Anda di halaman 1dari 40

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Anatomi dan fisiologi syaraf
dan reflek”. Tidak lupa juga penulis mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Seiring dengan perkembangan zaman, penulis berharap supaya dengan ditulisnya makalah ini
dapat meningkatkan kesadaran pembaca tentang betapa pentingnya mengetahui anatomi dan
fisiologi pada syaraf dan gerak reflek. Selain itu, semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman, penulis yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Malang, 16 Fbruari 2020

1
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….1

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….2

BAB I : PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang……………………………………………………………………….3

1.2.Rumusan Masalah……………………………………………………………………..4

1.3. Tujuan………………………………………………………………………………...4

BAB II: PEMBAHASAN

2.1. Sistem Syaraf Pusat………………………………………………………………….5

2.2. Sistem Syaraf Tepi…………………………………………………………………..9

2.3. Batang Otak…………………………………………………………………………14

2.4. Gerak Refleks……………………………………………………………………….19

2.5 Herniated Nukleus Pulposus…………………………………………………….......28

BAB III : PENUTUP

3.1. Kesimpulan ............................................................................... …………………..37

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tubuh manusia merupakan satu kesatuan sistem organ di mana dalam melaksanakan kegiatan
fisiologisnya diperlukan kerja sama antar organ satu dengan yang lainnya. Agar kegiatan
fisiologis ini berjalan sebagaimana mestinya maka harus terdapat sistem pengendalian dalam
tubuh. Sistem pengendali ini disebut sistem koordinasi yang dijalankan oleh sistem saraf.
Sebagai alat pengendali dan pengatur tubuh, susunan saraf mempunyai kemampuan menerima
rangsang dan mengirimkan pesan-pesan rangsang atau impuls saraf ke pusat saraf dan
selanjutnya memberikan tanggapan atau reaksi terhadap rangsang tersebut (Irianto, 2004).
Semua kegiatan tubuh manusia diatur dan dikendalikan oleh sistem saraf. Terdapat tiga
komponen dalam sistem saraf yang saling menanggapi rangsangan, yaitu reseptor, pengantar
impuls, dan efektor. Sistem saraf dapat dibedakan menjadi sistem saraf pusat yang terdiri dari
otak dan sumsum tulang belakang dan sistem saraf tepi yang berfungsi untuk meneruskan
rangsangan ke sistem saraf pusat atau meneruskan rangsangan dari sistem saraf pusat ke otot dan
kelenjar. Sistem saraf pada manusia ada yang bekerja secara sadar dan tidak sadar. Sistem saraf
sadar yang mengatur segala aktivitas yang dapat dikendalikan secara sadar dan sistem saraf tidak
sadar yang mengatur aktivitas tubuh yang tidak dapat dikendalikan, misalnya yaitu gerak reflek
(Furqonita, 2007).
Gerak reflek merupakan gerakan yang berlangsung tanpa disadari, tidak diolah oleh otak,
serta terjadi secara otomatis dan cepat. Pada dasarnya, gerak reflek merupakan suatu mekanisme
respon yang bertujuan menghindari suatu rangsangan yang dapat membahayakan tubuh. Gerak
reflek berbeda dengan gerak biasa karena gerak biasa dilakukan secara sadar dan diolah oleh
otak. Meskipun begitu, dalam melakukan aktivitas yang membutuhkan pergerakan juga harus
diperhatikan kemampuan organ tubuh agar tidak menimbulkan cedera. Salah satu penyakit yang
dapat ditimbulkan karena adanya gangguan sistem saraf adalah saraf terjepit. Saraf terjepit bisa
disebabkan oleh pergerakan yang berulang-ulang, cedera atau penyakit sendi dan tulang
belakang, dan bahkan kehamilan (Smith, 2007).
Penciptaan sistem organ dalam tubuh manusia yang sempurna tidak terlepas dengan
kuasa Allah SWT. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Q.S. Al-Infithar ayat 7 sebagai berikut:

3
َ ‫ال َّ ِذ ي َخ ل َ ق َ َك ف َ سَ َّو‬
َ َ ‫اك ف َ ع َ د َل‬
‫ك‬
Artinya: “Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan
(susunan tubuh) mu seimbang.
Ayat di atas menjelaskan bahwasanya Allah SWT telah menjelaskan bahwasnya manusia
diciptakan dengan sempurna dan seimbang. Tubuh manusia merupakan satu kesatuan dari
berbagai organ. Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Manusia
dianugrahkan akal dan fikiran untuk selalu berfikir. Hal tersebut tidak lepas dari peran system
saraf yang terdapat dalam tubuh manusia. Dimana hal tersebut juga tidak luput dari peran otak
yang merupakan saraf pusat. Otak sendiri terdapat dua bagian yang sama besarnya dan mengatur
segala aktifitas yang dilakukan oleh manusia.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana struktur dan fungsi sistem saraf pada manusia ( Sistem saraf pusat dan system
saraf tepi, neuron, otak besar, otak kecil, batang otak)?
2. Bagaimana fisiologi berbagai gerak reflek pada manusia?
3. Bagaimana struktur dan fungsi kelainan pada saraf terjepit (HNP=Herniated Nucleus
Pulposus)?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini,yaitu
1. Mengetahui struktur dan fungsi sistem saraf pada manusia meliputi: system saraf pusat
dan system saraf tepi, neuron, otak besar, otak kecil, dan batang otak.
2. Mengetahui fisiologi berbagai gerak refleks.
3. Mengetahui struktur dan fungsi kelainan pada saraf terjepit/ HNP (Hemiated Nucleus
Pulposus).

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Syaraf Pusat
A. Susunan saraf pusat
Susunan saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang (Medula spinalis).
Masing-masing dilindungi oleh tulang tengkorak dan kolumna vertebralis. Susunan saraf pusat
merupakan sentral pengontrol tubuh yang menerima, meng-interpretasi, dan menintegrasi semua
stimulus, menyampaikan impuls saraf ke otot dan kelenjar, serta menciptakan aksi selanjutnya.
Susunan Saraf dilindungi oleh tulang dan selaput pembungkus. Otak dilindungi oleh scalp
(Skin,connective tissue, Aponeurosis, Loose areolar tissue, Pericranium) cranium, dan
meningens. Medulla spinalis dilindungi oleh kolumna vertebralis dan meningens:
1. Kranium
Kranium merupakan tulang kepala/ tengkorak, yang secara anatomi dibedakan
menjadi neurokranium dan viserokranium. Neurokranium adalah tulang-tulang yang
melindungi otak dan seluruh struktur di dalamnya, sedangkan viserokranium adalah
tulang-tulang pembentuk wajah.
2. Kolumna vertebralis
Secara umum, bagian-bagian pada vertebra terdiri dari korpus vertebra, arkus
vertebra, foramen vertebralis, prosesus spinosus, prosesus artikularis, prosesus
transversus yang mempunyai luang yang disebut foramen prosesus transversus.

Gambar 1
3. Meningens

5
Meningens merupakan suatu membrane pelindung pemberi makanan kepada
sistem saraf pusat terletak diantara tulang dan jaringan saraf (Soewolo et al., 2005) di
bawah cranium dan berfungsi untuk melindungi otak. Terdiri dari tiga lapis yaitu
duramater, arahnoidmater, dan piamater.(Sasmita,2019).
a) Durameter (Dura= kuat/liat) : Merupakan membran fibrosa bilaminer yang
kuat yang disebut juga pachymeninx, terdiri dari dua lapis yaitu pars
periosteal dan pars meningeal. Kedua lapisan tersebut saling melekat satu
sama lain, namun pada tempat tertentu kedua lapis tersebut terpisah
membentuk suatu ruang yang berisi darah vena disebut dengan sinus venosus
duramater.
b) Arahnoidmater (Arachnoid= seperti laba-laba) : mengandung fibroblast,
serabut kolagen dan serabut elastic dan merupakan struktur yang avaskuler.
Arachnoid melapisi otak tapi tidak mengikuti lekuk otak. Tonjolan yang
terbentuk dari arahnoidmater disebut vili arachnoid.
c) Piamater (Pia=lunak) : Membran tipis yang mengandung banyak pembuluh
darah melapisi permukaan otak mengikuti lekuk otak. Piamater juga menitipi
medulla spinalis pada masing-masinh sisi diantara saraf akan menebal
membentuk ligamentum dentikulatum.

Gambar 2

6
4. Spasium meningealis
Bagian ini terdiri dari tiga rongga antar meningens, yaitu rongga epidural,
subdural, dan subarahnoid.. rongga epidural atau ekstradural terletak di antara cranium
dan pars periosteal duramater, rongga ini hanya terjadi apabila ada proses patologis,
misalnya adanya pendarahan akibat robeknya vena meningeal.
Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang, demikian penjelasannya:
A. Otak
Otak merupakan pusat dari semua kegiatan tubuh, otak dibagi menjadi beberapa
bagian, yakni :
1. Otak depan ( Fore brain) yang terdiri dari Diensefalon (Hipotalamus, Talamus,
Epitalamus dan Metatalamus) dan Serebrum /Otak besar (Basal Nuclei dan Korteks
Serebral)
2. Serebelum (Otak Kecil)
3. Batang otak /Brain stem ( Pons Varoli, Medula oblongata, Otak tengah)

Batang otak merupakan bagian otak yang tertua dan terkecil, yang terambung dengan
medulla spinalis. Batang otak berfungsi untuk mengontrol berbagai proses yang mendukung
kehidupan, seperti pernafasan, sirkulasi, dan pencernaan. Proses-proses tersebut disebut
dengan fungsi vegetativ. Bagian yang melekat pada batang otak adalah serebelum atau otak
kecil, yang berfungsi pada pemeliharaann posisi tubuh dalam ruang dan koordinasi bawah
sadar dari aktivitas motor (gerakan).
Diatas batang otak, didepan otak kecil, terdapat diensefalon yang terdiri dari empat
bagian yakni hipotalamus yang berfungsi untuk mengontrol berbagai fungsi homeostasis
yang penting dalam memelihara kestabilan lingkungan internal tubuh, thalamus yang
membentuk beberapa cabang sensori primitiv, epithalamus yang berfungsi membentuk atap
ventrikel ketiga dan merupakan bagian paling belakang dari diensefalon,. Puncak dari bagian
otak ini adalah otak besar atau serebrum yang mempunyai lipatan-lipatan yang lebih banyak.

B.Sumsum Tulang Belakang

7
Sumsum tulang belakang berada di dalam saluran tulang belakang dan berhubungan
dengan saraf-saraf spinal. Sumsum tulang belakang merupakan jaringan saraf berbentuk silinder
lunak, panjangnya kurang lebih 45 cm, dengan diameter kira-kira 2cm. saraf spinal yang
berpasang-pasangan muncul dari sumsum tulang belakang melalui permukaan lateral batas
antara dua tulang vertebra yang berdekatan, merupakan lengkung seperti sayap. Sumsum tulang
belakang secara strategis terletak antara otak dan system saraf tepi, sehingga sumsum tulang
belakang mempunyai dua fungsi utama, yakni melayani hubungan informasi otak dan tubuh,
dan mengintegrasikan aktivitas reflex antara input aferen dan output eferen tanpa melibatkan
otak (refleks spinal).

2.2 Sistem Saraf Tepi

Sistem Saraf Tepi/Perifer

(Perifer Neuron System)

Sistem Saraf Aferen Sistem Saraf Eferen

(Sensory Division) (Motoric Division)

Saraf Somatik Saraf Otonom

(Saraf sadar) (Saraf tak sadar)

Saraf Simpatik Saraf Parasimpatik

A. Sistem Saraf Tepi


Saraf tepi merupakan percabangan dari saraf pusat yang menyebar di seluruh bagian
tubuh. Sistem saraf tepi pada dasarnya adalah lanjutan dari neuron yang bertugas membawa
8
impuls saraf menuju ke dan dari sistem saraf pusat. Berdasarkan arah impuls yang
dibawanya, sistem saraf tepi dibedakan menjadi dua, yaitu sistem saraf aferen (sensory
division) dan sistem saraf eferen (motoric division).
1. Sistem saraf aferen (sensory division), merupakan sistem saraf yang mengandung sel
saraf yang menghantarkan impuls atau informasi dari reseptor ke sistem saraf pusat.
2. Sistem saraf eferen (motoric division), merupakan sistem saraf yang mengandung sel
saraf yang menghantarkan impuls atau informasi dari sistem saraf pusat ke efektor (otot
atau kelenjar).
Berdasarkan fungsinya, saraf tepi dikelompokkan menjadi dua, yaitu saraf somatik (saraf
sadar) dan saraf otonom (saraf tidak sadar).
1. Saraf somatik
Saraf somatik mengatur gerakan yang disadari misalnya gerakan kepala, badan,
dan anggota gerak. Namun, saraf somatik juga dapat mengatur gerakan tak sadar berupa
respon sederhana dan otomatis atau gerakan kompleks yang di luar kesadran (gerak
reflek). Sistem saraf somatik merupakan bagian dari sistem saraf tepi yang
menghubungkan otak dengan reseptor sensoris dan otot rangka, kadang kala disebut
sistem saraf skeletal. Neuron sensori di dalam saraf somatik mengirimkan informasi dari
kulit, otot rangka, dan tendon ke sistem saraf pusat. Neuron motorik di dalam saraf
somatik mengirimkan perintah yang dibawa dari otak dan sumsum tulang belakang
menuju otot rangka. Perintah atau sinyal di bawa menuju otot rangka sebagai respon
terhadap rangsangan eksternal.
2. Sarat otonom
Saraf otonom mengatur gerakan yang tidak disadari, misalnya gerakan otot polos,
otot jantung, dan kelenjar. Saraf ini mengirimkan sinyal yang mengatur lingkungan
internal dengan cara mengontrol otot polos dan otot jantung serta organ pencernaan,
kardiovaskular, ekskresi, dan endokrin. Saraf otonom terdiri atas sistem saraf simpatik
dan saraf parasimpatik.
a) Saraf simpatik
Saraf simpatik merupakan saraf yang mengkoordinasi persiapan tubuh untuk
aktivitas yang memerlukan energi dan menguatkan otot. Saraf simpatik sifatnya
meningkatkan kerja dan aktif saat beraktivitas karena saraf ini mengirimkan sinyal

9
yang meningkatkan konsumsi energi seperti memperlebar bronkus dan mempercepat
denyut jantung. Saraf ini disebut sistem saraf torakolumbar karena saraf dimulai dari
daerah toraks (tulang punggung) hingga lumbar (tulang pinggang) dan terdiri atas 25
simpul saraf di sumsum tulang belakang.
b) Saraf parasimpatik
Saraf parasimpatik sifatnya menurunkan kerja, aktif saat istirahat atau saat makan
karena membawa sinyal yang meningkatkan aktivitas menghemat energi, seperti
menyempitkan bronkus dan memperlambat denyut jantung. Saat makan terjadi
peningkatan stimulasi otot polos organ pencernaan sehingga meningkatkan stimulasi
kelenjar saliva yang akhirnya menurunkan denyut jantung. Saraf ini disebut sebagai
sistem saraf kraniosakral karena saraf keluar dari otak dan daerah sakral (tulang
kelangkang). Saraf ini berupa ganglion yang tersebar di seluruh tubuh.

Kerja saraf simpatik berlawanan atau antagonis dengan kerja saraf parasimpatik.
Biasanya kedua saraf ini memberi koordinasi tubuh untuk mengkonversi atau mengubah
energi, misalnya kerja otot pencernaan dan beristirahat. Sesaat setelah makan, sebaiknya
kita beristirahat dan tidak melakukan aktivitas yang berat. Apabila kita langsung
melakukan aktivitas yang berat, maka perut kita akan terasa nyeri. Hal ini terjadi karena
setelah makan saraf parasimpatik mengkoordinasi pencernaan dan menghambat saraf
simpatik untuk kerja otot gerak. Jika kita memaksa bekerja berat maka akan terjadi
pemaksaan otot gerak (saraf simpatik), sedangkan otot pencernaan (saraf parasimpatik)
juga harus bekerja, sehingga mengakibatkan timbulnya rasa nyeri tersebut. Oleh karena
itu, saraf simpatik antagonis terhadap saraf parasimpatik.

10
Gambar 3
Sistem saraf tepi terdiri dari pasangan-pasangan saraf kranial dan saraf spinal yang
menghubungkannya dengan tiap reseptor dan efektor tubuh. Saraf kranial membawa sinyal
dari atau ke otak. Kerja mata, hidung, dan telinga adalah contoh kerja yang dikoordinasi saraf
ini. Saraf spinal membawa sinyal dari atau ke sumsum tulang belakang. Saraf ini tersebar di
bagian-bagian tubuh, seperti pada otot dan kulit dari kaki dan tangan
1. Saraf kranial
Sistem saraf tepi terdiri atas 12 pasang saraf kranial yang muncul dari berbagai
bagian batang otak. Beberapa dari saraf tersebut ada yang tersusun dari saraf sensorik,
saraf motorik, dan ada yang tersusun atas keduanya yaitu saraf sensorik dan motorik.

11
Gambar 4

12
Gambar 5

2. Saraf spinal
Sistem saraf tepi terdiri atas 31 pasang saraf spinal berawal dari korda melalui
radiks dorsal (posterior) dan ventral (anterior). Saraf spinal adalah saraf gabungan
motorik dan sensorik, membawa informasi ke korda melalui neuron aferen dan
meninggalkan melalui eferen.

Gambar 5

13
2.3 Otak
Otak adalah salah satu organ yang paling kompleks dalam tubuh manusia. Organ ini
tersusun dari sejumlah jaringan pendukung dan miliaran sel saraf yang saling terhubung. Otak
dilindungi oleh lapisan pembungkus yang disebut selaput otak (meninges) dan tulang tengkorak,
serta terhubung ke saraf tulang belakang. Bersama saraf tulang belakang, otak berperan sebagai
pusat kendali tubuh dan menyusun sistem saraf pusat (SSP). Sistem saraf inilah yang kemudian
bekerja sama dengan sistem saraf tepi untuk memberi kemampuan manusia dalam melakukan
berbagai aktivitas, seperti berjalan, berbicara, bernapas, hingga makan dan minum.
A. Perkembangan Otak
Otak terletak dalam rongga cranium (tengkorak) berkembang dari sebuah tabung yang
mulanya memperlihatkan tiga gejala perbesaran otak awal :
 Otak depan menjadi hemisfer serebri, korpus striatum, thalamus serta hipotalamus.
Fungsi menerima dan mengintegrasikan informasi mengenai kesadaran dan emosi.
 Otak tengah. Mengkoordinir otot yang berhubungan dengan penglihatan dan
pendengaran. Otak tersebut menjadi tegmentum, krus serebrium, dan korpus
kuadrigeminus.
 Otak belakang (pons), bagian otak yang menonjol kebanyakan tersusun dari lapisan fiber
(berserat) dan termasuk dalam sel yang terlibat dalam pengontrolan pernafasan. Otak
belakang dibagi menjadi: posn vorali, membantu meneruskan informasi. Medulla
oblongata, mengendalikan fungsi otomatis organ dalam (internal). Serebelum,
mengkoordinasikan pergerakan dasar.
B. Bagian Otak
Secara garis besar Otak memiliki 4 bagian utama, yaitu otak besar (cerebrum),
Diencephalon, otak kecil (cerebellum), dan batang otak (brainstem).

Gambar 6

14
C. Pengertian Otak Besar
Otak Besar atau cerebrum adalah masa embrionik, sistem saraf pusat yang membuat
kanal pusat menjadi ventrikel yang dangkal dan membentuk bagian-bagian putih dan abu-abu.
Bagian abu-abu ini terdiri dari sel-sel saraf, dendrit dan akson yang tidak bermielin, kemudian
bagian putih terdapat akson yang dibungkus mielin, yang memutihkan neuron. Otak besar adalah
bagian terbesar dari otak. Untuk orang dewasa, berat otak sekitar 1 kg atau 2/3 dari berat seluruh
otak.
Otak besar terdiri dari kanan dan kiri. Bagian kanan otak besar berfungsi untuk
mengontrol fungsi tubuh kiri dan bagian kiri otak mengontrol fungsi tubuh kanan. Kedua belah
otak tersebut dihubungkan oleh korpus kalosum suatu pita tebal yang diperkirakan terdiri dari
300 juta akson dari sel saraf yang melintasi antara ke dua belah otak tersebut. Setiap hemisfer
memiliki suatu bagian luar yang berwarna kelabu yang disebut substansia kelabu, yang disebut
juga sebagai korteks serebral, dan bagian dalam yang berwarna putih, yaitu substansia putih. Di
dalam substansia putih terdapat bagian substansia kelabu yang di sebut basal nuclei. Pada
keseluruhan system saraf pusat, substansia kelabu terutama tersusun atas badan-badan sel dan
dendrit.
Permukaan luar cerebrum disebut cerebral cortex. Bagian ini merupakan area otak di
mana sel saraf membuat koneksi yang disebut sinaps. Sinaps merupakan sistem saraf yang
mengendalikan aktivitas otak. Sementara bagian dalam cerebrum mengandung sel-sel saraf
berselubung (mielin) yang berperan dalam menyampaikan informasi antara otak dan saraf tulang
belakang. Berkas atau traktus serabut saraf yang bermielin (akson) menyusun substansi putih.
Warna putih dari substansia putih ditimbulkan oleh adanya lipid (lemak) yang menyusun mielin.
Traktus-traktus dalam substansia putih mentransmisikan sinyal dari satu bagian korteks serebral
kebagian yang lain atau antara korteks dan bagian lain dari system saraf pusat. Komunikasi
demikian memungkinkan integrase antara daerah yang berbeda.
Otak besar berfungsi mengatur hampir semua aktivitas manusia dan berperan dalam
gerakan sadar, memori, fungsi belajar, emosi, fungsi tubuh (organ, keseimbangan tubuh, tekanan
darah, detak jantung,) dan alat indra. Otak memproses semua informasi sensorik manusia.
tindakan sadar, bawah sadar dan sentimental diproduksi di sini. Otak besar bertanggung jawab
atas semua jenis kemampuan kecerdasan.

15
D. Cara Kerja Otak Besar
Cara kerja otak besar adalah dengan menerima stimulus yang diterima dari tubuh. Jika
dianggap penting oleh otak, maka otak sendiri akan menempatkan stimulus dalam memori
jangka panjang. Namun, jika ini tidak dianggap penting, maka hanya menyisakan beberapa jejak
yang sedikit dan tidak terlalu menjadi prioritas. Semua ingatan dan memori yang dijalani
manusia, dari lahir hingga dewasa, dapat disimpan dengan sempurna oleh otak dan disiapkan
pada saat kita panggil.
Fungsi otak dipengaruhi oleh teman, nutrisi, gen, kebiasaan atau pola hidup sehari-hari
dan lingkungan sekitar. Nutrisi akan memudahkan kerja dalam sel-sel otak sehingga dapat
menerima semua informasi dan rangsangan dengan secara lancar dan memperlancar peredaran
darah yang ada di dalamnya.
Struktur Otak Besar
Struktur Otak Besar dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu korteks cerebrum (bagian
luar) dan ganglia dasar (bagian dalam).
1. Korteks Cerebrum
Korteks adalah lapisan tipis abu-abu dengan miliaran badan sel saraf. Korteks juga area grey
matter. Sel-sel saraf yang saling berhubungan membentuk untaian rantai sehingga informasi
yang diterima oleh satu sel saraf dapat diteruskan melalui komunikasi dengan sel-sel saraf
lainnya. Korteks dibagi menjadi 3 area utama, yaitu :

Gambar 7
a) Area sensorik, yaitu area yang bertanggung jawab untuk mengartikan

16
b) informasi sensorik seperti cahaya, rasa dan suara.
c) Area motorik, yang merupakan area yang bertanggung jawab untuk mengendalikan otot
sehingga terjadi suatu gerakan, misalnya ketika Anda berjalan di atas duri, maka akan ada
refleks dengan menggerakkan kaki menjauh dari duri tersebut.
d) Area asosiasi, yaitu area yang berfungsi untuk merekam pengalaman yang dialami oleh
tubuh (memori), kehendak dan kecerdasan serta untuk mengatur fungsi-fungsi tertentu
dari bahasa.
2. Ganglia Dasar
Ganglia dasar adalah area putih yang mengandung banyak dendrit dan akson. Lapisan ini
lebih tebal dari pada korteks. Fungsi ganglia adalah gerakan koordinasi, pengaturan gerakan
tidak sadar, fungsi kognisi dan fungsi emosional.
Bagian-Bagian Otak Besar
Berdasarkan lobus, otak besar dibagi menjadi 4 bagian, diantaranya lobus frontal, lobus
temporal, lobus parietal, dan lobus oksipital.:
a) Lobus Frontal (bagian depan)
Lobus ini terletak di bagian depan otak besar. Fungsi lobus frontalis adalah untuk
mengatur aktivitas motorik (gerakan) dengan secara sadar, kemampuan berbicara,
kemampuan berpikir, emosi, kepribadian, keputusan, dan perencanaan.
b) Lobus Parietal (atas)
Lobus ini terletak di belakang lobus frontal di bagian atas otak. Fungsi utama lobus
parienteral adalah sebagai fungsi sensorik pusat atau penerimaan rangsangan seperti
sentuhan, tekanan, nyeri, suhu. Lobus ini juga mengendalikan orientasi spasial atau
pemahaman tentang ukuran, bentuk, dan arah
c) Lobus Temporal (samping)
Lobus ini terletak di bawah lobus pariental, tepatnya di bagian sisi otak besar. Fungsi
utama lobus temporal adalah fungsi pusat pendengaran, ingatan dan fungsi bahasa.
d) Lobus Oksipital (belakang)
Lobus ini terletak di bagian belakang otak besar. Fungsi utama lobus oksipital adalah
fungsi dari pusat visual (penglihatan).
E. Otak Kecil (Cerebelum)

17
Gambar 8
Otak kecil terletak di dalam fosa cranial posterior, dibawah tepatnya di bawah lobus oksipital
bagian posterior dari pons varoli dan medulla oblongata. Cerebellum mempunyai dua hemisfer
yang dihubungkan oleh fermis. Berat cerebellum lebih kurang 150gram (85-90%) dari berat otak
seluruhnya. Otak kecil akan menerima informasi sensorik mengenai posisi dari sendi dan
panjang dari otot, auditorik dan sistem visual. Otak kecil juga memonitor perintah motorik yang
dihasilkan oleh otak besar. Otak kecil mengintegrasi informasi ini dan dikerjakan sebagai
koordinasi dan pemindaian kesalahan selama pelaksaan fungsi motorik dan perseptual. Jika otak
kecil rusak, maka mata akan mengikuti gerak benda tetapi tidak akan berhenti tepat di mana
benda itu berhenti.
Fungsi cerebellum adalah mengembalikan tonus otot di luar kesadaran yang merupakan suatu
mekanisme syaraf yang berpengaruh dalam pengaturan dan pengendalian terhadap:
- Perubahan ketegangan dalam otot untuk mempertahankan keseimbangan dan sikap tubuh
- Terjadinya kontraksi dengan lancer dan teratur pada pergerakan dibawah pengendalian
kemauan dan mempunyai aspek ketrampilan.
Otak kecil memiliki besar seperti bola base, terletak di bawah lobus oksipitalis, dan terletak
dibagian atas batang otak. Otak kecil terbagi atas:
 vestibuloserebelum yang berguna menjaga kesetimbangan dan kontrol pergerakan
mata.
 spinoserebelum yang berguna meningkat tonisitas otot dan kemampuan terkoordinasi
serta gerakan yang disadari.
 sereberoserebelum yang berguna untuk perencanaan, dan menginisiasi gerakan yang
disadari pada area motorik korteks, serta area ini merupakan tempat penyimpanan
memori

18
Setiap pergerakan memerlukan koordinasi dalam kegiatan sejumlah otot. Otot antagonis
harus mengalami relaksasi secara teratur dan otot sinergis berusaha memfiksasi sendi sesuai
dengan kebutuhan yag diperlukan oleh berbagai pergerakan.

2.4 Batang Otak


A. Pengertian Batang Otak (Brainstem)
Batang otak adalah struktur yang menggabungkan antara otak dengan sumsum tulang
belakang. Batang otak ini letaknya ada di bawah cerebrum dan di depan cerebellum. Batang otak
atau yang dikenal pula dengan brainstem ini yang terdiri atas 3 organ, yakni Otak Tengah
(Midbrain/ mesencephalon), pons, dan medulla oblongata. Batang otak fungsinya adalah sebagai
sarana komunikasi antar impuls otak dengan bagian sumsum tulang belakang.

B. Fungsi Batang Otak (Brainstem)


Batang Otak (Brainstem) mempunyai beberapa fungsi, diantaranya adalah sebagai berikut :
 Menyampaikan seluruh informasi dari tubuh menuju ke otak ataupun sebaliknya. Neuron
motorik dan sensorik berjalan melalui batang otak sehingga memungkinan terjadinya
penerusan sebuah sinyal antara otak serta sumsum tulang belakang.
 Batang otak menjadi pusat sistem saraf kranial antara 3 – 12.
 Batang otak memiliki fungsi otonom, termasuk juga sebagai pengendalian sistem
kardiovaskular, sistem rangsangan nyeri, sistem pernapasan, kesadaran dan juga
pengetahuan.

Gambar 9

19
C. Struktur dan Bagian – bagian pada Batang Otak (Brainstem).
1. Otak Tengah (Midbrain / Mesencephalon)
Otak tengah ini merupakan bagian terkecil pada otak yang fungsinya sebagai stasiun relay
informasi guna impuls pendengaran dan juga penglihatan. Otak tengah memiliki peran yang
besar di dalam proses penglihatan (visual) serta proses pendengaran. Mesensefalon terbagi
menjadi bagian dorsal dan ventral. Bagian dorsal dikenal sebagai tektum, yang sebagian besar
terdiri atas kolikulus inferior dan superior. Bagian ventral mesensefalon dikenal sebagai
tegmentum.Terdapat sejumlah struktur penting yang ada di dalam otak tengah yakni :
1. Tegmentum, berperan dalam mengatur kesadaran
2. Superior Colliculus, berfungsi dalam proses penglihatan
3. Inferior Colliculus, berfungsi dalam proses pendengaran
4. Nukleus Merah (Red Nuclei), berperan sebagai fungsi motoric
5. Substansia Nigra, berperan penting sebagai fungsi motorik
2. Pons
Pons terletak di antara otak tengah serta medulla oblongata. Pons berfungsi sebagai pusat 4 saraf
kranial utama, yakni nervus trigeminal, nervus facialis, nervus abdusen, dan nervus
vestibulokoklear.

1. Nervus trigeminal adalah saraf campuran. Saraf ini memiliki komponen yang lebih besar
(porsio mayor) yang terdiri dari serabut sensorik untuk wajah dan komponen yang lebih
kecil (porsio minor) yang terdiri dari serabut motoric untuk otot-otot pengunyah. Nukleus
sensorik nervus trigemini ini terbagi menjadi nukleus sensorik prinsipalis nervi trigemini
(untuk raba dan diskriminasi) dan nukleus spinalis nervi trigemini (untuk nyeri dan suhu).
2. Nervus Abdusen, adalah saraf gabungan yang sebagian besar terdiri dari saraf motorik
berfungsi untuk menggerakkan mata dari sisi ke sisi.
3. Nervus Fasialis adalah saraf yang fungsinya untuk menerima sebuah rangsangan di
bagian lidah, serta berperan untuk menciptakan sebuah ekspresi pada wajah.
4. Nervus Vestibulocochlearis fungsinya untuk menyampaikan informasi pada indera
pendengaran serta mengendalikan keseimbangan tubuh.

20
Gambar 10

3. Medulla Oblongata
Medula oblongata adalah salah satu bagian pada batang otak yang terletak di bawah pons.
Permukaan ventral medula oblongata ditandai dengan oleh adanya :
1. Piramis, yaitu sepasang peninggian memanjang di sebelah kanan dan kiri fisura mediana
ventralis dan disebakan oleh berkas serat-serat traktus kortikospinalis .
2. Oliva yaitu sepasang peninggian berbentuk oval di sebelah lateral piramis dan disebabkan
oleh karena adanya nukleus Olivares caudales di bawah permukaannya.
Medulla oblongata ini mempunyai peran dalam mengontrol fungsi – fungsi otonomik atau
(fungsi yang tidak disadari) misalnya seperti pernapasan, pencernaan, fungsi pembuluh darah,
detak jantung, serta menelan dan bersin. Medulla oblongata ini juga merupakan suatu organ yang
bisa menghantarkan sinyal – sinyal yang datang pada otak sebelum disampaikan menuju ke saraf
– saraf tulang belakang (medulla spinalis).
Peran medulla penting sebagai pusat reflek otonom yang terlibat dalam menjaga homeostasis
tubuh, antara lain:
1. Pusat Kardiovaskular. Termasuk pusat jantung, menyesuaikan kontraksi detak jantung,
dan pusat vasomotor mengubah diameter pembuluh darah untuk mengatur tekanan darah.
2. Pusat Pernafasan. Mengendalikan kecepatan dan ritme pernafasan.
3. Pusat kegiatan lainnya seperti, muntah, cegukan, batuk, dan bersin.

21
2.4 Fisiologi dan Gerak Refleks
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari
yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf
sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan otak berupa
tanggapan, dibawa oleh saraf motorik sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor.
Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapannya terjadi secara otomatis terhadap
rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak.
Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor
penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh sel saraf
penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor
untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks.
Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam
otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum
tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang misalnya
refleks pada lutut.
Adapun pengertian dari refleks adalah suatu bentuk respon segera, baik motorik maupun
sekretorik terhadap impuls dari saraf sensorik aferen. Refleks merupakan suatu jalur saraf
sederhana, dimana stimulus akan disampaikan ke medulla spinalis. Dari medulla spinalis, sinyal
akan disampaikan baik ke otak maupun ke saraf eferen sebagai pemegang kendali otot-otot yang
terpengaruh oleh stimulus. Dengan demikian, tanpa adanya intervensi dari otak, otot dapat
berkontraksi sebagai respon dari stimulus. Tidak adanya intervensi dari otak, membuat refleks
dapat terjadi secara cepat diluar kesadaran.

A. Lengkung Refleks
Alur sistem refleks dimulai dari rangsangan yang diterima suatu reseptor sampai
terjadinya respon yang dilakukan oleh efektor. Suatu sistem alur tersebut dinamakan
dengan lengkung refleks atau reflex arc. Komponen-komponen yang dilalui reflex adalah
sebagai berikut:
1. Reseptor rangsang sensori

22
a. Ujung distal dendrit yang menerima stimulus peka terhadap suatu rangsangan
misalnya kulit.
b. Neuron aferen (sensoris)
Melintas sepanjang neuron sensorik sampai ke medulla spinalis yang dapat
menghantarkan impuls menuju ke susunan saraf pusat.
c. Pusat saraf (pusat sinaps)
Sisi sinaps yang berlangsung dalam substansi abu-abu. Impuls dapat di
transmisi, diulang rutenya, atau dihambat bagian lain. Tempat dimna masuknya
sensoris dan dianalisa kembali ke neuron eferen
d. Neuron eferen (motorik)
Melintas sepanjang akson neuron motorik sampai efektor yang akan merespon
impuls eferen menghantarkan impuls ke perifer sehingga menghasilkan aksi.
e. Alat efektor
Dapat berupa otot rangka, otot jantung, atau otot polos kelenjar yang
merespons, merupakan tempat terjadinya reaksi yang diwakili oleh suatu serat
atau kelenjar.
Potensial Generator
Bila kita lihat kegiatan biolistrik di masing-masing bagian pada suatu lengkung refleks akan
didapati hal-hal berikut:
1. Pada reseptor terdapat potensial generator yang timbul karena pemberian rangsangan,
besar kecilnya potensial ini bergantung pada kuat ringannya rangsangan. Pada reseptor tidak
timbul potensial aksi tapi potensial generator berupa polarisasi.
2. Potensial aksi pertama timbul baru terlihat pada neuron eferen, dihantarkan panjang
neuron eferen dengan kecepatan tergantung pada sifat serat aferen.
3 Pada pusat saraf impuls dari serat aferen akan dihantarkan ke neuron lainnya melalui sinaps
diteruskan keneuron lain, dan akan menjadikan perlambatan pusat (central delay).
4. Impuls yang sampai di pusat efcren akan ditcruakan dalam bentuk potemial aksi. Kegiatan
listrik ini ditcruskan hingga sampai pada hubungan scrat eferen dan efektor.
5. Bila efektor berupa otot, sclanjutnya di eel otot akan timbul potensial aksi yang dapat
menyebabkan kontraksi otot.

23
Nb: Reseptor: adalah suatu struktur khusus yang peka terhadap suatu bentuk energi tertentu
dan dapat mengubah bentuk energi itu menjadi aksi-aksi potensiaj listrik atau impuls-impuls
saraf.
Efektor: percabangan akhir serat-serat eferen (motorik) di dalam otot serat lintang, otot polos,
dan kelenjar (alat efektor).

B. Jenis Refleks
1. Gerak reflex regang
Bila suatu otot rangka dengan persarafan yang utuh direnggangkan, akan timbul
kontraksi. Respons ini disebut refleks regang. Rangsangannya adalah regangan pada otot,
dan responnya berupa kontraksi otot yang direnggangkan. Reseptornya adalah kumparan
otot (muscle spindle). Impuls yang timbul akibat peregangan kumparan otot yang
dihantarkan ke SSP melalui serat - serat sensorik langsung bersinaps dengan neuron
motorik otot yang teregangitu. Neurotransmitter disinaps yang berada di SSP ini adalah
glutamate. Refleks-refleks regang merupakan contoh refleks monosimpatik yang paling
dikenal dan paling banyak diteliti.
Jika suatu otot keseluruhan diregangkan secara pasif, maka serat-serat intrafusal di dalam
gelendong-gelendong otot juga teregang, sehingga terjadi peningkatan pembentukan
potensial aksi di dalam serat saraf aferen yang ujungotot kuadriseps teregang. Kontraksi
yang terjadi pada otot ekstensor ini akibat refleks regang dengan cepat meluruskan lutut,
menahan tungkai tetap terekstensi, sehingga orang yang bersangkutan tetap berdiri tegak.
Contoh klasik refleks tegang adalah refleks tendon patella atau bleeJerk reflex. Otot .otot
ekstenson lutut adalah m. quadriceps femonk, yang membentuk anterior paha dan melekat
ke tibia (tulang kering) tepat di bawah lutut melalui tendon patella. Pengetukan tendon ini,
menggunakan sebuah palu karat akan secara pasif meregangkan otot-otot kuadriscps dan
mengaktifkan reseptor-reseptor gelendongnya.

24
Refleks regang yang tcrjadi menimbulkan kontraksi otot ekstensor ini, sehingga lutut
mengalami ekstensi dan mengangkat tungkai bawah dengan cara yang khas. Refleks
patella yang normal mengindikasikan bahwa sejumlah komponen saraf dan gelendong otot,
masukan aferen, neuron motorik, keluaran eferen neuromuskulus, dan otot itu sendiri dapat
berfungsi normal. Refleks ini juga mengindikasikan adanya keseimbangan antara masukan
eksitorik dan inhibitorik keneuron motorik dari pusat-pusat yang lebih tinggi di otak.

Gambar 11
Terjadinya Refleks adalah sebagai berikut : organ sensori menerima impuls (kulit) serabut
saraf sensori mengantarkan impuls menuju sel dalam yang menuju ganglion radiks posterior,
selanjutnya serabut sel meneruskan impuls menuju substansi kelabu pada kornu posterior
25eflex25 posterior spinalis. Sumsum tulang belakang (serabut saraf penghubung)
menghantarkan impuls menuju kornu anterior 25eflex25 spinalis yang menerima dan
mengalihkan impuls tersebut melalui serabut saraf motoric. Organ motoric yang melaksanakan
gerakan karena dirangsang oleh impuls saraf motoric (gerak reflex)
Refleks dapat dikelompokan dalam berbagai tujuan, Berdasarkan pada letak reseptor
yang menerima rangsangan:
a. Refleks ekstroseptive: timbul karena rangsangan pada reseptor permukaan tubuh.
b. Refleks interoreseptive (viseroreseptive): timbul karena rangsangan pada alat dalam
atau pembuluh darah misalnya dinding kandung kemih dan lambung

25
c. Refleks proreseptive: timbul karena rangsangan pada reseptor otot rangka, tendo, dan
sendi untuk keseimbangan sikap.
1. Berdasarkan pada bagian saraf pusat yang terlibat:
a. Refleks spinal: melibatkan neuron di 26eflex26 spinalis.
b. Refleks bulbar: melibatkan neuron di 26eflex26 oblongata.
c. Refleks kortikal : Melibatkan neuron korteks serebri. Sering terjadi 26eflex yang
melibatkan berbagaj bagian pada saraf pusat dengan demikian pembagian di atas
tidak dapat digunakan
3. Berdasarkan pada jenis atau ciri jawaban:
a. Refleks 26eflex26: efektornya berupa otot dengan jawaban berupa relaksasi/ kontraksi
otot.
b. Refleks sekretorik: efektornya berupa kelenjar dengan jawaban berupa
peningkatan/penurunan sekresi kelenjar.
c. Refleks vasomotor: efektornya berupa pembuluh darah dengan jawaban berupa
vasodilatasi/ vasokonstriksi.
4, Dilihat dari timbulnya 26eflex.
Refleks telah timbul sejak lahir, ada juga dapat diperlihatkan setelah memenuhi
persyaratan yang diperlukan dan 26eflex yang terakhir didapat selama makhluk
berkembang, berupa pengalaman hidup, berdasarkan ha] tersebut di atas 26eflex dibagi
menjadi dua.
a. Refleks tak bersarat: 26eflex yang dibawa sejak lahir bersifat mantap, tidak pemah
berubah dan dapat ditimbulkan bila ada rangsangan yang cocok misalnya rhenghisap jari
pada bayi.
b. Refleks bersafat: didapat selama pertumbuhan berdasarkan pengalaman hidup,
memerlukan proses. Bersifat individual. Seseorang belum tentu memiliki yang orang lain
miliki, tidak mantap, dapat diperkuat dan bisa hilang, dapat timbul oleh berbagaj jenis
rangsangan pada beberapa jenis reseptor asal disusul oleh rangsangan bersarat.
5. Berdasarkan jumlah neuron yang terlibat.
a. Reflelks monosinaps: melalui satu sinaps dan dua neuron (satu neuron aferen dan satu
neuron eferen) yang langsung berhubungan pada saraf pusat, contohnya 26eflex regang.

26
b. Refleks polisinaps: melalui beberépa sinaps, terdapat beberapa interneuron yang
menghubungkan neuron aferen dengan neuron eferen semua 27eflex Iebih dan‘ satu
sinaps kecuali 27eflex regang (muscle stretch reflex).

Hantaran orthodromik (hantaran carat scarab). Penghantaran kcgiatan mulai dan


reseptor hingga efektor yang melalui aferen, earaf pusat, dan efercn. Hantaran impuls dapat pula
berlangsung dari reseptor ke efektor tanpa melalui saraf pusat, karena saraf aferen mempunyai
cabang langsung bcrhubungan dengan organ lain yang dapat dipengaruhi.

Gambar 12
Hantaran antldromik (hantaran saraf berlawanan). Penghantaran impuls yang membalik
tidal: melalui saraf pusat, rcfleks ini disebut rckleka akaon karena hanya melalui akson saja.
Waktu refleks. Penghantaran kegiatan sejak pcmberian rangsangan pada rescptor sampaj
timbul jawaban di efektor, atau masa pemberian rangsang hingga timbul jawaban. Waktu refleks
ini ditentukan oleh perlambatan pusat yang dialami terutama bila melalui sinaps. Gangguan pada
masing-masing bagian lengkung 1'ei'leks dapat memengaruhi waktu refleks.
Kekuatan refleks. Ditentukan oleh kekuatan rangeang aerta lama pembcrian rangsang. Bila
diberikan dcngan kekuatan yang lcbih besar, make. lebih banyak reseptor yang terlihat. Bile.
lebih banyak serat aferen yang meneruskan ke saraf pusat, maka akan lebih banyak serat eferen
yang terlihat meneruskan kegiatan ke efektor akan mengakibatkan peningkatan jawaban efektor.

27
Lama refleks. Sering terjadi jawaban refleks yang terus berlangsung mesklpun rangsangan
sudah lama dihentikan, hal ini disebut lama refleks atau akSi ikutan refleks, Hal ini karena
adanya susunan hubungan neuron bempa rantai tertutup atau rantai terbUkaImpuls yang
berputar-putar antar neuron tersebut, meskipun rangsangan sudah dihentikan serat aferen terus
mendapat rangsangan dari mterneuron menyebabkan jawaban refleks akan tetap terjadi.
2.5 Herniated Nukleus Pulposus
Hernia adalah protrusi atau penonjolan dari sebuah organ atau jaringan melalui
lubang yang abnormal. Nukleus pulposus adalah massa setengah cair yang terbuat dari serat
elastis putih yang membentuk bagian tengah dari diskus intervertebralis. Hernia Nukleus
Pulposus (HNP) merupakan suatu gangguan yang melibatkan ruptur annulus fibrosus
sehingga nukleus pulposis menonjol (bulging) dan menekan kearah kanalis spinalis.
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit, dimana bantalan lunak diantara
ruas-ruas tulang belakang (soft gel disc atau Nukleus Pulposus) mengalami tekanan dan
pecah, sehingga terjadi penyempitan dan terjepitnya urat-urat saraf yang melalui tulang
belakang. Saraf terjepit lainnya di sebabkan oleh keluarnya nukleus pulposus dari diskus
melalui robekan annulus fibrosus keluar menekan medullas spinalis atau mengarah ke
dorsolateral menekan saraf spinalis sehingga menimbulkan rasa nyeri yang hebat.

Gambar 13

28
1.1. Anatomi dan Fisiologi

Kolumna vertebralis tersusun atas seperangkat sendi antara korpus vertebra yang
berdekatan. Ligamentum longitudinal dan diskus intervertebralis menghubungkan
vertebra yang berdekatan. Ligamentum longitudinal anterior, suatu pita tebal dan lebar,
berjalan memanjang pada bagian depan korpus vertebra dan diskus intervertebralis.

(Penampang korpus vertebra)

Gambar 14
Ligamentum longitudinalis anterior berfungsi untuk menahan gaya ekstensi,
sedangkan dalam kanalis vertebralis pada bagian posterior korpus vertebra dan diskus
intervertebralis terletak ligamentum longitudinal posterior, ligamentum longitudinalis

29
posterior berperan dalam menahan gaya fleksi. Ligamentum anterior lebih kuat dari pada
posterior, sehingga prolaps diskus lebih sering kearah posterior. Pada bagian posterior
terdapat struktur saraf yang sangat sensitif terhadap penekanan yaitu radiks saraf spinalis,
ganglion radiks dorsalis.

Gambar 15
Diantara korpus vertebra mulai dari vertebra servikalis kedua sampai vertebra
sakralis terdapat diskus intervertebralis. Diskus ini membentuk sendi fibrokartilago yang
lentur antara korpus vertebra. Diskus Intervertebralis terdiri dari dua bagian pokok;
nukleus pulposus ditengah dan anulus fibrosus di sekelilingnya. Diskus dipisahkan dari
tulang yang di atas dan dibawahnya oleh dua lempengan tulang rawan yang tipis.
Nukleus pulposus adalah bagian tengah diskus yang bersifat semigelatin, nukleus
ini mengandung berkas-berkas serat kolagen, sel-sel jaringan penyambung dan sel-sel
tulang rawan. Zat ini berfungsi sebagai peredam benturan antara korpus vertebra yang
berdekatan. Selain itu. juga memainkan peranan penting dalam pertukaran cairan antara
diskus dan pembuluh-pembuluh darah kapiler.
Anulus fibrosus terdiri atas cincin-cincin fibrosa konsentris yang mengelilingi
nukleus pulposus. Anulus fibrosus berfungsi untuk memungkinkan gerakan antara
korpus vertebra untuk menopang nukleus pulposus; dan meredam benturan.

30
1.3 Herniasi Nucleus Pulposus dan Macam-Macamnya
Herniasi atau protrusi nucleus pulposus merupakan dikeanl dengan penyebab
nyeri punggung bawah dan nyeri ekstrimitas bawah (Gamabar A dan D).Diskus IV pada
saat masih muda bersifat kuat-sangat kuat sehingga vertebrate sering fraktur selama tejatuh
sebelum rupture diskus terjadi. Kandungan air nuclei pulposinya tinggi (mendekati 90%),
memberikannya turgor yang baik. Namun, hiperfleksi paksa pada columna vertebralis
menimbulkan kompresi di anterior dan peregangan atau regangan di posterior, mendorong
nucleus pulposus lebih lanjut kea rah bagian yang lebih tipis pada anulus fibrosus. Jika
annulus fibrosus berdegradasi, nucleus pulposus dapat mengalami herniasi ke dalam
calanis vertebralis dan menekan medulla spinalis (Gambar C dan D) atau radix nervi pada
cauda equina (Gambar A dan D). Discus IV yang mengalami herniasi disebut sebagai
“discus terglincir” secara tidak tepat oleh beberapa orang. Penulis olahraga sering
menyebut cedera sebagai “discus yang ruptur” (Moore et al, 2013).
Herniasi nucleus pulposus biasanya memanjang ke posterior, tempat anulus
fibrosus relative tipis dan tidak ditopang dengan baik dari ligamentum longitudinalis
posterior atau anterior. Herniasai discus IV posterolateral lebih mungkin simtomatik karena
dekat dengan radix nervi spinalis. Nyeri punggung lokalisata pada discus yang mengalami
herniasi yang akut disebabkan oleh tekanan pada ligamentum logitudinalis dan periferi
anulus fibrosus dan karena imflamasi lokal yang disebabkan karena iritasi kimiawi dari
substansi akibat rupture nucleus pulposus. Nyeri kronis yang disebabkan oleh kompresi
radix nervi spinales oleh discus yang mengalami herniasi dialihkan ke area yang
dipersyarafi. Karean discus IV paling besar di regio lumbal terjadi setinggi L4-L5 atau L5-
S1. Pengurangan nyata ruang intervertebral secara radiografis yang terjadi akibat HNP
dapat menyebabkan penyemoitan foramina IV. Karena nucleus pulposus mengalami
dehidrasi menjadi fibrosa seiring bertambahnya usia, diagnosis herniasi akut pada seorang
pasien tua harus dilakuka. Kemungkinan karena radix nervus mengalami penekanan.

31
Gambar 16

Gambar 17

32
Gambar 18

Gambar 19

33
Lumbago, atau nyeri akut pada punggung bawah dan tengah, dapat disebabkan
oleh protrusi posterolateral ringan discus IV lumbal setinggi L5-S1 yang menyerang ujung
nosiseptif (nyeri) di regio tersebut, seperti yang dihubungkan dengan ligamentum
longitudinalis posterior. Sering teradi nyeri dengan onset akut pada punggung bawah.
Karena spasma otot disertai nyeri punggung bawah, ragio lumbal columna vertebralis
menjadi tegang dan semakin mengalami kram karena terjadi iskemia relative,
menyebabkan rasa nyeri jika bergerak. Dengan pengobatan, nyeri punggung pada lumbago
biasanya mulai menghilang setelah beberapa hari, namun secara bertahap dapat berganti
menjadi iskialgia.
Iskialgia, nyeri pada punggung bawah dan panggul menjalar ke belakang paha,
ke dalam tungkai yang disebabkan oleh herniasi discus IV lumbal yang menekan dan
mengganggu komponen L5 atau S1 nervus ischiadicus. Ukuran foramina IV di regio
lumbal berkurang dan ukuran nervus lumbalis bertambah, yang dapat menyebabkan
iskialgia sering terjadi. Tulang baru (osteofit) yang berdeposisi di sekitar articulatio
zygapophysialis atau pinggir posterolateral selama penuaan dapat menyempitkan foramina
lebih sering, yang menyebabkan nyeri menyentak di turun ke esktrimitas bawah. Setiap
Gerakan yang meregangkan nervus ischiadicus, seperti merefleksikan paha dan lutut, dapat
menimbulkan nyeri yang disebabkan oleh herniasi discus.
Diskus IV juga dapat rusak oleh rotasi keras. Umumnya bahwa jika terjadi
tonjolan, diskus IV biasanya menekan akar syaraf yang bernomor satu di bawah discus,
misalnya nervu L5 tertekan oleh herniasi discus IV L4-L5 dan nervus S1. Pada regio
torakal dan lumbal discus IV membentuk separuh inferior batas anterior foramen IV dan
bahwa separuh superior terbentuk oleh tulang corpus vertebrae superior (Gambar E). Radix
nervi spinalis turun ke foramen IV, dan dari sini nervus spinalis yang terbentuk melalui
penggabungannya akan keluar. Saraf yang keluar foramen IV tertentu berjalan melalui
separuh tulang superior foramen sehingga terletak di atas dan tidak terpengaruhi oleh
discus yang mengalami herniasi pada level tersebut.

34
Gambar 20
Hiperfleksi regio servikal kronis dapat terjadi ketika tabrakan pada kepala atau misalnya
selama blocking kepala yang ilegal pada permainan American football, dapat menimbulkan
rupture discus IV di posterior tanpa menyebabkan fraktur corpus vertebrae (Gambar F). Di regio
tersebut, diskus IV terletak di sentral pada batas anterior foramen IV dan diskus yang megalami
herniasi menekan saraf hingga keluar. Nervi spinales cervicales yang keluar di superior vertebra
dengan nomor yang sama (misal discus diantara C5 -C6). Protusi diskus yang IV menyebabkan
nyeri di leher, bahu, lengan dan tangan. Setiap olahraga yang gerakannya menyebabkan tekanan
terpuntir atau ke bawah pada leher atau punggung bawah dapat menyebabkan tekanan terpuntir
atau ke bawah pada leher atau punggung bahwah dapat menimbulkan herniasi nucleus pulposus.
Olahraga yang paling sering terlibat adalah bowling, tenis, jogging, American football, hoki,
angkat berat dan senam.

35
Gambar 21

36
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Susunan saraf pusat merupakan sentral pengontrol tubuh yang menerima, meng-
interpretasi, dan menintegrasi semua stimulus, menyampaikan impuls saraf ke otot dan
kelenjar, serta menciptakan aksi selanjutnya. Susunan Saraf dilindungi oleh tulang dan
selaput pembungkus. Otak dilindungi oleh scalp (Skin,connective tissue, Aponeurosis,
Loose areolar tissue, Pericranium) cranium, dan meningens. Medulla spinalis dilindungi
oleh kolumna vertebralis dan meningens. Otak merupakan pusat dari semua kegiatan
tubuh, otak dibagi menjadi beberapa bagian, yakni :
a) Otak depan ( Fore brain) yang terdiri dari Diensefalon (Hipotalamus, Talamus,
Epitalamus dan Metatalamus) dan Serebrum /Otak besar (Basal Nuclei dan Korteks
Serebral)
b) Serebelum (Otak Kecil)
c) Batang otak /Brain stem ( Pons Varoli, Medula oblongata, Otak tengah)
2. Saraf tepi merupakan percabangan dari saraf pusat yang menyebar di seluruh bagian
tubuh. Sistem saraf tepi pada dasarnya adalah lanjutan dari neuron yang bertugas
membawa impuls saraf menuju ke dan dari sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi terdiri dari
pasangan-pasangan saraf kranial dan saraf spinal yang menghubungkannya dengan tiap
reseptor dan efektor tubuh.
3. Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari
reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf,
diterima oleh sel saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim
tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan
pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila
saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau
mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum tulang belakang bila set saraf
penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut.
4. Hernia adalah protrusi atau penonjolan dari sebuah organ atau jaringan melalui lubang
yang abnormal. Nukleus pulposus adalah massa setengah cair yang terbuat dari serat elastis

37
putih yang membentuk bagian tengah dari diskus intervertebralis. Hernia Nukleus Pulposus
(HNP) merupakan suatu gangguan yang melibatkan ruptur annulus fibrosus sehingga nukleus
pulposis menonjol (bulging) dan menekan kearah kanalis spinalis. Hernia Nucleus Pulposus
(HNP) adalah suatu penyakit, dimana bantalan lunak diantara ruas-ruas tulang belakang (soft
gel disc atau Nukleus Pulposus) mengalami tekanan dan pecah, sehingga terjadi penyempitan
dan terjepitnya urat-urat saraf yang melalui tulang belakang. Saraf terjepit lainnya di
sebabkan oleh keluarnya nukleus pulposus dari diskus melalui robekan annulus fibrosus
keluar menekan medullas spinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan saraf spinalis
sehingga menimbulkan rasa nyeri yang hebat

38
DAFTAR PUSTAKA

Aryulina, Diah dkk. 2006. Biologi. Jakarta: Erlangga.


Campbell NA, Reece JB, Urry LA, Cain ML, Wasserman SA, Minorsky PV,et. al.
2011. Biology. Ed ke-9. Jakarta. Penerbit Erlangga
Furqonita, Deswaty. 2007. Biologi. Yogyakarta: Yudhistira.
Irianto, Kus. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis. Bandung: Yrama
Widya.
Robinson R. 2002. Reflex Tests. diambil dari: http://www.healthline.com/galecontent/reflex-
tests-1.
Smith, Joan Liebmann. 2007. Sinyal-Sinyal Bahaya Tubuh Anda. Amerika.
Satyanegara et al., 2010. Ilmu Bedah Saraf.Jakarta : PT Gramedia Utama.
Sasmita, 2019. Neuroanatomi Susunan Saraf Pusat dan Saraf Kranial. Jakarta : Penerbit
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.
Soewolo et al., 2005. Fisiologi Manusia.Malang : UM Press
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sherwood L. 2012. Fundamentals of Human Physiology. Belmont: Brooks/Cole.
Sherwood,Lauralee. 2001. Fisiologi manusia :dari sel ke sistem. Jakarta : EGC
Syaifuddin. 2009. Fisiologi Tubuh manusia untuk Mahasiswa Keperawatan, edisi 2. Jakarta :
Salemba Medika.
Wade, Carole dan Carol Tavris. Psikologi Jilid 9. Jakarta: Erlangga.
Wijaya, Agung dkk. 2008. IPA Terpadu. Jakarta: Grasindo

39
40

Anda mungkin juga menyukai