Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

SISTEM SARAF

Disusun oleh:

1. Tita Ester (230205249)


2. Nur Hafizah (230205251)
3. Alfira Nur Adella (230205260)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MIPA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
karunianya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
kami dengan tepat waktu.tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari dosen mata kuliah anatomi fisiologi manusia.dan menambah wawasan kami
para penulis dan para pembaca mengenai “Sistem saraf”.

Kami selaku penyusun dari makalah ini,menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat menantikan kritik dan saran
yang membangun untuk menyempurnakan makalah yang kami susun ini. Kami juga
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.

Pekanbaru, 21 Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................... 1
D. Manfaat ............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................... 2
A. Stuktur Sistem Saraf...................................................................... 2
B. Fungsi Sistem Saraf...................................................................... 3
C. Gangguan penyakit Sistem Saraf.................................................. 6
BAB III PENUTUP............................................................................... 14
A. Kesimpulan .................................................................................. 14
B. Saran…...…………………………...…………..……………… 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 16


BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Cara manusia bertindak dan bereaksi bergantung pada pemrosesan neuron yang rumit,
tersusun, dan diskret. Banyak dari pola neuron penunjang kehidupan dasar, misalnya pola yang
mengontrol respirasi dan sirkulasi, serupa pada semua orang. Namun, tentu ada perbedaan halus
dalam integrasi neuron antara seseorang yang merupakan komponis berbakat dan orang yang
tidak dapat bernyanyi, atau antara seorang pakar matematika dan orang yang kesulitan membagi
bilangan. Sebagian perbedaan pada sistem saraf individu disebabkan oleh factor genetik. Namun
sisanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan pengalaman. Ketika sistem saraf imatur
berkembang sesuai cetak-biru genetiknya, terbentuk neuron dan sinaps dalam jumlah berlebihan.
Bergantung pada rangsangan dari luar, dan tingkat pemakaiannya, sebagian dari jalur – jalur
saraf ini dipertahankan, dibentuk lebih pasti, dan bahkan meningkat, sementarayang lain
dieliminasi. Sistem saraf merupakan salah satu bagian yang menyusun sistem koordinasi yang
bertugas menerima rangsangan, menghantarkan rangsangan ke seluruh bagian tubuh, serta
memberikan respons terhadap rangsangan tersebut. Pengaturan penerima rangsangan dilakukan
oleh alat indera. Pengolah rangsangan dilakukan oleh saraf pusat yang kemudian meneruskan
untuk menanggapi rangsangan yang datang dilakukan oleh sistem saraf dan alat Indera

B.Rumusan masalah

1. Apa itu system saraf ?


2. Apa fungsi dari struktur system saraf ?
3. Apa saja gangguan penyakit system saraf ?

C.Tujuan

a. Mengetahui system saraf


b. Mengetahui fungsi dari struktur system saraf
c. Mengetahui gangguan penyakit system saraf

D.Manfaat

1.Menambah pengetahuan dan wawasan tentang system organ


2. Dapat menjadi sumber Pelajaran
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Saraf

Sistem saraf manusia merupakan jalinan jaringan saraf yang saling berhubungan, sangat
khusus, dan kompleks. Sistem saraf ini mengoordinasikan, mengatur, dan mengendalikan
interaksi antara seorang individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting
ini juga mengatur aktivitas sebagin besar sistem tubuh lainnya. Tubuh mampu berfungsi
sebagai satu kesatuan yang harmonis karena pengaturan hubungan saraf diantara berbagai
Sistem Saraf tersusun dari jutaan serabut sel saraf (neuron) yang berkumpul membentuk
suatu berkas (faskulum). Neuron adalah komponen utama dalam sistem saraf.

Secara umum sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai fungsi utama yaitu:
1) Memelihara fungsi tubuh
2) Mengatur kegiatan di dalam tubuh
3) Menerima rangsangan eksternal dan internal
4) Mengolah rangsangan yang diterima
5) Merespon rangsangan yang diterima

A. Struktur sel saraf


Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron bergabung
membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan). Satu sel saraf tersusun
dari badan sel, dendrit, dan akson.

Dendrit berfungsi menangkap dan mengirimkan impuls ke badan sel saraf, sedangkan akson
berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan lain. Akson biasanya sangat
panjang. Sebaliknya, dendrit pendek.

1. Badan sel
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf Badan sel berfungsi
untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Pada badan sel
saraf terdapat inti sel, sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom, dan
badan sel. Badan sel merupakan kumpulan retikulum endoplasma tempat transportasi
sintesis protein.
2. Dendrit
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang. Dendrit merupakan
perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan
rangsangan ke badan sel.

3. Akson
Akson disebut neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan
perjuluran sitoplasma badan sel. Di dalam neurit terdapat benang-benang halus yang
disebut neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang
banyak mengandung zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat jalannya rangsangan.
Selaput mielin tersebut dibungkus oleh sel- selsachwann yang akan membentuk suatu
jaringan yang dapat menyediakan makanan untuk neurit dan membantu pembentukan
neurit. Lapisan mielin sebelah luar disebut neurilemma yang melindungi akson dari
kerusakan. Bagian neurit ada yang tidak dibungkus oleh lapisan mielin. Bagian ini disebut
dengan nodus ranvier dan berfungsi mempercepat jalannya rangsangan.

Jenis Sel Saraf Berdasarkan Fungsi

Terdapat 3 (tiga) jenis sel saraf berdasarkan fungsi, yaitu:


1. Sel Saraf Sensorik (saraf Aferen)
Berfungsi menghantarkan rangsangan dari reseptor (penerima rangsangan) ke sumsum
tulang belakang.
2. Sel Saraf Motorik (saraf Eferen)
Berfungsi menghantarkan impuls motorik dari susunan saraf pusat ke efektor.
Rangsangan yang diantarkan berasal atau diterima dari otak dan sumsum tulang
belakang.
3. Sel Saraf Penghubung/ intermediet/ asosiasi
Merupakan penghubung sel saraf yang satu dengan sel saraf yang lain.

Susunan Saraf Manusia


Sistem saraf secara umum terbagi menjadi dua yaitu sistem saraf pusat dan tepi

1.Sistem saraf pusat


a. Otak
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari segala
kegiatan manusia. Otak terletak di dalam rongga tengkorak, beratnya lebih kurang 1/50 dari
berat badan. Bagian utama otak adalah otak besar (Cerebrum), otak kecil (Cerebellum), dan
batang otak. Otak terletak di dalam rongga kepala, yang pada orang dewasa sudah tidak
dapat lagi membesar, sehingga bila terjadi penambahan komponen rongga kepala akan
meningkatkan tekanan intra cranial.

1) Otak besar (Cerebrum)


Berfungsi untuk untuk pengaturan semua aktivitas mental yaitu berkaitan dengan
kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan. Otak
besar terletak di bagian depan otak.
Terdiri atas :
– Bagian belakang (oksipital) → pusat penglihatan.
– Bagian samping (temporal) → pusat pendengaran.
– Bagian tengah (parietal) → pusat pengatur kulit dan otot terhadap panas, dingin,
– Antara bagian tengah dan belakang → pusat perkembangan kecerdasan, ingatan,
kemauan, dan sikap.

2) Otak kecil (Cerebellum)


Otak kecil terletak di bagian belakang otak besar, tepatnya di bawah otak besar. Otak
kecil terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan luar berwarna kelabu dan lapisan dalam
berwarna putih. Otak kecil dibagi menjadi dua bagian, yaitu belahan kiri dan belahan
kanan yang dihubungkan oleh jembatan varol. Otak kecil berfungsi sebagai pengatur
keseimbangan tubuh dan mengkoordinasikan kerja otot ketika seseorang akan
melakukan kegiatan.

3) Otak Tengah (Mesensefalon)


Terletak di depan otak kecil dan jembatan varol (menghubungkan otak kecil bagian kiri
dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang).
Di depan otak tengah (diencephalon)
– Talamus (Pusat pengatur sensoris)
– Hipotalamus (Pusat pengatur suhu, Mengatur selera makan, Keseimbangan cairan
tubuh). Bagian atas ada lobus optikus (pusat refleks mata).
Medula oblongata merupakan salah satu bagian dari batang otak. berperan dalam
mengontrol fungsi-fungsi otonomik (fungsi yang tidak disadari) seperti pernapasan,
pencernaan, detak jantung, fungsi pembuluh darah, serta menelan dan bersin.

4) Pelindung otak
Otak terdiri dari rangka tulang bagian luar dan tiga lapisan jaringan ikat yang disebut
meninges. Lapisan meningeal terdiri dari pia meter, lapisan araknoid dan durameter.
– Tengkorak.
– Ruas-Ruas Tulang Belakang.
– Tiga Lapisan Selaput Otak (Meningen).

5) Sumsum Tulang Belakang (Medulla Spinalis)

a)Fungsi :
(1) Penghubung impuls dari dan ke otak.
(2) Memungkinkan jalan terpendek pada gerak refleks.
Di bagian dalam ada (1) akar dorsal yang mengandung neuron sensorik. (2) akar
ventral yang mengandung neuron motorik.
Pada bagian putih terdapat serabut saraf asosiasi.

b) Struktur Umum
Medulla spinalis berbentuk silinder berongga dan agak pipih. Walaupun diameter
medulla spinalis bervariasi, diameter struktur ini biasanya sekitar ukuran jari
kelingking. Panjang rata-rata 42 cm. Dua pembesaran, pembesaran lumbal dan
serviks menandai sisi keluar saraf spinal besar yang mensuplai lengan dan tungkai.
Tiga puluh satu pasang (31) saraf spinal keluar dari area urutan korda melalui
foramina intervertebral.
c) Struktur Internal
Terdiri dari sebuah inti substansi abu-abu yang diselubungi substansi putih. Kanal
sentral berukuran kecil dikelilingi oleh substansi abu-abu bentuknya seperti huruf H.
Batang atas dan bawah huruf H disebut tanduk atau kolumna dan mengandung
badan sel, dendrite asosiasi dan neuron eferen serta akson tidak termielinisasi.
Tanduk dorsal adalah batang vertical atas substansi abu-abu. Tanduk ventral adalah
batang vertical bawah. Tanduk lateral adalah protrusi di antara tanduk posterior dan
anterior pada area toraks dan lumbal sistem saraf perifer. Komisura abu-abu
menghubungkan substansi abu-abu di sisi kiri dan kanan medulla spinalis. Setiap
saraf spinal memiliki satu radiks dorsal dan satu radiks ventral.

d) Traktus Spinal
Substansi putih korda yang terdiri dari akson termielinisasi, dibagi menjadi funikulus
anterior,posterior dan lateral. Dalam funikulus terdapat fasiukulu atau traktus.
Traktus diberi nama sesuai dengan lokasi, asal dan tujuannya.

2. Saraf Tepi (Saraf Perifer)


Sistem ini terdiri dari jaringan saraf yang berada di bagian luar otak dan medulla spinalis.
Sistem ini juga mencakup saraf cranial yang berasal dari otak; saraf spinal, yang berasal dari
medulla spinalis dan ganglia serta reseptor sensorik yang berhubungan.

Sistem saraf perifer dibagi menjadi 2 yaitu :

– 12 pasang saraf serabut otak (saraf cranial)

– 3 pasang saraf sensori.

– 5 pasang saraf motori.

– 4 pasang saraf gabung


31 pasang saraf sumsum tulang belakang (saraf spinal).

– 8 pasang → saraf leher (servikal).

– 12 pasang → saraf punggung (Torakal).

– 5 pasang → saraf pinggang (Lumbal).

– 5 pasang → saraf pinggul (Sakral).

– 1 pasang → saraf ekor (Koksigial).

Sistem Saraf Tepi (Perifer)


a) Saraf Otonom
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari
sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini
terdapat beberapa jalur dan masingmasing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan
juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat
saraf pra gangliondan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion.

Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada
posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang
belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra
ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang
panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu.
Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem
saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan "nervus vagus" bersama cabang-cabangnya
ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung.
1. Sistem Saraf Simpatik
Sistem syaraf ini berdada di ddepan tulang rusuk bagian tulangbelakang yang
memiliki pangkal pada sumsum tulang belakang atau medula spinalis yang berada di
bagian dada dan pinggang. Saraf tersebut di sebut juga dengan saraf torakolumbar,
karena saraf preganglion keluar yang berasal dari tulang belakang toraks dari ke 1
sampai ke 12. Pada sistem saraf simpatik memiliki 25 pasang ganglio atau yang
merupakan simpul di sumsum tulang belakang.
Fungsi dari sistem saraf simpatik ini pada umumnya adalah untuk dapat
memacu kerja organ tubuh, tetapi ada pula beberapa yang dapat menghambat kerja
dari organ tersebut.
Fungsi Saraf Simpatik
– Memperbesar pupil mata
– Memperbesar bronkus
– Memperbesar pupil mata
– Menghambat ereksi
– Menghambat sekresi empedu
– Mempercepat detak jantung
– Mempelambat kerja pencernaan
– Menurunkan tekanan darah
– Meningkatkan sekresi adrenalin
– Menghambat kontraksi kantung seni
2. Sistem Saraf Parasimpatik
Sistem saraf parasimpatik adalah suatu saraf yang memiliki pangkal di sumsum
tulang belakang lanjutan atau medula oblongata. Sistem ini di sebut sebagai sistem
saraf kranosakral di karenakan saraf preganglion keluar dari otak dan dari sakral.
Saraf parasimpatik ini terdiri dari jaring-jaring yang memiliki keterhubungan dengan
ganglion yang telah tersebar ke seluruh tubuh.
Fungsi Saraf Parasimpatik
– Mengecilkan pupil mata
– Merangsang eraksi
– Memperkecil bronkus
– Meningkatkan tekanan darah
– Menghambat sekresi adrenalin
– Menghambat detak jantung
– Meningkatkan sekresi empedu
– Menghambat organ pencernan
– Mempercepat kontraksi kantung seni
C.Gangguan penyakit system saraf
1. STROKE
Menurut WHO (world health organization),stroke didefinisikan suatu gangguan
fungsional yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal
maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau xapt menimbulkan
kematian,disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak.
Stroke adalah suatu penyakit difisit neurologis akut yang di sebabkan oleh gangguan
pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala dan tanda
yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu .kejadian serangan penyakit ini
bervariasi anatar tempat,waktu dan keadaan penduduk .(chris w. green dan Hertin
setyowati 2004)
Chandra B . mengatakan stoke adalah gangguan fungsi saraf akut yang di sebabkan
oleh karena gangguan peredaran darah otak, dimana secara mendadak (dalam beberapa
detik)atau secara tepat (dalam beberapa jam ) timbul gejala dan tanda yang sesuai
dengan daerah fokal daerah otak yang terganggu
ETIOLOGI STROKE
Sroke biasanya disebabkan oleh:
a.Trombosis Serebral. Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang
mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat
menimbulkan edema dan kongesti di sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada
orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena
penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat
menyebabkan iskemia serebri. Tanda dan gejala neurologis sering kali memburuk
dalam 48 jam setelah terjadinya thrombosis.

Beberapa keadaaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:

- Aterosklorosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta


berkurangnya kelunturan dinding pembuluh darah.manifestasi klinis
aterosklorosis bermacam macam.kerusakan dapat terjadi melalui
mekanisme berikut;lumen arteri menyempit dan mengakibatkan
berkurangnya aliran darah , oklusi mendadak pembuluh darah karena
terjadi thrombosis, merupakan tempat terbentuknya thrombus,
kemudian melepaskan kepingan thrombus (embolus) dan dinding
arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi
perdarahan.
- Hiperkoagulasi pada Polisitema. Darah bertambah kental, peningkatan
viskositas/hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah
serebri.
- Arteritis (radang pada arteri) maupun Vaskulitis : arteritis temporalis,
poliarteritis nodosa.
- Robeknya arteri : karotis, vertebralis (spontan atau traumatik).
- Gangguan darah: polisitemia, hemoglobinopati (penyakit sel sabit).

b. Emboli serebri merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan


darah, lemak, dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di
jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri. Emboli tersebut
berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa
keadaan di bawah ini dapat menimbulkan emboli, yaitu:

- Katup-katup jantung yang rusak akibat penyakit jantung reumatik,


infark miokardium, fibrilasi, dan keadaan aritmia menyebabkan
berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah membentuk
gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali mengeluarkan
embolus-embolus kecil. Endokarditis oleh bakteri dan nonbakteri,
menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endokardium.
Sumber di jantung fibrilasi atrium (tersering), infark miokardium,
penyakit jantung reumatik, penyakit katup jantung, katup prostetik,
kardiomiopati iskemik.
- Sumber tromboemboli aterosklerosis di arteri : bifurkasio karotis
komunis, arteri vertrebralis distal.
- Keadaan hiperkoagulasi : kontrasepsi oral, karsinoma.

c. Hemoragik. Perdarahan intracranial dan intraserebri meliputi perdarahan di


dalam ruang subarachnoid atau di dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini
dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi. Pecahnya pembuluh darah
otak menyebabkan perembesan darah ke dalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan sehingga
terjadi infark otak, edema, dan mungkin herniasi otak. Penyebab otak yang
paling umum terjadi:
- Aneurisma berry, biasanya defek congenital
- Aneurisma fusiformis dari arterosklerosis
- Aneurisma mikotik dari vaskulitis nekrose dan emboli sepsis
- Malformasi asteriovena, terjadi hubungan persambungan pembuluh
darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena
- Rupture arteriol serebri, akibat hipertensi yang menimbulkan
penebalam dan degenerasi pembuluh darah.
d. Hipoksia umum. Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia
umum adalah:
- Hipertensi yang parah
- Henti jantung paru
- Curah jantung turun akibat aritmia.
e. Hipoksia lokal. Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia
setempat adalah:
- Spasme arteri serebri yang disertai perdarahan subarachnoid
- Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren.
2.Bell’s Palsy (kelumpuhan bell)
Bell’s palsy adalah suatu kondisi ketika otot wajah mengalami kelumpuhan pada satu sisi.
Kelumpuhan ini terbatas pada wajah, dan disebabkan oleh adanya masalah pada saraf yang
berfungsi untuk mengatur gerak otot-otot wajah. Angka kejadian Bell’s palsy adalah sekitar
15-20 kejadian per 100.000 penduduk per tahunnya.

Penyebab

Saraf memiliki fungsi yang bermacam-macam, di antaranya adalah menghantarkan rangsang


dari luar (sensorik) dan menggerakkan anggota tubuh yang dipersarafi (motorik). Pada Bell’s
palsy, saraf yang mengalami gangguan adalah saraf motorik yang mengatur pergerakan otot
wajah. Gangguan ini hanya terjadi pada satu sisi wajah.

Penyebab Bell’s palsy secara pasti tidak diketahui. Namun, kejadian Bell’s palsy
terbukti berkaitan dengan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus seperti virus herpes
simplex (virus penyebab penyakit herpes), virus varicella-zoster (virus penyebab cacar air dan
cacar naga), dan virus Epstein-Barr (virus penyebab penyakit mononukleosis). Faktor-faktor
tersebut menyebabkan saraf mengalami peradangan dan pembengkakan. Pembengkakan ini
menekan saraf yang mengatur pergerakan wajah sehingga terjadi kelumpuhan pada satu sisi
wajah.

Bell’s palsy dapat terjadi pada segala usia, namun paling banyak ditemukan pada usia
dewasa dengan median usia 40 tahun. Bell’s palsy juga dapat terjadi pada ras manapun.
Faktor risiko Bell’s palsy adalah adanya riwayat infeksi virus, diabetes, kehamilan, obesitas,
dan hipertensi. Ibu dengan riwayat tekanan darah tinggi pada saat kehamilan tua
(preeklampsia) juga memiliki risiko tinggi terkena Bell’s palsy.

Gejala pada Bell’s palsy sangat khas, yaitu kelemahan atau kelumpuhan satu sisi
wajah yang muncul secara cepat, sekitar beberapa hari, hingga puncaknya pada hari ke-3 (72
jam). Kelemahan atau kelumpuhan ini menyebabkan kesulitan mengernyitkan dahi, menutup
mata secara sempurna, tersenyum, dan menutup mulut. Selain gejala kelemahan atau
kelumpuhan otot, gejala lainnya yang dapat menyertai adalah air liur yang tidak berhenti
menetes dari ujung bibir, mata kering, mulut kering, sensasi rasa pada lidah yang menurun,
nyeri kepala, serta telinga yang lebih sensitif terhadap suara.

Diagnosis Bell’s palsy pada umumnya ditegakkan dengan pemeriksaan fisik.


Sebelum pemeriksaan dilakukan, dokter dapat menanyakan Anda mengenai faktor risiko
terkait Bell’s palsy. Selanjutnya, dokter dapat meminta Anda untuk melakukan beberapa
ekspresi wajah seperti mengernyitkan dahi, mengangkat alis, menutup mata serapat-rapatnya,
tersenyum lebar dengan menampakkan gigi, dan sebagainya. Hal ini bertujuan untuk menilai
kelemahan otot pada wajah, serta mengetahui otot mana saja yang mengalami kelemahan.

Namun, karena kelemahan otot wajah dapat terjadi pada kondisi selain Bell’s palsy, misalnya
seperti pada stroke, penyakit Lyme, infeksi, atau tumor, beberapa pemeriksaan lainnya perlu
dilakukan. Dokter dapat melakukan pemeriksaan elektromiografi (EMG) yang bertujuan
untuk mengetahui hantaran saraf pada daerah yang terpengaruh. Hal ini bertujuan untuk
memprediksi penyembuhan pada Bell’s palsy, terutama pada kasus yang parah. Selain itu, jika
ada keluhan seperti telinga berdenging, penurunan pendengaran, dan pusing berputar, dokter
dapat melakukan pemeriksaan pendengaran (audiografi) dan pemeriksaan saraf telinga.
Dokter juga dapat melakukan pencitraan berupa CT scan atau magnetic resonance
imaging (MRI) untuk memastikan bahwa tidak ada penyebab penekanan saraf lainnya seperti
tumor atau patah tulang tengkorak.

Pemeriksaan lainnya yang dapat dilakukan adalah tear break-up time (TBUT), sebuah tes
untuk menentukan apakah lapisan air mata cukup untuk melindungi mata dari benda asing dan
kuman. Pada orang dengan Bell’s palsy, kelopak mata sulit untuk ditutup sempurna sehingga
mata lebih mudah kering atau bahkan terluka karena benda asing, kuman, dan sebagainya.

3. Parkinson

Pengertian penyakit Parkinson (Parkinson’s disease) adalah kelainan sistem saraf progresif
yang memengaruhi gerakan tubuh. Disebut progresif, karena penyakit ini berkembang secara
bertahap dan memburuk seiring waktu.
Kelainan ini terjadi ketika sel saraf di salah satu bagian otak ada yang mati sehingga tidak
menghasilkan cukup dopamin, yaitu bahan kimia otak yang berperan dalam mengendalikan
gerakan otot. Akibatnya, kontrol gerakan otot menjadi menurun, sehingga penderitanya
kesulitan untuk berjalan, bicara, hingga mengalami masalah keseimbangan dan koordinasi.
Penyakit Parkinson adalah kelainan yang tidak dapat sembuh sepenuhnya. Namun, berbagai
pilihan obat dan pengobatan dari dokter dapat dilakukan untuk membantu meringankan
gejala guna menunjang kualitas hidup yang lebih baik. Pasalnya, meski penyakit ini tidak
berakibat fatal, komplikasi penyakit bisa menjadi sesuatu yang serius.

Tanda & gejala penyakit Parkinson


Apa saja tanda dan gejala penyakit Parkinson?
Setiap orang mungkin memiliki tanda dan gejala yang berbeda satu sama lain. Secara umum,
tanda dan gejala penyakit Parkinson adalah:
 Tubuh bergetar atau tremor, yang biasanya dimulai di tungkai kaki, tangan, atau jari.
 Gerakan melambat (bradikinesia) secara bertahap.
 Otot kaku dan tidak fleksibel, terutama pada lengan, tungkai kaki, atau batang tubuh.
 Keseimbangan dan koordinasi terganggu, seperti postur tubuh menjadi bungkuk dan
terkadang menyebabkan terjatuh.
 Hilangnya gerakan otomatis, seperti berkedip, tersenyum, atau mengayunkan tangan saat
berjalan.
 Perubahan berbicara, seperti bicara terlalu cepat, cadel, atau lainnya.
 Kesulitan menulis.
Selain tanda yang umum, penderita penyakit ini pun kerap mengalami berbagai gejala fisik dan
psikologis lainnya, seperti depresi dan gangguan kecemasan, masalah buang air kecil,
sembelit, masalah kulit, gangguan tidur, hingga masalah memori.

Penyebab & faktor risiko penyakit Parkinson

Apa penyebab penyakit Parkinson?


Penyakit Parkinson terjadi ketika sel saraf (neuron) di bagian otak bernama substansia nigra
menjadi terganggu atau mati. Bagian otak ini menghasilkan zat kimia otak penting yang
disebut dopamin, dan berfungsi mengontrol gerakan di dalam tubuh. Bila sel saraf rusak
atau mati, produksi dopamin menjadi terganggu sehingga menyebabkan masalah pada
pergerakan.
Meski demikian, penyebab matinya sel saraf penghasil dopamin ini masih belum diketahui.
Para ilmuwan berasumsi bahwa penyebab penyakit Parkinson adalah kombinasi antara
faktor genetik dan lingkungan.
Selain itu, para peneliti juga mencatat banyak perubahan muncul di otak pada penderita
Parkinson, meskipun tidak jelas mengapa perubahan tersebut terjadi. Perubahan ini
termasuk adanya body Lewy, yaitu gumpalan zat tertentu dalam sel otak sebagai penanda
mikroskopis Parkinson, serta A-synuclein, yaitu protein alami yang tersebar luas di dalam
body Lewy.

Apa yang meningkatkan risiko penyakit Parkinson?


Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit Parkinson adalah:
 Usia lanjut, yaitu di atas 50 tahun.
 Faktor keturunan atau memiliki anggota keluarga yang mengidap Parkinson.
 Jenis kelamin, yaitu pria lebih banyak terpengaruh daripada wanita.
 Paparan racun, seperti herbisida dan pestisida.
 Paparan logam.
 Cedera kepala atau cedera otak traumatis.
Tidak ada faktor risiko bukan berarti Anda tidak bisa mengidap penyakit Parkinson. Tanda ini
hanya sebagai referensi. Konsultasikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.

Pencegahan penyakit Parkinson

Bagaimana mencegah penyakit Parkinson?


Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penyebab Parkinson memang tidak diketahui pasti.
Oleh karena itu, tidak ada cara tertentu yang terbukti dapat mencegah penyakit Parkinson.
Meski demikian, beberapa penelitian telah menunjukkan ada beberapa hal yang dapat
membantu mengurangi risiko terjadinya penyakit ini, seperti olahraga aerobik secara rutin
dan teratur atau mengonsumsi kafein (teh, kopi, atau minuman bersoda) dan teh hijau.
Namun, saat ini tidak ada bukti yang cukup kuat untuk menyarankan seseorang
mengonsumsi minuman berkafein agar terlindungi dari Parkinson.
Selain itu, beberapa cara lainnya juga mungkin dapat membantu menurunkan risiko Parkinson
serta mencegah penyakit ini semakin berkembang. Beberapa cara tersebut, yaitu:
 Menghindari paparan zat kimia berbahaya, seperti herbisida dan pestisida.
 Menerapkan pola makan sehat, seperti mengonsumsi banyak sayuran dan asam lemak omega-
3.
 Meningkatkan kadar vitamin D.
 Mengurangi stres.
BAB III

PENUTUP
A.Kesimpulan
Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan
rangsangan dari reseptor untuk di deteksi dan diresphon oleh tubuh. Sistem saraf terdiri dari
jutaan sel saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan (impuls) yang berupa
rangsangan atau tanggapan . sitem saraf di bagi menjadi dua, yaitu sistem saraf sadar yang
terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang) dan sistem saraf tepi (saraf
otak dan saraf tulang belakang ), dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom ) terdiri
atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf para simpatik. Impuls dapat dihantarkan melalui
dua cara yaitu penghantara impuls melalui sel saraf,impuls yang berupa rangsangan ataupun
tanggapan melalui serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial
listrik antara bagian luar dan bagian dalam sel. Dan penghantaran impuls melalui sinapsis
yaitu Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron lain dinamakan
sinapsis. setiap terminal akson menbenggkak membentuk tonjolan sinapsis.

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa System saraf


merupakan hal terpenting bagi tubuh manusia, system saraf adalah System organ yang
dapat meregulasi dan mengatur system-sistem organ tubuh lain.sistem tersebut juga
bertanggung jawab atas pengetahuan dan daya ingat yang dimiliki manusia.pengaruh
system safar yakni dapat mengambil sikap terhadap adanya perubahan lingkungan
yang merangsangnya

B.SARAN

Adapun saran penulis kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui bahwa system
saraf dan penyakit system saraf perlu kita ketahui dan sangat penting untuk di pelajari
Selain dari pada itu, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan karena penulis
masih dalam proses pembelajaran. Dan kami berharapkan dengan adanya makalah ini
dapat menjadi wacana yang membuka pola pikir pembaca dan memberi saran yang
sifatnya tersirat maupun tersurat.
DAFTAR PUSTAKA

Lesmana, Ronny, dkk. 2017 .Fisiologi Dasar untuk Mahasiswa Farmasi, Keperawatan dan
Keperawatan. CV Budi Utama. Yogyakarta.
Wijayanti, Novita. 2017. Fisiologi Manusia dan Metabolisme Zat Gizi. UB Press.Malang.
Asrijal, 2011. Anatomi dan fisiologi manusia,Universitas Veteran RI Makassar
Gibson, John.2003.Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat.Buku Kedokteran EGC :
JakartaBuku Kedokteran EGC : Jakarta

Gangguan system persarafan/Jakarta:salemba medika price,sylvia dkk.2007

Anda mungkin juga menyukai