Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

“ANATOMI FISIOLOGI SISTEM SARAF”

MATA KULIAH ILMU BIOMEDIK DASAR

DOSEN PENGAMPUH : Ns. Pipin Yunus, M.Kep

Di susun oleh

KELOMPOK 2 KEPERAWATAN D

1. Nurhaliza Ihwan(C01422128) 10. Luna Artika(C01422091)


2. Riskawaty Lihawa(C01422179) 11. Tiara P. Lasimpala(C01422224)
3. Sutriana Buheli(C01422221) 12. Lilis Dehi(C01422090)
4. Fara Mida Polapa(C01422050) 13. Ninda Basir(C01422125)
5. Marsita Suleman (C01422098) 14. Regita S. Saihi(C01422239)
6. Fatmah Sy. Ishak(C01422053) 15. Siti M.D Mangawi(C01422195)
7. Fatimah P. Az- 16. Maryam K. Abdulah(C01422099)
zahra(C01422051) 17. Chris D. Huntoyungo(C01422241)
8. Yuliana Puspita(C01422232) 18. Muh. Syahrul Busurah(C01422113)
9. Nur Aini Alhidaya(C01422131) 19. Nur Moh Fahri Ina(C01422137)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2022/2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................1

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

BAB I..................................................................................................................................3

PENDAHULUAN..............................................................................................................3

1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................3

1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................4

1.3 TUJUAN......................................................................................................................4

BAB II................................................................................................................................5

PEMBAHASAN................................................................................................................5

2.1 SISTEM SARAF.....................................................................................................5

2.2 OTAK......................................................................................................................6

2.3 SISTEM SARAF PUSAT........................................................................................8

2.4 SARAF-SARAF KEPALA....................................................................................15

BAB III.............................................................................................................................18

PENUTUP........................................................................................................................18

3.1 KESIMPULAN..................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................19

LAMPIRAN :..................................................................................................................20

2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang "Anatomi Fisiologi Sistem
Saraf".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak. Sebagai penyusun, kami menyadari
bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian
dalam makalah ini.
Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga makalah yang kami susun
ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Gorontalo, 05 Januari 2023

Kelompok 2

3
BAB I

PENDAHULUAN
3.1 LATAR BELAKANG
Sistem persarafan terdiri dari otak, medulla spinalis, dan saraf perifer.Struktur ini
bertanggung jawab mengendalikan dan mengordinasikan aktivitas sel tubuh melalui
impuls- impuls elektrik. Perjalanan impuls- impulstersebut berlangsung melalui serat-
serat dan jaras-jaras, secara langsung danterus menerus. Perubahan potensial elektrik
menghasilkan respons yang akanmentransmisikan sinyal-sinyal (Batticaca, 2008).
Setiap tahun di Indonesia insiden trauma kapitis berkisar antara 200-300 per100.000
penduduk yang dilakukan kraniotomy, data dari kepolisian pada tahun (2003-2005),
frekuensi kasus kecelakaan lalu lintas meningkat dari 13.399 kasus menjadi 20.623 kasus
dengan CFR dari (34,32%). Proporsi penyebab trauma kapitis yang dilakukan kraniotomy
terbanyak 45% karena kecelakaan lalu lintas, 35% karena terjatuh, 10% karena
kecelakaan dalam pekerjaan, 5% pada saat olahraga, dan 5% karena diserang/dipukul.
Trauma kapitis meliputi trauma kulit kepala, tengkorak, dan otak. Secara
anatomis,otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit kepala, tulang dan tentorium
(helm) yang membungkusnya. Tanpa perlindungan ini otak akan mudah sekali terkena
cedera dan mengalami kerusakan.
Selain itu, sekali neuron rusak, tidak dapat diperbaiki lagi. Cedera kepala dapat
mengakibatkan malapetaka besar bagi seseorang. Sebagian masalah merupakan akibat
langsung dari cedera dan banyak lainnya timbul sekunder dari cedera (Muttaqin, 2008).

3.2 RUMUSAN MASALAH


a. Apa yang dmaksud dengan system saraf?
b. Bagaimana pembagian system saraf?

3.3 TUJUAN
a. Untuk Mengetahui apa itu system saraf
b. Untuk Mengetahui bagaimana Pembagian system saraf

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SISTEM SARAF


Sistem persarafan dan sistem hormonal merupakan bagian-bagian tubuh yang saling
berkomunikasi dan saling berhubungan. Sistem ini mempunyai kemampuan untuk
mengoordinasi, menafsirkan, dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan
sekitarnya. Sistem persarafan mengatur kebanyakan aktivitas sistem sistem tubuh lainnya.
Pengaturan saraf tersebut memungkinkan terjalinnya komunikasi antara berbagai sistem
tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam sistem inilah

5
terdapat segala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi, dan gerakan. Jadi
kemampuan untuk dapat memahami, mempelajari, dan merespons suatu rangsangan
merupakan hasil kerja terintegrasi sistem persarafan yang mencapai puncaknya dalam bentuk
kepribadian dan tingkah laku individu. (Muttaqim, 2008)
Melihat begitu kompleksitasnya anatomi dan fisiologi sistem persarafan, maka pada
materi ini lebih banyak menampilkan ringkasan dan pemahaman yang diharapkan
mempermudah pembaca untuk memahami dan mengaplikasikannya pada asuhan
keperawatan. (Muttaqin, 2008)
1. Jaringan pusat
a. Neuron
Susunan saraf pusat manusia mengandung sekitar 100 miliar neuron, Neuron adalah
suata sel saraf dan merupakan unit anatomis dan fungsional sistem persarafan.
(Muttaqin, 2008)

b. Struktur Neuron
Neuron-neuron yang membawa informasi dari susunan surat perifer ke sentral disebut
neuron sensorik atau aferen. Neuron-neuran ini memiliki reseptor di dendrit atau
hadan sel yang mengindra rangsangan kimiawi atau fick. Neuron yang membawa
informasi keluar dari susunan saraf pusat ke berbagai organ sasaran (suatu sel otot
atau kelenjar) dischut neuron motorik atau eferen Kelompok neuron ketiga, yang
membentuk sebagian besar neuron susunan saraf pusat, menyampaikan pesan-pesan
antara neuron aferen dan eferen. Neuron- neuron ini dischut interneuron. Hampir 90%
dari semon neuron di tubuh adalah interneuron dan semua interneuron terlerak di
susunan saraf pusat. (Muttaqin, 2008)

Gambar 2.1 Sinaps dengan neuron lainnya

6
2.2 OTAK
Otak mungkin merupakan organ yang paling mengagumkan dari seluruh organ. Kita
mengetahui bahwa seluruh angan-angan, keinginan dan nafsu, perencanaan, dan memori
merupakan hasil akhir dari aktivitas otak. Otak berisi 10 miliar neuron yang menjadi
kompleks secara kesatuan fungsional. Otak lebih kompleks daripada batang otak. Berat otak
manusia kira-kira merupakan 2% dari berat badan orang dewasa. Otak menerima 15% dari
curah jantung, memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh, dan sekitar 400 kilokalori
energi setiap harinya. (Sadewa, 2020)

Gambar 2.2 Bagian-bagian sistem saraf pusat

1. Jaringan Otak
Jaringan gelatinosa otak dan medula spinalis dilindungi oleh tulang tengkorak dan tulang
belakang, dan oleh tiga lapisan jaringan penyambung yaitu piamater, araknoid, dan
duramater. (Sadewa, 2020)

Gambar 2.3 Hubungan antara otak, tulang tengkorak dan meningens

7
di lihat dari sisi lateral

a. Piamater langsung berhubungan dengan otak dan jaringan spinal, dan mengikuti
kontur struktur eksternal otak dan jaringan spinal. Piamater merupakan lapisan
vaskular yang memiliki pembuluh darah yang berjalan menuju struktur interna
SSP untuk memberi nutrisi pada jaringan saraf. (Sadewa, 2020)
b. Araknoid merupakan suatu membran fibrosa yang tipis, halus, dan tidak
mengandung pembuluh darah. Araknoid meliputi otak dan medula spinalis, tetapi
tidak mengikuti kontur luar seperti piamater. Daerah antara araknoid dan piamater
disebut ruang subaraknoid, tempat arteri, vena serebral, trabekula araknoid, dan
cairan serebrospinal yang membasahi SSP. Ruang subaraknoid ini mempunyai
pelebaran-pelebaran yang disebut sisterna. Salah satu pelebaran yang terbesar
adalah sisterna lumbalis di daerah lumbal kolumna vertebralis. Bagian bawah
lumbal (biasanya antara L3 dan L4 atau L4 dan L5) merupakan tempat yang
biasanya digunakan untuk mendapatkan cairan serebrospinal untuk pemeriksaan
lumbal pungsi. Duramater merupakan suatu jaringan liat, tidak elastis, dan mirip
kulit sapi yang terdiri atas dua lapisan, yaitu bagian luar yang disebut
duraendosteal dan bagian dalam yang disebut durameningeal. (Sadewa, 2020)

2.3 SISTEM SARAF PUSAT


Otak (encephalon atau brain) pada awalnya berasal dari tiga primary brain vesicles, yaitu
prosencephalon (forebrain), mesencephalon (midbrain), dan rhombencephalon (hindbrain).
Seiring perkembangannya, ketiga primary brain vesicles ini akan terbagi lagi menjadi
secondary brain vesicle yang terdiri dari telencephalon (end brain), diencephalon,
mesencephalon, metencephalon, dan myelencephalon. Telencephalon dan diencephalon
merupakan turunan dari prosencephalon. Metencephalon dan myelencephalon merupakan
turunan dari rhombencephalon. Telencephalon akan berkembang menjadi hemispherium
cerebri (tersusun atas cortex cerebri, substantia alba subcortical, dan ganglia basalis).
Diencephalon akan berkembang menjadi thalamus, hypothalamus, epithalamus, dan
subthalamus. Metencephalon akan berkembang menjadi pons dan cerebellum, sedangkan

8
myelencephalon akan berkembang menjadi medulla oblongata (atau lebih sering disebut
sebagai medula). (C.Pearce, 2010)
1. Serebrum
Serebrum mengisi bagian depan dan atas rongga tengkorak, yang masing- masing
disebut fosa kranialis anterior dan fosa kranialis tengah. Serebrum terdiri atas dua belahan
(hemisfer) besar sel saraf (substansi kelabu) dan serabut saraf (substansi putih). Lapisan
luar substansi kelabu disebut korteks. Kedua hemisfer otak itu dipisahkan celah yang
dalam, tapi bersatu kembali pada bagian bawahnya melalui korpus kalosum, yaitu massa
substansi putih yang terdiri atas serabut saraf. Di sebelah bawahnya lagi terdapat
kelompok- kelompok substansi kelabu atau ganglia basalis. (C.Pearce, 2010)

Gambar 2.4 Otak besar dan otak kecil

Berbagai daerah pada otak. Fisura-fisura dan sulkus-sulkus membagi hemister otak
menjadi beberapa daerah. Korteks serebri bergulung- gulung dan terlipat secara tidak
teratur, sehingga memungkinkan luas permukaan substansi kelabu bertambah. Lekukan
di antara gulungan gulungan itu disebut sulkus, dan sulkus yang paling dalam
membentuk fisura longitudinal dan lateralis. Fisura-fisura dan sulkus-sulkus ini membagi
otak dalam beberapa daerah atau "lobus" yang letaknya sesuai dengan tulang yang
berada di atasnya, seperti lobus frontalis, temporalis, perietalis, dan oksipitalis (C.Pearce,
2010)
Fisura longitudinalis adalah celah dalam pada bidang medial yang membagi serebrum
menjadi hemisfer kanan dan kiri. Sekeping tipis dura mater yang disebut falks serebri
menyelipkan dirinya ke dalam fisura itu (lihat Gambar 188). Dengan cara yang sama
sebagian kecil dura mater, yang disebut falks serebel, membagi serebelum menjadi
hemisfer kanan dan kiri. Sulkus lateralis, atau fistera silvines, memisahkan lobus
temporalis dari sebelah posterior (C.Pearce, 2010)

9
a. Lobus Frontalis
Lobus frontalis merupakan bagian yang menonjol ke depan yang menempati fosa
serebri anterior meluas ke dorsal sampai sulkus sentralis Rolandi. Girus yang
terpenting adalah: girus praesentralis, yang mengandung korteks motoris; girus
frontalis superior, girus frontalis media; dan girus frontalis inferior. (C.Pearce, 2010)

Lobus Frontallis

Gambar 2.5 Lobus Frontalis

b. Lobus Parietalis
Lobus parietalis meluas dari sulkus sentralis sampai fisura parieto-oksipitalis dan ke
arah lateral sampai setinggi fisura lateralis.Bagian permukaan atas dan lateral lobus
parietalis terdiri dari: girus pos-sentralis, girus parietalis superior, girus
supramarginalis, dan girus angularis. Dibagian medial lobus parietalis terdiri dari:
lobus parasentralis, dan lobus prekuneus. Girus yang terpenting adalah girus pos-
sentralis, yang mengandung korteks sensoris. (C.Pearce, 2010)

Lobus Parietalis

Gambar 2.6 Lobus Parietalis

c. Lobus Oksipitalis

10
Lobus oksipilatis merupakan bagian otak besar yang berbentuk seperti piramid dan
terletak dibelakang fisura parieto-oksipitalis. Lobus oksipitalis bagian lateral terdiri
dari: girus oksipitalis lateralis, dibagian medial terdapat girus lingualis. Fisura
kalkarina membagi bagian media lobus oksipitalis menjadi kunaeus dan
girus lingualis. (C.Pearce, 2010)

Lobus Oksipitalis

Gambar 2.7 Lobus Oksipitalis

d. Lobus Temporalis
Bagian lobus temporalis dari hemisferium serebri terletak di bawah fisura lateralis
Sylvii dan berjalan ke belakang sampai fisura parieto-oksipitalis. Permukaan
temporalis superior, girus temporalis media, dan girus temporalis inferior. (C.Pearce,
2010)
Secara garis besar struktur otak besar terbagi menjadi korteks serebri dan struktur-
struktur sub kortikal. Korteks sensoris berfungsi untuk mengenal, interpretasi impuls
sensoris yang diterima sehingga individu merasakan, menyadari adanya suatu sensasi
rasa atau indera tertentu. Korteks sensoris juga menyimpan sangat banyak data
memori sebagai hasil rangsang sensoris selama manusia hidup. Baik korteks sensoris
maupun motoris mempunyai pemetaan tubuh yang disebut pemetaan somatofik.
Struktur sub kortikal terdiri dari (C.Pearce, 2010):

1) Basal ganglia. Melaksanakan fungsi motoris dengan merinci dan mengkoordinir


gerakan dasar, gerak halus (terampil), dan sikap tubuh.
2) Hipotalamus. Pusat tertinggi integrasi dan koordinasi sistem saraf otonom dan
terlibat dalam pengolahan perilaku insting (makan, minum, seks, dan motivasi).

11
Lobus Temporalis
Gambar 2.8 Lobus Temporalis

2. Batang Otak
Batang otak terdiri atas otak tengah (diensefalon) pons Varoli dan medula oblongata.
Otak tengah (diensefalon) merupakan bagian atas batang otak. Akuaduktus serebri
yang menghubungkan ventrikel ketiga dan keempat melintasi melalui otak tengah ini.
Otak tengah dapat juga dibagi dalam dua tingkat:
a. Atap yang mengandung banyak pusat-pusat refleks yang penting untuk penglihatan
dan pendengaran.
b. Jalur motorik yang besar, yang turun dari kapsula intema melalui
bagian dasar otak tengah, menurun terus melalui pons dan medula
oblongata menuju sumsum tulang belakang.
Jalur Imtas sensorik, dalam perjalanannya dari sumsum tulang belakang,
medula dan pons mendaki melalui bagian otak tengah ini sebelum memasuki
talamus atau kapsula interna, guna mencapai penyebaran akhirnya dalam korteks
sensorik hemisfer serebri. (C.Pearce, 2010)

Gambar 2.9 Batang Otak

12
Otak tengah mengandung pusat-pusat yang mengendalikan keseimbangan dan
gerakan-gerakan mata.Pons Varoli merupakan bagian tengah batang otak dan karena itu
memiliki jalur lintas naik dan turun seperti pada otak tengah. Selain itu juga terdapat
banyak serabut yang berjalan menyilang pons untuk menghubungkan kedua lobus
serebelum; dan menghubungkan serebelum. dengan korteks serebri. (C.Pearce, 2010)
Medula oblongata membentuk bagian hawah batang otak serta meng hubungkan pons
dengan sumsum tulang belakang. Medula oblongata terletak dalam fosa kranialis
posterior dan bersatu dengan sumsum tulang belakang tepat di bawah foramen magnum
tulang oksipital. Sifat-sifat utama medula oblongata adalah di situ jalur motorik
desendens (menurun) melintasi batang otak dari sisi yang satu menuju sisi yang lain. Hal
ini disebut dekuesasio motorik. Perpotongan seperti di atas yang dilakukan jalur sensorik
pada medula, juga terjadi, dan disebut dekusasto sensorik. (C.Pearce, 2010)
Medula oblongata mengandung nukleus atau badan sel dari berbagai saraf otak yang
penting. Selain itu medula mengandung "pusat-pusat vital" yang berfungsi
mengendalikan pernapasan dan sistem kardio-vas- kuler. Karena itu, suatu cedera yang
terjadi pada bagian ini dalam batang otak dapat membawa akibat yang sangat serius.
(C.Pearce, 2010)

3. Serebelum (otak kecil)


Serebelum adalah bagian terbesar dari otak belakang. Serebelum menempati fosa
kranialis posterior dan diatapi tentorium serebeli, yang merupakan lipatan dura mater
yang memisahkannya dari lobus oksipitalis serebri. Rongga ventrikel keempat
memisahkan serebelum dari pons dan. medula oblongata. Sebuah celah yang dalam
memisahkan serebelum menjadi dua hemisfer, hemisfer kiri dan kanan; dan ke dalam
celah itulah falks serebeli, yang merupakan sebuah lipatan dura mater lain,
menyelipkan dirinya. Susunan substansi kelabu dan putih pada serebelum sama
seperti susunan yang terdapat pada serebrum, yaitu dengan substansi kelabut berada di
permukaan. Permukaan itu berbukit-bukit dan berlipat-lipat dalam belitan. Fisura
antara tumpukan-tumpukan pada serebelum sangat rapat satu sama lain dibandingkan
dengan sulkus pada korteks serebri. (C.Pearce, 2010)
Serebelum mempunyai hubungan dengan berbagai bagian lain sistem
persarafan. Tetapi hubungannya yang terutama adalah dengan hemisfer serebri pada
sisi yang lain dan dengan hatang otak. Selain itu serebelum menerima serabut dari
sumsum tulang belakang dan berhubungan dengan pusat-pusat refleks penglihatan

13
pada atap otak tengah (diensefalon). dengan talamus, dan dengan serabut-serabut saraf
pendengaran. Fungsi serebelum adalah mengatur sikap dan aktivitas sikap badan.
Serebelum berperanan penting dalam koordinasi otot dan menjaga keseimbangan.
Bila serabut kortiko-spinal yang melintas dari korteks serebri ke sumsum tulang
belakang mengalami penyilangan (lihat atas), dan dengan demikian mengendalikan
gerakan sisi lain tubuh, hemisfer serebeli mengendalikan tonus otot dan sikap pada
sisinya sendiri. (C.Pearce, 2010)
Cedera unilateral pada serebelum mengakibatkan gangguan pada sikap dan
tonus otot. Gerakan sangat tidak terkoordinasi. Seorang pasien yang menderita
gangguan tersebut mungkin tidak sanggup memasukkan makanan ke dalam mulutnya
sendiri, dan bahkan mengotori mukanya akibat makanan yang tercecer; terombang-
ambing sewaktu berjalan, dan cenderung jatuh ke arah sisi hadan yang mendapat
cedera. Semua gerakan sadar dan anggota badan menjadi lemah, dan cara bicara pun
lambat. (C.Pearce, 2010)

Gambar 2.10 Otak kecil

2.4 SARAF-SARAF KEPALA


Ada dua belas pasang saraf kranial. Beberapa daripadanya adalah serabut campuran, yaitu
gabungan saraf motorik dan saraf sensorik, sementara yang lain hanya saraf motorik, ataupun
hanya saraf sensorik, misalnya saraf pancaindra. (C.Pearce, 2010)
1. Nervus olfaktorius (sensorik), urat saraf penghidu.
2. Nervus optikus (sensorik), urat saraf penglihat.

14
3. Nervus okulo-motorius melayani sebagian besar otot eksterna mata. Juga menghantar
serabut-serabut saraf parasimpatis untuk melayani otot siliari dan otot iris. Secara klinis,
kerusakan pada saraf ini akan mengakibatkan ptosis, juling, dan kehilangan refleks
tehadap cahaya dan daya akomodasi. (C.Pearce, 2010)

Gambar 2.11 Penyebaran serabut saraf trigeminal ke struktur-struktur pada wajah

4. Nervus troklearis (motorik) ke arah sebuah otot mata, yaitu muskulu oblikus eksterna
5. Nervus Trigeminus. Inilah saraf otak yang terbesar. Pada hakikatnya, nervus trigeminus
merupakan urat saraf sensorik yang melayani seba gian besar kulit kepala dan wajah, juga
melayani selaput lendit mulut, hidung, sinus paranasalis serta gigi, dan dengan
perantaraan sebuah cabang motorik kecil mempersarafi otot-otot pengunyah. Nervus
Trigeminus terbagi menjadi tiga cabang utama, yang bergerak ke depan dari ganglion
trigeminus: nervus oftalmikus, maksilaris, dan mandibularis, yang berfungsi menampung
sensibilitas dari berbagai daerah wajah, mulut, gigi, dan sebagian tengkorak
6. Saraf abdusens (motorik), menuju satu otot mata, yaitu rektus lateralis.
7. Saraf fasialis. Saraf ini terutama motorik untuk otot-otot mimik (pada wajah) dan kulit
kepala (lihat Gambar 209). Saraf fasialis juga merupa kan saraf sensorik yang
menghantarkan rasa pengecap dari lidah
8. Saraf pendengaran atau nervus akustikus
9. Nervus gloso-faringeiks mengandung serabut motorik dan sensorik. Serabut motorik
menuju salah satu konstriktor faring, sementara sekreto-motorik menuju kelenjar parotis,
dan saraf sensorik menuju posterior ketiga pada lidah dan sebagaian palatum lunak.
10. Nervus vagus terdiri atas serabut motorik dan sensorik yang fungsi-fungsinya telah
disebutkan pada halaman.
11. Nervus aksesorius. Saraf ini terbelah menjadi dua bagian: yang pertama menyertai vagus
menuju laring dan faring, yang kedua adalah saraf motorik yang menuju otot sterno-

15
mastoid (nervus sterno-kleido- mastoideus) dan otot trapezius.
12. Nervus hipoglosus (motorik), menuju otot lidah.

16
BAB III

PENUTUP

3.4 KESIMPULAN
Dalam sistem saraf diketahui bahwa serabut saraf menghubungkan setiap bagian tubuh
dengan susunan saraf pusat. Impuls yang dibangkitkan karena rangsangan pada bagian k
lengan dan tangan akan dirambatkan melalui serabut dendrit menuju sel neuron sensori yang
berada di simpul saraf dekat medula spinalis, yang selanjutnya diteruskan melalui serabu
aksonnya ke dalam medula spinalis. Impuls tersebut membawa sinyal atau pesan tentang
rangsangan yang diperoleh, apakah panas, dingin, sakit, atau rabaan. Pesan ini diteruskan ke
otak untuk dihayati dan disadari apa jenis dan sifat rangsangan tersebut. Pada anak yang
mengalami kecelakaan tersebut rupanya tidak mengalami cedera pada lintasan sensori dan
daerah lengan dan tangan sampai susunan saraf pusat (medula spinalis dan otak).

DAFTAR PUSTAKA

C.Pearce, E. (2010). Anatomi Dan Fisiologi Untuk Para Medis. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
dkk, A. H. (2020). Sistem Saraf. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

17
Muttaqim, A. (2008). Asuha Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Saraf. Jogja:
Salemba Medika.
Muttaqin, A. (2008). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sisten persarafan. Jogja:
Salemba Medika .

18
LAMPIRAN :

19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

Anda mungkin juga menyukai