Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tubuh manusia tersusun dari beberapa sistem, yaitu sistem tubuh yang
lunak dan sistem tubuh yang keras. Sistem tubuh lunak meliputi sistem otot,
epitel, dan saraf. Sedangkan sistem keras meliputi sistem integumen dan
sistem rangka. Manusia tidak dapat berdiri dengan tegak apabila tidak
memiliki sistem tubuh yang keras, yaitu tulang. Mulai bagian kepala hingga
ke bagian jari-jemari manusia terdapat tulang yang menopan tubuh
(Syaifuddin, 2009).

Jumlah tulang yang terdapat dalam tubuh waktu kecil atau bayi berbeda
dengan jumlah tulang pada waktu telah dewasa. Pada waktu kecil terdapat
banyak tulang rawan dibandingkan pada waktu dewasa, karena kebanyakan
tulang pada waktu bayi bergabung pada saat dewasa. (Syaifuddin, 2009)
Kartilago dan tulang termasuk jaringan penyambung khusus. Kartilago
rnemiliki ciri matriks yang kuat dan mampu menahan tekanan mekanik.
Matriks tulang adalah salah satu jaringan terkeras pada tubuh, dan juga
mampu menahan tekanan yang diberikan kepadanya. Kedua jenis jaringan
penyambung ini memiliki sel khusus yang mampu mensekresikan matriks
yang selanjutnya akan mengurung sel-sel tersebut. Meskipun kartilago dan
tulang memiliki fungsi yang berbeda, beberapa fungsi mereka sama dan saling
berhubungan. Keduanya terlibat dalam menyokong tubuh karena berperan
pada sistem rangka. Kebanyakan tulang panjang pada tubuh di masa embrio
terbentuk sebagai kaltilago, yang kemudian akan digantikan oleh tulang;
proses ini disebut sebagai penulangan endokondral. Sebagian besar tulang
pipih terbentuk di dalam selubung membran yang sebelumnya sudah ada
sebagai suatu cetakan; karenanya metode esteoganesis ini disebut juga
penulangan intramembran (gatner:2013)

1 |”HISTOLOGI NEUROMUSKULOSKELETAL”
Selain itu bagain tubuh yang menggerkan tulang di sebut alat gerak aktif
yaitu otot.secara mikroskopi dapat dilihat bahawa jaringan otot sangat
kompleks .Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan
kerja mekanik dengan jalan kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya. Sel
otot memiliki struktur filamen dalam sitoplasma, bentuk selnya memanjang
agar dapat melangsungkan perubahan sel menjadi pendek. Di balik
mekanisme otot yang secara eksplisit hanya merupakan gerak mekanik itu,
terjadilah beberapa proses kimiawi dasar yang berseri demi kelangsungan
kontraksi otot.(gatner:2013)

2 |”HISTOLOGI NEUROMUSKULOSKELETAL”
1.2 TUJUAN
 Mahasiswa dapat mngetahui letak jaringan neuromuskuloskeletal pada
organ tubuh manusia
 Mahasiswa dapat mengetehui ciri jaringan neuromuskuloskeletal
 Mahasiswa dapat mengetahui bagian-bagian neuromuskuloskeletal

1.3 MANFAAT
 Agar dapat mengetahui berbagai jenis dan ciri-ciri sistem otot dan tulang
jaringan otot diantaranya otot polos,otot rangka dan otot jantung setra
jaringan tulang yaitu kartilago hialin,kartilago elastin ,kartilago embrional
secara mikroskopik
 Agar dapat mengetahui fungsi dari berbagai jenis dari jaringan otot
diantaranya otot polos,otot rangka dan otot jantung setra jaringan tulang
yaitu kartilago hialin,kartilago elastin ,kartilago embrional secara
mikroskopik

3 |”HISTOLOGI NEUROMUSKULOSKELETAL”
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sistem saraf tersusun menjadi sistem saraf pusat (SSP) yang terdiri dari otak
dan korda spinalis, dan sistem saraf tepi (SST) yang terdiri dari serat-serat saraf
yang membawa informasi antara SSP dan bagian tubuh lain (perifer). SST dibagi
lagi menjadi divisi aferen dan eferen. Divisi aferen membawa informasi ke SSP,
memberi tahu tentang lingkungan eksternal dan aktivitas internal yang sedang
diatur oleh susunan saraf (a berasal dari ad, yang berarti "menuju", seperti dalam
advance; feren berarti "membawa"; karena itu, aferen artinya "membawa ke").
Instruksi dari SSP disalurkan melalui divisi eferen ke organ efektor—otot atau
kelenjar yang melaksanakan perintah agar dihasilkan efek yang sesuai (e berasal
dari eks, yang berarti "dari", seperti dalam exit; karena itu, eferen berarti
"membawa dari"). Sistem saraf eferen dibagi menjadi sistem saraf somatik, yang
terdiri dari serat-serat neuron motorik yang menyarafi otot rangka; dan sistem
saraf autonom, yang terdiri dari serat-serat yang menyarafi otot polos, otot
jantung, dan kelenjar. Sistem yang terakhir ini dibagi lagi menjadi sistem saraf
simpatis dan sistem saraf parasimpatis, keduanya menyarafi sebagian besar organ
yang disarafi oleh sistem saraf autonom. Selain SSP dan SST, sistem saraf enterik
merupakan anyaman saraf luas di dinding saluran cerna. Aktivtas digestif
dikontrol oleh sistem saraf autonom, sistem saraf enterik, dan hormon. Sistem
saraf enterik dapat bekerja independen tanpa sistem saraf lainnya tetapi juga
dipengaruhi oleh serat autonom yang berakhir di neuron enterik. Sistem saraf
enterik kadang-kadang dianggap sebagai komponen ketiga sistem saraf autonom,
sistem yang hanya menyarafi organ digestif.
Karena jaringan saraf sangat halus, tulang, jaringan ikat, dan cairan
serebrospinalis mengelilingi dan melindungi otak dan medula spinalis. Jauh di
dalam tulang tengkorak (cranium) dan foramen vertebrale terdapat meninges,
suatu jaringan ikat yang terdiri dari tiga lapisan: dura mater, araknoid mater, dan
pia mater. Lapisan meningeal paling luar adalah dura mater, suatu lapisan serat
jaringan ikat padat yang kuat dan tebal.Jauh di dalam dura mater terdapat jaringan
4 |”HISTOLOGI NEUROMUSKULOSKELETAL”
ikat yang lebih halus, araknoidmater (arachnoidea mater). Dura mater dan
araknoid mater mengelilingi otak dan medula spinalis di bagian permukaan
luarnya. Lapisan meningeal paling dalam adalah jaringan ikat halus pia mater.
Lapisan ini mengandung banyak pembuluh darah (vas sanguineum) dan melekat
langsung pada permukaan otak dan medula spinalis. Di antara araknoid mater dan
pia mater terdapat spatium subarachnoideum. Araknoid mater melekat pada pia
mater melalui anyaman seperti jaring (weblike) dari serat kolagen dan elastin yang
halus, Di spatium subarachnoideum beredar cairan serebrospinalis (CSS) yang
membasahi dan melindungi otak dan medula spinalis.
Selain lapisan pelindung otak yang memiliki banyak system saraf juga
terdapat cairan serebrospinalis. Cairan serebrospinalis (CSS) adalah cairan jernih
tidakberwarna yang menjadi bantalan bagi otak dan medula spinalis, dan
menyebabkan kedua organ ini mengapung sebagai alat proteksi terhadap cedera
fisik. CSS terus menerus diproduksi oleh pleksus koroideus (plexus choroideus) di
ventrikel lateral, ketiga, dan keempat, atau rongga otak. Pleksus koroideus adalah
perluasan kapiler-kapiler kecil berpori dan melebar yang menembus bagian dalam
ventrikel otak. CSS beredar melalui ventrikel dan di permukaan luar otak dan
medula spinalis dalam ruang subaraknoid (spatium subarachnoideum). CSS juga
mengisi kanalis sentralis medula spinalis. CSS penting untuk homeostasis dan
metabolisme otak. Cairan ini mengangkut nutrien untuk memberi makan sel otak,
membersihkan metabolit yang masuk ke CSS dari sel otak, dan membentuk
lingkungan kimiawi optimal bagi fungsi saraf dan hantaran impuls. Setelah
beredar, CSS direabsorpsi dari ruang araknoid melalui vilus araknoid (villus
arachnoideus) ke dalam darah vena, terutama di sinus sagittalis superior yang
mengalirkan darah dari otak. Vilus araknoid adalah tonjolan-tonjolan halus
araknoid berdinding-tipis yang menjorok ke dalam sinus venosus di antara lapisan
periosteal (pars periostea) dan lapisan meningeal (pars meningea) dura mater.
Tiga kelompok utama neuron dalam sistem saraf adalah multipolar, bipolar,
dan unipolar Klasifikasi anatomiknya berdasarkan pada jumlah dendrit dan akson
yang keluar dari badan sel. Neuron multipolar (neuron multipolare). Ini adalah
jenis yang paling banyak terdapat di dalam SSP dan mencakup semua neuron
5 |”HISTOLOGI NEUROMUSKULOSKELETAL”
motorik (motoneuron) dan interneuron otak, serebelum, dan medula spinalis.
Banyak dendrit bercabang terjulur dari badan sel neuron multipolar. Di sisi lain
yang berlawanan dari neuron terdapat satu cabang, yaitu akson. Neuron bipolar
(neuron bipolare). Sel ini lebih sedikit dan merupakan neuron sensorik (neuron
sensorium) murni. Pada neuron bipolar, terdapat satu dendrit dan satu akson yang
keluar dari badan sel. Neuron bipolar ditemukan di retina mata, organ
pendengaran dan keseimbangan di telinga dalam, dan epitel olfaktorius di bagian
atas hidung (dua yang terakhir ditemukan di SST). Neuron unipolar (neuron
unipolare). Sebagian besar neuron pada dewasa memperlihatkan hanya satu
tonjolan keluar dari badan sel yang pada awalnya adalah neuron bipolar selama
masa perkembangan mudigah. Kedua tonjolan neuron kemudian menyatu dan
membentuk satu tonjolan. Neuron unipolar (dahulu disebut neuron
pseudounipolar) juga bersifat sensorik. Neuron unipolar terdapat di banyak
ganglion sensorik sarafkranialis dan spinalis.
Otot adalah spesialis kontraksi pada tubuh. Otot rangka melekat pada tulang.
Kontraksi otot rangka menggerakkan tulang yang dilekatinya, memungkinkan
tubuh melaksanakan berbagai aktivitas motorik. Otot rangka yang menunjang
homeostasis mencakup otot-otot yang penting dalam mendapatkan, mengunyah,
dan menelan makanan dan otot-otot yang esensial bagi pernafasan. Kontraksi otot
penghasil panas juga penting dalam regulasi suhu. Otot rangka juga digunakan
untuk memindahkan tubuh menjauhi bahaya. Kontraksi otot rangka juga penting
bagi berbagai aktivitas non-homeostatik, seperti menari atau mengoprasikan
komputer. Otot polos ditemukan di dinding organ dan saluran berongga.
Kontraksi otot polos yang terkontrol mengatur perpindahan darah memalui
pembuluh darah, makanan melalui saluran cerna, udara melalui saluran
pernafasan, dan urine ke luar tubuh. Otot jantung hanya terdapat di dinding
jantung, yang kontraksinya memompa darah yang penting dalam
mempertahankan kehidupan ke seluruh tubuh.
Otot membentuk kelompok jaringan terbesar ditubuh, menghasilkan sekitar
separuh berat tubuh. Otot rangka saja membentuk sekitar 40% berat tubuh pada
pria dan 32% pada wanita, dengan otot polos dan otot jantung membentuk 10%
6 |”HISTOLOGI NEUROMUSKULOSKELETAL”
berat lainnya. Meskipun ketiga jenis otot secara struktural dan fungsional berbeda,
mereka dapat diklasifikasikan dalam dua cara berlainan berdasarkan karakteristik
umumnya Pertama, otot dikategorikan sebagai lurik (otot rangka dan otot
jantung) atau polos (otot polos), bergantung pada ada-tidaknya pita terang gelap
bergantian, atau striatians (garis-garis), jika otot dilihat di bawah mikroskop
cahaya. Kedua, otot dapat dikelompokkan sebagai volunter (otot rangka) atau
involunter (otot jantung dan otot polos), masing-masing bergantung pada apakah
mereka disarafi oleh sistem saraf somatik dan berada di bawah kontrol kesadaran,
atau disarafi oleh sistem saraf autonom dan tidak berada di bawah kontrol
kesadaran. Meskipun otot rangka digolongkan sebagai volunter, karena dapat
dikontrol oleh kesadaran, banyak aktivitas otot rangka juga berada di bawah
kontrol involunter bawah-sadar, misalnya yang berkaitan dengan postur,
keseimbangan, dan gerakan stereotipe seperti berjalan.
.Tulang adalah organ keras dari semua jaringan dalam tubuh yang bersifat
kuat dan kaku serta sulit dibengkokkan. Ada lebih dari 200 tulang membentuk
kerangka penopang bagian tubuh yang disebut rangka. Pada umumnya terdapat
206 tulang didalam rangka. Pada masa remaja tulang tumbuh dengan cepat,
sehingga remaja butuh kalsium sangat banyak. Ketika seseorang mencapai puncak
pertumbuhan, kebutuhan kalsium tubuh menjadi stabil. Kalsium pada masa
remaja relatif tinggi karena akselerasi muscular, skeletal/kerangka dan
perkembangan endokrin lebih besar dibandingkan masa anak dan dewasa.

7 |”HISTOLOGI NEUROMUSKULOSKELETAL”
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 IDENTITAS PENELITIAN


Hari/Tanggal : Jum’at, 22 Februari 2019 dan Rabu, 6 Maret 2019
Waktu/Sesi : 15.10 – 16.50 dan 14.40 – 16.20 / 2
Tempat : Laboratorium Terpadu 1 Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Al-Azhar Mataram

3.2 ALAT DAN BAHAN


 Mikroskop Binokuler
 Preparat Cerebrum
 Preparat Cerebelum
 Preparat Spinal Cord
 Preparat Plexus Choiroideus
 Preparat Medula Spinalis
 Preparat Otot Jantung
 Preparat Otot Rangka
 Preparat Otot Polos
 Preparat Tulang Kompak
 Preparat Cartilago Elastika dan Fibrosa
 Preparat Cartilago Hialin

3.3 CARA KERJA


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengamati preparat yang telah di sediakan satu-persatu dibawah
mikroskop.
3. Menggambar hasil pengamatan dan memperhatikan perbesaran yang
telah digunakan, mewarnai dan memberi keterangan.
4. Membersihkan meja praktikum sebelum meninggalkan laboratorium.

8 |”HISTOLOGI NEUROMUSKULOSKELETAL”
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENGAMATAN


1. Cerebrum

2. Cerebellum

9 |”HISTOLOGI NEUROMUSKULOSKELETAL”
3. Spinal Cord

4. Plexus choiroideus

10 |”HISTOLOGI NEUROMUSKULOSKELETAL”
5. Medula Spinalis

6. Otot Jantung

11 |”HISTOLOGI NEUROMUSKULOSKELETAL”
7. Otot Rangka

8. Otot Polos

12 |”HISTOLOGI NEUROMUSKULOSKELETAL”
9. Tulang Compactan

10. Cartilago Elastika Dan Fibrosa

13 |”HISTOLOGI NEUROMUSKULOSKELETAL”
11. Cartilago Hialin

4.2 PEMBAHASAN
1. Cerebrum
Serebrum, bagian terbesar otak manusia, dibagi menjadi dua
bagian, hemisfer serebrum kiri dan kanan. Keduanya saling berhubungan
melalui korpus kalosum, suatu pita tebal yang diperkirakan terdiri dari
300 juta akson neuron yang menghubungkan kedua hemisfer. Korpus
kalosum adalah "infor-mation superhighway" tubuh. Kedua hemisfer
berkomunikasi dan saling bekerja sama melalui pertukaran informasi
konstan melalui koneksi saraf.
Tiap-tiap hemisfer terdiri dari satu lapisan tipis substansia grisea di
sebelah luar, korteks serebrum, yang menutupi bagian tengah substansia
alba yang tebal. Sebagian massa substansia grisea lainnya yang secara
kolektif membentuk nukleus basal terletak jauh di dalam substansia alba.
Di seluruh SSP, substansia grisea terutama terdiri dari badan sel neuron
dan dendritnya yang tersusun padat serta sebagian besar sel glia. Berkas
atau traktus serat sarafbermielin (akson) membentuk substansia alba;
warna putihnya disebabkan oleh komposisi lemak mielin. Substansia
grisea dan substansia alba masing-masing membentuk sekitar separuh

14 |”HISTOLOGI NEUROMUSKULOSKELETAL”
otak. Substansia grisea dapat dipandang sebagai "komputer-komputer"
SSP dan sub stansia alba sebagai "kabel" yang menghubungkan
komputer-komputer tersebut. Substansia alba secara keseluruhan
mengandung sekitar seperempat juta mil kabel.
Berdasarkan variasi distribusi beberapa jenis sel tertentu, korteks
serebrum tersusun menjadi enam lapisan yang berbatas tegas. Lapisan-
lapisan ini tersusun menjadi kolom-kolom vertikal fungsional yang
meluas tegak lurus sekitar 2 mm dari permukaan korteks ke bawah
menembus ketebalan korteks ke substansia alba di bawahnya. Neuron-
neuron di dalam kolom tertentu berfungsi sebagai satu "tim", dengan
masing-masing sel terlibat dalam berbagai aspek aktivitas spesifikyang
sama-misalnya, pemrosesan persepsi rangsangan yang sama dari lokasi
yang sama.
Perbedaan fungsional antara berbagai area korteks ditimbulkan
oleh perbedaan pola pembentukan lapisan di dalam kolom dan oleh
perbedaan koneksi masukan-keluaran, bukan oleh keberadaan jenis sel
tertentu atau perbedaan mekanisme saraf. Sebagai contoh, bagian-bagian
korteks yang bertangngung jawab atas persepsi sensorik memiliki lapisan
4 yang meluas, suatu lapisan yang banyak mengandung sel stelata, yang
merupakan neuron yang berperan dalam pemrosesan awal masukan
sensorik ke korteks. Sebaliknya, daerah korteks yang mengontrol
keluaran ke otot rangka memiliki lapisan 5 yang tebal, yang mengandung
banyak neuron berukuran besar yang disebut sel piramidal. Sel ini
mengirim serat-serat ke korda spinalis dari korteks untuk berakhir di
neuron motorik eferen yang menyarafi otot rangka.

2. Cerebellum
Cerebellum terdiri dari korteks atau substansia grisea di bagian luar
dan substansia alba di bagian dalam. Di korteks serebeli dapat dikenali
tiga lapisan secara jelas: stratum moleculare di sebelah luar dengan badan
sel sarafyang relatif lebih sedikit dan kecil serta banyak serat yang
15 |”HISTOLOGI NEUROMUSKULOSKELETAL”
berjalan sejajar dengan panjang folium; stratum Purkiniense dan tengah
atau sentral; dan stratum granulosum di sebelah dalam dengan banyak
neuron kecil yang menunjukkan nukleus yang terwarnai secara kuat. Sel
Purkinje (neuron Purkijense) memiliki bentuk piriform atau piramid
dengan dendrit bercabang-cabang yang masuk ke dalam stratum
moleculare.
Otak mengandung substansia grisea dan substansia alba.
Substansia grisea SSP terdiri dari neuron-neuron, dendrit-dendritnya, dan
sel penunjang yang disebut neuroglia. Bagian ini mencerminkan tempat
koneksi atau sinaps antara berbagai neuron dan dendrit. Substansia grisea
melapisi permukaan otak (serebrum) dan serebelum. Ukuran, bentuk, dan
cara pembentukan cabang berbagai neuron ini sangat bervariasi dan
bergantung pada bagian SSP yang diteliti. Substansia alba di SSP tidak
mengandung badan sel neuron dan terutama terdiri dari akson bermielin,
sebagian akson tidak bermielin, dan oligodendrosit penunjang. Selubung
mielin di sekitar akson menimbulkan warna putih di bagian SSP ini.

3. Spinal Cord atau Medula Spinalis


Medula spinalis atau spinal cord adalah suatu silinder panjang langsing
jaringan saraf yang berjalan dari batang otak yang keluar melalui sebuah
lubang besar di dasar tengkorak, dibungkus oleh kolumna vertebralis
protektif sewaktu turun melalui kanalis vertebralis.
Di daerah torakal medula spinalis berbeda dari daerah servikal. Medula
spinalis torakal mempunyai kornu posterior (cornu posterius) grisea yang
lebih tipis dan kornu anterior (cornu anterius) grisea yang lebih kecil
dengan neuron motorik yang lebih sedikit. Sebaliknya, kornu lateral
(cornu laterale) grisea berkembang baik di daerah torakal. Daerah torakal
ini mengandung neuron motorik dari divisi simpatis susunan saraf
otonom. Struktur lain di daerah mid-torakal medula spinalis mirip dengan
16 |”HISTOLOGI NEUROMUSKULOSKELETAL”
yang terdapat di daerah servikal. Struktur ini adalah sulcus medianus
posterior, fissura mediana ant erior, fasciculus gracilis dan fasciculus
cuneatus (terlihat di bagian tengah sampai bagian atas torakal medula
spinalis) di kolumna posterior alba), kolumna lateral alba, kanalis
sentralis, dan commisura grisea. Pada kornu posterior grisea terdapat
akson-akson radiks posterior, sementara keluar dari kornu anterior grisea
adalah akson radiks anterior. Di sekitar medula spinalis terdapat lapisan
jaringan ikat meninges. Jaringan ikat ini adalah dura mater di sebelah luar
yang merupakan jaringan fibrosa tebal, araknoid mater yaitu lapisan
tengah yang lebih tipis, dan pia mater yang merupakan lapisan dalam
yang tipis dan melekat erat pada permukaan medula spinalis. Di dalam
pia mater terdapat banyak pembuluh darah spinal anterior dan posterior
dengan berbagai ukuran. Di antara araknoid mater dan pia mater terdapat
spatium subarachnoideum. Trabekula halus berada di dalam spatium
subarachnoideum menghubungkan pia mater dengan araknoid mater.
4. Plexus Choroideus
Plexus Choroideus adalah plexus sel yang menghasilkan cairan
serebrospinal di ventrikel otak. Pleksus koroid terdiri dari sel-sel
ependymal yang dimodifikasi. Plexus Choroideus terletak di tanduk
inferior ventrikel lateral, dan masuk ke foramen interventrikular ke
ventrikel ketiga. Ada pleksus koroid di ventrikel keempat di bawah otak
kecil. Ada empat pleksus koroid di otak, satu di masing-masing ventrikel.
Pleksus koroid hadir di semua bagian sistem ventrikel kecuali saluran air
otak, tanduk frontal, dan tanduk oksipital ventrikel lateral.
Pleksus koroid terdiri dari lapisan sel epitel berbentuk kubus yang
mengelilingi inti kapiler dan jaringan ikat longgar. Epitel pleksus koroid
kontinu dengan lapisan sel ependymal yang melapisi ventrikel. Sel-sel
pleksus koroid tidak bersilia tetapi, tidak seperti ependyma, lapisan epitel
choroid pleksus memiliki persimpangan yang rapat antara sel-sel di sisi
yang menghadap ventrikel (permukaan apikal). Persimpangan ketat ini
mencegah sebagian besar zat melintasi lapisan sel ke dalam cairan
17 |”HISTOLOGI NEUROMUSKULOSKELETAL”
serebrospinal (CSF); dengan demikian pleksus koroid bertindak sebagai
sawar darah-CSF. Pleksus koroid terlipat menjadi banyak vili di sekitar
masing-masing kapiler, menciptakan proses seperti daun yang
memproyeksikan ke ventrikel. Vili, bersama dengan perbatasan sikat
mikrovili, sangat meningkatkan luas permukaan pleksus koroid. CSF
terbentuk ketika plasma disaring dari darah melalui sel epitel. Sel epitel
choroid pleksus aktif mengangkut ion natrium ke ventrikel dan air
mengikuti gradien osmotik yang dihasilkan. Pleksus koroid terdiri dari
banyak kapiler, dipisahkan dari ventrikel oleh sel epitel koroid. Cairan
menyaring sel-sel ini dari darah menjadi cairan serebrospinal.

5. Otot Jantung
Serat otot jantung (cardiomyofibra) luga silindris. Serat ini
terutama terdapat di dinding dan sekat iantung, dan dlnding pembuluh
darah besar yang melekat pada jantung (aorta dan trunkus pulmonalis).
Seperti otot rangka, serat otot jantung memperlihatkan cross-sfriation
yangjelas karena filamen aktin dan miosin tersusun teratur. Pemeriksaan
dengan mikroskop elektron memperlihatkan adanya stria A, stria I, linea
Z (telophragma), dan unit sarkomer berulang. Namun, berbeda dari otot
rangka, otot jantung hanya memperlihatkan satu atau dua inti di tengah,
yang lebih pendek dan bercabang.
Ujung terminal serat otot jantung yang berdekatan membentuk
complexus junction alis " end-toend" tetpulas-gelap yang disebut diskus
interkalaris (discus intercalaris). Diskus ini adalah tempat perlekatan
khusus yang menyilang sel-sel jantung pada interval yang tidak teratur
dengan pola seperti tangga. Di diskus ini terdapat nexus (gap junction)
yang memungkinkan komunikasi ionik dan kontinuitas antara serat-serat
otot jantung yang berdekatan.

6. Otot Rangka

18 |”HISTOLOGI NEUROMUSKULOSKELETAL”
Serat otot rangka adalah sel multinukleus silindris panjang, dengan inti-
inti tersebar di perifer. Otot ini memiliki banyak nukleus karena
penyatuan prekursor sel otot mioblas (myoblastus) selama perkembangan
embrionik. Setiap serat otot terdiri dari subunit-subunit yang disebut
miofibrilyang terentang di sepanjangserat. Miofibril, selanjutnya, terdiri
daribanyakmiofilamen (myofilamentum) yang dibentuk oleh protein
kontraktil tipis, aktin, dan protein kontraktil tebal, miosin. Di dalam
sarkoplasma, susunan fi.lamen aktin dan miosin sangat teratur,
membentuk pola crossstriation,yang dilihat di bawah mikroskop cahaya
berupa stria I (discus isotropicus) terang dan stria A (discus
anisotropicus) gelap di setiap serat otot. I(arena cross-striation ini, otot
rangka disebut juga textus muscularis striatus (striated muscle).
Pemeriksaan dengan mikroskop elektron memperlihatkan susunan
internal protein kontraktil di setiap miofibril. Gambaran resolusi-tinggi ini
menunjukkan bahwa setiap stria I terang terpisah menjadi dua oleh linea
Z (diskus atau pita) padat melintang. Di antara dua linea Zyangberdekatan
terdapat unit kontraktil otot terkecif sarkomer (sarcomerum). Sarkomer
adalah unit kontraktil berulang yang terlihat di sepanjang setiap miofibril
dan merupakan ciri khas sarkoplasma serat otot rangka dan jantung' Otot
rangka dikelilingi oleh lapisan jaringan ikat padat tidak teratur yang
disebut epimisium (epimysium). Dari epimisium, lapisan jaringan ikat
kurang padat tidak teratur, disebut perimisium (perimysium), masuk dan
memisahkan bagian dalam otot menjadi berkas-berkas yang lebih kecil
yaitu fasikulus (fasciculus muscularis); setiap fasikulus dikelilingi oleh
perimisium. Selapis tipis serat jaringan ikat retikular, endomisium
(endomysium), membungkus setiap serat otot. Di selubung jaringan ikai
terdapat pembuluh darah (vas sanguineum), saraf, dan pembuluh limfe
(lihat Gambaran Umum 6). Hampir semua otot rangka terdapat reseptor
regang sensitif, yaitu gelendong neuromuskular (iunctio neuromuscularis
fusi). Gelendong ini terdiri atas kapsul jaringan ikat, tempat
ditemukannya serat otot modifikasi yaitu serat intrafusal (myofibra
19 |”HISTOLOGI NEUROMUSKULOSKELETAL”
intrafusalis) dan banyak ujung saraf (terminationes neurales), dlkelilingl
oleh ruang berisi-cairan. Gelendong neuromuskular memantau perubahan
(peregangan) panjang otot dan mengaktifkan refleks kompleks untuk
mengatur aktivitas otot.

7. Otot Polos
Otot polos memiliki distribusi yang luas dan ditemukan di banyak
organ berongga. Serat otot polos juga mengandung filamen kontraktil
aktin dan miosin; namun, filamen-filamen ini tidak tersusun dalam pola
cross-striation teratur seperti pada otot rangka dan otot jantung.
Akibatnya, serat otot ini tampak polos atau tidak berserat. Serat otot polos
adalah otot involunter dan, karenanya, berada di bawah kontrol sistem
saraf otonom dan hormon. Serat-seratnya kecil dan berbentuk fusiformis
atau kumparan, dan mengandung satu inti di tengah.
Di bawah mikroskop cahaya, otot polos tampak sebagai serat
tunggal atau berkas tipis yaitu fasikuIus' Otot polos banyak dijumpai
melapisi organ visera berongga dan pembuluh darah. Di organ saluran
Pencernaan, uterus, ureter, dan organ berongga lainnya, otot polos
terdapat dalam bentuk lembaran atau lapisan.

8. Tulang Kompak
Tulang kompak terdiri dari sistem-sistem Havers. Setiap sistem
Havers terdiridari saluran Havers (Canalis= saluran) yaitu suatu saluran
yang sejajar dengan sumbutulang, di dalam saluran terdapat pembuluh-
pembuluh darah dan saraf.Disekeliling sistem havers terdapat lamela-
lamela yang konsentris dan berlapis-lapis.Lamela adalah suatu zat
interseluler yang berkapur. Pada lamela terdapat rongga-rongga yang
disebut lacuna. Di dalam lacuna terdapat osteosit. Dari lacuna keluar
menuju ke segala arah saluran-saluran kecil yang disebut canaliculi yang
berhubungan dengan lacuna lain atau canalis Havers. Canaliculi penting
dalam nutrisiosteosit.
20 |”HISTOLOGI NEUROMUSKULOSKELETAL”
Di antara sistem Havers terdapat lamela interstitial yang lamella-
lamelanyatidak berkaitan dengan sistem Havers. Pembuluh darah dari
periostem menembustulang kompak melalui saluran volkman dan
berhubungan dengan pembuluh darahsaluran Havers. Kedua saluran ini
arahnya saling tegak lurus. Dan tulang spons tidak mengandung sistem
Havers. Tulang kompak memiliki susunan yang teratur dimana lamella
tulang tersusun konsentri mengelilingi saluran Havers yang arahnya
selalu menurut kepanjangan tulang.
Lamella tulang terdiri atas lamella sirkumfrensial luar, lamella
sirkufrensial dalam lamella interstisial, dan lamella konsentris. Lamella
sirkumfrensial luar terletak pada bagian di bawah periosteum, sedangkan
lamella sirkumfrensial dalam terdapat diatas endosteum. Kedua lamella
medulla sebagai pusat lamella sirkumfrensial luar memiliki lamella yang
lebih banyak dibandingkan dengan lamella sirkumfrensial dalam. Lamella
interstisial merupakan lamella yang terdapat diantara lamella konsentris
dan berada diantara kedua lamella sirkumfrensial.
Lamella ini berjalan sejajar berbentuk segi tiga dan kadang-kadang
tidak teratur. Iamerupakan sisa-sisa lamella yang ditinggalkan oleh sistem
havers yang dirusak selama pertumbuhan tulang. Lamella konsentris
dibentuk oleh serabut kolagen yang tersusun konsentris atau sejajar
mengelilingi suatu saluran yang disebut saluran Havers. Saluran Havers
dan lamella yang tersusun konsentris disebut sistem Havers. Di dalam
saluran havers terdapat: pembuluh darah, pembuluh syaraf, pembuluh
limfed, dan jaringan ikat.
Saluran havers berhubungan dengan rongga sumsum, periosteum
& saluranhavers lain melalui saluran volkman Di dalam diafisis. Lamella-
lamella memperlihatkan suatu susunan khas. Terdiri atas sistem havers.
Sistem sirkumferensial luar dan dalam dan sistem intermediat. Setiap
sistemhavers merupakan suatu serabut yang panjang, sering bercabang
dua dan sejajar dengan diafisis. Sel ini penting dalam pertumbuhan dan
perbaikan tulang. oleh sebabitu bersifat osteogenik. Sifat osteogenik
21 |”HISTOLOGI NEUROMUSKULOSKELETAL”
periosteum berlangsung secara aposis dantidak pernah secara interstitial.
Dalam periosteum terdapat pembuluh darah. Pembuluhsyaraf dan limfe
(pada rawan tidak ada)Saluran havers dihubungkan dengan permukaan
sebelah dalam dan sebelahluar oleh saluran Volkman. Saluran ini tidak
dikelilingi oleh lamella tulang. Saluranini melewatkan pembuluh darah,
pembuluh syaraf pembuluh limfe dan jaringan ikat.

9. Cartilago Elastika Dan Fibrosa


Tulang rawan elastik (cartilago elastica) serupa dengan tulang
rawan hialin, namun memiliki lebih banyak serat elastik (fibra elastica)
bercabang di dalam matriksnya. Tulang rawan elastik bersifat sangat
lentur dan terdapat di telinga luar, dinding tuba auditorius, epigiotis,
jarian laring.
Tulang rawan elastic berbeda dari tulang rawan hialin terutama
oleh banyaknya serat elastik di dalam matriks. Pewarnaan tulang rawan
epig.lotis dengan perak memperlihatkan adanya serat elastik tipis. Serat
elastik masuk ke matriks tulang rawan dari perikondrium jaringan ikat
sekitar dan menyebar membentuk serat-serat yang bercabang dan
beranastomosis dalam berbagai ukuran. Densitas serat bervariasi di antara
tulang rawan elastik dan juga di antara bagian lain pada tulang rawan
yang sama.
Fibrokartilago (cartilago fibrosa) ditandai oleh adanya berkas-
berkas serat kolagen kasar yang padat dan tidak teratur dalam jumlah
besar. Berbeda dari tulang rawan hialin dan elastilg fibrokartilago terdiri
atas lapisan matriks tulang rawan diselingi lapisan serat kolagen tipe I
padat. Serat kolagen ini berorientasi sesuai arah tegangan fungsional.
Distribusi fibrokartilago di tubuh terbatas dan ditemukan di diskus
intervertebralis, simfisis pubis, dan sendi tertentu.
Pada tulang rawan fibrosa, matriks terlsi oleh serat kolagen padat,
yang sering tersusun sejajar, terlihat pada tendon. Kondrosit kecil di
dalam lakuna umum-nya tersebar berderet di dalam matriks tulang rawan
22 |”HISTOLOGI NEUROMUSKULOSKELETAL”
fibrosa, bukan tersebar acak atau dalam aggregatio isogenica, seperti pada
tulang rawan hialin atau elastik. Semua kondrosit dan lakuna mempunyai
ukuran serupa; tidak ada gradasi dari kondrosit sentral yang lebih besar
menjadi sel-sel perifer yang lebih kecil dan gepeng. Perikondrium yang
biasanya terdapat di sekitar tulang rawan hialin dan elastik, tidak ada
karena tulang rawan fibrosa umumnya membentuk daerah peralihan
antara tulang rawan hialin dan tendon atau ligamentum. Proporsi serat
kolagen terhadap matriks tulang rawan, jumlah kondrosit, dan
susunannya di dalam matriks bervariasi. Serat kolagen mungkin sangat
padat sehingga matriks tidak tampak. Dalam hal ini, kondrosit dan lakuna
tampak menggepeng. Serat-serat kolagen di dalam satu berkas
(fasciculus) biasanya sejajar, namun arah berkasnya dapat berjalan ke
segala arah.

10. Cartilago Hialin


Tulang rawan hialin (cartilago hyalina) adalah jenis yang paling
banyak ditemukan. Pada embrio, tulang rawan hialin berfungsi sebagai
model kerangka bagi kebanyakan tulang. Seiring dengan pertumbuhan,
model tulang rawan secara bertahap diganti dengan tulang melalui proses
yang disebut osifikasi endokondral (ossificatio endochondralis). Pada
orang dewasa, kebanyakan model tulang rawan hialin telah diganti
dengan tulang, kecuali tulang rawan permukaan sendi, ujung iga (tulang
rawan lga), hidung, laring, trakea, serta di bronki. Di sini, tulang rawan
hialin menetap seumur hidup dan tidak mengalami penulangan. Melalui
hasil praktikum dapat dilihat bagian tulang rawan hialin dan matriks yang
khas. Di dalam matriks terdapat sel tulang rawan hialin matur kondrosit
yaitu di dalam lakuna. Di sekeliling tulang rawan hialin terdapat jaringan
ikat padat tidak teratur perikondrium. Pada permukaan dalam
perikondrium ini terdapat lapisan kondrogenik.
Matriks tulang rawan (matrix cartilaginea) dihasilkan dan
dipelihara oleh kondrosit dan kondroblas. Serat kolagen atau elastik
23 |”HISTOLOGI NEUROMUSKULOSKELETAL”
memberi kekuatan dan ketahanan pada matriks tulang rawan. Serupa
dengan jaringan ikat longgar, substantia fundamentalis ekstraselular
tulang rawan mengandung glikosaminoglikan sulfat dan asam hialuronat
yang berkaitan erat dengan serat elastik dan kolagen di dalam substantia
fundamentalis. Matriks tulang rawan juga banyak mengandung air
sehingga molekul-molekul dapat berdifusi keluar-masuk kondrosit.
Tulang rawan adalah suatu jaringan setengah-kaku dan dapat berfungsi
sebagai shock absorber. Di dalam matriks terbenam serat kolagen dan
elastik dengan proporsi bervariasi. Adanya serat-serat ini menggolongkan
tulang rawan sebagai tulang rawan hialin, tulang rawan elastik, atau
fibrokartilago. Matriks tulang rawan hialin terdiri dari serabut halus
kolagen tipe II yang terbenam di dalam matriks terhidrasi amorf padat
yang kaya proteoglikan dan glikoprotein struktural. Kebanyakan
proteoglikan dalam matriks tulang rawan berupa agregat proteoglikan
besar, yang mengandung glikosaminoglikan sulfat yang terikat pada
protein inti dan molekul asam hialuronat glikosaminoglikan
tidakbersulfat. Agregat proteoglikan berikatan dengan serabut-serabut
halus matriks kolagen. Selain serabut kolagen tipe II dan proteoglikan,
matriks tulang rawan juga mengandung glikoprotein adhesif yaitu
kondronektin. Makromolekul ini berikatan dengan glikosaminoglikan dan
serat kolagen, melekatkan kondroblas dan kondrosit pada serat kolagen
matriks sekitar.

11. Kartilago Hialin


TULANG RAWAN HIALIN Tulang rawan yang paling banyak
dijumpai pada orang dewasa. Lokasinya di ujung ventral iga -
Larynx,trachea, bronchus - Permukaan sendi tulang - Pada janin &
anak yg sedang tumbuh pada lempeng epifisis Matriks tulang rawan
hilain mengandung kolagen tipe II, meskipun terdapat juga sejumlah
kecil kolagen tipe IX, X, XI dan tipe lainnya. Proteoglikan
mengandung kondroitin 4-sulfat, kondroitin 6-sulfat dan keratan sulfat.
24 |”HISTOLOGI NEUROMUSKULOSKELETAL”
25 |”HISTOLOGI NEUROMUSKULOSKELETAL”
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Melalui praktikum ini dapat di simulkan bahwa jaringan musculoskeletal
berhubungan erat. Dimulai dari system saraf (neuro) yang tersusun menjadi
sistem saraf pusat (SSP) yang terdiri dari otak dan korda spinalis, dan sistem
saraf tepi (SST) yang terdiri dari serat-serat saraf yang membawa informasi
antara SSP dan bagian tubuh lain (perifer). System otot dan tulang
(musculoskeletal) yang terdiri dari otot polos, otot jantung, otot rangka, tulang
rawan hialin, tulang kompak, dan tulang elastic dan fibrosa. Dimana otot
tersebut memiliki karakteristik seperti eksitabilitas, kontrabilitas
ekstensisibilitas dan elastisitas yan berbeda-beda.

26 |”HISTOLOGI NEUROMUSKULOSKELETAL”
DAFTAR PUSTAKA

Eroschenko, Victor P. 2012. Atlas Histologi Difiore Dengan Korelasi Fungsional


Edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran EGC

Mescher, Anthony L. 2012. Histologi Dasar Junqueira Edisi 12. Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Pakurar, Alice S, John W. Bigbee. 2004. Digital Histology An Interactive CD


Atlas with Review Text. Canada ; John Wiley & Sons, Inc.

Sherwood, Lauralee. 2017. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem Edisi 8. Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Desrida, Afriwardi, Husnil Kadri. 2018. Hubungan Tingkat Aktivitas Fisik,


Jumlah Asupan Vitamin D dan Kalsium Terhadap Tingkat Densitas Tulang
Remaja Putri i SMA Negeri Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam.
Jurnal Fakultas Kedokteran UNAND.

27 |”HISTOLOGI NEUROMUSKULOSKELETAL”

Anda mungkin juga menyukai