Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

ANATOMI FISIOLOGI

“FISIOLOGI SISTEM SARAF”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5:

1. DESI ROHAYU
2. DINA NIRMALA
3. INDRAWATI
4. MARIATUL LAILA SAFITRI

PROGRAM KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NTB
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGATAR
Puji syukur Alhamdulillah dipanjatkan kepada Allah Swt karena telah melimpahkan
rahmat berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada
waktunya. Terimakasihuntukteman-teman yang telah berkontribus imemberikan ide-idenya
sehingga makalah ini bias tersusun dengan baik dan rapi. Tidak lupa dihaturkan sholawat
beserta salam atas junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW. Dan tidak lupa penulis
sampaikan terimakasih kepada Dosen pembimbing mata kuliah Fisiologi yang selalu
memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Anatomi Fisiologi semester satu program
studi Sarjana Kebidanan jurusan kebidanan.

Penulis berharap semoga makalah ini bias menambah pengetahuan pembaca. Namun terlepas
dari itu, kami memahami bahwa makalah in imasih jauh dari kata sempurna, sehingga kami
sangat mengharapkan kritik dan serta saran yang bersifat membangun demi tercipatanya
selanjutnya yang lebih baik lagi.

Mataram, 23 November 2022

penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR...............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................4

A. Latarbelakang...............................................................................................5
B. Rumusan masalah.........................................................................................6
C. Tujuan..........................................................................................................6
D. Manfaat........................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................7

A. Definisi Sistem Saraf....................................................................................8


B. Fungsi Sisem Saraf Pusat.............................................................................8
 Cerebrum (Otak Besar)....................................................................8
 Cerebellum (Otak Kecil)..................................................................8
 Pons (Batang Otak).........................................................................8
 Medulla Oblongata dan Medulla Spinalis.......................................8
C. Gambaran Umum Sistem Saraf Pusat..........................................................9
D. Fungsi Sistem Saraf Tepi (Saraf Otonom) ...............................................10
 Fungsi Saraf Simpatis...................................................................10
 Fungsi Saraf Parasimpatis..............................................................10
 Reflek-reflek Sederhana dan Kompleks........................................10
E. Susunan Saraf Tepi,Fisiologi Reseptor.....................................................11
BAB III PENUTUP.................................................................................12
A. Kesimpulan .............................................................................................13
B. Saran ........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Sistem saraf merupakan sel yang paling cepat dewasa (matur) pada saat proses embrio
genesi artinya paling awal dibentuk oleh tubuh anda saat proses pembentkan janin.(Tri Pitara
M.)

FUNGSI SISTEM SARAF PUSAT

 Cerebrum (otak besar)


Serebrum(otak besar) merupakanbagian yang terluas dan terbesar dari otak, berebntuktelur,
mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak.
 Cerebelum (otak kecil)

Serebelum merupakan suatu mekanisme umpan balik yang bertujuan untuk


mengendalikan pergerakan-pergerakan selagi pergerakan sedang berlangsung. Serebelum
(otak kecil) terletak dalam fosa kranial posterior, di bawah tento- nium serebelum bagian posterior
dari pons varoli dan medula oblongata. Serebelum mempunyai dua hemisfer yang dihubungkan oleh
fermis serebelum, dihubungkan dengan otak tengah oleh pedunkulus serebri superior, dengan pons
paroli oleh pedunkulus serebri media, dan dengan medula oblongata oleh pedunkulus serebri inferior

 Pons (batang otak)


Pada permukaan batang otak (trunkus serebri) terlihat medula oblongata pons
varoli, mesensefalon, dan diensefalon. Talamus dan epitalamus terlihat di
permukaan posterior batang otak, terletak di antara serabut kapsula intera Di
sepanjang tepi dorso medial talamus terdapat sekelompok serabut saral berjalan ke
posterior basis epifise.(Drs.H.Syaifuddin,AMK)
 Medulla Oblongata
Medula oblongata, sering disingkat menjadi medula, merupakan struktur otak
yang terletak di bagian kaudal batang otak dan memiliki peran penting dalam
pengaturan berbagai fungsi kardiovaskular, pernapasan, dan otonom. .
(Drs.H.Syaifuddin,AMK)
 Medulla Spinalis
Bagian sistem saraf pusat yang menggambarkan perubahan terakhir kembangan
embrio. Semula ruangannya besar kemudian mengecil menjadi kanalis sentralis,
terdiri dari dua belahan yang sama dipersatukan oleh struktur intermedia, dibentuk
oleh sel saraf dan didukung oleh jaringan interstisial.
Medula spinalis membentang dari foramen magnum sampai setinggi vertebrae
lumbalis I dan II. Ujung bawahnya runcing menyerupai kerucut yang disebut konus
terletak di dalam kanalis vertebralis melanjut sebagai benang-benang (filum
terminal) akhirnya melekat pada vertebrae koksigialis pertama. Kira-kira setinggi
vertebralis III sampai vertebrae tora- kalis Il medula spinalis menebal ke samping. .
(Drs.H.Syaifuddin,AMK)
 Gambaran sususan sistem saraf pusat
Susunan saraf pusat terdiri dari otak dan medula spinalis. Sebanyak 100 milyar
neuron yang diperkirakan terdapat di otak anda tersusun membentuk anyaman kompleks
yang memungkinkan anda (1) secara bawah sadar mengatur ling- kungan internal melalui
sistem saraf, (2) mengalami emosi, (3) secara sadar mengontrol gerakan anda, (4)
menyadari (mengetahui dengan kesadaran) tubuh anda sendiri dan lingkungan anda, dan (5)
melakukan fungsi-fungsi kognitif yang lebih luhur misalnya berpikir dan mengingat. Kata
kognisi (cognition) merujuk kepada tindakan atau proses "mengetahui", termasuk
kesadaran dan penilaian.(Lauralee Sherwood)
 Fungsi Sistem Saraf Tepi (Saraf Otonom)
Saraf yang mempersarafi alat-alat dalam tubuh seperti kelenjar,pembuluh
darah,paru,lambung,usus dan ginjal. Alat ini mendapat dua jenis persarale otonom yang
fungsinya saling bertentangan kalau yang satu merangsang yang lainnya menghambat dan
sebaliknya, kedua susunan saraf ini disebut saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Fungsi
saraf otonom mengatur motilitas dan sekresi pada kulit, pembuluh darah, dan organ viseral
dengan cara merangsang pergerakan otot polos dan kelenjar eksokrin. Regulasi otonom
dibawa oleh serabut saraf simpatis dan parasimpatis. .(Drs.H.Syaifuddin,AMK)
 Fungsi Saraf Simpatis
Saraf simpatis terletak di dalam komnu lateralis medula spinalis servikal Vi sampai
lumbal I. Dari sini keluar akson yang mengikuti saraf motoris dalam radiks anterior.
Setelah keluar dari kanalis vertebralis saraf simpat keluar dari radiks motoris dan
masuk ke dalam trunkus simpatikus yang me rupakan suatu rantai ganglia simpatis
yang terdapat di sebelah kiri dan kanan kolumna vertebralis.
(Drs.H.Syaifuddin,AMK)
 Fungsi Saraf Parasimpatis
Saraf parasimpatis mengurus konstriksi pupil berjalan dengan nukleus okul mitorius
dan bersinaps di ganglion siliare yang terdapat di dalam orbita de mempersarafi
pupil. Saraf parasimpatis mengurus sekresi kelenjar air mat kelenjar sublingualis,
dan kelenjar submandibularis serta kelenjar mukosa rongga hidung. Pusat saraf ini
terdapat dalam pons varoli bagian bawah.(Drs.H.Syaifuddin,AMK)
 Reflek-reflek Sederhana dan Kompleks
Refleks adalah respons yang tidak berubah terhadap perangsangan yang terjadi di
luar kehendak Rangsangan ini merupakan reaksi organisme ter hadap perubahan
lingkungan baik dalam maupun luar organisme yang me libatkan sistem saraf pusat
dalam memberikan jembatan (respons) terhadap rangsangan. Refleks dapat berupa
peningkatan maupun penurunan kegiatan, misal nya kontraksi atau relaksasi otot,
kontraksi atau dilatasi pembuluh darah Dengan adanya kegiatan refleks, tubuh
mampu mengadakan reaksi yang cepat terhadap berbagai perubahan di luar dan di
dalam tubuh disertai adap- tasi terhadap perubahan tersebut. .
(Drs.H.Syaifuddin,AMK)
 Susunan Saraf Tepi
Susunan saraf tepi terdiri dari serat-serat saraf yang membawa informasi antara SSP
dan bagian tubuh lain. Divisi aferen susunan saraf tepi mengirim infor- masi
mengenai lingkungan internal dan eksternal ke SSP.(Lauralee Sherwood)
 Fisiologi Reseptor
Rangsangan (stimulus) adalah perubahan yang terdeteksi oleh tubuh. Rangsangan
terdapat dalam berbagai bentuk energi, atau modalitas, misalnya panas, cahaya,
suara, tekanan, dan perubahan kimiawi. Neuron-neuron aferen me- miliki reseptor
di ujung perifer yang berespons terhadap rangsangan baik dari dunia luar maupun
dalam. Karena satu- sarunya jalan bagi neuron aferen untuk menyalurkan infor-
masi ke SSP tentang rangsangan ini adalah melalui peram- batan potensial aksi,
maka reseptor harus mengubah. bentuk-bentuk energi lain menjadi sinyal listrik
(potensial aksi). Proses perubahan energi ini dikenal sebagai transduksi. .(Lauralee
Sherwood)
B. RumusanMasalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem saraf ?
2. Apa saja fungsi sistem saraf pusat?
3. Apa saja gambaran umum sistem saraf pusat?
4. Apa saja fungsi sistem saraf tepi (saraf otonom) ?
5. Bagaimana susunan saraf tepi,fisiologi reseptor?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahu lebih dalam apa yang dimaksud dengan sistem saraf
2. Untuk Memahami fungsi sistem saraf pusat
3. Untuk Memberikan pengetahuan tentang gambaran umum sistem saraf pusat
4. Untuk Memahami fungsi sisten saraf tepi (saraf otonom)
5. Untuk Memahami Bagaimana susunan saraf tepi,fisiologi reseptor

D. Manfaat
1. Dapat mengetahui maksud dari sistem saraf
2. Mengetahui apa saja fungsi sistem saraf
3. Mengetahui gambaran umum sistem saraf pusat
4. Menambah pengetahuan tentang fungsi sistem saraf tepi (saraf otonom)
5. Mengetahui fungsi sistem saraf tepi,fisiologi reseptor

BAB II PEMBAHASAN

A.DEFINISI SISTEM SARAF

Sistem saraf merupakan sel yang paling cepat dewasa (matur) pada saat proses embrio
genesi artinya paling awal dibentuk oleh tubuh anda saat proses pembentkan janin.(Tri
Pitara M.)

Hampir semua fungsi pengendalian tubuh manusia dilakukan oleh saraf Secara
umum sistem saraf mengendalikan aktivitas tubuh yang seperti kontraksi otot. Daya
kepekaan dan daya hantaran merupakan sifat utama dari makhluk hidup dalam bereaksi
terhadap perubahan sekitarnya Rangsangan ini dinamakan stimulus. Reaksi yang
dihasilkan dinamakan respons Makhluk hidup yang bersel satu (uniseluler) maupun
bersel bayak (multiseluler) ditentukan kemampuan fungsinya oleh protoplasma sel.
Hubungan reseptor dengan elektor terjadi melalui sistem sirkulasi Dengan
perantaraan zat kimia yang aktif atau melalui hormon melewati jolan protoplasma dari
satu sel berupa benang (serabut) Sel ini dinamakan neuron Serangkaian neuron terdiri
dari neuron reseptor dan neuron efektor yang akan membentuk arkus refleks Arkus
refleks terdiri dari dua neuron yaitu neuron reseptor dan neuron sensorik Antara neuron
sensorik dan nem motorik satu sama lain saling berhubungan.
Terdapat dua tonjolan neuron sensorik yaitu ke saraf perifer dan terpusat yang
ke perifer berhubungan dengan organ ujung (otot dan kulit) dikenal sebagai dendrit dan
tonjolan ke pusat disebut akson (neurit) Susunan saraf terdiri dari susunan saraf sentral
dan saraf perifer Sus saraf sentral terdiri dari otak (otak besar, otak kecil, dan batang
otak) de medula spinalis Susunan saraf perifer terdiri dari saraf somatik dan otonom
(saraf simpatis dan parasimpatis).(Drs.H.Syaifuddin,AMK)

B.FUNGSI SISTEM SARAF PUSAT

 Cerebrum (otak besar)

Serebrum (otak besar) merupakanbagian yang terluas dan terbesar dari otak,
berebntuktelur, mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak. Masing-masing
disebutfosakranialis anterior atas dan fosakranialis media. Otak mempunyai dua permukaan,
permukaan atas dan permukaan bawah. Kedua permukaan ini dilapisi oleh lapisan kelabu
(zatkelabu) yaitu pada bagian korteks serebral dan zat putih terdapat pada bagian dalam yang
mengandung serabut saraf. Serebrum mempunyai dua belah hanya itu hemisfer kiri dan
hemisferkanan yang dihubungkan oleh masa substansi alba yang disebutkorpuskollosum.
Tiap-tiap hemisfer meluas dari os frontalis sampai ke os oksipitalis. Hemisfer dipisahkan oleh
celah yang besar disebut fisura lomgitu dinalis serebri. Serebrum terdiri dari korteks serebrbi,
basal ganglia (lkorpora striate), dan rheniensefalon.
Fungsi serebrum:
 Mengingatpengalaman yang lalu
 Pusat persarafan yang menangani, aktivitas mental, akal, intelegensi, keinginan, dan
memori
 Pusat menangis, buang air besar, dan buang air kecil

 .Cerebellum (otak kecil)

Serebelum (otak kecil) terletak dalam fosa kranial posterior, di bawah tento- nium
serebelum bagian posterior dari pons varoli dan medula oblongata. Serebelum
mempunyai dua hemisfer yang dihubungkan oleh fermis serebelum, dihubungkan dengan
otak tengah oleh pedunkulus serebri superior, dengan pons paroli oleh pedunkulus serebri
media, dan dengan medula oblongata oleh pedunkulus serebri inferior.
Serebelum berfungsi dalam mengadakan tonus otot dan mengoordinasi- kan gerakan
otot pada sisi tubuh yang sama. Berat serebelum lebih kurang 150 g (8-9%) dari berat
otak seluruhnya. Sesuai dengan lobuli serebelum, fermis dibagi dalam beberapa bagian
dari depan ke belakang sebagai berikut:

1. Lobus quadrangularis anterior lingua.


2. Lobus sentralis kulmen.
3. Quadrangularis posterior deklive.
4. Lobus semilunaris inferior tuber.

Potongan melintang serebelum dibagi atas tiga bagian:

1.Arkhi serebelum. Lobus otak kecil merupakan bagian kolumna aferen somatik. Lobus
ini menerima input langsung lewat serabut saraf vestibularis dan nukleus vestibularis
medialis inferior, berperan sebagai tonus otot keseimbangan dan sikap tubuh.

2. Paleo serebelum, Bagian terbesar dari fermis superior hemisfer otak ke di depan fisura
prima, merupakan input dari susunan saraf vestibula dan berperan pada pengaturan tonus
otot.

3 Neoserebelum. Bagian utama dari otak kecil. Bagian fermis merupaka suatu bangunan
neokorteks serebelum, nukleus pons, dan nukleus oliver inferior pada medula oblongata.
Input diperoleh dari indra penglihata pendengaran, dan kulit. Peranan secara esensial
menjaga kehalusan da tahap kontraksi otot, serta ketetapan kekuatan besarnya garapan
geraka volunter.

Struktur terdiri dari korteks (subtansia grisea de subtansia alba). Di dalamnya


terdapat kumpulan nuklei pada tiap-tiap hemi fer nuklei:

1. Nukleus dentatus, menerima serabut dari bagian neosere belum lobus posterior dan
lobus anterior, mengirim serabut ke nukleus rubra da nukleus netrolateral talamus.

2. Nukleus interpolaris, terdiri dari nukleus globuolus dan nukleus embol formis. Kedua
nukleus ini menerima serabut dari paleo serebelum dan mengirim serabut ke nukleus
rubra.

3. Nukleus fastigi (fastiogial nucleus), menerima serabut dari lobus flokulo- nodulus,
mengirim serabut ke nukleus vestibularis dan nitkleus retikularis melalui fasikulus
unsinatus.

Subtansia alba serebelum mengandung tiga kelompok abut proyeksi yang berpasangan:

1. Pedunkulus serebelaris superior (brachium konjungtivum), diri dari:

a. Serabut dentatorubral dan dentatotalamikus, membawa impuls dan nukleus dentatus ke


nukleus rubra kontralateral dan ke talamus.

b. Traktus spinoserabelaris ventralis, masuk ke serebelum dari medula spinalis dan


berakhir pada korteks paleo serebelum.

c fasikulus unsinatus (hook bundle of rusself), melalui faslkulus ini serabut nukleus
fastagii berakhir pada nukleus vestibularis.

2. Pedunkulus serebralis medialis (brachium pontis), merupakan bagian terbesar, tempat


berjalannya serabut dari nuklei di pons yang menuju ke neoserebelum kontralateral.

3.Pedunkulus serebelaris medialis (restiform body):

a. Traktus olivo sereberalis, berasal dari nukleus oliverius inferior kontra- lateral menuju
ke korteks hemisfer dan fermis serebelum.

b. Traktus spinoserebelaris dorsalis, mengandung serabut dari medula spinalis yang


menuju ke korteks lobus anterior dan ke bagian piramidalis paleoserebelum.
c.Serabut arkuatus eksterna dorsalis, berasal dari nuklei funikulus grasilis dan kuncatus.

Serebelum merupakan suatu mekanisme umpan balik yang bertujuan untuk


mengendalikan pergerakan-pergerakan selagi pergerakan sedang ber langsung. Fungsi utama
mengembalikan tonus otot di luar kesadaran, me- rupakan suatu mekanisme saraf yang
berpengaruh dalam pengaturan dan pengendalian terhadap perubahan ketegangan dalam otot,
untuk memper- tahankan keseimbangan dan sikap tubuh, terjadinya kontraksi dengan lancar
dan teratur pada pergerakan di bawah pengendalian kemauan dan mempunyai aspek
keterampilan.

Setiap pergerakan memerlukan suatu koordinasi dalam kegiatan se jumlah otot. Otot
antagonis harus mengalami relaksasi secara teratur, otot sinergis berusaha memfiksasi
sendi sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh pergerakan. Lesi yang mengenai
neoserebelum ditandai oleh ter- ganggunya gerakan-gerakan halus yang ditimbulkan oleh
piramidal. Gangguan tersebut meliputi:

1. Otot dalam keadaan hipotoni lemah dan mudah lelah.

2.Gangguan pergerakan dalam bentuk ansinergi, misalnya dalam

a. Dismetri, ketidakmampuan menghentikan pergerakan. bentuk:

b. Fenomen pantulan, mengadakan fleksi di daerah siku dengan melawan di daerah siku
dengan melawan suatu tahanan.

c. Ketidakmampuan melakukan gerakan cepat yang bersifat alternatif.

d. Bicara terpetong-potong.

e. Gerakan asosiatif yang tidak teratur.

f. Alaksia, kecenderungan untuk jatuh ke satu sisi.

3. Nistagmus sereberal: Mekanisme serebelum yang mengendalikan sinerg dan tonus


intrinsik bola mata terganggu, klien menjadi goyah dan tidak stabil, kecenderungan jatuh
ke belakang . Apabila otot bicara terlibat kata-kata menjadi tidak terkendali dan tidak
jelas.
 Pons (Batang Otak)

Pada permukaan batang otak (trunkus serebri) terlihat medula oblongata pons varoli,
mesensefalon, dan diensefalon. Talamus dan epitalamus terlihat di permukaan posterior
batang otak, terletak di antara serabut kapsula intera Di sepanjang tepi dorso medial
talamus terdapat sekelompok serabut saral berjalan ke posterior basis epifise.
(Drs.H.Syaifuddin,AMK)

 Medulla Oblongata dan Medulla Spinalis


 Medulla Oblongata

Medula oblongata, sering disingkat menjadi medula, merupakan struktur otak yang
terletak di bagian kaudal batang otak dan memiliki peran penting dalam pengaturan
berbagai fungsi kardiovaskular, pernapasan, dan otonom. Itu terletak di antara pons dan
sumsum tulang belakang, dan berfungsi untuk menyampaikan informasi pengaturan dasar
tetapi penting antara otak dan sistem saraf lainnya, termasuk informasi sensorik,
proprioseptif, dan motor. Menjadi sangat penting, kerusakan medula dapat menyebabkan
masalah serius, termasuk gagal napas, kelumpuhan, hilangnya refleks tak sadar (misalnya
menelan, tersedak, dan bersin), dan hilangnya sensasi (misalnya nyeri dan sensasi suhu).

Medula adalah struktur evolusioner yang sangat terkonservasi yang dapat


diidentifikasi pada semua vertebrata, dengan organisasi dan program perkembangan yang
serupa. Ini adalah struktur kompleks yang mengandung banyak nuklei medula, populasi
sel saraf heterogen yang padat, yang dapat didefinisikan berdasarkan ekspresi faktor
transkripsi (TF) evolusioner yang sangat terkonservasi. Inti meduler ini memiliki fungsi
yang berbeda dan mengandung beberapa kolom sensorik menaik, serta beberapa populasi
motorik dan interneuron, masing-masing terlibat dalam proses atau sirkuit fungsional
tertentu. Gen perkembangan khusus telah diidentifikasi untuk perkembangan nuklei
medula, serta untuk beberapa jenis sel saraf yang terletak di luar nuklei ini, yang
membentuk apa yang disebut formasi retikuler. Hal ini menunjukkan bahwa semua
wilayah anatomis (sub-) medula menunjukkan logika perkembangan yang sangat
stereotip dengan organisasi genetik dasar yang kuat. Meskipun neuroanatomi,
fungsionalitas, dan identitas kimia medula dan nuklei medula sebagian besar tumpang
tindih antara tikus dan manusia, sebagian besar area medula memiliki arsitektur dan
konektivitas yang lebih kompleks pada manusia. Namun, karena konservasi struktural dan
fungsional yang tinggi ini, medula murine memberikan modalitas studi yang sangat baik
untuk memperoleh wawasan dalam pengembangan dan fungsi medula manusia.
Memahami anatomi fungsional dan program perkembangan struktur ini dapat membantu
menjelaskan peran potensial medula dalam gangguan neurologis. Studi yang dijelaskan
dalam ulasan ini terutama didasarkan pada penelitian ke medula murine. Namun,
ekstrapolasi temuan ini pada manusia harus dilakukan dengan hati-hati.

Banyak penelitian telah dilakukan untuk menyelidiki struktur dan fungsi medula.
Namun, rincian pola molekuler dan bagaimana neuron yang berasal dari domain
progenitor yang berbeda akhirnya mencapai inti yang benar masih belum jelas . Dengan
ulasan ini, kami bertujuan untuk memberikan tinjauan lengkap dari data yang ada tentang
pola molekuler medula selama pengembangan murine dan menjelaskan bagaimana pola
ini pada akhirnya mengarah pada pengembangan inti medula yang berbeda secara
fungsional di medula dewasa.(https://www.mdpi.com/422-0067/23/16/9260/htm)
 Medulla Spinalis

Bagian sistem saraf pusat yang menggambarkan perubahan terakhir kembangan


embrio. Semula ruangannya besar kemudian mengecil menjadi kanalis sentralis, terdiri
dari dua belahan yang sama dipersatukan oleh struktur intermedia, dibentuk oleh sel saraf
dan didukung oleh jaringan interstisial.

Medula spinalis membentang dari foramen magnum sampai setinggi vertebrae


lumbalis I dan II. Ujung bawahnya runcing menyerupai kerucut yang disebut konus
terletak di dalam kanalis vertebralis melanjut sebagai benang-benang (filum terminal)
akhirnya melekat pada vertebrae koksigialis pertama. Kira-kira setinggi vertebralis III
sampai vertebrae tora- kalis Il medula spinalis menebal ke samping.

Permukaan depan (ventra) terdapat celah yang dalam disebut fisura mediana
anterior. Pada permukaan belakang (dorsal) ada alur sulkus medialus posterior yang
membagi medula spinalis menjadi dekstra dan sinistra yang simetris. Di sisi samping
(lateral) terdapat alur yang panjang dinamakan sulkus lateralis anterior, terdapat serabut
halus yang membentuk radiks anterior. Saraf spinalis pada jarak tertentu keluar dari
medula spinalis melalui foramen intervertebralis pada segmen yang sama dan kolumna
vertebralis tidak sama.

Dinding kanalis dilapisi oleh sel-sel ependima. Di sekitar kanalis sentralis terlihat
substansi yang berwarna abu-abu berbentuk seperti huruf H disebut subtansia grisea yang
terdiri dari sel saraf, serabut saraf tidak bermielin, neurolia, dan pembuluh darah.
Subtansia yang berwarna putih terdapat sekeliling subtansia grisea dan subtansia alba
terdiri dari berkas serabut saraf bermielin tersusun membujur sepanjang medula spinalis.
Pada segmen servikalis VIII sampai lumbal II di antara kornu anterior dan komu
posterior terdapat tonjolan ke samping (kornu lateral), berbentuk

batang dinamakan kolumna anterior, kolumna posterior, dan kolumna lateralis. Bagian
kiri dan kanan subtansia grisea dihubungkan oleh komisura grisea anterior dan komisura
grisea posterior. Sedangkan subtansia alba kiri dan kanan dihubungkan oleh komisura
alba anterior dan komisura alba posterior.

Fungsi medula spinalis.

1. Medula spinalis: Pusat saraf mengintegrasikan sinyal sensoris yang datang


mengaktifkan keluaran motorik secara langsung tanpa campur tangan otak. Fungsi ini
terlihat pada kerja refleks spinal, untuk melindungi tubuh dari bahaya dan menjaga
pemeliharaan tubuh.

2. Sebagai pusat perantara: Antara susunan saraf tepi dan otak (susunan saraf pusat),
semua komando motorik volunter dari otak ke otot-otot tubuh yang dikomunikasikan
terlebih dahulu pada pusat motorik spinal. Pusat motorik spinal akan memproses sinyal
sebagaimana mestinya sebelum mengirimkannya ke otot. Sinyal sensoris dari reseptor
perifer ke pusat otak harus terlebih dahulu dikomunikasikan ke pusat sensorik di medula
spinalis. Pada medula spinalis sinyal sensoris sebagian besar diproses dan diintegrasikan
sehingga medula spinalis merupakan tempat komunikasi dua arah antara otak dan medula
spinalis.

C. GAMBARAN UMUM SISTEM SARAF PUSAT

Susunan saraf pusat terdiri dari otak dan medula spinalis. Sebanyak 100 milyar
neuron yang diperkirakan terdapat di otak anda tersusun membentuk anyaman kompleks
yang memungkinkan anda (1) secara bawah sadar mengatur ling- kungan internal melalui
sistem saraf, (2) mengalami emosi, (3) secara sadar mengontrol gerakan anda, (4)
menyadari (mengetahui dengan kesadaran) tubuh anda sendiri dan lingkungan anda, dan (5)
melakukan fungsi-fungsi kognitif yang lebih luhur misalnya berpikir dan mengingat. Kata
kognisi (cognition) merujuk kepada tindakan atau proses "mengetahui", termasuk
kesadaran dan penilaian.

Tidak ada bagian otak yang bekerja sendiri terpisah dari bagian-bagian otak lain,
karena anyaman neuron-neuron terhubung secara anatomis oleh sinaps, dan neuron-neuron
di seluruh otak berkomunikasi secara ekstensif satu sama lain dengan cara listrik atau
kimiawi. Akan tetapi, neuron-neuron fungsi luhur otak lenyap maka tingkat otak yang
lebih rendah ini, disertai oleh terapi suportif yang memadai misalnya pemberian nutrisi
yang adekuat, dapat tetap mempertahan- kan fungsi-fungsi yang esensial bagi kelangsungan
hidup tetapi yang bersangkutan tidak memiliki kesadaran kontrol atas kehidupan tersebut.

Serebelum, yang melekat di bagian atas belakang batang otak, berkaitan dengan
pemeliharaan posisi tubuh yang tepat dalam ruang dan koordinasi bawah sadar aktivitas
motorik (gerakan). Serebelum juga berperan kunci dalam mempelajari keterampilan
motorik, misalnya gerakan menari.

Di atas batang otak, di dalam interior serebrum, ter- dapat diensefalon. Bagian ini
mengandung dua komponen otak: hipotalamus, yang mengontrol banyak fungsi homeo-
statik yang penting untuk mempertahankan stabilitas ling- kungan internal: dan talamus,
yang melakukan beberapa pemrosesan sensorik primitif.

Di atas bagian "kerucut" otak bawah ini terletak sere- brum, yang ukurannya semakin
besar dan lebih berlekuk- lekuk (yaitu, adanya lipatan atau alur dalam yang memisahkan
tonjolan berkelok-kelok) seiring dengan makin berkembang- nya spesies vertebrata.
Serebrum paling berkembang pada manusia, di mana bagian ini membentuk lebih dari 80%
berat total otak. Lapisan luar serebrum adalah korteks serebri yang sangat berkelok-kelok,
menutupi bagian dalam yang mengandung nukleus basal. Lekukan-lekukan yang sangat
banyak pada korteks serebri manusia menyebabkannya tampak seperti kenari keriput. Pada
banyak mamalia tingkat rendah, korteks terlihat licin. Tanpa keriput di permukaan ini,
korteks manusia akan menempati daerah yang luasnya tiga kali daripada saat ini dan,
karenanya, tidak akan pas menutupi struktur-struktur di bawahnya. Mening- katnya sirkuit
saraf yang terdapat di daerah korteks serebri tambahan yang tidak terdapat pada mamalia
tingkat rendah menentukan banyak dari kemampuan unik manusia. Korteks serebri
berperan penting dalam fungsi-fungsi saraf yang canggih, misalnya inisiasi volunter
gerakan, persepsi sensorik akhir, pikiran sadar, bahasa, kepribadian, dan fakor lain yang
berkaitan dengan pikiran atau intelek. Ini adalah daerah integrasi otak yang paling
kompleks dan paling tinggi. Masing-masing dari regio SSP akan dibahas secara ber-
giliran, dimulai dari tingkat tertinggi, korteks serebri, berlanjut terus ke bawah hingga
tingkat terendah, medula spinalis.(Lauralee Sherwood)
 KORTEKS SEREBRI

Korteks serebri adalah lapisan permukaan hemisfer yang disusun oleh tansia grisea,
Korteks serebri berlipat-lipat, disebut girus, dan celah di antara dua lekuk disebut sulkus
(fisura). Beberapa daerah tertentu dari konteks erebri telah diketahui memiliki fungsi spesifik.
Pada tahun 1909 Brodman (seorang neuropsikiater bangsa Jerman) membagi korteks serebri
menjadi 47 area berdasarkan struktur selular. Telah dilakukan banyak usaha untuk men
jelaskan berbagai makna fungsional tertentu dari area-area tersebut. Peta Brodmann
merupakan petunjuk umum yang sangat berguna bagi pembahasan korteks.
Hemisfer otak dibagi dalam beberapa lobus atau daerah sesuai dengan tulang
kranium.Lapisan korteks terdiri dari:
1. Lamina molekularis: Mengandung sedikit sel berjalan secara horizontal dengan permukaan
korteks terdapat percabangan akhir dendrit dari lapisan yang lebih dalam
2. Lamina granularis eksterna: Lapisan mengandung sel neuron berbentuk segitiga memadati
lapisan ini.
3. Lamina piramidalis: Lapisan ini mengandung sel berbentuk piramid. Di antara sel piramid
terdapat sel-sel granular dengan akson yang berjalan naik ke arah lapisan superfisial.
4. Lamina granularis interna: Terdiri dari sel neuron berbentuk bintang ber- ukuran kecil
dengan akson yang pendek mencapai lapisan superfisial.
5. Lamina ganglionaris: Sel neuron granular. Sel neuron yang naik mencapai lamina
molekularis akson dari sel ini memasuki subtansia alba.
6.Lamina multiformis: Sel-selnya berbentuk kumparan dengan sumbu panjang tegak lurus
terhadap permukaan korteks. Akson mencapai subtansia alba sebagai serat proyeksi aferen
dan asosiasi.
Bagian-bagian dari korteks menurut Brodmann:

1. Lobus frontalis:
a. Area 4 (area motorik primer), sebagian besar girus presentralis dan bagian anterior lobus
parasentralis.
b. Area 6 adalah bagian sirkuit traktus piramidalis (area premotorik) mengatur gerakan
motorik dan premotorik.
c. Area 8 mengatur gerakan mata dan perubahan pupil.
d. Area 9, 10, 11, 12 (area asosiasi frontalis). Lobus frontalis terletak di depan serebrum,
bagian belakang dibatasi oleh sulkus sentralis Rolandi. Bagian lateral lobus frontalis terbagi
dalam girus frontalis superior, girus frontalis media, dan girus frontalis inferior. Bagian basal
lobus frontalis terdapat girus orbitalis sebelah lateral dan girus rektus sebelah medial.
2. Lobus parietalis:
a. Area 3, 1, 2 adalah area sensorik primer (area postsentral), meliputi girus sentralis dan
meluas ke arah anterior sampai mencapai dasar sulkus sentralis.
b. Area 5, 7 (area asosiasi somatosensorik), meliputi sebagian permukaan medial hemisfer
serebri. Permukaan bagian atas dan lateral terdiri dari girus parietal posterior, girus parietal
superior, girus supramarginalis, girus angularis, dan bagian medial lobus parasentralis.
3. Lobus oksipitalis:
a. Area 17 (korteks visual primer): Permukaan medial lobus oksipitalis sepanjang bibir
superior dan inferior sulkus kalkanius.
b. Area 18, 19 (area asosiasi visual): Sejajar dengan area 17 meluas sampai meliputi
permukaan lateral lubus oksipitalis. Bagian lateral terdiri dari girus oksipitalis lateralis, bagian
medial girus lingualis,bagian basal di antara kuneus dan girus lingalis terdapat fisura
kalkarina.
4. Lobus temporalis
a. Area 41 (korteks auditori primer): Meliputi girus temporalis superice meluas sampai ke
permukaan lateral girus temporalis.
b. Area 42 (area asosiasi auditorik): Korteks area sedikit meluas sama pada permukaan
girus temporalis superior.
c. Area 38, 40, 20, 21, 22 (area asosiasi): Permukaan lateral dibagi menjadi girus
temporalis superior, girus temporalis media, dan girus temporala inferior. Pada bagian basal
terdapat terdapat girus fusiformis.
5. Area broka (area bicara motoris) terletak di atas sulkus lateralis, mengata gerakan
berbicara.
6. Area visualis: Terdapat pada polus posterior dan aspek medial hemisfer serebri di daerah
sulkus kalkaneus, merupakan daerah menerima visual Gangguan dalam ingatan untuk
peristiwa yang belum lama.
7. Insula reili: Bagian serebrum yang membentuk dasar fisura silvii yang terdapat di antara
lobus frontalis, lobus parietalis dan lobus oksipitalis .Bagian otak ini ditutupi oleh girus
temporalis dan girus frontalis inferior.
8. Girus singuli: Bagian medial hemisfer terletak di atas korpus kolosum.

Berdasarkan tebal atau tipisnya berbagai lamina, komposisi sel yang menyusunnya
dan variasi lapisan-lapisan korteks, Brodmann pada 1909 telah berhasil membuat suatu peta
daerah-daerah arsitektural sel-sel pada korteks serebri manusia, la menggunakan angka-angka
untuk menyatakan daerah pada korteks yang mempunyai arsitektural sel-sel yang berbeda dan
mem- punyai arti fungsional jelas dan spesifik. Fungsi korteks serebri:
1. Korteks motorik primer (area 4, 6, 8)
a. Mengontrol gerakan volunter otot dan tulang pada sisi tubuh kontralateral. Impulsnya
berjalan melalui akson-akson dalam traktus kortiko bulber dan kortikospinal, menuju nuklei
saraf-saraf serebrospinal. Proyeksi motorik dari berbagai bagian tubuh terutama daerah kaki
terletak di atas, sedangkan daerah wajah bilateral terletak di bawah. Daerah lain unilateral
berbagai bagian tubuh sesuai dengan tingkat perbandingan keterampilan dari bagian tubuh,
keterampilan yang tinggi mempunyai gambaran yang luas.
b. Lesi area 4 akan mengakibatkan paralisis kontralateral dari kumpulan otot yang disarafi
c. Area 6 dan S pada perangsangan akan timbul gerakan mata dan kepala.
2. Korteks sensorik primer (area 3,4,5)
a. Penerima sensasi umum (area somestesia).
b. Menerima serabut saraf: Radiasi talamikus yang membawa impuls sensoris dari kulit,
otot sendi, dan tendo di sisi kontralateral. Lesi daerah ini dapat menimbulkan gangguan
sensasi pada sisi tubuh kon- tralateral.
c. Terdapat homunkulus sensorik: Menggambarkan luas daerah proyeksi sensorik dari
bagian-bagian tubuh di sisi tubuh kontralateral. Luasnya daerah sensorik suatu bagian tubuh,
sebanding dengan jumlah resep- tor di bagian tubuh tersebut.
3 Korteks visual (penglihatan) area 17.
a. Terletak di lobus oksipitalis pada fisura kalkarina.
b. Lesi iritatif menimbulkan halusinasi visual.
c. Lesi destruktif menimbulkan gangguan lapangan pandang.
d. Menerima impuls dari radio-optika.
4. Korteks auditorik (pendengaran) primer area 41.
a. Terletak pada transvers temporal girus di dasar visura lateralis serebri.
b. Menerima impuls dari radiasioauditorik yang berasal dari korpus genikulatum medialis.
c. Lesi area ini hanya menimbulkan ketulian ringan kecuali bila lesinya bilateral.
5. Area penghidu (area reseptif olfaktorius):
a. Terletak di daerah yang berdekatan dengan girus parahipotalamus lobus temporalis.
b. Kerusakan jalur olfaktorius menimbulkan anosmia (tidak mampu menghidu).
c. Lesi iritasi menimbulkan halusinasi olfaktorius. Pada keadaan ini penderita dapat
menghidu bau yang aneh atau mengecap rasa yang aneh.
6. Area asosiasi
a. Korteks yang mempunyai hubungan dengan area sensorik motorik, dihubungkan oleh
serabut asosiasi maupun motorik,dihubungkan oleh serabut asosiasi.
b. Pada manusia penting untuk aktivitas mental yang tinggi, seperti berbicara, menuliskan
kata-kata, dsb.
c. Pada manusia terdapat tiga daerah asosiasi yang penting, yaitu daerah frontal (di depan
korteks motorik), daerah temporal (antara ginus temporalis superior dan korteks limbik) dan
daerah parieto-oksipital (antara korteks somestetik dan korteks visual).
d. Kerusakan daerah asosiasi akan menimbulkan ganggaun dengan gejala yang sesuai
dengan tempat kerusakan. Misalnya, pada area 5,7 akan menimbulkan astereognosis (tidak
mengenali bentuk benda yang diletakkan di tangan dengan mata tertutup) karena area ini
merupakan pusat asosiasi sensasi (indra) kulit.(Drs.H.Syaifuddin,AMK)
D.FUNGSI SISTEM SARAF TEPI (SARAF OTONOM)

Saraf yang mempersarafi alat-alat dalam tubuh seperti kelenjar, pembuluh darah,
paru, lambung, usus dan ginjal. Alat ini mendapat dua jenis persarale otonom yang
fungsinya saling bertentangan kalau yang satu merangsang yang lainnya menghambat dan
sebaliknya, kedua susunan saraf ini disebut saraf simpatis dan saraf parasimpatis.

Fungsi saraf otonom mengatur motilitas dan sekresi pada kulit, pembuluh darah,
dan organ viseral dengan cara merangsang pergerakan otot polos dan kelenjar eksokrin.
Regulasi otonom dibawa oleh serabut saraf simpatis dan parasimpatis

 Fungsi Saraf Simpatis

Saraf simpatis terletak di dalam komnu lateralis medula spinalis


servikal Vi sampai lumbal I. Dari sini keluar akson yang mengikuti saraf
motoris dalam radiks anterior. Setelah keluar dari kanalis vertebralis saraf
simpat keluar dari radiks motoris dan masuk ke dalam trunkus simpatikus
yang me rupakan suatu rantai ganglia simpatis yang terdapat di sebelah kiri
dan kanan kolumna vertebralis.

Trunkus simpatikus kiri dan kanan pada daerah sakral bagian bawa
bergabung menjadi satu dalam ganglion. Pada daerah servikal terdapat tiga
buah ganglia yaitu ganglia stelatum, ganglia servikalis media, dan ganglia
servikal superior. Di dalam trunkus simpatikus saraf simpatis langsung
bersinapsis berjalan ke atas dan ke bawah, keluar dari ganglion simpatis
bergabung kembali dengan nervus spinal. Pada bagian abdomen saraf simpatis
melewas trunkus simpatikus membentuk saraf perifer tersendiri. Saraf
simpatis berasal dari torakal V sampai IX membentuk nervus splanknikus
mayor yang berasal dari torakal X, XI, XII membentuk nervus splanknikus
minor.

Setelah keluar dari ganglion mesenterikus superior saraf ini membentuk


jala saraf yang disebut pleksus solaris. Saraf simpatis yang berasal dari torakal
V sampai IX mengurus persarafan semua alat-alat yang berada di dalam
rongga abdomen. Saraf torakal I sampai IV mengurus jantung dan paru. Alat-
alat dalam kepala mendapat persarafan simpatis yang berpusat pada
kornulaterali lateralis medula spinalis servikal VIII dan torakal I. Saraf ini
berjalan ke atas dan dalam trunkus simpatikus bersinaps. Salah satu ganglion
servikal berjalan mengikuti percabangan arteri karotis komunis, mempersarafi
pembuluh darah muka, kelenjar keringat, kelenjar ludah, kelenjar air mar dan
pupil.
 Fungsi Saraf Parasimpatis

Saraf parasimpatis mengurus konstriksi pupil berjalan dengan nukleus


okul mitorius dan bersinaps di ganglion siliare yang terdapat di dalam orbita
de mempersarafi pupil. Saraf parasimpatis mengurus sekresi kelenjar air
mata,kelenjar sublingualis, dan kelenjar submandibularis serta kelenjar air
mata dan mukosa rongga hidung. Pusat saraf ini terdapat dalam pons varoli
bagian bawah.
Saraf yang mengurus kelenjar air mata dan mukosa rongga hidung
berpusat pada nuklei maksilaris. Saraf-sarafnya keluar bersama: nervus fasiala
kemudian berjalan dalam nervus petrous superfisialis mayor bersipnasis &
ganglion spenopalatinum mengurus kelenjar air mata dan kenjar muko hidung.
Saraf yang mengurus kelenjar ludah sublingualis dan sandibulans
berpusat pada nukleus salivatorius superior. Saraf ini mengi nervus VIL
kemudian berjalan di dalam korda timpani, bergabung dengan rvus lingua lis
kemudian bersinapsis di ganglion submandibularis. Dan ganglion in berjalan
saraf II ke kelenjar yang disarafinya yaitu glandula submandibularis dan
glandula sublingualis.
Saraf parasimpatis yang mengurus glandula parotis berpusat pada
nukleus salivatorius inferior di dalam medula oblongata. Saraf-saraf ini meng-
ikuti nervus IX bersinapsis di ganglion optikum di dalam fossa zigomatikum
yang terletak di bawah foramen ovale, serat-serat postganglionnya mensarafi
kelenjar parotis.
Di bawah nukleus salivatorius inferior terdapat nukleus dorsalis (N. X)
yang menjadi pusat pernapasan parasimpatis sebagai alat tubuh yaitu jantung,
paru, gastrointestinal, ginjal, pankreas, limpa, hepar, dan glandula supra-
renalis. Kolon desendens, sigmoid, rektum, vesika urinaria, dan alat repro-
duksi disarafi oleh parasimpatis yang berpusat pada sakral II-IV. Saraf ini
berpusat pada komnu lateralis meninggalkan medula spinalis di dalam radiks
motoris membentuk nervus splanknikus pelvis. Saraf ini bersinapsis di dalam
gan lion yang disarafinya.
Fungsi saraf parasimpatis mengurus miksi dan defekasi, vesika urinaria,
kolon desendens, sigmoideum, dan rektum mendapat persarafan dari bagian
sakral.(Drs.H.Syaifuddin,AMK)
 Reflek-reflek sederhana dan kompleks
Refleks adalah respons yang tidak berubah terhadap perangsangan yang
terjadi di luar kehendak Rangsangan ini merupakan reaksi organisme ter hadap
perubahan lingkungan baik dalam maupun luar organisme yang me libatkan
sistem saraf pusat dalam memberikan jembatan (respons) terhadap
rangsangan.
Refleks dapat berupa peningkatan maupun penurunan kegiatan, misal nya
kontraksi atau relaksasi otot, kontraksi atau dilatasi pembuluh darah Dengan
adanya kegiatan refleks, tubuh mampu mengadakan reaksi yang cepat
terhadap berbagai perubahan di luar dan di dalam tubuh disertai adaptasi
terhadap perubahan tersebut. Dengan demikian seberapa besar peran sistem
saraf pusat dapat mengatur kehidupan organisme.
 Lengkung Refleks
Proses yang terjadi pada refleks melalui jalan tertentu disebut lengkung
refleks.Komponen-komponen yang dilalui refleks:
1. Reseptor rangsangan sensoris peka terhadap suatu rangsangan (mis kulit).
2 Neuron aferen (sensoris), dapat menghantarkan impuls menuju ke susuan saraf
pusat (medula spinalis/batang otak).
3. Pusat saraf (pusat sinaps), tempat integrasi masuknya sensoris dan di analisis
kembali ke neuron eferen
4. Neuron eferen (motorik), menghantarkan impuls ke perifer.
5. Alat efektor, merupakan tempat terjadinya reaksi yang diwakili oleh suatu serat
otot atau kelenjar.
Reseptor adalah suatu struktur khusus yang peka terhadap suatu bentuk energi
tertentu dan dapat mengubah bentuk energi itu menjadi aksi-aksi potensial listrik atau
impuls-implus saraf.Efektor adalah percabangan akhir serat-serat eferen (motorik) di
dalam otot serat lintang,otot polos,dan kelenjar (alat efektor).
 Jenis Refleks
Refleks dapat dikelompokkan dalam berbagai tujuan. Refleks dikelompokk
berdasarkan:
1.Letak reseptor yang menerima rangsangan:
a. Refleks eksteroseptif, timbul karena rangsangan pada reseptor permukaan tubuh.
b. Refleks interoreseptif (viseroreseptif), timbul karena rangsangan pada alat
dalam atau pembuluh darah (mis, dinding kandung kemih dan Lambung).
c. Refleks proreseptif, timbul karena rangsangan pada reseptor otot rangka tendo,
dan sendi untuk keseimbangan sikap.
2.Bagian saraf pusat yang terlibat
a. Refleks spinal, melibatkan neuron di medula spinalis.
b. Refleks bulbar, melibatkan neuron di medula oblongata.
c Refleks kortikal, melibatkan neuron korteks serebri.
Sering terjadi refleks yang melibatkan berbagai bagian pada saraf pusat dengan
demikian pembagian di atas tidak dapat digunakan
3.Jenis atau ciri jawaban
a.Refleks motorik, efektornya berupa otot dengan jawaban berupa
relaksasi/kontraksi otot.
b. Refleks sekretorik, efektornya berupa kelenjar dengan jawaban berupa
peningkatan atau penurunan sekresi kelenjar.
c.Refleks vasomotor, efektornya berupa pembuluh darah dengan jawaban berupa
vasodilatasi/vasokonstruksi.
4.Timbulnya refleks. Refleks telah timbul sejak lahir. Ada juga dapat diperlihatkan
setelah memenuhi persyaratan yang diperlukan dan refleks yang terakhir didapat
selama makhluk berkembang berupa pengalaman hidup.
Berdasarkan hal tersebut refleks dibagi dalam:
a Refleks tak-bersyarat, refleks yang dibawa sejak lahir, bersifat mantap tidak
pernah berubah, dan dapat ditimbulkan bila ada rangsang yang cocok (mis., bayi
mengisap jari).
b. Refleks bersyarat, didapat selama pertumbuhan berdasarkan pe- ngalaman hidup
dan memerlukan proses belajar, mempunyai ciri-ciri bersifat individual (seseorang
memiliki orang lain belum tentu). tidak menetap, dapat diperkuat dan dapat hilang
dapat timbul oleh berbagai jenis rangsangan. Pada beberapa jenis reseptor asal
disusuli oleh rangsangan bersyarat.
5. Jumlah neuron yang terlibat:
a. Refleks monosinaps, melalui satu sinaps dan dua neuron (satu neuro eferen, satu
neuron eferen) yang langsung berhubungan pada saraf pusat. Contohnya, refleks
regang.
b. Refleks polisinaps, melalui beberapa sinaps, terdapat beberapa interneuron yang
menghubungkan neuron aferen dengan neuron eferen.
Semua refleks lebih dari satu sinaps kecuali refleks regang.
 Fisiologi Refleks
Bila kita melihat kegiatan biolistrik di masing-masing bagian pada suatu lengkung
refleks, akan didapati:
1. Potensial generator yang timbul karena pemberian rangsangan. Besar kecilnya
potensial ini bergantung pada kuat/ringannya rangsangan. Pada reseptor tidak timbul
potensial aksi tetapi potensial generator berupa polarisasi.
2. Potensial aksi pertama timbul baru terlihat pada neuron eferen, dihantarkan
sepanjang neuron eferen dengan kecepatan bergantung pada sifat serat aferen.
3. Pada pusat saraf impuls dari serat aferen akan dihantarkan ke neuron lainnya
melalui sinaps diteruskan ke neuron lain, akan mengalami perlambatan pusat (sentral
delay).
4. Impuls yang sampai di pusat eferen akan diteruskan dalam bentuk poten- sial aksi.
Kegiatan listrik ini diteruskan hingga sampai pada hubungan serat eferen dan efektor.
5.Bila efektor berupa otot, selanjutnya di sel otot akan timbul potensial aksi yang
dapat menyebabkan kontraksi otot.

Dengan penjelasan ini dapat diketahui bahwa berbagai bentuk kegiatan biolistrik
dapat ditemukan sepanjang lengkung refleks. Hantaran impuls dibedakan menjadi:

1. Hantaran orthodromik. Penghantaran kegiatan mulai dari reseptor hingga efektor yang
melalui aferen, saraf pusat, dan eferen. Hantaran impuls dapat pula berlangsung dari
reseptor ke efektor tanpa melalui saraf pusat,karena saraf aferen mempunyai cabang,
langsung berhubungan dengan organ lain yang dapat dipengaruhi.

2.Hantaran antidromik. Penghantaran impuls yang membalik tidak melalui saraf pusat.
Refleks ini tidak melalui sistem saraf pusat dan disebut refleks akson karena hanya akson
saja.
Waktu refleks adalah penghantaran kegiatan sejak pemberian rangsang pada
reseptor sampai timbul jawaban di efektor, atau masa pemberian rang sang hingga timbul
jawaban. Waktu refleks ini ditentukan oleh perlambat pusat yang dialami terutama bila
melalui sinaps. Gangguan pada masing masing bagian lengkung refleks dapat
memengaruhi waktu refleks.

Kekuatan refleks ditentukan oleh kekuatan rangsang serta lama pemberian


rangsang. Bila diberikan dengan kekuatan yang lebih besar maka lebih banyak reseptor
yang terlihat. Bila lebih banyak serat aferen yang meneruskan ke saraf pusat akan lebih
banyak serat eferen terlihat meneruskan kegiatan ke efektor akan mengakibatkan
peningkatan jawaban efektor.

Sering terjadi jawaban refleks terus berlangsung meskipun rangsang sudah lama
dihentikan hal ini disebut lama refleks atau aksi ikutan refleks.

E.SUSUNAN SARAF TEPI,FISIOLOGI RESEPTOR

 SUSUNAN SARAF TEPI


Susunan saraf tepi terdiri dari serat-serat saraf yang membawa informasi antara
SSP dan bagian tubuh lain. Divisi aferen susunan saraf tepi mengirim infor- masi
mengenai lingkungan internal dan eksternal ke SSP.

 Aferen viseral membawa masukan bawah sadar sementara aferen sensorik membawa
masukan sadar
Informasi aferen mengenai lingkungan internal, misal- nya tekanan darah dan
konsentrasi CO, dalam cairan tubuh, tidak pernah mencapai tingkat kesadaran, tetapi
masukan ini penting untuk menentukan respons eferen yang sesuai untuk
mempertahankan homeosta- sis. Jalur masuk bagi informasi yang berasal dari visera
(organ di dalam rongga tubuh, misalnya abdo- men) disebut aferen viseral. Meskipun
sebagian besar informasi bawah sadar dikirim melalui aferen viseral, orang dapat
menyadari adanya sinyal nyeri yang ber- asal dari visera. Masukan aferen yang
berasal dari re- septor di permukaan tubuh atau otot atau sendi biasa- nya mencapai
ambang kesadaran. Masukan ini dikenal sebagai informasi sensorik, dan jalur
masuknya diang- gap sebagai aferen sensorik. Informasi sensorik di kategorisasikan
sebagai (1) sensasi somatik (sensasi tubuh) yang berasal dari permukaan rubuh,
termasuk sensasi somestetik dari kulit dan propriosepsi dari otot, sendi, kulit, dan
telinga dalam (lihat h. 157-158); atau (2) sensasi khusus (indera khusus), termasuk
penglihatan, pendengaran, pengecapan, dan penciuman. (Lihat fitur dalam boks di h.
202 Lebih Dekat dengan Fisiologi Olahraga, untuk penjelasan tentang manfaat
propriosepsi dalam prestasi atletik). Pemrosesan akhir masukan sensorik oleh SSP
tidak hanya penting untuk interaksi dengan lingkungan bagi kelangsungan hidup
dasar (misalnya, mencari makan dan bertahan dari bahaya) tetapi juga sangat
memperkaya kehidupan itu sendiri.
 FISIOLOGI RESEPTOR

Rangsangan (stimulus) adalah perubahan yang terdeteksi oleh tubuh.


Rangsangan terdapat dalam berbagai bentuk energi, atau modalitas, misalnya panas,
cahaya, suara, tekanan, dan perubahan kimiawi. Neuron-neuron aferen me- miliki
reseptor di ujung perifer yang berespons terhadap rangsangan baik dari dunia luar
maupun dalam. Karena satu- sarunya jalan bagi neuron aferen untuk menyalurkan
infor- masi ke SSP tentang rangsangan ini adalah melalui peram- batan potensial
aksi, maka reseptor harus mengubah. bentuk-bentuk energi lain menjadi sinyal listrik
(potensial aksi). Proses perubahan energi ini dikenal sebagai transduksi.
 Reseptor memiliki perbedaan sensitivitas terhadap berbagai rangsangan.
Setiap tipe reseptor bersifat khusus untuk berespons lebih mudah terhadap
suatu jenis rangsangan, stimulus adekuat- nya, daripada terhadap rangsangan lain.
Sebagai contoh, reseptor di mata paling peka terhadap cahaya, reseptor di telinga
terhadap gelombang suara, dan reseptor hangat di kulit terhadap energi panas. Karena
perbedaan sensitivitas reseptor ini maka kita tidak dapat "melihat" dengan telinga dan
"men- dengar dengan mata kita. Sebagian reseptor dapat berespons lemah terhadap
rangsangan di luar stimulus adekuatnya, tetapi meskipun diaktifkan oleh stimulus
yang berbeda, reseptor tetap memberi sensasi yang biasanya dideteksi oleh reseptor
ter- sebut. Sebagai contoh, stimulus adekuat untuk reseptor mata (fotoreseptor)
adalah cahaya, yang reseptor tersebut sangat peka terhadapnya, tetapi reseptor-
reseptor ini juga dapat di aktifkan dengan derajat yang lebih rendah oleh rangsangan
mekanis. Ketika terpukul di bagian mata, seseorang sering me- lihat "bintang"
("berkunang-kunang"), karena tekanan mekanis merangsang fotoreseptor. Karena itu,
sensasi yang dirasakan lebih bergantung pada jenis reseptor yang dirangsang
daripada jenis rangsangannya. Namun, karena reseptor biasanya diaktifkan oleh
stimulus adekuatnya, maka sensasi biasanya sesuai dengan modalitas stimulusnya.
 JENIS RESEPTOR BERDASARKAN STIMULUS ADEKUATNYA
Bergantung pada jenis energi yang biasanya direspons, resep- tor dapat dibagi
menjadi:
 Fotoreseptor peka terhadap gelombang cahaya tampak

 Mekanoreseptor peka terhadap energi mekanis. Con- tohnya adalah reseptor otot
rangka yang peka terhadap pere- gangan, reseptor di telinga yang mengandung
rambut halus yang melengkung akibat gelombang suara, dan baroreseptor yang
memantau tekanan darah.

 Termoreseptor peka terhadap panas dan dingin. I Osmoreseptor mendeteksi


perubahan konsentrasi zat terlarut dalam cairan tubuh dan perubahan dalam aktivitas
osmotik (lihat h. 70).

 Kemoreseptor peka terhadap bahan kimia spesifik. Kemoreseptor mencakup reseptor


untuk penciuman dan pengecapan, serta reseptor yang terletak jauh di dalam tubuh
yang mendeteksi konsentrasi O, dan CO, dalam darah atau kandungan kimiawi
saluran cerna.

 Nosiseptor atau reseptor nyeri, peka terhadap keru- sakan jaringan misalnya cubitan
atau luka bakar atau distorsi jaringan. Stimulasi intens terhadap setiap reseptor juga
di- rasakan sebagai nyeri.

Sebagian sensasi adalah sensasi gabungan yaitu bahwa persepsi yang terbentuk
berasal dari integrasi sentral beberapa input sensorik primer yang diaktifkan secara
bersamaan. Sebagai contoh, persepsi basah berasal dari masukan reseptor sentuh,
tekan, dan suhu; tidak ada yang namanya "reseptor basah".
 MANFAAT INFORMASI YANG DIDETEKSI OLEH RESEPTOR
Informasi yang dideteksi oleh reseptor disalurkan melalui neuron-neuron
aferen ke SSP. tempat informasi tersebut digunakan untuk berbagai tujuan:
 Masukan aferen sangat penting bagi kontrol keluaran eferen, baik untuk
mengatur perilaku motorik sesuai dengan lingkungan eksternal maupun
koordinasi aktivitas internal yang ditujukan untuk mempertahankan
homeostasis. Di tingkat yang paling dasar, masukan aferen memberi
informasi (yang mungkin tidak disadari oleh orang yang bersangkutan)
kepada SSP untuk digunakan dalam mengarahkan aktivitas- aktivitas yang
diperlukan bagi kelangsungan hidup. Di ting- kat yang lebih luas, kita tidak
dapat berinteraksi dengan baik dengan lingkungan kita atau dengan orang lain
tanpa masukan sensorik.
 Pemrosesan masukan sensorik oleh reticular activating system di batang otak
sangatlah penting untuk keterjagaan korteks dan kesadaran.
 Pemrosesan informasi sensorik di otak memberi kita persepsi tentang dunia
luar di sekitar kita.
 Beberapa informasi yang disampaikan ke SSP mungkin disimpan untuk
keperluan di masa mendatang.
 Rangsangan sensorik dapat berdampak besar pada emosi kita. Bau kue yang
baru dimasak, rasa lembut kain sutera, melihat orang yang kita cintai,
mendengar berita buruk -masukan sensorik dapat menyenangkan,
menyedihkan, membangunkan, menenangkan, membuat marah, menakut-
kan, atau memicu beragam emosi lainnya.(Lauralee Sherwood)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem saraf merupakan sel yang paling cepat dewasa (matur) pada saat proses
embrio genesi artinya paling awal dibentuk oleh tubuh anda saat proses pembentkan
janin.(Tri Pitara M.)

Hampir semua fungsi pengendalian tubuh manusia dilakukan oleh saraf Secara
umum sistem saraf mengendalikan aktivitas tubuh yang seperti kontraksi otot. Daya
kepekaan dan daya hantaran merupakan sifat utama dari makhluk hidup dalam bereaksi
terhadap perubahan sekitarnya Rangsangan ini dinamakan stimulus. Reaksi yang
dihasilkan dinamakan respons Makhluk hidup yang bersel satu (uniseluler) maupun
bersel bayak (multiseluler) ditentukan kemampuan fungsinya oleh protoplasma sel.
(Drs.H.Syaifuddin,AMK)

B.Saran

Pentingnya pengetahuan mengenai fisiologi sistem saraf sehingga diharapkan


mahasiwa lebih mendalami pemahaman tentang fisiologi sistem saraf.

Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih sangat jauh dari sifat
sempurna.Untuk itu ,kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
diharapakan,agar dalam penulisan makalah berikutnya lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Dina, D., & dkk. (2022). Organisasi Molekuler dan Pemolaan Medulla Oblongata dalam Kesehatan
dan Penyakit. MDPI , 1. (https://www.mdpi.com/1422-0067/23/16/9260/htm)

Lauralee, S. (2012). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Syaifuddin. (2022). Ilmu Biomedik Dasar 1 Anatomi Fisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tri, M. (2014). Cara Mudah Belajar Fisiologi Kedokteran. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai