Anda di halaman 1dari 21

A.

Pengertian Biopsikologi
Biopsikologi adalah studi tentang mekanisme fisiologis, evolusi, dan
perkembangan perilaku dan pengalaman (Kalat, 2009).
Menurut Pinel (2009) biopsikologi merupakan sebuah pendekatan ilmu
psikologi dari aspek-aspek biologi. Cabang ilmu ini berpeluang untuk
menyumbang peran penting dalam kehidupan. Biopsikologi merupakan salah satu
perspektif keilmuan dalam khazanah ilmu psikologi. Biopsiokologi ini mencoba
menjawab suatu fenomena psikologis dengan pemahaman fisiologis. Ilmu ini pun
berkaitan erat dengan neurosains, ilmu yang mendalami hal ihwal otak kita.
Berbagai penelitiaan membuktikan, aplikasi praktis biopsikologi dalam berbagai
bidang terapan psikologi dapat meningkatkan optimalisasi potensi manusia dan
meningkatkan kualitas kehidupan.
Selain itu Biopsikologi menurut Gross (2012) adalah kajian tentang basis-basis
biologis atau physiological correlates, perilaku dan merupakan salah satu cabang
ilmu otak, kajian sistem saraf. Biopsikologi kadang kadang juga disebut
psychobiology (psikobiologi), behavioral neuroscience, dan physiological
psychology (psikologi faal).
Biopsikologi sendiri terdiri dari 5 kajian yang lebih khusus, yaitu : Psikologi
Faal, Psikofarmakologi, Neuropsikologi, Psikofisiologi, dan Psikologi Komparatif
(Slamet IS, Suprapti.2008)
Berdasarkan pengertian diatas dapat di simpulkan biopsikologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang psikologi, melalui aspek-aspek biologi, seperti
mekanisme fisiologis, evolusi, dan perkembangan perilaku dan pengalaman.
B. Sistem Saraf
Menurut Atkinson, Smith, Bem, dkk. (2005) unit dasar sistem saraf adalah
suatu sel khusus yang dinamakan neuron. Selain itu menurut Sumanto (2014)
setiap impuls saraf akan berhubungan dengan sistem saraf.
1. Neuron
Menurut Gross (2012) menyatakan sistem saraf terdiri atas 10-12 miliar
neuron, 80 persen ditemukan di otak, terutama di korteks serebral. Ada sembilan
sampai sepuluh kali lipat lebih banyak sel belia dibanding neuron. Sel-sel otak
yang baru-baru ini ditemukan spindle cells (sel gelendong). Neuron-neuron itu
sangat bervariasi dalam hal panjang, tetapi memiliki struktur yang sama.
Menurut Atkinson, Smith, Bem, dkk. (2005) walaupun neuron memiliki
perbedaan yang sangat jelas dalam ukuran dan penampilannya, mereka memiliki
karakteristik tertentu. Menonjol dari badan sel adalah sejumlah cabang-cabang
pendek yang dinamakan dendrit (dari bahasa Yunani dendron, yang berarti
pohon). Dendrit dan badan sel menerima impuls saraf dari neuron di dekatnya.
Pesan tersebut ditransmisikan ke neuron lain (atau ke otot dan kelenjar) oleh
tonjolan lain yang ramping seperti tabung disebut akson. Pada ujungnya, akson
bercabang-cabang menjadi sebuah kolateral yang berakhir dalam satu tonjolan
kecil yang dinamakan terminal sinaptik. Terminal sinaptik sesungguhnya tidak
menempel pada neuron yang akan distimulasinya. Namun, terdapat celah kecil di
antara terminal sinaptik dan badan sel atau dendrit neuron penerima.
Persambungan ini dinamakan sinaps dan celah itu sendiri dinamakan celah
sinaptik. Jika suatu impuls saraf berjalan menuruni akson dan sampai terminal
sinaptik, ia memicu ekskresi suatu zat kimia yang dinamakan neurotransmiter.
Neurotransmiter berdifusi menyebrangi celah sinaptik dan menstimulasi neuron
selanjutnya, dengan demikian membawa impuls dari satu neuron ke neuron
selanjutnya. Akson dari sejumlah besar neuron (mungkin sebanyak 1.000)
mungkin bersinaps pada dendrit dan badan sel satu neuron.
Neuron memiliki tiga jenis utama yang bersifat sensorik atau eferen yang
membawa informasi dari organ organ indra ke sentral sistem saraf pusat, motorik
atau eferen yang membawa informasi dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar,
dan interneuron atau konektor yang menghubungkan neuron-neuron ke neuron-
neouron lain dan mengintegrasikan aktivitas-aktivitas neuron-neuron sensorik dan
motorik. Interneuron memiliki jumlah paling banyak dan mencakup lebih kurang
97 persen dari jumlah total neuron di sistem saraf.
2. Saraf
Menurut Gross (2012) nerve (saraf) adalah seberkas akson-akson yang
memanjang yang merupakan bagian dari ratusan atau ribuan neuron. Menurut
Atkinson, Smith, Bem, dkk. (2005) saraf (nervus) adalah kumpulan akson yang
keluar dari ratusan atau ribuan neuron. Satu saraf mungkin berisi akson dari
neuron sensorik dan neuron motorik. 12 pasang saraf kranial meninggalkan otak
melalui lubang lubang di tengkorak, sementara itu 31 pasang saraf spinal
meninggalkan sumsum tulang belakang melalui tulang belakang. Secara bersama
sama, mereka merupakan saraf saraf peripheral nervous system (PNS) atau sistem
saraf tepi. Ketika sebuah sinyal elektro kimiawi atau potensial aksi terjadi, bagian
dalam neuron sementara berubah dari negatif ke positif.
3. Sel Glial
Menurut Atkinson, Smith, Bem, dkk. (2005) selain neuron, sistem saraf
memiliki pula sejumlah besar sel nonneuronal yang dinamakan sel glial, yang
tersebar di antara dan seringkali disekeliling neuron. Nama ini berasal dari bahasa
Yunani glia (yang berarti lem), karena salah satu fungsi utamanya adalah
mempertahankan neuron ditempatnya. Sel glial tidak dikhususkan untuk
menerima atau mengirimkan sinyal. Namun, mereka memberikan dukungan
struktural atau metabolik, dan berperan dalam cara lain untuk memastikan bahwa
neuron dapat melakukan fungsinya. Diperkirakan jumlah neuron dari sel glial di
sistem saraf manusia sangat bervariasi, tergantung pada metoda yang digunakan
untuk menghitungnya.
4. Potensial Aksi
Menurut Atkinson, Smith, Bem, dkk. (2005) Informasi bergerak sepanjang
neuron dalam bentuk impuls elektrokimiawi yang berjalan dari dendrit ke ujung
akson. Kemampuan untuk menghasilkan impuls ini, atau potensial aksi, adalah
unik untuk neuron dan disebabkan karena banyaknya saluran ion dan pompa ion
yang berada di membran sel. Ini disebabkan karena mekanisme self-propagating
yang dinamakan ndepolarisasi yang mengubah permeabilitas membran sel
terhadap berbagai jenis ion (atom dan molekul bermuatan negatif) ang berada di
dalam dan di luar sel. Saluran ion adalah molekul protein berbentuk donat yang
membentuk pori-pori melintas membran. Suatu potensial aksi, jika telah dimulai,
berjalan menuruni akson ke banyak tonjolan kecil di ujung akson yang dinamakan
terminal sinaptik. Terminal tersebut melepaskan substansi kimia, yang dinamakan
neurotransmiter, yang bertanggung jawab untuk transfer sinyal dari satu neuron ke
neuron di dekatnya. Neurotransmiter berdifusi menyebangi sebuah celah kecil di
antara persambungan dua neuron dinamakan sinaps dan berkaitan dengan
neuroreseptor di membran sel neuron penerima. Sebagian ikatan neurotransmiter-
reseptor menyebabkan membran sel mengalami depolarisasi sedangkan ikatan lain
menyebabkan polarisasi. Jika depolarisasi mencapai suatu tingkat ambang, potensi
aksi dipicu sepanjang neuron penerima. Kejadian potensial aksi merupakan
peristiwa all-or-none. Terdapat banyak jenis interaksi neurotransmiter-reseptor
yang berbeda dan mereka membantu menjelaskan berbagai fenomena psikologis.
5. Organisasi Sistem Saraf
Menurut Atkinson, Smith, Bem, dkk. (2005) semua bagian sistem saraf saling
berhubungan. Tetapi untuk kemudahan diskusi, sistem saraf dapat dibagi menjadi
dua divisi utama, masing-masing memiliki dua subdivisi. Sistem saraf dibagi
menjadi menjadi sistem saraf pusat dengan subdivisi otak dan medula spinalis dan
sistem saraf tepi yaitu saraf yang menghubungkan otak dan medula spinalis ke
bagian tubuh lainnya dengan subdivisi sistem somatik (yang membawa pesan ke
dan dari reseptor sensorik, otot, dan permukaan tubuh) dan sistem otonomik (yang
berhubungan organ internal dan kelenjar).
Sumanto (2014) menyatakan seluruh aktivitas tubuh manusia dikendalikan oleh
sistem saraf pusat. Sistem inilah yang mengintegrasikan dan mengubah semua
pesan yang masuk untuk membuat keputusan atau perintah yang akan dihantarkan
melalui saraf motorik ke otot atau kelenjar. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan
sumsum tulang belakang. Otak dilindungi oleh tulang tulang tengkorak,
sedangkan sumsum tulang belakang dilindungi oleh ruas-ruas tulang
belakang.Selain itu kedua organ tersebut dilindungi oleh selaput yang terdiri dari
jaringan ikat yang disebut meninges. Meninges tersusun atas tiga lapisan yaitu :
piameter, arachnoid dan durameter. Piameter merupakan lapisan paling dalam
yang banyak mengandung pembuluh darah. Arachnoid merupakan lapisan tengah
berupa selaput jaringan yang lembut. Antara Aracnoid dengan piameter terdapat
rongga arachnoid yang berisi cairan. Durameter, merupakan lapisan paling luar,
yang berupa membran tebal fibrosa yang melapisi melekat pada tulang.
a. Otak
Menurut Suliswati,Payopo,Maruhawa,dkk (2005) otak merupakan jaringan
yang konsistensinmya kenyal menyerupai agar dan terletak diantara ruang tertutup
ole tulang yaitu kranium (tengkorang) yang secara mutlak tidak dapat bertambah
volumenya, terutama pada orang dewasa. Jaringan otak dilindungi oleh beberapa
pelindung mulai dari permukaan luar adalah kulit kepala yang mengandung
rambut, lemak dan jaringan lainnya, tulang tengkorak, meningens (selaput otak)
dan cairan serebrospinalis. Meningens terdiri dari tiga lapisan (dari luar ke dalam)
yaitu 1) Duramater adalah meningens kranial terluar. 2) Arakhnoid adalah lapisan
tengah antara duramater dan piameter. 3) Piameter adalah lapisan selaput otak
yang paling dalam yang langsung berhubungan dengan permukaan jaringan otak
serta mengikuti konvolusinya.
Menurut Atkinson, Smith, Bem, dkk. (2005) otak manusia terdiri dari tiga
lapisan konsentrik yaitu central core, sistem limbik, dan serebrum.1) Central core
mencangkup medula, bertanggung jawab untuk refleks pernafasan dan postural;
sereblum mengurusi koordinasi motorik; talamus merupakan stasiun penghubung
untuk informasi sensorik yang datang; dan hipotalamus penting untuk emosi dan
mempertahankan homeotasis. Sistem retikular, yang menyilang melalui beberapa
struktur di atas, mengendalikan tingkat kesadran dan kesiagaan orrganisme. 2)
Sistem Limbik mengendalikan beberapa aktivitas instinktif seperti makan,
menyerang, melarikan diri dari bahaya dan perkawinan yang diregulasi oleh
hipotalamus; sistem ini juga penting dalam emosi dan memori.3) Serebrum
merupakaan struktur sistem saraf terbesar dan paling rumit. Serebrum dibagi
menjadi dua hemisfer serebral. Permukaan hemisfer yang berlekuk-lekuk, korteks
serebral, memiliki peranan penting dalam diskriminasi, pengambilan keputusan,
belajar, dan proses berpikir-proses mental luhur. Area tertentu korteks serebral
merupakan pusat-pusat masukan untuk sensorik khusus atau untuk pengendalian
pergerakan khusus. Bagian dari korteks serebral terdiri dari area asosiasi.
Jika korpus kolosum (pita serabut saraf yang menghubungkan kedua hemisfer
serebral) dirusak, perbedaan fungsi yang bermakna kedua hemisfer dapat
diketahui. Hemisfer kiri mengurusi kemampuan berbahasa dan matematika.
Hemisfer kanan dapat memahami beberapa bahasa tetapi tidak dapat
berkomunikasi melalui pembicaraan; hemisfer ini memiliki spasial dan pola yang
sangat berkembang.
Menurut Suliswati,Payopo,Maruhawa,dkk (2005) Adapun serebrum dibagi lagi
menjadi beberapa lobus yaitu a) Lobus frontal (motorik) berfungsi untuk bicara,
kontrol berbagai ekspresi emosi, moral dan tingkah laku etika. b) Lobus parietal
berfungsi terkait dengan evaluasi sensorik umum dan rasa kecap, yang selanjutnya
akan diintegrasi dan diproses untuk menimbulkan kesiagaan tubuh terhadap
lingkungan eksternal. c) Lobus temporalis merupakan lobus yang letaknya paling
dekat dengan telinga dan mempunyai peran fungsional yang berkaitan dnegan
pendengaran, keseimbangan dan juga sebagian dari emosi memori. d) Lobus
oksipitalis sangat penting sehubungan dengan fungsinya sebagai korteks visual. e)
Lobus sentralis memilik fungsi yang belum jelas namun diduga mempunyai kaitan
dengan aktivitas gastrointestinal dan organ viseral lainnya. f) Lobus limbik adalah
cincin korteks yang berlokasi di permukaan medial masing masiang hemisfer dan
mengelilingi pusat kutub serebrum dengan fungsi mengatur persarafan otonom
dan emosi, oleh karena itu gangguan padanya sering menyebabkan terjadinya
gangguan mental dan kejang psikomotor. g) Ganglia basalis berrhubungan erat
dengan substansia nigra dan gangguan pada area ini menimbulkan gejala
gangguan piramidal.
Menurut Gross (2012) salah satu pengawal yang digunakan untuk mempelajari
sistem saraf pusat adalah mempelajari pasien pasien yang mengalami kerusakan
otak setelah mengalami kecelakaan, stroke, atau tumor. Salah satu contoh awal
yang terkenal adalah penemuan daerah berspesialisasi di otak untuk bicara oleh
Paul Broca. Pada 1869, Broca seorang dokter Prancis, mereview bukti-bukti dari
sejumlah kasus kerusakan otak. Ia menyimpulkan bahwa cedera pada bagian
tertentu hemisfer serebral kiri (belahan kiri otak) membuat bicara pasien lamban
dan sulit, tetapi kemampuan untuk memahami pembicaraan sama sekali tidak
terpengaruh. Apa yang sekarang disebut Brocas Area tampaknya mengontrol
kemampuan untuk menghasilkan bicara, dan kerusakan menyebabkan afasia
motorik.
Kajian klinis otak biasanya dilaksanakan dengan kajian anatomik selama
proses pemeriksaan setelah kematian.
b. Sumsum Tulang Belakang
Menurut Sumanto (2014) Sumsum tulang belakang terletak di dalam rongga
ruas-ruas tulang belakang, yaitu lanjutan dari medula oblongata memanjang
sampai tulang punggung tepatnya sampai ruas tulang pinggang kedua (canalis
centralis vertebrae). Sumsum tulang belakang berfungsi sebagai pusat gerak
refleks, penghantar impuls sensorik dari kulit atau otot ke otak, dan membawa
impuls motorik dari otak ke efektor
Di dalam tulang punggung terdapat sumsum punggung dan cairan
serebrospinal. Pada potongan melintang bentuk sumsum tulang belakang tampak
dua bagian, yaitu bagian luar berwarna putih sedangkan bagian dalamnya
berwarna abu-abu.
Sistem saraf otonomik tersusun dari divisi simpatik dan parasimpatik. Karena
serabutnya memperantarai aksi otot polos dan kelenjar, sistem saraf otonomik
sangat penting dalam reaksi emosional. Divisi simpatik aktif selama eksitasi dan
parasimpatik pada kondisi tenang.
C. Neurotransmitter Hubungannya Dengan Perilaku
Neurotransmitter adalah molekul-molekul pembawa pesan dari sistem saraf
(Hyman, 2006). Selain itu menurut Suliswati,Payopo,Maruhawa,dkk (2005)
neurotransmiter adalah suatu zat kimia yang berfungsi sebagai perantara dalam
penghantaran impuls saraf dan neuron presinaptik ke neuron postsinaptik melalui
daerah sinapsis kimiawi. Neurotransmiter ini mempunyai sifat eksitasi
(merangsang) jika membran neuron mengandung reseptor eksitasi, dan inhibisi
bila membran neuron mengandung reseptor inhibisi.
Banyak neurotransmiter ada di sistem saraf pusat dan perifer, tetapi hanya
sedikit yang memiliki implikasi pada psikiatri. Kategori yang utama adalah
kolinergik, monoamin, asam amino, dan neuropeptida.
1. Koligernik
Asetilkolin adalah neurotransmitter yang ditemukan pada banyak sinaps di
seluruh tubuh (Atkinson, Smith, Bem, dkk, 2005). Pada umumnya, ia adalah
transmiter eksitatorik, tetapi dapat bersifat inhibitorik tergantung pada jenis
molekul reseptor di membran neuron penerima. Menurut Nadesul (2011) salah
satu fungsi asetilkolin adalah membantu tidur nyenyak. Asetilkolin memiliki
fungsi kontrol terhadap jumlah informasi yang disimpan dalam daya ingat.
Asetilkolin dapat berperan sebagai penghambat stimulus dari luar. Penghambat ini
dapat membantu seseorang untuk tidak terganggu suara-suara sedang atau
gangguan lainnya selama periode tidurnya. Dengan demikian, tidurnya dapat
menjadi lebih nyenyak. Penghambatan stimulus itu juga dapat membantu
seseorang saat berkonsentrasi atau berpikir dalam memecahkan masalah.
2. Monoamin
a. Norepinefrin
Norepinefrin adalah neurotransmitter yang menghasilkan aktivitas pada
terminal saraf postsinaps simpatik pada sistem saraf otonom yang menimbulkan.
Respons fight or flight pada organ efektor. Fungsi norepinefrin mencakup
regulasi alam perasaan, kognisi, persepsi, lokomotor, fungsi kardiovaskular, dan
tidur-bangun. Mekanisme transmisi norepinefrin berimplikasi pada gangguan
alam perasaan tertentu seperti depresi dan mania, pada status ansietas, dan pada
skizofrenia.
b. Dopamin
Jaras dopamin muncul dari otak tengah dan hipotalamus dan berakhir di
korteks frontal, sistem limbic, ganglia basalis, dan thalamus. Fungsi dopamin
mencakup regulasi gerak dan koordinasi, emosi, kemampuan pemecahan masalah
secara volunter, dan karena pengaruhnya pada kelenjar hipofisis, dopamin
menghambat pelepasan prolaktin. Transmisi dopamin berimplikasi pada etiologi
gangguan emosi tertentu seperti depresi dan mania, skizofrenia, dan penyakit
Parkinson.
c. Serotonin
Jaras serotonin berasal dari badan sel yang terletak di pons dan medulla dan
berprojeksi ke area termasuk hipootalamus, thalamus, sistem limbic, korteks
serebral serebelum, dan medulla spinalis. Serotonin berperan pada tidur dan
bangun, libido, nafsu makan, alam perasaan, agresi, persepsi nyeri, koordinasi,
dan kemampuan untuk mencapai perilaku terarah-tujuan. Sistem serotoninergik
berimplikasi pada etiologi kondisi psikopatologik tertentu termasuk status ansietas
dan gangguan alam perasaan.
d. Histamin
Peran histamin pada reaksi alergi dan inflanmasi telah diketahui dengan baik.
Perannya pada sistem saraf pusat sebagai neurotransmitter baru saja dipastikan.
Enzim yang mengatabolisasi histamin adalah monoamine oksidase. Meskipun
proses pasti yang dimediasi oleh histamin dengan sistem saraf pusat adalah data
yang tidak pasti bahwa histamin berperan dalam penyakit depresi.
3. Asam Amino
a. Asam Amino Inhibitor
Gamma aminobutyric acid (GABA) adalah neurotransmitter inhibitor,
mencegah eksitasi postsinaps, yang menghalangi progresi impuls elektrik pada
taut sinaptik. Gangguan pada sistem GABA berimplikasi pada etiologi gangguan
ansietas, gangguan gerakan (mis. korea Huntigton) dan berbagai bentuk epilepsy.
b. Asam Amino Eksitator
Glutamate dan aspartat adalah neurotransmitter eksitator utama pada sel
pyramidal korteks, serebelum, dan sistem aferen sensori primer. Gangguan pada
sistem ini berimplikasi pada etiologi gangguan neurodegeneratif tertentu seperti
korea Hutington, epilepsi lobus temporal, dan degeneratif sereberal spinal.
c. Neuropeptida
Meskipun peran neuropeptida sebagai neurotransmitter belum jelas, diketahui
bahwa neuropeptida sering ada bersama dengan neurotransmitter klasik dalam
satu neuron; namun fungsi utamanya masih memerlukan penelitian.
D. Sistem Endokrin dan Perilaku
Menurut Atkinson, Smith, Bem, dkk (2005) sistem endokrin memiliki kerja
yang lebih lamban dan secara tidak langsung mengendalikan aktivitas kelompok
sel di seluruh tubuh melalui suatu zat kimia yang dinamakan hormon. Hormon-
hormon tersebut disekskresikan oleh berbagai kelenjar endokrin ke dalam aliran
darah. Hormon kemudian berjalan ke seluruh tubuh, bekerja melalui berbagai cara
di berbagai jenis sel-sel. Tiap sel sasaran diperlengkapi dengan reseptor yang
hanya mengenali molekul hormon yang ditunjukan beraksi pada sel tersebut;
reseptor menarik molekul hormon yang tepat dari aliran darah dan masuk ke
dalam sel. Sebagian kelenjar endokrin diaktivasi oleh sistem saraf, sedangkan
kelenjar endokrin lain diaktivasi oleh perubahan kimiawi internal tubuh.
Salah satu kelenjar endokrin utama yaitu hifopisis (pituitary), sebagiannya
merupakan pertumbuhan keluar dari otak dan terletak tepat di bawah hipotalamus.
Kelenjar hipofisis dinamakan master gland karena ia menghasilkan jumlah
terbanyak hormon yang berbeda dan mengendalikan sekresi kelenjar endokrin
lain. Salah satu hormon hipofisis memiliki pekerjaan penting mengendalikan
pertumbuhan tubuh. Terlalu sedikit hormon ini menyebabkan tubuh kerdil,
sedangkan sekresi yang berlebihan (oversekresi) menyebabkan tubuh yang
raksasa. Hormon lain dilepaskan oleh hipofisis memicu kerja kelenjar endokrin
lain, seperti tiroid, kelenjar seks, dan lapisan luar kelenjar adrenal. Percumbuan,
perkawinan, dan prilaku reproduktif, pada banyak hewan berdasarkan pada
interaksi yang kompleks antara aktivitas sistem saraf dan pengaruh kelenjar
hipofisis pada kelenjar seks.
Hubungan antara kelenjar endokrin dan hipotalamus mengilustrasikan interaksi
kompleks yang terjadi antara sistem endokrin dan sistem saraf. Sebagai respons
terhadap stres (ketakutan, kecemasan, nyeri, peristiwa emosional, dan sebagainya)
neuron tertentu di hipotalamus mensekresikan suatu substansi yang dinamakan
corticotropin-releasing factor (CRF). Hipofisis terletak tepat di bawah
hipotalamus dan CRF dibawa ke hipofisis melalui struktur yang berbentuk seperti
saluran. CRF menstimulasi hipofisis untuk melepaskan hormon
adrenokortikotropik (ACTH), yang merupakan hormon stres utama tubuh. ACTH
selanjutnya dibawa oleh aliran darah ke kelenjar adrenal dan ke berbagai organ
tubuh lainnya, yang menyebabkan pelepasan sekitar 30 hormon, yang masing-
masingnya memiliki peranan tertentu dalam penyesuaian tubuh terhaap situasi
darurat. Urutan peristiwa ini menyatakan bahwa sistem endokrin berada di bawah
pengaruh hipotalamus dan dengan demikian di bawah pengendalian pusat-pusat
otak melalui hipotalamus.
Kelenjar adrenal memiliki peranan penting dalam menentukan mood
seseorang, tingkat energi, dan kemampuan menghadapi stres. Bagian dalam
kelenjar adrenal mensekresikan epinefrin dan norepinefrin (juga dikenal sebagai
adrenalin dan noradrenalin). Epinefrin beraksi melalui sejumlah cara untuk
mempersiapkan organisme menghadapi situasi darurat, seringkali bersama divisi
simpatik sistem saraf otonomik. Epinefrin, misalnya, mempengaruhi otot polos
dan kelenjr keringat melalui cara yang sama seperti sistem saraf simpatik. Ia
menyebabkan konstriksi pembuluh darah di lambung dan usus dan membuat
jantung berdenyut lebih cepat seperti seseorang yang mendapatkan suntikan
adrenalin.
Norepinefrin juga mempersiapkan organisme untk situasi darurat. Jika ia
mencapai hipofisis dalam perjalanannya melalui aliran darah, ia menstimulasi
kelenjar itu untuk melepaskan suatu hormon yang beraksi di lapisan luar kelenjar
adrenal; selanjutnya hormon kedua ini menstimulasi hati untuk meningkatkan
kadar gula darah sehingga tubuh memiliki energi untuk bertindak secara cepat.
Hormon-hormon sistem endokrin dan neurotransmiter neuron memiliki fungsi
yang serupa; mereka keduanya membawa pesan di antara sel-sel tubuh. Sebuah
neurotransmiter membawa pesan antara neuron-neuron yang berdekatan, dan
efeknya sangaat terlokalisasi. Sebaliknya, suatu hormon dapat berjalan menempuh
jarak yang panjang ke seluruh tubuh dan beraksi melalui berbagai cara pada
banyak jenis sel yang berbeda. Kemiripan dasar antara kurir kimiawi tersebut
walaupun perbedaanya ditunjukkan oleh fakta, bahwa sebagian memiliki kedua
fungsi. Epinefrin dan norepinefrin, misalnya, beraksi sebagai neurotransmiter jika
dilepaskan oleh neuron, dan beraksi sebagai hormon jika dilepaskan oleh kelenjar
adrenal.
Jadi dapat di simpulkan bahwa kelenjar endokrin mensekresikan hormon ke
aliran darah yang penting untuk prilaku emosional dan motivasional. Mereka
dalah pelengkap sistem saraf dalam mengintegrasikan prilaku, dan aksi mereka
berhubungan erat dengan aktivitas hipotalamus dan sistem saraf otonom.
E. Genetika Manusia dan Perilaku
Genetika adalah studi tentang pewarisan sifat secara genetik (Jarvis, 2012).
Genetika telah diterapkan dalam psikologi untuk mempelajari sampai sejauh mana
sifat-sifat psikologis dipengaruhi keturunan dari orang tua.
Kita tahu bahwa banyak karakteristik fisiktinggi badan, struktur tulang warna
rambut dan mata, dan sebagainyaadalah diturunkan. Para ahli genetika perilaku
tertarik kepada derajat manakarakteristik psikologikemampuan mental,
temperamen, stabilitas emosional, dan sebagainyaditransmisikan dari orang tua
kepada keturunannya.
1. Kromosom dan Gen
Unit herediter yang kita terima dari orang tua kita dan selanjutnya kita berikan
kepada keturunan kita dibawa oleh suatu struktur yang dikenal sebagai
kromosom, yang ditemukan di setiap inti sel tubuh. Sebagian besar sel tubuh
mengandung 46 kromosom. Saat konsepsi, manusia menerima 23 kromosom dari
sperma ayah dan 23 kromosom dari sel telur ibu. Ke-46 kromosom itu
membentuk 23 pasang, yang mengalami duplikasi tiap kali sel membelah diri.
Tiap kromosom terdiri dari banyak unit herediter individual yang dinamakan
gen. sebuah gen adalah segmen asam deoksiribonukleat (DNA), yang merupakan
pembawa sesungguhnya informasi genetik. DNA memiliki komposisi kimiawi
yang sama, yang terdiri dari gula sederhana (deoksiribosa), fosfat, dan empat
basaadenin, guanine, timin, dan sitosin (A, G, T, C). Kedua untai molekul DNA
terdiri dari fosfat dan gula, dan kedua untai itu disatukan oleh pasangan basa. A
selalu berpasangan dengan T, dan G selalu berpasangan dengan C. Basa-basa
tersebut dapat ditemukan dalam sembarang urutan di sepanjang untai, dan urutan
tersebut merupakan kode genetik. Fakta bahwa sangat banyak susunan basa yang
berbeda yang dimungkinkan inilah yang memberikan DNA kemampuan untuk
mengekspresikan banyak pesan genetik yang berbeda.
2. Penelitian Genetik Perilaku
Beberapa trait (sifat) ditentukan oleh gen tunggal, tetapi sebagian besar
karakteristik manusia ditentukan oleh banyak gen: mereka adalah poligenik. Trait
seperti intelegensia, tinggi badan, dan emosionalitas tidak masuk ke kategori
tersendiri, tetapi mnunjukkan variasi yang terus menerus. Sebagian besar orang
tidak bodoh atau cerdas, intelegensia terdistribusi dalam rentang yang luas,
dengan sebagian besar individu terletak dekat pertengahan. Kadang-kadang defek
genetik spesifik dapat menyebabkan retardasi mental, tetapi pada sebagian besar
kasus, potensi intelektual sseorang ditentukan oleh banyak gen yang
mempengaruhi faktor-faktor yang mendasari berbagai kemampuan. Sudah tentu,
apa yang terjadi pada potensi genetik ini tergntung pada kondisi lingkungan.
a. Persilangan Selektif
Persilangan selektif telah digunakan untuk menunjukkan pola penurunan
sejumlah karakteristik perilaku. Sebagai contohnya, anjing disilangkan agar
keturunannya bersifat mudah marah atau pendiam; ayam, untuk mendapatkan trait
yang agresif dan aktif secara seksual; lalat buah, untuk cenderung terbang
mendekati atau menjauhi cahaya; dan tikus, untuk lebih tertarik atau kurang
tertarik terhadap alkohol. Jika suatu trait dipengaruhi oleh hereditas, maka harus
dimungkinkan untuk mengubahnya dengan persilangan selektif.
b. Penelitian Anak Kembar
Kembar identik berkembang dari satu sel telur yang dibuahi dan dengan
demikian memiliki hereditas yang sama; mereka juga dinamakan monozigotik
karena berasal dari satu zigot. Kembar fraternal berkembang dari sel telur yang
berbeda dan tidak lebih mirip secara genetik dibandingkan saudara kandung biasa;
mereka dinamakan dizigotik, atau dua telur.
Penelitian yang membandingkan kembar identik dan kembar fraternal
membantu memilih pengaruh lingkungan dan hereditas. Kembar identik
ditemukan lebih mirip dalam hal intelegensia dibadingkan kembar fraternal,
walaupun mereka dipisahkan saat lahir dan dibesarkan di rumah yang berbeda.
Kembar identik juga lebih mirip dibandingkan kembar fraternal dalam beberapa
karakteristik kepribadian dan dalam kerentanan terhadap gangguan mental seperti
skizofrenia. Penelitian anak kembar terbukti merupakan cara yang berguna untuk
mempelajari pengaruh genetik pada perilaku manusia.
3. Genetika dan Perilaku Manusia
Para pendukung gagasan genetis kuat cenderung terbagi menjadi dua kelompok
berlawanan yang sebenarnya perbedaan perhatiannya tidak saling bertentangan.
Satu kubu sosiobiologi memusatkan perhatian pada ciri-ciri yang beragam
antarindividu antarkelompok etnis, sedangkan kubu lainnya memerhatikan
perilaku yang umum ditemui pada hampir semua orang.
a. Keberagaman Perilaku Manusia
Menurut Avise (2007) sebagian penemuan empiris paling menarik perihal
keterwarisan kepribadian manusia terkumpul semenjak dimulainya Minnesota
Study of Twins pada 1979. Selama bertahun-tahun, lebih dari 900 pasang kembar
identik dan fraternal, sebagian dibesarkan bersama dan sebagian dibesarkan
terpisah, dengan sukarela menjalani serangkaian tes psikometri, pemeriksaan
medis, dan wawancara pribadi yang bertujuan untuk memperoleh data statistik
komponen variasi psikologis bawan versus hasil budaya. Satu kesimpulan penting
telah diperoleh para pelaku studi kembar Minnesota: faktor-faktor genetis punya
pengaruh menonjol dan luas atas kebanyakan sifat manusia, sering kali
bertanggung jawab atas 50 persen lebih dalam total variasi yang diamati pada
suatu ciri.
Pengaruh gen telah dilaporkan berlaku pada sejumlah ciri psikologis dan
kepribadian (banyak diantaranya yang boleh jadi slaing terkait): rasa
kesejahteraan, pola reaksi terhadap stres, rasa keterasingan, penghindaran dari
bahaya, altruisme yang diakui sendiri, empati, pengayoman, keagresifan,
kemampuan kognitif umum dan khusus, keasertifan, kondisi emosional positif dan
negatif, serta kecenderungan terhadap nasionalisme.
b. Keseragaman Perilaku Manusia
Menurut Avise (2007) kelompok argumentasi konvensional lainnya yang
mendukung adanya dasar biologis hakikat manusia memusatkan perhatian pada
perilaku yang tersebar luas secara kultural. Perhatian pada berbagai perilaku yang
ada dimana-mana dimotivasi oleh pemikiran bahwa mereka merupakan ciri yang
jelas-jelas tertanam dalam gen-gen kita dan dibentuk oleh seleksi alam melalui
berbagai zaman. Sebagai contoh, adakah standar laki-laki untuk menilai
kecantikan perempuan yang bebas pengaruh budaya?. Laporan mutakhir
menyatakan bahwa laki-laki dari segala budaya menganggap perempuan yang
paling menarik adalah yang memiliki rasio pinggang-pinggul 0,7, suatu rasio
umumnya terkait dengan keremajaan, dan berdasarkan sebagian studi klinis,
dengan kemampuan perempuan untuk hamil.
Ciri perempuna lainnya yang dianggap indah oleh laki-laki adalah simetri
simetri sisi kanan dan kiri (tanda perkembangan yang stabil), kenormalan wajah,
dan ciri wajah khas jenis kelamin yang barangkali menandakan tingkat estrogen
yang tinggi (bibir penuh) dan rendahnya androgen (rahang yang halus). Bagi laki-
laki calon pasangan, ciri-ciri feminim tersebut dan yang lainnya diduga
menunjukkan pasangan yang sehat dan gen-gen yang bagus bagi calon keturunan.
Demikian pula, perempuan menunjukkan ketertarikannya terhadap ciri-ciri
tertentu pada laki-laki.















Daftar Pustaka
Avise, John C.2007.The Genetic Gods.Jakarta:Serambi Ilmu Semesta.
Atkinson, Rita L, Atkinson, Richard C, Smith, Edward E Bem.2005.Pengantar
Psikologi Edisi 11.Batam:Interaksara.

Gross, Richard. 2012.Psychology the Science of Mind and
Behaviour.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Hyman, Mark.2006.Ultra Metabolism.Yogyakarta:B-first.
Jarvis, Matt. 2012.Teori-Teori Psikologi.Bandung:Nusa Media.
Kalat, J.W.2009.Biopsikologi Edisi 8.Jakarta:Salemba.
Nadesul, Handrawan.2011.MENYAYANGI OTAK Menjaga Kebugaran,
Mencegah Penyakit, Memilih Makanan. Jakarta : Kompas.

Pinel, John P J.2009. Biopsikologi Edisi 7. (online) (available :
https://www.tokopedia.com/deltabuku/biopsikologi-edisi-7-john-p-j-
pinel). Diakses pada tanggal 11 Agustus 2014 Pukul 21.00 Wita.

Slamet IS, Suprapti.2008.Pengantar Psikologi Klinis.Jakarta:UI Press.
Suliswati,Payopo,T.A,Maruhawa J,Sianturi. Y, Sumijatun.2005.Konsep Dasar
Keperawatan Jiwa.Jakarta:EGC.

Sumanto. 2014. Psikologi Umum.Yogyakarta:Caps Publishing.

Anda mungkin juga menyukai