (kesadaran) dan
exposure.

Di susun oleh :
Resusitasi Jantung Paru adalah upaya
Nerlanti Adam
mengembalikan fungsi napas dan atau sirkulasi
yang berhenti oleh berbagai sebab dan boleh
Kelas A keperawatan 2019
membantu memulihkan kembali kedua-dua fungsi
jantung dan paru ke keadaan normal. Bantuan
Universitas Muhammadiyah
Resusitasi napas jantung dengan paru
Gorontalo perbandingan terdiri dari penekanan 30:2 , berarti
dada 30 kali penekanan dada kemudian dilanjutkan
dengan memberikan 2 kali bantuan napas.
DOKUMENTASI KEGIATAN

1. Tim Survey (Pengecekan Lokasi Bencana)

2. Tim Assesment (Pengkajian Prioritas Masalah Bencana)


Mengecek jembatan Darurat di Dusun Bindula Dulaa

Wawancara Bersama ayahanda Desa Bongomeme Terkait Bencana Banjir


Foto Bersama Ayahanda Desa Bongomeme

Tim Assesment Dan Survey Turun Ke Rumah Warga


3. Tim Assesment / Data (Pengumpulan Data)
Tim Assesment/ Data Meminta Profile Desa/ Analisis Swot

Membuat Kesepakatan dengan Sekretaris Desa Terkait Pelaksanaan Acara


Foto Bersama Sekertaris Desa Dan Kaur pemerintahan

Wawancara Bersama Ibu KTU PKM Dungaliyo Terkait Penyakit Pasca Banjir

4. Tim Konsumsi Menyiapakan Konsumsi Sebelum Pelaksanaan Acara


5. Kegiatan Pelaksanaan Acara Penyuluhan/Pelatihan Sabtu, 05 November
2022
Briefing sebelum Acara
Pemberian Kata Sambutan Oleh Dosen Pengampuh Mata Kuliah Kep. Bencana

Pemateri pertama Ibu Sri Hantuti Paramata SE, M.Pd


Pengantar Materi Evakuasi Oleh Mahasiswa

Pelatihan Evakuasi 1 orang Oleh Mahasiswa


Pelatihan Evakuasi 2 orang

Pelatihan Evakuasi 3 orang

Pelatihan Evakuasi Menggunakan Alat


Pelatihan Memilah Pasien (Triase)

Pasien Yang Dapat Berjalan (HIjau)

Pasien Kritis Dan Membutuhkan penanganan Segera (Merah)

Pasien yang Tidak kritis (Kuning)


Pelatihan Memberikan Pertolongan Pertama (BHD)

Pemberian Bantuan Sembako Pada Masyarakat Oleh Dosen pengampuh Mata


Kuliah Ns. Pipin Yunus, S. Kep, M.Kep
Pemberian Bantuan Sembako Pada Masyarakat Oleh Ayahanda Desa Bongomeme
Bapak Iwan Tamrin Bukoi

vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv

Pmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Pemberian Bantuan Sembako Pada Masyarakat Oleh Bhabinkamtibmas
Pemberian Bantuan Sembako Pada Masyarakat Oleh Ibu Sri Hantuti Paramata SE,
M.Pd
Foto Bersama teman teman Mahasiswa dengan Pemerintah Desa, Dosen
Pengampuh Matakuliah, BhabinKab Serta Masyarakat

Foto Bersama teman teman Mahasiswa dengan Dosen Pengampuh Mata Kulia
Keperawatan Bencana

Anda mungkin juga menyukai